• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN DI APOTEK SETELAH BERLAKUNYA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN DI APOTEK SETELAH BERLAKUNYA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK - Unika Repository"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

vi PRAKATA

Puji syukur kepada Allah, atas berkat dan rahmat NYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang dibuat untuk memenuhi salah

satu persyaratan dalam meyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar

Magister Hukum Kesehatan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Unika

Soegijapranata Semarang. Penelitian berjudul “Pengawasan Terhadap

Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Di Apotek Setelah Berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek ( Studi Kasus Di Kota Semarang)” diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Pekerjaan kefarmasian merupakan salah satu upaya pelayanan

kesehatan di bidang kefarmasian.Pekerjaan kefarmasian dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan bidang kefarmasian yaitu Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian (TTK).Untuk memastikan pekerjaan kefarmasian di Apotek

berjalan semestinya maka pemerintah mengeluarkan ketentuan

perundangan untuk mengatur pengawasan pelaksanaan pekerjaan

kefarmasian. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan kefarmasian diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek yang

menyatakan bahwa pengawasan terhadap peraturan menteri ini

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi, Kepala Badan

POM, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang menerbitkan izin.

Sampai saat ini pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan kefarmasian

(6)

vii Penyusunan tesis ini dapat terselesaikan karena bantuan

dandukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih pada pihak-pihak yang telahmembantu,

yaitu:

1. Prof. Dr. Frederik Ridwan Sanjaya, SE.,S.Kom.,M.S.,IEC., selaku Rektor

Unika Soegijapranata Semarang

2. Prof. Dr-Ing L.M.F Purwanto, selaku Dekan Falkutas Pascasarjana Unika

Soegijapranata Semarang

3. Dr. Endang Wahyati Y., S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi Magister

Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata Semarang dan Pembimbing

Utama yang telah menyisihkan sebagian waktu, tenaga dan ilmunya

yang berharga untuk memberikan arahan, saran, dorongan

danbimbingan dengan sabar hingga terselesaikannya tesis ini.

4. Drs. Agus Prabowo, M.Sc., Apt., Pembimbing Pendamping yang telah

menyisihkan sebagian waktu, tenaga dan ilmunya yang berharga untuk

memberikan arahan, saran, dorongan dan bimbingan dengan sabar

hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Venatius Hadiyono, S.H., M.Hum, selaku penguji yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan arahan, saran dan

masukan yang sangat membangun dalam memperbaiki tesis ini.

6 Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Program Studi Magister Hukum

Kesehatan Unika Soegijapranata Semarang yang telah memberikan bekal

(7)

viii Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari bahwa dengan

keterbatasan yang dimiliki penulis, penyusunan tesis ini masih

memilikibanyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis

ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Semarang, Maret 2018

(8)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN………. v

PRAKATA…………... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 12

C. Tujuan penelitian ... 12

D. Manfaat penelitian ... 13

E. Kerangka pemikiran ... 14

1. Kerangka konsep ... 15

2. Kerangka teori ... 16

F. Metode penelitian ... 19

(9)

x

2. Spesifikasi penelitian ... 20

3. Jenis data ... 20

4. Metode pengumpulan data ... 23

5. Metode sampling ... 24

6. Metode penyajian data ... 27

7. Metode analisisa data ... 27

G. Sistematika Penyajian tesis ... 28

H. Jadwal Penelitian ... 29

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 30

A. Pelayanan Kesehatan ... 30

1. Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 30

2. Upaya Pelayanan Kesehatan ... 31

B. Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 34

1. Pengertian Fasilitas Kesehatan... 34

2. Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan... 34

C. Apotek ………... 36

D. Pekerjaan Kefarmasian di Apotek... 38

1. Pengertian Pekerjaan Kefarmasian... ... 38

2. Tenaga Kefarmasian………... 38

3. Pelayanan Kefarmasian……… 40

4. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek……….. 40

E. Pengawasan………... 43

(10)

xi

2. Maksud dan Tujuan Pengawasan………..…. 44

3. Macam-Macam Pengawasan ……… 46

4. Fungsi Pengawasan ……… 48

5. Unsur-Unsur Pengawasan ………. 49

6. Pengawasan oleh Menteri ………. 49

7. Tugas dan Kewajiban Tenaga Pengawas ……….. 50

8. Tindak Lanjut Pengawasan ……… 51

F. Instrumen Pemerintahan ……… 52

1. Pengertian ……….... 52

2. Macam-Macam Instrumen Pemerintahan ………... 53

G. Perlindungan Hukum, Penegakan Hukum, dan Sanksi ………. 54

1. Perlindungan Hukum ……… 54

2. Penegakan Hukum ……… 57

3. Sanksi ……….. 58

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 60

A. Hasil Penelitian ………. 60

1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……… 60

a. Fasilitas Kesehatan di Kota Semarang ……….. 60

b. Apotek di Kota Semarang ………. 62

2. Hasil Wawancara Dengan Narasumber ………. 63

a. Dinas Kesehatan Kota Semarang ……… 63

(11)

xii

c. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.. 77

d. Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Cabang Kota Semarang.. 81

3. Hasil Wawancara Dengan Responden ……… 87

a. Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek di Kota

Semarang ………... 87

B. Pembahasan ………... 96

1. Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek di

Kota Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Apotek………. 96

a. Dasar Hukum Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan

Kefarmasian di Apotek di Kota Semarang setelah berlakunya

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Apotek………... 97

b. Bentuk Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian di

Apotek di Kota Semarang setelah berlakunya Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Apotek………. 106

c. Tujuan dari Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan

Kefarmasian di Apotek di Kota Semarang setelah berlakunya

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang

(12)

xiii 2. Pelaksanaan Pengawasan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek di

Kota Semarang ……….………... 130

a. Lembaga yang terkait pengawasan……….. 130

b. Jenis, Bentuk, dan Obyek Pengawasan ………. 131

c. Mekanisme Pengawasan ……… 136

d. Ruang Lingkup Pengawasan ………. .. 143

e. Tindak Lanjut Pengawasan ……… 147

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengawasan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek Kota Semarang……… 154

a. Faktor Teknis ……… 155

b. Faktor Sosial ………. 156

c. Faktor Yuridis ……… 157

BAB IV. PENUTUP ... 159

A. SIMPULAN ... 159

B. SARAN ... 162

BAGIAN AKHIR ... 163

A. Daftar pustaka ... 163

(13)

xiv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penentuan Jumlah Sampel Berdasarkan Jumlah

Kecamatan di Kota Semarang... 26

Tabel 2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Semarang… 61

Tabel 3. Jumlah Apotek di Kota Semarang………... 63

Tabel 4.Faktor-Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

pengawasan ……... 87

Tabel 5. Lama Operasional dan Lama Pelayanan Apotek.. 88

Tabel 6.Banyaknya Tenaga Kefarmasian yang berpraktek. 89

Tabel 7. Jumlah TTK di Apotek di Kota Semarang………… 90

Tabel 8. Papan nama Apoteker di Apotek……….. 92

Tabel 9. Pengawasan di Apotek di Kota Semarang………... 93

(14)

xv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik Perbandingan Jumlah TTK dengan TTK yang

mempunyai SIKTTK di Apotek di Kota

Semarang……… 91

Gambar 2. Diagram Papan nama Apoteker di Apotek di Kota

Semarang………. …….. 92

Gambar 3. Perbandingan Jumlah Apotek yang sudah dilakukan

pengawasan dan Apotek yang belum dilakukan

pengawasan………... 93

Gambar 4. Pengelolaan (Pengadaan) di Apotek di Kota

(15)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota

Semarang……… 171

Lampiran 2. Surat Ijin Peneltian Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Semarang ………. 172

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan di Semarang………. 173

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus

Cabang Kota Semarang……… 174

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kota Semarang……….. 175

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian di Apotek di Kota Semarang……… 176

Lampiran 7.Surat Ijin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan Kota

Semarang……… 177

Lampiran 8.Jawaban Ijin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan Kota

Semarang... 178

Lampiran 9.Jawaban Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota

Semarang... 179

Lampiran 10.Jawaban Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kota Semarang……….. 180

Lampiran 11.Jawaban Ijin Peneltian Dinas Penanaman Modal dan

(16)

xvii Lampiran 12.Jawaban Ijin Penelitian Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan di Semarang………. 183

Lampiran 13.Jawaban Ijin Penelitian Ikatan Apoteker Indonesia

Pengurus Cabang Kota Semarang……… 184

Lampiran 14.Format Lembar Persetujuan Narasumber ... 185

Lampiran 15. Format Lembar Persetujuan Responden………. 186

Lampiran 16. Daftar Pertanyaan Narasumber Dinas Kesehatan Kota

Semarang………... 187

Lampiran 17. Daftar Pertanyaan Narasumber Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Semarang……….. 189

Lampiran 18. Daftar Pertanyaan Narasumber Balai Besar Pengawas

Obat dan Makanan di Semarang……….191

Lampiran 19.Daftar Pertanyaan Narasumber Ikatan Apoteker

Indonesia Pengurus Cabang Kota Semarang………… 193

Lampiran 20. Daftar Pertanyaan Responden Apoteker atau TTK di

Apotek di Kota Semarang……….. 196

(17)

xviii ABSTRAK

Apotek merupakan salah satu fasilitas kesehatan, tempat

dilakukannya pekerjaan kefarmasian oleh tenaga kefarmasian yaitu apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (TTK). Dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian diperlukan pengawasan agar pekerjaan kefarmasian dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh lembaga terkait sesuai amanat Undang-Undang. Peneliti ingin mengetahui apakah pengawasan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuankarena saat ini masih ditemukan Apotek yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian belum sesuai dengan ketentuan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Penelitian bersifat deskriptif analitis dilakukan dengan mengambil sampel berjumlah 16 Apotek yang tersebar dalam 16 kecamatan

di Kota Semarang. Metode sampling yang digunakan yaitu purposive

sampling. Penelitian menggunakan studi lapangan dan studi kepustakaan. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif menggunakan peraturan perundang-undangan.

