• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Redesain Sign System Kantor Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Redesain Sign System Kantor Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana T1 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Redesain Sign System

Kantor Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Artikel Ilmiah

Oleh:

Lia Setiyani (692012053)

Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. Birmanti Setia Utami, M.Sn.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1. Pendahuluan

Fakultas Teknologi Informasi (FTI) merupakan salah satu Fakultas di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Berdiri pada tahun 2003 dengan program studi pertama adalah Teknik Informatika, FTI mulai menerima mahasiswa baru ditahun tersebut. Pada tahun 2004 dibentuklah program studi Strata 1(S1) Sistem Informatika dan dalam 10 tahun perjalanannya saat ini FTI telah memiliki 10 Program Studi yaitu 2 Progdi Diploma 3 (D3) yaitu D3 Teknik Informatika, D3 Komputerisasi Akuntansi), 6 Progdi S1 yaitu S1 Teknik Informatika, S1 Sistem Informasi, S1 Desain Komunikasi Visual, S1 Pendidikan Teknik

Informatika dan Komputer, S1 Public Relation, S1 Ilmu Perpustakaan), dan satu Progdi D4

yaitu D4 Destinasi Pariwisata serta 1 progdi S2 Magister Sistem Informasi.[1] Visi dan misi dari FTI UKSW adalah pada tahun 2020 dapat menjadi pusat teknologi informasi yang menjunjung tinggi nilai kebenaran dan iman Kristiani serta memiliki kepekaan terhadap perubahan berlandaskan nilai kritis, kreatif dan inovatif. FTI UKSW merancang sebuah fasilitas berupa gedung terpadu yang akan mampu menampung seluruh aktivitas perkuliahan. Gedung tersebut berlokasi di Kampus 3 UKSW Blotongan. Pada bulan Agustus 2016, FTI resmi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Gedung baru FTI UKSW ini diharapkan nantinya menjadi tempat perkuliahan yang baik terutama untuk mahasiswa - mahasiswa angkatan baru.[2] Namun, di dalam suatu ruang publik seperti gedung fakultas harus memiliki beberapa syarat penunjang peningkatan fasilitas yang dapat membantu suatu

kegiatan didalamnya. Salah satunya adalah penggunaan sign system.

Sign system merupakan simbol yang bertujuan untuk mewakili media interaksi manusia

dengan ruang publik. Sign system juga sebagai tanda yang menunjukkan alur informasi atau

pesan tertentu yang dapat membantu memudahkan manusia dalam berinteraksi. Sign system

meliputi tanda pengenal (identification), tanda petunjuk arah (direction), tanda peringatan atau larangan (regulation). Berbagai aspek yang mempengaruhi dari sign system itu sendiri juga harus diperhatikan seperti desain dan material yang digunakan, penempatan sign system, dan kesesuaian sign system dengan ruangan.[3] Penggunaan sign system ini sangatlah penting terutama untuk orang – orang baru yang datang ke kantor FTI agar tidak merasa kebingungan dalam mencari ruangan yang akan mereka tuju. Selain itu, karena kantor

fakultas ini tergolong gedung baru dan menggunakan konsep moving class untuk

perkuliahan, maka dosen atau mahasiswa sangat membutuhkan petunjuk. Dengan kurangnya petunjuk yang ada, mahasiswa merasa kebingungan dan akibatnya mereka akan telat

mengikuti perkuliahan. Hal ini akan sangat merugikan waktu mereka. Sign system yang ada

saat ini, masih memerlukan evaluasi. Masalah yang dapat dievaluasi yaitu beberapa petunjuk menggunakan kertas yang ditempel menggunakan isolasi, hal ini menjadi pandangan yang kurang baik, ketahanan dari sign system tersebut tidak akan bertahan lama, selain itu dilihat

dari keterbacaan sign system yang menggunakan font dengan ukuran kecil membuat

informasi tidak dapat di baca dari kejauhan.

(7)

2

pendidikan IT. Selain itu, konsep gedung yang sudah menggunakan teknologi modern seperti

teknis pintu pada ruangan yang menggunakan kinerja sensor.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu “Perancangan Redesain Sign System Universitas Kristen Petra

Surabaya.” oleh Santoso, (2013) membahas tentang sign system di Universitas Kristen Petra yang masih perlu dilakukan perubahan, sebab kurangnya tanda yang menunjukkan gedung, fasilitas, dan ruangan yang ada sehingga hal itu menyebabkan seringkali mahasiswa ataupun orang luar yang datang ke Universitas Kristen Petra kebingungan dalam mencari ruangan ataupun fasilitas yang dituju. Sign system di Universitas Kristen Petra memiliki suatu kesatuan atau unity yaitu dengan penggunaan warna, typeface dan layout yang memiliki ciri khas yang sama sehingga sign system dapat terintegrasi dengan baik. Dengan penggunaan elemen-elemen dari visual desain dari sign system yang baik dan benar, maka diharapkan dari perancangan tersebut dapat membantu orang mengenali berbagai gedung dan fasilitas yang ada di Universitas Kristen Petra. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Hasil dari perancangan redesain sign system Universitas Kristen Petra

