• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Muchamad Chairul Umam

NIM.11114166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Muchamad Chairul Umam

NIM.11114166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Dosen IAIN Salatiga Persetujuan pembimbing

Hal : Naskah Skripsi

Lamp : 4 Eksemplar

Saudara : Muchamad Chairul Umam

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:

Nama : Muchamad Chairul Umam

NIM : 111-14-166

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam Judul : Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018

Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 31 Mei 2018 Pembimbing

(5)

SKRIPSI

PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di MAN 2 Magelang)

Disusun oleh:

MUCHAMAD CHAIRUL UMAM

NIM: 11114166

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal …….. dan telah dinyatakan memenuhi syarat guma

memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji :

Sekretaris :

Penguji I :

Penguji II :

Salatiga,

Dekan

Suwardi, M.Pd.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muchamad Chairul Umam

NIM : 111-14-166

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

Salatiga, 4 Juni 2018 Yang menyatakan

(7)

MOTTO

Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang

mendustakan itu"

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Skripsi ini aku persembahkan untuk

orang-orang yang telah membantu, mendorong, mendampingi, dan

menyemangatiku dalam perjalanan mewujudkan impianku:

1. Kedua orangtuaku Bapak Solikin dan Ibu Ruwiyah aku ucapkan

terimakasih atas doa-doa yang selalu engkau panjatkan demi kesuksesan

anak-anakmu, dan atas semua pengorbanan yang telah engkau berikan

untukku.

2. Saudara sekandungku Mas Faizun beserta istrinya adekku yang sangat

super sekali Nok Nurul, terimakasih atas bantuan dan dukungannya

semoga kita semua menjadi anak sholeh sholehah yang dapat

bersama-sama membahagiakan bapak ibu.

3. Sahabat-sahabatku dan teman karibku (Kak Rapik, Amatul Muinah,

Anisatun Niswah, Marjai Affan, M. Wazir Jamaluddin, Muhlisin,

Mustaqim dan lain-lain) yang tidak pernah aku lupakan, banyak kenangan

telah kita lalui bersama.

4. Teman-teman Masjid Fatimah (Mas Aswad, Kang Ali Mahmudi, Kang

Hasim, Mas Falah, Kang Yusuf) yang telah menemani disaat kesepian

dengan ngaji bareng anak-anak TPQ.

5. Teman-teman dan partner kerjaku di kantin Kontainer (Nurhadi,

Abidurahman, Etik Siti Handayani, Umi Lutfiah, Ahmad Alfan,

(9)

6. Segenap guru-guruku (RA, MI, MTS, MAN), khususnya bapak Mursyidul

Anam, Bapak Maksum, Bapak Rois, Bapak Anas Munaji, Ibu Nurul

Istianah, Ibu Mizhariyatil Hidayah, Ibu Maksumatun berkat doa-doa beliau

dapat mengantarkanku masuk perguruan tinggi dan semua guruku yang

tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah membimbingku, dengan

kesabarannya yang tak kenal lelah selalu memberikan inspirasi dan

semangat untuk menggapai cita-cita.

7. Umi Ida Kholifah beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik

moril atuapun materiil sehingga dapat membantuku dalam menyelesaikan

kuliah ini.

8. Kepada pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Tengah dan staffnya (Mas Imam

Baihaqi, Mas Wahyu, Mas Satrio, Mbak Hajar, Mbak Iin , Mbak Rosa)

yang telah mengantarkanku terjun di bidang entrepreneur dan telah

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji kita limpahkan kepada Ilahi Rabbi, Allah SWT atas nikmat

islam dan iman yang telah diberikan. Sholawat salam kita sanjungkan kepada

Nabi Muhammad SAW, semoga kami termasuk hamba yang mendapatkan bagian

kebaikanmu dan kelak akan mendapatkan syafaatnya. Amin.

Sebuah kewajiban dan keharusan yang harus dilaksanakan untuk

melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (PAI), maka

dengan segala daya dan upaya penulis menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk

skripsi dengan judul “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran

2017/2018

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih

yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, bapak Dr. Rahmat

Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, bapak

Suwardi, M.Pd.

3. Ketua program studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. yang telah

(11)

5. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, yang dengan sengaja maupun tidak sengaja turut memperlancar

proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu

dengan kerendahan hati penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala kritik san saran dari

pembaca yang budiman. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi siapa saja yang

ingin mengambil manfaat darinya. Amin.

Salatiga, 27 Mei 2018

(12)

ABSTRAK

Umam, Muchamad Chairul. 2018. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata Kunci: problematika dan implementasi kurikulum 2013

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk 1) Mengetahui bagaimana implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang 2) Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang 3) Bagaimana solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Data-data dalam penelitian diproleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara mendeskripsikan data dari informan, mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian kemudian dianalisis oleh penulis, dan terakhir disimpulakan untuk menjawab tujuan penelitian.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Fokus Penelitian ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Peneletian ...6

E. Kajian Penelitian Terdahulu ...7

F. Sistematika Penulisan...9

(14)

