PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Muchamad Chairul Umam
NIM.11114166
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Muchamad Chairul Umam
NIM.11114166
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga Persetujuan pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 Eksemplar
Saudara : Muchamad Chairul Umam
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:
Nama : Muchamad Chairul Umam
NIM : 111-14-166
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam Judul : Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 31 Mei 2018 Pembimbing
SKRIPSI
PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di MAN 2 Magelang)
Disusun oleh:
MUCHAMAD CHAIRUL UMAM
NIM: 11114166
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal …….. dan telah dinyatakan memenuhi syarat guma
memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji :
Sekretaris :
Penguji I :
Penguji II :
Salatiga,
Dekan
Suwardi, M.Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muchamad Chairul Umam
NIM : 111-14-166
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
Salatiga, 4 Juni 2018 Yang menyatakan
MOTTO
Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan itu"
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Skripsi ini aku persembahkan untuk
orang-orang yang telah membantu, mendorong, mendampingi, dan
menyemangatiku dalam perjalanan mewujudkan impianku:
1. Kedua orangtuaku Bapak Solikin dan Ibu Ruwiyah aku ucapkan
terimakasih atas doa-doa yang selalu engkau panjatkan demi kesuksesan
anak-anakmu, dan atas semua pengorbanan yang telah engkau berikan
untukku.
2. Saudara sekandungku Mas Faizun beserta istrinya adekku yang sangat
super sekali Nok Nurul, terimakasih atas bantuan dan dukungannya
semoga kita semua menjadi anak sholeh sholehah yang dapat
bersama-sama membahagiakan bapak ibu.
3. Sahabat-sahabatku dan teman karibku (Kak Rapik, Amatul Muinah,
Anisatun Niswah, Marjai Affan, M. Wazir Jamaluddin, Muhlisin,
Mustaqim dan lain-lain) yang tidak pernah aku lupakan, banyak kenangan
telah kita lalui bersama.
4. Teman-teman Masjid Fatimah (Mas Aswad, Kang Ali Mahmudi, Kang
Hasim, Mas Falah, Kang Yusuf) yang telah menemani disaat kesepian
dengan ngaji bareng anak-anak TPQ.
5. Teman-teman dan partner kerjaku di kantin Kontainer (Nurhadi,
Abidurahman, Etik Siti Handayani, Umi Lutfiah, Ahmad Alfan,
6. Segenap guru-guruku (RA, MI, MTS, MAN), khususnya bapak Mursyidul
Anam, Bapak Maksum, Bapak Rois, Bapak Anas Munaji, Ibu Nurul
Istianah, Ibu Mizhariyatil Hidayah, Ibu Maksumatun berkat doa-doa beliau
dapat mengantarkanku masuk perguruan tinggi dan semua guruku yang
tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah membimbingku, dengan
kesabarannya yang tak kenal lelah selalu memberikan inspirasi dan
semangat untuk menggapai cita-cita.
7. Umi Ida Kholifah beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik
moril atuapun materiil sehingga dapat membantuku dalam menyelesaikan
kuliah ini.
8. Kepada pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Tengah dan staffnya (Mas Imam
Baihaqi, Mas Wahyu, Mas Satrio, Mbak Hajar, Mbak Iin , Mbak Rosa)
yang telah mengantarkanku terjun di bidang entrepreneur dan telah
KATA PENGANTAR
Segala puji kita limpahkan kepada Ilahi Rabbi, Allah SWT atas nikmat
islam dan iman yang telah diberikan. Sholawat salam kita sanjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW, semoga kami termasuk hamba yang mendapatkan bagian
kebaikanmu dan kelak akan mendapatkan syafaatnya. Amin.
Sebuah kewajiban dan keharusan yang harus dilaksanakan untuk
melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (PAI), maka
dengan segala daya dan upaya penulis menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk
skripsi dengan judul “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran
2017/2018”
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih
yang setulus-tulusnya kepada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, bapak Dr. Rahmat
Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, bapak
Suwardi, M.Pd.
3. Ketua program studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. yang telah
5. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, yang dengan sengaja maupun tidak sengaja turut memperlancar
proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu
dengan kerendahan hati penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala kritik san saran dari
pembaca yang budiman. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi siapa saja yang
ingin mengambil manfaat darinya. Amin.
