• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Antibakteri Dari Hasil Hidrolisis Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Aktivitas Antibakteri Dari Hasil Hidrolisis Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaoin atau minyak sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman

golongan palm yang terdapat pertama kali di pantai Guinea. Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Tanaman Elaeis guineensis Jacq ini juga dikenal dengan nama: kelapa sawit (Melayu), kelapa sewu (Jawa) (Fauzi, et al., 2004).

Kelapa sawit diperkenalkan di Asia Tenggara sebagai tanaman hias. Ditanam pertama kali pada tahun 1884 di Kebun Raya Bogor, Indonesia (Gunstone, 2002). Hampir semua bagian kelapa sawit dapat dimanfaatkan. Batang pohon sawit dapat digunakan untuk pembuatan pulp, bahan kimia turunan, sumber energi, papan partikel dan juga bahan kontruksi. Buah kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dapat diolah menjadi minyak sawit yang bermanfaat untuk bidang pangan maupun non pangan. Bagian lainnya seperti sabut, tanda kosong, cangkang, minyak inti kelapa sawit dapat dimanfaatkan. (Muchtadin, 1992).

(2)

Tumbuhan ini tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dengan kisaran 22-23o C serta ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembapan 80-90%. Masa berbuah tanaman ini setelah berumur 2,5 tahun dan pemanenan berdasarkan pada saat kadar minyak mesokarp mencapai tingkat kematangan dengan ciri-ciri buah lepas atau jatuh sekurang-kurangnya 5-10 buah per tandan dan secara umum batas usia eonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemanenan (Ketaren, 1986).

2.1.1Klasifikasi kelapa sawit

Menurut Suwarto (2014), klasifikasi tumbuhan kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Aracales

Famili : Aracaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Nama Lokal : Kelapa sawit

2.1.2Morfologi kelapa sawit

(3)

pelepah mencapai 120-160 pasang. Pohon kelapa sawit memiliki bunga dan buah yang merupakan bagian generatifnya dan juga memiliki biji yang terdiri dari cangkang dan inti (Fauzi, et al., 2004).

2.1.3Jenis minyak kelapa sawit

Minyak kelapa sawit dihasilkan dari buah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Buah tanaman kelapa sawit terdiri dari eksokarp (kulit paling luar), mesokarp (serabut, mirip serabut kelapa), endokarp (tempurung), dan kernel (inti kelapa sawit) (Suwarto, 2014).

Minyak kelapa sawit mentah (CPO) dihasilkan dari mesokarp buah kelapa sawit atau daging buah kelapa sawit, sedangkan minyak yang dihasilkan dari inti kelapa sawit disebut minyak inti kelapa sawit (MIS). Perbedaan kedua jenis minyak ini terutama terletak pada kandungan karotenoidnya (Fauzi, et al., 204) dan jumlah rantai pendek, sedang serta panjang rantai karbon asam lemak (Kouski, 2015).

a. Crude Palm Oil

Minyak kelapa sawit dihasilkan oleh tumbuhan kelapa sawit rata-rata 3,5 ton minyak/ha/tahun. Minyak ini diekstrak dari mesokarp buah kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (lebih sering dikenal dengan nama CPO) dan merupakan 95% jumlah total dari buah kelapa sawit. Sejak tahun 2006, minyak kelapa sawit menjadi minyak yang paling penting didunia yang pemakaiannya mencapai 25% dari total minyak dan lemak yang diproduksi (Oil World Ista Mielke GmbH, 2007).

(4)

tokoferol dan tokotrienol. Karoten (terutama β-karoten) paling penting sebagai

prekursor pembentuk vitamin A pada manusia sehingga dapat mencegah terjadinya defesiensi vitamin A yang menyerang indera penglihatan. β-karoten

dalam CPO mencapai 15 kali lebih tnggi dibandingkan wortel dan 300 kali lebih banyak daripada tomat (Choo, 1994). Tokoferol dan tokotrienol adalah prekursor untuk vitamin E yang penting pada organ reproduksi manusia (Sambanthamurthi, et al., 2000).

b. Palm Kernel Oil

Palm kernel Oil (PKO) diekstrak dari kernel atau inti dari buah kelapa sawit yang banyak mengandung asam lemak jenuh yang disebut asam laurat (C12:0) dan asam lemak mayor lainnya adalah miristat (C14:0) serta asam oleat (C18:1) (Rossell, et al., 1985; Nik Norulaini, et al., 2004; Alamu, et al., 2008; Kok, et al., 2011). Asam lemak ini berbentuk cairan yang konsisten pada suhu kamar (Rossell, 1985).

PKO merupakan sumber alami rantai asam lemak pendek sampai asam lemak rantai sedang terbaik sehingga minyak itu dapat meningkatan kesehatan manusia (Helmi, 2009). Asam lemak tidak jenuh dapat menurunkan kadar LDL didalam darah dan meningkatkan jumlah HDL sehingga dapat menurunkan resiko sakit jantung karena memiliki ikatan rantai karbon ganda dalam molekulnya (Q&A, 2009).

2.2Asam Lemak

(5)

Gliseril (C3H5) yang mempunyai berat molekul 41 merupakan bagian dari molekul trigliserida. Gliseril ini bergabung dengan radikal asam lemak (R-COO-) yang mempunyai berat molekul antara 650-970. Itulah sebabnya bahwa asam lemak terkontribusi antara 95-96% dari berat molekul lemak total (Sastrohamidjojo, 2009).

Berdasarkan tingkat kejenuhan asam lemak dibagi atas; asam lemak jenuh (SFA) karena tidak mempunyai ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) hanya memiliki satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) memiliki lebih dari satu ikatan rangkap. Semakin banyak ikatan rangkap yang dimiliki asam lemak, maka semakin rendah titik lelehnya (Silalahi, 2000; Silalahi dan Tampubolon, 2002). Asam lemak jenuh yang sudah diidentifikasi sebagai penyusun lemak dan minyak mempunyai atom C4 hingga C26. Asam lemak jenuh yang banyak pemakaiannya antara lain: laurat (c12), miristat (C14) dan stearat (C18). Asam lemak tidak jenuh kurang dari C10 belum dapat diperoleh dari alam. Asam lemak tidak jenuh paling banyak terdapat pada atom C18 yaitu Oleat, linoleat dan linolenat yang masing-masing mempunyai ikatan rangkap dua: satu

pada C9, dua pada atom C9 dan C12, dan tiga pada atom C9, C12, dan C15 (Sastrohamidjojo, 2009).

(6)

hidrogenasi atau oksidasi. Titik leleh dari asam lemak tak jenuh bentuk trans lebih tinggi dibanding asam lemak tak jenuh bentuk cis karena orientasi antar molekul dengan bentuk cis yang membengkok tidak sempurna sedangkan asam lemak tak jenuh trans lurus sama seperti bentuk asam lemak jenuh (Silalahi, 2000; Silalahi dan Tampubolon, 2002). Identifikasi asam lemak utama dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Identifikasi asam lemak utama

Nama Umum Identifikasi Asam lemak

Miristat C14:0 Tetradecanoic

Palmitat C 16:0 Hexadecanoic

Stearat C18:0 Octadecanoic

Palmitoleic C16:1, n-7 cis 9-hexadecenoic Oleat C18:1, n-9 cis 9-octadecenoic (cis) Elaidic C18:1, n-9 trans 9-octadecenoic (trans) Linoleat C18:2, n-9, 12 cis 9,12 octadecadienoic α-Linolenic C18:3, n-9 12, 15 cis 9,12,15octadecatrienoic Arachidonic C20:4, n-5, 8, 11, 14 cis 5,8,11,14-eicosatetraenoic Sumber : Wiseman, 1984.

Perbedaan asam lemak yang dimiliki setiap minyak membuat proses pencernaan dan metabolisme di dalam tubuh berbeda. Perlu diketahui bahwa semua minyak sayur yang banyak dijual dipasaran tergolong asam lemak rantai panjang. Jenis-jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak sayur (kedelai, jagung, biji bunga matahari) terdiri atas 18 atau lebih atom karbon dan sebagian besar adalah golongan asam lemak tidak jenuh. Berbeda dengan minyak kelapa yang 92% yaitu asam lemak golongan rantai karbon medium (MCFA) yang terdiri atas 12 atom karbon yang diikat jenuh (tidak ada ikatan rangkap) (Gani, 2005).

(7)

didalam darah dan meningkatkan jumlah HDL sehingga dapat menurunkan resiko sakit jantung karena memiliki ikatan rantai karbon ganda dalam molekulnya (Q&A, 2009). Asam lemak yang dihidrolisis juga banyak mengandung asam lemak linoleat (C18:2) sehingga dapat aman juga untuk dikonsumsi.

CPO dan PKO meskipun memiliki perbedaan secara visual dan penggunaan secara umum, tetapi CPO dan PKO memilki kandungan mayor yang sama, yaitu asam lemak. Tetapi CPO dan PKO memiliki perbedaan kandungan asam lemak yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jumlah asam lemak dalam CPO dan PKO Jenis asam lemak CPO PKO Caproic acid (6:0) - 0.2 Caprylic acid (8:0) - 3.3 Capric acid (10:0) - 3.5 Lauric acid (12:0) 0.2 47.8 Myristic acid (14:0) 1.1 16.3 Palmitic acid (16:0) 44.0 8.5 Stearic acid (18:0) 4.5 2.4 Oleic acid (18:1) 39.2 15.4 Linoleic acid (18:2) 10.1 2.4

Linolenic acid 0.4 -

Arachidic acid (20:0) 0.1 0.1

Total SFAs 49.9 82.1

Total MUFAs 39.2 15.4

Total PUFAs 10.5 2.4

Sumber: Mancini (2015)

2.3Hidrolisis Minyak

(8)

Pada reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak. Reaksi hidrolisis ini dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak. Reaksi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak (Ketaren, 2005).

Hidrolisis dari minyak atau trigliserida akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat terjadi dengan bantuan enzim lipase atau dengan mereaksikannya secara kimia. Reaksi hidrolisis yang dilakukan dengan penggunaan zat kimia akan menghasilkan produk lemak dengan distribusi asam lemak yang acak yaitu akan menghidrolisis pada semua posisi sn dalam produk lemak (lebih dikenal dengan proses penyabunan). Proses ini banyak digunakan dalam industri untuk menghasilkan gliserol. Reaksi hidrolisis dengan menggunakan enzim lebih efisien dan mudah dikontrol karena spesifik pada posisi tertentu sehingga dapat mengubah produk lemak dan distribusi asam lemak sesuai dengan yang diinginkan (Aehle, 2004). Selain enzim, penambahan jumlah air, waktu pengadukan dan waktu hidrolisis juga dapat meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang dihasilkan. Hal-hal diatas mengeser konversi reaksi sehingga meningkatkan asam lemak bebas pada proses hidrolisis (Puguh, 2012).

(9)

Tabel 2.3 Klasifikasi enzim lipase berdasarkan spesifikasinya

Klasifikasi enzim lipase Spesifikasi Sumber Spesifik pada substrat Monoasilgliser

ol

Jaringan lemak pada tikus Mono-,

diasilgliserol dan

Penicillium camembertii

Triasilgliserol Penicillium sp. Regiospesifik Posisi sn-1,3 Pankreas babi Mucor miehei Aspergillus niger

Thermomyces lanuginose Rhizomucor meihei Posisi sn-2 Candida antartica A

Nonspesifik - Penicillium expansum

Aspergillus sp.

Pseudomonas cepacia Asilspesifik pada lemak Asam lemak

rantai pendek

Penicillium roqueforti Lambung bayi

Getah Carica papaya Asam lemak

jenuh cis-9

Geotrichum candidum

Asam lemak jenuh rantai panjang

Botrystis cinerea

Stereospesifik Posisi sn-1 Humicola lanugunose Pseudomonas aeruginose Posisi sn-3 Fusarium solani cutinase

Lambung kelinci Sumber : Aehle (2004); Villeneuve dan Foglia (1997)

2.4 Enzim Lipase

(10)

Enzim adalah suatu biokatalisator yang dapat bertindak menguraikan molekul yang rantainya panjang menjadi lebih sederhana, serta dapat juga membantu mekanisme reaksi yang mana tergantung pada enzimnya. Walaupun enzim ikut serta dalam reaksi dan mengalami perubahan fisik selama reaksi, enzim akan kembali kepada keadaan semula bila reaksi telah selesai (Siregar, 2011). Enzim mempunyai tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya jauh lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Enzim mempercepat reaksi kimia secara spesifik tanpa pembentukan produk samping. Enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda (Siregar, 2011).

Kebanyakan enzim diberi nama dengan penambahan akhiran –ase pada kata yang menunjukkan senyawa asal yang diubah oleh enzim atau pada nama jenis reaksi kimia yang dikatalisis enzim (Siregar, 2011) seperti pada enzim lipase (E.C.3.1.1.3) adalah enzim untuk hidrolisis asil gliserida. kelompok Enzim lipase dapat menerima berbagai jenis substrat dengan berat molekul tinggi sepeti ester maupun tiol ester, amida, poliol dan lain – lain (Gandhi, 1997).

2.4.1Sifat-sifat enzim lipase

(11)

Suhu optimum enzim lipase pada umumnya berkisar antara 30o – 40oC. Meskipun telah ditemukan adanya lipase yang masih aktif pada suhu -29oC, terutama pada ikan dan udang yang dibekukan (Siregar, 2011).

2.4.2Sumber – sumber enzim lipase

Enzim lipase dapat diperoleh atau diisolasi dari bakteri (Selvamoha et al, 2012) dan jamur (Mahmoud et al, 2015) serta terdapat secara alami didalam tumbuhan seperti pada buah kelapa sawit sehingga menghasilkan asam lemak bebas pada CPO dan PKO (Ngando-Ebongue, et al., 2013).

Berbagai mikroba dapat memproduksi lipase misalnya Candida dan Torulopsis. Demikian juga kapang Rhizopus, Penicillium, Aspergillus, Pseudomonas, Achromobakter, dan Staphylococcus (Winarno, 1983).

2.5 Bakteri

2.5.1Uraian umum

Istilah bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang berarti tongkat atau batang.Sekarang istilah bakterion sering dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu (Adam, 1991). Bakteri dapat dibedakan berdasarkan morfologi (bentuk), komposisi kimia, kebutuhan nutrisi, aktivitas biokimia dan sumber energy (Pratiwi, 2008).

a. Morfologi sel bakteri

Menurut Dwijoseputro (1978) dan Pratiwi (2008), Ada beberapa bentuk dasar bakteri, yaitu:

− Bentuk Bulat (tunggal: coccus, jamak: cocci) adalah bakteri berbentuk bulat

(12)

− Bentuk batang atau silinder (tunggal: bacillus, jamak: bacilli) adalah bakteri

yang berbentuk tongkat pendek atau silindris yang membelah melalui sumbu pendeknya (dalam satu bidang). Beberapa bacilli tampak menyerupai cocci yang disebut coccobacilli.

− Bentuk Spiral adalah bakteri yang berbentukbatang melengkung atau

melingkar-lingkar dan tidak dalam bentuk lurus. Bakteri ini dibedakan beberapa jenis berdasarkan bentuknya yaitu, vibrio, spirilla dan spirochaeta (Pratiwi, 2008).

b. Struktur eksternal bakteri

Struktur eksternal bakteri menurut Pratiwi (2008) meliputi:

− Glikokaliks (selubung gula) merupakan istilah bagi substansi yang mengelilingi

sel, dan digambarkan sebagai kapsul (struktur yang yang sangat terorganisir dan tidak mudah dihancurkan). Glikokaliks bakteri umumnya mengandung polisakarida dan polipeptida yang biaanya dibuat di bagian internal sel dan disekresikan ke permukaan sel (Radji, 2009).

Slime (lapisan lendir) merupakan material kapsul yang sebagian besar

diekskresikan oleh bakteri ke dalam media pertumbuhan, tidak terorganisir yang baik dan mudah dihilangkan).

Flagel merupakan filamen yang mencuat dari sel bakteri dan berfungsi untuk

pergerakkan bakteri. Flagel merupakan bagian bakteri yang berbentuk seperti benang dengan diameter 12-30 nanometer dan umumnya mengandung protein yang disebut dengan flagelin.

− Filamen aksial (endoflagela) merupakan kumpulan benang pada ujung sel di

(13)

− Fimbria (jamak: fimbriae) adalah golongan protein yang disebut lektin yang

dapat mengenali dan terikat pada residu gula khusus pada polisakarida permukaan sel.

− Pili (tunggal: pillus) berperan khusus pada transfer molekul genetika (DNA)

dari satu bakteri ke bakteri lainnya pada peristiwa konjugasi.

− Dinding sel merupakan struktur kompleks dan berfungsi sebagai penentu

bentuk sel, pelindung sel dari kemungkinan pecah ketika tekanan air di dalam sel lebih besar dibandingkan di luar sel (Pratiwi, 2008). Selain sebagai pelindung bakteri, dinding sel juga memiliki peran dalam proses pembelahan sel, melaksanakan biosintesis sendiri unutk membentuk dinding sel, beberapa lapisan tertentumerupakan determinan antigentik dari bakteri tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi jenis bakteri secara serologi (Radji, 2009).

c. Struktur internal bakteri

Struktur di dalam dinding sel bakteri disebut juga dengan struktur internal sel bakteri. Struktur internal bakteri yang meliputi:

− Membran plasma (inner membrane) adalah struktur tipis yang terdapat di

sebelah dalam dinding sel dan menutup sitoplasma sel yang tersusun atas fosfolipid berlapis ganda dan protein yang membentuk model mosaik cairan. − Nukleoid (daerah inti) yang mengandung kromosom bakteri.

− Ribosom yang berperan pada sintesis protein

− Badan inklusi yang merupakan organel penyimpan nutrisi

− Endospora (resting cell) yaitu struktur dengan dinding tebal dan lapisan

(14)

2.5.2Fase pertumbuhan

Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu

− Fase lag yang merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme

pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak ada peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Pada − Fase log merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada

kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Fase ini sangat bergantung terhadap nutrisi dalam media.

− Fase stationer adalah fase dimana pertumbuhan mikroorganisme terhenti dan

terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Kematian sel diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan dengan nutrisi yang dilepasakan oleh sel-sel mati karena mengalami lisis.

− Fase dead adalah fase dimana jumlah sel yang mati meningkat. Faktor

(15)

2.5.3Faktor-faktor lingkungan pertumbuhan

Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh faktor fisik pada pertumbuhan dan faktor kimia pada pertumbuhan (Pratiwi, 2008).

1. Pengaruh faktor fisik pada pertumbuhan a. Temperatur

Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang bersifat ireversibel, sedang pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur pertumbuhan optimal akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

− Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperature maksimal 200C,

optimal 0-150C.

− Bakteri psikrofil fakultatif, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur

maksimal 30oC, optimal 20-30oC, serta dapat tumbuh pada 0oC.

− Bakteri termofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur minimal 45oC,

optimal 55-60oC, optimal 55-65oC, maksimal pada temperatur 100oC.

− Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat tumbuh pada temperatur minimal

15-20oC, maksimal 45oC, optimal pada 20-45oC (Pratiwi, 2008) b. pH

(16)

menyebabkan denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel. Mikroorganisme asidofil tumbuh pada kisaran pH 1,0-5,5; mikroorganisme neutrofil tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0; mikroorganisme alkalofil tumbuh pada pH 8,5-11,5 sedangkan mikroorganisme alkalofil eksterm tumbuh pada pH kisaran ≥10 (Pratiwi, 2008).

c. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal mikroorganisme yang bersifat aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernafas, sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen, adanya oksigen justru akan menghambat pertumbuhannya (Pratiwi, 2008).

2.Pengaruh faktor kimia pada pertumbuhan a. Zat makanan (nutrisi)

Kebutuhan nutrisi bervariasi antarspesies dan dapat pula berubah dalam spesies yang sama akibat mutasi. Organisme prototroph merupakan organisme yang menggunakan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh hampir semua spesies yang sama. Organisme auksotrof merupakan organisme yang tidak mampu menyintesis nutrisi esensial yang dibutuhkan sehingga membutuhkan precursor dari lingkungannya. Selain itu, organisme dapat juga dibedakan berdasarkan kemampuan untuk mensintesis kebutuhan akan nutrisinya yaitu organisme autrotof (dapat berfotosintesis) dan heterotrof (tida berfotosintesis) (Pratiwi,2008).

(17)

b.Media kultur

Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri di laboratorium disebut media kultur. Berdasarkan konsistensi media kultur dikelompokkan menjadi media cair (liquid media) yang merupakan ekstrak kompleks material biologis dan media padat (solid media) yang menggunakan bahan pembeku (solidifying agent), misalnya agar dari kompleks polisakarida yang berasal dari alga merah (red algae) (Pratiwi,2008). Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada sebuah media kultur disebut inokulum. Bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media perbenihan itu disebut biakan bakteri (Radji, 2009)

Media kultur yang digunakan menurut Radji (2009) harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan dibiakan.

2. Kelembapan harus cukup, pH sesuai, dan kadar oksigen cukup baik.

3. Media perbenihan harus steril dan tidak mengandung mikroorganisme lain. 4. Media diinkubasi pada suhu tertentu.

2.5.4Jenis-jenis Bakteri a. Pseudomonas aeruginosa

(18)

Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia.

Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, Bakteri ini disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia (Mayasari, 2006).

b. Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus merupakan bakteri Gram positif yang hidup sebagai flora normal pada kulit seperti, Staphylococcus epidermidis yang dapat hidup sebagai flora normal di tubuh, seperti pada hidung, tenggorokan, rambut dan kulit tetapi juga dapat menimbulkan infeksi ringan serta pembentukan abses serta dapat berifat patogen jika sistem imunitas lemah (Radji,2013). Bakteri Staphylococcus epidermidis adalah bakteri berbentuk bulat seperti rantai. Staphylococcus epidermidis merupakan kelompok koagulase negative staphylococci (CoNS) dan merupakan bakteri yang tidak berbahaya jika diluar tubuh tetapi sangat berbahaya jika mencapai organ dalam tubuh manusia (Pinhero, 2008).

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan infeksi nosokomial baik pada neonatal maupun pada orang dewasa didunia (Strateva, et al., 2009 dan Villari, et al., 2000). Bakteri ini biasanya dijumpai pada aliran darah (33,3%), kateter pada organ jantung (17,3%), mata (24,7%), pembuluh endotracheal atau pada bronchial (18,5%), dan cairan tubuh lainnya (6,2%). Bakteri ini menyebabkan infeksi nosokomial 30,4% sedangkan Staphylococcus aureus 27,2% dari seluruh infeksi, Klebsiella pneumoniae 16,3%

(19)

2.1Aktivitas Antibakteri

Aktifitas antibakteri dari asam lemak dipengaruhi oleh pH yang merupakan faktor penentu bakteri dapat mati atau hanya terinaktivasi. pH dari asam lemak rantai pendek (asam kaproat, asam kaprilat, dan asam kaprat) yang berfungsi baik sebagai antimikroba adalah 6,5-7,5. Namun untuk asam lemak rantai sedang (asam laurat dan asam miristat), pH minimum 6,5 sudah mampu membunuh bakteri (Syah, 2005).

Aktivitas antibakteri dari asam lemak dan derivatnya seperti pada ester monogliserol dan ester alcohol di pelajari sejak tahun 1970. Dilaporkan bahwa aktivitas antibakteri dari asam lemak dipengaruhi oleh panjang rantai dan ketidakjenuhan rantai karbon. Asam lemak jenuh seperti asam laurat (C12:0) adalah yang paling aktif dalam melawan Gram positif mikroorganisme. Asam monoenoat (C18:1) lebih aktif dalam menghambat bakteri dibandingkan asam lemak jenuh palmitat (C16:0), tetapi aktivitas asam dienoat (C18:2) kurang baik dibandingkan asam monoenoat dan asam palmitat. Ester monogliserol, laurat monogliserol (monolaurin) paling aktif aktivitasnya terhadap bakteri tetapi digliserida dan trigliserida tidak memiliki aktifitas antibakteri (Kabara, et al., 1972 dan Conley, et al., 1973)

(20)

tabung atau turbidimetri. Metode ini berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik. Aktivitas asam lemak dari berbagai literatur pada bakteri dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Aktivitas antibakteri asam lemak jenuh dan tidak jenuh dari berbagai literatur.

Bakteri Asam lemak Sumber

Gram Positif

C20:4n-6 C10:0, C12:0

C10:0, C12:0, C14:0, C16:1 C15:0, C16:0, C17:0, C18:0, C18:1, C18:4, C20:4, C20:5, C22:0, C22:4, C22:5

Knapp and Melly (1986) Bergsson et al. (1998) Bergsson et al. (1999) Benkendorff et al. (2005)

Gram Negatif

C8:0, C10:0, C12:0, C14:0, C16:0, C18:0, C18:1, C18:2, C18:3

C10:0, C12:0, C14:0, C14:1, C16:0, C16:1, C18:1, C18:2, C18:3

C8:0, C9:0, C10:0, C11:0, C12:0, C13:0, C14:0, C14:1n-5, C16:1n-7, C16:1n-7t, C18:2n-6, C18:3n-3, C18:3n-6, C20:1n-9, C20:3n-6, C20:3n-3, C20:4n-6, C22:2n-6, C22:3n-3, C20:4n-6, C22:6n-3 C16:1n-10

C15:0, C18:1, C18:4, C20:4, C20:5, C22:0, C22:4, C22:5

Galbraith et al. (1971) Kabara et al. (1972)

Feldlaufer et al. (1993)

Gambar

Tabel 2.1  Identifikasi asam lemak utama
Tabel 2.2 Jumlah asam lemak dalam CPO dan PKO
Tabel 2.3 Klasifikasi enzim lipase berdasarkan spesifikasinya
Tabel 2.4 Aktivitas antibakteri asam lemak jenuh dan tidak jenuh dari berbagai literatur

Referensi

Dokumen terkait

Analisa blok yang dibuat memungkinkan kita untuk dapat memahami bagaimana cara suatu alat pemancar ini dapat bekerja dengan baik dalam menyampaikan informasinya, sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel budaya kerja, fasilitas kerja, keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan unit

Bagi ilmu pengetahuan : untuk mengetahui hubungan antara kadar magnesium serum pada pasien – pasien dengan PPOK stabil dan pasien – pasien dengan PPOK

Jumlah penggunaan rata-rata tenaga kerja di Desa Dolago 105,8 HOK/Ha, jumlah ini masih sesuai dengan jumlah anjuran disebabkan penggunaan tenaga kerja masih kurang berkualitas dan

Pada sesi resital vokal oleh Gloria Lusianti Angelin, piano digeser kekiri,. penyaji akan bernyanyi tepat di tengah panggung, alat musik gesek

4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde

Hal ini sesuai dengan penelitian Prasetyo & Susanto (2012) yang menyatakan bahwa senyawa volatil berfungsi untuk menarik serangga untuk berkunjung dan

JUDUL : TIDAK CUKUP BERKIBAR HANYA DI LEVEL NASIONAL MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 20