Surabaya diantaranya adalah wayfinding dan tanda pengenal (identification) yang

ditunjukkan pada gambar 1.[4]

Gambar 1. Wayfinding dan Tanda Pengenal (identification) Universitas Kristen Petra Surabaya

“Perancangan Environmental Graphic Design Museum Sepuluh Nopember Surabaya

Area Dalam” oleh Ramandhita dan Indrayana menyatakan bahwa untuk memaksimalkan infrastruktur, service, dan information pada Museum Sepuluh Nopember, maka pihak pengelolah menginginkan diadakannya branding fisik yang mencakup dari segi identitas visual, sarana dan prasarana (papan informasi, papan penunjuk arah), maupun dari segi promosi, hal ini semakin diperkuat oleh keinginan pemerintah kota untuk memaksimalkan potensi yang ada pada Museum Sepuluh Nopember sebagai salah satu tempat wisata yang mengalami peningkatan pengunjung, serta service quality dibanding tempat wisata lain yang ada di Surabaya, namun sangat dibutuhkan untuk program pengembangannya. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa stakeholder dan studi eksisting serta observasi.

Hasil penelitian ini berupa konsep perancangan Environmen graphic design Museum

Sepuluh Nopember area dalam, menggunakan konsep Playback the historical battle, konsep

(8)

EGD dengan materi yang ada sesuai data sejarah dan dikemas dengan media baru yang lebih modern, serta tampilan visual yang lebih menarik tetapi tetap menonjolkan suasana perjuangan kepahlawanan pada masa lampau, sehingga pengunjung dapat merasakan sebuah pengalaman mengenai peperangan dalam peristiwa sejarah tersebut. Penggunaan konsep modern dapat diartikan sebagai acuan penentuan desain EGD yang mengadopsi bangunan Museum tugu pahlawan yang memiliki bentukan bangunan yang modern desain dan juga berdasarkan pada konten koleksi yang dipamerkan pada museum luar Museum Sepuluh

Nopember. Teori communicative pada pembuatan IGD digunakan sebagai acuan penggunaan

warna serta visual yang berfungsi sebagai petanda di Museum Sepuluh Nopember yang mempermudah pengunjung untuk menyerap informasi dan menemukan tempat yang akan dituju.[5]

Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya adalah hasil akhir yang dilakukan penulis. Untuk jurnal “Perancangan Redesain Sign System Universitas Kristen Petra Surabaya.” oleh Santoso, 2013 lebih menekankan penerapan desain

sign system, serta pemasangan pada area yang dibutuhkan. Sedangkan jurnal “Perancangan

Environmental Graphic Design Museum Sepuluh Nopember Surabaya Area Dalam” oleh Ramandhita dan Indrayana, hasil akhirnya berupa perancangan konsep EGD sign system

yang sesuai dengan Museum Sepuluh Nopember yaitu Playback the historical battle.

Sedangkan keunggulan perancangan ini dibanding dengan perancangan sebelumnya adalah pada konsep “world of techonology” yang ditunjukkan dengan pattern serta konsistensi bentuk dan warna. Pattern yang digunakan juga memiliki kesan 3D.

Enviromental Graphic Design (EGD) atau disebut juga grafik lingkungan adalah segala bentuk grafik yang ada di lingkungan terdiri dari beberapa multidisiplin profesi. EGD merupakan sebuah profesi desain untuk menciptakan sebuah suasana dan komunikasi yang efektif guna menghubungkan informasi antara orang ke tempat. Enviromental design dapat diciptakan melalui interior desain, arsitektur, dan desain grafis. Terdapat faktor – faktor penting yang dapat menunjang terciptanya sebuah EGD yang baik diantaranya wayfinding

yang berarti sekelompok signage yang berfungsi sebagai petunjuk arah. Informasi yang di berikan dapat berupa sitemap, petunjuk arah, identitas ruangan dan tempat tertentu.

Sedangkan signage adalah segala bentuk grafis yang menunjukkan suatu informasi. Biasanya

berupa logo, informasi ajakan, larangan, identitas toko, dan sejenisnya.[6] Information design

menjadi hal yang sangat penting didalam suatu EGD. Elemen grafis yang digunakan haruslah

singkat padat dan jelas namun tidak membingungkan audience. Biasanya informasi yang disampaikan berupa nama atau identitas, data, dan juga informasi penting lainnya yang

menyangkut dengan lingkungan tersebut. Exhibition Design juga menjadi faktor yang

mempengaruhi peletakan sign untuk membentuk satu kesatuan serta menjadikan interaksi

pengunjung dengan ruangan, atau antara pengunjung dengan pengunjung lainnya . Exhibition

Design disini adalah penataan ruang.[7]

Sign system merupakan bagian daripada EGD. Sign system adalah suatu simbol yang bertujuan sebagai media dalam melakukan interaksi manusia dengan ruang publik. Peirce

dalam buku “sign in use “ oleh Johansen dan Larsen menyatakan bahwa sign adalah tanda

(9)

4

(tanda pengenal), Direction (petunjuk arah), Regulation (tanda larangan atau peringatan). Didalam sign system terdapat elemen – elemen yang mempengaruhi fungsi sign system yaitu pictogram dan typography.[8]

Pictogram merupakan gambar yang mewakili suatu informasi dan disampaikan melalui perupaan bentuk aslinya. Dengan kata lain, pictogram merupakan stilasi atau penyederhanaan gambar untuk mewakili informasi dari fungsi ruangan tersebut. Pictogram digunakan untuk mengkompensasi ketiadaan teks karena buta huruf atau perbedaan bahasa[9]. Konsep pictogram mengacu pada ilmu semiotika yaitu ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya sebagai tanda. Merujuk teori Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda-tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol.[10]

Selain pictogram, elemen lain yang mempengaruhi sign system adalah typography disebut juga dengan istilah seni rupa huruf. Pengaturan susunan huruf menjadi hal yang utama. Didalam sign system, typography memiliki fungsi sebagai penjelasan dari pictogram. Jika tidak ada salah satu dari elemen tersebut, fungsi sign system akan berkurang. Didalam standarisasi sign system terdapat aturan jarak keterbacaan antara mata manusia dengan sign system, yang akan di jelaskan pada tabel 1.[11]

Tabel 1. Tinggi huruf minimum jarak pandang sign system.

(10)

3. Metode Penelitian

Perancangan ini menggunakan salah satu metode dari metodologi desain yaitu metode merancang dengan gambar (design by drawing). Dalam metode ini besifat simulasi melalui gambar dengan skala tertentu dilengkapi dengan model, pola, maket atau prototype sebagai penggambaran keadaan sebenarnya dan terpisah dari proses produksi barang sehingga menghasilkan gagasan serta usulan yang bersifat visual dan teknis. Hasil akhir pada metode ini adalah simulasi gambar yang siap dilaksanakan pembuatannya sehingga menjadi barang[12]. Menggunakan linear strategy. Linear strategy menetapkan urutan logis pada

tahapan perancangan yang sederhana dan relative sudah dipahami komponennya [13], Tahap

– tahap yang dilakukan ditunjukan pada gambar2.

Gambar 2. Tahapan Metode Penelitian

Langkah awal dalam perancangan sign system ini adalah pengumpulan data. Dalam pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kegiatan ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung kantor FTI guna mencari informasi tentang masalah yang terjadi di gedung baru kantor FTI, juga untuk menganalisis perilaku mahasiswa, dosen, dan seluruh staff pekerja di kantor FTI sekaligus respon mereka terhadap keberadaan sign system saat ini. Selain dari pengguna, observasi juga meliputi dari observasi lingkungan. Gedung kantor FTI UKSW terdiri dari 5 tingkat. Pada gedung ini terbagi menjadi 4 blog yaitu blog A, B, C,dan D.

Kondisi lingkungan akan sangat berpengaruh dengan perancangan media untuk sign

system nantinya. Wawancara dilakukan dengan beberapa pihak yang bersangkutan yaitu pengelola gedung baru, dekan serta dosen dan beberapa mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi. Dari hasil wawancara di peroleh bahwa sebagian besar penduduk gedung tersebut

masih sangat kesulitan dalam melakukan kegiatan mereka dikarenakan minimnya sign system

yang ada. Seringkali setiap akan mencari ruangan mahasiswa atau dosen masih bertanya, hal ini mempengaruhi efektifitas waktu para pengguna gedung. Selain melalui observasi dan wawancara, untuk dapat melihat kondisi gedung yang nantinya akan menjadi acuan dalam perancangan redesain sign system, pengumpulan data juga disertai dengan dokumentasi. Dokumentasi meliputi sign system yang sudah ada saat ini dan juga kondisi didalam gedung. Adapun kondisi ruangankantor FTI UKSW dapat dilihat pada gambar 3.

Pengumpulan data

Analisis Data Konsep Perancangan

(11)

6

Gambar 3. Dokumentasi kondisi didalam gedung FTI UKSW.

Semua kegiatan perkuliahan mahasiswa FTI UKSW terpusat di kantor FTI Kampus 3 UKSW Blotongan. Gedung ini memiliki ruangan – ruangan yang di bagi menjadi beberapa bagian serta fasilitas penunjangnya. Untuk sign system yang digunakan kantor FTI dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Sign system Kantor FTI UKSW

(12)

Tabel 2. Daftar Ruangan Kantor FTI UKSW

Nama Ruangan dan fasilitas Jumlah Identitas Warna

Ruang Dosen

Beberapa ruangan pada gedung FTI ini menggunakan tambahan identitas warna tembok, agar sedikit menghilangkan kesan monoton untuk gambaran besar kondisi didalam gedung.

