• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Resiliensi dengan Social Support pada Perempuan Karo Penyitas Erupsi Gunung Sinabung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Resiliensi dengan Social Support pada Perempuan Karo Penyitas Erupsi Gunung Sinabung"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

A

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

R31 144,67 296,374 ,329 . ,800

R32 142,24 313,503 -,016 . ,808

R33 143,33 302,569 ,270 . ,802

R34 143,67 302,569 ,187 . ,805

R35 143,69 294,414 ,351 . ,799

R36 142,95 298,290 ,301 . ,801

R37 144,21 297,538 ,359 . ,800

R38 143,40 314,783 -,062 . ,812

R39 145,45 301,815 ,436 . ,800

R40 142,93 301,629 ,325 . ,801

R41 143,31 299,292 ,346 . ,800

R43 144,36 292,772 ,320 . ,801

R44 143,74 288,881 ,478 . ,795

R45 143,10 298,771 ,375 . ,799

R46 144,64 311,650 ,001 . ,811

R48 143,88 300,498 ,275 . ,802

R49 143,33 298,862 ,332 . ,800

R50 142,83 295,362 ,448 . ,797

R51 144,76 308,283 ,068 . ,809

R52 145,19 314,109 -,043 . ,810

R53 144,07 291,044 ,560 . ,794

R54 142,67 300,179 ,286 . ,802

(8)
(9)

R33 124,81 306,109 ,242 . ,822

R34 125,14 302,955 ,232 . ,823

R35 125,17 295,703 ,376 . ,818

R36 124,43 297,909 ,366 . ,819

R37 125,69 299,487 ,373 . ,819

R39 126,93 304,019 ,448 . ,819

R40 124,40 303,466 ,345 . ,820

R41 124,79 303,782 ,292 . ,821

R43 125,83 291,703 ,385 . ,818

R44 125,21 291,977 ,464 . ,815

R45 124,57 302,251 ,348 . ,820

R46 126,12 311,034 ,067 . ,828

R48 125,36 303,455 ,264 . ,822

R49 124,81 301,524 ,328 . ,820

R50 124,31 297,780 ,450 . ,817

R51 126,24 311,503 ,054 . ,828

R53 125,55 292,644 ,584 . ,813

(10)
(11)

R36 115,40 297,808 ,428 . ,833

R37 116,67 301,642 ,384 . ,835

R39 117,90 305,649 ,487 . ,834

R40 115,38 306,534 ,332 . ,836

R41 115,76 309,161 ,219 . ,839

R43 116,81 291,231 ,441 . ,833

R44 116,19 295,914 ,435 . ,833

R45 115,55 307,181 ,284 . ,837

R46 117,10 309,942 ,146 . ,841

R48 116,33 305,447 ,280 . ,837

R49 115,79 305,051 ,305 . ,837

R50 115,29 301,624 ,417 . ,834

R51 117,21 314,221 ,053 . ,844

R53 116,52 293,670 ,626 . ,829

(12)
(13)

R37 110,88 290,790 ,417 . ,841

R39 112,12 296,839 ,454 . ,842

R40 109,60 297,564 ,311 . ,843

R41 109,98 298,512 ,245 . ,845

R43 111,02 281,634 ,444 . ,839

R44 110,40 283,222 ,505 . ,838

R45 109,76 296,430 ,314 . ,843

R46 111,31 299,682 ,158 . ,848

R48 110,55 298,790 ,207 . ,846

R49 110,00 296,829 ,269 . ,844

R50 109,50 290,939 ,447 . ,840

R53 110,74 284,491 ,619 . ,836

(14)
(15)

R41 101,76 282,527 ,247 ,922 ,854

R43 102,81 266,402 ,439 ,971 ,849

R44 102,19 264,109 ,588 ,948 ,845

R45 101,55 279,376 ,349 ,890 ,852

R46 103,10 282,576 ,183 ,956 ,857

R48 102,33 287,935 ,082 ,922 ,859

R49 101,79 282,611 ,226 ,882 ,855

R50 101,29 275,721 ,433 ,856 ,850

R53 102,52 269,280 ,610 ,899 ,846

(16)
(17)

R44 92,26 248,686 ,639 ,892 ,852

R45 91,62 265,754 ,347 ,749 ,860

R46 93,17 266,679 ,231 ,937 ,864

R49 91,86 271,394 ,158 ,870 ,865

R50 91,36 263,211 ,402 ,832 ,859

R53 92,60 256,637 ,587 ,848 ,854

(18)
(19)
(20)
(21)

S23 99,88 77,425 ,198 . ,875

S24 100,19 70,548 ,615 . ,865

S25 99,71 75,087 ,475 . ,870

S26 99,19 73,768 ,425 . ,871

S27 99,24 78,674 ,009 . ,879

S28 99,67 78,667 ,053 . ,876

S29 99,81 78,451 ,061 . ,877

S30 99,98 74,414 ,488 . ,870

S31 99,69 77,146 ,274 . ,874

S32 99,50 73,329 ,485 . ,869

S33 99,50 75,329 ,300 . ,874

(22)
(23)

S26 84,00 72,732 ,478 . ,890

S30 84,79 74,221 ,458 . ,891

S31 84,50 76,744 ,264 . ,894

S32 84,31 72,463 ,523 . ,889

S33 84,31 74,073 ,373 . ,892

(24)
(25)
(26)

S30 70,90 67,698 ,353 . ,904

S31 70,62 69,217 ,264 . ,906

S32 70,43 64,251 ,614 . ,899

S33 70,43 65,568 ,482 . ,902

(27)

LAMPIRAN

B

(28)
(29)

50 2 2 5 2 2 2 3

51 4 2 4 4 4 5 5

52 2 3 5 1 2 2 5

53 5 2 5 1 3 2 5

54 5 3 5 1 5 3 5

55 1 4 5 2 4 5 4

56 2 3 5 2 2 1 5

57 2 2 3 4 3 3 3

58 1 3 5 2 3 3 4

59 2 2 5 2 2 2 5

(30)
(31)

2 3 3 2 3 3 1 3

5 5 2 2 5 2 3 2

2 2 2 3 4 2 5 3

5 2 2 1 5 1 2 1

3 5 2 3 5 1 2 1

2 3 4 5 4 3 4 3

1 2 1 2 2 2 1 2

5 2 1 1 3 3 4 2

1 3 3 3 2 3 3 3

2 3 1 1 4 2 1 3

(32)
(33)

3 2 5 2 2 5 5

5 1 5 5 5 5 2

2 5 2 1 3 2 2

5 1 5 2 1 1 5

3 1 5 2 1 4 5

4 1 3 4 2 4 5

3 2 5 2 1 5 2

1 1 2 3 1 3 1

5 2 5 1 1 5 5

3 2 5 2 2 5 5

(34)
(35)
(36)
(37)

LAMPIRAN

C

(38)

1. Uji Normalitas

Deviation 13,225 7,768

Most Extreme Differences

Absolute ,089 ,108

Positive ,058 ,065

Negative -,089 -,108

Kolmogorov-Smirnov Z ,686 ,840

Asymp. Sig. (2-tailed) ,735 ,480

(39)

3. Uji Hipotesis

Correlations

Resiliensi SocialSupport

Resiliensi

Pearson Correlation 1 ,314*

Sig. (2-tailed) ,014

N 60 60

Social Support

Pearson Correlation ,314* 1

Sig. (2-tailed) ,014

N 60 60

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

4. Hasil Tambahan

a. Gambaran Mean 7 Aspek Resiliensi

(40)

b. Gambaran Mean 4 jenis Social Support

(41)

d. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan usia.

