• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur T1 Full text"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Oleh Bagus Setiyawan

712014701

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si Teol)

PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Oleh,

Bagus Setiyawan

NIM : 712014701

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing Utama

Dr. David Samiyono

Pembimbing Pendamping

Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si

Diketahui oleh,

Kaprogdi Ilmu Teologi

Pdt. Izak Y.M Lattu, Ph.D

Disahkan oleh,

Dekan

Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(3)

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Bagus Setiyawan

NIM : 712014701 Email : bagussetiyawan89@gmail.com

Fakultas : Teologi Program Studi : Ilmu Teologi

Judul tugas akhir : Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Pembimbing : 1. Dr. David Samiyono

2. Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan

hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan

disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan

orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.

Salatiga, 26 April 2017

Materai 6000

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Bagus Setiyawan

NIM : 712014701 Email : bagussetiyawan89@gmail.com

Fakultas : Teologi Program Studi : Ilmu Teologi

Judul tugas akhir : Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas – Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat

mengumpulkan hasil karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 26 April 2017

Bagus Setiyawan

Mengetahui,

Dr. David Samiyono Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Bagus Setiyawan

NIM : 712014701

Program Studi : Teoloogi

Fakultas : Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW Hak

bebas royalty non-ekslusif (non-exlusive royalty fee right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur” beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalty non-ekslusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 26 April 2017

Bagus Setiyawan

Mengetahui,

Dr. David Samiyono Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si

(6)

MOTTO

Kesuksesanmu Tak Bisa Dibandingkan

Dengan Orang Lain, Melainkan

Dibandingkan Dengan Dirimu Sebelumnya.

AYAT ALKITAB

engkau rendah karena engkau muda. Jadilah

teladan bagi orang-orang percaya, dalam

perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam

(7)

Ucapan Terimakasih

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, berkat pertolonganNya

maka Tugas Akhir ini telah selesai sebagaimana mestinya. Maka dari itu

saya mengucupakan banyak terimakasih kepada kedua orang tua

terutama mamah saya yang dengan sepenuh hati memberikan dukungan

doa dan dana.

Terimakasih juga kepada bapak/ibu dosen yang sudah dengan

sepenuh hati membagikan ilmunya kepada saya sebagai mahasiswa.

Terimakasih juga saya berikan kepada para dosen pembimbing Bapak

David dan Bapak Simon selaku yang membimbing saya dari awal

hingga akhir penulisan ini. Terimakasih juga saya haturkan kepada

pembimbing bayangan yang setia membantu dan menyediakan

waktunya.

(8)

Daftar Isi

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur ... 1

LEMBAR PENGESAHAN ... 2

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... 3

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ... 4

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... 5

MOTTO ... 6

AYAT ALKITAB ... 6

Ucapan Terimakasih ... 7

Daftar Isi ... 8

Abstrak ... 9

Latar Belakang Masalah ... 9

Landasan Teori... 15

Sejarah GKJ ... 17

Persembahan ... 18

Latar Belakang Persembahan ... 18

Sejarah GKJ Salatiga Timur ... 23

Profil GKJ Salatiga Timur ... 24

Sejarah Persembahan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur ... 25

Analisa ... 27

Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

(9)

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Bagus Setiyawan 712014701

Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

Abstrak

Persembahan persepuluhan merupakan bagian dari persembahan yakni dengan

memberikan bagian sepersepuluh dari hasil dan milik jemaat.Hasil dari panen atau kerja dibagi

menjadi 90% menjadi milik dari seseorang dan 10% menjadi milik Tuhan.

Namun dalam hal ini GKJ sebagai Sinode tidak mempunyai sebuah aturan yang baku

untuk mengatur tentang persembahan perpuluhan di Gereja-Gereja di bawah naungan Sinode

GKJ. Sehingga bagaimana bisa terjadinya persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga Timur.

Melihat sebuah sosio history tentang sebuah permasalahan persembahan perpuluhan yang

ada di GKJ Salatiga Timur, Melalui proses penelitian, analisa, dan hasil penelitian sehingga

dapat diketahui bagaimana Sosio History persembahan perpuluhan yang ada di GKJ Salatiga

Timur. Dimana dalam hal ini sejarahnya adalah tentang pendeta pertama yang memberikan

sebuah pengajaran tentang persembahan perpuluhan walaupun dalam Pokok-Pokok Ajaran

Gereja dan Kateskismus Heidelberg sebagai acuan GKJ dalam menetapkan sebuah pengajaran di

gereja, tidak ada dalam acuan itu dan jemaat juga menerima pengajaran tersebut.

Kata Kunci : Sejarah Perpuluhan, Persembahan Perpuluhan, Sinode GKJ, GKJ Salatiga Timur.

Latar Belakang Masalah

Gereja berasal dari kata bahasa Yunani yaitu “ekklesia” (ek= keluar, dan kaleo= memanggil), yaitu mereka yang dipanggil keluar. Jadi “ekklesia” dapat diartikan sebagai

komunitas yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa kegelapan,

dipanggil kepada Allah sendiri ke dalam kerajaan-Nya.1Gereja tidak dapat dipisahkan dengan

jemaat. Jemaat merupakan bagian inti dalam gereja, sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu

1

(10)

dengan yang lain.2Kata “Jemaat” berasal dari bahasa Arab “Jamaah”, yang berarti suatu himpunan, rombongan, atau pertemuan.3Dalam perkembangannya istilah “jemaat” diartikan sebagai kumpulan atau rombongan orang beribadah atau himpunan penganut agama

Kristen.4Pada dasarnya sifat gereja atau pun jemaat merupakan suatu persekutuan.5Dalam

persekutuan yang dilakukan di gereja, mereka juga memberikan persembahan, persembahan

yang mereka kumpulkan merupakan wujud ungkapan syukur kepada Allah.Persembahan juga

merupakan sebuah bentuk ibadah kepada Tuhan secara mendasar yang mengandung ungkapan

syukur jemaat untuk saling melengkapi tubuh Kristus.6 Persembahan adalah apa yang disebut

oleh gereja-gereja di Indonesia sebagai kolekte atau korban.7 Sekarang bukan lagi dalam bentuk

korban-korban bakaran melainkan hanya dalam bentuk uang atau dana. Dana merupakan salah

satu faktor penting dalam kehidupan gereja. Gereja memperoleh dana itu dari persembahan

warganya sebagai wujud dari kehidupan iman yang tumbuh dengan sehat. Warga Gereja yang

tidak tahu memberi persembahan merupakan warga yang lemah iman. Sebaliknya, warga yang

sehat imannya akan turut memikul tanggung jawab kehidupan bergereja, termasuk pendanaan

kehidupan Gereja.8

Sehingga dengan adanya persembahan, maka jemaat bisa mengekspresikan ibadah dalam

bentuk persembahan.Bentuk dari pemberian persembahan bermacam-macam.Ada persembahan

mingguan, bulanan dan tahunan. Semuanya diberikan kepada gereja dengan maksud sebagai

pengucapan syukur kepada Allah atas berkat yang telah Ia limpahkan. Dari persembahan ini

membantu penatalayanan gereja dalam melaksanakan visi dan misi Allah dalam dunia, yakni

pelayanan kepada jemaat.9

Di samping persembahan yang sering dilakukan, ada praktek persembahan dalam gereja,

yakni persembahan persepuluhan.Persembahan persepuluhan merupakan bagian dari

persembahan yakni dengan memberikan bagian sepersepuluh dari hasil dan milik jemaat.Hasil

dari panen atau kerja dibagi menjadi 90% menjadi milik dari seseorang dan 10% menjadi milik

2

G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 59. 3

G. Riemer, Cermin Injil, ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 57. 4

Yosef Lalu, Pr “makna hidup dalam terang katholik 4”,(Penerbit Kanisius-Yogyakarta, 2010), 66. 5

Yosef Lalu, Pr “makna hidup dalam terang katholik 4”,(Penerbit Kanisius-Yogyakarta, 2010),67. 6

A. M. Tambunan, Persembahan perpuluhan (Jakarta : BPK, 1952), 16. 7

Dr. J.I. Ch. Abineno Unsur-unsur Liturgia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007). 98. 8

Nehemiah Mimery, Persembahan dan Pemakaian Uang Tuhan,(Serial Suara Gembala : Mimery Press,1989), hal 7.

9

(11)

Tuhan10.Pada awalnya, persembahan persepuluhan dilakukan dalam masa Perjanjian Lama.

Persembahan persepuluhan dari perjanjian lama adalah sebagai pemberian umat Israel untuk

memaknai pemberian Allah dengan cara mengucap syukur dan memberi sepersepuluh dari hasil

panen, ternak dan hasil kerjanya kepada Tuhan. Ukuran sepersepuluh dari penghasilan yang

didapatkan menjadi patokan bagi umat Israel dengan memberi dengan ukuran yang ada.

Persembahan persepuluhan disebut dalam Perjanjian Lama yakni Kejadian 14:17-20. Allah

menyertai Abram dalam peperangan melawan bangsa Kedorlaomer, semua harta dari bangsa

tersebut dibawa oleh Abram kemudian Abram mempersembahkan sepersepuluh dari semuanya.11

Berkaitan dengan tersebut dalam Kejadian 28:22Tentang persepuluhan dikatakan bahwa

“dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu ku persembahkan sepersepuluh kepadaMu.” Rumusan hukum itu ialah hukum bersyarat.Persepuluhan adalah bagian yang

dipersembahkan kepada Tuhan dari segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan.Sepersepuluh

yang dimaksudkan dalam rumusan hukum ini adalah sebagian yang diangkat dari seluruh hasil

kerja dan dikhususkan untuk persembahan kepada Tuhan.Hasil-hasil itu berupa hasil pertanian

dan hasil peternakan12.

Dalam perjanjian baru dijelaskan juga tentang apa itu persembahan perpuluhan.

Persembahan perpuluhan merujuk pada Matius 23:23, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan,yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”

Untuk menentukan dasar itu GKJ juga memiliki sebuah dasar yang lain selain Alkitab

yaitu tata gereja dan tata laksana. Tata gereja dan tata laksana juga mengatur tentang

persembahan umum.13Dalam perkembanganya Sinode GKJ pertama kali menggunakan

Katekismus Hiedelburg sebagai sebuah dasar pengajaran di GKJ.Katekismus Heidelberg dalam

pengajaranya tentang persembahan ada di bagian ke 3 yaitu tentang syukur yang wajib

dipersembahkan kepada Allah karena kelepasan itu. Isi didalam bagian Katekismus Heidelburg

10

A. M. Tambunan, Persembahan perpuluhan (Jakarta : BPK, 1952), 16 11

A. M. Tambunan, Persembahan perpuluhan (Jakarta : BPK, 1952), 16 12

Mayes, The New Century Bible Commentary: Deuteronomy,( London: Wm.B.Eedrmans Publ.,Co., Grand Rapids, 1991), 244.

13

(12)

adalah, karena Kristus setelah menebus kita dengan darahnya, juga memperbaharui kita melalui

rohnya yang kudus menjadi serupa dengan gambarnya, supaya kita dengan seluruh kehidupan

kita memberi syukur kepada Allah karena anugerahnya.14Hal persembahan juga diatur dalam

Pokok-Pokok Ajaran Gereja.

Pokok-Pokok Ajaran Gereja berisi tentang pengertian persembahan dan makna

persembahan.Pengertian persembahan dalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja adalah merupakan

wujud ungkapan syukur dan penyerahan diri orang-orang percaya atas pemeliharaan

Allah.Persembahan di dalam ibadah jemaat adalah salah satu dari bentuk perembahan

orang-orang percaya.15Sedangkan makna persembahan itu sendiri, dalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja

adalah ungkapan terimakasih orang-orang percaya atas pemeliharaan Allah didalam

kehidupannya.Yang kedua pernyataan sikap mempercayakan diri kepada Allah dengan

pemeliharaanya16.Dengan pengertian dan makna persembahan menurut Pokok-Pokok Ajaran

Gereja sebagai dasar bagaimana persembahan itu diberikan. Dengan begitu sebagai Sinode GKJ

maka Gereja-Gereja yang berada dibawah naungannya akan mengikuti apa yang ditetapkan,

begitu juga yang dilakukan dan diikuti oleh GKJ Salatiga Timur dalam hal persembahan.

GKJ Salatiga Timur setiap hari Minggu mengadakan ibadah sebanyak dua kali. Dalam

ibadah Minggu tersebut juga diedarkan kantong persembahan. Salah satu kantong persembahan

yang disediakan adalah untuk persembahan persepuluhan.Jemaat GKJ Salatiga Timur dalam

memberikan persembahan persepuluhan cukup besar yaitu sekitar 14 kali dalam waktu 9

Minggu.17Sehingga rata-rata setiap Minggu persembahan persepuluhan diberikan oleh warga

jemaat GKJ Salatiga Timur sejumlah 1-2 orang yang memberikan persembahan persepuluhannya

setiap Minggu.Dengan praktek persembahan persepuluhan yang diterapkan, maka sangat

menarik untuk diteliti bagaimana sejarah jemaat GKJ Salatiga Timur memberikan persembahan

persepuluhan tersebut.

Praktek persembahan persepuluhan yang diberlakukan di GKJ Salatiga Timur ini sangat

menarik. Karena didalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja dan Katekismus Heidelburgsebagai dasar pengajaran tentang persembahan di Sinode GKJ tidak mengajarkan tentang adanya persembahan

persepuluhan. Sehingga penulis ingin membahas mengenai sejarah apa yang mempengaruhi

14Z. Ursinus dan Caspar Olevianus, Katekismus Heidelburg “Pengajaran Agama Kristen”, (Jakarta : BPK,2016), 89 – 90.

15

Sinode GKJ, Pokok – Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, (Salatiga : Sinode GKJ, 2005), 46. 16

Sinode GKJ, Pokok – Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, (Salatiga : Sinode GKJ, 2005), 46. 17

(13)

banyaknya jumlah persembahan persepuluhan yang dilakukan di GKJ Salatiga Timur. Sehingga

dari latar belakang tersebut penulis memberikan judul :

“Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur”

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka pembahasan masalah lebih

difokuskan pada : Bagaimana Sejarah jemaat memberikan persembahan perpuluhan di GKJ

Salatiga Timur?.

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah

Mendiskripsikan sejarah jemaat memberikan persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga

Timur.

3. Tempat Penelitian

GKJ Salatiga Timur.Informan yang menjadi narasumber adalahjemaat yang memberikan

persembahan perpuluhan dan pendeta beserta majelis GKJ Salatiga Timur.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut :

a. Secara khusus bagi gereja

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang makna

perpuluhan di GKJ Salatiga Timur dan GKJ pada umumnya.

b. Bagi Fakultas Teologi Univerrsitas Kristen Satya Wacana

Hasil Penelitian ini akan bermanfaat bagi mata kuliah yang berhubungan dengan

Liturgika dan mahasiswa dapat memahami tentang persembahan perpuluhan.

c. Bagi penulis, hasil penelitian ini akan menjadi tambahan pengetahuan dan bekal bagi

penulis sebagai calon pemimpin gereja.

5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskritif, metode deskritif adalah metode

(14)

kelas peristiwa pada masa sekarang.18 Metode ini bertujuan untuk menggambarkan secara

tepat sifat-sifat suatu individu, keadaaan, gejala, kelompok tertentu, atau untuk

menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala dan gejala lain dalam suatu

masyarakat.19Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah

penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis.Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai

dengan fakta di lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan

gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil

penelitian.Dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori

yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori.20

6. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.Observai partisipasi adalah pihak yang melaksanakan

observasi (observer) terlibat secara langsung secara aktif dalam obyek yang

diteliti.Peneliti mengamati dengan jarak yang dekat untuk mengamati obyek.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini, bermanfaat menyusun landasan teoritis untuk membangun

landasan kerangka berfikir guna menganalisis hasil interpretasi penelitian

lapangan guna menjawab persoalan pada rumusan serta tujuan masalah, dalam

pembuktian hipotesis masalah yang diteliti.

7. Sistematika Penulisan

Agar penulisan ini terarah dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan maka disusunlah

sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari bagian pertama sampai

keempat yang mempunyai pokok masing-masing, tetapi menjadi satu bagian untuk saling

melengkapi.Bagian pertama, penulis menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

18

Mohamad Nazir, metode penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), 63. 19

Koentjaraningrat, Metode-metode penelitian Masyarakat. (Jakarta : Gramedia, 1977), 42. 20

(15)

Bagian kedua penulis akan memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan

ini. Bagian ketiga adalah menganalisa dan mengolah data yang merupakan hasil

penelitian, bagian keempat adalah penutup yang berupa kesimpulan dan saran.

Landasan Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori analisis sejarahwan GKJ yaitu Y.M Sumardi

dan Santoso,kemudian dilandaskan berdasarkan tata gereja dan tata laksana Sinode GKJ.Sebagai

acuan utama untuk menganalisis masalah yang diteliti khususnya dalam memahami Sosio Histori

Persembahan Perpuluhan yang terjadi di GKJ Salatiga Timur.

Kita ketahui bahwa sejarah tidak bisa di-rekonstruksi.21Kehidupan manusia di masa lampau

tidak bisa ditampilkan kembali.Meskipun begitu, manusia yang hidup di masa lampau bisa

diketahui, walaupun itu tidak sepenuhnya benar, karena hanya dikenali lewat benda-benda yang

ditinggalkannya sebagaimana yang sudah disebutkan dalam obyek penelitian. Kehidupan

manusia di masa lalu akan tampil kembali, jika seseorang sejarahwan (subyek) mampu

mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang berhubungan dengan manusia itu (fakta historis

yang dijadikan obyek penelitian), kemudian berimajinasi atau membayangkan seperti apakah

bentuk kehidupan manusia di masa lalu tersebut (menjelaskan obyek).22

Dari penjelasan singkat diatas, maka dapat disampaikan bahwa model penelitian sejarah yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu proses perjalanan rekreasi peneliti (penulis) yang

sifatnya subyektif, yang berusaha menggambarkan kehidupan manusia di masa lampau (obyek

yang diteliti, yaitu Sosio Histori Persembahan Perpuluhan GKJ Salatiga Timur).

Secara historis praktis gerejawinya dalam pergumulan dogmatis GKJ terdapat struktur tiga

lapisan ortodoksi-aksiomatis berjenjang : dalil-dalil “sola flide, sola gratia, sola scriptura” dan

“ecclesia reformata semper reformanda est” sebagai jenjang atau lapisan dalam pertama; Pengakuan Iman Rasuli sebagai jenjang atau lapisan dalam kedua; dan Katekismus Heidelberg

sebagai jenjang atau lapisan luar. Pergumulan GKJ menyusun dogma kontekstualnya secara logis

mempunyai konsekuensi berhadapan dengan struktur tiga lapisan ortodoksi-aksiomatisnya

tersebut, sehingga kemudia ia menyusun truktur baru dalam konstruksi dogma gereja definitifnya

(PPA GKJ) tahun 1996. 23

21

GJ. Renier, Metode dan manfaat Sejarah,(Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997), 113.

22

GJ. Renier, Metode dan manfaat Sejarah,(Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997), 113.

23

(16)

Oleh karena itu dogma gereja sendiri secara formal dan fungsional disusun dalam rangka

mengespresikan identitas eksistensial dan mendukung tugas misionernya, maka dogma gereja

pada dasarnya harus kontekstual.Oleh karena itu, pada dasarnya menyusun dogma gereja sendiri

merupakan bentuk “kontekstualisasi” dogma.Namun berkaitan dengan sejarah gereja, maka

kontekstualisasi tidak dalam pengertian sebagai suatu metodologi teologi tertentu, melainkan

sebagai bagian dari konsep sejarah gereja itu sendiri.24

Dalam hal ini diigunakan pendekatan untuk mempertajam kajian ini, maka menggunakan dua

pendekatan, yaitu pendekatan konteks dan pendekatan teks berikut.25

1. Pendekatan Konteks

Pendekatan ini mempunyai asumsi dasar bahwa setiap gagasan atau tindakan tidak terjadi

secara tiba-tiba, melainkan telah dipengaruhi dan dilatarbelakangi oleh konteks peristiwa sejarah

tertentu yang cukup besar, konteks perubahan tertentu yang cukup besar, konteks sosio-kultural

tertentu yang dominan.Dalam hal ini, pendekatan konteks terutama digunakan untuk

menganalisa hubungan kausalitas sejarah pergumulan dogmatis GKJ dengan konteks sejarah

misi, konteks sejarah nasional Indonesia, konteks sejarah ekumenis, dan konteks sejarah

peradaban manusia.Selanjutnya pendekatan konteks juga digunakan untuk menilai

kontekstualitas dokumen-dokumen dogma GKJ berkaitan dengan kesanggupannya secara

fungsional untuk mengespresikan identitas eksistensial fungsionalnya.26

2. Pendekatan Teks; Dialetika Internal; Kesinambungan Pemikiran; dan Intertekstualitas

Pendekatan ini mempunyai asumsi dasar bahwa suatu konsep pemikiran (tesis) yang terus

dipergumulkan aktualisasinya akan mendorong terjadinya dialetika. Yaitu dinamika gerak

progresif aksi-reaksi pemikiran antara konsep pemikiran (tesis) yang telah ada dengan pemikiran

baru yang berbeda (antithesis) dan atau pemikiran pengembangan, sehingga membentuk suatu

konsep lain (sintesis) sebagai bentuk kontinuitas dan diskontinuitasnya dari tesis-antitesis

sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menelusuri fakta kontinuitas dan diskontuitas dalam

dialetika internal, maka harus dilakukan perbandingan antar teks. Pendekatan ini akan digunakan

pada setiap perkembangan sejarah GKJ dan kemudian juga pada bagian akhir untuk menganalisa

dan mendeskripsikan fakta kontinuitas dan diskontuitas pergumulan dogmatis GKJ dalam