Salatiga, 27 Mei 2018
ABSTRAK
Umam, Muchamad Chairul. 2018. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Kata Kunci: problematika dan implementasi kurikulum 2013
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk 1) Mengetahui bagaimana implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang 2) Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang 3) Bagaimana solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Data-data dalam penelitian diproleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara mendeskripsikan data dari informan, mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian kemudian dianalisis oleh penulis, dan terakhir disimpulakan untuk menjawab tujuan penelitian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Fokus Penelitian ...5
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Peneletian ...6
E. Kajian Penelitian Terdahulu ...7
F. Sistematika Penulisan...9
1. Pengertian Guru PAI ...11
2. Tugas Guru ...13
B. Pendidikan Agama Islam ...17
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...17
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...18
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...19
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ...20
C. Kurikulum 2013 ...21
1. Pengertian Kurikulum 2013 ...21
2. Tujuan Kurikulum 2013 ...22
3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ...23
4. Implementasi Kurikulum 2013 ...27
5. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ...42
6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013 ...48
7. Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 ...50
8. Pengembangan Bahan Ajar dalam Implementasi K-13 ...53
9. Konsep Penilaian Kelas dan Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap ...63
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...81
B. Lokasi Penelitian ...81
E. Analisis Data ...84
F. Pengecekan Keabsahan Data...86
G. Tahap-tahap Penelitian ...86
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Umum MAN 2 Magelang ...88
1. Sejarah Berdirinya Madrasah ...88
2. Visi dan Misi Madrasah ...90
3. Keadaan MAN 2 Magelang ...92
4. Sarana dan Prasarana...94
5. Data guru, pegawai dan siswa ...95
B. Data Hasil Temuan ...106
1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...106
2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...111
3. Solusi problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 ...112
C. Analisis Data ...114
1. Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...114
2. Problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang ...117
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...131
B. Saran ...132
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013
Tabel 2.2 Cakupan Penilaian Sikap
Tabel 2.3 Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
Tabel 2.4 Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan
Tabel 2.5 Rentang Nilai Kompetensi sikap
Tabel 4.1 Jumlah siswa 8 tahun terakhir
Tabel 4.2 Rombongan belajar
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana
Tabel 4.4 Jumlah guru dan pegawai
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Data Responden
2. Lampiran 2 Hasil Wawancara
3. Lampiran 3 Dokumentasi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
4. Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
5. Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi
6. Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
7. Lampiran 7 Daftar Nilai SKK
8. Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang
telah dicapai. Konsep tersebut sama halnya dengan mesin pendidikan yang
digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap anak didik
ataukah tidak. Sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan
luar biasa yang disumbangkan di negeri kita, sehingga sangat wajar apabila
pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan
pemikiran anak-anak didik.
Pendidikan menjadi hal sangat fundamental bagi anak bangsa, dengan
pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap anak bangsa.
Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik
pula. Sistem dan pola pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang
baik.
Untuk mewujudkan pendidikan yang baik itu tidak lepas dari
kebijakan pemerintah, sehingga pemerintah mempunyai andil yang sangat
besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan di Indonesia.
Apalagi ditambah dengan cepatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
keamajuan zaman, sehingga sudah menjadi tuntutan bagi pemerintah untuk
dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaksudkan sebagai perbaikan dunia
pendidikan di Indonesia.
Perubahan yang mendasar yang dilakukan pemerintah yaitu berkaitan
dengan kurikulum, karena kurikulum akan dengan sendirinya menuntut
berbagai perubahan pada komponen-komponen lain, dengan adanya
perubahan kurikulum nantinya diharapkan akan membawa perubahan sistem
pendidikan yang ada. Sebelum adanya perubahan kurikulum di Indonesia
yakni Kurikulum 2013 (K-13), pendidikan di Indonesia salah satunya
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Alasan perubahan atau penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 (K-13) yang paling mendasar adalah
agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan
zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan
peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala ilmu
pengetahuan dan teknologi (Kurniasih dan Berlin, 2014: 31).
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa kurikulum KTSP adalah
kurikulum yang sangat memberatkan peserta didik, karena terlalu banyak
materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga mereka
menjadi terbebani dengan segudang materi yang segera harus dituntaskan dan
dikuasai. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, perubahan kurikulum
KTSP disebabkan karena kebutuhan dan tuntutan zaman yang selalu berubah
Terlepas dari silang pendapat di tengah masyarakat dan para ahli,
kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di
teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Sehingga dengan adanya
Kurikulum 2013 (K-13) diharapkan mampu menyempurnakan
kurikulum-kurikulum yang telah lalu.
K-13 merupakan kurikulum terbaru yang mulai dilaksanakan pada
tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah, maupun
sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Di dalam kurikulum 2013 lebih
ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang
menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter dalam
kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlaq mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi
kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan sekaligus berbasis karakter,
dengan pendekatan tematik dan konstektual diharapkan mampu secara
mandiri meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya, mengkaji dan
mengambil nilai-nilai karakter dan akhlaq mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
Namun, dalam setiap perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia
selalu terjadi pro dan kontra. Hal ini karena, dalam suatu perubahan sulit
budaya, serta semua tatanan dalam suatu lembaga sekolah. Di sisi lain para
guru juga mengeluh karena masih kesulitan dalam menerapkan kurikulum
2013. Survei menunujukan bahwa sebagian besar guru berpandangan belum
sepenuhnya memahami prinsip pembelajaran, prinsip penilaian dan
terkendala pada sumber belajar yang digunakan untuk penyusunan RPP
berdasarkan kurikulum 2013.
Dalam usaha untuk melaksanakan perubahan kurikulum, sudah barang
tentu sekolah membutuhkan guru yang profesional, karena guru menjadi
salah satu faktor penting dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013.
Setiap implementasi kurikulum, menuntut guru untuk menguasai isi bidang
studi, pemahaman karakteristik peserta didik, melakonkan pembelajaran yang
mendidik dan menyenangkan serta potensi pengembangan profesionalisme
dan kepribadian (Mulyasa, 2016: 5)
Menghadapi kenyataan diatas pemerintah dituntut untuk
melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan.
Diharapkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini para guru dapat
memerankan tugas dan fungsinya dengan baik dalam implementasi kurikulum
2013.
Akan tetapi tidak bisa di pungkiri walaupun pemerintah sudah
memberikan pelatihan yang maksimal, dengan pergantian kurikulum yang
baru ini secara langsung atau tidak langsung akan memberikan beban
kemampuan minimal. Bahkan guru-guru yang sudah usia senja juga akan
merasa kesulitan dalam mengoperasikan laptop yang menjadi kebutuhan
pokok dalam kurikulum 2013 ini, sehingga beberapa guru mengalami
kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013.
Dari masalah yang ada di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana
Problematika Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MAN 2
Magelang. Karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang tergolong masih awal dalam melaksanakan kurikulum 2013 ini. Dengan
demikian penulis akan memfokuskan penelitian ini dengan judul
“PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN AJARAN
2017/2018”.
B. Fokus Penelitian
Dari uraian yang telah penulis paparkan diatas, peneliti mengambil
fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?
2. Apa problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan Kurikulum
2013 (K-13) di MAN 2 Magelang?
3. Bagaimana solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap kegiatan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,
1. Untuk mengetahui Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2
Magelang.
2. Untuk mengetahui problem yang dihadapi guru PAI dalam melaksanakan
Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.
3. Untuk mengetahui solusi problematika yang dihadapi guru PAI dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13) di MAN 2 Magelang.
D. Manfaat Peneletian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pandangan guru agama terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI)
berdasarkan kurikulum 2013, sehingga memberikan wawasan pengetahuan
dan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih berupa
wawasan keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mampu memberikan tambahan
wacana dalam bidang pendidikan bagi kalangan akademisi teutama
untuk peningkatan mutu pendidikan.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi siapa yang akan mengadakan
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan problematika guru PAI
dalam implementasi kurikulum 2013.
2. Secara Praktis
dihadapi oleh guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN
2 Magelang Kab. Magelang sehingga memberikan motivasi kepada
para guru dalam meningkatkan keprofesionalan dalam pembelajaran.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan
pertimbangan bagi sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 melalui masalah-masalah yang muncul serta solusi yang tepat
dalam implementasi kurikulum 2013.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Setelah penulis mengadakan kajian pustaka terhadap beberapa skripsi
yang berhubungan dengan tema pada skripsi penulis, ternyata skripsi yang
terkait dengan problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013
belum ada yang meneliti. Namun ada beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Wulan Kusuma Dewi mahasiswa fakultas
tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang tahun 2009 yang
berjudul “Perspektif Guru Agama Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam (PAI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang”. Dari hasil penelitianya
menyimpulkan bahwa: tanggapan guru agama terhadap pelaksanaan
pendidikan agama Islam (PAI) berdasarkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yaitu semua guru agama di MAN 3 setuju dengan
kurikulum KTSP karena kurikulum KTSP ini lebih cocok dibandingkan
penulis lakukan ini karena penelitian ini lebih berfokus pada problem yang
diahadapi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013.
Skripsi Thoha Zamroni mahasiswa fakultas Tabiyah IAIN Salatiga
tahun 2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Proses
Pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan”. Dari hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada
proses pembelajaran PAI di SMP N 1 Wirosari sudah berjalan dengan baik
dan lancar sebab para guru telah mendapatkan pelatihan implementasi
kurikulum 2013, selain itu sarana dan prasana, sumber belajar sangat
memadai. (Zamroni, 2015: 10), skripsi Thoha Zamroni tidak jauh berbeda
dengan penelitian yang saya lakukan yaitu tentang implementasi kurikulum
2013, yang membedakannya adalah adanya pembahasan tentang
problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di penelitian ini.
Skripsi Siti Kholipah mahasiswa fakultas tarbiyah IAIN Salatiga tahun
2015 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran
pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB
magelang tahun pelajran 2014/2015”. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK di
SLB-C YPPALB Magelang tidak seluruhnya sesuai standar dalam kurikulum
2013 dan masih banyak hambatan misalnya peserta didik sulit diberikan
materi pelajaran, sarana dan prasarana belum mencukupi, guru yang belum
tentang problematika guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN
2 Magelang.
Dari beberapa kajian skripsi terdahulu di atas ada perbedaan dengan
skrispsi yang penulis susun, karena penulis disini lebih memfokuskan
penelitian pada problematika yang dihadapi guru agama dalam implementasi
kurikulum 2013.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini penulis susun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal ini terdiri dari: sampul, lembar berlogo judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto
dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table dan
lampiran-lampiran.