Descriptive Statistics

e. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan Tingkat Pendidikan.

(42)

LAMPIRAN

D

(43)

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(44)

Dengan Hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meyelesaikan

pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya

membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh melalui kerja

sama dengan Ibu melalui pengisian skala penelitian ini. Saya memohon

kesediaan Ibu meluangkan waktu sejenak untuk mengisi skala penelitian

ini.

Skala penelitian ini terdiri dari 2 skala yaitu skala 1 dan skala 2.

Saya sangat mengharapkan Ibu memberikan jawaban yang jujur, terbuka

dan apa adanya, sesuai dengan keadaan diri Ibu.

Tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian skala penelitian ini.

Semua jawaban dan identitas Ibu akan dijaga kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Cara menjawab pertanyaan

dalam skala penelitian ini akan dijelaskan di dalam petunjuk dalam

pengisian skala penelitian. Kemudian mohon periksa kembali jawaban Ibu,

jangan sampai ada nomor yang terlewatkan.

Akhirnya atas segala partisipasi dan kerjasama dari Ibu saya

ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2016

Hormat Saya,

(Peneliti)

(45)

Skala 1

Petunjuk Pengisian

Silahkan lengkapi pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan angka

yang paling sesuai dengan diri anda sebagai perempuan Karo yang

tinggal dipengungsian saat ini.  1 = Tidak selalu benar

2 = Kadang-kadang

3 = Cukup benar

4 = Biasanya benar

5 = Sangat benar

___1. Kalau ada masalah, biasanya apa yang pertama kali terlintas

dipikiran saya itulah yang saya lakukan.

___2. Saya mengkhawatirkan kesehatan saya di masa depan

___3. Walaupun saya sedang senang dan semangat, saya sulit untuk fokus

pada pekerjaan.

___4. Dengan melihat wajah seseorang, saya dapat mengetahui

perasaannya.

___5. Saya mampu mengontrol perasaan saya ketika sedang dalam

masalah

___6. Kalau terjadi masalah saya cepat menyadarinya

___7. Saya merasa nyaman dalam situasi ketika ada orang selain saya

yang akan bertanggung jawab.

___8. Saya tidak yakin dengan kemampuan saya dalam menyelesaikan

masalah

___9. Sulit bagi saya untuk memahami perasaan orang lain.

___10. Saya berharap bisa melakukan yang terbaik dalam segala hal

___11. Saya sering diminta teman-teman untuk membantu mereka

menyelesaikan masalah.

(46)

___13. Saya tidak mempunyai rencana kedepan dalam hal pekerjaan dan

masa depan saya.

___14. Jika ada orang yang sedang sedih, marah atau malu, saya tetap

memiliki penilaian yang baik tentang perasaan mereka.

___15. Jika seorang teman marah, saya bisa paham alasannya.

___16. Menurut saya, masalah terjadi karena keadaan yang berada diluar

kendali saya.

___17.Ketika ditanya tentang masa depan, sulit bagi saya untuk

membayangkan diri saya menjadi orang yang sukses.

___18. Saya sering langsung menarik kesimpulan kalau menghadapi

masalah.

___19. Saya merasa tidak nyaman ketika bertemu dengan orang baru.

___20. Saya mudah larut dalam cerita buku ataupun film.

___21. Orang-orang terdekat saya mengatakan bahwa saya tidak

memahami mereka.

___22. Ketika ada masalah, saya percaya diri dalam menyelesaikannya.

(47)

Skala 2

Petunjuk Pengisian

1.Jawablah semua pertanyaan dalam skala ini (jangan sampai ada nomor yang terlewatkan).

2. Pilihlah dengan menyilang salah satu jawaban berikut :

STS : jika Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan

TS : jika Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan

S : jika Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan

SS : jika Sangat Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan

Contoh :

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya mendapatkan

banyak teman baru

dipengungsian

X

3. Jika pilihan jawaban salah dan ingin menggantinya maka pilihan

jawaban pertama diberi 2 coretan garis horisontal, dan menyilang kembali

pilihan jawaban yang benar.

Contoh :

No Pernyataan STS TS S SS

2 Saya dapat tidur

dengan nyaman di

pengungsian

X

X

(48)

Skala 2

No Pernyataan STS TS S SS

1 Sebagai korban bencana erupsi

Gunung Sinabung, saya

membutuhkan perhatian dan

kasih sayang dari orang-orang

terdekat saya.

2 Saya merasa orang-orang di

pengungsian menerima saya

apa adanya.

3 Perlengkapan yang tersedia di

pengungsian dapat memenuhi

kebutuhan saya dan pengungsi

lainnya terutama kaum

perempuan.

4 Di pengungsian, saya sering

melakukan aktivitas bersama

Perempuan Karo lainnya.

5 Kegiatan bersama Perempuan

Karo di pengungsian sangat

bermanfaat bagi saya.

6 Kehadiran relawan dan

bantuan dari pemerintah,

berguna bagi saya dan

pengungsi lainnya terutama

(49)

7 Relawan dan pemerintah

kurang memperhatikan

kebutuhan kaum Perempuan

Karo.

8 Saya merasa tidak nyaman

berada di pengungsian

9. Di pengungsian, banyak orang

yang membantu ketika saya

mengalami kesulitan.

10. Saya menerima perhatian dan

bantuan dari sesama

Perempuan karo di

Pengungsian ketika sakit

11 Pelayanan rohani yang saya

terima di pengungsian,

membuat saya semakin tenang

dan optimis dalam menghadapi

bencana erupsi Gunung

Sinabung.

12 Saya tidak mengikuti kegiatan

di pengungsian bersama

perempuan Karo lainnya.

13 Melakukan kegiatan seperti

bercerita, berladang dan

beribadah bersama Perempuan

Karo lainnya menambah

(50)

14 Saya tidak merasakan manfaat

ketika mengikuti suatu

kegiatan sosial di pengungsian.

15 Saya merasa nyaman menjalani

aktivitas sebagai Perempuan

Karo di pengungsian.

16 Di pengungsian, saya lebih

banyak menghabiskan waktu

sendirian.

17 Barang-barang bantuan di

pengungsian tidak terbagi

secara merata.

18 Bahasa menjadi kendala bagi

saya untuk mendapatkan

informasi di pengungsian.

19 Di pengungsian, sesama

Perempuan Karo saling

mendukung dengan bertukar

informasi dalam bahasa Karo

agar lebih mudah dipahami

20 Saya tidak pernah terlibat

dalam kegiatan sosial atau

organisasi masyarakat

dipengungsian.

21 Saya merasa nyaman

berinteraksi dan berada di

(51)

22 Saya merasa diabaikan selama

berada di pengungsian.

23 Sulit bagi saya untuk berbaur

bersama perempuan lain di

pengungsian

24 Selama berada di pengungsian,

sesama Perempuan Karo

merasakan kebersamaan yang

membuat hati tenang.

I harapken ula sada pe pertanyaan diatas i lewatkan ndu

(52)

LAMPIRAN

E

(53)

DAFTAR GAMBAR

1.1. Erupsi Gunung Sinabung

Erupsi Gunung Sinabung pada tanggal 27 Agustus 2010.

1. 2. Pos Pemantauan Erupsi Gunung Sinabung

(54)

2. Kunjungan ke posko pengungsian dan pengambilan data

2. 1. Posko Pengungsian Universitas Karo

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

88

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A., & Urbina, S. (2006). Psychological Testing. New Jersey: Pretince-Hall, inc.