24

Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007),10-11. 25

Dr. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2003),195-197. 26

(17)

dokumen-dokumen dogma hasil pergumulan dogmatisnya.27Berdasarkan hal tersebut maka

dalam hal ini diberikan sebuah analisa tentang sejarah GKJ.28

Sejarah GKJ

Sejarah GKJ pada mulanya sebuah agama kristen yang berasal dari barat. Agama Kristen

yang berasal dari Barat merupakan seperangkat ajaran, organisasi dan liturgi yang sudah menjadi

bagian integral kehidupan masyarakat Barat.Sementara, masyarakat Jawa sedang berada pada

suasana kehausan terhadap simbol spiritual baru yang mampu memuaskan kebutuhan batin

mereka untuk menyatu dengan segala sesuatu yang diperhitungkan sebagai yang illahi. Ketika

dua hal ini bertemu, antara kaum misionaris dan masyarakat Jawa telah terjadi sebuah titik

perjumpaan atau persilangan antara mereka yang secara intensional mengajarkan agama baru dan

mereka yang mengupayakan pengetahuan kesempurnaan hidup e=\oterik. Karena itu, transfer

pengetahuan keagamaan dapat terjadi secara lancar, yang satu memberi dan yang lain

menerima.29

Kehadiran misi Kristen di Jawa Tengah seperti ―tumbu oleh tutup, sesuatu yang sangat diharapkan, khususnya di bidang sosial-ekonomis penduduk asli.Pada tingkat ini kita melihat

bahwa kaum misionaris telah menemukan lapangan pekerjaan yang sangat subur dan sesuai

dengan tugas misionaris mereka.Kemiskinan, sakit, dan kebodohan merupakan penyebab utama

penderitaan penduduk, khususnya pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20.Itulah

sebabnya pelayanan medis dan pelayanan misi Kristen yang menekankan pada kesehatan dan

pendidikan memperoleh nilai yang sangat tinggi di kalangan rakyat kebanyakan.Titik pertemuan

misi Kristen dan kebutuhan rakyat terjadi dalam pelayanan ini, dan menjadi dasar yang cukup

kuat bagi kehadiran misi Kristen di tengah masyarakat Jawa.30 Di jawa agama

kristendikembangkan oleh Kiai Sadrach dan misionaris J. Wilhelm, yang merupakan awal

pertama kisah perjumpaan misi dengan masyarakat Jawa. Dengan melihat sejarah tersebut maka

dapat dilihat juga bagaimana latar belakang persembahan secara alkitab sebagai latar belakang

persembahan itu sendiri.Selain itu juga menggunakan teori dari Persembahan menurut PPAG

GKJ dan Tata gereja dan Tata Laksana GKJ.

27

Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007),12-13. 28

Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007),12-13. 29

Th. Sumartana, Mission at the Crossroad,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 59 -114. 30

(18)

Persembahan

a. Pengertian persembahan

Persembahan berasal dari kata “sembah” yang berarti pernyataan hormat dan

khidmat.Sementara pengertian persembahan adalah suatu pemberian kepada orang yang

terhormat.Kata persembahan juga dapat diartikan dengan pembaktian diri, penyerahan diri,

penghormatan, pengabdian atau minta perlindungan dari seseorang yang dianggap lebih kuat dari

dirinya sendiri.Bahkan jauh sebelum lahirnya gereja, praktek persembahan juga telah dilakukan

pada masa Abraham. Upacara persembahan kurban, merupakan praktek kuno, guna menjalin

hubungan dengan Allah lewat persembahan yang disampaikan melalui Imam, lalu dilembagakan

ke dalam ketentuan Hukum Taurat serta dikaitkan dengan Rumah Tuhan dan jabatan ke-Imaman

(Kel. 29; Bil. 18;Ibr 8:1-4). Pada dasarnya, persembahan kurban merupakan usaha untuk

menjalin kembali hubungan dengan Tuhan sebagai “persembahan yang harum” dan “pengakuan dosa sertamenyenangkan hati Allah” (Kel. 29:25).31

Pada sisi yang lain, persembahan melambangkan jawaban orang percaya terhadap injil

Kristus, yang bergerak dari manusia kepada Allah. Pendapat ini mengandung arti bahwa,

persembahan merupakan sikap atau tindakan sebagai jawaban manusia terhadap pelayanan

Kristus.Persembahan juga mengandung pengertian “ucapan syukur” (Yun Eucharistia) atau pujian kepada Allah, atas pelayanan Kristus. Turut ambil bagian dalam pengembangan kerajaan

Allah, mengembangkan atau memakai talenta yang ia terima dari Allah. Pemazmur juga

mengajak umat yang menerima berkat Allah benar-benar melaksanakan hal ini. 32

Berkaitan dengan persembahan, GKJ juga mempunyai sebuah sejarah tentang

persembahan.Terutama bagaimana tentang ajaran persembahan perpuluhan itu sendiri, dari

berbagai sudut, asalmula persembahan GKJ dan juga persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga

Timur.

Latar Belakang Persembahan

 Perjanjian Lama

Persembahan dimulai ketika “Kain dan Habil” mempersembahkan persembahannya kepada Allah (Kej. 4:1-16). Kedua kakak beradik ini, melakukan pekerjaan yang berbeda, Kain menjadi

petani dimana ia mengerjakan tanah, sedangkan Habil jadi gembala. Pada suatu peristiwa,

31

G.C van Niftrik, B.J Boland,Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),243. 32

(19)

keduanya membawa hasil dari pekerjaannya masing-masing untuk dipersembahkan sebagai

persembahan kepada Allah.Kain membawa hasil pekerjaannya yakni hasil bumi, sedangkan

Habil mempersembahkan anak sulung kambing dombanya. Allah tidak berkenan akan Kain dan

persembahannya, tetapi Habil persembahannya dikenan Allah.33Sebenarnya letak persoalannya

bukan antara hasil tanah dan domba, namun pada keadaan batin mereka yang

menyerahkannya.Habil mempersembahkan hasil ternaknya dengan penuh iman, sedangkan Kain

tidak.Selanjutnya bila kita membaca Ibrani 11:4 jelas dikatakan”Karena iman Habil telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik daripada persembahanKain. Adapun pertanda yang dapat kita fahami bahwa persembahan Habil diterima sedangkan persembahan

Kain tidak adalah korban Habil asapnya membubung ke atas sedangkan persembahan Kain

asapnya tidak naik (Bdk.Ibr 11:4).Karena persembahan Kain tidak berkenan kepada Allah, iapun

menjadi iri dan membenci adiknya Habil sampai-sampai dengan tega membunuh adiknya

itu. Sebagai akibat atau hukuman Allah atas kejahatan Kain, iapun diusir dari hadapan

Tuhan.Diusir dari daerah pertanian dan subur kepada kehidupan sebagai pengembara dan

pelarian di Bumi.34

 Perjanjian Baru

Kitab Perjanjian Baru memberi pemahaman bahwa korban-korban yang dipersembahkan

di dalam Perjanjian Lama adalah sebagai lambang yang menunjuk pada karya penebusan Yesus

dari Nazaret sebagai Mesias. Yohanes pembabtis mengenali dan menyatakan bahwa Yesus

sebagai Anak Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh.1:29-34). Ketika Yohanes membabtis