2. Bagian Inti
Pada bagian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian penelitian
terdahulu, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Kajian Pustaka, memuat pembahasan tentang pengertian
guru PAI, tugas guru, pengertian PAI, tujuan PAI, ruang lingkup PAI,
fungsi PAI, pengertian kurikulum 2013, tujuan kurikulum 2013, landasan
pengembangan kurikulum 2013, implementasi kurikulum 2013,
model-model pembelajaran kurikulum 2013, kelebihan dan kekurangan
dalam penerapan Kurikulum 2013, pengembangan bahan ajar dalam
implementasi kurikulum 2013, dan konsep penilaian kelas dan penilaian
pencapaian kompetensi sikap
Bab III Metode Penelitian, memuat tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV Paparan Data dan Analisis, memuat tentang gambaran
umum MAN 2 Magelang yang meliputi; sejarah singkat berdirinya MAN
2 Magelang, visi misi MAN 2 Magelang, keadaan MAN 2 Magelang,
sarana dan pra sarana, keadaan guru, pegawai dan siswa. Dalam bab ini
juga dipaparkan data yang meliputi implementasi kurikulum 2013 di MAN
2 Magelang, problema guru PAI terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam implementasi kurikulum 2013 di MAN 2 Magelang dan
solusi problematika guru PAI dalm implementasi kurikulum 2013.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian guru PAI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi guru adalah orang
yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar
(Depdikbud, 1989: 228).
Berbeda dengan J.E.C. Gericke dan T. Roorda, sebagaimana yang
di kutip oleh Sri Minarti dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang
berarti guru, misalnya teacher yang berarti guru atau pengajar, educator
yang berarti pendidik atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti guru
pribadi, guru yang mengajar di rumah, atau guru yang memberi les
(Minarti, 2013: 107-108).
Sedangkan menurut Cece Wijaya dkk, guru adalah orang yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar oleh karena itu guru
harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai,
guru harus mampu mempengaruhi para siswanya. Guru harus
berpandangan luas dan juga harus memiliki wibawa (Wijaya, 2002: 8).
Sementara menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah jalur
pendidikan formal (Supardi, 2014: 8).
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian
guru adalah seseorang yang tugasnya mendidik, membimbing dan
menyampaikan suatu ilmu serta memberi teladan yang baik kepada
murid-muridnya, sehingga mampu membawa siswanya kepada tujuan
yang ingin dicapai, guru harus mampu mempengaruhi para siswanya
baik melalui pendidikan formal ataupun nonformal.
Sedangkan pengertian pendidikan agama islam sendiri menurut
Muhaimin dkk adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional (Muhaimin dkk, 2008:75-76).
Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa guru PAI
adalah seseorang yang tugasnya mendidik, mengajar dan membimbing
anak didiknya dalam bidang agama islam sehingga anak didiknya
mampu mempraktikan ajaran islam dengan baik dan membentuk
generasi yang berakhlak mulia serta mampu mendatangkan keselamatan
di dunia dan di akhirat.
hidup dari barat seperti bias gender. Menurut Suwardi dkk (2017:
216-217) Islam seringkali dipandangan mengajarkan bias gender, dimana
laki-laki di posisikan lebih tinggi dibanding perempuan.
2. Tugas Guru
Para ahli-ahli pendidikan islam maupun barat telah sepakat bahwa
tugas guru adalah mendidik. Mendidik biasanya dilakukan dalam bentuk
mengajar, sebagian dalam memberikan motivasi, memuji, menghukum,
memberi contoh, membiasakan dan lain-lain. Dalam pendidikan di
lembaga sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan
mengajar.
Tugas pendidik selain menyampaikan materi dikelas, pendidik juga
harus mampu membentuk kepribadian anak didik, yang pada akhirnya
anak didik memiliki akhlak yang mulia, sehingga pendidik hendaknya
mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya dalam segala
keadaan. Karena semua yang ada pada guru akan di perhatikan dan ditiru
oleh para anak didiknya.
Dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 31 ayat 3 dan 4 dinyatakan bahwa setiap tenaga
kependidikan, termasuk di dalamnya guru agama berkewajiban untuk
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian,
meningkatkan kemampuan professional sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan
Sedangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Secara lebih rinci dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen pasal 20 di sebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya, seorang guru berkewajiban:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejakan dengan ikmu pengetahua,
teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondidi fisik tertentu atau latar
belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran.
d. Menjunjung tunggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU
Ahmad Tafsir menyimpulkan secara singkat bahwa tugas guru
mencakup tiga hal yaitu mendidik, mengajar dan melatih (Tafsir, 1994:
79). Untuk menjabarkan rumusan tersebut di atas, berikut ini merupakan
penjelasan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih
1) Guru sebagai pendidik
Mujtahid dalam salah satu tulisannya, mengutip pendapat
Muchtar Bukhori yang dimaksud dengan mendidik adalah proses
kegiatan untuk mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup pada diri seseorang.
2) Guru sebagai pembimbing
Seorang guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat
menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, dan dapat tumbuh
serta menjadi individu yang mandiri dan produktif. Tugas guru
sebagai pembimbing terletak pada kekuatan intensitas hubungan
interpersonal antara guru dengan peserta didik yang dibimbingnaya.
Guru juga dituntut agar mampu mengidentifikasi peserta didik yang
diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa dan
membantu memcahkannya.
3) Guru sebagai pelatih
Guru juga harus bertindak sebagai pelatih, karena pendidikan dan
pengajaran memerlukan bantuan latihan keterampilan baik
intelektual, sikap maupun motorik. Agar dapat berpikir kritis,
mengelami banyak latihan yang teratur dan konsisten. Kegiatan
mendidik atau mengajar juga tentu membutuhkan latihanuntul
memperdalam pemahaman dan penerapan teori yang disampaikan
(Mujtahid, 2011: 33).
Seorang guru dalam pandangan islam memliki kedudukan yang
sangat mulia. Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas
mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Mujadalah/58:11.
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadilah/58: 11)
Dalam pandangan Al-Ghazali yang diikuti oleh Muhammad
Muntalibun Nafis, seorang guru mempunyai tugas utama yaitu
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan
hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hal ini
karena pada dasarnya tujuan utama pendidikan islam adalah
mendekatkan diri kepada Allah swt., kemudian realisasinya pada
keberhasilan aktualisasi perpaduan antara iman, ilmu dan amal saleh
dari peserta didiknya setelah mengalami sebuah proses pendidikan.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Ditbinpanisun sebagaimana yang dikutip Zakiah Daradjat
dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
Agama Islam yaitu suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa
yang terkandung di dalam islam secara keseluruhan, menghayati makna
dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya
serta menjadikan ajaran-ajaran agama islam yang telah dianutnya itu
sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan
dunia akhirat (Zakiah daradjat dkk, 1996: 88).
Begitu juga Sahilun A. mendefnisikan bahwa:
“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang sistematis dan
pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang di integral dalam dirinya. Yakni, ajaran islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental (Syafaat dkk, 2008:15-16).
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
agama islam adalah usaha sadar dalam rangka mengenalkan peserta didik
mampu mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari dan
sebagai pedoman untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan yaitu sasaran yang ingin di capai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini adalah
sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan islam (Uhbiyati,
1998:11).
Menurut Abdul Fattah tujuan pendidikan agama islam secara
umum adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Tujuan umum
ini akan membawa kepada tujuan khusus yang lain. Jadi menurut islam,
tujuan pendidikan agama islam adalah menjadikan manusia menyembah
dan menghambakan diri kepada Allah ialah beribadah kepada Allah
(Tafsir, 1994: 46).
Sedangkan Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan
pendidikan agama islam dibagi menjadi dua yaitu tujuan sementara dan
tujuan akhir (Uhbiyati, 1998: 30)
1. Tujuan sementara
Tujuan sementara yaitu sasaran sementara yang harus dicapai
oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan agama islam. Tujuan
pendidikan disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti
kecakapan jasmani, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan
2. Tujuan Akhir
Tujuan akhir pada pendidikan islam adalah terbentuknya kepribadian
muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian
yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan
ajaran islam.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
a. Al-Quran Hadits, yang menekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan menterjemahkan serta menampilkan dan mengamalkan
isi kandungan Alquran hadits dengan baik dan benar.
b. Akidah, yang menenkankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan, menghayati, serta meneladani dan
mengamalkan sifat-sifat Allah dan nilai-nilai keimanan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Akhlak dan Budi Pekerti, yang menekankan pada pengamalan sikap
terpuji dan menghindari akhlak tercela.
d. Fiqih, yang menekankan pada kemampuan untuk memahami,
meneladani dan mengmalkan ibadah dan muamalah yang baik dan
benar
e. Sejarah Peradaban Islam, yang menekankan pada kemampuan
mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah
(islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama
Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkan menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukanoleh
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh
kembangkankan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,
pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman
dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri
dan bagi orang lain (Majid dan Andayani, 2004: 136).
C. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang muncul sebagai respon
terhadap keprihatinan dalam dunia pendidikan yang masih jauh dari
tujuan pendidikan nasional, misalnya kemerosotan moral peserta, yang
ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan mahasiswa, kecurangan
dalam ujian, seperti nyontek yang telah membudaya di kalangan pelajar
dan mahasiswa.
Dengan demikian maka tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan
insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi serta lebih di tekankan
pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan
menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya, sehingga nantinya mampu
Kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter
dengan pendekatan tematik dan kontekstual ini diaharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari (Mulyasa, 2014: 7).
Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholder), termasuk
komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri.
Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana
pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas
hubungan, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan
diri peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasrana, pembiayaan, serta
etos kerja seluruh warga lingkungan sekolah/madrasah
2. Tujuan Kurikulum 2013
a. Menyiapkan soft skill dan hard skill dalam dunia pendidikan melalui
kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka
menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif,
kreatif, inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara
Indonesia.
menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran.
d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga
masyarakat secara seimbang dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat
satuan pendidikan.
e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan
keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan
kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi
daerah (Fadlillah, 2014: 25).
3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Menurut Abdul Madjid dan Chaerul Rochman (2014: 10) Landasan
pengembangan kurikulum mencakup 4 landasan yaitu:
a. Landasan Yuridis
Landasan yurudis kurikulum adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005 tentang Standard Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standard
Kompetensi Lulusan Dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standard Isi. Lebih lanjut,
pengembangan kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana
pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Intruksi Presiden
Republik Indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter,
pembelajaran aktif, dan pendidikan kewirausahaan.
b. Landasan Filosofis
Kurikulum adalah untuk membangum kehidupan bangsa masa
kini dan masa yang akan datang, yang dikembangkan dari warisan
nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan dan
dikembangkan untuk kehidupan masa depan, ketiga dimensi
kehidupan bangsa (masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang) menjadi landasan filosfofis pengembangan kurikulum.
Pada pengembangan kurikulum 2013, Pancasila sebagai falsafah
bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang
akan dicapai dalam kurikulum. Berdasarkan Pancasila, kurikulum
yang dikembangkan atas dasar filosofi adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar dari budaya setempat dan memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat
dan nasional menjadi budaya yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Kurikulum dikembangakan berdasarkan filosofis
eksperimentalisme yang mengatakan bahwa proses pendidikan
3) Filosofis rekontruksi sosial yang memberikan bagi
pengembangan kurikulum untuk menempatkan peserta didik
sebagai subjek yang peduli pada lingkungan sosial, alam, dan
lingkungna budaya.
4) Filosofis esensialis dan perenialisme yang menempatkan
kemampuan intlektual dan berpikir rasional sebagai aspek penting
yang harus menjadi kepedulian kurikulum untuk dikembangkan.
5) Filosofis eksistensialis dan romantic naturalism, yaitu aliran
filosofi yang memandang proses pendidikan adalah untuk
nmengembangkan rasa kemanusiaan yang tinggi, kemampuan
berinteraksi dengan sesama dalam mengangkat harkat
kemanusiaan dan kebebasan berinteraksi dan berkreasi.
c. Landasan Empiris
Menurut hasil riset PISA (Progam For International Student
Assessment), studi yang memfokuskan literasi bacaan, matematika
dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10
besar terbawah dari 65 negara. Hasil riset TIMSS (Trends
International Mathematicsand Science Study) menunjukan siswa
Indonesia berada rangking amat rendah dalam kemampuan (1)
memahmai informasi yang kompleks; (2) teori, analisis dan
pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemechan
masalah; (4) melakukan investigasi. Hasil ini menunjukkan perlunya
dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang
diperlukan warga negara untuk berperan serta dalam membangun
negara pada abad 21.
d. Landasan teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “Pendidikan
Berdasarkan Standard” (Standard-Based Education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi . pendidikan berdasarkan standard
adalah pendidikan yang menetapkan standard naisional sebagai
kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan.
Standard bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta
didik mampu mencapai kualitas standard nasional atau diatasnya.
Standard kualitas nasional dinyatakan sebagai standard kompetensi
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Standard komptensi lulusan dikembangkan menjadi standard
komptensi lulusan satuan pendidikan yaitu SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK.
4. Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan hampir di seluruh jenjang
pendidikan membutuhkan guru yang professional dalam menyukseskan
implementasinya, sehingga guru menjadi garda terdepan dan ujung
tombak dalam implementasi dan pembelajaran yang berhadapan
Berikut merupakan hal-hal yang perlu di perhatikan guru dalam
mengimplementasikam kurikulum 2013:
a. Merancang pembelajaran efektif dan bermakna
Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan
hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk merancang
pembelajaran efektif dan menyenangkan, mengorganisasikan
pembelajaran, memilih pendekekatan pembelajaran yang tepat.
Menurut Mulyasa, (2014: 100-103) untuk membentuk
pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan bermakna yang sesuai
dengan tema kurikulum 2013 dapat dirancang oleh setiap guru,
dengan prosedur sebagai berikut:
1) Pemanasan dan apersepsi
Dalam pembelajaran pemanasan dan apersepsi perlu
dipraktekan oleh guru untuk menjajaki pengetahuan peserta didik,
memotivasi peserta didik dan memancing peserta didik agar
tertarik untuk belajar. Pemanasan dan apersepsi ini dapat
dilakukan dengan prosedur sebagia berikut:
a) Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan
dipahami peserta didik.
b) Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan
c) Peserta didik digerakkan agar tertarik dan bernafsu untuk
mengetahui hal-hal yang baru.