Setelah pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah analisis data yang meliputi analisis konsep gedung, analisis target audience, dan analisis sign system. Gedung FTI mengusung desain yang memiliki filosofi bangunan berupa komposisi dinamis masa solid dan tekstur

(13)

8

ditunjukkan dengan adanya kaca – kaca besar disetiap sisi gedung. Gedung FTI ini berada diatas bukit dan jauh keramaian seperti jalan raya dan pemukiman warga. Di lantai paling atas dari gedung FTI terdapat arsitek susunan kaca – kaca besar yang langsung terlihat pemandangan alam dari gunug Merbabu. Pemandangan alam ini menambah kesan sejuk didalam gedung. Selain itu, konsep identitas per ruangan dibedakan dengan menggunakan warna seperti kelas yang menggunakan warna hijau dan galeri yang menggunakan warna kuning. Namun didalam gedung FTI terdapat pilar – pilar besar dan juga berlorong – lorong. Keadaan ini membuat ruangan terlihat sempit atau ruang aktivitas yang terbatas. Gedung ini merupakan gedung bebas rokok. Hanya beberapa bagian dari gedung saja yang digunakan sebagai smoking area. Gedung ini, dipergunakan sampai jam 18.00 wib. Kecuali pada saat perayaan acara tertentu. Salah satu hal yang menunjukkan kosep modern adalah pada kinerja pintu disetiap ruangan karena penggunaan pintu saat ini sudah tidak secara manual lagi tetapi sudah menggunakan teknik sensor. Karena FTI memiliki beberapa jurusan dan konsentrasi, maka pembagian gedung terpusat di masing – masing area disesuaikan dengan jurusan. Gedung FTI ini juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti toilet, lift, dua area parkir, kantin dan pantry. Selain itu, tersedia juga bus antar jemput yang beroperasi pada jam kerja. Bus ini berfungsi untuk memudahkan transportasi mahasiswa menuju kampus 3. Namun, bus ini beroperasi dari kampus pusat ke kampus 3, dengan kata lain bus ini hanya akan mengangkut mahasiswa di kampus 1 dan kampus 3 dan tidak dapat menaik turunkan penumpang dijalan.

Setelah menganalisis gedung, langkah selanjutnya adalah menganalisis target audience. Target audience disini adalah warga FTI, terutama mahasiswa. Analisis target audience

dilihat dari tiga aspek yaitu demografis, psikografis, behavioral. Target audience dari aspek demografis adalah mahasiswa usia 18 – 22 tahun, tidak terbatas jenis kelamin, berasal dari kalangan menengah ke atas. Berasal dari luar kota Salatiga bahkan luar Jawa atau lebih tepatnya adalah pendatang. Target audience dilihat dari aspek psikografis biasanya sangat memikirkan efektifitas waktu. Lebih cenderung menyukai hal yang instan. Memiliki pola pikir dan kreativitas yang maju. Target audience dilihat dari aspek behavioral adalah mahasiswa yang sering menghabiskan waktunya berkumpul dengan teman untuk membahas sesuatu yang dirasa menguntungkan bagi mereka.

Selanjutnya adalah menganalisis sign system yang menjadi hal utama pada perancangan

ini. Kantor FTI UKSW sudah memiliki sign system yang menunjukkan segala kebutuhan mahasiswa dan juga dosen. Namun, banyak hal yang masih harus dievaluasi dalam penggunaan sign system. Yang pertama adalah thypography. Penggunaan thypography dalam

sign system saat ini belum sesuai dengan aturan jarak pandangnya. Untuk ukuran yang digunakan terlalu kecil akibatnya informasi tidak dapat dibaca dari jarak jauh sehingga untuk mengetahui atau mencari ruangan, mahasiswa harus membaca informasi lebih dekat lagi. Hal ini akan memakan waktu dan kurang efektif untuk audience. Selain itu, ada beberapa informasi yang dicetak pada kertas dan pemasangannya dengan ditempel pada pintu, atau jendela informasi. Dampak untuk lingkungan kantor FTI UKSW terlihat kurang rapi dalam

penataan dan juga terkesan kotor. Yang kedua adalah penggunaan pictogram. Sesuai dengan

(14)

Dalam istilah sederhana, golden ratio adalah konstanta matematika yang muncul berulang kali di alam dan karya seni. Teori golden ratio dapat dilihat pada gambar 5. [15]

Gambar 5. Teori Golden Ratio.

Dengan menggunakan teori tersebut, penentuan point of interest dari fungsi sign system

akan lebih mudah. Penataan layout juga akan lebih menarik. Selain dari desain, media sign system juga berpengaruh dalam keberhasilan sign system itu sendiri. Material yang di gunakan harus disesuaikan dengan konsep lingkungan agar terlihat satu kesatuan dengan

visual branding dari lingkungan tersebut. Material yang digunakan pada sign system saat ini adalah bahan acrylic dengan informasi yang dicetak pada kertas dan diselipkan diantara

acrylic dengan background sign system. Penggunaan kertas sebagai bahan sign system dilihat dari ketahanan barang masih diragukan, karena kertas merupakan benda yang mudah rusak dan hancur. Sedangkan sign system berfungsi untuk jangka waktu yang panjang.

Setelah melaui proses analisis, tahap selanjutnya adalah perancangan konsep kreatif sign system. Yang pertama adalah konsep typography. Dalam sign system, penggunaan

typography menjadi hal yang pokok untuk menunjukkan suatu makna dari informasi. Dalam hal ini konsep kosakata yang digunakan akan disajikan dengan dua bahasa yakni bahasa indonesia dan bahasa inggris. Mengacu pada konsep gedung yang modern dan berbasis teknologi, maka menggunakan jenis font “ Futura Md Bt” untuk keterangan nama dan jenis font ”Dense” untuk penulisan nomer. Perpaduan kedua font tersebut bertujuan untuk

mempermudah audience dalam membacanya serta menambah kesan simpel dan modern

(15)

10

Gambar 6. Font “Futura Md Bt” dan“Dense”

Ukuran yang digunakan adalah 50pt untuk Informasi utama, dan untuk keterangan

tambahan ukuran font yang digunakan adalah 30pt. Khusus pada penulisan nomer

menggunakan ukuran font 160pt.

Yang selanjutnya adalah konsep pictogram. Pictogram yang akan digunakan dalam

perancangan ini adalah hasil dari analisa lingkungan serta fungsi ruangan. Konsep pictogram

mengangkat konsep stilasi dengan menyederhanakan ilusi gambar yang menunjukkan fungsi atau aktifitas didalamnya. Stilasi ini digambarkan dengan line art agar terkesan simpel, tegas dan tidak mengganggu layout dari sign system. Konsep Pictogram yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Ilustrasi Ikon

Nama Ruangan dan fasilitas Ilustrasi Icon

Ruang Dosen

Galeri

Lembaga Kemahasiswaan

Test Center CTC

Infrastructure Office

Ruang Kuliah Umum

Lab Sistem Informasi Geografis

Lab Komputerisasi Akuntansi

Lab Bahasa

Colaborative Room

Lab Pascasarjana

Studio Audio Video

Lab Komputer

(16)

Ruang Transit Dosen

Pictogram dibuat dengan menyesuaikan fungsi atau kinerja dari masing-masing ruangan yang ada di kantor FTI UKSW. Pictogram digunakan untuk sign system identity dan beberapa sign system regulation. Setiap ikon memiliki proses stilasi dengan mengilustrasikan atau dengan menyederhanakan dari gambar aslinya. Dimulai dari ruang dosen, ikon yang digunakan berupa stilasi orang berdasi. Hal ini menunjukkan dasi sebagai ikon resmi yang selalu dipakai berbagai profesi termasuk dosen. Art gallery memiliki ikon yang terbentuk melalui stilasi dari stand lukisan sebagai penggambaran gallery dan lukisan sendiri yang

diilustrasikan gambar pemandangan yang mewakili dari art. Lembaga kemahasiswaan

menggunakan ikon berupa susunan organisasi. Karena lembaga kemahasiswaan terdapat organisasi – organisasi di dalamnya yang dibagi sesuai kinerja masing – masing. Maka dari

itu, ikon tersebut mewakili tugas dari lembaga kemahasiswaan. Test center CTC

(17)

12

cepat. Kalkulator menjadi hal utama bagi para akuntan. Maka dari itu penggunaan ikon tersebut sudah mewakili daripada kinerja ruangan.

Lab bahasa menggunakan ikon orang yang mengenakan headset, karena lab bahasa selalu

berhubungan dengan komunikasi yang melibatkan pendengaran dan bicara. Collaborative room digambarkan dengan ruangan dengan dua pintu. Sesuai dengan namanya, collaborative

yang berarti gabungan. Gabungan tersebut diilustrasikan dengan dua pintu yang terbuka seolah – olah terdapat dua ruangan yang berbeda, namun ternyata dua pintu tersebut memasuki satu ruangan yang sama. Lab pascasarjana digambarkan dengan stilasi topi toga yang sudah menjadi ikonik disetiap acara wisuda. Studio audio video, ikon yang digunakan merupakan gabungan dari headset sebagai penggambaran audio, dan ikon segitiga yang sudah menjadi ikon play pada pemutaran video. Ruang asisten digambarkan dengan ikon kartu identitas, karena asisten merupakan pendamping atau orang yang membantu dosen, dalam hal ini diibaratkan sebagai karyawan. Dan setiap karyawan memiliki nametag atau identitas diri sebagai tanda pengenal. Ruang transit digambarkan dengan penyederhanaan bentuk dari sofa, karena transit merupakan ruang sementara dan biasanya digunakan untuk istirahat yang tidak cukup lama. Pantry digambarkan dengan cangkir kopi, sesuai dengan fungsi ruangannya. Pantry biasanya menjadi dapur disetiap gedung perkantoran , biasanya karyawan membuat kopi atau minuman lainnya disana. Ruang VIP menggunakan ikon yang

hampir sama dengan ruang transit, namun di tambahkan dengan ilustrasi standing lamp yang

ingin menunjukkan fasilitas serta kenyamanan dari ruangan. Ruang micro teaching

digambarkan dengan kegiatan pembelajaran dengan dua mahasiswa untuk menunjukkan pembelajaran khusus.

Test center CISCO penggunaan ikonnya diambil dari logo CISCO sendiri. Lab Oracle menggunakan bentuk stilasi dari gambar database oracle. Lab CISCO sedikit berbeda dengan ikon test center CISCO. Jika pada test center CISCO diambil dari logonya, pada ikon Lab CISCO ditambahkan dengan obeng dan kunci yang mewakili makna sebagai reparasi. Studio Gambar digambarkan dengan perpaduan lampu dengan pensil. Lampu melambangkan ide atau gagasan, sedangkan pensil melambangkan alat menggambar. Kedua hal tersebut mewakili fungsi dari studio gambar sebagai tempat menuangkan ide melalui gambar. Lab public relation digambarkan dengan ikon microphone. Public relation identik dengan hal

yang berhubungan tentang publik atau kepentingan banyak orang. Microphone menjadi wakil

dari kinerja yang memiliki makna penyebar informasi ke banyak orang atau tidak melalui

perorangan. Ruang KPTA menggunakan ikon clip, karena KPTA selalu berhubungan dengan

bendel proposal maupun persyaratan – persyaratan lainnya, penggunaan ikon clip ini merepresentasikan tentang benda yang memudahkan mahasiswa dalam pengumpulan bendel. Toilet digambarkan dengan stilasi orang yang menunjukkan wanita dan pria. Perbedaan tersebut diambil dari bentuk badan persegi untuk pria dan segitiga untuk wanita.

Layoutsign system dibagi menjadi empat komponen yaitu wayfinding, sign identity, sign direction, dan sign regulation. Pada perancangan media ini, ditambahkan aksen yang diambil dari salah satu bagian gedung FTI UKSW dan selanjutnya dikembangkan melalui digital.

(18)

Gambar 7. Konsep pattern

Aksen tersebut diambil dari konstruksi di salah satu bagian gedung yang menggambarkan gabungan dari bentuk segitiga. Segitiga sendiri merepresentasikan tentang hubungan antara manusia, alam , dan Tuhan sesuai dengan visi FTI UKSW. Menggunakan warna biru sesuai dengan identitas Fakultas, selain itu warna biru menunjukkan warna teknologi, juga memiliki kesan sejuk. Dari hasil perancangan konsep diatas, maka selanjutnya adalah implementasi pada media. Yang pertama adalah wayfinding. Dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Layout dan Ukuran Wayfinding

Wayfinding untuk FTI UKSW berukuran 2m x 1m dengan total ketebalan 7cm. Kedua

layout wayfinding ini menyesuaikan posisi warna pada setiap informasi. Jika background

pada posisi biru, maka warna font adalah hitam. Jika background pada posisi besi, maka font

berwarna biru. Untuk menunjukkan konsistensi sign system, layout yang sama digunakan juga pada sign identity, sign direction dan sign regulation. Ukuran serta penggambaran kedua

(19)

14

Sign Identity Sign Direction

Sign Regulation

Gambar 9. Layout dan Ukuran Sign System (Identity, Direction, Regulation)

Layout pada setiap jenis sign sedikit dibedakan melalui ukuran sign menyesuaikan

dengan fungsi dan kebutuhan dalam keterbacaan pada sign. Selain itu, juga untuk

meminimalis sign system agar ruangan tidak terlihat terlalu penuh dengan keberadaan sign system itu sendiri. Untuk ukuran pada sign identity adalah 30cm x 10cm karena banyak informasi yang harus ditunjukkan. Sign direction memiliki ukuran 40cm x 15cm karena menyesuaikan jarak pandang agar audience dapat mengerti dengan jelas. Dan untuk sign regulation menggunakan ukuran 20cm x 20cm karena dalam sign ini lebih menonjolkan ikon dan informasi pada layout tidak sebanyak pada sign lainnya.