Pengaturan tentang pekerjaan kefarmasian di Apotek didasarkan pada UUD 1945, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Tenaga Kesehatan, Undang-Undang Narkotika, dan Undang-Undang Psikotropika. Bentuk Pengaturan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Kefarmasian di Apotek, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Apotek,

Peraturan Walikota Semarang Tentang Dinas Kesehatan, Peraturan

Walikota Semarang Tentang DPMPTSP Kota Semarang. Pengawasan pekerjaan kefarmasian di Apotek di Kota Semarang telah dilaksanakan oleh lembaga yang berwenang yaitu Dinas kesehatan Kota Semarang, DPMPTSP Kota Semarang, BBPOM di Semarang serta IAI PC Kota Semarang. Hasilnya masih banyak Apotek yang belum memenuhi ketentuan dan ini ditindak lanjuti dengan memberikan sanksi bagi Apotek yang melanggar.Hal inidipengaruhi faktor teknis yaitu SDM yang terbatas, sumber dana yang terbatas, kualifikasi tenaga pengawas yang lebih rendah. Faktor sosial yaitu kurangnya koordinasi antar pengawas dan tenaga kefarmasian yang bersifat

kooperatif.Faktor yuridis yaitu lahirnya Permenkes tentang Apotek

memberikan amanat untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku dan belum terdapat peraturan operasional terkait pengawasan di tingkat Kota.

(18)

xix ABSTRACT

Pharmacy was one of the health facilities in which pharmaceutical work was conducted by pharmaceutical manpower, namely pharmacists and pharmaceutical technical personnels. In accomplishing the pharmaceutical work supervision was required in order to ensure that the work was carried out in accordance with the provisions. The supervision was carried out by relevant institutions as mandatedby the prevailing Act. This study aimed to know whether the supervision had been properly carried out in accordance with the provisions as there were some pharmacies did not perform pharmaceutical work in accordance with the existing provisions.

This study used qualitative method applying socio-legal approach and analytical descriptive specification. The sampels taken were 16 pharmaciesof 16 sub-districts in Semarang City. The sampling technique was purposive sampling. The study was conducted through field and literature studies. The gathered data were then qualitatively analyzed by using legislations.

Provisions of pharmaceutical work at pharmacies were based on the 1945 Constitution, the Act on Health, the Act on Health Manpower, the Narcotics Act, and the Act on Psychotropics. The provision forms were set in Government’s Regulation on Pharmaceutical Work, Minister of Health’s Regulation on Pharmaceutical Standards of Pharmacies, Minister of Health’s Regulation on Pharmacies, Semarang Mayor’s Regulation the Health Office, Semarang Mayor’s Regulation on DPMPTSP of Semarang City. The supervision of pharmaceutical work at pharmacies of Semarang City had been conducted by the authorized institutions, namely Health Office of Semarang City, DPMPTSP of Semarang City, Semarang’s BBPOM and IAI Office of Semarang Branch. The results of the study showed that there were a lot of pharmacies that had not met the provisions. Such pharmacies were then subjected to sanctions by the authorized institutions. The violation against the provisions happened because of some technical factors such as limited pharmaceutical manpower, limited funding sources, low qualified supervisory. Besides, there were some social factorsinfluencing, namely lack of coordination between the supervisors and the pharmaceutical manpower. The issuance of the Minister of Health’s Regulation on Pharmacy had legally provideda mandate to perform pharmaceutical work in accordance with the prevailing legislation. At the municipality level therewas no any operational regulation of supervision yet.

Gambar

Gambar  1. Grafik Perbandingan Jumlah TTK dengan TTK yang

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan hasil test glukosa tolerans sebagai screening diabetes melitus di wilayah Puskesmas Kembaran I dengan hasil p value

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sistem akuntansi penjualan kredit pada Perusahaan Pertenunan Santa Maria belum baik, terlihat dari dari adanya perangkapan tugas

PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS YANG BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN KEBERHASILAN TERAPI DI BP SENTRA MEDIKA

dengan materi ajar, serta pada pengembangan kemampuan dalam menyusun argumentasi yang mengaitkan kondisi dari faktor-faktor penyebab itu agar suatu akibat tertentu

kebidanan komperehensif pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru.

Dari perangkat-perangkat tersebut tentunya dihubungkan dengan kabel yang ditarik dari pusatnya yang terletak di suatu ruang di kantor, untuk setiap handset telpon

Untuk melihat kemampuan sesungguhnya dari Bandar Udara dalam menghadapi keadaan darurat maka sesuai dengan ketentuan ICAO dalam Peraturan Direktur Jenderal

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar