• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Hipertensi pada Pasien Lansia di RSUP H. Adam Malik Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Hipertensi pada Pasien Lansia di RSUP H. Adam Malik Tahun 2016"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik pada atau diatas 140 mmHg, atau tekanan darah

diastolik pada atau diatas 90 mmHg.1

2.1.2 Etiologi

Hipertensi berdasarkan etiologinya terdiri atas dua jenis, yaitu hipertensi primer

(esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak

diketahui, yang meliputi 90% sampai 95% dari kasus hipertensi dewasa, dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti genetik, dan lingkungan. Sedangkan bila ditemukan

sebabnya disebut hipertensi sekunder yang hanya meliputi 2% sampai 10% kasus,

dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini : 10,11

Penyakit : penyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koarktasi aorta, obstructive

sleep apnea, penyakit paratiroid, feokromositoma, aldosteronism primer, penyakit renovaskular, penyakit tiroid

Obat-obatan :

o

Amfetamin / anorektik

o

Antivascular endothelin growth factor agents

(2)

o

NSAIDs, COX-2 inhibitor, venlafaxine, bupropion, bromokriptin,

buspirone, carbamazepine, clozapine, ketamin, metokloporamid

Makanan : sodium, etanol, licorice

Obat jalanan yang mengandung bahan sebagi berikut : cocaine, cocaine withdrawal, ephedra alkaloids, herbal ecstasy, phenylpropanolamine analogs, nicotine withdrawal, anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylpenidate, phencyclidine, ketamin, ergot-conatining herbal product.

2.1.3 Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII5 Kategori Tekanan darah sistol

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

2.1.4 Patogenesis

Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral resistance) yang

masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume intravaskular

merupakan determinan utama untuk kestabilan tekanan darah dari waktu ke

waktu. Tergantung keadaan TPR dalam posisi vasodilatasi atau vasokonstriksi.

(3)

bersama urine juga meningkat. Tetapi bila upaya mengekskresi NaCl ini melebihi

ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume

intravaskular meningkat. Pada gilirannya CO atau CJ juga akan meningkat.

Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan

meningkat. Seiring dengan perjalanan waktu TPR juga akan meningkat, lalu

secara berangsur CO atau CJ akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulasi.

Bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun, sebaliknya bila TPR

vasokonstriksi tekanan darah akan meningkat.11

Gambar 2.1 Patogenesis hipertensi11

2.1.5 Faktor Risiko

a.Faktor genetik

Adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga meningkatkan risiko

terjadinya prehipertensi atau hipertensi. Beberapa orang mempunyai sensitivitas

yang tinggi terhadap natrium dan garam, yang dapat meningkatkan risiko

(4)

b.Usia

Jumlah populasi usia lebih dari 65 tahun meningkat secara pesat, dan kurang

dari 30 tahun, satu dari setiap lima orang di Amerika Serikat berusia lebih dari 65

tahun. Tekanan darah sistolik meningkat secara progresif seiring dengan usia.13

c.Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi lebih tinggi pada wanita daripada pria.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah

terjadinya proses aterosklerosis.14,15

d.Etnis

Hipertensi lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibanding orang

berkulit putih, karena orang berkulit hitam cenderung menderita hipertensi pada

usia lebih muda dan pada umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih

tinggi.12

e.Obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30

(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan

prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25

(status gizi normal menurut standar internasional).15

f.Asupan garam

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di

dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler

(5)

volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.15

g.Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah dan dapat dihubungkan

dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri

renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.

Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts pada

tahun 2007 terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,

51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek

merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15

batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada

kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari. 15

h.Stress

Menurut Depkes RI, stres atau ketegangan jiwa meliputi rasa murung,

tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah. Ketika otak menerima sinyal bahwa

seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan

dan mengakibatkan hormon stress dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan

gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi lebih

cepat sehingga jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan kerja jantung

menjadi semakin cepat. Pelepasan hormon adrenalin sebagai akibat stres berat

akan menyebabkan naikknya tekanan darah dan meningkatkan kekentalan darah

yang membuat darah mudah membeku atau menggumpal.16

i. Olahraga atau aktivitas fisik

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa berolahraga secara teratur

merupakan intervensi pertama untuk mengendalikan berbagai penyakit

(6)

menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko stroke, serangan jantung, dan

lain-lain. Pengaruh olahraga dalam jangka panjang sekitar empat sampai enam bulan

dapat menurunkan tekanan darah sebesar 7,4/5,8 mmHg tanpa bantuan obat

hipertensi. Pengaruh penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai

sekitar 20 jam setelah berolahraga.16

j. Konsumsi alkohol

Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung,

mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri. Beberapa studi menunjukkan

hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, diantaranya

melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah akan tampak apabila

mengkonsumsi alkohol sekitar dua sampai tiga gelas ukuran standar setiap

harinya. Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan

berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika

disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan dikalangan pria usia 40 tahun

keatas.16

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis hipertensi diperoleh melalui : 11

1. Anamnesis

Anamnesis meliputi :

a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

b. Indikasi adanya hipertensi sekunder

c. Faktor-faktor risiko

d. Gejala kerusakan organ

e. Pengobatan anti hipertensi sebelumnya

f. Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pengukuran tekanan darah

pada penderita dengan keadaan nyaman dan relaks, dan dengan tidak

(7)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdiri dari : tes darah rutin,

glukosa darah, kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum,

trigliserida serum, asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,

hemoglobin dan hematokrit, urinalisis, elektrokardiogram. Evaluasi

pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit

penyerta sistemik, yaitu : arterosklerosis (melalui pemeriksaan profil

lemak), diabetes (terutama pemeriksaan gula darah), fungsi ginjal

(dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta laju filtrasi

glomerulus).

4. Pemeriksaan kerusakan organ target.

Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target

meliputi :

a. Jantung

b. Pembuluh darah

c. Otak

d. Mata

e. Fungsi ginjal

2.1.7 Tatalaksana

Menurut Joint National Committee (JNC) 8, rekomendasi tatalaksana untuk hipertensi adalah sebagai berikut :17

1. Pada populasi umum, terapi farmakologis harus dimulai jika tekanan darah

pada atau diatas 150/90 mmHg untuk populasi usia 60 tahun atau lebih, dan

pada atau diatas 140/90 mmHg untuk populasi usia kurang dari 60 tahun.

2. Pada pasien hipertensi dengan diabetes, terapi farmakologis harus dimulai

jika tekanan darah pada atau diatas 140/90 mmHg, dan berlaku pada semua

usia.

(8)

hitam, atau diuretic thiazide, atau calcium channel blocker pada populasi umum kulit hitam.

4. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dalam waktu satu bulan

pengobatan, maka tingkatkan dosis obat awal, atau tambahkan obat kedua.

2.1.8 Komplikasi

Hubungan kenaikan tekanan darah dengan risiko penyakit kardiovaskular

berlangsung secara terus menerus, konsisten, dan independen dari faktor-faktor

risiko yang lain. Pada jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada

kisaran target normo tensi pasti akan merusak organ-organ terkait (TOD).

Penyakit kardiovaskular utamanya hipertensi tetap menjadi penyebab kematian

tertingggi di dunia. Risiko komplikasi ini bukan hanya tergantung kepeada

kenaikan tekanan darah yang terus menerus, tetapi juga tergantung bertambahnya

umur penderita. Kenaikan tekanan darah berlangsung lama juga akan merusak

fungsi ginjal. Makin tinggi tekanan darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus

sehingga akhirnya menjadi penyakit ginjal tahap akhir. 11

2.1.9 Pencegahan

Sebagaimana diketahui prehipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan

sakit hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan farmasi, bukan target

pengobatan hipertensi, tetapi populasi prehipertensi adalah kelompok yang

berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit kardiovaskular. Di populasi

USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden prehipertensi sekitar 31 %. Populasi

prehipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi permanen,

sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup

(lifestyle modification) agar tidak menjadi progesif ke TOD. 11

2.1.10 Prognosis

Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan berlangsung seumur hidup sampai pasien meninggal akibat kerusakan target organ

