• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Mengkonsumsi Beras (Studi Kasus : Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Mengkonsumsi Beras (Studi Kasus : Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Beras

Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) yang menjadi

dedak kasar. Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara

digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat

penyosoh (Astawan, 2004).

Sifat-sifat fisikokimia beras sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa nasi

yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa,

kandungan protein, dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul

setelah gabah atauberas disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan penurunan

mutu beras (Haryadi, 2006).

Selain kandungan amilosa dan protein, sifat fisikokimia beras yang berkaitan

dengan mutu beras adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan karena

pemanasan dengan air, yaitu suhu gelatinasi padi, pengembangan volume,

penyerapan air, viskositas pasta dan konsistensi gel pati. Sifat-sifat tersebut tidak

berdiri sendiri, melainkan bekerja sama dan saling berpengaruh menentukan mutu

beras, mutu tanak, dan mutu rasa nasi (Haryadi, 2006).

Ukuran beras secara umum digolongkan atas butir sangat panjang (> 7mm),

panjang (6-6,9 mm), sedang (5-5,9 mm) dan pendek (< 5 mm). Sedangkan

bentuknya digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu lonjong (ramping), sedang,

(2)

yang tinggi serta memberikan perbedaan harga yang jelas. Berbedadengan di

negara Indonesia, perbedaan ukuran biji beras tidak memberikan perbedaan

terhadapharga beras (Damardjati, 1995).

Aroma pada beras dipengaruhi oleh suhu dan udara.Apabila beras disimpan pada

suhu diatas 15° C, setelah 3-4 bulan, beras akan mengalami perubahan aroma dan

rasa. Semakin tinggi suhu udara dan semakin lama beras disimpan, akan semakin

menurun rasa dan aroma nasinya. Bau penguk atau yang lebih dikenal sebagai bau

apek dari beras giling yang telah lama disimpan ternyata disebabkan oleh

beberapa senyawa karbonil yang bersifat tengik, yaitu senyawa-senyawa hasil

oksidasi lemak yang terdapatpada permukaan beras oleh oksigen. Salah satunya

dikenal sebagai 1-heksanal. Semakin lama beras disimpan, jumlah senyawa ini

semakin banyak terbentuk. Karena itu adanya senyawa dan dan jumlah senyawa

tersebut pada beras dapatdigunakan sebagai indikator berapa lama beras tersebut

telah disimpan (Damardjati, 1995).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Perilaku Konsumen

Kotler (2001) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok yang

berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan

pribadi atau kelompoknya. Konsumen juga dapat didefinisikan sebagai setiap

orang pemakai barang dan/atau jasayang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

(3)

Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan

jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari mengkonsumsi

barang dan jasa adalahuntuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan

yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang

diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang

dikeluarkan (Kotler, 2001).

Perilaku konsumen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh produsen

dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku

konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan

menggunakan sumberdaya yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk

memperoleh produk dan jasa yang mereka inginkan. Dimana didalamnya

menyangkut pembahasan tentang jenis alasan, waktu, tempat, dan frekuensi

pemakaian suatu produk barang dan jasa. Perilaku konsumen mencerminkan

tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan dari produk dan dari mereka

sendiri yang berupa pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses

psikologis (Astuti, 2008).

2.2.2 KarakteristikSosial Ekonomi Konsumen

Konsumen memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda antara

konsumen yang satu dengan konsumen yang lain. Dimana karakteristik sosial

ekonomi tersebut mempengaruhi keputusan dan perilaku konsumen dalam

membeli barang atau jasa.

Secara umum, terdapat beberapa karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan

(4)

1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang

dilakukannya. Besar kecilnya pendapatan yang diterima konsumen dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan dan pekerjaannya. Pekerjaan akan mempengaruhi

terhadap besar kecilnya pendapatan. Jumlah pendapatan akan menggambarkan

besarnya daya beli seorang konsumen. Karena alasan inilah produsen perlu

mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasarannya (Sumarwan, 2004).

2. Umur

Umur sangat penting dalam menentukan pola konsumsi suatu masyarakat, karena

konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi pangan yang berbeda juga.

Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera terhadap suatu jenis

pangan (Sumarwan, 2004).

3. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola

konsumsi pangan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan jumlah anggota

keluarga yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi pangan lebih

banyak dibandingkan dengan rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang

lebih sedikit (Sumarwan, 2004).

4. Kondisi Kesehatan

Penyakit menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif seperti diabetes

melitus dan kolesterol meningkat sangat tajam. Perubahan pola penyakit ini

diduga berhubungan dengan cara hidup yang berubah. Pola makan di kota-kota

(5)

karbohidrat dan serat dari sayuran berubah menjadi pola makan yang

kebarat-baratan dan sedikit serat. Komposisi makanan yang tinggi lemak, garam, dan

sedikit serat pada makanan siap saji yang pada akhir-akhir ini sangat digemari

dikalangan masyarakat Indonesia (Frankilawati, 2013).

5. Tingkat pendidikan

Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan sangat

responsif terhadap informasi dan mengakibatkan konsumen lebih selektif dalam

memilih jenis pangan yang akan dikonsumsi. Pendidikan konsumen yang berbeda

juga akan menyebabkan perbedaan dalam memilih jenis pangan dan juga

perbedaan selera. Pendidikan yang rendah akan mencerminkan jenis pekerjaan

dan pendapatan serta daya beli konsumen yang rendah sehingga konsumen

dengan pendidikan rendah cenderung tidak memperhatikan jenis pangan yang

hendak dikonsumsi (Sumarwan, 2004).

2.2.3 Model Keputusan Konsumen

Keputusan konsumen yang dilakukan dalam bentuk tindakan membeli harus

melalui beberapa tahap tertentu. Tahapan ini dimulai dengan pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan

evaluasi hasil pembelian konsumen terhadap produk yang dibeli.

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan

mulai dirasakan dan dikenali. Adanya kebutuhan tersebut disebabkan konsumen

merasakan adanya ketidaksesuaian antara keadaan yang nyata dengan keadaan

(6)

kebutuhan dikenali (Engel et al., 1994). Pengenalan kebutuhan muncul ketika

konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan yang sebenarnya

terjadi Timbulnya kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh stimuli intern, yaitu

kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan haus. Stimuli yang timbul pada

suatu tingkat tertentu dan menjadi sebuah dorongan yang memotivasi konsumen

untuk segera memuaskannya (Sumarwan, 2003).

2. Pencarian Informasi

Setelah konsumen tergerak oleh suatu stimuli maka kemungkinan mereka akan

berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Menurut Engel et al.(1994)

pencarian informasi yang merupakan tahap kedua dari proses keputusan

pembelian merupakan aktivitas yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan

dalam ingatan dan perolehan informasi dari lingkungan. Pada tahap ini sumber

informasi konsumen terdiri dari (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga),

(2) sumber komersil (iklan, penjual), dan (3) sumber pengalaman.

3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif merupakan prosesdimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan

dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk memilih alternatif,

konsumen menggunakan atribut tertentu yang disebut sebagai kriteria evaluasi.

Kriteria yang sering digunakan olehkonsumen antara lain harga, merek, dan

kriteria yang bersifat hedonik (prestise, status). Setelah menentukan kriteria yang

biasa digunakan untuk menilai alternatif, maka konsumen memutuskan alternatif

mana yang akan dipertimbangkan. Menurut Engel et al.(1994) tahap ini terdiri

dari menentukan alternatif pilihan, menilai alternatif pilihan, dan terakhir

(7)

4. Proses Pembelian

Tindakan pembelian merupakan tahap besar terakhir dari proses keputusan

pembelian. Pada tahap ini, konsumen harus mengambil keputusan mengenai

kapan membeli, di mana membeli, apa yang dibeli, siapa yang membeli, dan

bagaimana cara membeli. Menurut Engel et al.(1994) pembelian merupakan

fungsi dari dua determinan, yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan yang

mempengaruhi keputusan pembelian seseorang.