Yesus di Sungai Yordan, Yohanes memperkenalkan Dia sebagai Anak Domba yang menghapus

dosa dunia (Bdk.Yoh. 1:29).Demikian juga, ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia juga

datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya bagi banyak

orang (Mark. 10:45). Yesus sendiri memahami peranNya sebagai gembala yang baik yang

mengorbankan nyawa untuk domba-dombaNya (Yoh. 10:10,12).35

Persembahan adalah bagian dari kehidupan dan ibadah kebanyakan umat

beragama.Persembahan menyangkut bagaimana sikap manusia terhadap Tuhan yang memberi

kehidupan dengan segala berkatnya.Persembahan menyangkut bagaimana manusia bersikap

terhadap hidup dan harta benda.Persembahan juga terkait dengan komitmen manusia terhadap

33

C.Barth, Teologi PL.I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988),79. 34

C.Barth, Teologi PL.I, 79. 35

(20)

partisipasinya dalam karya Allah. Hal mempersembahkan memang dipandang sebagai sesuatu

yang patut dilakukan. Persoalannya terletak pada motivasi. Artinya, apakah umat memiliki

kesadaran untuk mempersembahkan, atau tidak memiliki cukup kesadaran untuk mau

melakukannya. Yang biasanya lebih mengundang perbedaan pandangan adalah tentang

bagaimana kita mempersembahkan. Dengan kata lain, tentang persembahan sebagai sebuah

kewajiban agama, secara prinsip umumnya tidak ada banyak perbedaan pandangan. Yang ada

adalah perbedaan kesadaran, yaitu adanya perbedaan tingkat kesadaran umat untuk melakukan.36

 Penggunaan Persembahan Perpuluhan

Ada berbagai bentuk pemberian umat seperti berbagai korban, dan juga dalam bentuk

persepuluhan.Khususnya yang berupa materi seperti barang, hewan, dan uang, dikumpulkan dan

dikelola, dipakai untuk kepentingan tertentu, dan secara praktis juga digunakan oleh dan untuk

orang dan kepentingan tertentu yang telah diatur. Mengenai perpuluhan yang bisa diberikan

dalam bentuk hasil atas tanah atau pertanian, atau binatang ternak, atau dalam beberapa hal juga

diuangkan, dalam masyarakat Perjanjian Lama telah dikelola dan diatur sedemikian sehingga

jelas atas apa dikenakan, bagaimana dikumpulkan, oleh siapa dan bagaimana pemanfaatannya.

Ada beberapa kecenderungan untuk menjadikan persepuluhan menjadi semacam sistem fund raisingyang dibungkus dengan wibawa rohani alkitabiah. Pendekatan ini mempraktekan apa

yang sering disebut sebagai “ management by fear “ yang sangat efektif tetapi tidak mendidik.

Pendekatan lain juga terjadi yaitu dengan memberi penekanan bahwa jika orang memberikan

persepuluhan, maka Tuhan akan membalas berkat yang membanjir. Pendekatan ini memperoleh

tempat yang cukup kuat dalam masyarakat yang memiliki pola pikir “gambling” 37

 Aturan Sinode GKJ tentang Perpuluhan

Akta Sinode XXIII GKJ Artikel 73 ayat 2 yang berbunyi, “Agar gereja – gereja menekankan dan mengajarkan tentang persembahan perpuluhan yang memiliki dasar

alkitabiah.”38

 Ajaran tentang Persembahan Perpuluhan di GKJ 1. Katekismus Heidelberg

36

Sinode GKJ, Perpuluhan,(Salatiga: Sinode GKJ, 2004 ), 19-30. 37

Sinode GKJ, Perpuluhan, ( Salatiga: Sinode GKJ, 2004 ),19-30. 38

(21)

Bagian Ketiga, Syukur yang wajib dipersembahkan kepada Allah, karena kelepasan

itu.Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana syukur itu.39 Mengingat bahwa Kristus telah

melepaskan kita dari kesengsaraan kita hanya oleh rahmat, tanpa jasa apapun dari pihak kita,

mengapa kita masih perlu melakukan perbuatan baik?.

Karena Kristus, seletah menebus kita dengan darahNya, juga membaharui kita melalui RohNya

yang kudus menjadi serupa dengan gambarNya, supaya kita dengan seluruh kehidupan kita

memberi syukur kepada Allah dengan anugrahNya dan Dia kita puji. Selanjutnya, supaya

masing-masing dalam hatinya yakin tentang imannya karena buah-buah iman itu, dan supaya

sesama kita manusia, dengan melihat kehidupan kita yang saleh, tertarik kepada Kristus.40

2. Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ tahun 1997 dan 2005.

Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ dalam hal ini berisi tentang Persembahan dan Penyelamatan Allah. Menggunakan Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ sebagai dasar pengertian apa sebenarnya persembahan menurut Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ.

 Sebagai sarana pemeliharaan iman, ibadah jemaat mengandung unsur-unsur dasar

apa?.

Yang terjadi di dalam ibadah jemaat adalah pertemuan dialogis antara jemaat dan

Allah. Oleh karena itu unsur-unsur dasarnya adalah :

Dari pihak jemaat : doa, pujian, pengakuan dosa dan permohonan ampun,

persembahan serta pengakuan iman.

Dari pihak Allah : hukum Tuhan, pengampunan dosa, firman dan berkat.41

 Apa persembahan itu?.

Persembahan merupakan wujud ungkapan syukur dan penyerahan diri orang-orang

percaya atas pemeliharaan Allah.Persembahan di dalam ibadah jemaat adalah salah

satu dari bentuk persembahan orang-orang percaya. (Kej.28:20-22; Ams.3:9,10).42

 Apa makna persembahan itu?.

Makna persembahan adalah :

39

Zakharias Ursinus dan Caspar Olevianus, KATEKISMUS HEIDELBERG Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2016), 89-90.

41

Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, (Salatiga, Sinode GKJ,2005), 45-46. 42

(22)

1. Ungkapan terimakasih orang-orang percaya atas pemeliharaan Allah didalam

kehidupannya.

2. Pernyataan sikap mempercayakan diri kepada Allah dengan pemeliharaanNya.

(Yun.2:9; Luk.21:1-4).43

 Apakah persembahan itu wajib?.

Persembahan bukan sekedar kewajiban, bahkan merupakan suatu kemestiaan oleh

kesadaran iman orang percaya sendiri.Gereja hanya membuat peraturan pelaksanaan

teknisnya, seperti halnya didalam Alkitab juga diberikan peraturan teknisnya.

(Ul.16:16-17).44

 Apa yang dapat atau boleh dipersembahkan oleh orang-orang percaya?.

Apa saja yang berfungsi menopang kehidupan gereja untuk melaksanakan fungsinya

di dalam pekerjaan penyelamatan Allah. Semua itu dapat dipersembahkan dengan

rasa takut dan hormat. Persembahan yang demikian itu juga merupakan pernyataan

keterlibatan orang-orang percaya dan tanggung jawab orang-orang percaya di dalam

pekerjaan penyelamatan Allah. (2Raj.12:4; Mat.8:4).45

 Apakah itu berarti setiap orang yang terlibat di dalam ibadah jemaat dengan

sendirinya pasti mendapat berkat?.

Ibadah jemaat mendatangkan berkat hanya apabila keseluruhan unsurnya dilakukan

dengan iman dan hati yang sungguh-sungguh. Ibadah jemaat tidak bersifat

magis.[(Ul.10:12,13;Luk.2:27 (dibaca ayat 21-35) ; 2:37 (dibaca ayat 36-39)]

 Apa berkat yang diperoleh dari ibadah jemaat?.

Berkat yang diperoleh dari ibadah jemaat adalah :

1. Karena pertolongan Roh Kudus, orang terpelihara dan terbina imannya.

2. Orang terpelihara dan terbina penghayatan persekutuan-nya dengan orang-orang

percaya.

3. Berkat khusus bagi kehidupan masing-masing.46

Keseluruhan rangkaian penjelasan diatas kemudian secara langsung membawa pada suatu

pemahaman bahwa, GKJ dalam pengajaranya tentang persembahan baik didalam Pokok – pokok

43

Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 47-48. 44

Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 48-49. 45

Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 50-51. 46

(23)

ajaran, Tata gereja dan Tata Laksana, dan Katekismus Heidelberg, tidakan menekankan atau

membahas mengenai Persembahan Perpuluhan. Kemudian Persembahan perpuluhan dalam

Sejarah terbentuknya GKJ tidak ada sejarah mengenai hal tentang persembahan perpuluhan dan

pengertian persembahan sendiri dalam Pokok – pokok Ajaran Gereja GKJ adalah ungkapan syukur manusia kepada Tuhan atas keselamatan dan pemeliharaan yang telah

diberikan-Nya.Beberapa hal diatas inilah yang menujukkan bagaimana persembahan perpuluhan didalam

tatanan sinode GKJ secara histori belum dilaksanakan secara sepenuhnya.

Sejarah GKJ Salatiga Timur

GKJ Salatiga Timur bermulai dari sekelompok orang percaya yang bertempat tinggal

disekitar wilayah Nanggulan dan sekitarnya (Gendongan, Kalioso, dan Kalitaman), dengan

jumlah 31 KK, yang merupakan warga GKJ Salatiga. Waktu itu (Tahun 1965) GKJ Salatiga

belum mempunyai gedung gereja sendiri.Kebaktian Minggu masih menumpang di GKI di JI.

Jenderal Sudirman.

Pada awal tahun 1966 di Indonesia terjadi perubahan politik dan pergeseran kekuasaan. Pada

waktu yang sama terjadi peningkatan jumlah warga jemaat GKJ Salatiga. Keberadaan UKSW

yang menerima mahasiswa (khususnya dari luar kota) setiap tahun, menambah jumlah warga dan

kegiatan gerejawinya.

Khususnya di wilayah Nanggulan dan sekitarnya, timbul masalah yang berhubungan

dengan tempat kegiatan gerejawi (sekolah minggu, kegiatan pemuda).Majelis GKJ Salatiga

kemudian meminjam rumah bapak Asmopawiro (Nanggulan) yang daya tampung dan

fasilitasnya dianggap memadai untuk pelaksanaan kegiatan gerejawi tersebut.

Kebaktian atau ibadah Minggu (jam 17.00 WIB) juga diselenggarakan dirumah itu, tempat itu

kemudian dikenal dengan nama “Rumah kebaktian GKJ Salatiga di Nanggulan” dengan daya

tamping sekitar 40 (empat puluh).

Majelis GKJ Salatiga menetapkan sebagai blok Nanggulan, yang meliputi wilayah :

Tengaran, Tugu, Ringinawe, Pendhem, Mrican, Gendongan, Kalioso, Nanggulan, Karangpete,

dan Nalen. Pada tanggal 9 Juli 1973 majelis membentuk panitia pembangunan gedung gereja,

agar kgiatan gerejawi tidak lagi pinjam dirumah warga.Panitia berhasil membeli rumah papan

(24)

Desember 1975, tempat kebaktian dari rumah bapak Asmopawiro pindah ketempat baru yang

berdaya tampung sekitar 200 (dua ratus) orang.

Tempat kebaktian yang baru diresmikan oleh majelis GKJ Salatiga bertepatan dengan

kebaktian perayaan Pentakosta, 16 April 1976, yang dipimpin oleh Pdt. Soesilo Darmowigodo.

Tempat kebaktian ini diberi nama “Gereja Kristen Jawa blok Nanggulan. Penyelenggaraan

kebaktian masih diatur oleh majelis GKJ Salatiga.Rumah kebaktian yang semula dari papan

tersebut kemudian direnovasi menjadi gedung permanen dengan ukuran 11x16 meter. Dengan

didirikannya perumahan UKSW di Karangpete pada bulan Mei 1979, warga blok GKJ

Nanggulan bertambah menjadi 19 KK. Sekalipun masih berstatus menjadi blok, majelis GKJ

Salatiga memberi kepercayaan penuh untuk mengelola tempat kebaktian tersebut secara mandiri.

Pendewasaan jemaat mendorong Majelis Salatiga Timur untuk memanggil seorang

pendeta.Pdt. Daniel Sukirman, S.Th, yang kemudian menjadi pendeta pertama di GKJ Salatiga

Timur. Kemudian Majelis GKJ Salatiga Timur menerima permohonan dari pimpinan UKSW,

disertai rekomendasi dari deputat Sinode GKJ, untuk menerima Pdt. Drs. Nugroho Adhi

(pendeta GKJ Semarang Barat) untuk menjadi pendeta pelayanan umum GKJ Salatiga Timur

yang bertugas di fakultas Teologi UKSW. Dengan status Emiritusnya Pdt. Daniel Sukirman,

kebutuhan seseorang akan tenaga pendeta menjadi lebih nyata. Bp Sari Frihono, S.Ag lulusan

sekolah tinggi agama kristen Surakarta menjadi pendeta selanjutnya menggantikan Pdt Daniel

Sukirman. Setelah itu Sdr. Sri Bangun Wismono, S.Th, menjadi pendeta di GKJ Salatiga

Timur.47

Profil GKJ Salatiga Timur

GKJ Salatiga Timur berada di Jl. Tanggulayu No.7, RT.02/RW.VII,Nanggulan, Kel.

Kutowinangun Kidul, Kec. Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah. GKJ Salatiga Timur mempunyai 4

pepanthan, yang terdiri dari Pep.Nyamat; Pep.Karanggondang; Pep.Glawang; Pep. Gombang

Setro.48 Didalam GKJ Salatiga Timur terdapat badan-badan pelayanan dibagi dalam 4 bagian

yaitu Komisi, Bidang, Persekutuan, Tim, Panitia. Didalam GKJ Salatiga Timur komisi ada

Komisi Peribadatan, Komisi Pemahaman Alkitab, Komisi Katekisasi, Komisi PHBK, Komisi

Kesenian, Tim Multimedia dan Seksi – seksi dalam gereja. Jumlah Anggota 411 KK, terdiri dari

47

GKJ Salatiga Timur, Pentahbisan pendeta dan HUT ke 25 GKJ Salatiga Timur, (Salatiga, 31 Oktober 2008), hal, 15-20.

48

(25)

warga dewasa 1.209 orang dan warga anak 519 orang. Total jumlah warga gereja 1.728 orang (

termasuk warga pepanthan : Nyamat, Karanggondang, Glawan, dan Gombang Setro ). Jumlah

Penatua 27 orang, Pendeta jemaat 1 orang, Diaken 52 orang.49

Pelayanan dalam jemaaat

 Kegiatan rutin dalam jemaat.

No Kegiatan Hari Waktu Peserta

 Ibadah dan kegiatan Khusus di GKJ Salatiga Timur

Ibadah Khusus terdiri 4 bagian yakni;Ibadah syukuran (rumah, kenaikan pangkat,

ulang tahun dan lain-lain),ibadah pemberkatan pernikahan,ibadah pemakaman dan

penghiburan, Ibadah perayaan gerejawi (Natal, Paskah dan Pentakosta).

Sejarah Persembahan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Persembahan pada dasarnya adalah persembahan yang didasari dari ucapan syukur secara

pribadi kepada Tuhan, jadi merupakan sebuah upaya ketaatan saya kepada Tuhan sehingga

saya memberikan persembahan kepada Tuhan.Persembahan sendiri berasal dari kata sembah,

sehingga sembah sujud yang di berikan kepada Tuhan.50Selain ucapan syukur juga

merupakan sebuah persembahan yang sengaja di berikan kepada Tuhan setelah

49

GKJ Salatiga Timur, Pentahbisan pendeta dan HUT ke 25 GKJ Salatiga Timur, (Salatiga, 31 Oktober 2008), hal, 15-20.

50

(26)

potong kebutuhan keluarga.51 Kemudian pengertian persembahan lain adalah persembahan

yang dibagi sepersepuluh dari sebuah penghasilan setiap bulan.52

Sehingga dalam pelaksanaaanya persembahan perpuluhan secara sadar belum dilakukan

sepenuhnya, hanya beberapa orang yang yang melakukan dalam memberikan persembahan

perpuluhan di gereja Salatiga Timur.Walaupun dalam pelaksanaanya persembahan

perpuluhan digabung dengan persembahan bulanan masih tinggi bulanan.Dalam hal ini yang

memberikan persembahan perpuluhan hanya sekitar 10% dari jemaat GKJ Salatiga Timur,

karena warga sendiri cenderung memberikan persembahan bulanan.53Dalam memberikan

persembahan selaku gereja tidak menutup kemungkinan dalam bentuk yang lain. Tetapi

cenderung jemaat memberikan berupa uang.54 Selain itu juga jemaat juga memberikan dalam

hal ini berdasarkan Roma 12:1 “karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu supaaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang

hidup, yang kudus dan yang berkenanan kepada Allah: itu merupakan ibadahmu yang

sejati”.55

Persembahan perpuluhan pertama kali dikenalankan oleh pendeta konsulen yaitu pendeta

Sari, setelah GKJ Salatiga Timur mendewasakan diri maka pemahaman perpuluhan sudah

ada.56Bahkan dalam hal ini persembahan perpuluhan juga sudah ada sebelum Pdt. Bangun

datang dan masih menjadi naungan GKJ Salatiga waktu itu.57melalui kotbah dan pemahaman

Alkitab beliau menyampaikan hal tersebut, tetapi yang merasa keberatan tidak usah karena

tidak semua penghasilan warga sama satu dengan yang lain.58Sehingga dalam hal ini jika

diberikan sebuah pemahaman yang baru untuk memberikan persembahan perpuluhan maka

yang terjadi adalah persembahan perpuluhan sepi.Selain pendeta konsulen yang memberikan

pengetahuan mengenai persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga Timur persembahan

perpuluhan juga ditekankan oleh majelis di bidang penatalayanan dan setiap warga diberikan

kartu persembahan perpuluhan.59

51

WT,Salatiga,wawanca pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 11.35 wib. 52

ST,Salatiga,wawanca pada tanggal 25 Januari 2017, pukul 13.20 wib. 53

SB,Salatiga,wawanca pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 12.15 wib. 54

SH,Salatiga,wawanca pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 11.00 wib. 55

SM,Salatiga,wawanca pada tanggal 25 Januari 2017, pukul 17.00 wib. 56

SB,Salatiga,wawanca pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 12.15 wib. 57

WT,Salatiga,wawanca pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 11.35 wib. 58

ST,Salatiga,wawanca pada tanggal 25 Januari 2017, pukul 13.20 wib. 59

(27)

Proses terjadinya persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga Timur adalah secara alami

atau merupakan hasil inisiatif warga gereja. Selain melalui kotbah dan pemahaman Alkitab

menyampaikan hal tersebut. Tetapi yang merasa keberatan tidak usah karena tidak semua

penghasilan warga sama satu dengan yang lain.60melalui kotbah dan pemahaman Alkitab

beliau menyampaikan hal tersebut, tetapi yang merasa keberatan tidak usah karena tidak

semua penghasilan warga sama satu dengan yang lain.61 Juga untuk membangun dan

membantu gereja dalam hal keuangan dan juga digunakan dalam hal membangun gedung,

sarana dan prasarana,dll. Dalam memberikan persembahan perpuluhan latar belakangnya

adalah jemaat masih berfikiran bahwa itu adalah kesadaran secara pribadi mereka, karena

Tuhan telah memberikan sebuah anugerah yang telah kita terima sehingga jemaat

memberikan persembahan perpuluhan.62Motivasinya atau latarbelakangnya adalah mereka

berkewajiban dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, mereka juga sadar itu adalah hal

yang wajib tetapi tidak dipaksakan.Karena mereka selalu bersyukur dengan yang pendapatan

yang mereka dapatkan, berbeda dengan yang dikategorikan mampu dalam hal ekonomi,

malah mereka jarang bahkan tidak ada yang memberikan persembahan perpuluhan.63

Analisa

Jika melihat dari data yang ada, maka dapat di analisa bagaimana persembahan perpuluhan

itu ada di GKJ Salatiga Timur.

1. Persembahan perpuluhan ketika Pdt. Sari mengajarkanya.

Sosio Histori mulainya persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga Timur muncul ketika

Pdt. Sari mengajarkan tentang apa itu persembahan perpuluhan dan penerapannya dalam GKJ

Salatiga Timur. Selain itu juga pengajaran yang diajarkan ini kurang sesuai dengan Pokok-Pokok

Ajaran Gereja.Seharusnya pendeta tidak terlalu menekankan tentang persembahan perpuluhan itu

sendiri.persembahan perpuluhan dalam ranah GKJ belum dilakukan. Persembahan menurut

Pokok-pokok Ajaran Gereja merupakan wujud ungkapan syukur dan penyerahan diri

orang-orang percaya atas pemeliharaan Allah.Persembahan di dalam ibadah jemaat adalah salah satu

60

ST,Salatiga,wawancara pada tanggal 25 Januari 2017,pukul 10.30 wib. 61

ST,Salatiga,wawancara pada tanggal 25 Januari 2017,pukul 10.30 wib. 62

SB,Salatiga,wawanca pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 12.15 wib. 63

(28)

dari bentuk persembahan orang-orang percaya. (Kej.28:20-22; Ams.3:9,10).64Dari sinilah

seharusnya dalam pengajaranya tentang persembahan itu, bahwa yang harus ditekankan adalah

ibadah jemaat.Dengan pengajaran yang sesuai dengan PPAG dan Kateksismus dan Alkitab maka

persembahan yang diajarkan sesuai dengan kaidah dan aturan yang GKJ laksanakan.

