LAMPIRAN
A
R31 144,67 296,374 ,329 . ,800
R32 142,24 313,503 -,016 . ,808
R33 143,33 302,569 ,270 . ,802
R34 143,67 302,569 ,187 . ,805
R35 143,69 294,414 ,351 . ,799
R36 142,95 298,290 ,301 . ,801
R37 144,21 297,538 ,359 . ,800
R38 143,40 314,783 -,062 . ,812
R39 145,45 301,815 ,436 . ,800
R40 142,93 301,629 ,325 . ,801
R41 143,31 299,292 ,346 . ,800
R43 144,36 292,772 ,320 . ,801
R44 143,74 288,881 ,478 . ,795
R45 143,10 298,771 ,375 . ,799
R46 144,64 311,650 ,001 . ,811
R48 143,88 300,498 ,275 . ,802
R49 143,33 298,862 ,332 . ,800
R50 142,83 295,362 ,448 . ,797
R51 144,76 308,283 ,068 . ,809
R52 145,19 314,109 -,043 . ,810
R53 144,07 291,044 ,560 . ,794
R54 142,67 300,179 ,286 . ,802
R33 124,81 306,109 ,242 . ,822
R34 125,14 302,955 ,232 . ,823
R35 125,17 295,703 ,376 . ,818
R36 124,43 297,909 ,366 . ,819
R37 125,69 299,487 ,373 . ,819
R39 126,93 304,019 ,448 . ,819
R40 124,40 303,466 ,345 . ,820
R41 124,79 303,782 ,292 . ,821
R43 125,83 291,703 ,385 . ,818
R44 125,21 291,977 ,464 . ,815
R45 124,57 302,251 ,348 . ,820
R46 126,12 311,034 ,067 . ,828
R48 125,36 303,455 ,264 . ,822
R49 124,81 301,524 ,328 . ,820
R50 124,31 297,780 ,450 . ,817
R51 126,24 311,503 ,054 . ,828
R53 125,55 292,644 ,584 . ,813
R36 115,40 297,808 ,428 . ,833
R37 116,67 301,642 ,384 . ,835
R39 117,90 305,649 ,487 . ,834
R40 115,38 306,534 ,332 . ,836
R41 115,76 309,161 ,219 . ,839
R43 116,81 291,231 ,441 . ,833
R44 116,19 295,914 ,435 . ,833
R45 115,55 307,181 ,284 . ,837
R46 117,10 309,942 ,146 . ,841
R48 116,33 305,447 ,280 . ,837
R49 115,79 305,051 ,305 . ,837
R50 115,29 301,624 ,417 . ,834
R51 117,21 314,221 ,053 . ,844
R53 116,52 293,670 ,626 . ,829
R37 110,88 290,790 ,417 . ,841
R39 112,12 296,839 ,454 . ,842
R40 109,60 297,564 ,311 . ,843
R41 109,98 298,512 ,245 . ,845
R43 111,02 281,634 ,444 . ,839
R44 110,40 283,222 ,505 . ,838
R45 109,76 296,430 ,314 . ,843
R46 111,31 299,682 ,158 . ,848
R48 110,55 298,790 ,207 . ,846
R49 110,00 296,829 ,269 . ,844
R50 109,50 290,939 ,447 . ,840
R53 110,74 284,491 ,619 . ,836
R41 101,76 282,527 ,247 ,922 ,854
R43 102,81 266,402 ,439 ,971 ,849
R44 102,19 264,109 ,588 ,948 ,845
R45 101,55 279,376 ,349 ,890 ,852
R46 103,10 282,576 ,183 ,956 ,857
R48 102,33 287,935 ,082 ,922 ,859
R49 101,79 282,611 ,226 ,882 ,855
R50 101,29 275,721 ,433 ,856 ,850
R53 102,52 269,280 ,610 ,899 ,846
R44 92,26 248,686 ,639 ,892 ,852
R45 91,62 265,754 ,347 ,749 ,860
R46 93,17 266,679 ,231 ,937 ,864
R49 91,86 271,394 ,158 ,870 ,865
R50 91,36 263,211 ,402 ,832 ,859
R53 92,60 256,637 ,587 ,848 ,854
S23 99,88 77,425 ,198 . ,875
S24 100,19 70,548 ,615 . ,865
S25 99,71 75,087 ,475 . ,870
S26 99,19 73,768 ,425 . ,871
S27 99,24 78,674 ,009 . ,879
S28 99,67 78,667 ,053 . ,876
S29 99,81 78,451 ,061 . ,877
S30 99,98 74,414 ,488 . ,870
S31 99,69 77,146 ,274 . ,874
S32 99,50 73,329 ,485 . ,869
S33 99,50 75,329 ,300 . ,874
S26 84,00 72,732 ,478 . ,890
S30 84,79 74,221 ,458 . ,891
S31 84,50 76,744 ,264 . ,894
S32 84,31 72,463 ,523 . ,889
S33 84,31 74,073 ,373 . ,892
S30 70,90 67,698 ,353 . ,904
S31 70,62 69,217 ,264 . ,906
S32 70,43 64,251 ,614 . ,899
S33 70,43 65,568 ,482 . ,902
LAMPIRAN
B
50 2 2 5 2 2 2 3
51 4 2 4 4 4 5 5
52 2 3 5 1 2 2 5
53 5 2 5 1 3 2 5
54 5 3 5 1 5 3 5
55 1 4 5 2 4 5 4
56 2 3 5 2 2 1 5
57 2 2 3 4 3 3 3
58 1 3 5 2 3 3 4
59 2 2 5 2 2 2 5
2 3 3 2 3 3 1 3
5 5 2 2 5 2 3 2
2 2 2 3 4 2 5 3
5 2 2 1 5 1 2 1
3 5 2 3 5 1 2 1
2 3 4 5 4 3 4 3
1 2 1 2 2 2 1 2
5 2 1 1 3 3 4 2
1 3 3 3 2 3 3 3
2 3 1 1 4 2 1 3
3 2 5 2 2 5 5
5 1 5 5 5 5 2
2 5 2 1 3 2 2
5 1 5 2 1 1 5
3 1 5 2 1 4 5
4 1 3 4 2 4 5
3 2 5 2 1 5 2
1 1 2 3 1 3 1
5 2 5 1 1 5 5
3 2 5 2 2 5 5
LAMPIRAN
C
1. Uji Normalitas
Deviation 13,225 7,768
Most Extreme Differences
Absolute ,089 ,108
Positive ,058 ,065
Negative -,089 -,108
Kolmogorov-Smirnov Z ,686 ,840
Asymp. Sig. (2-tailed) ,735 ,480
3. Uji Hipotesis
Correlations
Resiliensi SocialSupport
Resiliensi
Pearson Correlation 1 ,314*
Sig. (2-tailed) ,014
N 60 60
Social Support
Pearson Correlation ,314* 1
Sig. (2-tailed) ,014
N 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
4. Hasil Tambahan
a. Gambaran Mean 7 Aspek Resiliensi
b. Gambaran Mean 4 jenis Social Support
d. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan usia.
Descriptive Statistics
e. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan Tingkat Pendidikan.
LAMPIRAN
D
SKALA PENELITIAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Dengan Hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meyelesaikan
pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya
membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh melalui kerja
sama dengan Ibu melalui pengisian skala penelitian ini. Saya memohon
kesediaan Ibu meluangkan waktu sejenak untuk mengisi skala penelitian
ini.
Skala penelitian ini terdiri dari 2 skala yaitu skala 1 dan skala 2.
Saya sangat mengharapkan Ibu memberikan jawaban yang jujur, terbuka
dan apa adanya, sesuai dengan keadaan diri Ibu.
Tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian skala penelitian ini.
Semua jawaban dan identitas Ibu akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Cara menjawab pertanyaan
dalam skala penelitian ini akan dijelaskan di dalam petunjuk dalam
pengisian skala penelitian. Kemudian mohon periksa kembali jawaban Ibu,
jangan sampai ada nomor yang terlewatkan.
Akhirnya atas segala partisipasi dan kerjasama dari Ibu saya
ucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2016
Hormat Saya,
(Peneliti)
Skala 1
Petunjuk Pengisian
Silahkan lengkapi pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan angka
yang paling sesuai dengan diri anda sebagai perempuan Karo yang
tinggal dipengungsian saat ini. 1 = Tidak selalu benar
2 = Kadang-kadang
3 = Cukup benar
4 = Biasanya benar
5 = Sangat benar
___1. Kalau ada masalah, biasanya apa yang pertama kali terlintas
dipikiran saya itulah yang saya lakukan.
___2. Saya mengkhawatirkan kesehatan saya di masa depan
___3. Walaupun saya sedang senang dan semangat, saya sulit untuk fokus
pada pekerjaan.
___4. Dengan melihat wajah seseorang, saya dapat mengetahui
perasaannya.
___5. Saya mampu mengontrol perasaan saya ketika sedang dalam
masalah
___6. Kalau terjadi masalah saya cepat menyadarinya
___7. Saya merasa nyaman dalam situasi ketika ada orang selain saya
yang akan bertanggung jawab.
___8. Saya tidak yakin dengan kemampuan saya dalam menyelesaikan
masalah
___9. Sulit bagi saya untuk memahami perasaan orang lain.
___10. Saya berharap bisa melakukan yang terbaik dalam segala hal
___11. Saya sering diminta teman-teman untuk membantu mereka
menyelesaikan masalah.
___13. Saya tidak mempunyai rencana kedepan dalam hal pekerjaan dan
masa depan saya.
___14. Jika ada orang yang sedang sedih, marah atau malu, saya tetap
memiliki penilaian yang baik tentang perasaan mereka.
___15. Jika seorang teman marah, saya bisa paham alasannya.
___16. Menurut saya, masalah terjadi karena keadaan yang berada diluar
kendali saya.
___17.Ketika ditanya tentang masa depan, sulit bagi saya untuk
membayangkan diri saya menjadi orang yang sukses.
___18. Saya sering langsung menarik kesimpulan kalau menghadapi
masalah.
___19. Saya merasa tidak nyaman ketika bertemu dengan orang baru.
___20. Saya mudah larut dalam cerita buku ataupun film.
___21. Orang-orang terdekat saya mengatakan bahwa saya tidak
memahami mereka.
___22. Ketika ada masalah, saya percaya diri dalam menyelesaikannya.
Skala 2
Petunjuk Pengisian
1.Jawablah semua pertanyaan dalam skala ini (jangan sampai ada nomor yang terlewatkan).
2. Pilihlah dengan menyilang salah satu jawaban berikut :
STS : jika Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
TS : jika Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
S : jika Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
SS : jika Sangat Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
Contoh :
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya mendapatkan
banyak teman baru
dipengungsian
X
3. Jika pilihan jawaban salah dan ingin menggantinya maka pilihan
jawaban pertama diberi 2 coretan garis horisontal, dan menyilang kembali
pilihan jawaban yang benar.
Contoh :
No Pernyataan STS TS S SS
2 Saya dapat tidur
dengan nyaman di
pengungsian
X
X
Skala 2
No Pernyataan STS TS S SS
1 Sebagai korban bencana erupsi
Gunung Sinabung, saya
membutuhkan perhatian dan
kasih sayang dari orang-orang
terdekat saya.
2 Saya merasa orang-orang di
pengungsian menerima saya
apa adanya.
3 Perlengkapan yang tersedia di
pengungsian dapat memenuhi
kebutuhan saya dan pengungsi
lainnya terutama kaum
perempuan.
4 Di pengungsian, saya sering
melakukan aktivitas bersama
Perempuan Karo lainnya.
5 Kegiatan bersama Perempuan
Karo di pengungsian sangat
bermanfaat bagi saya.
6 Kehadiran relawan dan
bantuan dari pemerintah,
berguna bagi saya dan
pengungsi lainnya terutama
7 Relawan dan pemerintah
kurang memperhatikan
kebutuhan kaum Perempuan
Karo.
8 Saya merasa tidak nyaman
berada di pengungsian
9. Di pengungsian, banyak orang
yang membantu ketika saya
mengalami kesulitan.
10. Saya menerima perhatian dan
bantuan dari sesama
Perempuan karo di
Pengungsian ketika sakit
11 Pelayanan rohani yang saya
terima di pengungsian,
membuat saya semakin tenang
dan optimis dalam menghadapi
bencana erupsi Gunung
Sinabung.
12 Saya tidak mengikuti kegiatan
di pengungsian bersama
perempuan Karo lainnya.
13 Melakukan kegiatan seperti
bercerita, berladang dan
beribadah bersama Perempuan
Karo lainnya menambah
14 Saya tidak merasakan manfaat
ketika mengikuti suatu
kegiatan sosial di pengungsian.
15 Saya merasa nyaman menjalani
aktivitas sebagai Perempuan
Karo di pengungsian.
16 Di pengungsian, saya lebih
banyak menghabiskan waktu
sendirian.
17 Barang-barang bantuan di
pengungsian tidak terbagi
secara merata.
18 Bahasa menjadi kendala bagi
saya untuk mendapatkan
informasi di pengungsian.
19 Di pengungsian, sesama
Perempuan Karo saling
mendukung dengan bertukar
informasi dalam bahasa Karo
agar lebih mudah dipahami
20 Saya tidak pernah terlibat
dalam kegiatan sosial atau
organisasi masyarakat
dipengungsian.
21 Saya merasa nyaman
berinteraksi dan berada di
22 Saya merasa diabaikan selama
berada di pengungsian.
23 Sulit bagi saya untuk berbaur
bersama perempuan lain di
pengungsian
24 Selama berada di pengungsian,
sesama Perempuan Karo
merasakan kebersamaan yang
membuat hati tenang.
I harapken ula sada pe pertanyaan diatas i lewatkan ndu
LAMPIRAN
E
DAFTAR GAMBAR
1.1. Erupsi Gunung Sinabung
Erupsi Gunung Sinabung pada tanggal 27 Agustus 2010.
1. 2. Pos Pemantauan Erupsi Gunung Sinabung
2. Kunjungan ke posko pengungsian dan pengambilan data
2. 1. Posko Pengungsian Universitas Karo
88
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A., & Urbina, S. (2006). Psychological Testing. New Jersey: Pretince-Hall, inc.
Arikunto, D. S (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
---, (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
---, (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
---. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baiduri, Ratih. (2015) “Bukan Sekedar Untuk Uang: Makna Kerja Perempuan Pedagang Batak Toba (Inang-inang) di Kota Medan”, Jurnal Seminar Nasional.
Bangun, T. (1986). Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Idayu Press.
Bangun, R. (2006). Mengenal Suku Karo. Jakarta: Yayasan Pendidikan Bangun.
Baron, R.A., & Byrne, D. (1997). Social Psychology : Understanding Human Interaction 8th ed. Boston: Allyn & Bacon.
Bastian A,. (2006). Hidup Akrab dengan Bencana. Sebuah Tinjauan Global tentang Inisiatif-inisiatif Pengurangan Bencana. MPBI. Jakarta, jilid 1 dan 2.
Bappenas, (2006), Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009, Supporting UNDP-RI
---, (2010), Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2010-2012, Supporting World Bank- UNDP-SC-DRR-RI.
Brahmana, B. L, (2015), Otoritas Tubuh Perempuan dalam Upacara Nengget Tanah Karo: Kajian Akar Kekerasan Terhadap Perempuan, Jurnal Perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan. Jakarta.
BNPB, (2011), Jurnal Penanggulangan Bencana, Volume 2 no 1 Juni tahun 2011, ISSN 2087636X, Jakarta.
89
Chambers, R. (1992). Rural Appraisal, Rapid, Relaxed and Participatory. Institute of Development Studies.
Carmen. (2001). Surviving the survival: Coping with the aftereffects of natural disaster. Gridnews.
Christian Aid, (2007), Panduan Praktis Advokasi Pengurangan Resiko Bencana (PRB). Penerbit Yayasan Pusaka Indonesia
Connor, K. M. & Davidson, R. T. (2003). Development of A New Resilience Scale: The Connor- Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Depression And Anxiety, 18, 76-82.
Cordaid, (2007), Teachers Guideline. Bahan Pengajaran dan Panduan Program Pengurangan Resiko Bencana. Penerbit Yayasan Pusaka Indonesia.
Cougle, J. R., Hakes, J. K., Macatee, R. J., Zvolensky, M. J. Chavarria, J. (2008).
Probability and correlates of dependence among regular users of alcohol, nicotine, cannabis, and cocaine: Concurrent and prospective analyses of the National Epidemiological Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC). Journal of Clinical Psychiatry.
Cutrona, C.E, et al . (1994). Peceived parental social support and academic achievement: an attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology. 66 , 2, 369-378.
Everall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. (2006). Creating a future: A study of resilience in suicidal female adolescents.Journal of Counseling and Development, 84 (4),461470.doi:10.1002/j.1556-6678.2006.tb00430.x
Eisendrath, C. & Yoshimura, A. (1996). Zero Fighter. Greenwood Publishing Group, Inc. USA.
Fatimah, D, 2009, Gender Mainstreaming Dalam Pengurangan Risiko Bencana, Makalah dan Kerjasama Circle Indonesia dan Hivos, Jakarta
Freddy, R, 2011 SWOT Balanced Scorecard. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: ISDR. 2004. Mainstreaming.Internasional Sustainable Disaster Reduction
Greef, A. (2005). Resilience : Personal Skill for Effective Learning. Crown House Publishing, UK.
Grotberg, H. (1999). Tapping Your Inner Strength : How to Find the Resilience to Deal with Anything. New Harbinger Publications.
90
Hanani, A. Dan Hasan, A. A. G., (2014). Perlawanan Perempuan di
pengungsian: Studi Keberagaman di pengungsian Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumetera Utara.Ka’afah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 no. 2 Tahun 2014.
Harahap, B. H dan Hotman M. Siahaan. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak Suatu Pendekatan Terhadap Prilaku Batak Toba Angkola-Mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar. 1987.
Harvey, Mary. R, PhD, Tummala-Narra, P. PhD, (2007). Sources and Expressions of Resiliency in Trauma Survivors: Ecological Theory, Multicultural Practice. Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma, Vol. 14. The Haworth Press. Inc, USA.
Hati, Lila Pelita, (2005). Kekuasaan Pada Masyarakat Karo dalam Buletin Historisme Edisi Khusus (Lustrum) Edisi No 21/Tahun X/Agustus 2005
---, (2007). Otonomi Perempuan Petani Karo. (Tesis). Medan : Universitas Negeri Medan.
Hurlock, E.B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Irianto, Sulistyowati. (2000) ”Reproduksi dan Resistensi terhadap Patriarkhi: Pewarisan Perempuan dalam Kebudayaan Batak Toba yang Tengah
Berubah”, Perempuan Indonesia dalam Masyarakat yang Tengah
Berubah (E. Kristi Poerwandari dan Rahayu Surtiati Hidayat, ed.). Jakarta: Program Studi Kajian Wanita Program Pascasarjana Universitas
Indonesia. 2000.
Jhon Twigg, Characteristics of a Disaster-Resilient Community: A Guidance Note,Version 2, DFID, 2009.
Jurnal Perempuan (2015), Jurnal Perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan : Budaya,Tradisi, Adat : Vol. 20 No 1, Febuari 2015.
Karokab.go.id/in/index.php/gunung-sinabung/data-pengungsi
Kaplan, Lopez-Marrero,Tschakert : Hazards, Disasters and Your Community, National Disasters Management Division Government of India, (1999, P : 230) 2001
Keuning, Johannes. “Batak-Toba dan Batak Mandailing, Hubungan Kebudayaan dan Pertentangan”, dalam Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University. 1979.
91
Koentjaraningrat, P. D. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.
Masten, A. S. (2001). Ordinary magic : Resilience processes in development. American Psychologist, 227-238.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ogden, J. (2000). Health Psychology : A Text book 2nd edition. UK : Open Press University.
Orford, J. (1992). Community Psychology: Theory & Practice. Journal of Community & Applied Social Psychology. Vol.10. USA: John Wiley & Sons.Inc
Peters, R. D., Leadbeater, B., Mc.Mahon, J. R. (2005). Resilience in Children, Families, and Communities. New York: Plenum Publisher.
Pelling, M. (2011). Adaptation to climate change, from resilience to transformation. Routlede, London.
Purba, T. K, (1989). Suku Karo Di Sumatera Eks Keresidenan Sumatera Timur: Karo Dalam Pergaulan Nasional. Medan/Jakarta: Yayasan Adat Budaya Karo Sumatera Utara.
Reivich, K & Shatte, A. (2002) The Resilience Factors : 7 Essential Skills fo Overcoming Life’s Inevilable Obtacles, Broadway Books, New York.
Richardson, G.E., Neiger, B.L., Jensen, S., &Kumpfer, K.L. (1990). The Resiliency Model. Health Education, 21, 33-39.
Rook, K.S., Dooley, D. (1985), Applying social support research: Theoretical problem and future directions, Journal of SocialIssues, Vol 41.
Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology Biopsychosocial Interaction 7th edition. John Willey and Sons, Inc; Canada.
Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., et al. (1983). Assessing social support: The Social Support Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 44, 127139.
Siebert, A (2005). The Resiliency Advantage: Master Change, Thrive Under Pressure, and Bounce Back from Setbacks. California: Berret-Koehler Publisher, Inc.
92
Sitepu, Rehmalem. (1986). Peranan Wanita Karo Pada Masa Revolusi Fisik Di Tanah Karo (1945-1949) (Skripsi Sarjana) Medan: Fakultas Sastra USU
Tacket-Kendall, A. K.(2005). Handbook of Women, Sstress and Trauma. New York : Taylor & Francis Group.
Tarigan, S. (2009) Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya. Karo, Sumatera Utara. Gerga Ukir.
Tarigan, Jaman. 1995, Gelemen Merga Silima Iket Sitelu Tutur Siwaluh Kebudayaan Karo.
Taylor, S. E. (2006). Health Psychology 6th ed. New York: McGraw-Hill. Walsh, Former (2002). Strengthening Family Resilience. USA: The Guilford
Press.
Weiss, R. S. (1974). The provisions of social relationships. In Z. Rubin (Ed.), Doing unto others (pp. 17-26). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall
BAB III
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, yaitu untuk melihat hubungan antara Resiliensi dengan Social
Support perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung maka akan digunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terlibat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel bebas (independent variable) : Resiliensi
Variabel terikat (dependent variable) : Social Support
B. Definisi Operasional
1. Resiliensi
Resiliensi menunjukkan kapasitas individu yang memampukan
individu beradaptasi dan mengatasi masa kesukaran atau trauma kehidupan,
kemampuan ini bahkan membuat individu mengalami pencapaian-pencapaian
kehidupan. Resiliensi pada partisipan penelitian akan diukur melalui skala
Resiliensi Reivich dan Shatte. Skala ini melihat resiliensi individu
berdasarkan 7 faktor yaitu: regulasi emosi, impulse control, optimism, causal analysis, empati, efikasi diri dan reaching out. Ketujuh faktor yang
51
keseluruhan sehingga membentuk skor resiliensi. Individu yang memiliki skor
tinggi akan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Sementara individu
yang memiliki skor rendah akan memiliki kemampuan adaptasi yang rendah.
1. Regulasi Emosi (Emotion Regulation) : merupakan kemampuan untuk
tetap tenang dalam kondisi yang menekan.
2. Pengendalian Impuls (Impuls Control) :merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan serta tekanan yang
muncul dari dalam diri. Individu yang memiliki kemampuan
pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi
yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka.
3. Optimism (Optimism) : adalah cara pandang yang ada pada diri individu yang melihat bahwa masa depannya adalah masa depan yang cemerlang.
4. Causal Analysis : merupakan kemampuan individu untuk mengidentifikasi
secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi.
5. Empati (Empathy) : di definisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain (Greef, 2005).
6. Efikasi Diri (Self-Efficacy) : merupakan hasil dari pemecahan masalah yang
berhasil. Self-Eficacy mempresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.
7. Reaching out : merupakan kemampuan individu untuk meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang
52
Skala Resiliensi disusun berdasarkan 7 kemampuan yang membentuk
resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002), yaitu regulasi
emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah,
efikasi diri, dan reaching out. Skala yang digunakan akan disesuaikan dengan
adat-budaya dalam masyarakat Karo dan disesuaikan bagi perempuan Karo.
Skala ini dapat mengukut resiliensi secara keseluruhan dilihat dari
aspek-aspeknya. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi
resiliensi yang dimiliki oleh seorang perempuan Karo, begitu juga sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah resiliensi
yang dimilikinya.
2. Social Support
Dukungan berupa perhatian, perasaan dihargai, kenyamanan maupun
bantuan yang dirasakan oleh individu baik dalam bentuk fisik dan psikologis
yang diberikan anggota keluarga, teman-teman terdekat dan lingkungan
individu tersebut. Ada 4 tipe Social Support yang terdiri dari :
a. Emotional Support
Dukungan ini menyangkut adanya empati, perhatian, kepedulian,
pandangan positif, dan memberikan dorongan atau semangat terhadap
seseorang. Orang yang memiliki skor tinggi akan merasakan adanya perhatian
dan kepedulian dari orang sekitarnya sehingga dia merasa berarti bagi orang
sekitarnya. Sementara orang yang memiliki skor rendah akan merasa orang
53
b. Instrumental support
Dukungan sosial ini melibatkan bantuan langsung, misalnya memberi
atau meminjamkan uang kepada seseorang. Orang yang memiliki skor tinggi
akan menilai bantuan dari orang di sekitarnya baik materi dan bantuan
langsung yang bermanfaat bagi mereka. Sementara oarang yang memiliki skor
rendah menilai tidak mendapatkan bantuan langsung maupun materi dari
orang terdekatnya.
c. Informational support
Dukungan sosial ini meliputi pemberian nasehat, pengarahan, saran
atau feedback mengenai apa yang sedang dilakukan seseorang. Orang yang
memiliki skor tinggi menilai mendapatkan bantuan-bantuan dari orang
sekitarnya berupa nasehat-nasehat, arahan dan saran pada saat individu
tersebut membutuhkannya. Sementara orang yang memiliki skor rendah
menilai tidak mendapatkan bantuan dari orang sekitarnya baik berupa nasehat,
arahan dan saran pada saat individu tersebut membutuhkan
d. Companionship support
Dukungan sosial ini mengacu kepada keberadaan seseorang untuk
menghabiskan waktu bersama orang lain, dengan demikian memberikan
perasaan keanggotaan di dalam kelompok yang berbagi minat dan aktivitas
sosial. Orang yang memiliki skor tinggi menilai bahwa dirinya memiliki
orang-orang terdekatnya untuk menghabiskan waktu bersama. Sementara
54
memiliki orang terdekat untuk menghabiskan waktu bersama seperti lebih
senang melakukan hobi sendirian.
C. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah perempuan Karo penyintas erupsi
Gunung Sinabung. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a) Perempuan Karo
b) Usia Produktif untuk mencari nafkah ; 22-60 tahun.
c) Tinggal di desa daerah sekitar Gunung Sinabung radius 3-6 km
d) Terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.
e) Mengungsi lebih dari 2 tahun.
2. Teknik Sampling
Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah non-probability sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan apabila tidak
semua orang di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi subjek penelitian. Metode pemilihan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah incidental sampling dimana peneliti akan mengambil data dari subjek manapun yang ditemui peneliti sepanjang subjek
55
subjek berdasarkan informasi yang mendahului (purposive knowledge) dan informasi tersebut telah pasti kebenarannya serta memenuhi kriteria subjek
penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala psikologis, yaitu
skala Resilience Quotient (RQ) dan skala Social Support.
1. Pengukuran Resiliensi
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi dalam penelitian
ini menggunakan skala adaptasi dari Resilience Quoteient (RQ) yang disusun berdasarkan penggolongaan resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan
Shatte (2002). Skala resilience menyediakan 56 aitem dengan 5 rentang
respon, (1) Tidak Selalu Benar, (2) Kadang-kadang Benar (3) Cukup Benar,
(4) Biasanya Benar, (5) Sangat Benar. Berikut disajikan dalam bentuk
blueprint
Tabel 1. Blue Print Resiliensi dalam Skala Resilience Quotient (RQ)
No Aspek
Resiliensi
Aitem
Jumlah
F UF
1 Regulasi emosi 4 4 8
2 Pengendalian
Impuls
56
3 Optimisme 4 4 8
4
Analisis
Penyebab
masalah
4 4 8
5 Empati 4 4 8
6 Efikasi Diri 4 4 8
7 Pencapaian 4 4 8
2. Pengukuran Social Support
Skala social support mengukur 4 bentuk dukungan sosial. Pembuatan
skala ini mengacu pada teori tipe dukungan sosial yag dikemukakan oleh
Sarafino (2008) yang berisi 34 aitem. Penyusunan skala Social support dibuat
dalam bentuk skala likert. Untuk masing-masing aitem, pilihan jawaban bergerak
dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Pada aitem favorable, semakin
tinggi skor partisipan pada masing-masing aspek berkontribusi pada semakin
tingginya bentuk Social support. Sebaliknya semakin rendah skor pada
masing-masing aspek akan berkontribusi pada semakin rendahnya bentuk Social support
yang diterima individu tersebut. Hal ini berlaku kebalikannya pada aitem-aitem
57
Tabel 2. Blue Print Skala Social Support
Bentuk Social Support Aitem Bobot Jumlah
58
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Alat Ukur
Validitas isi pada alat ukur yang dilakukan berhubungan dengan
pengujian yang sistematis terhadap isi (konten) dari tes untuk mengetahui
apakah tes tersebut secara representatif telah mencakup konsep yang ingin
diukur (Anastasi & Urbina, 2006). Validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dari
professional judgement (Azwar, 2010). Validitas isi dalam penelitian ini
diperoleh dengan bertanya kepada ahli (professional judgement) yaitu dosen yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan pendapat atas isi tes dan
menggunakan jasa profesional dalam bidang linguistik.
2. Uji Daya Diskriminasi Aitem
Tujuan dari dilakukannya uji diskriminasi item adalah untuk melihat
sejauh mana item dapat membedakan antara individu yang memiliki atribut
yang akan diukur dengan individu yang tidak memiliki atribut yang akan
diukur. Pengujian daya diskriminasi item ini dilakukan dengan komputasi
koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan skor total tes
itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment
59
diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
menjadi 0,25 sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai. Nilai
daya beda item yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.25 sehingga
hanya item-item yang memiliki nilai beda item diatas 0.25 yang akan lolos
seleksi.
3. Reliabilitas Alat Ukur
Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan pendekatan konsistensi internal berupa koefisien cronbach
alpha. Metode ini menguji konsistensi tes antar aitem atau antar bagian. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila konsistensi di antara
komponen-komponen yang membentuk tes tinggi. Dalam Azwar (2010), reliabilitas
dianggap memuaskan apabila koefisien konsistensinya mencapai 0,9. Dalam
penelitian ini, perhitungan koefisien reliabilitas akan dilakukan secara
komputasi.
F. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti menggunakan skala The Resilience Quotient
60
professional judgement dan ahli linguistik. Keseluruhan item pada skala ini berjumlah 56 aitem skala Resilience Quotient dan 34 aitem skala Social
Support dengan masing-masing rentang respon. Skala diprint pada kertas berukuran A4 dan berbentuk booklet
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah teruji validitas dan reliabilitasnya, peneliti melakukan
pengambilan data kepada populasi dan sampel sesuai dengan kriteria. Sampel
yang digunakan peneliti dalam pengambilan data berjumlah 60 orang.
Pengambilan data dilakukan di beberapa posko pengungsian seperti
Universitas Karo, Gedung Serba Guna, Posko pengungsian Paroki, Korpri dan
Desa Siosar. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai
Januari 2016 dengan cara menghampiri responden satu persatu, menjelaskan
tujuan penelitian, meminta kesediaan mereka untuk menjadi responden,
membacakan pertanyaan-pertanyaan dalam skala penelitian yang dibantu oleh
penerjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Karo dan ditutup dengan
pemberian reward berupasatu buah sabun mandisebagai ucapan terima kasih.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah memperoleh data dari subjek, peneliti akan melakukan
pengolahan data dengan komputasi dan dibantu oleh program IBM SPSS
61
G. Metode Analisis Data
Penentuan metode statistik yang digunakan sangat dipengaruhi oleh
tujuan penelitian dan jenis data. Seperti yang telah dikemukakan di depan,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Social Support
dengan Resiliensi perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung.
Teknik analisa inferensial yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah statistika parametrik dengan menggunakan teknik korelasi Pearson
Product Moment. Seluruh analisa data pada penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer, yaitu program IBM Statistic SPSS 20.0 for
windows. Penelitian ini juga perlu memenuhi asumsi-asumsi tertentu, seperti:
1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Test of Normality pada program SPSS untuk melihat apakah sampel yang digunakan berasal dari
populasi yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas akan menggunakan
One Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika
nilai p > 0.05.
2. Uji linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Test for Linearity pada
62
normalitas, asumsi linearitas dianggap terpenuhi apabila signifikansinya
berada di bawah 0,05.
H. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Tahap selanjutnya setelah alat ukur selesai disusun adalah melakukan
uji coba alat ukur pada sekelompok kecil responden guna mengetahui apakah
kalimat yang digunakan dalam aitem mudah atau dapat dipahami dengan
benar oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis dan untuk
mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkapkan apa yang diukur
(Azwar, 2012). Uji coba pada penelitian ini dilakukan pada 42 orang subjek
yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek yang diinginkan pada
penelitian ini.
1. Hasil Uji Coba Skala Resilience Quotient
Jumlah skala Resilience Quotient yang diujicobakan terdiri dari 56 aitem.
Setelah dilakukan analisis aitem, diperoleh 22 aitem yang memiliki nilai
diskriminasi diatas 0,25 dan terdapat 34 aitem yang gugur. Hasil uji coba
terhadap skala Resilience Quotient menunjukkan nilai diskriminasi yang
63
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Resilience Quotient setelah uji coba
No Aspek
Resiliensi
Aitem
Jumlah Bobot
Favorable Unfavorable
1 Regulasi emosi 13 7, 31 3 13,62%
2 Pengendalian Impuls
15 36 2 9,08%
3 Optimisme 53 3, 39, 43 4 18,16%
4 Analisis
Penyebab Masalah
- 1, 44 2 9,08%
5 Empati 10, 34, 37, 46 24, 50 7 31,78%
6 Efikasi Diri 28, 29 20 3 13,62 %
7 Pencapaian - 16,45 2 9,08 %
64
2. Hasil Uji Coba Skala Social Support
Jumlah skala Social Support yang diujicobakan terdiri dari 34 aitem.
Setelah dilakukan analisis aitem, diperoleh 24 aitem yang memiliki nilai
diskriminasi diatas 0,25 dan terdapat 10 aitem yang gugur. Hasil uji coba
terhadap skala Social Support menunjukkan nilai diskriminasi yang bergerak
dari 0,258 sampai dengan 0,679 dengan koefisien sebesar 0,905.
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Social Support setelah uji coba
No Bentuk Social Support
Favorable Unfavorable Total Bobot
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang
terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, analisis dan interpretasi data.
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi subjek penelitian
adalah perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung yang telah
mengungsi selama lebih dari 2 tahun. Adapun jumlah sampel yang terlibat
dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang dengan rentang usia 22
sampai dengan 60 tahun. Berikut ini merupakan deskripsi dari subjek
penelitian berdasarkan usia, status pernikahan, pendidikan asal desa, dan
lama mengungsi.
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia Kategori Jumlah (N) Persentase
20-40 Dewasa dini 26 43,4%
41-60 Dewasa Madya 34 56,6%
60+ Lansia - -
66
Rentang usia dari subjek penelitian ini adalah usia produktif antara
22 sampai dengan 60 tahun. Menurut Hurlock (2008) tahap perkembangan
manusia usia dewasa terdiri atas 3 kategori yaitu dewasa awal usia 18-40
tahun, dewasa madya 41-60 tahun dan lansia 60 tahun keatas. Tabel diatas
menunjukkan bahwa subjek penelitian terbanyak berada pada masa
dewasa dini, yaitu sebanyak 26 responden (43,4%) dan masa dewasa
madyasebanyak 34 responden (56,6%).
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan
Penyebaran subjek penelitian berdasarkan status pernikahan dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan
Status Jumlah (N) Persentase
Belum Menikah - -
Menikah 48 80%
Pernah Menikah 12 20%
Total 60 100%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang menikah
sebanyak 48 responden (80%) dan responden yang pernah menikah
67
3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Penyebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
Jumlah (N) Persentase
SD 21 35%
SMP 20 33,3%
SMA/Sederajat 16 26,7%
S1 3 5%
Total 60 100%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden terbagi dari 4
tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 21 orang (35%), SMP sebanyak 20
(33,3%), SMA/sederajat sebanyak 16 orang (26,7%) dan S1 sebanyak 3
orang (5%).
4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Asal Desa
Penyebaran subjek penelitian berdasarkan asal desa dapat dilihat
68
Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Asal Desa
Desa Jumlah (N) Persentase
Gamber 14 23,3%
Kutagugung 6 10%
Simacem 15 25%
Sukanalu 13 21,7%
Tiga Pancur 12 20%
Total 60 100%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari
5 desa yaitu Desa Gamber sebanyak 14 orang (23.3%), Desa Kutagugung
sebanyak 6 orang (10%), Desa Simacem sebanyak 15 orang (25%), Desa
Sukanalu sebanyak 13 orang (21,7%) dan Desa Tiga Pancur sebanyak 12
69
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Tabel 9. Rangkuman Uji Normalitas dengan menggunakan
One Sample Kolmogorov-Smirnov
Variabel Nilai Z Nilai p Keterangan
Resiliensi 0.686 0.735 Sebaran Normal
Social Support 0,840 0.480 Sebaran Normal
Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan ( ) 0.05. Data
dikatakan terdistribusi normal apabila nilai p > . Berdasarkan data pada
tabel dapat dilihat bahwa nilai sebaran (Z) masing-masing variabel sebesar
0.686 dan 0,840 dengan p > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data
penelitian telah terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Tabel 10. Uji Linearitas Variabel Resiliensi dan Social Support
Variabel P F Keterangan
Resiliensi dan Social Support
0.009 7,801 Hubungan
70
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai signifikansi linearitas
adalah 0,009 (p < 0.05); dengan demikian uji asumsi linearitas variabel
Resiliensi dan Social Support terpenuhi secara signifikan.
2. Hasil Utama Penelitian
Tabel 11. Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat hubungan
antara resiliensi dengan social support dengan resiliensi pada Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung dengannilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0.314; p = 0.014 dengan p < 0,05. Tanda positif menunjukkan
bahwa variabel resiliensi pada Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung
71
3. Hasil Tambahan
a. Gambaran Mean pada 7 faktor resiliensi
Tabel 12. Gambaran Mean 7 Aspek Resiliensi
Descriptive Statistics
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi dalam
penelitian ini adalah The Resilence Quotient (RQ), yang disusun oleh Reivich & Shatte (2002). RQ tes ini merupakan alat tes yang telah baku.
Alat ukur resiliensi ini didasarkan pada 7 faktor, yang terdiri dari, yaitu:
Regulas Emosi, Pengendalian Impuls, Optimisme, Analisis Penyebab
Masalah, Empati, Efikasi diri dan Pencapaian.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa
nilai mean masing-masing faktor resiliensi sebagai berikut; regulasi emosi
sebesar 9,03, Pengendalian Impuls sebesar 6,42, Optimisme sebesar 9,62,
Analisis Penyebab Masalah sebesar 6,17, Empati sebesar 17,77, Efikasi
72
b. Gambaran Mean pada 4 jenis Social Support
Tabel 13. Gambaran Mean 4 jenis Social Support
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Emotional Support 60 31,07 3,267
Instrumental
Support 60 5,47 1,200
Informational
Support 60 10,00 1,484
Companionship
Support 60 27,48 3,202
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur social support dalam
penelitian ini disusun berdasarkan 4 dimensi yang dikemukakan oleh
Cohen, Mc. Kay (dalam Sarafino. 1990). Alat ukur ini didasarkan pada 4
jenis social support, yaitu ; Emotional support, Instrumental Support,
Informational Support dan Companionship Support. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean
masing-masing jenis social support sebagai berikut; Emotional support sebesar 31,07, Instrumental Support sebesar 5,47, Informational Support sebesar
73
c. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support pada pada masing-masing desa.
Tabel 14. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support
pada masing-masing desa
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa
nilai mean resiliensi pada masing-masing desa sebagai berikut; Gamber
sebesar 70,36, Kutagugung sebesar 62,33, Simacem sebesar 61,80, Sukanalu sebesar 65,92 dan Tiga Pancur sebesar 67,42. Untuk nilai mean
social support pada masing-masing desa, diperoleh hasil sebagai berikut;
Gamber sebesar 73,36, Kutagugung sebesar 79,33, Simacem sebesar
74
d. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan usia.
Tabel 15. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan
Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan usia
N Mean
Dari pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean
resiliensi Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan
usia sebagai berikut; Dewasa Dini sebesar 63,27 dan Dewasa Madya
sebesar 67,85. Dari pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai
mean social support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung
berdasarkan usia sebagai berikut; Dewasa Dini sebesar 72,62 dan Dewasa
75
e. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tabel 16. Gambaran Mean Resiliensi dan Social Support Perempuan
Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung Tingkat Pendidikan
N Mean
Dari pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean
resiliensi Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan
tingkat pendidikan sebagai berikut; SD sebesar 66,52, SMP sebesar 69,55,
SMA sebesar 61,44 dan S1 sebesar 60,33. Dari pengolahan data, diperoleh
hasil penelitian bahwa nilai mean social support Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung berdasarkan tingkat pendidikan
sebagai berikut; SD sebesar 74,67, SMP sebesar 74,70, SMA sebesar
71,94 dan S1 sebesar 76,00.
D. Pembahasan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi pada
Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung memiliki hubungan
76
social support dan resiliensi bernilai positif, yang berarti semakin tinggi tingkat social support yang diterima dan diberikan Perempuan Karo
penyintas erupsi Gunung Sinabung maka akan semakin tinggi juga tingkat
resiliensi yang dimilikinya, demikian juga sebaliknya.
Untuk dapat menjadi individu yang resilien dalam situasi bencana
seperti saat ini, Perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung
membutuhkan dukungan dari sekitarnya. Dukungan ini dapat berupa
hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan yang menyenangkan,
ataupun hubungan dengan orang lain diluar keluarga (Grotberg, 1999).
Dipengungsian, kaum Perempuan Karo dapat memperoleh dukungan
dalam bentuk emotional support jenis dukungan ini melibatkan rasa empati dan peduli terhadap seseorang yang akan memberikan perasan
nyaman dan dapat membuat individu merasa lebih baik. Perempuan Karo
dipengungsian saling menyemangati, saling membantu dan saling
mengingatkan bahwa mereka tidak sendirian dan dapat melewati bencana
ini bersama-sama. Mereka percaya, ada keluarga yang masih akan
berjuang bersama mereka dan ada Tuhan yang akan meringankan segala
beban. Instrumental support meliputi bantuan yang diberikan secara langsung atau nyata seperti memberikan barang bantuan kepada
pengungsi,mereka beberapa kali mendapatkan bantuan dari pemerintah dan relawan. Prinsip adat yang dipegang erat oleh masyarakat Karo yang
menyatakan bahwa orang Karo bersaudara karena marga dan prinsip
77
untuk berbagi kebutuhan dan barang-barang bantuan yang ada
dipengungsian. Ada kalanya mereka akan mendapatkan bantuan secara
personal, tetapi ketika bantuan itu tidak untuk semua orang, maka mereka
tidak akan segan untuk berbagi dengan sesama pengungsi yang
membutuhkan.
Informational support merupakan bentuk dukungan berupa pemberian nasehat, petunjuk ataupun informasi baru. Di pengungsian,
kegiatan sharing dan kegiatan kegamaan menunjukkan adanya dukungan sosial yang terjadi antar sesama perempuan pengungsi. Bentuk social
support yang selanjutnya adalah Companionship support adalah jenis dukungan yang diberikan dengan cara membuat kondisi agar seseorang
merasa menjadi bagian dari suatu kelompok.
Kehidupan masyarakat Karo berpusat di Kuta (desa), disanalah
sebagian besar mereka tinggal (Prints, 1996). Pada umumnya masyarakat
desa yang mengungsi akibat erupsi gunung Sinabung merupakan
penduduk dari Kuta yang sama. Kuta masyarakat Karo mempunyai tata
susunan yang berdasarkan adat. Setelah terjadi erupsi Gunung Sinabung
dan mengharuskan mereka untuk tinggal dipengungsian, mereka tetap
menjalankan kehidupan sesuai dengan peraturan adat seperti rakut sitelu
dan beberapa peraturan adat tentang desa, hal inilah yang menjadikan
mereka tetap merasakan dukungan dari kelompoknya.
Perbedaan budaya menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
78
dibesarkan dengan budaya yang mengajarkan mereka untuk menjadi sosok
yang tangguh. Perempuan Karo sejak kecil sudah terbiasa dengan
pekerjaan yang berat seperti membantu orang tua mengurus rumah tangga
dan mencari nafkah tetapi tidak dijadikan sebagai kaum yang dominan di
dalam adat, bahkan cenderung tidak diperhitungkan keberadaannya.
Dalam budaya Karo, perempuan secara tradisional kedudukannya
adalah sebagai pelengkap yang dalam istilah Karo disebut Sirukatnakan
(penyendok nasi). Sirukatnakan berarti, perempuan harus membantu suami, dalam hal seperti mencari nafkah dan mengurus rumah tangga,
tetapi perempuan tidak memiliki hak waris dan hak berbicara dalam adat.
Urusan rumah tangga seperti memasak, menganyam tikar sampai mencari
kayu bakar dan membantu suami mencari nafkahlah yang menjadi bagian
dari tanggung jawab perempuan Karo. Hal ini membuat mereka dapat
menghadapi masa-masa sulit selama di pengungsian dan menjadikan
mereka orang yang resilien. Mereka beradaptasi dalam menjalani
kehidupannya dan proses untuk kembali beradaptasi seperti semula.
Resiliensi adalah kapasitas untuk melambung dari kesukaran hidup. Walsh
(2006) mengungkapkan ini adalah proses aktif dari ketahanan, perbaikan
diri dan pertumbuhan dalam merespon tantangan. Hal ini menolong kaum
perempuan di pengungsian untuk tetap kuat dan bertahan meskipun ada
banyak kesulitan yang mereka rasakan sebagai penyintas erupsi Gunung
79
Perempuan-perempuan Karo merupakan kaum yang resilien,
mereka tidak hanya akan bertahan dan berdiam diri meratapi nasib di
pengungsian tetapi mereka juga berjuang untuk mendapatkan hasil yang
positif dengan berbagai cara seperti tetap menghadapi tantangan dan tetap
berfikiran positif. Mereka juga kembali menyelaraskan diri dan
beradaptasi di pengungsian. Sesuai dengan pernyataan Walsh (2006)
bahwa individu yang resilien percaya bahwa akan membuang waktu jika
hanya menyesak dan mengobati luka, akan lebih baik jika melihat kembali
apa yang sudah terjadi dan mencoba mengambil pelajaran. Sejalan dengan
teori, perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung tidak
membuang-buang waktu mereka dengan meratapi musibah yang terjadi,
mereka menyadari mereka tidak sendirian. Berdasarkan pertalian adat dan
persaudaraan yang kuat, mereka menghadapi kehidupan dipengungsian
dengan saling mendukung dan mencoba mengambil pelajaran bahwa
musibah bukanlah hal yang harus diratapi tetapi harus di jadikan pelajaran
kehidupan yang berharga.
Individu yang resilien akan berusaha mencari dukungan kepada
orang-orang di sekitarnya. Dalam hal ini kaum Perempuan Karo di
pengungsian mulai bergerak dan bangkit dengan menunjukkan dukungan
terhadap satu sama lain, mereka saling menyemangati, saling membantu
dan saling mengingatkan bahwa mereka tidak sendirian dan dapat
menghadapi bencana ini bersama-sama. Reiveich & Shatte (2002)
80
penyembuhan. Dukungan sosial juga dikaitkan dengan kemampuan yang
membantu seseorang ketahanan menghadapi stress. Lazarus dan Folkman
mendefinisikannya dukungan sosial sebagai sumber dari personal dan
sosial yang membuat individu mampu melakukan coping. Untuk bertahan
di pengungsian akibat bencana dan ketika berhadapan dengan
kondisi-kondisi yang menekan diperlukan 3 aspek yang disebut sebagai protective factor. Istilah protective factor merupakan faktor-faktor yang membantu
dan mendukung untuk bangkit dan pulih dari kesulitan yang dihadapi.
Tiga aspek yang termasuk dalam dalam protective factors (Everall, dkk)
yaitu : individu, keluarga dan faktor eksternal atau komunitas.
Sejalan dengan teori diatas, keberadaan keluarga dan faktor
dukungan lingkungan menjadi hal yang mempengaruhi kekuatan
perempuan Karo untuk bangkit dan bertahan menghadapi tekanan akibat
bencana erupsi Gunung Sinabung. Posko pengungsian yang dibagi
berdasarkan desa tempat mereka tinggal menjadikan dukungan antara
sesama pengungsi terjadi secara alami. Perasaan persaudaraan yang kuat
dan keadaan yang mengharuskan mereka untuk berbagi, berinteraksi dan
menjalani keseharian bersama memberikan ketenagan pada perempuan
Karo bahwa walaupun harta dan ladang mereka terkena abu erupsi,
bencana ini akan segera terlewati dan mereka tidak mengalaminya
sendirian. Penerimaan yang diberikan lingkungan pengungsian juga
81
Bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah, kegiatan sharing, menghabiskan waktu bersama dan kegiatan keagamaan menunjukkan
adanya dukungan sosial yang terjadi antar sesama perempuan pengungsi.
peran significant others juga dapat memotivasi untuk melakukan hal yang
terbaik. Melalui afiliasi dan identifikasi dengan lingkungan sosial, individu
dapat meningkatkan kualitas ketahanannya terhadap guncangan dan stress
sehingga menjadi lebih resilien (Warner, dalam Everall, dkk, 2006).
Social support yang tinggi yang dimiliki perempuan Karo berperan penting dalam membantu mereka untuk bangkit memulai kembali dari titik
nol kehidupan mereka sebagai penyintas erupsi Gunung Sinabung.
Hubungan kekeluargaan, bantuan dari pemerintah, kehadiran relawan
menambah semangat mereka dan membantu mereka untuk tetap optimis
berharap keadaan Gunung Sinabung akan semakin membaik dan mereka
akan segera mendapatkan bantuan berupa ladang ataupun sumber
penghasilan yamg lain.
Reivich dan Shatte (2002) dalam bukunya The Resilience Factor: Seven Essential Skills For Overcoming Life's Obstacles menjelaskan ada
tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu emotion regulation
(regulasi emosi), impuls control (pengendalian impuls), optimism
(optimisme), empathy (empati), causal analysis (analisis penyebab masalah), Self-Efficacy (efikasi diri) dan reaching out. Berkaitan dengan
pendapat diatas, rata-rata perempuan Karo Penyintas erupsi Gunung
82
mampu untuk berfikir positif ketika menghadapi bencana erupsi Gunung
Sinabung. Dalam menghadapi setiap bencana alam seperti erupsi Gunung
Sinabung dan konflik yang terjadi pasca mengungsi, perempuan Karo akan
menggunakan sumber dari dalam dirinya sendiri untuk mengatasi masalah,
tanpa harus merasa terbebani dan bersikap negatif terhadap kejadian
tersebut. Berdasarkan pengataman peneliti di lokasi pengungsian adalah
perempuan Karo gemar bertukar pikiran dan bercerita ketika ada hal yang
mengganjal di hatinya. Mereka tidak menyimpannya sebagai beban,
mereka melihatnya sebagai sebuah jalan lain menuju pengembangan yang
lebih baik lagi dalam kehidupan.
Bencana erupsi Gunung Sinabung merupakan hal yang bersifat
traumatik dan menimbulkan tingkat stress yang tinggi sehingga diperlukan
resiliensi yang lebih tinggi dalam menghadapi dan mengendalikan diri.
Dampak yang dirasakan begitu ekstrim, menguras emosional dan
membutuhkan resiliensi dengan cara bertahap untuk menyembuhkan diri.
Orang yang resilien biasanya menghadapi trauma dengan tiga karakteristik
yaitu (1) mereka menunjukkan task oriented coping style mereka melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi kemalangan, yang
pada perempuan Karo ditunjukkan dengan kegiatan menonton tv bersama,
bercerita antar sesama pengungsi dan memasak bersama. (2) mereka
mempunyai keyakinan kuat bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari
kehidupan mereka. Pada perempuan Karo, hal ini dapat dilihat dari
83
orang lain) dari pagi hari bersama kelompok aron (tani) mereka, kemudian
pada malam harinya barulah mereka kembali kepengungsian. (3) individu
yang mampu kembali ke kehidupan normal lebih cepat dari trauma dan
mengetahui bagaimana berhubungan dengan orang lain sebagai cara untuk
mengatasi pengalaman yang mereka rasakan. Pasca erupsi Gunung
Sinabung perempuan Karo yang telah tinggal dipengungsian selama lebih
kurang selama 3 tahun, secara bertahap mampu untuk kembali menjalani
kehidupan mereka secara normal. Mereka berkegiatan bersama pengungsi
lainnya seperti memasak bersama, mengurus anak, berladang, berdiskusi
hingga menonton tv. Hal ini termasuk kedalam interaksi sosial yang
berhubungan dengan social support yang bermanfaat untuk mengatasi
kesedihan trauma atas pengalaman bencana erupsi dan kerugian berupa
moril dan material yang mereka alami.
Berdasarkan klasifikasi usia yang diperoleh dari data penelitian,
ditemukan bahwa Perempuan Karo yang berada pada kategori dewasa
madya memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dari Perempuan Karo
yang berada pada kategori dewasa muda. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
mean sebesar 67,85 untuk kategori perempuan Karo dalam usia dewasa
madya sementara untuk perempuan Karo dalam kategori dewasa dini,
diperoleh nilai mean sebesar 63,27. Sesuai dengan faktor-faktor resiliensi
yang dikemukakan oleh Grotberg (2004) Usia mempengaruhi kemampuan
resiliensi seseorang. Individu dengan usia dewasa muda (20-40 tahun
84
tahun) merupakan golongan individu yang mempunyai pengalaman hidup
berbeda dan lebih kaya daripada kelompok usia anak dan dewasa. Seiring
bertambahnya usia dan pengalaman, kemampuan individu akan semakin
bertambah untuk menjadi seseorang yang resilien.
Informasi tambahan yang dilihat peneliti dilapangan, penyintas dari
beberapa desa telah mendapatkan rumah relokasi di daerah Siosar dan
sepetak tanah untuk mengganti ladang mereka yang terkena erupsi
Gunung Sinabung . Pemerintah menghimbau mereka untuk menanam
kentang karena sebagian besar masyarakat Karo mencari nafkah sebagai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran
untuk pengembangan penelitian ini.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan social support pada perempuan Karo penyintas erupsi Gunung Sinabung.
2. Kebudayaan Karo yang berintikan Daliken Sitelu berfungi sebagai sistem kekerabatan pada masyarakat Karo dan memiliki hubungan yang positif
terhadap resiliensi dan social support pada Perempuan Karo penyintas
erupsi Gunung Sinabung.
3. Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai mean
tertinggi pada variabel resiliensi adalah faktor empati dan nilai mean terendah
diperoleh faktor analisis penyebab masalah Sedangkan untuk variabel social
support nilai mean tertinggi adalah emotional support dan nilai mean terendah
adalah instrumental support. Selanjutnya, dari hasil penelitian tambahan
diperoleh data sebagai berikut :
a. Berdasarkan usia, diperoleh bahwa Perempuan Karo usia dewasa
madya memiliki tingkat resiliensi dan social support yang lebih tinggi
daripada Perempuan Karo yang berusia dewasa muda.
b. Berdasarkan asal desa, diperoleh data bahwa, tingkat resiliensi