Menurut Engel et al.(1994), sikap atas pendirian orang lain merupakan faktor

yang mempengaruhi pembelian dan keputusan pembelian.. Pendirian orang lain

dapat dipengaruhi oleh alternatif yang disukai seseorang tergantung pada (1)

intensitas dari pendirian negatif terhadap alternatif yang disukai konsumen (2)

motivasi konsumen untuk memenuhi keinginan orang lain.

5. Pasca Pembelian

Perilaku proses keputusan pembelian tidak berhenti begitu pembelian dilakukan.

Evaluasi lebih dalam bentuk perbandingan kinerja produk berdasarkan harapan.

Hasilnya adalahkepuasan dan ketidakpuasan. Kepuasan mengukuhkan loyalitas

pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan (Astuti, 2008).

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh karakteristik dan preferensi konsumen terhadap

keputusan membeli beras telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu

dengan daerah dan kondisi yang berbeda-beda. Penelitian tersebut dapat dipakai

sebagai rujukan yang relevan bagi penelitian ini. Tabel 2.1 menunjukkan review

(8)

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Identifikasi

Masalah

Metode Analisis

Hasil Penelitian

Bangun/ 2013

Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

1.Bagaimana pola konsumsi pangan penduduk di daerah penelitian? 2.Bagaimana tingkat konsumsi beras penduduk di daerah penelitian? 3.Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras

rumah tangga penduduk?

Metode analisis yang digunakan adalah analisis data deskriptif dan regresi linier bernganda.

Hasil penelitian menyimpulkan pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Sidoarjo Dua Ramunia didominasi oleh beras dibandingkan bahan pangan lainnya; tingkat konsumsi beras di Desa Sidoarjo Dua Ramunia berada diatas tingkat konsumsi beras nasioanl dan Kabupaten Deli Serdang namun dibawah tingkat konsumsi beras Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras di Desa Sidoarjo Dua Ramunia adalah jumlah anggota keluarga dan tingkat pendapatan.

Silalahi/ 2015

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengar uhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) tingkat konsumsi beras masyarakat Kota Medan di daerah

penelitian. 2.Untuk

mengetahui pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan di daerah penelitian. 3.Untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pola konsumsi beras

masyarakat Kota Medan yang dilihat dari frekuensi makan nasi di daerah penelitian.

Metode pengambilan sampel ditentukan dengan metode Sampling Kuota. Sistem pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling (secara acak).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Kebutuhan beras di masyarakat Kelas Bawah lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Atas; pola konsumsi beras responden di kelas atas lebih kecil baik itu pada waktu sarapan, makan siang maupun makan malam jika dibandingkan dengan pola makanan di kelas menengah dan bawah; dan faktor-faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras) secara serempak tidak

(9)

Peneliti Judul Identifikasi Masalah

Metode Analisis

Hasil Penelitian

responden (frekuensi konsumsi nasi).

Sedangkan secara parsial, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh secara nyata adalah harga beras.

Astuti/ Jawa Timur

1. Mengkaji karakteristik konsumen beras 2.Menganalisis proses

pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian beras 3.Menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras 4.Menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras 5. Menyusun rekomendasi bauran

pemasaran yang sesuai

berdasarkan studi perilaku

konsumen

Penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif untuk meringkas dan mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan dalam pembelian beras oleh responden. Selain itu, digunakan juga Important&Perf ormance Analisis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk melihat preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras.