2) Eksplorasi
Eksplorasi yaitu mengaitkan pengetahuan yang sudah
dimiliki peserta didik dengan bahan ajar yang akan guru
sampaikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
a) Perkenalkan materi standard dan kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh peserta didik.
b) Kaitkan materi standard dan kompetensi dasar yang baru
dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh
peserta didik.
c) Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara
bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik
terhadap materi standardd dan kompetensi baru.
3) Konsolidasi pembelajaran
Konsolidasi merupakan upaya mengaktifkan peserta didik
dalam membentuk kompetensi dan karakter, serta
menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan
b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan
masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah
aktual.
c) Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan
antara materi standard dan kompetensi baru dengan berbagai
aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat.
d) Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standard
dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.
4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter
Ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian
kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya dalam kehiduoan
sehari-hari.
b) Praktekan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik
dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter baru dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.
c) Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan
sikap, kompetensi dan karakter peserta didik secara nyata.
Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan, yang
pelaksanaanya dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran
peserta didik.
b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis
kelemahan atau kekurangan peserta didik dalam
masalah-masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan
kompetensi peserta didik.
c) Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
b. Mengorganisasikan Pembelajaran
Dalam buku yang berjudul pengembangan dan implemantasi
kurikulum 2013, Mulyasa berpendapat bahwa Implementasi
Kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan
pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam
implementasi 2013 yaitu:
1) Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 yang
berbasis karakter hendaknya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada
Sehubungan dengan itu, implementasi kurikulum 2013
dalam pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter yang
dilakukan dengan pendekatan tematik integratif harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan
masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
b) Mengidentifikasi kompetensi dan karakter sesuai dengan
kebutuhan dan masalah yang dirasakan peserta didik.
c) Mengembangkan indikator setiap kompetensi dan karakter
agar relevan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
d) Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja yang jelas
serta menjalin kerjasama di antara para fasilitator dan tenaga
kependidikan lain dalam pembentukan kompetensi peserta
didik.
e) Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai dengan tugas dan fungsinya.
f) Melengkapi sarana dan prasarana belajar yang memadai,
seperti perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar,
perlengkapan teknis, dan perlengkapan admisnistrasi, serta
ruang pembelajaran yang memadai.
g) Menilai progam pembelajaran secara berkala dan
ketercapaian kompetensi yang dikembangkan. Di samping itu,
penilaian juga penting untuk melihat apakah pembelajaran
berbasis kompetensi yang dikembangkan sudah dapat
mengembangkan potensi peserta didik atau belum.
2) Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Ahli
Dalam implementasi kurikulum 2013 diperlukan pengadaan
dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi,
kompetensi, dan keterampilan yang berkaitan dengan
pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat
penting dilaksanakan oleh masing-masing tenaga kependidikan.
Oleh karena, sangat diharapkan adanya tenaga ahli, agar
setiap personil memililki pemahaman dan kompetensi yang
menunjang terlaksananya pembelajaran tematik integratif dalam
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
3) Pendayagunaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Dalam rangka mensukseskan implementasi kurikulum,
perlu didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara
optimal. Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitator dituntut
untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan
unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang upaya
dan jalinan hubungan tersebut antara lain dapat dilakukan di
masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
4) Pengembangan Kebijakan Sekolah
Implementasi kurikulum perlu didukung oleh
kebijakan-kebijakan kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan
dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam
implementasi pembelajaran berbasis kompetensi. Ada beberapa
kebijakan yang relevan diambil kepala sekolah dalam membantu
kelancaran pembelajaran berbasis kompetensi, yaitu:
a) Memprogamkan perubahan kurikulum sebagai bagian
integral dari program sekolah secara keseluruhan.
b) Menganggarkan biaya operasional pembelajaran berbasis
kompetensi dan karakter sebagai bagian dari anggaran
sekolah.
c) Meningkatkan mutu dan kualaitas guru, serta fasilitator
agar dapat bekerja secara professional (meningkatkan
profesionalisme guru).
d) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk
kepentingan belajar, dan pemebentukan kompetensi dasar.
e) Menjalin kerjasama yang baik dengan unsur-nsur terkait
secara resmi dalam kaitanya dengan pembelajaran berbasis
kompetensi, seperti dunia usaha, pesantren, dan
c. Memilih dan Menentukan Pendekatan Pembelajaran
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.
Pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran
partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas
(matery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (contructivism
teaching and learning) (Mulyasa, 2014: 109).
1) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning)
Pendekatan pembelajaran kontekstual sering disingkat
CTL, pendekatan pembelajaran ini merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,
sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. CTL
memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan ,
karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta
didik dapat mempraktekan secara langsung apa yang
dipelajarinya.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran konstektual
(eksternal). Sehubungan dengan itu, sedikitnya ada lima elemen
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai
berikut:
a) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah
dimiliki peserta didik.
b) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju
bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).
c) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan
cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk
memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain dan
merevisi dan mengembangkan konsep.
d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikan secara
langsung apa-apa yang dipelajari.
e) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan
pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
2) Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu alternatif untuk
memecahkan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar
manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Menurut para ahli yang sudah melakukan penelitian dan percobaan
menunjukan hasil bahwa bermain peran merupakan salah satu
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan kefektifan
bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni kualitas
pemeranan, analisis dalam diskusi, dan pandangan peserta didik
terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi
kehidupan nyata.
Tahap pembelajaran bermain peran sebagai berikut:
a) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik
Tahap pertama ini guru mengemukakan masalah yang dapat
diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan
masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk
mengetahui bagaimana masalah itu sebaiknya dipecahkan.
Masalah yang dipilih sebaiknya masalah yang masih hangat
dan aktual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik,
menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta
memungkinkan berbagai alternatif pemecahan.
b) Memilih peran dalam pembelajaran
Pada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan
berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,
bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka
kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara
c) Menyusun tahap-tahap peran
Pada tahap ini pemeran menyusun gari-garis besar adegan
yang yang akan dimainkan. Tidak ada dialog khusus karena
para peserta didik dituntut untuk berbicara secara spontan.
Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan, misalnya di mana
pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan
sebagainya.
d) Menyiapkan pengamat
Sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan
terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta
didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan
akan aktif mendiskusikannya.
e) Tahap pemeranan
Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara
spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha
memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.
Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah
merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah
dilakukan. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain
peran dihentikan. Sebaiknya pemeranan dihentikan pada saat
terjadi pertentangan agar memancing permasalahan untuk
f) Diskusi dan evaluasi pembelajaran
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat
telah terlibat bermain peran, baik secara emosional maupun
secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan,
para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
Diskusi mungkin dimulai dengan tafsiran mengenai baik
tidaknya peran yang yang dimainkan selanjutnya mengarah
pada analisis terhadap peran yang telah ditampilkan, apakah
cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Di sini diskusi diarahkan pada pengajuan alternatif pemeranan
yang ditampilkan kembali. Dalam kaitan ini guru harus
mengarahkan diskusi yang dilakukan para peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
g) Pemeranan ulang
Pemerananan ulang dapat dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi dan diskusi mengenai alternatif-alternatif
pemeranan.mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut,
demikian halnya dengan para pelakunya. Perubahan ini
memungkinkan adanya perkembangan baru dalam
memecahkan masalah.
h) Diskusi dan evaluasi tahap dua
ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin lebih
jelas. Para peserta didik menyetujui cara tertentu untuk
memecahkan masalah, meskipun dimungkinkan adanya peserta
didik yang belum meneyetujuinya. Kesepakatan bulat tidak
perlu dicapai karena tidak ada cara yang pasti dalam
mengahadapi masalah kehidupan.
i) Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan
Tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara
langsung karena tujuan utama bermain peran adalah membantu
peserta didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
berharga dalam hidupnya melalui interaksional dengan
teman-temannya.
Keberhasilan bermain peran bergantung pada kemampuan
dalam mengungkapkan pengalaman pribadi peserta didik.
Disamping terdapat aneka ragam pengalaman, dalam hal
tertentu dimungkinkan ada kesamaan pengalaman diantara
peserta didik. Berdasarkan kesamaan pengalaman ini ditarik
suatu generalisasi.
Melalui bermain peran para peserta didik dapat berlatih
untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kelas dapat
diibaratkan sebagai suatu kehidupan sosial tempat para peserta
didik belajar mengemukakan pendapat dan menghargai
3) Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat
semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh
hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar
semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal,
pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan
akan tercermin dari setrategi pembelajaran yang dilaksanakan,
terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,
melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap
peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun setrategi belajar tuntas dapat dibedakan dari
pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut:
a) Pelaksanan tes secara teratur untuk memperoleh balikan
terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk
mendiagnosis kemajuan (diagnostic progress test).
b) Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran
berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan
pelajaran sebelumnya sesuai patokan yang ditetapkan.
c) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik
yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui
pengajaran korektif, yang menurut Morrison merupakan
kebiasaan belajar peserta didik sesuai waktu yang
diperlukan masing-masing.
Strategi belajar mencakup tiga tahapan, yaitu
mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur
operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan
dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk
menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi:
a) Corrective Technique. Semacam pengajaran remidial yang
dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan
yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan
metode yang berbeda dari sebelumnya.
b) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang
membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
4) Pembelajaran Partisipatif
Menurut Mulyasa (2014: 124), ia mendefinisikan
pembelajaran partisipatif sebagai berikut.
“Pembelajaran partisiptif sering diartikan sebagai keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Indikator pembelajaran partisipatif antara lain dapat dilihat dari: keterlibatan emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, dan dalam pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.”