Arikunto, D. S (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

---, (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---, (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baiduri, Ratih. (2015) “Bukan Sekedar Untuk Uang: Makna Kerja Perempuan Pedagang Batak Toba (Inang-inang) di Kota Medan”, Jurnal Seminar Nasional.

Bangun, T. (1986). Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Idayu Press.

Bangun, R. (2006). Mengenal Suku Karo. Jakarta: Yayasan Pendidikan Bangun.

Baron, R.A., & Byrne, D. (1997). Social Psychology : Understanding Human Interaction 8th ed. Boston: Allyn & Bacon.

Bastian A,. (2006). Hidup Akrab dengan Bencana. Sebuah Tinjauan Global tentang Inisiatif-inisiatif Pengurangan Bencana. MPBI. Jakarta, jilid 1 dan 2.

Bappenas, (2006), Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009, Supporting UNDP-RI

---, (2010), Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2010-2012, Supporting World Bank- UNDP-SC-DRR-RI.

Brahmana, B. L, (2015), Otoritas Tubuh Perempuan dalam Upacara Nengget Tanah Karo: Kajian Akar Kekerasan Terhadap Perempuan, Jurnal Perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan. Jakarta.

BNPB, (2011), Jurnal Penanggulangan Bencana, Volume 2 no 1 Juni tahun 2011, ISSN 2087636X, Jakarta.

(60)

89

Chambers, R. (1992). Rural Appraisal, Rapid, Relaxed and Participatory. Institute of Development Studies.

Carmen. (2001). Surviving the survival: Coping with the aftereffects of natural disaster. Gridnews.

Christian Aid, (2007), Panduan Praktis Advokasi Pengurangan Resiko Bencana (PRB). Penerbit Yayasan Pusaka Indonesia

Connor, K. M. & Davidson, R. T. (2003). Development of A New Resilience Scale: The Connor- Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Depression And Anxiety, 18, 76-82.

Cordaid, (2007), Teachers Guideline. Bahan Pengajaran dan Panduan Program Pengurangan Resiko Bencana. Penerbit Yayasan Pusaka Indonesia.

Cougle, J. R., Hakes, J. K., Macatee, R. J., Zvolensky, M. J. Chavarria, J. (2008).

Probability and correlates of dependence among regular users of alcohol, nicotine, cannabis, and cocaine: Concurrent and prospective analyses of the National Epidemiological Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC). Journal of Clinical Psychiatry.

Cutrona, C.E, et al . (1994). Peceived parental social support and academic achievement: an attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology. 66 , 2, 369-378.

Everall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. (2006). Creating a future: A study of resilience in suicidal female adolescents.Journal of Counseling and Development, 84 (4),461470.doi:10.1002/j.1556-6678.2006.tb00430.x

Eisendrath, C. & Yoshimura, A. (1996). Zero Fighter. Greenwood Publishing Group, Inc. USA.

Fatimah, D, 2009, Gender Mainstreaming Dalam Pengurangan Risiko Bencana, Makalah dan Kerjasama Circle Indonesia dan Hivos, Jakarta

Freddy, R, 2011 SWOT Balanced Scorecard. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: ISDR. 2004. Mainstreaming.Internasional Sustainable Disaster Reduction

Greef, A. (2005). Resilience : Personal Skill for Effective Learning. Crown House Publishing, UK.

Grotberg, H. (1999). Tapping Your Inner Strength : How to Find the Resilience to Deal with Anything. New Harbinger Publications.

(61)

90

Hanani, A. Dan Hasan, A. A. G., (2014). Perlawanan Perempuan di

pengungsian: Studi Keberagaman di pengungsian Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumetera Utara.Ka’afah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 no. 2 Tahun 2014.

Harahap, B. H dan Hotman M. Siahaan. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak Suatu Pendekatan Terhadap Prilaku Batak Toba Angkola-Mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar. 1987.

Harvey, Mary. R, PhD, Tummala-Narra, P. PhD, (2007). Sources and Expressions of Resiliency in Trauma Survivors: Ecological Theory, Multicultural Practice. Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma, Vol. 14. The Haworth Press. Inc, USA.

Hati, Lila Pelita, (2005). Kekuasaan Pada Masyarakat Karo dalam Buletin Historisme Edisi Khusus (Lustrum) Edisi No 21/Tahun X/Agustus 2005

---, (2007). Otonomi Perempuan Petani Karo. (Tesis). Medan : Universitas Negeri Medan.

Hurlock, E.B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Irianto, Sulistyowati. (2000) ”Reproduksi dan Resistensi terhadap Patriarkhi: Pewarisan Perempuan dalam Kebudayaan Batak Toba yang Tengah

Berubah”, Perempuan Indonesia dalam Masyarakat yang Tengah

Berubah (E. Kristi Poerwandari dan Rahayu Surtiati Hidayat, ed.). Jakarta: Program Studi Kajian Wanita Program Pascasarjana Universitas

Indonesia. 2000.

Jhon Twigg, Characteristics of a Disaster-Resilient Community: A Guidance Note,Version 2, DFID, 2009.

Jurnal Perempuan (2015), Jurnal Perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan : Budaya,Tradisi, Adat : Vol. 20 No 1, Febuari 2015.

Karokab.go.id/in/index.php/gunung-sinabung/data-pengungsi

Kaplan, Lopez-Marrero,Tschakert : Hazards, Disasters and Your Community, National Disasters Management Division Government of India, (1999, P : 230) 2001

Keuning, Johannes. “Batak-Toba dan Batak Mandailing, Hubungan Kebudayaan dan Pertentangan”, dalam Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University. 1979.

(62)

91

Koentjaraningrat, P. D. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.

Masten, A. S. (2001). Ordinary magic : Resilience processes in development. American Psychologist, 227-238.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Ogden, J. (2000). Health Psychology : A Text book 2nd edition. UK : Open Press University.

Orford, J. (1992). Community Psychology: Theory & Practice. Journal of Community & Applied Social Psychology. Vol.10. USA: John Wiley & Sons.Inc

Peters, R. D., Leadbeater, B., Mc.Mahon, J. R. (2005). Resilience in Children, Families, and Communities. New York: Plenum Publisher.

Pelling, M. (2011). Adaptation to climate change, from resilience to transformation. Routlede, London.

Purba, T. K, (1989). Suku Karo Di Sumatera Eks Keresidenan Sumatera Timur: Karo Dalam Pergaulan Nasional. Medan/Jakarta: Yayasan Adat Budaya Karo Sumatera Utara.

Reivich, K & Shatte, A. (2002) The Resilience Factors : 7 Essential Skills fo Overcoming Life’s Inevilable Obtacles, Broadway Books, New York.

Richardson, G.E., Neiger, B.L., Jensen, S., &Kumpfer, K.L. (1990). The Resiliency Model. Health Education, 21, 33-39.

Rook, K.S., Dooley, D. (1985), Applying social support research: Theoretical problem and future directions, Journal of SocialIssues, Vol 41.

Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology Biopsychosocial Interaction 7th edition. John Willey and Sons, Inc; Canada.

Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., et al. (1983). Assessing social support: The Social Support Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 44, 127139.

Siebert, A (2005). The Resiliency Advantage: Master Change, Thrive Under Pressure, and Bounce Back from Setbacks. California: Berret-Koehler Publisher, Inc.