(9)

sistolik/diastolik 20/10 mmHg risiko morbiditas dan mortalitas penyakit

kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat. Hipertensi yang tidak diobati akan

meningkatkan : 35% semua kematian kardiovaskular, 50% kematian stroke, 25%

kematian PJK, 50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematian premature

(mati muda), serta menjadi penyebab tersering untuk terjadinya penyakit ginjal

kronis dan penyebab gagal ginjal terminal.11

Pada banyak uji klinis, pemberian obat anti hipertensi akan diikuti

penurunan insiden stroke 35% sampai 40%; infrak miokard 20% sampai 25%; dan

lebih dari 50% gagal jantung. Diperkirakan penderita dengan hipertensi stadium 1

(TDS, 140-159 mmHg dan/atau TDD, 90-99 mmHg) dengan faktor risiko

kardiovaskular tambahan, bila berhasil mencapai penurunan TDS sebesar 12

mmHg yang dapat bertahan selama 10 tahun, maka akan mencegah satu kematian

dari setiap 11 penderita yang telah diobati. Namun, belum ada studi terhadap hasil

terapi pada penderita prehipertensi (120-139/80-89 mmHg), meskipun diketahui

bahwa dari studi TROPHY pemberian terapi pada prehipertensi dapat

menurunkan terjadinya hipertensi sesungguhnya, walaupun obat telah dihentikan

selama satu tahun.11

2.2 Lansia

2.2.1 Definisi Lansia

Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan

bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Secara

biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan

secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban

dari pada sebagai sumber daya. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia

merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia

(10)

lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga

muda. 18,19

2.2.2 Klasifikasi Lansia

WHO dalam Menkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:

middle atau young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari penuaan

merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” (young old), “lansia tua” (old

old), dan “lansia tertua” (oldest old). Secara kronologis, young old secara umum

dinisbahkan kepada usia antara 65 sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan

bugar. Old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas.19

2.2.3 Konsep Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi

seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis

dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian.Terdapat

dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran

tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus

berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan

untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit,

kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan

berada dalam kontrol seseorang. Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses

menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Watson pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa lansia mengalami

perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan-perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran,

sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem

respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem

muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut

(11)

potong lintang antar kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ

tampaknya mengalami kehilangan fungsi sekitar 1 persen per tahun, dimulai pada

usia sekitar 30 tahun.19

2.2.4 Aspek Biologis Proses Penuaan

Teori „radikal bebas‟ merupakan salah satu dari beberapa teori mengenai proses penuaan. Teori „radikal bebas‟ diperkenalkan pertama kali oleh Denham

Harman pada tahun 1956. Harman menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme

oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai

komponen penting selullar, termasuk protein, DNA dan lipid, dan menjadi

molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu

fungsi sel lainnya. Teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi

radikal bebas secara bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila

kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada

perubahan-perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan.19

2.2.5 Penyakit yang Sering pada Lansia

Penyakit yang sering terjadi pada lansia antara lain : 20

1. Penyakit sistem pernafasan

2. Penyakit kardiovaskular dan sistem pencernaan

3. Penyakit pencernaan makanan

4. Gangguan metabolik

5. Penyakit sistem urogenital

6. Penyakit pada persendian dan tulang

(12)

2.3 Hipertensi pada Usia Lanjut

Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya berbagai penyakit

kardiovaskular, infeksi dan gagal jantung. TDS (tekanan darah sistolik) meningkat

sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi TDD (tekanan darah diastolik)

meningkat seiring dengan TDS sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian

menurun oleh karena kekakuan arteri akibat ateroklerosis. Di negara maju saat ini

tekanan darah yang terkontrol (TDS <140, TDD <90 mmHg) hanya terdapat 20%

pasien hipertensi. Keberhasilan pengobatan yang rendah pada usia lanjut

diakibatkan juga oleh karena banyak dokter tidak mengobati hipertensi usia lanjut

sampai optimal (kurang dari 140/90 mmHg). Pada usia lanjut, prevalensi gagal

jantung dan stroke tinggi, yang keduanya merupakan akibat dari hipertensi. Oleh

karena itu pengobatan hipertensi penting sekali dalam mengurangi morbiditas dan

mortalitas kardiovaskular. Telah diperhitungkan bahwa seorang pria berusia 55

tahun dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg, mempunyai risiko masalah

vaskular dalam 10 tahun mendatang sekitar 14%. Baik pria maupun wanita hidup

lebih lama dan 50% dari mereka yang berusia di atas 60 tahun akan menderita

hipertensi sistolik terisolasi (TDS 160 mmHg dan TDD 90 mmHg). Dengan

menurunkan tekanan darah telah terbukti mengurangi insiden gagal jantung,

mengurangi demensia, dan dapat membantu mempertahankan fungsi kognitif. 17

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut

Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik meningkat seiring

dengan usia. Tekanan darah sistolik meningkat secara progresif sampai usia 70

atau 80 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai usia 50 atau

60 tahun dan kemudian cenderung bertahan atau bahkan menurun sedikit.

Kombinasi kedua perubahan ini mencerminkan kekakuan pembuluh darah dan

berkurangnya pengisian arteri yang menyebabkan peningkatan besar dalam

tekanan nadi seiring dengan penuaan. Tekanan nadi telah terbukti sebagai

(13)

Mekanisme untuk hipertensi pada lansia masih belum jelas. Efek utama

penuaan normal pada sistem kardiovaskular melibatkan perubahan dari aorta dan

pembuluh darah sistemik. Ketebalan dinding aorta dan arteri besar lainnya

meningkat, sedangkan elastisitasnya menurun seiring dengan usia. Perubahan ini

menyebabkan penurunan pengisian aorta dan arteri besar lainnya, serta

peningkatan tekanan darah sistolik. Penurunan elastisitas pembuluh darah

mengakibatkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer. Sensitivitas

baroreseptor berubah seiring dengan usia. Perubahan mekanisme refleks

baroreseptor dapat menjelaskan variabilitas tekanan darah dengan pemantauan

terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor menyebabkan gangguan pada

refleks postural, yang menyebabkan orang lanjut usia dengan hipertensi lebih

sensitif terhadap hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi β-adrenergik dan vasokonstriksi α-adrenergik yang mendukung vasokonstriksi menyebabkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer dan tekanan darah.

Retensi natrium akibat peningkatan asupan dan penurunan ekskresi juga dapat

memberikan kontribusi untuk hipertensi. Penurunan renin plasma seiring dengan

bertambahnya usia telah terbukti. Respon renin terhadap asupan garam lebih

berkurang pada lanjut usia yang mengalami hipertensi dibandingkan lanjut usia

yang normotensif. Namun, sistem renin-angiotensin tidak ditetapkan sebagai

penyebab utama. Perubahan ini bertanggung jawab untuk penurunan curah

jantung, penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi

ventrikel kiri, dan disfungsi diastolik. Hal-hal tersebut menginduksi penurunan

fungsi ginjal dengan perfusi ginjal menurun dan penurunan laju filtrasi

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII5
Gambar 2.1 Patogenesis hipertensi11

Referensi

Dokumen terkait

penderita apendisitis berdasarkan usia paling banyak ditemukan pada kelompok. usia 21-30 tahun adalah sebanyak 21

Jika tekanan darah normal tidak tercapai (&lt;140/90 mmHg, &lt;130/80 mmHg untuk pasien hipertensi dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis), maka pada pasien

Sebanyak 140 sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 20141. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur

Sebanyak 140 sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur

Kesimpulan : Mayoritas pasien epistaksis berada pada kelompok usia 26-45 tahun yaitu sebanyak 33,3%, berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 60%, dengan etiologi

Target tekanan darah pada terapi pasien HST adalah dibawah 140 mmHg untuk sistolik dan 85-90 mmHg untuk diastolik 18.. K saat ini

distribusi kasus menurut usia yaitu perempuan sebanyak 28 kasus (58,3%), distribusi karakteristik berdasarkan perempuan dari segi usia paling banyak 11 kasus 39,3%, pendidikan

Frekuensi tertinggi dari distribusi kasus menurut usia yaitu perempuan sebanyak 28 kasus (58,3%), distribusi karakteristik berdasarkan perempuan dari segi usia paling banyak 11