• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUATAN KEISLAMAN PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS (Perspektif Tujuan Institusional MI) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Kewajiban dan syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdl)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MUATAN KEISLAMAN PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS (Perspektif Tujuan Institusional MI) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Kewajiban dan syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdl)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

MUATAN KEISLAMAN

PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS

(Perspektif Tujuan Institusional MI)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Kewajiban dan syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdl)

DISUSUN OLEH

NAMA

: WIJISUWARNO

NIM

: 114 02 032

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

NOTA PEMBIMBING Lamp : 3(tiga)expl.

Hal : Naskah Skripsi Sdr. Wiji suwarno

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga Di

Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Wiji Suwarno NIM : 114 02 032

Judul : Muatan Keislaman Dalam Mata Pelajaran IPA dan IPS (Perspektif Tujuan Institusional MI)

Selanjutnya kami mohon agar skripsi mahasiswa tersebut di atas untuk dapat dimunaqasahkan.

Demikian harap menjadi periksa.

W assalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 18 Agustus 2004 Pem nmbing

n f

- IjL mi a a

2 M ' /

(3)

/

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

JC Stadion Wo. 03 teCp. (0298) 323706 <Fa$s. (0298)323433

W'e6siU: w w w .stainsalatipa.acid<E-nuriti administrasi@ stainsaiatiga.acnd

PENGESAHAN

Skripsi saudara Wiji Suwarno dengan Nomor Induk Mahasiswa 114 02 032 yang berjudul: MUATAN KEISLAMAN PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS (PERSPEKTIF TUJUAN INSTITUSIONAL MI), Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Salatiga, 26 Pebruari 2005 17 Muharam 1426 H

(4)

dikehendakinya dan barang siapa yang diberik hikmah

,

sungguh telah diberi kebajikan yang banyak

.

Dan tidak

ada orang yang dapat mengambil pelajaran kecuali

orang yang berakal. (QS:Al-Baqarah:269)"

ILMU ADALAH PELITA, MAKA CARILAH ILMU AGAR

HIDUP SENANTIASA DALAM KEADAAN TERANG

(5)

PERSEMBAHAN

1.

Kepada Istri “Ifonilla Yenanti” dan anak “Avesina RiPan

Maula” tercinta, terima

kasih

atas dukungan

yang

diberikan.

2.

Kepada Bapak/ Ibu yang telah mendidik dan menunjukkan

jalan yang terbaik.

3.

Kepada seluruh dosen dan pegawai STAIN Salatiga,

khususnya staf perpustakaan yang telah membantu, baik

moril maupun spirituil

4.

Kepada

rekan

rekan

semua

yang

telah

membantu

teselesainya penusunan skripsi ini.

(6)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji

bagi Allah seru seluruh alam, sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, Amiin.

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sekaligus penulis sampaikan rasa terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulisan ini,di antaranya kepada:

1. Bapak. Badwan,M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Drs. Kastolani, M.Ag selaku ketua Prodi

3. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku pembimbing

4. Seluruh staf perpustakaan STAIN Salatiga yang telah memberikan dukungan

baik fisik maupun non fisik

5. Semua pihak yang telah mendukung penulisn ini.

Untuk itu penulis berdoa agar amal baik tersebut diterima oleh Allah. SWT

sebagai amalan yang shaleh, dan mendapat balasan yang setimpal. Dan tak lupa

penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi sempurnanya skripsi ini.

Akhrinya sebagai hamba yang memiliki keterbatasan ini, penulis senantiasa

mengharapkan hidayah, taufiq dan ridho Allah SWT. Semoga skrisi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 18 Agustus 2004

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

NOTA PEM BIM BING... ... i

PENGESAHAN... ... ... n M O TTO ... iii

PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTA ISI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Penegasafllstilah ... 4

C. Rumusan M asalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Metode Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan Skripsi... 12

BAB II : EKSISTENSI MI DALAM PENDIDIKAN NASIONAL A. Sejarah dan Legalitas 1. Masa Klasik ... 15

2. Pertumbuhan Madrasah di Indonesia Prakemerdekaan... 17

3. Pertumbuhan Madrasah di Indonesia Pascakemerdekaan . 19 4. Legalitas Madrasah di Indonesia... 22

B. Tujuan Institusional ... ... 25

(8)