Hasil dari analisis karakteristik responden adalah sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, telah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, bersuku Jawa, dan berada dalam usia matang sebagai pengambil keputusan terkait dengan konsumsi beras. Beberapa

perbedaan karakteristik responden berdasarkan kelas sosial terkait tingkat pendidikan dan

pendapatan keluarga per bulan. Semakin tinggi kelas sosial, tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan per bulan keluarganya akan semakin tinggi. Hal ini mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras

2.4Kerangka Pemikiran

Penduduk Kota Medan, sama dengan penduduk Indonesia lainnya yang

merupakan konsumen beras. Konsumsi beras rata-rata di Sumatera Utara pada

tahun 2009 sebesar 134,13, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 131,46. Konsumsi

beras rata rata perkapita di Kota Medan sebesar 134 kg/kapita bahkan lebih tinggi

(10)

data ini diperoleh berdasarkan data BPS/Kemendag. Berdasarkan hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dimana rata-rata konsumsi beras per kapita

dalam rumah tangga adalah 87,63 kg/tahun atau 240 gr/hari. Data takaran neraca

beras Kementan menyatakan bahwa konsumsi beras sebesar 124 kg/tahun atau

340 gr/hari. Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik dimana rata-rata

konsumsi beras tingkat nasional dapat mencapai sekitar 27 juta ton.

Kajian ini membagi konsumen dalam karakteristik sosial ekonomi yang bervariasi

yakni berdasarkan pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur, kondisi kesehatan,

pendidikan dan pekerjaan. Pendapatan merupakan karakteristik sosial ekonomi

yang menjadi indikator kelas sosial. Pendapatan akan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi beras.

Selanjutnya, penelitian ini akan menganalisis pengaruh karakteristik sosial

ekonomi konsumen terhadap jumlah konsumsi beras. Karakteristik sosial ekonomi

yang digunakan adalah karakteristik yang bersifat kuantitatif meliputi pendapatan

rata-rata RT, jumlah anggota keluarga, umur, dan kondisi kesehatan yang

nantinya akan dilihat pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi beras dengan

analisis regresi linier berganda

Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan

cenderung membaik juga. Besarnya pendapatan dipengaruhi oleh tingkat

pendidkan dan jenis pekerjaan. Dilihat dari segi usia, perbedaan usia akan

mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Dengan demikian

(11)

Jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah konsumsi beras. Rumah tangga

dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan membeli dan

mengkonsumsi pangan lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga dengan

jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit Begitu juga dengan kondisi kesehatan,

konsumsi beras erat kaitannya dengan penyakit diabetes militus dan kolesterol.

Secara rinci kerangka kajian ini diambarkan dalam Gambar 1,

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Konsumen Beras

Karakteristik Konsumen :

: Menyatakan Alur : Menyatakan Pengaruh

Pendapatan

Umur

Jumlah Anggota Keluarga

Kondisi Kesehatan

Pendidikan

Pekerjaan

Jumlah Konsumsi

Beras Proses

(12)

2.5Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dan sesuai dengan identifikasi

masalah yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Karakteristik konsumen yaitu pendapatan, umur, jumlah anggota keluarga dan

kondisi kesehatan secara parsial dan secara serempak berpengaruh nyata

Gambar

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Identifikasi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Arab 43 14150078 ANA KURROTUL UYUN Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pend.. Bahasa Arab 44 14150067 HESTY MAULIDA EKA PUTRY PU Ilmu Tarbiyah dan

[r]

Penggunaan navigasi situs sangat mudah, yaitu dengan meng-klik sebuah link mengenai pembahasan materi yang diinginkan maka pembahasan materi tersebut akan langsung ditampilkan

Modul interaktif yang dirancang untuk membantu proses belajar mengajar khususnya di Universitas Gunadarma ini, disusun berdasarkan silabus mata kuliah pengantar basis data dan

[r]

[r]

Aplikasi modul online merupakan sebuah aplikasi yang berisi mengenai pembahasan materi dan latihan soal dari mata kuliah pengantar system komputer. Diharapkan aplikasi ini

Dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 6.0 penulis membuat aplikasi media player yang dapat mengenali dan menjalankan file-file tersebut pada sistem operasi