1. Pengertian Guru PAI ...11

2. Tugas Guru ...13

B. Pendidikan Agama Islam ...17

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...17

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...18

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...19

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ...20

C. Kurikulum 2013 ...21

1. Pengertian Kurikulum 2013 ...21

2. Tujuan Kurikulum 2013 ...22

3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ...23

4. Implementasi Kurikulum 2013 ...27

5. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ...42

6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013 ...48

7. Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 ...50

8. Pengembangan Bahan Ajar dalam Implementasi K-13 ...53

9. Konsep Penilaian Kelas dan Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap ...63

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...81

B. Lokasi Penelitian ...81

(15)

E. Analisis Data ...84

F. Pengecekan Keabsahan Data...86

G. Tahap-tahap Penelitian ...86

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Umum MAN 2 Magelang ...88

1. Sejarah Berdirinya Madrasah ...88

2. Visi dan Misi Madrasah ...90

3. Keadaan MAN 2 Magelang ...92

4. Sarana dan Prasarana...94

5. Data guru, pegawai dan siswa ...95

B. Data Hasil Temuan ...106

1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...106

2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...111

3. Solusi problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 ...112

C. Analisis Data ...114

1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...114

2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...117

(16)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...131

B. Saran ...132

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013

Tabel 2.2 Cakupan Penilaian Sikap

Tabel 2.3 Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap

Tabel 2.4 Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan

Tabel 2.5 Rentang Nilai Kompetensi sikap

Tabel 4.1 Jumlah siswa 8 tahun terakhir

Tabel 4.2 Rombongan belajar

Tabel 4.3 Sarana dan prasarana

Tabel 4.4 Jumlah guru dan pegawai

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Data Responden

2. Lampiran 2 Hasil Wawancara

3. Lampiran 3 Dokumentasi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

4. Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

5. Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi

6. Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

7. Lampiran 7 Daftar Nilai SKK

8. Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang

telah dicapai. Konsep tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang

digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak didik

ataukah tidak. Sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan

luar biasa yang disumbangkan di negeri kita, sehingga sangat wajar apabila

pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan

pemikiran anak-anak didik.

Pendidikan menjadi hal sangat fundamental bagi anak bangsa, dengan

pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap anak bangsa.

Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik

pula. Sistem dan pola pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang

baik.

Untuk mewujudkan pendidikan yang baik itu tidak lepas dari

kebijakan pemerintah, sehingga pemerintah mempunyai andil yang sangat

besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan di Indonesia.

Apalagi ditambah dengan cepatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan

keamajuan zaman, sehingga sudah menjadi tuntutan bagi pemerintah untuk

(20)

dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaksudkan sebagai perbaikan dunia

pendidikan di Indonesia.

Perubahan yang mendasar yang dilakukan pemerintah yaitu berkaitan

dengan kurikulum, karena kurikulum akan dengan sendirinya menuntut

berbagai perubahan pada komponen-komponen lain, dengan adanya

perubahan kurikulum nantinya diharapkan akan membawa perubahan sistem

pendidikan yang ada. Sebelum adanya perubahan kurikulum di Indonesia

yakni Kurikulum 2013 (K-13), pendidikan di Indonesia salah satunya

menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Alasan perubahan atau penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 (K-13) yang paling mendasar adalah

agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan

zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan

peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala ilmu

pengetahuan dan teknologi (Kurniasih dan Berlin, 2014: 31).

Banyak kalangan yang berpendapat bahwa kurikulum KTSP adalah

kurikulum yang sangat memberatkan peserta didik, karena terlalu banyak

materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga mereka

menjadi terbebani dengan segudang materi yang segera harus dituntaskan dan

dikuasai. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, perubahan kurikulum

KTSP disebabkan karena kebutuhan dan tuntutan zaman yang selalu berubah

(21)

Terlepas dari silang pendapat di tengah masyarakat dan para ahli,

kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap

kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di

teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Sehingga dengan adanya

Kurikulum 2013 (K-13) diharapkan mampu menyempurnakan

kurikulum-kurikulum yang telah lalu.

K-13 merupakan kurikulum terbaru yang mulai dilaksanakan pada

tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah, maupun

sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Di dalam kurikulum 2013 lebih

ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang

menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter dalam

kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlaq mulia

peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar

kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi

kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan sekaligus berbasis karakter,

dengan pendekatan tematik dan konstektual diharapkan mampu secara

mandiri meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya, mengkaji dan

mengambil nilai-nilai karakter dan akhlaq mulia sehingga terwujud dalam

perilaku sehari-hari.

Namun, dalam setiap perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia

selalu terjadi pro dan kontra. Hal ini karena, dalam suatu perubahan sulit

(22)

budaya, serta semua tatanan dalam suatu lembaga sekolah. Di sisi lain para

guru juga mengeluh karena masih kesulitan dalam menerapkan kurikulum

2013. Survei menunujukan bahwa sebagian besar guru berpandangan belum

sepenuhnya memahami prinsip pembelajaran, prinsip penilaian dan

terkendala pada sumber belajar yang digunakan untuk penyusunan RPP

berdasarkan kurikulum 2013.

Dalam usaha untuk melaksanakan perubahan kurikulum, sudah barang

tentu sekolah membutuhkan guru yang profesional, karena guru menjadi

salah satu faktor penting dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013.

Setiap implementasi kurikulum, menuntut guru untuk menguasai isi bidang

studi, pemahaman karakteristik peserta didik, melakonkan pembelajaran yang

mendidik dan menyenangkan serta potensi pengembangan profesionalisme

dan kepribadian (Mulyasa, 2016: 5)

Menghadapi kenyataan diatas pemerintah dituntut untuk

melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan.

Diharapkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini para guru dapat

memerankan tugas dan fungsinya dengan baik dalam implementasi kurikulum

2013.

Akan tetapi tidak bisa di pungkiri walaupun pemerintah sudah

memberikan pelatihan yang maksimal, dengan pergantian kurikulum yang

baru ini secara langsung atau tidak langsung akan memberikan beban

(23)

kemampuan minimal. Bahkan guru-guru yang sudah usia senja juga akan

merasa kesulitan dalam mengoperasikan laptop yang menjadi kebutuhan

pokok dalam kurikulum 2013 ini, sehingga beberapa guru mengalami

kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013.

Dari masalah yang ada di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana

Problematika Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2

Magelang. Karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan

yang tergolong masih awal dalam melaksanakan kurikulum 2013 ini. Dengan

demikian penulis akan memfokuskan penelitian ini dengan judul

“PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN AJARAN

2017/2018”.

B. Fokus Penelitian

Dari uraian yang telah penulis paparkan diatas, peneliti mengambil

fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?

2. Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum

2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?

3. Bagaimana solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

(24)

1. Untuk mengetahui Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2

Magelang.

2. Untuk mengetahui problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan

Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.

3. Untuk mengetahui solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.

D. Manfaat Peneletian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pandangan guru agama terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI)

berdasarkan kurikulum 2013, sehingga memberikan wawasan pengetahuan

dan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih berupa

wawasan keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mampu memberikan tambahan

wacana dalam bidang pendidikan bagi kalangan akademisi teutama

untuk peningkatan mutu pendidikan.

b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi siapa yang akan mengadakan

penelitian berikutnya yang berkaitan dengan problematika guru PAI

dalam implementasi kurikulum 2013.

2. Secara Praktis

(25)

dihadapi oleh guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN

2 Magelang Kab. Magelang sehingga memberikan motivasi kepada

para guru dalam meningkatkan keprofesionalan dalam pembelajaran.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

pertimbangan bagi sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum

2013 melalui masalah-masalah yang muncul serta solusi yang tepat

dalam implementasi kurikulum 2013.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Setelah penulis mengadakan kajian pustaka terhadap beberapa skripsi

yang berhubungan dengan tema pada skripsi penulis, ternyata skripsi yang

terkait dengan problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013

belum ada yang meneliti. Namun ada beberapa hasil penelitian yang

berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:

Skripsi yang ditulis oleh Wulan Kusuma Dewi mahasiswa fakultas

tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang tahun 2009 yang

berjudul “Perspektif Guru Agama Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam (PAI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang”. Dari hasil penelitianya

menyimpulkan bahwa: tanggapan guru agama terhadap pelaksanaan

pendidikan agama Islam (PAI) berdasarkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) yaitu semua guru agama di MAN 3 setuju dengan

kurikulum KTSP karena kurikulum KTSP ini lebih cocok dibandingkan

(26)

penulis lakukan ini karena penelitian ini lebih berfokus pada problem yang

diahadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013.

Skripsi Thoha Zamroni mahasiswa fakultas Tabiyah IAIN Salatiga

tahun 2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Proses

Pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan”. Dari hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada

proses pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari sudah berjalan dengan baik

dan lancar sebab para guru telah mendapatkan pelatihan implementasi

kurikulum 2013, selain itu sarana dan prasana, sumber belajar sangat

memadai. (Zamroni, 2015: 10), skripsi Thoha Zamroni tidak jauh berbeda

dengan penelitian yang saya lakukan yaitu tentang implementasi kurikulum

2013, yang membedakannya adalah adanya pembahasan tentang

problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di penelitian ini.

Skripsi Siti Kholipah mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Salatiga tahun

2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran

pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB

magelang tahun pelajran 2014/2015”. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK di

SLB-C YPPALB Magelang tidak seluruhnya sesuai standar dalam kurikulum

2013 dan masih banyak hambatan misalnya peserta didik sulit diberikan

materi pelajaran, sarana dan prasarana belum mencukupi, guru yang belum

(27)

tentang problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN

2 Magelang.

Dari beberapa kajian skripsi terdahulu di atas ada perbedaan dengan

skrispsi yang penulis susun, karena penulis disini lebih memfokuskan

penelitian pada problematika yang dihadapi guru agama dalam implementasi

kurikulum 2013.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini penulis susun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal ini terdiri dari: sampul, lembar berlogo judul, persetujuan

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto

dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table dan

lampiran-lampiran.

2. Bagian Inti

Pada bagian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:

Bab I : Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian penelitian

terdahulu, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, memuat pembahasan tentang pengertian

guru PAI, tugas guru, pengertian PAI, tujuan PAI, ruang lingkup PAI,

fungsi PAI, pengertian kurikulum 2013, tujuan kurikulum 2013, landasan

pengembangan kurikulum 2013, implementasi kurikulum 2013,

model-model pembelajaran kurikulum 2013, kelebihan dan kekurangan

(28)

dalam penerapan Kurikulum 2013, pengembangan bahan ajar dalam

implementasi kurikulum 2013, dan konsep penilaian kelas dan penilaian

pencapaian kompetensi sikap

Bab III Metode Penelitian, memuat tentang pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,

analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV Paparan Data dan Analisis, memuat tentang gambaran

umum MAN 2 Magelang yang meliputi; sejarah singkat berdirinya MAN

2 Magelang, visi misi MAN 2 Magelang, keadaan MAN 2 Magelang,

sarana dan pra sarana, keadaan guru, pegawai dan siswa. Dalam bab ini

juga dipaparkan data yang meliputi implementasi kurikulum 2013 di MAN

2 Magelang, problema guru PAI terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang dan

solusi problematika guru PAI dalm implementasi kurikulum 2013.

(29)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian guru PAI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi guru adalah orang

yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar

(Depdikbud, 1989: 228).

Berbeda dengan J.E.C. Gericke dan T. Roorda, sebagaimana yang

di kutip oleh Sri Minarti dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang

berarti guru, misalnya teacher yang berarti guru atau pengajar, educator

yang berarti pendidik atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti guru

pribadi, guru yang mengajar di rumah, atau guru yang memberi les

(Minarti, 2013: 107-108).

Sedangkan menurut Cece Wijaya dkk, guru adalah orang yang

sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar oleh karena itu guru

harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai,

guru harus mampu mempengaruhi para siswanya. Guru harus

berpandangan luas dan juga harus memiliki wibawa (Wijaya, 2002: 8).

Sementara menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

(30)

pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah jalur

pendidikan formal (Supardi, 2014: 8).

Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian

guru adalah seseorang yang tugasnya mendidik, membimbing dan

menyampaikan suatu ilmu serta memberi teladan yang baik kepada

murid-muridnya, sehingga mampu membawa siswanya kepada tujuan

yang ingin dicapai, guru harus mampu mempengaruhi para siswanya

baik melalui pendidikan formal ataupun nonformal.

Sedangkan pengertian pendidikan agama islam sendiri menurut

Muhaimin dkk adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam

menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional (Muhaimin dkk, 2008:75-76).

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa guru PAI

adalah seseorang yang tugasnya mendidik, mengajar dan membimbing

anak didiknya dalam bidang agama islam sehingga anak didiknya

mampu mempraktikan ajaran islam dengan baik dan membentuk

generasi yang berakhlak mulia serta mampu mendatangkan keselamatan

di dunia dan di akhirat.

(31)

hidup dari barat seperti bias gender. Menurut Suwardi dkk (2017:

216-217) Islam seringkali dipandangan mengajarkan bias gender, dimana

laki-laki di posisikan lebih tinggi dibanding perempuan.

2. Tugas Guru

Para ahli-ahli pendidikan islam maupun barat telah sepakat bahwa

tugas guru adalah mendidik. Mendidik biasanya dilakukan dalam bentuk

mengajar, sebagian dalam memberikan motivasi, memuji, menghukum,

memberi contoh, membiasakan dan lain-lain. Dalam pendidikan di

lembaga sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan

mengajar.

Tugas pendidik selain menyampaikan materi dikelas, pendidik juga

harus mampu membentuk kepribadian anak didik, yang pada akhirnya

anak didik memiliki akhlak yang mulia, sehingga pendidik hendaknya

mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya dalam segala

keadaan. Karena semua yang ada pada guru akan di perhatikan dan ditiru

oleh para anak didiknya.

Dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 31 ayat 3 dan 4 dinyatakan bahwa setiap tenaga

kependidikan, termasuk di dalamnya guru agama berkewajiban untuk

melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian,

meningkatkan kemampuan professional sesuai dengan tuntutan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan

(32)

Sedangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional

yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama

bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Secara lebih rinci dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru

dan dosen pasal 20 di sebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya, seorang guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejakan dengan ikmu pengetahua,

teknologi dan seni.

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan

jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondidi fisik tertentu atau latar

belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam

pembelajaran.

d. Menjunjung tunggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU

(33)

Ahmad Tafsir menyimpulkan secara singkat bahwa tugas guru

mencakup tiga hal yaitu mendidik, mengajar dan melatih (Tafsir, 1994:

79). Untuk menjabarkan rumusan tersebut di atas, berikut ini merupakan

penjelasan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih

1) Guru sebagai pendidik

Mujtahid dalam salah satu tulisannya, mengutip pendapat

Muchtar Bukhori yang dimaksud dengan mendidik adalah proses

kegiatan untuk mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan

keterampilan hidup pada diri seseorang.

2) Guru sebagai pembimbing

Seorang guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat

menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, dan dapat tumbuh

serta menjadi individu yang mandiri dan produktif. Tugas guru

sebagai pembimbing terletak pada kekuatan intensitas hubungan

interpersonal antara guru dengan peserta didik yang dibimbingnaya.

Guru juga dituntut agar mampu mengidentifikasi peserta didik yang

diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa dan

membantu memcahkannya.

3) Guru sebagai pelatih

Guru juga harus bertindak sebagai pelatih, karena pendidikan dan

pengajaran memerlukan bantuan latihan keterampilan baik

intelektual, sikap maupun motorik. Agar dapat berpikir kritis,

(34)

mengelami banyak latihan yang teratur dan konsisten. Kegiatan

mendidik atau mengajar juga tentu membutuhkan latihanuntul

memperdalam pemahaman dan penerapan teori yang disampaikan

(Mujtahid, 2011: 33).

Seorang guru dalam pandangan islam memliki kedudukan yang

sangat mulia. Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu

pengetahuan (guru), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas

mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup sebagaimana firman

Allah dalam QS. Al-Mujadalah/58:11.

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadilah/58: 11)

Dalam pandangan Al-Ghazali yang diikuti oleh Muhammad

Muntalibun Nafis, seorang guru mempunyai tugas utama yaitu

menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan

hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hal ini

karena pada dasarnya tujuan utama pendidikan islam adalah

mendekatkan diri kepada Allah swt., kemudian realisasinya pada

(35)

keberhasilan aktualisasi perpaduan antara iman, ilmu dan amal saleh

dari peserta didiknya setelah mengalami sebuah proses pendidikan.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Ditbinpanisun sebagaimana yang dikutip Zakiah Daradjat

dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan

Agama Islam yaitu suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak

didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa

yang terkandung di dalam islam secara keseluruhan, menghayati makna

dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya

serta menjadikan ajaran-ajaran agama islam yang telah dianutnya itu

sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan

dunia akhirat (Zakiah daradjat dkk, 1996: 88).

Begitu juga Sahilun A. mendefnisikan bahwa:

“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang sistematis dan

pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang di integral dalam dirinya. Yakni, ajaran islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental (Syafaat dkk, 2008:15-16).

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan

agama islam adalah usaha sadar dalam rangka mengenalkan peserta didik

(36)

mampu mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari dan

sebagai pedoman untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan yaitu sasaran yang ingin di capai oleh seseorang atau

sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini adalah

sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan islam (Uhbiyati,

1998:11).

Menurut Abdul Fattah tujuan pendidikan agama islam secara

umum adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Tujuan umum

ini akan membawa kepada tujuan khusus yang lain. Jadi menurut islam,

tujuan pendidikan agama islam adalah menjadikan manusia menyembah

dan menghambakan diri kepada Allah ialah beribadah kepada Allah

(Tafsir, 1994: 46).

Sedangkan Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan

pendidikan agama islam dibagi menjadi dua yaitu tujuan sementara dan

tujuan akhir (Uhbiyati, 1998: 30)

1. Tujuan sementara

Tujuan sementara yaitu sasaran sementara yang harus dicapai

oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan agama islam. Tujuan

pendidikan disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti

kecakapan jasmani, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan

(37)

2. Tujuan Akhir

Tujuan akhir pada pendidikan islam adalah terbentuknya kepribadian

muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian

yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan

ajaran islam.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

a. Al-Quran Hadits, yang menekankan pada kemampuan membaca,

menulis, dan menterjemahkan serta menampilkan dan mengamalkan

isi kandungan Alquran hadits dengan baik dan benar.

b. Akidah, yang menenkankan pada kemampuan memahami dan

mempertahankan keyakinan, menghayati, serta meneladani dan

mengamalkan sifat-sifat Allah dan nilai-nilai keimanan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Akhlak dan Budi Pekerti, yang menekankan pada pengamalan sikap

terpuji dan menghindari akhlak tercela.

d. Fiqih, yang menekankan pada kemampuan untuk memahami,

meneladani dan mengmalkan ibadah dan muamalah yang baik dan

benar

e. Sejarah Peradaban Islam, yang menekankan pada kemampuan

mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah

(islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan

mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk

(38)

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Abdul Majid mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama

Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh

setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk

menumbuhkan menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukanoleh

setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh

kembangkankan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,

pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut

dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan

kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman

dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

(39)

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia

Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum

(alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri

dan bagi orang lain (Majid dan Andayani, 2004: 136).

C. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang muncul sebagai respon

terhadap keprihatinan dalam dunia pendidikan yang masih jauh dari

tujuan pendidikan nasional, misalnya kemerosotan moral peserta, yang

ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan mahasiswa, kecurangan

dalam ujian, seperti nyontek yang telah membudaya di kalangan pelajar

dan mahasiswa.

Dengan demikian maka tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan

insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi serta lebih di tekankan

pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan

menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya, sehingga nantinya mampu

(40)

Kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter

dengan pendekatan tematik dan kontekstual ini diaharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku

sehari-hari (Mulyasa, 2014: 7).

Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan

kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholder), termasuk

komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana

pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas

hubungan, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan

diri peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasrana, pembiayaan, serta

etos kerja seluruh warga lingkungan sekolah/madrasah

2. Tujuan Kurikulum 2013

a. Menyiapkan soft skill dan hard skill dalam dunia pendidikan melalui

kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka

menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif,

kreatif, inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara

Indonesia.

(41)

menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang

digunakan dalam pembelajaran.

d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga

masyarakat secara seimbang dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat

satuan pendidikan.

e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan

keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan

kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi

daerah (Fadlillah, 2014: 25).

3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Menurut Abdul Madjid dan Chaerul Rochman (2014: 10) Landasan

pengembangan kurikulum mencakup 4 landasan yaitu:

a. Landasan Yuridis

Landasan yurudis kurikulum adalah Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

system pendidikan nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun

2005 tentang Standard Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standard

Kompetensi Lulusan Dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

nomor 22 tahun 2006 tentang Standard Isi. Lebih lanjut,

pengembangan kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana

(42)

pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Intruksi Presiden

Republik Indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter,

pembelajaran aktif, dan pendidikan kewirausahaan.

b. Landasan Filosofis

Kurikulum adalah untuk membangum kehidupan bangsa masa

kini dan masa yang akan datang, yang dikembangkan dari warisan

nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan dan

dikembangkan untuk kehidupan masa depan, ketiga dimensi

kehidupan bangsa (masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan

datang) menjadi landasan filosfofis pengembangan kurikulum.

Pada pengembangan kurikulum 2013, Pancasila sebagai falsafah

bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang

akan dicapai dalam kurikulum. Berdasarkan Pancasila, kurikulum

yang dikembangkan atas dasar filosofi adalah sebagai berikut:

1) Kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

belajar dari budaya setempat dan memberikan kesempatan untuk

berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat

dan nasional menjadi budaya yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Kurikulum dikembangakan berdasarkan filosofis

eksperimentalisme yang mengatakan bahwa proses pendidikan

(43)

3) Filosofis rekontruksi sosial yang memberikan bagi

pengembangan kurikulum untuk menempatkan peserta didik

sebagai subjek yang peduli pada lingkungan sosial, alam, dan

lingkungna budaya.

4) Filosofis esensialis dan perenialisme yang menempatkan

kemampuan intlektual dan berpikir rasional sebagai aspek penting

yang harus menjadi kepedulian kurikulum untuk dikembangkan.

5) Filosofis eksistensialis dan romantic naturalism, yaitu aliran

filosofi yang memandang proses pendidikan adalah untuk

nmengembangkan rasa kemanusiaan yang tinggi, kemampuan

berinteraksi dengan sesama dalam mengangkat harkat

kemanusiaan dan kebebasan berinteraksi dan berkreasi.

c. Landasan Empiris

Menurut hasil riset PISA (Progam For International Student

Assessment), studi yang memfokuskan literasi bacaan, matematika

dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10

besar terbawah dari 65 negara. Hasil riset TIMSS (Trends

International Mathematicsand Science Study) menunjukan siswa

Indonesia berada rangking amat rendah dalam kemampuan (1)

memahmai informasi yang kompleks; (2) teori, analisis dan

pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemechan

masalah; (4) melakukan investigasi. Hasil ini menunjukkan perlunya

(44)

dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang

diperlukan warga negara untuk berperan serta dalam membangun

negara pada abad 21.

d. Landasan teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “Pendidikan

Berdasarkan Standard” (Standard-Based Education), dan teori

kurikulum berbasis kompetensi . pendidikan berdasarkan standard

adalah pendidikan yang menetapkan standard naisional sebagai

kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan.

Standard bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta

didik mampu mencapai kualitas standard nasional atau diatasnya.

Standard kualitas nasional dinyatakan sebagai standard kompetensi

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Standard komptensi lulusan dikembangkan menjadi standard

komptensi lulusan satuan pendidikan yaitu SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, SMK/MAK.

4. Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan hampir di seluruh jenjang

pendidikan membutuhkan guru yang professional dalam menyukseskan

implementasinya, sehingga guru menjadi garda terdepan dan ujung

tombak dalam implementasi dan pembelajaran yang berhadapan

(45)

Berikut merupakan hal-hal yang perlu di perhatikan guru dalam

mengimplementasikam kurikulum 2013:

a. Merancang pembelajaran efektif dan bermakna

Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia

yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan

hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk merancang

pembelajaran efektif dan menyenangkan, mengorganisasikan

pembelajaran, memilih pendekekatan pembelajaran yang tepat.

Menurut Mulyasa, (2014: 100-103) untuk membentuk

pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan bermakna yang sesuai

dengan tema kurikulum 2013 dapat dirancang oleh setiap guru,

dengan prosedur sebagai berikut:

1) Pemanasan dan apersepsi

Dalam pembelajaran pemanasan dan apersepsi perlu

dipraktekan oleh guru untuk menjajaki pengetahuan peserta didik,

memotivasi peserta didik dan memancing peserta didik agar

tertarik untuk belajar. Pemanasan dan apersepsi ini dapat

dilakukan dengan prosedur sebagia berikut:

a) Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan

dipahami peserta didik.

b) Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan

(46)

c) Peserta didik digerakkan agar tertarik dan bernafsu untuk

mengetahui hal-hal yang baru.

2) Eksplorasi

Eksplorasi yaitu mengaitkan pengetahuan yang sudah

dimiliki peserta didik dengan bahan ajar yang akan guru

sampaikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut:

a) Perkenalkan materi standard dan kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh peserta didik.

b) Kaitkan materi standard dan kompetensi dasar yang baru

dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh

peserta didik.

c) Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara

bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik

terhadap materi standardd dan kompetensi baru.

3) Konsolidasi pembelajaran

Konsolidasi merupakan upaya mengaktifkan peserta didik

dalam membentuk kompetensi dan karakter, serta

menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi

pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan

(47)

b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan

masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah

aktual.

c) Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan

antara materi standard dan kompetensi baru dengan berbagai

aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat.

d) Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standard

dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.

4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter

Ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a) Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian

kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya dalam kehiduoan

sehari-hari.

b) Praktekan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik

dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter baru dalam

kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.

c) Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan

sikap, kompetensi dan karakter peserta didik secara nyata.

(48)

Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan, yang

pelaksanaanya dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran

peserta didik.

b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis

kelemahan atau kekurangan peserta didik dalam

masalah-masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan

kompetensi peserta didik.

c) Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai.

b. Mengorganisasikan Pembelajaran

Dalam buku yang berjudul pengembangan dan implemantasi

kurikulum 2013, Mulyasa berpendapat bahwa Implementasi

Kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan

pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu

diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam

implementasi 2013 yaitu:

1) Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 yang

berbasis karakter hendaknya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan

dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada

(49)

Sehubungan dengan itu, implementasi kurikulum 2013

dalam pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter yang

dilakukan dengan pendekatan tematik integratif harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan

masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.

b) Mengidentifikasi kompetensi dan karakter sesuai dengan

kebutuhan dan masalah yang dirasakan peserta didik.

c) Mengembangkan indikator setiap kompetensi dan karakter

agar relevan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta

didik.

d) Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja yang jelas

serta menjalin kerjasama di antara para fasilitator dan tenaga

kependidikan lain dalam pembentukan kompetensi peserta

didik.

e) Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap sesuai dengan tugas dan fungsinya.

f) Melengkapi sarana dan prasarana belajar yang memadai,

seperti perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar,

perlengkapan teknis, dan perlengkapan admisnistrasi, serta

ruang pembelajaran yang memadai.

g) Menilai progam pembelajaran secara berkala dan

(50)

ketercapaian kompetensi yang dikembangkan. Di samping itu,

penilaian juga penting untuk melihat apakah pembelajaran

berbasis kompetensi yang dikembangkan sudah dapat

mengembangkan potensi peserta didik atau belum.

2) Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Ahli

Dalam implementasi kurikulum 2013 diperlukan pengadaan

dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi,

kompetensi, dan keterampilan yang berkaitan dengan

pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat

penting dilaksanakan oleh masing-masing tenaga kependidikan.

Oleh karena, sangat diharapkan adanya tenaga ahli, agar

setiap personil memililki pemahaman dan kompetensi yang

menunjang terlaksananya pembelajaran tematik integratif dalam

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

3) Pendayagunaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

Dalam rangka mensukseskan implementasi kurikulum,

perlu didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara

optimal. Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitator dituntut

untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan

unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang upaya

(51)

dan jalinan hubungan tersebut antara lain dapat dilakukan di

masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.

4) Pengembangan Kebijakan Sekolah

Implementasi kurikulum perlu didukung oleh

kebijakan-kebijakan kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan

dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam

implementasi pembelajaran berbasis kompetensi. Ada beberapa

kebijakan yang relevan diambil kepala sekolah dalam membantu

kelancaran pembelajaran berbasis kompetensi, yaitu:

a) Memprogamkan perubahan kurikulum sebagai bagian

integral dari program sekolah secara keseluruhan.

b) Menganggarkan biaya operasional pembelajaran berbasis

kompetensi dan karakter sebagai bagian dari anggaran

sekolah.

c) Meningkatkan mutu dan kualaitas guru, serta fasilitator

agar dapat bekerja secara professional (meningkatkan

profesionalisme guru).

d) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk

kepentingan belajar, dan pemebentukan kompetensi dasar.

e) Menjalin kerjasama yang baik dengan unsur-nsur terkait

secara resmi dalam kaitanya dengan pembelajaran berbasis

kompetensi, seperti dunia usaha, pesantren, dan

(52)

c. Memilih dan Menentukan Pendekatan Pembelajaran

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam

pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.

Pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual

(contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran

partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas

(matery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (contructivism

teaching and learning) (Mulyasa, 2014: 109).

1) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

and Learning)

Pendekatan pembelajaran kontekstual sering disingkat

CTL, pendekatan pembelajaran ini merupakan konsep

pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,

sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. CTL

memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan ,

karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta

didik dapat mempraktekan secara langsung apa yang

dipelajarinya.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran konstektual

(53)

(eksternal). Sehubungan dengan itu, sedikitnya ada lima elemen

yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai

berikut:

a) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah

dimiliki peserta didik.

b) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju

bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).

c) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan

cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk

memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain dan

merevisi dan mengembangkan konsep.

d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikan secara

langsung apa-apa yang dipelajari.

e) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan

pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

2) Bermain Peran (Role Playing)

Bermain peran merupakan salah satu alternatif untuk

memecahkan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar

manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Menurut para ahli yang sudah melakukan penelitian dan percobaan

menunjukan hasil bahwa bermain peran merupakan salah satu

(54)

Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan kefektifan

bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni kualitas

pemeranan, analisis dalam diskusi, dan pandangan peserta didik

terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi

kehidupan nyata.

Tahap pembelajaran bermain peran sebagai berikut:

a) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik

Tahap pertama ini guru mengemukakan masalah yang dapat

diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan

masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk

mengetahui bagaimana masalah itu sebaiknya dipecahkan.

Masalah yang dipilih sebaiknya masalah yang masih hangat

dan aktual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik,

menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta

memungkinkan berbagai alternatif pemecahan.

b) Memilih peran dalam pembelajaran

Pada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan

berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,

bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka

kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara

(55)

c) Menyusun tahap-tahap peran

Pada tahap ini pemeran menyusun gari-garis besar adegan

yang yang akan dimainkan. Tidak ada dialog khusus karena

para peserta didik dituntut untuk berbicara secara spontan.

Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan, misalnya di mana

pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan

sebagainya.

d) Menyiapkan pengamat

Sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan

terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta

didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan

akan aktif mendiskusikannya.

e) Tahap pemeranan

Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara

spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha

memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.

Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah

merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah

dilakukan. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain

peran dihentikan. Sebaiknya pemeranan dihentikan pada saat

terjadi pertentangan agar memancing permasalahan untuk

(56)

f) Diskusi dan evaluasi pembelajaran

Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat

telah terlibat bermain peran, baik secara emosional maupun

secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan,

para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.

Diskusi mungkin dimulai dengan tafsiran mengenai baik

tidaknya peran yang yang dimainkan selanjutnya mengarah

pada analisis terhadap peran yang telah ditampilkan, apakah

cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Di sini diskusi diarahkan pada pengajuan alternatif pemeranan

yang ditampilkan kembali. Dalam kaitan ini guru harus

mengarahkan diskusi yang dilakukan para peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

g) Pemeranan ulang

Pemerananan ulang dapat dilakukan berdasarkan hasil

evaluasi dan diskusi mengenai alternatif-alternatif

pemeranan.mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut,

demikian halnya dengan para pelakunya. Perubahan ini

memungkinkan adanya perkembangan baru dalam

memecahkan masalah.

h) Diskusi dan evaluasi tahap dua

(57)

ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin lebih

jelas. Para peserta didik menyetujui cara tertentu untuk

memecahkan masalah, meskipun dimungkinkan adanya peserta

didik yang belum meneyetujuinya. Kesepakatan bulat tidak

perlu dicapai karena tidak ada cara yang pasti dalam

mengahadapi masalah kehidupan.

i) Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan

Tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara

langsung karena tujuan utama bermain peran adalah membantu

peserta didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman

berharga dalam hidupnya melalui interaksional dengan

teman-temannya.

Keberhasilan bermain peran bergantung pada kemampuan

dalam mengungkapkan pengalaman pribadi peserta didik.

Disamping terdapat aneka ragam pengalaman, dalam hal

tertentu dimungkinkan ada kesamaan pengalaman diantara

peserta didik. Berdasarkan kesamaan pengalaman ini ditarik

suatu generalisasi.

Melalui bermain peran para peserta didik dapat berlatih

untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kelas dapat

diibaratkan sebagai suatu kehidupan sosial tempat para peserta

didik belajar mengemukakan pendapat dan menghargai

(58)

3) Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat

semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh

hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar

semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal,

pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan

akan tercermin dari setrategi pembelajaran yang dilaksanakan,

terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,

melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap

peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun setrategi belajar tuntas dapat dibedakan dari

pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut:

a) Pelaksanan tes secara teratur untuk memperoleh balikan

terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk

mendiagnosis kemajuan (diagnostic progress test).

b) Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran

berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan

pelajaran sebelumnya sesuai patokan yang ditetapkan.

c) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik

yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui

pengajaran korektif, yang menurut Morrison merupakan

(59)

kebiasaan belajar peserta didik sesuai waktu yang

diperlukan masing-masing.

Strategi belajar mencakup tiga tahapan, yaitu

mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur

operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan

dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk

menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi:

a) Corrective Technique. Semacam pengajaran remidial yang

dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan

yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan

metode yang berbeda dari sebelumnya.

b) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang

membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).

4) Pembelajaran Partisipatif

Menurut Mulyasa (2014: 124), ia mendefinisikan

pembelajaran partisipatif sebagai berikut.

“Pembelajaran partisiptif sering diartikan sebagai keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Indikator pembelajaran partisipatif antara lain dapat dilihat dari: keterlibatan emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, dan dalam pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.”

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan aktifitas belajar peserta didik di setiap siklus penelitian. Hasil tes akhir juga menunjukkan peningkatan prestasi belajar peserta didik dari tahap siklus I dan siklus

berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak berkompetensi (gagal). Siswa merasa tidak menarik, mudah menyerah dan mudah mengambil jalan pintas dalam melakukan sesuatu.

Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fiqih Pokok Materi Makanan dan Minuman Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada Kelas VIIIA MTs Asy-Syarifiyah

Penelitian ini mengukur jumlah gas rumah kaca dari perkebunan kakao dan menguraikan stok (cadangan) karbon dari perkebunan, yaitu jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah,

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Dampak dalam penerapan kebijakan full day school terhadap pembentukan karakter religius dan kecerdasan spiritual siswa kelas X Mipa di SMAN 3 Semarang yaitu :

Hasil pengamatan partisipatif selama proses pembelajaran pada siklus kedua diperoleh data, bahwa: (1) secara umum keterlibatan siswa kelas VIII dalam proses diskusi lebih baik

Maka tingkat persentase persetujuan responden terhadap item angket Post Test nomor 1 yaitu 239/260 x 100% = 92% dan termasuk kategori Sangat Tinggi.. Persentase item pernyataan nomor