2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik pada atau diatas 140 mmHg, atau tekanan darah
diastolik pada atau diatas 90 mmHg.1
2.1.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan etiologinya terdiri atas dua jenis, yaitu hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak
diketahui, yang meliputi 90% sampai 95% dari kasus hipertensi dewasa, dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti genetik, dan lingkungan. Sedangkan bila ditemukan
sebabnya disebut hipertensi sekunder yang hanya meliputi 2% sampai 10% kasus,
dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini : 10,11
Penyakit : penyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koarktasi aorta, obstructive
sleep apnea, penyakit paratiroid, feokromositoma, aldosteronism primer, penyakit renovaskular, penyakit tiroid
Obat-obatan :
o
Amfetamin / anorektik
o
Antivascular endothelin growth factor agents
o
NSAIDs, COX-2 inhibitor, venlafaxine, bupropion, bromokriptin,
buspirone, carbamazepine, clozapine, ketamin, metokloporamid
Makanan : sodium, etanol, licorice
Obat jalanan yang mengandung bahan sebagi berikut : cocaine, cocaine withdrawal, ephedra alkaloids, herbal ecstasy, phenylpropanolamine analogs, nicotine withdrawal, anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylpenidate, phencyclidine, ketamin, ergot-conatining herbal product.
2.1.3 Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII5 Kategori Tekanan darah sistol
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
2.1.4 Patogenesis
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral resistance) yang
masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume intravaskular
merupakan determinan utama untuk kestabilan tekanan darah dari waktu ke
waktu. Tergantung keadaan TPR dalam posisi vasodilatasi atau vasokonstriksi.
bersama urine juga meningkat. Tetapi bila upaya mengekskresi NaCl ini melebihi
ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume
intravaskular meningkat. Pada gilirannya CO atau CJ juga akan meningkat.
Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Seiring dengan perjalanan waktu TPR juga akan meningkat, lalu
secara berangsur CO atau CJ akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulasi.
Bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun, sebaliknya bila TPR
vasokonstriksi tekanan darah akan meningkat.11
Gambar 2.1 Patogenesis hipertensi11
2.1.5 Faktor Risiko
a.Faktor genetik
Adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga meningkatkan risiko
terjadinya prehipertensi atau hipertensi. Beberapa orang mempunyai sensitivitas
yang tinggi terhadap natrium dan garam, yang dapat meningkatkan risiko
b.Usia
Jumlah populasi usia lebih dari 65 tahun meningkat secara pesat, dan kurang
dari 30 tahun, satu dari setiap lima orang di Amerika Serikat berusia lebih dari 65
tahun. Tekanan darah sistolik meningkat secara progresif seiring dengan usia.13
c.Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi lebih tinggi pada wanita daripada pria.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis.14,15
d.Etnis
Hipertensi lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibanding orang
berkulit putih, karena orang berkulit hitam cenderung menderita hipertensi pada
usia lebih muda dan pada umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih
tinggi.12
e.Obesitas
Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30
(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25
(status gizi normal menurut standar internasional).15
f.Asupan garam
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.15
g.Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah dan dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.
Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts pada
tahun 2007 terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15
batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari. 15
h.Stress
Menurut Depkes RI, stres atau ketegangan jiwa meliputi rasa murung,
tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah. Ketika otak menerima sinyal bahwa
seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan
dan mengakibatkan hormon stress dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan
gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi lebih
cepat sehingga jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan kerja jantung
menjadi semakin cepat. Pelepasan hormon adrenalin sebagai akibat stres berat
akan menyebabkan naikknya tekanan darah dan meningkatkan kekentalan darah
yang membuat darah mudah membeku atau menggumpal.16
i. Olahraga atau aktivitas fisik
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa berolahraga secara teratur
merupakan intervensi pertama untuk mengendalikan berbagai penyakit
menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko stroke, serangan jantung, dan
lain-lain. Pengaruh olahraga dalam jangka panjang sekitar empat sampai enam bulan
dapat menurunkan tekanan darah sebesar 7,4/5,8 mmHg tanpa bantuan obat
hipertensi. Pengaruh penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai
sekitar 20 jam setelah berolahraga.16
j. Konsumsi alkohol
Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung,
mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, diantaranya
melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah akan tampak apabila
mengkonsumsi alkohol sekitar dua sampai tiga gelas ukuran standar setiap
harinya. Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika
disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan dikalangan pria usia 40 tahun
keatas.16
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis hipertensi diperoleh melalui : 11
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi :
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
c. Faktor-faktor risiko
d. Gejala kerusakan organ
e. Pengobatan anti hipertensi sebelumnya
f. Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pengukuran tekanan darah
pada penderita dengan keadaan nyaman dan relaks, dan dengan tidak
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdiri dari : tes darah rutin,
glukosa darah, kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum,
trigliserida serum, asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,
hemoglobin dan hematokrit, urinalisis, elektrokardiogram. Evaluasi
pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik, yaitu : arterosklerosis (melalui pemeriksaan profil
lemak), diabetes (terutama pemeriksaan gula darah), fungsi ginjal
(dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta laju filtrasi
glomerulus).
4. Pemeriksaan kerusakan organ target.
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target
meliputi :
a. Jantung
b. Pembuluh darah
c. Otak
d. Mata
e. Fungsi ginjal
2.1.7 Tatalaksana
Menurut Joint National Committee (JNC) 8, rekomendasi tatalaksana untuk hipertensi adalah sebagai berikut :17
1. Pada populasi umum, terapi farmakologis harus dimulai jika tekanan darah
pada atau diatas 150/90 mmHg untuk populasi usia 60 tahun atau lebih, dan
pada atau diatas 140/90 mmHg untuk populasi usia kurang dari 60 tahun.
2. Pada pasien hipertensi dengan diabetes, terapi farmakologis harus dimulai
jika tekanan darah pada atau diatas 140/90 mmHg, dan berlaku pada semua
usia.
hitam, atau diuretic thiazide, atau calcium channel blocker pada populasi umum kulit hitam.
4. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dalam waktu satu bulan
pengobatan, maka tingkatkan dosis obat awal, atau tambahkan obat kedua.
2.1.8 Komplikasi
Hubungan kenaikan tekanan darah dengan risiko penyakit kardiovaskular
berlangsung secara terus menerus, konsisten, dan independen dari faktor-faktor
risiko yang lain. Pada jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada
kisaran target normo tensi pasti akan merusak organ-organ terkait (TOD).
Penyakit kardiovaskular utamanya hipertensi tetap menjadi penyebab kematian
tertingggi di dunia. Risiko komplikasi ini bukan hanya tergantung kepeada
kenaikan tekanan darah yang terus menerus, tetapi juga tergantung bertambahnya
umur penderita. Kenaikan tekanan darah berlangsung lama juga akan merusak
fungsi ginjal. Makin tinggi tekanan darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus
sehingga akhirnya menjadi penyakit ginjal tahap akhir. 11
2.1.9 Pencegahan
Sebagaimana diketahui prehipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan
sakit hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan farmasi, bukan target
pengobatan hipertensi, tetapi populasi prehipertensi adalah kelompok yang
berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit kardiovaskular. Di populasi
USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden prehipertensi sekitar 31 %. Populasi
prehipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi permanen,
sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup
(lifestyle modification) agar tidak menjadi progesif ke TOD. 11
2.1.10 Prognosis
Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan berlangsung seumur hidup sampai pasien meninggal akibat kerusakan target organ
sistolik/diastolik 20/10 mmHg risiko morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat. Hipertensi yang tidak diobati akan
meningkatkan : 35% semua kematian kardiovaskular, 50% kematian stroke, 25%
kematian PJK, 50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematian premature
(mati muda), serta menjadi penyebab tersering untuk terjadinya penyakit ginjal
kronis dan penyebab gagal ginjal terminal.11
Pada banyak uji klinis, pemberian obat anti hipertensi akan diikuti
penurunan insiden stroke 35% sampai 40%; infrak miokard 20% sampai 25%; dan
lebih dari 50% gagal jantung. Diperkirakan penderita dengan hipertensi stadium 1
(TDS, 140-159 mmHg dan/atau TDD, 90-99 mmHg) dengan faktor risiko
kardiovaskular tambahan, bila berhasil mencapai penurunan TDS sebesar 12
mmHg yang dapat bertahan selama 10 tahun, maka akan mencegah satu kematian
dari setiap 11 penderita yang telah diobati. Namun, belum ada studi terhadap hasil
terapi pada penderita prehipertensi (120-139/80-89 mmHg), meskipun diketahui
bahwa dari studi TROPHY pemberian terapi pada prehipertensi dapat
menurunkan terjadinya hipertensi sesungguhnya, walaupun obat telah dihentikan
selama satu tahun.11
2.2 Lansia
2.2.1 Definisi Lansia
Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan
bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Secara
biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban
dari pada sebagai sumber daya. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia
merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia
lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga
muda. 18,19
2.2.2 Klasifikasi Lansia
WHO dalam Menkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:
middle atau young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari penuaan
merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” (young old), “lansia tua” (old
old), dan “lansia tertua” (oldest old). Secara kronologis, young old secara umum
dinisbahkan kepada usia antara 65 sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan
bugar. Old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas.19
2.2.3 Konsep Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis
dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian.Terdapat
dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran
tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus
berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan
untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit,
kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan
berada dalam kontrol seseorang. Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses
menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Watson pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa lansia mengalami
perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan-perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran,
sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem
respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem
muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut
potong lintang antar kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ
tampaknya mengalami kehilangan fungsi sekitar 1 persen per tahun, dimulai pada
usia sekitar 30 tahun.19
2.2.4 Aspek Biologis Proses Penuaan
Teori „radikal bebas‟ merupakan salah satu dari beberapa teori mengenai proses penuaan. Teori „radikal bebas‟ diperkenalkan pertama kali oleh Denham
Harman pada tahun 1956. Harman menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme
oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai
komponen penting selullar, termasuk protein, DNA dan lipid, dan menjadi
molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu
fungsi sel lainnya. Teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi
radikal bebas secara bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila
kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada
perubahan-perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan.19
2.2.5 Penyakit yang Sering pada Lansia
Penyakit yang sering terjadi pada lansia antara lain : 20
1. Penyakit sistem pernafasan
2. Penyakit kardiovaskular dan sistem pencernaan
3. Penyakit pencernaan makanan
4. Gangguan metabolik
5. Penyakit sistem urogenital
6. Penyakit pada persendian dan tulang
2.3 Hipertensi pada Usia Lanjut
Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya berbagai penyakit
kardiovaskular, infeksi dan gagal jantung. TDS (tekanan darah sistolik) meningkat
sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi TDD (tekanan darah diastolik)
meningkat seiring dengan TDS sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian
menurun oleh karena kekakuan arteri akibat ateroklerosis. Di negara maju saat ini
tekanan darah yang terkontrol (TDS <140, TDD <90 mmHg) hanya terdapat 20%
pasien hipertensi. Keberhasilan pengobatan yang rendah pada usia lanjut
diakibatkan juga oleh karena banyak dokter tidak mengobati hipertensi usia lanjut
sampai optimal (kurang dari 140/90 mmHg). Pada usia lanjut, prevalensi gagal
jantung dan stroke tinggi, yang keduanya merupakan akibat dari hipertensi. Oleh
karena itu pengobatan hipertensi penting sekali dalam mengurangi morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular. Telah diperhitungkan bahwa seorang pria berusia 55
tahun dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg, mempunyai risiko masalah
vaskular dalam 10 tahun mendatang sekitar 14%. Baik pria maupun wanita hidup
lebih lama dan 50% dari mereka yang berusia di atas 60 tahun akan menderita
hipertensi sistolik terisolasi (TDS 160 mmHg dan TDD 90 mmHg). Dengan
menurunkan tekanan darah telah terbukti mengurangi insiden gagal jantung,
mengurangi demensia, dan dapat membantu mempertahankan fungsi kognitif. 17
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut
Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik meningkat seiring
dengan usia. Tekanan darah sistolik meningkat secara progresif sampai usia 70
atau 80 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai usia 50 atau
60 tahun dan kemudian cenderung bertahan atau bahkan menurun sedikit.
Kombinasi kedua perubahan ini mencerminkan kekakuan pembuluh darah dan
berkurangnya pengisian arteri yang menyebabkan peningkatan besar dalam
tekanan nadi seiring dengan penuaan. Tekanan nadi telah terbukti sebagai
Mekanisme untuk hipertensi pada lansia masih belum jelas. Efek utama
penuaan normal pada sistem kardiovaskular melibatkan perubahan dari aorta dan
pembuluh darah sistemik. Ketebalan dinding aorta dan arteri besar lainnya
meningkat, sedangkan elastisitasnya menurun seiring dengan usia. Perubahan ini
menyebabkan penurunan pengisian aorta dan arteri besar lainnya, serta
peningkatan tekanan darah sistolik. Penurunan elastisitas pembuluh darah
mengakibatkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer. Sensitivitas
baroreseptor berubah seiring dengan usia. Perubahan mekanisme refleks
baroreseptor dapat menjelaskan variabilitas tekanan darah dengan pemantauan
terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor menyebabkan gangguan pada
refleks postural, yang menyebabkan orang lanjut usia dengan hipertensi lebih
sensitif terhadap hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi β-adrenergik dan vasokonstriksi α-adrenergik yang mendukung vasokonstriksi menyebabkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
Retensi natrium akibat peningkatan asupan dan penurunan ekskresi juga dapat
memberikan kontribusi untuk hipertensi. Penurunan renin plasma seiring dengan
bertambahnya usia telah terbukti. Respon renin terhadap asupan garam lebih
berkurang pada lanjut usia yang mengalami hipertensi dibandingkan lanjut usia
yang normotensif. Namun, sistem renin-angiotensin tidak ditetapkan sebagai
penyebab utama. Perubahan ini bertanggung jawab untuk penurunan curah
jantung, penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi
ventrikel kiri, dan disfungsi diastolik. Hal-hal tersebut menginduksi penurunan
fungsi ginjal dengan perfusi ginjal menurun dan penurunan laju filtrasi