2. Menekankan melalui Khotbah dan Pemahaman Alkitab

Persembahan perpuluhan dalam GKJ Salatiga Timur, diajarkan melalui khotbah dan

Pemahaman Alkitab. Ini kurang sesuai dengan PPAG yang ada, persembahan merupakan

ungkapan syukur dan bukan paksaan sehingga dalam penekananya dalam khotbah dan

pemahaman Alkitab seolah – olah seperti benar-benar ingin diterapkan dalam kehidupan bergereja, walaupun sudah jelas bahwa dalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja dan Kateksimus

Heidelberg tidak ada. Dalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja berisi Syukur yang wajib

dipersembahkan kepada Allah, karena kelepasan itu.Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana

syukur itu.65Ini sudah jelas pengajaran yang seharusnya merupakan ucapan Syukur adalah yang

di persembahkan kepada Allah, sehingga sesuai dengan Pokok-Pokok Ajaran Gereja yang ada di

GKJ.

3. Jemaat secara inisiatif melakukan persembahan perpuluhan.

Jemaat dalam hal ini melakukan secara inisiatif melakukan persembahan perpuluhan.Ini

dalam teori kurang sesuai dengan PPAG karena seharusnya Persembahan perpuluhan dalam

ranah GKJ belum dilaksanakan.Namun ada hal yang menarik dimana mereka melakukan

persembahan sebuah motivasi tersendiri, ini sesuai dengan teori yang diungkapan oleh Pdt. Adhi

tentang perpuluhan yaitu sesorang melakukan persembahan perpuluhan agar mendapatkan hal

yang lebih dari persembahan yang diberikan itu.Dalam hal ini seusai dengan teori ini,

kecenderungan untuk menjadikan persepuluhan menjadi semacam sistem fund raisingyang dibungkus dengan wibawa rohani alkitabiah. Pendekatan ini mempraktekan apa yang sering

disebut sebagai “ management by fear “ yang sangat efektif tetapi tidak mendidik. Pendekatan

lain juga terjadi yaitu dengan memberi penekanan bahwa jika orang memberikan persepuluhan,

maka Tuhan akan membalas berkat yang membanjir. Pendekatan ini memperoleh tempat yang

cukup kuat dalam masyarakat yang memiliki pola pikir “gambling”66

dengan pemikiran seperti

64

Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 46-47. 65

Zakharias Ursinus dan Caspar Olevianus, KATEKISMUS HEIDELBERG Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2016), 89-90.

66

(29)

itu mungkin mereka melakukan sebuah persembahan perpuluhan yang ada di GKJ Salatiga

Timur.

Penutup

Pada bagian ini berisi kesimpulan secara keseluruhan terkait masalah dan pembahasan

yang telah diteliti dan dianalisis beserta dengan saran.

Kesimpulan

Melihat sebuah sosio history tentang sebuah permasalahan persembahan perpuluhan yang

ada di GKJ Salatiga Timur, Melalui proses penelitian, analisa, dan hasil penelitian sehingga

dapat diketahui bagaimana Sosio History persembahan perpuluhan yang ada di GKJ Salatiga

Timur. Dimana dalam hal ini sejarahnya adalah tentang pendeta pertama yang memberikan

sebuah pengajaran tentang persembahan perpuluhan walaupun dalam Pokok-Pokok Ajaran

Gereja dan Kateskismus Heidelberg sebagai acuan GKJ dalam menetapkan sebuah pengajaran di

gereja, tidak ada dalam acuan itu dan jemaat juga menerima pengajaran tersebut.

Saran

Saran, dalam hal ini penulis ingin memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait.

 Pihak pertama; diberikan kepada Sinode GKJ yang merupakan pusat gereja-gereja GKJ. Melalui ini agar memberikan sebuah pengertian

tentang persembahan perpuluhan. Sehingga gereja-gereja dalam ranah

GKJ bisa mengetahui tentang persembahan perpuluhan sebenarnya.

 Pihak kedua ; Saran penulis kepada fakultas Teologi UKSW yang merupakan pusat dalam membagi ilmu terutama ilmu Dogmatika. Melalui

mata kuliah Dogmatika dapat mengembangkan ilmu tersebut kedalam

pelayanannya.

 Pihak ketiga ; Saran penulis kepada GKJ Salatiga Timur. GKJ Salatiga Timur sebagai gereja yang mewadahi jemaat agar pengertian tentang

persembahan perpuluhan agar bisa jelas dan sesuai dengan Pokok-Pokok

(30)

Daftar Pustaka

A. M. Tambunan. Persembahan perpuluhan. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1952.

Arkady, Iwan Stephane. Sumber Pembiayaan Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973.

C.Barth. Teologi Perjanjian Lama.I. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1988.

Dr. J.I. Ch. Abineno. Unsur-unsur Liturgia. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007. Dr. Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta:Tiara Wacana, 2003.

G. Riemer. Cermin Injil. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995. G.C van Niftrik, B.J Boland. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2009.

GJ. Renier. Metode dan manfaat Sejarah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1997. Mayes. The New Century Bible Commentary: Deuteronomy. London:

Wm.B.Eedrmans Publ.,Co, Grand Rapids, 1991.

Koentjaraningrat. Metode-metode penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia, 1977.

Mohamad Nazir. metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.

Nehemiah Mimery. Persembahan dan Pemakaian Uang Tuhan. Serial Suara Gembala : Mimery Press,1989.

Salstrand, George A. E. Persembahan Persepuluhan terj. A.M. Tambunan. Jakarta: BPK, 1952.

Sinode GKJ. Pokok – Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa. Salatiga : Sinode GKJ, 2005.

Sinode GKJ. Perpuluhan. Salatiga: Sinode GKJ, 2004.

Th. Sumartana. Mission at the Crossroad. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993. Thomas van Den End. Harta dalam Bejana. Jakarta : BPK Gunung Mulia,

2007.

(31)

Y.M Sumardi. Sejarah Gereja Kristen Jawa,. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007.

Yosef Lalu. Pr “makna hidup dalam terang katholik 4”. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 2010.

Z. Ursinus dan Caspar Olevianus. Katekismus Heidelburg “Pengajaran Agama

Kristen”. Jakarta : BPK,2016.

Zakharias Ursinus dan Caspar Olevianus. KATEKISMUS HEIDELBERG Pengajaran Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2016.

Artikel

GKJ Salatiga Timur,Warta Jemaat GKJ Salatiga Timur, 5 Juni – 31 Juli 2016. GKJ Salatiga Timur. Pentahbisan pendeta dan HUT ke 25 GKJ Salatiga Timur.

Salatiga, 31 Oktober 2008.

Sinode GKJ, “Sinode GKJ-Klasis Salatiga Bagian Selatan”,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa kemampuan subjek laki- laki dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah berbentuk kontekstual yaitu subjek laki-laki dengan

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar dan Bangun Ruang

[r]

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk essay yang berjumlah tujuh butir soal.Setelah dilakukan wawancara secara langsung dengan guru mata pelajaran Fisika kelas

Selain kegiatan produksi ikan untuk konsumsi, usaha ikan hias juga mengalami perkembangan yang mengembirakan yaitu ditandai dengan peningkatan produksi ikan hias mencapai 7,13%

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingkat kesulitan yang berbeda-beda dari setiap siswa memahami konsep matematika, cukup rendahnya pemahaman siswa dan masih

Sumber Daya Alam Dalam melaksanakan pembangunan nasional, sumberdaya alam Indonesia harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam

Jika suhu maxsimum sudah ditentukan, semisal suhu lebih dari (>) 39˚C, maka FAN atau kipas dan alarm akan otomatis bekerja, FAN berguna untuk membuang panas yang