Selain dilihat dari sisi desain, material yang akan digunakan juga menjadi evaluasi dari

sign system sebelumnya. Untuk memperkuat konsep “world of technology” maka material

yang akan digunakan adalah perpaduan dari besi plat dengan acrylic sebagai media sign system. Sedangkan untuk penulisan informasi menggunakan cat semprot khusus kaca, karena bersifat tahan lama dibanding dengan bahan yang lainnya. Penyusunan pemasangan atau lapisan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10 . Material sign system

(20)

yang difungsikan sebagai aksen pada setiap sign system selain itu juga merupakan konsep dari representasi teknologi.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil dari perancangan redesain sign system ini adalah desain wayfinding, sign identity, sign direction, dan sign regulation. Selain desain, ditambahkan dengan contoh pemasangan

sign system. Hasil redesain dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Desain sign system

Selanjutnya adalah teknik pemasangan sign system pada beberapa bagian gedung. Sign system pada perancangan ini terbagi menjadi 2 yaitu indoor dan outdoor. Sign indoor terdiri dari sign identity, sign direction, dan sign regulation. Teknik pemasangan pada sign identity

adalah ditempel pada dinding samping pintu. Pada sign identity untuk keterangan nama dosen, sedikit berbeda dengan sign identity lainnya. Karena disetiap ruang dosen tidak semua ditempati hanya satu orang saja, maka ditambahkan slot kecil sebagai tempat untuk menambah sign identitas nama dosen yang lainnya. Selanjutnya teknik pemasangan pada

sign direction , adalah dengan digantung pada atap. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

audience yang membaca dari kejauhan. Sign regulation terdapat disetiap bagian yang dilarang atau berbahaya. Pemasangan sign regulation adalah ditempel pada dinding yang

dapat diakses dengan mata secara mudah, seperti contoh didalam kamar mandi terdapat sign

regulation “dilarang jongkok” ditempel pada dinding diatas closet tujuannya adalah jika orang masuk, mereka akan dapat langsung membaca peringatan tersebut.

Sign outdoor terdiri dari informasi wayfinding, area parkir, dan halte. Teknik

pemasangannya adalah dengan ditempel pada lantai dengan posisi berdiri. Wayfinding utama

(21)

16

Setelah melalui tahap perancangan media, tahap selanjutnya adalah pengujian yang dilakukan secara wawancara kepada penguji. Pengujian pertama dilakukan dengan bapak Teguh Indra Bayu selaku Kepala Sarana dan Prasarana (Sarpras) FTI UKSW, menyatakan bahwa redesain sign system lebih menarik dari segi desain dibanding dengan sign system

yang sebelumnya, konsep yang sesuai dengan konsep gedung. Selain itu, disarankan untuk menambahkan space sebagai informasi tambahan, contoh jika ada informasi kelas kosong atau dosen sedang tidak ada di tempat. Ditambahkan dengan sign yang memiliki unsur

teknologi touchscreen agar dapat diakses mahasiswa maupun dosen secara mudah.

Pengujian kedua dilakukan dengan target audience yaitu mahasiswa FTI UKSW.

Pengujian ini dilakukan kepada 10 mahasiswa dari berbagai progdi. Dalam pengujian ini, hasil yang didapatkan adalah warna yang sesuai. Dengan warna tersebut menghilangkan kesan boring. Informasi mudah dibaca, dan pictogram yang sesuai. Selain itu, sign system

terlihat mewah. Namun, layout biru sebagai background sedikit mengganggu, disarankan untuk lebih diperkecil agar font terbaca dengan jelas.

Pengujian ketiga dilakukan dengan ahli desain yaitu bapak Djoko Hartanto, pada pengujian ini lebih menekankan pada segi desain. Hasil dari pengujian yaitu konsep menarik, material yang mudah didapatkan. Namun terdapat sedikit kekurangan pada dummy yaitu

pertimbangan scale pada dummy kurang diperhatikan. Disarankan untuk menggunakan

kerming atau spasi per huruf yang tidak terlalu lebar. Selain itu, pada penggunaan material akan lebih baik jika hanya terdiri dari satu layer saja karena akan lebih menghemat biaya.

Dari ketiga pengujian tersebut, disimpulkan melalui analisis pengujian bahwa pada perancangan ini memiliki kekurangan dan kelebihan serta saran dari masing- masing penguji. Kelebihan dari redesain sign system ini adalah desain yang lebih menarik dari sebelumnya,

pictogram menjadi nilai tambahan pada sign system ini, warna yang digunakan sesuai dengan konsep gedung. Sedangkan kekurangan dari sign system ini adalah spasi pada font terlalu lebar sehingga pemenggalan kata kurang jelas. Material yang digunakan tergolong material yang mewah. Saran untuk perancangan ini yang pertama adalah penggunaan material sebaiknya menggunakan satu layer saja atau satu jenis material untuk menghemat biaya. Pada penulisan informasi lebih baik menggunakan jenis font yang memiliki kerming atau jarak antar huruf yang tidak terlalu lebar untuk mempermudah keterbacaannya. Ditambahkan

space pada sign identity sebagai informasi tambahan.

5. Simpulan

Melalui perancangan redesain ini, dapat disimpulkan bahwa sign system menjadi hal yang penting dalam suatu ruang publik. Berbagai unsur dalam merancang sebuah sign system

harus diperhatikan, khususnya adalah menganalisis berbagai unsur yang menjadi bahan proses pembuatan sign system yang sesuai dengan visi dan misi serta standarisasi sign system. Penggunaan tema “world of technology” dimaksudkan sebagai representasi Fakultas yang memiliki konsentrasi pendidikan dalam bidang IT. Perancangan redesain sign system ini dapat menjadi evaluasi untuk lebih meningkatkan kualitas serta fasilitas gedung kantor Fakultas Teknologi Informasi terkhususnya untuk mempermudah audience dalam mengerti

maksud atau fungsi sign system sehingga mempermudah audience dalam melakukan kegiatan

didalamnya.

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan perancangan ini dapat menjadi acuan yang baik. Analisis yang kuat akan mempermudah dalam merancang sebuah sign system. Selain

(22)

yang sesuai dengan kondisi ruang. Saran untuk FTI, kedepannya sign system di kantor FTI dapat lebih menunjang kebutuhan audience bukan hanya sebagai perlengkapan gedung, namun fungsi dari sign system sendiri dapat dimengerti audience dengan baik. Jika melihat dari konsep gedung, dapat ditambahkan dengan wayfinding yang bersifat interaktif. Nantinya

wayfinding bukan hanya sebagai petunjuk arah atau informasi tempat namun sekaligus dapat menjadi pusat informasi – informasi penting lainnya.

6. Daftar Pustaka

[1] Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, Akademik : http://fti.uksw.edu/akademik. Diakses pada 8 Maret 2017.

[2] Visi & Misi FTI UKSW: http://fti.uksw.edu/tentang-kami/visi-a-misi. Diakses pada 8 Maret 2017.

[3] Bab II II 1.Sign System II 1.1. Definisi Sign System:

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/599/jbptunikompp-gdl-irpandjuli-29909-8-unikom_i-i.pdf . Diakses pada 10 Maret 2017.

[4]Santoso, Ade, Marvin, 2013, Perancangan Redesain Sign System. Universitas Kristen Petra Surabaya.

[5]Ramandhita, Dwipa dan Indrayana, Denny, 2012, Perancangan Environmental Graphic

Design Museum Sepuluh Nopember Surabaya Area Dalam.

[6] Hutajulu,Rina.(2008). Concept Enviromental Graphic Design, Edisi 23.Jakarta : PT.Konsep Media.

[7] Locker, Pam. (2010). Basic Interior design 02 Exhibition design.

[8] Johansen, Jorgen Dines and Svend Erik Larsen. (2002). Sign In Use ( An Introduction To Semiotics). London: Routledge.

[9] Katz, Joel.(1943) Designing Information : Human Factors and Common Sense In

Information Design. Newyork : Wiley

[10]Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Analisis Tanda pada Karya Desain Komunikasi Visual : http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/2235.pdf. Diakses pada 12 Maret 2017. [11]Sihombing, Danton, (2001), Tipografi dalam Desain Grafis. : Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama.

[12] Christoper, Jhones. (1969). Design Method.

[13] Sarwono, Jonathan & Lubis, Hary.(2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi visual.Yogyakarta : C.V Andi offset.

[14] Pembangunan Gedung FTI UKSW : http://www.ftiuksw.org/gedung-fti. Diakses pada tanggal 15 Maret 2017.

Gambar

Gambar 1.  Wayfinding  dan Tanda Pengenal (identification)  Universitas Kristen Petra Surabaya
Tabel 1. Tinggi huruf minimum jarak pandang sign system.
Gambar 2.  Tahapan Metode Penelitian
Gambar 4. Sign system Kantor FTI UKSW
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak — Apple sebagai brand yang dikenal begitu elegan dan selalu futuristik dalam sajian produk - produknya merupakan sebuah media edukasi yang membutuhkan sebuah

Sejak itulah negara menyadari perlunya suatu bank sentral yang selanjutnya didirikan dengan tujuan untuk memastikan adanya satu jenis mata uang kertas yang sama dan berlaku di suatu

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi yang dilakukan untuk menentukan pola hubungan rasio volume per kapasitas dengan

D-sorbose is known as reactive reducing sugar to react with amino acids to.. generate

IDENTIFIKASI BAKTERI PENGOKSIDASI BESI DAN SULFUR BERDASARKAN GEN 16S rRNA DARI LAHAN TAMBANG TIMAH DI

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar dan Bangun Ruang

Jika suhu maxsimum sudah ditentukan, semisal suhu lebih dari (>) 39˚C, maka FAN atau kipas dan alarm akan otomatis bekerja, FAN berguna untuk membuang panas yang

Al- qur‟an sebagai ajaran suci umat Islam, merupakan petunjuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, karena pada dasarnya Al- qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi