PT. SWAKARSA SINARSENTOSA
KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR
KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
MUKLIS
NIM 060 500 105
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
2011
Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah
dilaksanakan di PT. Swakarsa Sinarsentosa Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai
Timur Kalimantan Timur yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret sampai 2 Mei 2009.
Menyetujui
Edy Wibowo K, S. TP, M,Sc NIP. 19711027 200212 12 1 001
Lulus ujian pada tanggal ...2010
Mengesahkan:
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Edy Wibowo K, S. TP, M,Sc NIP. 19711027 200212 12 1 001 Pembimbing Khusnul Khotimah, S. TP NIP. 132 317 915 Penguji Mujibu Rahman, S. TP.M. Si NIP. 1971 1027 2002 12 1002
Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT, yang te lah melimpahkan
rahmat-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas selama Praktek kerja
Lapang (PKL) di PT. Swakarsa Sinarsentosa. Hingga tersusunlah laporan ini.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan PKL ini juga tidak lepas dari
peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Keluarga yang telah memberikan motifasi dan Do’a kepada penulis selama
pelaksanaan kegiatan PKL di PT. Swakarsa Sinarsentosa Kec. Muara Wahau Kab.
Kutai Timur.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.TP. M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Hasil Perkebunan.
4. Khusnul khotimah, S. TP selaku dosen pembimbing PKL saya.
5. Seluruh Staf Dosen dan Teknisi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang telah
banyak memberikan masukan baik itu didalam proses belajar mengajar maupun
diluar jam belajar.
6. Bapak Ir. Parlindungan Hasugian selaku Gendral Maneger PT. Swakarsa
Sinarsentosa Kec. Muara Wahau Kab. Kutai Timur.
7. Bapak Ir. Riyadi, selaku Maneger PT. Swakarsa Sinarsentosa Kec. Muara Wahau
Kab. Kutai Timur.
8. Bapak M. Yusuf selaku pembimbing dan sekaligus sebagai orang tua kami di PT.
Wahau Kab. Kutai Timur.
10. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam laporan ini. Penulis
menyadari dalam laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untk
kesempurnaan laporan ini.
Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik Do’a maupun dukungan
moral dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin. Dalam penyusunan laporan ini
penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan keritik yan
bersifat membangun bukan menjatuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Hasil Yang Diharapkan... 3
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan... 4
B. Manajemen Perusahaan ... 5
C. Lokasi dan Waktu PKL... 6
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak kelapa Sawit ... 7
1. Pemanenan ... 7
2. Transportsi Buah ... 13
3. Penerimaan dan Penimbangan Buah di Pabrik ... 16
4. Grading dan Sortasi ... 18
5. Stasiun Loading Ramp... 21
6. Stasiun Perebusan... 24
7. Proses Penebahan ... 27
8. Proses Pressan... 29
9. Proses Klarifikasi ... 32
10. Proses pengolahan Inti Sawit ... 35
B. Pengolahan limbah Pabrik Kelapa Sawit 38
1. Pengolahan Limbah Cair ... 38
2. Pengolahan Limbah Padat ... 40
C. Analisa Pengujian Mutu Minyak Sawit ... 42
1. Penentuan Kandungan Asam Lemak... 42
2. Penentuan Kadar Air ... 44
D. Analisa Pengujian Mutu Kernel ... 46
1. Penentuan Kadar Air Kernel Sawit ... 46
2. Penentuan Kadar Kotoran Kernel ... 48
3. Penentuan Kehilangan Kernel Pada Fibercyclone, LTDS & Shell Claybath... 50
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 52
No. Halaman
1. Kelompok fraksi TBS yang diterima dipabrik ... 11
No. Halaman
1. Diagram proses pengolahan Cruide Oil ...57
2. Diagram proses pengolahan Nut ...58
3. Pemanenan buah kelapa sawit ...59
4. Tandan buah sawit ...59
5. Jembatan timbangan ...60 6. Loading ramp ...60 7. sterilizer ...61 8. Transfer carriage ...61 9. tippler ...62 10. Digester ...62 11. Screew pres ...63
12. Nut phollishing drum ...63
13. Cly bath ...64
14. Kernel drying silo ...64
15. Sand Trap Tank ...65
16. Pengemasan kernel ...65
17. Vibrhatting screen ...66
18. Countinous sattle tank (CST), Oil Tank and Sludge Tank ...66
19. Sand Cyclone ...67
20. Decanter ...67
21. Oil purifier ...68
22. Vaccum Drier ...68
No. Halaman
1. Diagram alur proses pengolahan Cruide Oil ...57
2. Diagram alur proses pengolahan Nut ...57
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia di Indonesia yang beraneka ragam merupakan
sebagian kecil dari karunia Tuhan Yang Maha Esa. Pada jaman sekarang ini
kemajuan dan perkembangan teknologi begitu pesat, maka untuk
mengimbangi hal tersebut di perlukan suatu kemampuan dari seseorng yang
tidak hanya memiliki latar belakang pendidikan (teori) yang memadai, tetapi
juga harus memiliki keahlian di bidang pengetahuan di lapangan (praktek).
Tingginya permintaan terhadap minyak sawit dunia (CPO), secara
tidak langsung mendorong tumbuhnya dan perkembangan industri minyak
kelapa sawit di Indonesia. Daerah perindustriannya pun telah menyebar
diberbagai daerah khususnya pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
Kalimantan sendiri telah menggalakkan revatalisasi perkebunan dengan tujuan
membudidayakan lahan- lahan tidur menjadi lahan perkebunan. Dengan begitu
diharapkan masyarakat sekitar dapat memperoleh kesejahteraan hidup.
Tujuan pembangunan perkebunan di Indonesia adalah untuk
meningkatkan produktivitasnya juga meningkatkan nilai tambah dari suatu
komoditas yang di capai melalui proses pengolahan dari yang mentah menjadi
bahan setengah jadi ataupun barang jadi. Industri pengolahan minyak kelapa
sawit memungkinkan terciptanya mata rantai pengolahan didalam negeri, hal
Untuk memperoleh tenaga kerja yang terampil perlu disiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu mengembangkan sumber daya alam
yang ada.
PT. Swakarsa Sinarsentosa merupakan salah satu perusahaan yang
telah lama berkecimpung didunia industri kelapa sawit. Perusahaan ini telah
memberikan kontribusi besar terhadap laju perekonomian nasional karena
berperan dalam menyumbang devisa bagi negara dan meningkatkan
perekonomian-perekonomian masyarakat sekitar. Dengan menerapkan konsep
pengolahan yang berwawasan lingkungan, maka tidaklah mengherankan jika
perusahaan ini telah banyak mendapatkan penghargaan dari beberapa instansi
terkait, baik skala Nasional maupun Internasional. Sehingga ekosistem yang
ada di daerah tersebut tetap terjaga kelestariannya serta pihak perusahaan
senantiasa memberikan kontribusi sosial maupun ekonomi terhadap
masyarakat sekitar dalam bentuk bantuan pengobatan gratis.
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP) merupakan suatu wadah pendidikan
yang diharapkan mampu menyiapkan tenaga ahli dibidang perkebunan,
khususnya Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.
B. Tujuan
1. Mempelajari dan memahami proses pengolahan kelapa sawit secara
2. Melakukan pengawasan dan penganalisaan mutu dari CPO dan inti yang
akan dihasilkan.
3. Mempelajari dan memahami tata cara penggunaan alat-alat bahan dan
sarana yang ada dilapangan.
4. Menambah pengetahuan mahasiswa agar mampu berpikir secara praktis
dalam mengenal kegiatan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
C. Hasil Yang Di Harapkan
1. Agar Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami semua tahapan proses
pengolahan kelapa sawit.
2. Agar Mahasiswa dapat mengenal dan memahami cara kerja semua alat
yang digunakan pada saat proses pengolahan CPO.
3. Agar Mahasiswa dapat menerapkan hasil PKL pada saat terjun langsung di
II.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
PT. Swakarsa Sinarsentosa didirikan pada tahun 1995, yang bergerak
dalam bidang usaha Perkebunan Kelapa Sawit. PT. Swakarsa Sinarsentosa
merupakan anak perusahaan yang bernama PT. Dharma Satya Nusantara
Group (DSN Group), karena populasi kayu dihutan semakin menipis dan
untuk memanfaatkan lahan yang telah ditebang maka dibuatlah Perkebunan
Kelapa Sawit. Untuk bidang Perkebunan Kelapa Sawit PT. DSN Group
memiliki empat anak perusahaan, antara lain PT. Swakarsa Sinarsentosa ; PT.
Dharma Intisawit Nugraha, PT. Dharma Agrotama Nusantara, PT. Dewata
Sinarsentosa.
Perusahaan ini berlokasi di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten
Kutai Timur, yang berjarak ? 350 km dari kota Samarinda dan waktu yang dapat ditempuh dengan kendaraan darat 8 – 11 jam.
PT. Swakarsa Sinarsentosa mulai melakukan penanaman kelapa sawit
pada tahun 1996 dan saat ini areal sawit yang telah ditanam diluas + 17.500
ha. Untuk areal tanaman kelapa sawit PT. Swakarsa Sinarsentosa memiliki
empat (4) site, yaitu site jabdan 1, Jabdan 2, Long Jenew 1, jenew 2, yang
masing- masing site dipimpin oleh manajer kebun. Site Jabdan 1, terdiri dari
pertama kali dikembangkan, yang terdiri dari tujuh afdeling (afdeling
6,7,8,9,10,11, dan 12). Long Jenew 1 merupakan lokasi pembukaan lahan baru
yang terdiri dari empat afdeling (afdeling 4,5,6, dan 7) dan Long Jenew 2
merupakan lokasi pembibitan Kelapa Sawit. Selain itu pembukaan lahan
perkebunan baru telah dibuka untuk PT. Dharma Intisawit Nugraha dan PT.
Dharma Agrotama Nusantara. Untuk PT. Dharma Intisawit Nugraha
direncanakan akan membangun lima site yaitu Long Kejiak 5 yang
masing-masing terdiri atas lima afdeling dan site yang telah dibuka adalah Long
Kejiak 1 dengan 3 afdeling.
Untuk pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, PT. Swakarsa
Sinarsentosa memiliki pabrik pengolahan dengan kapasitas produksi 90 ton /
jam dengan waktu produksi ? 20 jam dalam 1 hari.
PT. Swakarsa Sinarsentosa memiliki dua kantor, salah satu kantor
terletak di Samarinda yang mengatur dan mengelola surat-surat yang akan
dikirim ke pusat. Sementara kantor yang satu mengatur dan mengola data
kegiatan di lapangan dan pabrik kelapa sawit, (PKS). Untuk mengatur
kegiatan di lapangan terdiri dari berbagai divisi yang mempunyai tugas
berbeda dalam pekerjaan.
B. Manajemen Perusahaan
Jumlah karyawan yang terdapat di lokasi Pabrik PT. Swakarsa
Sinarsentosa sebanyak 161 orang yang terbagi dua ship untuk karyawan
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan
Program Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini
dilaksanakan di PT. Swakarsa Sinarsentosa, Kecamatan Muara Wahau,
Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur selama 2 bulan terhitung mulai
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 1. Pemanenan
a. Tujuan
1) Mendapatkan jumlah TBS yang tinggi
2) Minyak dan kernel diperoleh dengan kualitas yang baik sehingga
mendapatkan rendemen yang tinggi.
b. Dasar Teori
Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun.
Buahnya menjadi masak 5,5 bulan setelah penyerbukan, dalam
pemanenan perlu diperhatikan beberapa ketentuan umum agar buah
yang dihasilkan baik mutunya, sehingga minyak yang dihasilkan juga
bermutu tinggi.
Ciri-ciri tandan matang panen ialah adanya buah yang terlepas
atau jatuh dari tandannya sekurang-kurangnya 5 buah untuk tandan
yang beratnya 10 kg atau lebih. Pemanenan harus dilaksanakan pada
saat yang tepat, sebab pemanenan yang dilakukan pada saat yang tepat
akan menentukan kualitas dan kuantitas buah kelapa sawit. Proses
pembentukan minyak didalam buah berlangsung selama 24 hari, yaitu
pada buah yang mulai masak. Pemanenan yang dilakukan sebelum
buah yang lepas dari tandan dan jatuh ketanah. Buah yang terlalu
masak, sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi
kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) yang akan mengakibatkan
rendahnya mutu minyak dan buah yang terlalu masak juga lebih
mudah terserang hama atau penyakit.
Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru dipanen
biasanya < 0,3 % asam lemak yang diperoleh dari buah yang tetap
berada pada janjang sebelum diolah (dan tidak mengalami memar)
tidak pernah melewati 1,2 %. Sedangkan ALB brondolan biasanya
sekitar 5,0 %. Dilain pihak sangat jarang diperoleh ALB dibawah 2 %
pada Crude Palm Oil (CPO) hasil produksi pabrik kelapa sawit
biasanya sekitar 3 %. Peningkatan ALB yang mencapai sekitar 20 kali
ini terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di
ketel perebusan.
Kriteria matang panen digunakan untuk mengetahui banyaknya
minyak dalam setiap tandan buah kelapa sawit dan juga untuk
mengetahui kualitas buahnya maka perlu diketahui keadaan tandan
buah segar (TBS) yang masuk ke pabrik. Kriteria untuk memanen
suatu tandan pada tanaman kelapa sawit muda sebenarnya sampai
sekarang dalam praktek belum ada pegangan yang tegas.
Pertimbangan-pertimbangan untuk mengalihkan suatu tanaman muda
Diantaranya mendasarkan pada umur tanaman, keadaan tanaman,
banyaknya tandan. (Setyamidjaja, 1991).
Ada 3 macam pengertian matang panen yang harus dibedakan
yaitu :
1). Matang panen tandan
Kriteria kematangan tandan dinyatakan dalam jumlah buah
yang jatuh secara alami dari tandan atau yang disebut membrondol.
Buah yang telah matang tandan jika sekurang-kurangnya terdapat 5
brondolan yang jatuh (untuk tanaman yang baru pertama dipanen)
atau memenuhi 10 brondolan yang jatuh (untuk tanaman yang
sudah dewasa).
2). Matang panen pohon
Kriteria matang panen pohon ialah apabila pohon kelapa
sawit sudah mempunyai paling sedikit 2 tandan buah yang busuk
dan 1 tandan yang sudah matang panen.
3). Matang panen tanaman
Dasar untuk penentuan kriteria matang panen tanaman atau
tanaman matang panen blok itu atau dengan istilah lain dasar kriteria
matang pada tanaman adalah kerapatan panennya. Suatu tanaman atau
blok tanaman yang sudah matang panen ( yang sudah dapat dipanen ),
bila 60 % dari jumlah pohon yang ada pada tanaman atau blok yang
sudah matang panen. Selain itu putaran tergantung pada cepatnya
kemudian 10 hari dan terakhir 7 hari. Dalam hal putaran panen
digunakan simbol sebagai berikut : 7/7 yang artinya 7 hari memanen
dengan putaran 7 hari sedangkan 5/7 artinya 5 hari memanen dengan
putaran 7 hari.
Pada pemotongan buah dikenal dengan istilah ancak panen,
yaitu areal yang dipanen pada hari- hari tertentu. Pada umumnya ancak
panen kelapa sawit ialah ancak giring yaitu dalam menyelesaikan
tugasnya setiap hari pemanenan dapat berpindah pindah 2 atau 3 kali
dengan melampaui beberapa ancak pemanen lainnya, maupun ancak
kosong disebelahnya.
Standar hasil panen :
1) Buah yang dipanen harus buah matang tidak boleh satupun buah
yang mentah.
2) Tandan yang busuk harus dibanting dan hanya diambil
brondolannya saja.
3) Tangkai janjang maksimum adalah < 5 cm mepet kejanjang. Bila
buah yang kurang matang maka pembentukan minyak didalam
buah belum maksimal sehingga rendemen minyak akan rendah,
sedangkan buah busuk disamping rendemen minyaknya sudah
turun, kadar asam lemak bebasnya pun juga tinggi.
Ilustrasi tambahan tentang kriteria matang panen tandan buah segar
dan inti sawit yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2
di bawah ini.
Tabel 1. Kelompok fraksi TBS yang diterima dipabrik
Simbol Fraksi
Persentasi brondolan
terhadap buah luar Kematangan
0 1,0-12,5 Mentah
1 12,5-25,0 Kurang matang
2 25,0-50 Matang
3 50-75 Matang
4 75-100 Lewat matang
5 Buah dalam membrondol Busuk
Sumber : (Setyamidjaja, 1991)
Tabel 2. Hubungan antara fraksi TBS dan rendemen minyak dan inti sawit.
Simbol Rendemen % ALB minyak sawit
Minyak sawit Inti sawit
0 18,50 5,31 1,57 1 21,79 5,55 1,87 2 23,21 6,41 2,30 3 23,86 6,40 2,71 4 23,59 6,79 3,09 5 20,20 6,62 4,41 Sumber : (Setyamidjaja, 1991)
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
a) Egrek atau dodos.
c) Karung.
d) Kapak.
2) Bahan :
a) TBS (Tandan Buah Segar).
d. Prosedur Kerja
1) Semua tandan yang telah matang harus dipanen, jangan ada yang
ketinggalan ( sebagai ciri bahwa suatu tandan telah matang panen
ialah adanya buah-buah yang jatuh pada pinggiran dekat batang).
2) Tandan buah dipotong dengan dodos atau egrek bergagang
panjang, sebelum tandan buah dipotong pelepah daun yang
menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih dahulu.
3) Pelepah daun yang dipotong dari pohonnya harus ditumpuk secara
teratur pada gawangan mati ( ruang kosong diantara barisan
tanaman ), yang ditelungkupkan.
4) Tandan buah yang dipanen harus diletakkan dipinggiran mengarah
kejalan pikul (pasar pikul) dan buah yang terlepas (brondolan )
harus diletakkan terpisah dengan tandannya.
5) Tandan yang masih bergagang harus dipotong berbentuk cangkem
kodok (seperti huruf V).
6) Tandan buah dikumpulkan ditempat pengumpulan hasil (TPH), dan
diatur baris lima atau sepuluh.
7) Buah-buah yang lepas disatukan terpisah dari tandan dan harus
8) Tandan dan brondolan harus diangkut dengan menggunakan truk
dan harus segera diangkut.
e. Hasil Yang Dicapai
Dengan kriteria panen dan cara panen ini, diharapkan dapat
melaksanakan pemanenan dengan sangat baik, serta kandungan
minyak dalam TBS optimal dengan kandungan ALB (Asam Lemak
Bebas) sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis.
f. Pembahasan
Pada proses pemanenan, buah yang dipane n harus sudah
matang serta memiliki brondolan (buah yang sudah terlepas atau jatuh
dari tandannya) yaitu berjumlah sekitar 5-8 brondolan dan apabila
diilustrasikan dengan fraksi matang buah sawit adalah pada fraksi dua,
karena pada fraksi dua ini kadar minyak yang terkandung didalam
buah kelapa sawit sudah optimal serta kandungan Asam Lemak Bebas
(ALB) nya tidak tinggi.
2. Transportasi buah a. Tujuan
Transportasi buah ini mempunyai tujuan agar Tandan Buah
Segar (TBS) yang datang dari kebun dapat sampai dengan cepat ke
pabrik, dengan kandungan ALB (Asam Lemak Bebas) minimum
dilahan karena pengangkutan dilakukan secepat mungkin dengan
b. Dasar Teori
Buah yang telah dipanen harus segera dikumpulkan dan
diangkut ke TPH yang terdekat. Tandan-tandan buah tersebut disusun
rapi di TPH. Setelah terkumpul di TPH diangkut dan dibawa ke pabrik.
Truk mulai mengangkut TBS sekitar jam 09:00 pagi kemudian
diangkut kepabrik. Sampainya truk kepabrik tergantung jarak antara
kebun dan pabrik. Semakin dekat jarak kebun dengan pabrik maka
semakin cepat sampainya TBS ke pabrik.
Buah kelapa sawit dari hasil pemanenan harus segera diangkut
ke pabrik agar segera dapat diolah, buah yang tidak segar diolah akan
menghasilkan minyak dengan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) tinggi,
sehingga pengolahan harus segera dilaksanakan paling lambat 14 jam
setelah pemanenan. Asam Lemak Bebas pada minyak kelapa sawit
diakibatkan oleh kegiatan Enzim Lipase yang biasanya terjadi sebelum
pemerosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit mengandum enzim
lifase yang sangat aktif yang dapat memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol, bilamana struktur sel buah matang tersebut rusak.
Adapun cara untuk menghindari terbentuknya Asam Lemak
Bebas (ALB) tersebut, pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya. Oleh
karena itu buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut
dengan alat angkutan yang tepat, yang dapat mengangkut buah
c. Alat dan Bahan 1) Alat : a) Truk angkut. b) Tojok. c) Gancu. d) Karung. e) Garuk. 2) Bahan : - TBS hasil panen. d. Prosedur Kerja
1) Seorang operator yang akan mengangkut buah di TPH harus
mengetahui lokasi TPH yang terdapat buah dengan meminta
informasi dari kerani panen.
2) Kebutuhan alat angkut disiapkan sesuai banyaknya buah di
lapangan.
3) Buah diangkut ke truk baik tandan maupun brondolan.
e. Hasil Yang Diharapkan
Dengan transportasi buah ini, diharapkan buah dapat sampai ke
pabrik sebelum 14 jam setelah buah di panen, Karena akan
Faktor penyebab Restan :
1) Apabila jumlah unit tidak sesuai atau kurang dari jumlah
kebutuhan.
2) Faktor jalan (tidak ada alat langsir mekanis dan manual).
3) Unit rusak dan tidak ada penggantinya.
4) Kendala di pabrik (pabrik break down atau antrian panjang).
f. Pembahasan
Transportasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting
karena pada transportasi inilah yang menentukan naik atau tidaknya
kadar Asam Lemak Bebas (ALB) didalam buah kelapa sawit, semakin
lama buah diangkut ke pabrik maka semakin tinggi pula kandungan
Kadar Asam Lemak (ALB) yang terdapat didalam buah kelapa sawit.
3. Penerimaan dan Penimbangan Buah Dipabrik a. Tujuan
1) Untuk mengetahui seluruh TBS yang diterima di pabrik.
2) Untuk mengetahui berat / jumlah hasil CPO dan kernel.
3) Untuk mengetahui jumlah CPO dan kernel yang akan dikirim
keluar pabrik.
b. Dasar Teori
Jembatan timbang digunakan untuk menimbang truk yang
dan CPO. Jembatan timbang yang digunakan oleh pabrik PT.
Swakarsa Sinarsentosa memiliki spesifikasi dari jenis elektronik
dengan merek Avery Berkel dengan kapasitas 50 ton. (Anonim, 1997)
c. Alat dan Bahan 1) Alat : a) Jembatan timbang. b) Truk. c) Slip timbangan. d) Digital control. 2) Bahan : a) TBS. b) Jankos. c) Kernel.
d) Crude Palm Oil (CPO).
d. Prosedur Kerja
1) Pastikan permukaan platform bersih, agar hasil penimbangan yang
diperoleh berat kelapa sawit murni.
2) Pastikan posisi truk dijembatan timbang telah sesuai.
3) Supir dan awak truk lainnya harus turun dan menjauh dari areal
jembatan timbang.
4) Petugas jembatan timbang meminta Surat Pengantar Buah (SPB)
5) Supir dan awak truk lainnya dapat kembali kedalam truk dan mulai
membongkar muatan truk berupa buah kelapa sawit diareal
penumpukan buah atau di stasiun Loading Ramp.
6) Supir truk diharapkan mengambil tiket timbangan pada petugas
jembatan timbang sebelum keluar dari areal pabrik.
e. Hasil Yang Dicapai
Untuk mengetahui berat jumlah TBS yang diterima di pabrik
dan yang akan di produksi, serta mengetahui jumlah CPO dan kernel
yang akan di kirim keluar pabrik.
f. Pembahasan
Penerimaan dan penimbangan dilakukan untuk mengetahui
jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan diolah sewaktu pabrik
berproses, buah yang masuk di pabrik ditimbang untuk menghindari
terjadinya over load sehingga kebutuhan produksi dalam waktu satu
hari dapat terpenuhi.
4. Grading atau Sortasi a. Tujuan
1) Feedback kepada kebun mengenai mutu TBS.
2) Counter check terhadap grading TPH.
b. Dasar Teori
Grading atau sortasi adalah proses pemilihan Tandan Buah
Segar (TBS) berdasarkan kriteria buah yang akan diolah.
Standar hasil panen :
1) Buah yang dipanen harus matang tidak boleh ada satupun yang
mentah.
2) Buah yang busuk harus dibanting dan hanya diambil brondolannya
saja, agar minyak tidak terserap oleh jankos pada saat proses
selanjutnya.
TBS yang tiba di pabrik perlu diketahui mutunya dengan cara
visual (melihat secara langsung), dan dilakukan ditempat penerimaan
buah ( Loading Ramp ). Tujuan sortasi Tandan Buah Segar (TBS)
adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat disiplin panen yang
dilakukan oleh kebun.
TBS yang diterima pabrik harus memenuhi persyaratan sbb :
1) Jumlah brondolan sekurang-kurangnya 12,5 % dari berat TBS
keseluruhan.
2) Tandan terdiri dari buah mentah 0%, buah matang minimal 85%
dan lewat matang maximal 5%.
3) Tandan tidak boleh bertangkai panjang (Panjang tangkai maximal
3 cm).
4) Tidak terdapat tandan kosong.
Kriteria kematangan Buah PKS. Swakarsa Sinarsentosa :
1) Mentah : Brondolan segar yang terlepas kurang dari 5
brondolan.
2) Matang / masak : Brondolan segar yang terlepas 5 atau lebih
dari 5 brondolan.
3) Lewat matang : 75% atau 100% brondolan luar telah lepas.
4) Tandan Kosong : Brondolan yang sisa dalam tandan hanya
25%.
5) Tangkai Panjang : Panjang Tangkai melebihi 3cm dari pangkal
buah.
c. Alat dan Bahan 1) Alat : a) Gancu. b) Skop. c) Sarung Tangan. d) Masker. e) Nota. 2) Bahan :
- TBS (Tandan Buah Segar).
d. Prosedur Kerja 1) Sebelum proses :
b) Lakukan grading TBS terhadap buah mentah, buah busuk,
tangkai panjang, tandan kosong sesuai kriteria yang ditentukan.
c) Buang benda asing (Kayu, karung, besi dll).
d) Lakukan rekap hasil grading.
e. Hasil Yang Dicapai
Dengan adanya sortasi maka, akan kelihatan buah-buah yang
matang dan yang tidak matang, ada juga yang lewat matang (busuk).
Buah yang tidak memenuhi kriteria maka akan dikenakan denda
kepada pengangkut.
f. Pembahasan
Grading atau sortasi dilakukan agar buah yang akan diolah
adalah buah yang sudah benar-benar berkualitas baik. Selain itu juga,
grading dilakukan untuk memperoleh minyak yang berkualitas baik.
5. Stasiun Loading Ramp a. Tujuan
1) Menerima TBS dari kebun.
2) Menyiapkan lori untuk pengisian buah.
3) Untuk mengetahui kapasitas jumlah TBS yang masuk kedalam
pabrik sebelum dilakukan sortasi.
4) Sebagai tempat penampungan TBS dan kontinuitas untuk
b. Dasar Teori
Loading ramp memiliki peranan yang penting karena semua
yang datang dari kebun langsung di turunkan ke loading ramp untuk
diolah. Jika loading ramp mengalami hambatan dalam memuat buah ke
lori maka seluruh bagian pabrik seperti rebusan, press, akan terhenti.
Pada loading ramp menggunakan system FIFO (First In, First Out), di
mana buah yang lebih awal datang akan di olah untuk pertama kalinya,
agar Kadar Asam Lemak bebasnya tidak tinggi, dan bisa
mengakibatkan mutu CPO yang dihasilkan berkualitas rendah.
(Anonim, 2005) c. Alat dan bahan :
1) Alat : a) Pintu Hidrolic. b) Transfer carriage. c) Kapstan. d) Lori. e) Rel. f) Skop. g) Sapu. h) Tojok. i) Gancu. 2) Bahan: - TBS.
d. Prosedur Kerja
1) Pastikan sejumlah lori kosong sudah tersedia dan siap menerima
TBS dari hopper Loading Ramp.
2) Pengaturan truk TBS masuk ke pelataran Loading Ramp yang
teratur sehingga arus kendaraan lancar.
3) Pastikan truk berada pada tempat (pintu-pintu) yang kosong di
Loading ramp.
4) Pengisian Lori harus dimulai dari pintu penerimaan No.1.
5) Lori harus diisi seoptimal mungkin (sesuai kapasitas lori).
6) Setelah pengisian, pastikan TBS diisi merata dan berondolan dari
lantai harus dikembalikan (dinaikan) ke Lori.
7) Lori harus dikirimkan ke bagian belakang rebusan sesegera
mungkin.
8) Penyediaan lori buah yang cukup harus dipastikan dalam operasi di
penerimaan.
9) Semua ceceran brondolan di lantai bawah loading ramp harus
disekop dan dimasukan ke lori.
10) Bagian bawah loading ramp harus selalu dibersihkan dari sampah
dan kotoran lainnya.
e. Hasil yang diharapkan
Di PT Swakarsa Sinarsentosa, memiliki target kapasitas
produksi 90 ton/jam. Maka untuk mencapai kapasitas tersebut,
kali datang diolah terlebih dahulu), agar kadar asam lemak bebasnya
tidak tinggi, dan bisa mengakibatkan mutu CPO yang dihasilkan
berkualitas rendah.
f. Pembahasan
Pada Loading Ramp ini diterapkan prinsip FIFO (First In, First
Out) yang mana buah yang pertama kali masuk harus diolah terlebih
dahulu, agar kadar Asam Lemak Bebas (ALB) nya tidak tinggi atau
dapat diminimaliskan karena apabila buah yang lambat diolah dapat
memicu tingginya kadar ALB, oleh sebab itu di PT Swakarsa
Sinarsentosa ini menerapkan prinsip FIFO ini.
6. Stasiun Perebusan a. Tujuan
1) Menghentikan aktivitas enzim yang terdapat dalam buah.
2) Memudahkan pelepasan brondolan dari tandan.
3) Memudahkan proses pelumatan dan pengepressan buah.
4) Mengurangi kadar air buah, hal ini menyebabkan nut mengalami
dehidrasi sehingga saat diolah kernel mudah lepas dari
cangkangnya.
b. Dasar Teori
Tandan buah Segar (TBS) yang ditumpuk di loading ramp
dengan sistem FIFO (First in First Out) kemudian dimasukkan
kedalam lori- lori yang kapasitas tiap lorinya ialah 7,5 ton TBS/lori.
atau dalam ketel rebusan. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan
atau memasukkan uap panas (steam) selama + 90 menit, dengan
besaran tekanan uap kerja yang digunakan 3 kg/cm2. Pabrik Minyak
Kelapa Sawit PT Swakarsa Sinarsentosa Kalimantan Timur
mempunyai 4 buah sterelizer dengan kapasitas 6 lori/Sterelizer.
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
a) Lori.
b) Alat penarik (Capstan).
c) Jaringan Rail (railtrack).
d) Transfer Carriage System.
e) Sterelizer.
2) Bahan :
a) Buah sawit yang telah dimasak.
b) Steam (uap).
d. Prosedur Kerja
1) TBS berada pada posisnya didalam perebusan.
2) Tutup pintu rebusan dan kunci dengan kuat.
3) Tutup valve pengaman, valve penbuangan uap.
4) Buka pipa inlet perlaha n- lahan dan untuk daerasi buka exhause/
kondensat selama + 5 menit.
5) Puncak pertama dicapai dengan membuka pipa inlet selama tidak
puncak pertama diakhiri dengan menutup pipa inlet dan membuka
pipa exhause hingga tekanan 0 kg/cm2. Kondensat / pipa daerasi
baru dibuka setelah tekanan menunjukan 1,5-1,7 kg/cm2.
6) Ulangi prosedur yang sama untuk puncak kedua dengan waktu
tidak lebih dari 15 menit untuk mencapai tekanan 2,8 kg/cm2.
7) Selanjutnya prosedur ya ng sama dilakukan untuk puncak ketiga,
pada kondisi ini disebut sebagai masa pemasakan dengan waktu
penahanan perebusan adalah 40-50 menit dengan tekanan 2,8
kg/cm2.
8) Setelah waktu pemasakan selesai maka uap yang berada dlam
rebusan dibuang dengan cara, mula-mula dibuka kran pipa
kondensat kemudian setelah tekanan menjadi 2,5 kg/cm2 maka
pipa exhause dibuka.
9) Safety bleed valve baru dibuka ika tekanan menunjukan 0 kg/cm2
terbaca dipressure gauge.
10) Bukalah pintu rebusan perlahan- lahan dan operator harus berdiri
menjauhi arah terbukanya pintu rebusan
11) Tarik keluar TBS yang telah selesai direbus.
e. Hasil Yang Diharapkan
Dari proses perebusan yang baik diperoleh buah yang memiliki
kandungan air yang rendah, buah mudah lepas dari tandan, dan sedikit
f. Pembahasan
Perebusan ini dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya, selain itu juga perebusan dapat meghentikan kerja enzim
Lifase yang mana enzim Lifase ini dapat memicu tingginya kadar ALB
pada buah sawit oleh sebab itu dilakukan proses perebusan. Sistem
perebusan yang dipakai oleh PT Swakarsa Sinarsentosa ini adalah
sistem tripple peak (tiga puncak) yang mana pada tiap puncaknya
(mulai dari puncak pertama hingga puncak ketiga) masing- masing
memiliki tekanan yang berbeda-beda, selain itu juga temperatur dan
lamanya perebusan biasanya tergantung pada mutu TBS yang akan
diolah. Jika TBS cenderung matang maka dengan temperature yang
sama waktu perebusan yang akan lebih pendek, sebaliknya TBS yang
cenderung mentah dengan temperatur yang sama tetapi waktu
perebusan relatif lebih lama.
7. Proses Penebahan a. Tujuan
Proses penebahan ini memiliki tujuan yaitu untuk melepas
berondolan/buah dari tandannya dan memudahkan proses pelumatan
dan pengepresan.
b. Dasar Teori
Fungsi Threser adalah untuk melepaskan atau merontokkan
brondolan dari janjangan. Proses perontokan terjadi akibat adanya
kecepatan lebih kurang 23 rpm. Semakin besar berat rata-rata tandan
(BRT), semakin besar rpm-nya. Untuk menyempurnakan proses
perontokan, disamping siku pengarah yang sudah terpasang, masih
perlu ditambah cakar yang dipasang sejajar dengan kisi sejajar. cakar
ini berfungsi untuk mecabik-cabik tandan agar berondolan yang berada
didalam ikut membrondol. Cakar dibuat dari besi siku atau besi- T 150
mm, panjang 70 cm, sebanyak 12 buah dan dipasang secara seimbang
pada kisi Threser, cakar yang sudah aus harus diganti baru.
c. Alat dan Bahan : 1) Alat :
a) Tippler.
b) Thresher.
c) Fruit Bunch Conveyor.
d) Fruit Bellow Conveyor.
2) Bahan :
a) TBS yang telah terlepas dari tandan.
d. Prosedur Kerja :
1) Lori yang berisi buah sawit yang telah melalui proses perebusan
dipindahkan ke Tippler menggunakan Transfer Carriage.
2) Kemudian lori dituang untuk mengeluarkan isinya berupa buah
sawit yang telah masak memasuki Auto Feader.
3) Kemudian buah yang sudah berada didalam Auto Feader akan
4) Setelah buah terpisah dengan tandannya, buah menuju Fruit
Bellow Conve yor, sedangkan tankosnya menuju Horital Elevator
untuk dibawa keluar pabrik.
e. Hasil Yang Dicapai
Hasil yang didapatkan berupa brondolan yang terlepas dari
tandan sawit. Proses penebahan harus berlangsung sempurna sehingga
tidak ada lagi brondolan/buah yang masih melekat pada tandan.
f. Pembahasan
Pada proses ini buah yang sudah melalui proses perebusan
dipisahkan dengan menggunakan Threser, buah yang benar-benar
sudah memiliki tingkat kematangan yang baik akan terpisah oleh alat
threser ini, sedangkan untuk buah yang memiliki tingkat kematangan
yang kurang baik akan sulit pula terpisah dengan menggunakan alat
ini. Threser ini memiliki putaran sebanyak 23 rpm artinya dalam satu
menit putaran yang dilakukan alat ini adalh sebanyak 23 kali putaran.
8. Proses Pressan a. Tujuan
1) Memisahkan antara daging buah dengan biji.
2) Memisahkan antara minyak dengan daging buah.
3) Memudahkan proses ekstraksi minyak.
b. Dasar Teori
Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang
tingkatan yang diikat pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 5
tingkat pisau dibagian atas digunakan untuk mengaduk atau
melumatkan dan pisau bagian bawah disamping sebagai pengaduk juga
digunakan untuk mendorong masa keluar dari digester. Buah yang
masuk kedalam Digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian
besar daging buah sudah terlepas dari dagingnya. Proses pengadukan
dan peremasan buah akan berlangsung dengan baik jika isi ketel
adukan selalu dipertahankan penuh. Untuk memudahkan proses
pelumatan diperlukan panas dengan suhu 80-90 oC yang diberikan
dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2. proses pengadukan
berlangsung selama 30 menit. Minyak bebas dibiarkan keluar secara
kontinious melalui lubang- lubang didasar ketel. Terhambatnya
pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai
pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau Digester.
Alat pengempa (Screew Press) ialah alat yang digunakan untuk
memisahkan minyak kasar (Crude Oil) dari daging buah (mesocarp)
dan biji (nut).
Cake breaker conveyor memiliki fungsi untuk alat pemecah
cake yang menggumpal dari hasil pressa sehingga serat dan biji dapat
dipisahkan. Cake breaker conveyor terdiri dari pedal-pedal yang
diikatkan pada poros yang berputar dengan kecepatan 52 rpm.
terjadi dengan sempurna dan penguapan air dapat berlangsung dengan
lancar.
Crude Oil Tank memiliki fungsi sebagai penampung minyak
hasil pressan. Minyak yang berat jenisnya kecil akan mengapung dan
kotoran akan mengendap didasar tangki crude oil tank. Minyak hasil
pemisahan dari alat ini dialirkan ke stasiun klarifikasi. Saringan terdiri
dari 2 tingkat, tingkat atas berfungsi sebagai alat pemisah minyak kasar
dan fibre, kotoran dan lain- lain dengan ukuran 20 mesh, tingkat bawah
berukuran 40/30 mesh yang berfungsi untuk memisahkan minyak
dengan partikel-partikel yang lebih halus. (Anonim, 2007)
c. Alat dan Bahan 1) Alat:
a) Pelumat buah (digister).
b) Alat pengempa (Screw Press).
c) Pemecahan ampas kempa (Cake Breaker Conveyor).
d) Crude Oil Gutter.
e) Sand Trap Tank.
f) Vibrating screen .
2) Bahan :
a) Crude Oil.
b) Serat dan biji sawit.
d. Prosedur Kerja
2) Buah akan dihancurkan dengan pisau berputar pada as nya.
3) Brondolan yang sudah masuk kedalam Digester kemudian
dilumatkan antara massa daging buah dan biji yang dilakukan oleh
pisau yang terdapat didalam Digester.
4) Kemudian hasil pelumatan itu menuju mesin Press.
5) Dari pressan ini akan keluar minyak dan ampas.
6) Ampas dan bijinya akan melalui Cake Braker Conveyor untuk di
bawa menuju stasiun Nut.
7) Sedangkan minyak ke Crude Oil Gutter menuju Sand Trap Tank
dan akhirnya menuju Vibraating Screen untuk proses selanjutnya.
e. Hasil Yang Diharapkan
Di Pabrik PT. Swakarsa Sinarsentosa memiliki 8 buah Digester
dan 8 buah Screw Press yang digunakan sesuai dengan kebutuhan
pabrik. Hasil yang didapatkan ialah Crude Oil dan biji sawit.
f. Pembahasan
Pada proses Digester ini, seharusnya pisau yang digunakan
betul-betul tajam, karena pisau yang kurang tajam dapat menghambat
jalannya proses produksi dan apabila itu terjadi maka dapat merugikan
pihak perusahaan itu sendiri.
9. Proses Klarifikasi a. Tujuan
Proses klarifikasi bertujuan untuk memurnikan minyak yang
b. Dasar Teori
Setyamidjaja (2003), menuliskan bahwa minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45%-55% air, lumpur dan
bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawa ke
tangki pemurnian atau tangki klarifikasi.
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
a) Tangki Pemisah ( Clarifier Tank ).
b) Tangki Minyak ( Oil Tank ).
c) Sludge Tank. d) Decanter. e) Oil Purifier. f) Vacuum Dryer. g) Storage Tank. 2) Bahan : a) Crude Oil. b) Sludge. d. Prosedur Kerja
1) Minyak hasil pressan masuk ke Sand Trap Tank, tangki ini
berfungsi untuk mengendapkan pasir dan cangkang halus setelah
sebelumnya melalui tahap pengolahan digester dan screw press.
2) Crude Oil masuk ke distribusi oil tank yang digunakan untuk
Continius Tank ). Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak
dengan sludge dengan cara pengendapan. 5-7 jam.
3) Minyak kemudian dialirkan menuju wet oil tank yang berfungsi
untuk menampung minyak yang berasal dari tangki pemisah
sebelum masuk ke oil purifier yang fungsinya untuk memisahkan
antara minyak dengan kotoran dengan cara centrifuge.
4) Minyak hasil proses tersebut dialirkan kedalam oil purifier yang
fungsinya untuk memurnikan minyak dari kotoran.
5) Setelah proses pemurnian minyak tersebut dialirkan kedalam
vacuum dryer yang berfungsi untuk mengeringkan minyak dengan
cara menguapkan air dalam ruang hampa.
6) Minyak tersebut dialirkan menuju ke storage tank ialah tangki
terakhir yang digunakan untuk menampung CPO sebelum di
pasarkan.
7) Untuk sludge yang masih mengandung minyak dialirkan ke sludge
tank yang berfungsi untuk menampung sludge minyak dan pasir
dari clarifier tank.
8) Setelah itu sludge tersebut masuk kedalam sand cyclone yang
berfungsi untuk memisahkan sludge yang masih mengandung
minyak dengan pasir.
9) Setelah masuk ke sand cyclone, sludge masuk ke decanter dengan
tujuan memurnikan minyak dengan diputar sehingga materi- materi
materi yang ringan akan terkumpul ditengah merupakan sludge
yang masih mengandung minyak.
10) Sludge yang masih mengandung minyak inilah akan dilirkan
kembali ketangki pemisah.
e. Hasil Yang Diharapkan
Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian adalah minyak
yang siap disimpan di dalam tangki timbun dan telah siap untuk
dipasarkan. Minyak yang dihasilkan masih dalam bentuk minyak sawit
kasar (Crude Palm Oil).
f. Pembahasan
Proses klarifikasi merupakan suatu tahap dimana minyak yang
masih kotor (crude oil) dapat dimurnikan melalui berbagai macam
proses serta alat yang bermacam pula, selain itu juga, tahap klarifikasi
ini juga merupakan satu tahap yang penting karena pada tahap inilah
merupakan penentu kualitas minyak suatu perusahaan.
Di PT Swakarsa Sinarsentosa ini standar untuk ALB adalah
3%, Kadar Airnya adalah sekitar 2%, sedangkan untuk kadar
kotorannya harus diperkecil sekecil mungkin dari 0,02%.
10. Proses Pengolahan Inti Sawit a. Tujuan
Pengolahan inti buah sawit ialah untuk mempelajari proses
pembuatan inti sawit serta untuk mendapatkan kernel dengan mutu
b. Dasar Teori
Risza (2004), menuliskan bahwa melalui stasiun terakhir ini
minyak dimurnikan secara bertahap untuk menghasilkan minyak
sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan
kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugal, dan
penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun (CPO
storage).
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
a) CBC ( Cake Braker Conveyor ).
b) Fibre Cyclone Fan.
c) Nut Polishing Drum.
d) Nut Gradding Drum dan Nut Hopper.
e) Ripple Mill.
f) Clybath, Nut Bin, dan Kernel Packing
2) Bahan :
a) Kernel Inti Sawit. b) Air.
c) Kaolin (CaCO3).
d. Prosedur Kerja
1) Minyak yang sudah dipress akan menuju tahap pengolahan
selanjutnya untuk memperoleh kernel oleh Cake Braker
melewati Fibre Cyclone Fan untuk memisahkan antara kernel
dari fibernya.
2) Setelah itu, kernel akan dibersihkan dari serabut yang masih
melekat pada dinding kernel pada alat Nut Polishing Drum.
3) Kemudian kernel yang sudah bersih akan menuju proses
selanjutnya yaitu Nut Gradding Drum.
4) Setelah berada di Nut Gradding Drum kemudian kernel tersebut
akan disortasi di Nut Hopper, sortasi ini bertujuan untuk
memisahkan antara kernel yang berbiji kecil dengan kernel yang
berbiji besar sebelum menuju Ripple Mill.
5) Dialat Ripple Mill inilah kernel akan dipisahkan antara Nut
dengan cangkangnya.
6) Setelah Nut terpisah dari cangkangnya proses selanjutnya adalah
pembersihan di Clybath.
7) Setelah melalui Clybath Nut akan menuju Nut Bin untuk di
kemas.
e. Hasil Yang Di Harapkan
Pada prinsipnya unit proses yang dijumpai pada stasiun biji
atau inti perlu diatur jumlah umpan yang masuk sehingga selama
proses dapat dijaga kebersihan lingkungan pabrik tanpa ceceran,
f. Pembahasan
Pada proses ini, Nut dapat diperoleh dengan cara
memecahkan cangkang kernel dan memperoleh intinya atau yang
disebut dengan Nut, melalui proses inilah Nut dapat berguna tanpa
dibuang dan dapat meningkatkan penghasilan perusahaan, sedangkan
cangkang dapat dipergunakan sebagai briket cangkang sawit oleh
masyarakat setempat.
B. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit 1. Proses Pengolahan Limbah Cair
a. Tujuan
1) Mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik.
2) Meningkatkan produksi TBS.
b. Dasar Teori
Di pabrik kelapa sawit disamping menghasilkan CPO dan
kernel sebagai produk utama dari hasil pengolahan juga dihasilkan
limbah (padat, cair, dan gas) yang dapat mencemari lingkungan sekitar
pabrik. Agar limbah-limbah tersebut tidak membahayakan bagi
lingkungan sekitar maka harus diolah dahulu sampai layak untuk
dibuang.
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
a) Kolam Pendingin (Cooling Pond).
c) Kolam Anaerobic.
d) Kolam Aerobic.
e) Selang.
f) Gayung.
2) Bahan :
- Limbah dari stasiun klarifikasi.
d. Prosedur Kerja
1) Limbah cair yang keluar dari sludge fit dipompa kekolam
pendingin dengan tujuan untuk mendinginkan suhu limbah cair
tersebut dari 60-70oC menjadi sekitar 40-45oC selama 1 hari.
2) Selanjutnya dialirkan kekolam pencampuran, fungsi dari kolam ini
adalah sebagai tempat proses pra kondisi limbah sebelum masuk
kekolam anaerobik dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 selama satu
hari satu malam.
3) Tahap selanjutnya ialah mengalirkan limbah yang berada di kolam
pencampuran kekolam anaerobik terjadi proses penguraian bahan
organik oleh bakteri anaerobic.
4) Limbah yang telah diolah dikolam anaerobic mengalir kekolam
kontak. Waktu yang diperlukan untuk pemisahan adalah 1 hari.
e. Hasil Yang Dicapai
Mengurangi kandungan limbah yang membahayakan
kesehatan serta tidak menganggu lingkungan disekitar tempat
f. Pembahasan
Pada proses ini, limbah yang mengandung bahan yang
berbahaya bagi kesehatan dapat dinetralisir agar tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar, selain itu juga pada proses ini limbah yang sudah
dinetralisir dapat digunakan sebagai pupuk untuk pohon kelapa saawit
sendiri, jadi selain sudah aman bagi lingkungan sekitar, juga bisa
bermanfaat.
2. Pengolahan Limbah Padat a. Tujuan
Pengolahan limbah padat memiliki tujuan untuk mengolah
limbah padat yang berasal dari proses penebahan dan kemudian
dijadikan pupuk.
b. Dasar Teori
Yang dimaksud dengan limbah padat ialah tandan kosong
(Tankos) yang berasal dari proses penebahan atau thresher di mana
tandan sudah mengalami proses pemipilan sehingga sudah tidak ada
lagi brondolannya. Pengolahan limbah padat ini sebenarnya dapat
dilakukan di incinerator. Namun Berhubung incinerator asapnya dapat
mencemari udara sehingga pemerintah Indonesia melarang
menggunakan incinerator tersebut. Tandan kosong tersebut tersebut
langsung di angkut, kekebun menggunakan truck. Dikebun tankos ini
dapat langsung digunakan sebagai pupuk. (Erning Praja dan
c. Alat dan Bahan : 1) Alat : a) Truck pengangkut. b) Gancu. c) Angkong. 2) Bahan :
a) Limbah padat berupa tankos.
d. Prosedur Kerja
1) Truck angkut meletakkan tankos dipinggiran blok yang akan di
aplikasikan.
2) Pekerja memuat tankos tersebut dalam angkong (gerobak).
3) Tankos diletakkan pada tempat yang telah ditetapkan yaitu diantara
pokok sawit yang sesuai dengan ukuran dan kebutuhan yang telah
ditetapkan.
e. Hasil yang dicapai
Agar tankos dapat dipergunakan sebagai penyubur alami untuk
kelapa sawit dan tidak berserakan di dalam pabrik.
f. Pemba hasan
Hasil yang didapat berupa tandan kosong yang siap dipakai
sebagai pupuk kompos. Pengolahan limbah padat ini mengurangi
dampak kerugian yang dialami oleh lingkungan serta akan menambah
C. Analisi Pengujian Mutu Minyak Sawit
1. Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas ( ALB ) a. Tujuan
Untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas dalam CPO.
b. Dasar Teori
Asam lemak bebas dapat dinetralkan dengan alkali standar
(NaOH atau KOH). Asam Lemak Bebas merupakan salah satu
indikator mutu minyak.
Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara
titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol yang dinyatakan
sebagai jumlah mg. Kalium / Natrium Hidroksida yang diperlukan
untuk menetralkan 1 gram asam lemak yang terkandung pada contoh
minyak. (Anonim, 1997)
c. Alat dan Bahan : 1) Alat : a) Gelas Elemeyer 250 ml. b) Neraca analitik. c) Buret. d) Gelas ukur. e) Beaker glass. 2) Bahan :
a) Larutan ethyl alkohol 95 % ( yang telah dinetralkan ).
c) Sodium Hidroksida 0,1 N.
d) n – Hexane.
d. Prosedur Kerja
1) Contoh minyak dipanaskan sampai dengan suhu 55-60oC supaya
homogen.
2) Timbang 3-5 gram sebagai berat contoh minyak dengan ukuran
0,0001 gram di dalam gelas erlenmeyer.
3) Tambahkan Alkohol Netral 95% sebanyak 25 ml dan n-Hexane 15
ml dan tambahkan 2 tetes indikator phenolphataline 1 %.
4) Titrasi dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N.
5) Titrasi diakhir hingga terbentuk warna merah jingga tetap kurang
lebih 30 detik.
Cara Perhitungan :
Kadar ALB = ml NaOH x N. NaOH x 0,256 x100%
Berat Contoh (gr am/ml)
= 4.35 ml x 0,1 x 0,256 x100% 3,9774 gram
= 0,0267 x 100%
= 2,67%
e. Hasil Yang Dicapai
Di pabrik PT. Swakarsa Sinarsentosa memiliki standar untuk
f. Pembahasan
Penentuan kadar ALB ini merupakan suatu proses untuk
mengetahui kualitas minyak suatu perusahaan, Asam Lemak Bebas
(ALB) terbentuk karena terjadinya proses hydrolisa minyak menjadi
asam-asamnya. Asam Lemak Bebas (ALB) merupakan salah satu
indikator mutu minyak. Asam Lemak Bebas dalam minyak dapat
dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol.
2. Penentuan Kadar Air a. Tujuan
Untuk mengetahui kandungan kadar air dalam CPO.
b. Dasar Teori
Air dalam minyak terjadi karena proses alami sewaktu
pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta di penimbunan. Pada
prinsipnya air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan
cara penguapan dalam alat pengering pada suhu 103 oC. Standar kadar
air adalah 0,1% (Naibaho, 1998).
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
a) Oven.
b) Petridish atau cawan porcelin 75 x 25 mm.
c) Neraca Analitik.
2) Bahan :
- Contoh minyak sawit ( CPO ).
d. Prosedur Kerja
1) Contoh yang akan ditimbang diaduk sampai homogen, bila perlu
dipanaskan sampai suhu 55-65 oC supaya homogen.
2) Contoh ditimbang + 10.000 gr kedalam petridish yang sudah
ditentukan berat kosongnya (A).
3) Contoh yang telah ditimbang ditempatkan kedalam oven pada suhu
103 oC selama 3 jam kemudian contoh dari oven didinginkan
kedalam desikator selama + 30 menit.
4) Timbang dengan teliti sampai diketahui setiap 30 menit selisih
berat tidak lebih dari 0,001 gr (B).
5) Amatilah hasil yang telah dilakukan.
Perhitungan :
Kadar Air = Sampel A – Sampel B x 100% Sampel A = 20,2116 gr – 20,1947 gr x 100% 20,2116 gr = 0,000846 x 100% = 0,0846% Keterangan :
Sampel A= Berat contoh minyak sebelum dioven.
e. Hasil Yang DiCapai
Di pabrik PT. Swakarsa Sinarsentosa memiliki standar untuk
kadar air (Moisture) CPO ialah 0,10%.
f. Pembahasan
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat
terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan
di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat di
tentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan.
D. Analisa Pengujian Mutu Kernel Produksi 1. Penentuan Kadar Air Kernel Sawit
a. Tujuan
Analisa kadar air mempunyai tujuan untuk mengetahui kadar
air yang terkandung dalam kernel produksi.
b. Dasar Teori
Air dalam kernel sawit terjadi karena proses alami sewaktu
pembuatan dan akibat perlakuan di pabrik. Air yang terdapat dalam
kernel dapat di tentukan dengan cara pengeringan. (Anonim, 1997)
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
a) Gilingan kernel.
b) Oven.
c) Piring porselin kecil.
e) Desikator.
2) Bahan
a) Kernel sawit.
d. Prosedur Kerja
1) Ambil 50 kernel dari contoh 1 kg.
2) Contoh kernel sawit digiling halus.
3) Timbanglah contoh kernel sawit halus sebanyak + 10 gr.
4) Masukkan kedalam oven suhu yang digunakan 105oCselama 4
jam.
5) Selanjutnya dinginkan dalam desikator dan timbang dengan teliti.
- perhitungan :
- Kadar air Kernel Sawit = Sampel A – Sampel B x 100 % Sampel A = 10,1957 gr – 9,540 gr x 100 % 10,1957 gr = 0,6557 gr x 100 % 10,1957 gr = 0,064 x 100% = 6,4 % - Keterangan :
Sampel A = Berat contoh sebelum dioven.
e. Hasil Yang Dicapai
Dipabrik PT Swakarsa Sinarsentosa ini memiliki standar untuk
moisture kernel ialah 7,00 %.
f. Pembahasan
Untuk pengujian Kadar Air pada kernel bermaksud untuk
mengetahui kulitas kernel dari PT Swakarsa Sinarsentosa sebelum
dilempar kepasaran, karena apabila Kadar Air masih banyak
terkandung didalam kernel maka dapat mempermudah tumbuhnya
jamur dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
2. Penentuan Kadar Kotoran Kernel a. Tujuan
Untuk mengetahui kadar kotoran yang terdapat dalam kernel
produksi.
b. Dasar Teori
Kadar kotoran kernel sawit adalah cangkang gabungan dari biji
utuh, biji setengah pecah, cangkang, sampah. Kadar kotoran yang
terdapat dalam kernel sawit dapat ditentukan dengan cara menimbang
jumlah kotoran yang sudah dipisah kan dari contoh. (Anonim, 1997)
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
- Timbangan.
2) Bahan :
d. Prosedur Kerja
1) Ambil contoh kernel sawit dari contoh + 1 kg.
2) Pisahkan kernel utuh, kernel pecah, biji utuh, biji setengah pecah.
3) Kadar kotoran kernel ialah cangkang gabungan dari biji utuh, biji
setengah pecah, cangkang, sampah.
Perhitungan :
Kadar Kotoran Kernel Sawit = Berat kotoran x 100% Berat contoh = 29,9 gr – 14,7 gr – 13,4 gr x 100% 1000 gr = 58 gr x 100 % 1000 gr = 0,058 x 100% = 5,8 %
e. Hasil Yang Dicapai
Di pabrik PT. Swakarsa Sinarsentosa ini memiliki standar
untuk kadar kotoran kernel adalah 6,00 %.
f. Pembahasan
Untuk kadar kotoran kernel sawit, dilakukan pengujian dengan
harapan kernel yang diperoleh tidak jelek dan kualitas yang tidak jelek
pula, kadar kotoran biasanya dapat disebabkan pada waktu proses yang
kurang kontrol atas kebersihannya, kotoran yang terdapat pada kernel
biasanya berupa fiber yang masih menempel pada kumpulan kerne l,
bisa juga cangkang karena mungkin pada proses pemecahan belum
3. Penentuan kehilangan Kernel Pada Fibercyclone, LTDS dan Shell Claybath.
a. Tujuan
Untuk mengetahui total kehilangan kernel pada fiber cyclone,
LTDS dan Shell Claybath.
b. Dasar Teori
Kehilangan kernel sawit adalah gabungan dari biji utuh, biji
setengah pecah, kernel utuh, kernel pecah yang terikut pada fiber
cyclone. Kernel yang terdapat dalam fiber cyclone dapat ditentukan
dengan cara menimbang jumlah kernel yang sudah dipisahkan dari
bahan. (Anonim, 1997)
c. Alat dan Bahan 1) Alat :
- Timbangan.
2) Bahan :
- Fiber cyclone.
d. Prosedur Kerja
1) Ambil contoh Fiber Cyclone + 1 kg.
2) Gabungkan kernel utuh, kernel pecah, kernel dari biji utuh, kernel
dari biji setengah pecah dan kemudian menjadi satu.
3) Kehilangan kernel adalah kernel gabungan dari biji utuh, biji
- Perhitungan :
Kehilangan Kernal = Total Kernel gabungan x 100 % Berat contoh fiber
= 1,14 gr + 1,11 gr + 0,75 gr x 100 % 1000 gr = 30 gr x 100 % 1000 gr = 0,03 x 100% = 3 % Keterangan :
Cara yang sama untuk menghitung kehilanga kernel pada
LTDS dan Shell Claybath.
e. Hasil Yang Diharapkan
Di Pabrik PT. Swakarsa Sinarsentosa sendiri mempunyai
standar untuk LTDS kernel lossisnya ialah <3 dan untuk Shell
Claybath kernel lossisnya <2 %, dan Fibre Cyclone <1 %.
f. Pembahasan
Pada proses ini kehilangan yang terjadi pada kernel dapat
diketahui, karena proses ini bertujuan untuk mengetahui lossis yang
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kerja Praktek Lapang (PKL) merupakan kegiatan yang sangat penting
bagi Kegiatan mahasiswa karena dapat memberikan suatu bekal bagi
mahasiswa di masa yang akan datang. Kegiatan tersebut akan membuka
cakrawala berfikir yang lebih maju. Serta kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil Praktek Kerja Lapang (PKL) di pabrik PT Swakarsa Sinarsentosa,
Kabupaten Kutai Timur, Kecamatan Muara Wahau, Kalimantan Timur adalah:
1) Pengangkutan buah ke pabrik bertujuan untuk menghindari terbentuknya
Asam Lemak Bebas (ALB), serta pengolahannya harus sudah
dilaksanakan palig lambat 8 jam setelah pemanenan.
2) Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Ini dapat diperoleh jika TBS yang dipanen berada
pada tingkat fraksi 2 dan 3.
3) Kapasitas Pabrik Minyak PT. Swakarsa Sinarsentosa ialah 90 ton TBS/jam
dengan jam prosesnya adalah 20 jam/hari.
4) Proses pengolahan minyak kelapa sawit dimulai dari pengangkutan TBS
dan brondolan dari TPH ke pabrik, perebusan TBS, perontokan dan
pelumatan, pemerasan, pemurnian minyak sawit, pemecah biji serta
pemisah inti sawit dari cangkang.
5) Stasiun perebusan ialah perebusan buah yang dilakukan dalam Sterelizer
6) Stasiun Penebahan ialah pemisahan buah dari tandan buah kelapa sawit.
7) Stasiun Screw Press adalah merupakan tempat proses pengepressan yang
bertujuan tujuan untuk melumatkan buah sehingga daging buah terpisah
dari bijinya dan memudahkan proses selanjutnya.
B. Saran
Kegiatan PKL ini sangat bermanfaat dan penting bagi mahasiswa/i
sehingga sebagaimana telah disebutkan di atas dari banyak atau sedikit
pelajaran yang di dapat maka kami perlu menambahkan saran demi
meningkatkan efisiensi,dan efektifitas demi meraih kinerja yang profesional
dimasa mendatang :
1) Memberikan bekal ilmu bukan sekedar teori belaka namun harus ada suatu
aplikasi ilmu yang mengarah kepada real di lapangan.
2) Mengadakan kerjasama yang dengan pihak perusahaan negeri maupun
swasta bukan hanya hubungan sebagai tempat pelaksanaan PKL, namun
lebih mengarah kepada hubungan kerja.
3) Memberikan buku kegiatan PKL yang efektif dan efisien.
Selaku mahasiswa/i yang melaksanakan PKL di PT. Swakarsa
Sinarsenstosa, maka perlu menambahkan saran untuk pihak perusahaan
sendiri sehingga tingkat kesalahan dan kerugian dapat diminimalkan dengan
mengupayakan hak-hal berikut seperti ini :
1) Tenaga kerja atau karyawan perlu meningkatkan kinerjanya dalam bekerja
dan mengupayakan adanya komunikasi yang lebih baik antar tenaga kerja
mencapai hasil yang maksimal. Khususnya untuk karyawan teknik agar
lebih cepat menindak lanjuti terhadap kerusakan – kerusakan yang terjadi
pada alat – alat pengolahan sehingga tidak terjadi penghentian proses
produksi dan penumpukan buah di loading ramp, yang akan menurunkan
kadar rendemen dan menaikkan ALB.
2) Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja dalam proses
pemanenan maupun pengangkutan untuk menunjang efektif dan efisiennya
proses kegiatan.
3) Perlu adanya penambahan alat-alat panen dikarenakan para pemanen
masih menggunakan alat yang minim.
4) Sarana transportasi masih kurang dan masih sangat perlu ada perbaikan,
untuk menunjang kelancaran dalam proses pengangkutan.
5) Sebaiknya dilakukan pergantian alat-alat yang sudah tidak layak pakai
seperti ; tali penarik lori, dll. Sehingga tidak akan menimbulkan bahaya
kerja bagi para karyawan.
6) Perlu adanya penambahan alat-alat safety seperti ; masker, helm dll untuk
menunjang keselamatan kerja bagi para karyawan.
7) Sebaiknya penempatan lokasi penumpukkan limbah tankos jangan berada
di pinggir jalan karena dapat mengurangi keindahan pabrik dan akan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997, Pedoman Breaper Dasar-Pabrik ALL. Jakarta. 120 Hlm.
Anonim. 2005, Proses Pengolahan Kelapa Sawit Di Pabrik Minyak Sawit PTP. Nusantara XIII (persero). KAL-TIM.
Anonim 2007, Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (CPO) PT. Swakarsa Sinarsentosa KAL-TIM.
Erning praja dan danoko. 2005, Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Ramah Lingkungan, Medan. 46 Hlm.
Naibaho, poten m. 1998, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 306 Hlm.
Siahaan d. 1991, Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Medan.
Fiber halus Sludge underflow Wet oil Heavy phase s
Gambar 1. Diagram Alur Proses Pengulahan Cruide Oil
Press Sandtrap tank Vibrating screen Clarifier tank Dilution (Aircondensat) Sand cyclone Purifier
Wet oil tank Sludge tank
Sludge pit Storage tank Sludge sentrifuge Vacuum dryer Loading ramp Perebusan/sterilizer Perontokan/threseer Pengadukan /digester
Fibre Nut Cracked mixture Cracked mixture Shell/cangkang Wet Shell/cangkang kernel Shell/cangkang Air hydrocyclone
Gambar 2. Diagram Alur Proses Pengolahan Nut
Nut polishing drum
Destoner WWT (compact pond) LTDS II LTDS I Boiler Shell hopper Kernel dryer Press kernel Kernel bunker Hydrocyclone Ripple mill Depericarper Vibrating troughh
Gambar 3. Pemanenan Buah Sawit
Gambar 5. Jembatan Timbang
Gambar 7. Sterilizer
Gambar 9. Tippler
Gambar 11. Screew Press
Gambar 14. Kernel Drying Silo
Gambar 16. Pengemasan Kernel
Gambar 18. Countinous Sattle Tank (CST), Oil Tank dan Sludge Tank
Gambar 20. Decanter
Gambar 22. Vaccum Dryer