(63)

92

Sitepu, Rehmalem. (1986). Peranan Wanita Karo Pada Masa Revolusi Fisik Di Tanah Karo (1945-1949) (Skripsi Sarjana) Medan: Fakultas Sastra USU

Tacket-Kendall, A. K.(2005). Handbook of Women, Sstress and Trauma. New York : Taylor & Francis Group.

Tarigan, S. (2009) Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya. Karo, Sumatera Utara. Gerga Ukir.

Tarigan, Jaman. 1995, Gelemen Merga Silima Iket Sitelu Tutur Siwaluh Kebudayaan Karo.

Taylor, S. E. (2006). Health Psychology 6th ed. New York: McGraw-Hill. Walsh, Former (2002). Strengthening Family Resilience. USA: The Guilford

Press.

Weiss, R. S. (1974). The provisions of social relationships. In Z. Rubin (Ed.), Doing unto others (pp. 17-26). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall

(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, yaitu untuk melihat hubungan antara Resiliensi dengan Social

Support perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung maka akan digunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terlibat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas (independent variable) : Resiliensi

Variabel terikat (dependent variable) : Social Support

B. Definisi Operasional

1. Resiliensi

Resiliensi menunjukkan kapasitas individu yang memampukan

individu beradaptasi dan mengatasi masa kesukaran atau trauma kehidupan,

kemampuan ini bahkan membuat individu mengalami pencapaian-pencapaian

kehidupan. Resiliensi pada partisipan penelitian akan diukur melalui skala

Resiliensi Reivich dan Shatte. Skala ini melihat resiliensi individu

berdasarkan 7 faktor yaitu: regulasi emosi, impulse control, optimism, causal analysis, empati, efikasi diri dan reaching out. Ketujuh faktor yang

(65)

51

keseluruhan sehingga membentuk skor resiliensi. Individu yang memiliki skor

tinggi akan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Sementara individu

yang memiliki skor rendah akan memiliki kemampuan adaptasi yang rendah.

1. Regulasi Emosi (Emotion Regulation) : merupakan kemampuan untuk

tetap tenang dalam kondisi yang menekan.

2. Pengendalian Impuls (Impuls Control) :merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan serta tekanan yang

muncul dari dalam diri. Individu yang memiliki kemampuan

pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi

yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka.

3. Optimism (Optimism) : adalah cara pandang yang ada pada diri individu yang melihat bahwa masa depannya adalah masa depan yang cemerlang.

4. Causal Analysis : merupakan kemampuan individu untuk mengidentifikasi

secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi.

5. Empati (Empathy) : di definisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain (Greef, 2005).

6. Efikasi Diri (Self-Efficacy) : merupakan hasil dari pemecahan masalah yang

berhasil. Self-Eficacy mempresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.

7. Reaching out : merupakan kemampuan individu untuk meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang

(66)

52

Skala Resiliensi disusun berdasarkan 7 kemampuan yang membentuk

resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002), yaitu regulasi

emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah,

efikasi diri, dan reaching out. Skala yang digunakan akan disesuaikan dengan

adat-budaya dalam masyarakat Karo dan disesuaikan bagi perempuan Karo.

Skala ini dapat mengukut resiliensi secara keseluruhan dilihat dari

aspek-aspeknya. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi

resiliensi yang dimiliki oleh seorang perempuan Karo, begitu juga sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah resiliensi

yang dimilikinya.

2. Social Support

Dukungan berupa perhatian, perasaan dihargai, kenyamanan maupun

bantuan yang dirasakan oleh individu baik dalam bentuk fisik dan psikologis

yang diberikan anggota keluarga, teman-teman terdekat dan lingkungan

individu tersebut. Ada 4 tipe Social Support yang terdiri dari :

a. Emotional Support

Dukungan ini menyangkut adanya empati, perhatian, kepedulian,

pandangan positif, dan memberikan dorongan atau semangat terhadap

seseorang. Orang yang memiliki skor tinggi akan merasakan adanya perhatian

dan kepedulian dari orang sekitarnya sehingga dia merasa berarti bagi orang

sekitarnya. Sementara orang yang memiliki skor rendah akan merasa orang

(67)

53

b. Instrumental support

Dukungan sosial ini melibatkan bantuan langsung, misalnya memberi

atau meminjamkan uang kepada seseorang. Orang yang memiliki skor tinggi

akan menilai bantuan dari orang di sekitarnya baik materi dan bantuan

langsung yang bermanfaat bagi mereka. Sementara oarang yang memiliki skor

rendah menilai tidak mendapatkan bantuan langsung maupun materi dari

orang terdekatnya.

c. Informational support

Dukungan sosial ini meliputi pemberian nasehat, pengarahan, saran

atau feedback mengenai apa yang sedang dilakukan seseorang. Orang yang

memiliki skor tinggi menilai mendapatkan bantuan-bantuan dari orang

sekitarnya berupa nasehat-nasehat, arahan dan saran pada saat individu

tersebut membutuhkannya. Sementara orang yang memiliki skor rendah

menilai tidak mendapatkan bantuan dari orang sekitarnya baik berupa nasehat,

arahan dan saran pada saat individu tersebut membutuhkan

d. Companionship support

Dukungan sosial ini mengacu kepada keberadaan seseorang untuk

menghabiskan waktu bersama orang lain, dengan demikian memberikan

perasaan keanggotaan di dalam kelompok yang berbagi minat dan aktivitas

sosial. Orang yang memiliki skor tinggi menilai bahwa dirinya memiliki

orang-orang terdekatnya untuk menghabiskan waktu bersama. Sementara

(68)

54

memiliki orang terdekat untuk menghabiskan waktu bersama seperti lebih

senang melakukan hobi sendirian.

C. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah perempuan Karo penyintas erupsi

Gunung Sinabung. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung yang memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a) Perempuan Karo

b) Usia Produktif untuk mencari nafkah ; 22-60 tahun.

c) Tinggal di desa daerah sekitar Gunung Sinabung radius 3-6 km

d) Terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

e) Mengungsi lebih dari 2 tahun.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah non-probability sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan apabila tidak

semua orang di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

menjadi subjek penelitian. Metode pemilihan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah incidental sampling dimana peneliti akan mengambil data dari subjek manapun yang ditemui peneliti sepanjang subjek

(69)

55

subjek berdasarkan informasi yang mendahului (purposive knowledge) dan informasi tersebut telah pasti kebenarannya serta memenuhi kriteria subjek

penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala psikologis, yaitu

skala Resilience Quotient (RQ) dan skala Social Support.

1. Pengukuran Resiliensi

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi dalam penelitian

ini menggunakan skala adaptasi dari Resilience Quoteient (RQ) yang disusun berdasarkan penggolongaan resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan

Shatte (2002). Skala resilience menyediakan 56 aitem dengan 5 rentang

respon, (1) Tidak Selalu Benar, (2) Kadang-kadang Benar (3) Cukup Benar,

(4) Biasanya Benar, (5) Sangat Benar. Berikut disajikan dalam bentuk

blueprint

Tabel 1. Blue Print Resiliensi dalam Skala Resilience Quotient (RQ)

No Aspek

Resiliensi

Aitem

Jumlah

F UF

1 Regulasi emosi 4 4 8

2 Pengendalian

Impuls

(70)

56

3 Optimisme 4 4 8

4

Analisis

Penyebab

masalah

4 4 8

5 Empati 4 4 8

6 Efikasi Diri 4 4 8

7 Pencapaian 4 4 8

2. Pengukuran Social Support

Skala social support mengukur 4 bentuk dukungan sosial. Pembuatan

skala ini mengacu pada teori tipe dukungan sosial yag dikemukakan oleh

Sarafino (2008) yang berisi 34 aitem. Penyusunan skala Social support dibuat

dalam bentuk skala likert. Untuk masing-masing aitem, pilihan jawaban bergerak

dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Pada aitem favorable, semakin

tinggi skor partisipan pada masing-masing aspek berkontribusi pada semakin

tingginya bentuk Social support. Sebaliknya semakin rendah skor pada

masing-masing aspek akan berkontribusi pada semakin rendahnya bentuk Social support

yang diterima individu tersebut. Hal ini berlaku kebalikannya pada aitem-aitem

(71)

57

Tabel 2. Blue Print Skala Social Support

Bentuk Social Support Aitem Bobot Jumlah

(72)

58

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas Alat Ukur

Validitas isi pada alat ukur yang dilakukan berhubungan dengan

pengujian yang sistematis terhadap isi (konten) dari tes untuk mengetahui

apakah tes tersebut secara representatif telah mencakup konsep yang ingin

diukur (Anastasi & Urbina, 2006). Validitas isi merupakan validitas yang

diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dari

professional judgement (Azwar, 2010). Validitas isi dalam penelitian ini

diperoleh dengan bertanya kepada ahli (professional judgement) yaitu dosen yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan pendapat atas isi tes dan

menggunakan jasa profesional dalam bidang linguistik.

2. Uji Daya Diskriminasi Aitem

Tujuan dari dilakukannya uji diskriminasi item adalah untuk melihat

sejauh mana item dapat membedakan antara individu yang memiliki atribut

yang akan diukur dengan individu yang tidak memiliki atribut yang akan

diukur. Pengujian daya diskriminasi item ini dilakukan dengan komputasi

koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan skor total tes

itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment

(73)

59

diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

menjadi 0,25 sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai. Nilai

daya beda item yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.25 sehingga

hanya item-item yang memiliki nilai beda item diatas 0.25 yang akan lolos

seleksi.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan pendekatan konsistensi internal berupa koefisien cronbach

alpha. Metode ini menguji konsistensi tes antar aitem atau antar bagian. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila konsistensi di antara

komponen-komponen yang membentuk tes tinggi. Dalam Azwar (2010), reliabilitas

dianggap memuaskan apabila koefisien konsistensinya mencapai 0,9. Dalam

penelitian ini, perhitungan koefisien reliabilitas akan dilakukan secara

komputasi.

F. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap

persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menggunakan skala The Resilience Quotient

(74)

60

professional judgement dan ahli linguistik. Keseluruhan item pada skala ini berjumlah 56 aitem skala Resilience Quotient dan 34 aitem skala Social

Support dengan masing-masing rentang respon. Skala diprint pada kertas berukuran A4 dan berbentuk booklet

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah teruji validitas dan reliabilitasnya, peneliti melakukan

pengambilan data kepada populasi dan sampel sesuai dengan kriteria. Sampel

yang digunakan peneliti dalam pengambilan data berjumlah 60 orang.

Pengambilan data dilakukan di beberapa posko pengungsian seperti

Universitas Karo, Gedung Serba Guna, Posko pengungsian Paroki, Korpri dan

Desa Siosar. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai

Januari 2016 dengan cara menghampiri responden satu persatu, menjelaskan

tujuan penelitian, meminta kesediaan mereka untuk menjadi responden,

membacakan pertanyaan-pertanyaan dalam skala penelitian yang dibantu oleh

penerjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Karo dan ditutup dengan

pemberian reward berupasatu buah sabun mandisebagai ucapan terima kasih.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah memperoleh data dari subjek, peneliti akan melakukan

pengolahan data dengan komputasi dan dibantu oleh program IBM SPSS

(75)

61

G. Metode Analisis Data

Penentuan metode statistik yang digunakan sangat dipengaruhi oleh

tujuan penelitian dan jenis data. Seperti yang telah dikemukakan di depan,

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Social Support

dengan Resiliensi perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung.

Teknik analisa inferensial yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah statistika parametrik dengan menggunakan teknik korelasi Pearson

Product Moment. Seluruh analisa data pada penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer, yaitu program IBM Statistic SPSS 20.0 for

windows. Penelitian ini juga perlu memenuhi asumsi-asumsi tertentu, seperti:

1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Test of Normality pada program SPSS untuk melihat apakah sampel yang digunakan berasal dari

populasi yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas akan menggunakan

One Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika

nilai p > 0.05.

2. Uji linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Test for Linearity pada

(76)

62

normalitas, asumsi linearitas dianggap terpenuhi apabila signifikansinya

berada di bawah 0,05.

H. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Tahap selanjutnya setelah alat ukur selesai disusun adalah melakukan

uji coba alat ukur pada sekelompok kecil responden guna mengetahui apakah

kalimat yang digunakan dalam aitem mudah atau dapat dipahami dengan

benar oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis dan untuk

mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkapkan apa yang diukur

(Azwar, 2012). Uji coba pada penelitian ini dilakukan pada 42 orang subjek

yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek yang diinginkan pada

penelitian ini.

1. Hasil Uji Coba Skala Resilience Quotient

Jumlah skala Resilience Quotient yang diujicobakan terdiri dari 56 aitem.

Setelah dilakukan analisis aitem, diperoleh 22 aitem yang memiliki nilai

diskriminasi diatas 0,25 dan terdapat 34 aitem yang gugur. Hasil uji coba

terhadap skala Resilience Quotient menunjukkan nilai diskriminasi yang

(77)

63

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Resilience Quotient setelah uji coba

No Aspek

Resiliensi

Aitem

Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

1 Regulasi emosi 13 7, 31 3 13,62%

2 Pengendalian Impuls

15 36 2 9,08%

3 Optimisme 53 3, 39, 43 4 18,16%

4 Analisis

Penyebab Masalah

- 1, 44 2 9,08%

5 Empati 10, 34, 37, 46 24, 50 7 31,78%

6 Efikasi Diri 28, 29 20 3 13,62 %

7 Pencapaian - 16,45 2 9,08 %

(78)

64

2. Hasil Uji Coba Skala Social Support

Jumlah skala Social Support yang diujicobakan terdiri dari 34 aitem.

Setelah dilakukan analisis aitem, diperoleh 24 aitem yang memiliki nilai

diskriminasi diatas 0,25 dan terdapat 10 aitem yang gugur. Hasil uji coba

terhadap skala Social Support menunjukkan nilai diskriminasi yang bergerak

dari 0,258 sampai dengan 0,679 dengan koefisien sebesar 0,905.

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Social Support setelah uji coba

No Bentuk Social Support

Favorable Unfavorable Total Bobot

(79)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang

terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, analisis dan interpretasi data.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi subjek penelitian

adalah perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung yang telah

mengungsi selama lebih dari 2 tahun. Adapun jumlah sampel yang terlibat

dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang dengan rentang usia 22

sampai dengan 60 tahun. Berikut ini merupakan deskripsi dari subjek

penelitian berdasarkan usia, status pernikahan, pendidikan asal desa, dan

lama mengungsi.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Kategori Jumlah (N) Persentase

20-40 Dewasa dini 26 43,4%

41-60 Dewasa Madya 34 56,6%

60+ Lansia - -

(80)

66

Rentang usia dari subjek penelitian ini adalah usia produktif antara

22 sampai dengan 60 tahun. Menurut Hurlock (2008) tahap perkembangan

manusia usia dewasa terdiri atas 3 kategori yaitu dewasa awal usia 18-40

tahun, dewasa madya 41-60 tahun dan lansia 60 tahun keatas. Tabel diatas

menunjukkan bahwa subjek penelitian terbanyak berada pada masa

dewasa dini, yaitu sebanyak 26 responden (43,4%) dan masa dewasa

madyasebanyak 34 responden (56,6%).

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan status pernikahan dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan

Status Jumlah (N) Persentase

Belum Menikah - -

Menikah 48 80%

Pernah Menikah 12 20%

Total 60 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang menikah

sebanyak 48 responden (80%) dan responden yang pernah menikah

(81)

67

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan

Jumlah (N) Persentase

SD 21 35%

SMP 20 33,3%

SMA/Sederajat 16 26,7%

S1 3 5%

Total 60 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden terbagi dari 4

tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 21 orang (35%), SMP sebanyak 20

(33,3%), SMA/sederajat sebanyak 16 orang (26,7%) dan S1 sebanyak 3

orang (5%).

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Asal Desa

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan asal desa dapat dilihat

(82)

68

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Asal Desa

Desa Jumlah (N) Persentase

Gamber 14 23,3%

Kutagugung 6 10%

Simacem 15 25%

Sukanalu 13 21,7%

Tiga Pancur 12 20%

Total 60 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari

5 desa yaitu Desa Gamber sebanyak 14 orang (23.3%), Desa Kutagugung

sebanyak 6 orang (10%), Desa Simacem sebanyak 15 orang (25%), Desa

Sukanalu sebanyak 13 orang (21,7%) dan Desa Tiga Pancur sebanyak 12

(83)

69

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Asumsi

a. Uji normalitas

Tabel 9. Rangkuman Uji Normalitas dengan menggunakan

One Sample Kolmogorov-Smirnov

Variabel Nilai Z Nilai p Keterangan

Resiliensi 0.686 0.735 Sebaran Normal

Social Support 0,840 0.480 Sebaran Normal

Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan ( ) 0.05. Data

dikatakan terdistribusi normal apabila nilai p > . Berdasarkan data pada

tabel dapat dilihat bahwa nilai sebaran (Z) masing-masing variabel sebesar

0.686 dan 0,840 dengan p > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data

penelitian telah terdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Tabel 10. Uji Linearitas Variabel Resiliensi dan Social Support

Variabel P F Keterangan

Resiliensi dan Social Support

0.009 7,801 Hubungan

(84)

70

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai signifikansi linearitas

adalah 0,009 (p < 0.05); dengan demikian uji asumsi linearitas variabel

Resiliensi dan Social Support terpenuhi secara signifikan.

2. Hasil Utama Penelitian

Tabel 11. Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Correlations

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat hubungan

antara resiliensi dengan social support dengan resiliensi pada Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung dengannilai koefisien korelasi (r)

sebesar 0.314; p = 0.014 dengan p < 0,05. Tanda positif menunjukkan

bahwa variabel resiliensi pada Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung

(85)

71

3. Hasil Tambahan

a. Gambaran Mean pada 7 faktor resiliensi

Tabel 12. Gambaran Mean 7 Aspek Resiliensi

Descriptive Statistics

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi dalam

penelitian ini adalah The Resilence Quotient (RQ), yang disusun oleh Reivich & Shatte (2002). RQ tes ini merupakan alat tes yang telah baku.

Alat ukur resiliensi ini didasarkan pada 7 faktor, yang terdiri dari, yaitu:

Regulas Emosi, Pengendalian Impuls, Optimisme, Analisis Penyebab

Masalah, Empati, Efikasi diri dan Pencapaian.

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa

nilai mean masing-masing faktor resiliensi sebagai berikut; regulasi emosi

sebesar 9,03, Pengendalian Impuls sebesar 6,42, Optimisme sebesar 9,62,

Analisis Penyebab Masalah sebesar 6,17, Empati sebesar 17,77, Efikasi

(86)

72

b. Gambaran Mean pada 4 jenis Social Support

Tabel 13. Gambaran Mean 4 jenis Social Support

Descriptive Statistics

N Mean Std.

Deviation

Emotional Support 60 31,07 3,267

Instrumental

Support 60 5,47 1,200

Informational

Support 60 10,00 1,484

Companionship

Support 60 27,48 3,202

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur social support dalam

penelitian ini disusun berdasarkan 4 dimensi yang dikemukakan oleh

Cohen, Mc. Kay (dalam Sarafino. 1990). Alat ukur ini didasarkan pada 4

jenis social support, yaitu ; Emotional support, Instrumental Support,

Informational Support dan Companionship Support. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean

masing-masing jenis social support sebagai berikut; Emotional support sebesar 31,07, Instrumental Support sebesar 5,47, Informational Support sebesar

(87)

73

c. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support pada pada masing-masing desa.

Tabel 14. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support

pada masing-masing desa

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa

nilai mean resiliensi pada masing-masing desa sebagai berikut; Gamber

sebesar 70,36, Kutagugung sebesar 62,33, Simacem sebesar 61,80, Sukanalu sebesar 65,92 dan Tiga Pancur sebesar 67,42. Untuk nilai mean

social support pada masing-masing desa, diperoleh hasil sebagai berikut;

Gamber sebesar 73,36, Kutagugung sebesar 79,33, Simacem sebesar

(88)

74

d. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan usia.

Tabel 15. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan

Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan usia

N Mean

Dari pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean

resiliensi Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan

usia sebagai berikut; Dewasa Dini sebesar 63,27 dan Dewasa Madya

sebesar 67,85. Dari pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai

mean social support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung

berdasarkan usia sebagai berikut; Dewasa Dini sebesar 72,62 dan Dewasa

(89)

75

e. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tabel 16. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan

Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung Tingkat Pendidikan

N Mean

Dari pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean

resiliensi Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan

tingkat pendidikan sebagai berikut; SD sebesar 66,52, SMP sebesar 69,55,

SMA sebesar 61,44 dan S1 sebesar 60,33. Dari pengolahan data, diperoleh

hasil penelitian bahwa nilai mean social support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan tingkat pendidikan

sebagai berikut; SD sebesar 74,67, SMP sebesar 74,70, SMA sebesar

71,94 dan S1 sebesar 76,00.

D. Pembahasan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi pada

Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung memiliki hubungan

(90)

76

social support dan resiliensi bernilai positif, yang berarti semakin tinggi tingkat social support yang diterima dan diberikan Perempuan Karo

penyintas erupsi Gunung Sinabung maka akan semakin tinggi juga tingkat

resiliensi yang dimilikinya, demikian juga sebaliknya.

Untuk dapat menjadi individu yang resilien dalam situasi bencana

seperti saat ini, Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung

membutuhkan dukungan dari sekitarnya. Dukungan ini dapat berupa

hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan yang menyenangkan,

ataupun hubungan dengan orang lain diluar keluarga (Grotberg, 1999).

Dipengungsian, kaum Perempuan Karo dapat memperoleh dukungan

dalam bentuk emotional support jenis dukungan ini melibatkan rasa empati dan peduli terhadap seseorang yang akan memberikan perasan

nyaman dan dapat membuat individu merasa lebih baik. Perempuan Karo

dipengungsian saling menyemangati, saling membantu dan saling

mengingatkan bahwa mereka tidak sendirian dan dapat melewati bencana

ini bersama-sama. Mereka percaya, ada keluarga yang masih akan

berjuang bersama mereka dan ada Tuhan yang akan meringankan segala

beban. Instrumental support meliputi bantuan yang diberikan secara langsung atau nyata seperti memberikan barang bantuan kepada

pengungsi,mereka beberapa kali mendapatkan bantuan dari pemerintah dan relawan. Prinsip adat yang dipegang erat oleh masyarakat Karo yang

menyatakan bahwa orang Karo bersaudara karena marga dan prinsip

(91)

77

untuk berbagi kebutuhan dan barang-barang bantuan yang ada

dipengungsian. Ada kalanya mereka akan mendapatkan bantuan secara

personal, tetapi ketika bantuan itu tidak untuk semua orang, maka mereka

tidak akan segan untuk berbagi dengan sesama pengungsi yang

membutuhkan.

Informational support merupakan bentuk dukungan berupa pemberian nasehat, petunjuk ataupun informasi baru. Di pengungsian,

kegiatan sharing dan kegiatan kegamaan menunjukkan adanya dukungan sosial yang terjadi antar sesama perempuan pengungsi. Bentuk social

support yang selanjutnya adalah Companionship support adalah jenis dukungan yang diberikan dengan cara membuat kondisi agar seseorang

merasa menjadi bagian dari suatu kelompok.

Kehidupan masyarakat Karo berpusat di Kuta (desa), disanalah

sebagian besar mereka tinggal (Prints, 1996). Pada umumnya masyarakat

desa yang mengungsi akibat erupsi gunung Sinabung merupakan

penduduk dari Kuta yang sama. Kuta masyarakat Karo mempunyai tata

susunan yang berdasarkan adat. Setelah terjadi erupsi Gunung Sinabung

dan mengharuskan mereka untuk tinggal dipengungsian, mereka tetap

menjalankan kehidupan sesuai dengan peraturan adat seperti rakut sitelu

dan beberapa peraturan adat tentang desa, hal inilah yang menjadikan

mereka tetap merasakan dukungan dari kelompoknya.

Perbedaan budaya menjadi salah satu faktor yang berpengaruh

(92)

78

dibesarkan dengan budaya yang mengajarkan mereka untuk menjadi sosok

yang tangguh. Perempuan Karo sejak kecil sudah terbiasa dengan

pekerjaan yang berat seperti membantu orang tua mengurus rumah tangga

dan mencari nafkah tetapi tidak dijadikan sebagai kaum yang dominan di

dalam adat, bahkan cenderung tidak diperhitungkan keberadaannya.

Dalam budaya Karo, perempuan secara tradisional kedudukannya

adalah sebagai pelengkap yang dalam istilah Karo disebut Sirukatnakan

(penyendok nasi). Sirukatnakan berarti, perempuan harus membantu suami, dalam hal seperti mencari nafkah dan mengurus rumah tangga,

tetapi perempuan tidak memiliki hak waris dan hak berbicara dalam adat.

Urusan rumah tangga seperti memasak, menganyam tikar sampai mencari

kayu bakar dan membantu suami mencari nafkahlah yang menjadi bagian

dari tanggung jawab perempuan Karo. Hal ini membuat mereka dapat

menghadapi masa-masa sulit selama di pengungsian dan menjadikan

mereka orang yang resilien. Mereka beradaptasi dalam menjalani

kehidupannya dan proses untuk kembali beradaptasi seperti semula.

Resiliensi adalah kapasitas untuk melambung dari kesukaran hidup. Walsh

(2006) mengungkapkan ini adalah proses aktif dari ketahanan, perbaikan

diri dan pertumbuhan dalam merespon tantangan. Hal ini menolong kaum

perempuan di pengungsian untuk tetap kuat dan bertahan meskipun ada

banyak kesulitan yang mereka rasakan sebagai penyintas erupsi Gunung

(93)

79

Perempuan-perempuan Karo merupakan kaum yang resilien,

mereka tidak hanya akan bertahan dan berdiam diri meratapi nasib di

pengungsian tetapi mereka juga berjuang untuk mendapatkan hasil yang

positif dengan berbagai cara seperti tetap menghadapi tantangan dan tetap

berfikiran positif. Mereka juga kembali menyelaraskan diri dan

beradaptasi di pengungsian. Sesuai dengan pernyataan Walsh (2006)

bahwa individu yang resilien percaya bahwa akan membuang waktu jika

hanya menyesak dan mengobati luka, akan lebih baik jika melihat kembali

apa yang sudah terjadi dan mencoba mengambil pelajaran. Sejalan dengan

teori, perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung tidak

membuang-buang waktu mereka dengan meratapi musibah yang terjadi,

mereka menyadari mereka tidak sendirian. Berdasarkan pertalian adat dan

persaudaraan yang kuat, mereka menghadapi kehidupan dipengungsian

dengan saling mendukung dan mencoba mengambil pelajaran bahwa

musibah bukanlah hal yang harus diratapi tetapi harus di jadikan pelajaran

kehidupan yang berharga.

Individu yang resilien akan berusaha mencari dukungan kepada

orang-orang di sekitarnya. Dalam hal ini kaum Perempuan Karo di

pengungsian mulai bergerak dan bangkit dengan menunjukkan dukungan

terhadap satu sama lain, mereka saling menyemangati, saling membantu

dan saling mengingatkan bahwa mereka tidak sendirian dan dapat

menghadapi bencana ini bersama-sama. Reiveich & Shatte (2002)

(94)

80

penyembuhan. Dukungan sosial juga dikaitkan dengan kemampuan yang

membantu seseorang ketahanan menghadapi stress. Lazarus dan Folkman

mendefinisikannya dukungan sosial sebagai sumber dari personal dan

sosial yang membuat individu mampu melakukan coping. Untuk bertahan

di pengungsian akibat bencana dan ketika berhadapan dengan

kondisi-kondisi yang menekan diperlukan 3 aspek yang disebut sebagai protective factor. Istilah protective factor merupakan faktor-faktor yang membantu

dan mendukung untuk bangkit dan pulih dari kesulitan yang dihadapi.

Tiga aspek yang termasuk dalam dalam protective factors (Everall, dkk)

yaitu : individu, keluarga dan faktor eksternal atau komunitas.

Sejalan dengan teori diatas, keberadaan keluarga dan faktor

dukungan lingkungan menjadi hal yang mempengaruhi kekuatan

perempuan Karo untuk bangkit dan bertahan menghadapi tekanan akibat

bencana erupsi Gunung Sinabung. Posko pengungsian yang dibagi

berdasarkan desa tempat mereka tinggal menjadikan dukungan antara

sesama pengungsi terjadi secara alami. Perasaan persaudaraan yang kuat

dan keadaan yang mengharuskan mereka untuk berbagi, berinteraksi dan

menjalani keseharian bersama memberikan ketenagan pada perempuan

Karo bahwa walaupun harta dan ladang mereka terkena abu erupsi,

bencana ini akan segera terlewati dan mereka tidak mengalaminya

sendirian. Penerimaan yang diberikan lingkungan pengungsian juga

(95)

81

Bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah, kegiatan sharing, menghabiskan waktu bersama dan kegiatan keagamaan menunjukkan

adanya dukungan sosial yang terjadi antar sesama perempuan pengungsi.

peran significant others juga dapat memotivasi untuk melakukan hal yang

terbaik. Melalui afiliasi dan identifikasi dengan lingkungan sosial, individu

dapat meningkatkan kualitas ketahanannya terhadap guncangan dan stress

sehingga menjadi lebih resilien (Warner, dalam Everall, dkk, 2006).

Social support yang tinggi yang dimiliki perempuan Karo berperan penting dalam membantu mereka untuk bangkit memulai kembali dari titik

nol kehidupan mereka sebagai penyintas erupsi Gunung Sinabung.

Hubungan kekeluargaan, bantuan dari pemerintah, kehadiran relawan

menambah semangat mereka dan membantu mereka untuk tetap optimis

berharap keadaan Gunung Sinabung akan semakin membaik dan mereka

akan segera mendapatkan bantuan berupa ladang ataupun sumber

penghasilan yamg lain.

Reivich dan Shatte (2002) dalam bukunya The Resilience Factor: Seven Essential Skills For Overcoming Life's Obstacles menjelaskan ada

tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu emotion regulation

(regulasi emosi), impuls control (pengendalian impuls), optimism

(optimisme), empathy (empati), causal analysis (analisis penyebab masalah), Self-Efficacy (efikasi diri) dan reaching out. Berkaitan dengan

pendapat diatas, rata-rata perempuan Karo Penyintas erupsi Gunung

(96)

82

mampu untuk berfikir positif ketika menghadapi bencana erupsi Gunung

Sinabung. Dalam menghadapi setiap bencana alam seperti erupsi Gunung

Sinabung dan konflik yang terjadi pasca mengungsi, perempuan Karo akan

menggunakan sumber dari dalam dirinya sendiri untuk mengatasi masalah,

tanpa harus merasa terbebani dan bersikap negatif terhadap kejadian

tersebut. Berdasarkan pengataman peneliti di lokasi pengungsian adalah

perempuan Karo gemar bertukar pikiran dan bercerita ketika ada hal yang

mengganjal di hatinya. Mereka tidak menyimpannya sebagai beban,

mereka melihatnya sebagai sebuah jalan lain menuju pengembangan yang

lebih baik lagi dalam kehidupan.

Bencana erupsi Gunung Sinabung merupakan hal yang bersifat

traumatik dan menimbulkan tingkat stress yang tinggi sehingga diperlukan

resiliensi yang lebih tinggi dalam menghadapi dan mengendalikan diri.

Dampak yang dirasakan begitu ekstrim, menguras emosional dan

membutuhkan resiliensi dengan cara bertahap untuk menyembuhkan diri.

Orang yang resilien biasanya menghadapi trauma dengan tiga karakteristik

yaitu (1) mereka menunjukkan task oriented coping style mereka melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi kemalangan, yang

pada perempuan Karo ditunjukkan dengan kegiatan menonton tv bersama,

bercerita antar sesama pengungsi dan memasak bersama. (2) mereka

mempunyai keyakinan kuat bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari

kehidupan mereka. Pada perempuan Karo, hal ini dapat dilihat dari

(97)

83

orang lain) dari pagi hari bersama kelompok aron (tani) mereka, kemudian

pada malam harinya barulah mereka kembali kepengungsian. (3) individu

yang mampu kembali ke kehidupan normal lebih cepat dari trauma dan

mengetahui bagaimana berhubungan dengan orang lain sebagai cara untuk

mengatasi pengalaman yang mereka rasakan. Pasca erupsi Gunung

Sinabung perempuan Karo yang telah tinggal dipengungsian selama lebih

kurang selama 3 tahun, secara bertahap mampu untuk kembali menjalani

kehidupan mereka secara normal. Mereka berkegiatan bersama pengungsi

lainnya seperti memasak bersama, mengurus anak, berladang, berdiskusi

hingga menonton tv. Hal ini termasuk kedalam interaksi sosial yang

berhubungan dengan social support yang bermanfaat untuk mengatasi

kesedihan trauma atas pengalaman bencana erupsi dan kerugian berupa

moril dan material yang mereka alami.

Berdasarkan klasifikasi usia yang diperoleh dari data penelitian,

ditemukan bahwa Perempuan Karo yang berada pada kategori dewasa

madya memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dari Perempuan Karo

yang berada pada kategori dewasa muda. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

mean sebesar 67,85 untuk kategori perempuan Karo dalam usia dewasa

madya sementara untuk perempuan Karo dalam kategori dewasa dini,

diperoleh nilai mean sebesar 63,27. Sesuai dengan faktor-faktor resiliensi

yang dikemukakan oleh Grotberg (2004) Usia mempengaruhi kemampuan

resiliensi seseorang. Individu dengan usia dewasa muda (20-40 tahun

(98)

84

tahun) merupakan golongan individu yang mempunyai pengalaman hidup

berbeda dan lebih kaya daripada kelompok usia anak dan dewasa. Seiring

bertambahnya usia dan pengalaman, kemampuan individu akan semakin

bertambah untuk menjadi seseorang yang resilien.

Informasi tambahan yang dilihat peneliti dilapangan, penyintas dari

beberapa desa telah mendapatkan rumah relokasi di daerah Siosar dan

sepetak tanah untuk mengganti ladang mereka yang terkena erupsi

Gunung Sinabung . Pemerintah menghimbau mereka untuk menanam

kentang karena sebagian besar masyarakat Karo mencari nafkah sebagai

(99)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran

untuk pengembangan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan social support pada perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung.

2. Kebudayaan Karo yang berintikan Daliken Sitelu berfungi sebagai sistem kekerabatan pada masyarakat Karo dan memiliki hubungan yang positif

terhadap resiliensi dan social support pada Perempuan Karo penyintas

erupsi Gunung Sinabung.

3. Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai mean

tertinggi pada variabel resiliensi adalah faktor empati dan nilai mean terendah

diperoleh faktor analisis penyebab masalah Sedangkan untuk variabel social

support nilai mean tertinggi adalah emotional support dan nilai mean terendah

adalah instrumental support. Selanjutnya, dari hasil penelitian tambahan

diperoleh data sebagai berikut :

a. Berdasarkan usia, diperoleh bahwa Perempuan Karo usia dewasa

madya memiliki tingkat resiliensi dan social support yang lebih tinggi

daripada Perempuan Karo yang berusia dewasa muda.

b. Berdasarkan asal desa, diperoleh data bahwa, tingkat resiliensi

Gambar

Tabel 1. Blue Print Resiliensi dalam Skala Resilience Quotient (RQ)
Tabel 2. Blue Print Skala Social Support
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Resilience Quotient setelah uji coba
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Social Support setelah uji coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan sosial suami diartikan sebagai bantuan yang dapat diberikan oleh suami berupa bantuan material, informasi, maupun emosional yang dapat menimbulkan adanya perasaan

Dukungan sosial merupakan segala bentuk bantuan yang diberikan pada individu berupa kenyaman, perhatian, penghargaan, yang dirasakan individu dapat memberi efek positif

Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi verbal atau non-

Resiliensi merupakan kemampuan mencapai aspek positif dalam kehidupan dan juga merupakan sumber daya untuk dapat keluar dari kondisi sulit. Individu yang memiliki

Penelitian ini menggunakan Person Product moment dengan hasil pengujian hipotesa menunjukkan adanya hubungan yang positif antara self esteem dengan life

Self Esteem and Life Satisfaction amon University Students: The role of gender and socio-economic status.Scholarly Recearh Jurnal For..

Dengan kata lain persepsi dukungan sosial keluarga adalah tanggapan individu terhadap kenyamanan fisik dan psikologis yang dapat berupa dukungan dukungan emosional,

Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami terhadap istrinya baik kenyamanan fisik maupun psikologis, sebuah dukungan akan memotivasi ibu hamil untuk