2. Fungsi Mata Pelajaran IP A ... 36

3. IPA Dalam Pandangan Isi ain... 36

4. Ruang Lingkup M ateri... 39

B. Mata Pelajaran IPS 1. Pengertian dan Tujuan... 40

2. Fungsi Mata Pelajaran IP A ... 42

3. IPA Dalam Pandangan Islam ... 44

4. Ruang I .ingkup M ateri... 46

r BAB IV : MUATAN KEISLAMAN PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS (PERSPEKTIF TUJUAN INSTITUSIONAL MI) A. Muatan Keislaman Pada Mata Pelajaran IPA Untuk MI.. 48

B. Perspektif T ujuan Institusional Tentang Muatan Keislaman Pada Mata Pelajaran IPA MI ...70

C. Muatan Keislaman Pada Mata Pelajaran IPS Untuk M I.... 71

D. Perspektif Tujuan Institusional Tentang Muatan Keislaman Pada Mata Pelajaran IPS M I ... 83

BAB V : KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Kesimpulan... 86

B. Saran ... 87

C. Penutup... 88

Daftar Pustaka ... Lampiran-lampiran

(9)

1

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam adalah agama samawi yang menjadi rahmatan lil alam in, artinya bahwa Islam menjadi agama yang mengejawantah dalam sendi-sendi kehidupan

manusia dan menjadi rahmat untuk segala isi alam. Dengan segala aturan dan

hukum yang ditetapkannya, Islam membuka ruang bagi segenap manusia untuk

mengaktualisasikan dirinya dalam segala bidang kehidupan yang kelak dapat

bermanfaat dan membawa keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Islam sebagai agama wahyu yang memberikan bimbingan kepada umat

manusia dalam semua aspek kehidupan—minimal dengan ajaran-ajaran yang

bersifat garis besar-, dapat diibaratkan sebagai jalan raya yang lurus dan

mendaki, yang dapat mengantarkan umat manusia ke tempat (derajat) tertinggi.

Jalan raya itu cukup lebar, yang pinggir kiri dan kanannya berpagar Al-Qur’an

dan Sunnah Nabi. Pada jalan raya yang lurus itu terdapat jalur-jalur yang

jumlahnya sebanyak aspek kehidupan manusia, seperti teologi, ibadat, politik,

ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya.1

(10)

Pendidikan Islam merupakan bentuk pendidikan yang diarahkan pada

pencapaian kesejahteraan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Pendidikan Islam menjadi warna dan landasan moral-etik dalam proses

pembentukan jati diri bangsa, yang berangkat dari jati diri individunya. Dalam

tujuan pendidikan nasional termaktub sasaran pendidikan adalah tercapainya

manusia seutuhnya, yang ciri utamanya adalah beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab2, dengan berbagai

atribut lainnya yang menyangkut cipta, rasa dan karsa.

Dalam jenjang pendidikan dasar yang bercirikhas Islam, dalam hal ini

Madrasah Ibtidaiyah (MI), berbagai mata pelajaran umum (mapel non Islam)

yang terangkum dalam rumusan Garis-Garis Besar Program Pembelajaran

(GBPP) atau kurikulum, kiranya perlu adanya ruang untuk menginternalisasikan

nilai-nilai Islam di dalamnya, dengan harapan substansi materi yang diterima

siswa nanti memiliki bobot keislaman yang dapat dijadikan landasan ketika

sudah sampai kepada dataran praktisnya. Ruang atau wilayah inilah yang

sebenarnya bisa menjadi nuansa khas pembelajaran di sebuah sekolah Islam,

(11)

3

dalam hal ini Madrasah Ibtidaiyah (Ml). Hal ini Sejalan dengan pemikiran A. Syafi’i Ma’arif yang memberikan pernyataan bahwa kegiatan di biuni haruslah

berorientasi ke langit, suatu orientasi transendental, agar kegiatan itu

mempunyai makna spiritual yang mengatasi mang dan waktu.3 termasuk di

dalamnya adalah pendidikan.

Mata pelajaran IPA dan IPS di MI, adalah jenis mata pelajaran yang

mengupas pengetahuan tentang kondisi bio (kehidupan) dan social

(kemasyarakatan) yang mengarah pada pengetahuan tentang kebesaran Tuhan,

yang telah menjadikan segenap isi alam ini sebuah laboratorium bebas sehingga

manusia mampu berfikir dan memiliki keluasan ilmu pengetahuan, baik tentang

diri maupun lingkungan sekitar.

(j;* jUauUl

0 ) c 3 ^

(0 )”^ P U jl^ p l J i.

(i)jSh

bfi'jj

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan, yang menciptakan

manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah; yang

mengajarkan manusia dengan pena; Ia mengajarkan manusia dari apa yang tidak diketahuinya fQS:Al-Alaq ayat 1-5) ”.4

Tidak sekedar berfikir pada diri sendiri, Allah SWT pun menganjurkan

untuk berkehidupan sosial.

3 A. Syafi’i Ma’arif dalam buku karangan Muahaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan h tam.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, him. 2

(12)

U jZ i

j

S

j

;>

UI ^Ull

I

jSjliji

(J

j

G

s

J

“Hai manusia, sesungguhnya Kami m enciptakan kamu dari seorang laki-laki, seorang perempuan, dan m enjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling mengenal (QS: Al-Hujurat ayat 13) ’°

Hal inilah yang menjadi latar belakang ketertarikan penulis untuk

menelaah substansi program pembelajaran IPA dan IPS MI. Peneiaahan ini

mengandung maksud penulis, yang ingin mengetahui seberapa jauh peluang,

dan sekaligus memaparkan tentang muatan keislam an atau nilai-nilai Islam

yang terdapat dalam Program Pembelajaran IPA dan IP S kaitannya dengan

tujuan institusional MI. Untuk itu penulis, mencoba mengangkat masalah

tersebut dalam tulisan ini, yang kemudian penulis kemas dalam judul

“MUATAN KEISLAMAN PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS

(Perspektif Tujuan Institusional MI)”

B. PEN tG A SA N ISTILAH

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah penafsiran yang

berbeda dengan maksud penulis dalam penggunaan kata pada judul skripsi ini. 5

(13)

5

maka penulis perlu memberikan penjelasan dari beberapa istilah yang penulis pergunakan dalam judul di atas:

1. Muatan keislaman; berasal dari kata muat, yang berarti terdapat ruang

untuk diisi. Jika mendapat imbuhan -an, sehingga menjadi muatan, maka

ia berarti sesuatu yang dapat dibawa, atau diangkut.6 Keislaman. berasal

dari kata Islam, yaitu agama tauhid yang ditegakkan oleh Nabi

Muhammad saw selama 23 tahun di Mekah dan Madinah. Intisari Islam

itu sebenarnya terkandung dalam kata Islam itu sendiri, karena ia berarti:

(I) berserah diri, menundukkan diri, atau taat sepenuh hati, dan (2) masuk

ke dalam salam, yakni selamat sejahtera, damai, hubungan yang

harmonis, atau keadaan tanpa noda dam cela. Jadi intisari Islam adalah

berserah diri atau taat sepenuh hati kepada kehendak Allah demi

tercapainya kepribadian yang bersih dari cacat dan noda, hubungan yang

hannonis dan damai sesama manusia, atau selamat sejahtera di dunia dan

akhirat.7

Jadi muatan keislaman yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sesuatu

yang dapat dibawa, diangkut atau diisikan tentang materi atau nilai yang

ada di dalam agama Islam mencakup aqidali, syariah, dan atau akhlak

(14)

2. Mata Pelajaran IPA dan IPS

M ata pelajaran adalah sejenis pelajaran yang harus diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan.8

IPA adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, dan IPS adalah

singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial yang keduanya merupakan bagian

dari mata pelajaran yang ada di sekolah tingkat dasar atau tingkat lanjut.

3. Tujuan Institusional

Tujuan Institusional adalah tujuan yang akan dicapai oleh suatu institusi,9

tetapi tetap pada koridor tujuan pendidikan nasional secara umum.

Artimya bahwa tujuan itu dicanangkan oleh suatu institusi pendidikan

yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan.

4. Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Madrasah adalah sebutan lain dari sekolah yang lazimnya diperuntukkan

bagi sekolah-sekolah agama saja dan lebih khusus lagi sekolah Islam.

Adapun Ibtidaiyah yang berarti permulaan, adalah salah satu jenis

tingkatan dari tingkatan lainnya, antara lain: tsanawiyah yang berarti

kedua, dan ‘aliyah yang artinya tinggi.10 adapun perbandingannya,

Madrasah Ibtidaiyah (M l) ini adalah setara dengan sekolah dasar pada

umumnya.

8 Depdikbud, Kam us....OP.Cil, him. 565

9 Oemar Hamalik, Perecanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, him. 125

(15)

7

Jadi maksud keseluruhan judul dalam tulisan ini adalah nilai-nilai Islam yang dapat dibawa atau diterapkan dalam materi mata pelajaran IPA dan IPS

untuk MI, yang dirujukkan kepada Tujuan Institusionalnya.

C. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah yang penulis

kembangkan dalam penulisan ini adalah:

1. Sejauhmanakah muatan keislaman pada mata pelajaran IPA di MI?

2. Sejauhmanakah muatan keislaman pada mata pelajaran IPS di MI?

3. Bagaimanakah Perspektif Tujuan Institusional tentang muatan keislaman

pada mata pelajaran IPA dan IPS MI?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui muatan keislaman pada mata pelajaran IPA di MI.

2. Untuk megetahui muatan keislaman pada mata pelajaran IPS di MI.

3. Untuk mengetahui perspektif Tujuan Institusional tentang muatan

keislaman pada mata pelajaran IPA dan IPS MI.

E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Apabila dilihat dari tempat di mana penelitian dilakukan, maka

(16)

dengan penelitian kepustakaan (library research), artinya data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah data dan informasi tertulis berupa

konsep atau teori yang bersumber dari buku yang ada kaitannya dengan

pembahasan yang dimaksudkan. Dalam hal ini penulis mengacu pada

pendapat Tatang M. Arfin yang mengatakan bahwa penelitian literer

dimaksudkan sebagai studi kepustakaan, karenanya penulis meneliti dan

menggali data dari bahan bahan tertulis'1

2. Sumber Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber

pada data primer yaitu :

a. Depag RI, Penyesuaian Materi Kurikulum 1994 Berdasarkan Sistem

Semester Kelas V dan VI, Semarang, Depag RI

b'. Depag RI, Pedoman Guru Mata Pelajaran IPS di Madrasah

Ibtidaiyah, Jakarta, Dirjend Kelembagaan Agama Islam, 2002

c. Depag RI, Konsep Dasar IPA I, Jakarta, Dirjend Kelembagaan Agama

Islam, 2002

d. Depag RI, Buku Pedoman Guru Mata Pelajaran: Konsep Dasar IPA I/

Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, Dirjend Kelembagaan Agama Islam,

2002

Selain itu digunakan pula pustaka sekunder, yaitu sumber data

untuk melengkapi dan merupakan penunjang yang dijadikan sebagai alat 11

(17)

9

bantu dalam menganalisa permasalahan yang muncul, yaitu melalui buku

tafsir dan buku -buku lain yang mendukung.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda, dan

sebagainya.12

4. Metode Analisis dan Sintesis

a. Metode Analisis

Metode Analisis adalah jalan yang dipakai dalam mendapatkan

ilmu pengetahuan ilmiah dengan jalan mengadakan perincian terhadap

objek yang diteliti atau cara terhadap suatu objek ilmiah tertentu

• dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lain. Untuk sekedar memperoleh kejelasan hal

tersebut.13

Dalam penelitian ini, metode tersebut akan digunakan untuk

mengetahui sejauh mana muatan keislaman pada materi pelajaran IPA

dan IPS korelasinya dengan tujuan Institusional MI.

12 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Raja Grafindo 1996,. him. 84

(18)

b. Metode Sintesis

Metode sintesis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan1'1.

Dalam penelitian ini,metode sintesis tersebut akan digunakan

untuk memadukan antara muatan keislaman dengan muatan materi

pelajaran IPA dan IPS di Ml.

5. Metode Induksi dan Deduksi

a. Metode Induksi

Metode induksi yaitu suatu cara, jalan yang dipakai untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah yang bertitik tolak dari

pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian

menarik kesimpulan yang bersifat umum.14 15

Metode ini digunakan dalam rangka menelaah beberapa konsep

dari materi IPA dan IPS, yang kemudian disimpulkan dalam bentuk

yang lebih umum. Sehingga memudahkan penulis dalam menganalisa

sejauhmana muatan keislaman dalam materi tersebut, dan

memudahkan penulis untuk mengaitkannya dengan tujuan institusional

Madrasah Ibtidaiyah.

14 Ibid. him. 61

(19)

11

b. Metode Deduksi

Metode deduksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai

untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dan

pengamatan atas hal-hal masalah yang bersifat umum, kemudian

menarik kesimpulan yang lebih khusus.16

Metode ini digunakan untuk mengetahui tentang nilai-nilai atau

muatan keislaman yang melingkupi secara umum materi pembelajaran

IPA dan IPS di MI.

c. Metode Komparasi

Metoe komparasi adalah pandangan hidup yang bersangkutan

dibandingkan dengan pandangan kelompok-kelompok lain, entah

yang agak serupa, atau yang sangat berrbeda.17

Dalam metode komparasi digunakan dalam rangka

membandingkan tentang nilai-nilai Islam atau muatan keislaman

dengan muatan materi IPA dan IPS di MI.

d. Metode Interpretasi

Metode Interpretasi adalah cara atau jalan yang dipakai

dalam mempelajari obyek (nilai-nilai Islam atau muatan keislaman

16 Ibid, him. 44

(20)

dan materi IPA dan IPS MI) agar tercapai pemahaman yang benar 18

menganai hal tersebut.

Interpretasi juga dapat diartikan sebagai suatu konsep yang

paling dasar mengenai hakikat materi. Metode ini digunakan untuk

meneliti tentang muatan-muatan materi di antara keduanya.

F. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang : latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode

Peneletian, dan Sistematika Penulisan.

BA BII. EKSISTENSI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DALAM

PENDIDIKAN NASIONAL

Pada bab ini diuraikan tentang : Sejarah, Legalitas, Tujuan

18 Ibid, him. 41

(21)

13

BAB UI MATA PELAJARAN IPA DAN IPS DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

A. MATA PELAJARAN IPA

Pada bab ini dibahas mengenai Eksistensi Mata Pelajaran IPA di

Ml yang meliputi: Pengetian dan Tujuan Mata Pelajaran IPA,

Fungsi Mata Pelajaran IPA di MI, IPA Dalam Pandangan Islam,

dan Ruang Lingkup Muatan Materi IPA Untuk Ml.

B. MATA PELAJARAN IPS

Pada bab ini dibahas mengenai: Pengetian dan Tujuan Mata

Pelajaran IPS, Fungsi Mata Pelajaran IPS di MI, IPS dalam

pandangan Islam, dan Ruang Lingkup Muatan Materi IPA Untuk

MI

BAB IV MUATAN KEISLAMAN PADA MATA PELAJARAN IPA

DAN IPS (PERSPEKTIF TUJUAN INSTITUSIONAL MI)

Pada bab ini merupakan analisa terhadap ruang lingkup materi

mata pelajaran IPA dan IPS mengenai sejauhmana kandungan

atau muatan keislaman yang ada di dalamnya, sekaligus

menganalisa perspektif Tujuan Institusional tentang keduanya,

dengan pembahasan: Muatan Keislaman Pada Mata Pelajaran

IPA untuk MI, serta perspektif Tujuan Institusionalnya, dan

(22)

pada Mata Pelajaran IPS untuk MI, serta perspektif Tujuan Institusionalnya.

(23)

BAB II

EKSISTENSI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

DALAM PENDIDIKAN NASIONAL

15

A. Sejarah dan legalitas 1. Masa Klasik

Madrasah adalah salah satu bentuk kelembagaan pendidikan Islam yang memiliki sejarah sangat panjang. Pendidikan Islam—dalam

pengertian luas—dapat dikatakan muncul dan berkembang seiring dengan

kemunculan Islam itu sendiri; yakni berawal dari pendidikan yang bersifat

informal berupa dakwah Islamiyah untuk menyebarkan Islam, terutama

dalam hal yang berkaitan dengan aqidah. Pada masa ini berlangsung

pendidikan Islam yang diselenggarakan di rumah-rumah yang dikenal

dengan Dar al-arqam. Pada masa Rasulullah saw, tempat belajar di Masjid

Madinah (Masjid Nabawi). Di masjid ini ada suatu ruangan tempat belajar

yang disebut suffah, sekaligus tempat menyantuni fakir miskin. Dan

keadaan semacam ini berlangsung juga pada masa Khulafaur Rasyidin dan

Bani Umayah.

Masa pemerintahan Bani Abbas merupakan era perkembangan ilmu

pengetahuan dalam berbagai cabang. Selain di masjid-masjid, kegiatan

belajar mengajar juga diadakan di perpustakaan-perpustakaan, istana

(24)

sudah dilengkapi dengan ruang belajar, ruang baca, dan ruang perpustakaan.

Para ulama dan sarjana mengajar dengan sistem halaqah (murid duduk

bersila disekeliling guru), seperti yang berlangsung di Masjidil Haram,

Masjid Madinah, dan masjid-masjid di Baghdad, Kufah, Basra, Damascus,

dan Cairo.19

Sistem halaqah mempunyai pengaruh yang besar dalam sistem

pendidikan modem dengan nama adult education (pendidikan dewasa).

Dalam perkembangan berikutnya dibuat tempat-tempat belajar di luar

masjid yang khusus mengajarkan anak-anak membaca, menulis,

mempelajari al-Q uf an, dan dasar-dasar Islam yang disebut Kuttab 20

Madrasah pertama yang pertama didirikan adalah Madrasah

Nizamiyah, yang didirikan pada abad kelima pada tahun 457 H oleh Nizam

al-Mulk. Madrasah ini merupakan lembaga pendidikan resmi dan

pemerintah terlibat dalam menetapkan tujuan-tujuannya, menggariskan

kurikulum, memilih guru, dan memberikan dana yang teratur kepada

madrasah, dan dari madrasah ini menghasilkan karyawan-karyawan dan

pegawai-pegawai pemerintah.21 Salah seorang gurunya adalah Imam al-

Ghazali. Adapun di Cairo berdiri Perguruan al-Azhar, di Spanyol berdiri

19 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, E nsiklopedi Islam vol. Ill, lchtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994, him. 105

20 Ibid, him. 106

(25)

17

perguruan Cordoba, dan di India berdiri Madrasah Deoband pada abad

ke-19.22

Madrasah Deoband ini merupakan pengembangan dari sebuah

maktab di Masjid Jami Deoband yang berfungsi mendidik pemimpin-

pemimpin agama bagi masyarakat Islam dalam upaya mempertahankan

pengetahuanserta nilai-nilai Islam dan membebaskan India dari kekuasaan

Inggris. Madrasah Deoband juga bercita-cita mewujudkan Islam mumi

sebagaimana yang diamalkan Nabi Muhammad saw, sahabat, tabi’in dan

sesudahnya. Adapun nama dan tingkatan madrasah yang berkembang di

negeri-negeri Islam beragam.23

2. Pertumbuhan Madrasah di Indonesia Prakemerdekaan

Di Indonesia, perkembangan pendidikan dan pengajaran Islam dalam

bentuk madrasah juga merupakan pengembangan dari sistem tradisional

yang diadakan di surau, langgar, masjid, dan pesantren. Perkembangan

selanjutnya yang mengubah sistem halaqah ke sistem klasikal dipengaruhi

oleh sistem sekolah kolonial Belanda. Hal ini bertujuan untuk menandingi

sekolah-sekolah Belanda yang diskriminatif dan netral agama {sekuler) yang

dinilai tidak sesuai dengan cita-cita Islam. Pengaruh ini juga datang dari 2

2 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, OP.Cil. him. 106-107

(26)

orang-orang Indonesia yang belajar di negeri-negeri Islam atau dari para guru dan ulama negeri-negeri tersebut yang datang ke Indonesia.'4

Di Indonesia madrasah tersebar di berbagai wilayah, misalnya, di

Surakarta didirikan Madrasah M anba'ul ‘ulum. Tahun 1905 R. Hadipati

Sosrodiningrat atas gagasan dan perintah Pakubuwono IX, dengan masa

belajar sampai 12 tahun. Di Surabaya berdiri Madrasah Nahdatul Watan,

Madrasah Hizbul Wathan, Madrasah Tasywirul AJkar, di Minangakabau

didirikan Sekolah Diniyah tahun 1915 oleh Zainuddin Labay El-Yunus, dan

Madrasah Diniyah Putri tahun 1923 oleh Rahman El-Yunusiyah. Selain itu

berdiri Madrasah Sumatra Thawalib tahun 1916 yang merupakan

pengembangan dari surau Jembatan Besi yang memberikan pelajaran agama

secara tradisional.''

Madrasah berkembang setelah lahirnya organisasi-organisasi Islam

yang bergerak di bidang pendidikan, sperti Muhammadiyah tahun 1912, al-

Irsyad tahun 1913, Mathla’ul Anwar tahun 1916 di Banten, Nahdatul Ulama

tahun 1926, Persatuan Tarbiyah Islamiyah tahun 1928, al-Jamiatul

Washliyah tahun 1930, Jamiat Khair tahun 1905 dan Persis Bandung.

Nama, Jenis dan tingkatan madrasah bermacam-macam, di antaranya

madrasah awwaliyah, madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Diniyah

Mualimin, Diniyah Mualimat, dan Diniyah Mubalighah. 24 25

24 Ibid

(27)

20

Dalam pekembangannnya sesuai dengan tuntutan zaman dan

masyarakat, Depag menyeragamkan nama, jenis dan tingkatan madrasah

yang beragam tersebut. Pertama, madrasah yang menyelenggarakan

pelajaran agama 30% sebagai mata pelajaran dasar dan pelajaran umum

70%. Statusnya ada yang negeri dan dikelola Depag, dan ada pula swasta

dan dikelola m asyarakat, yaitu : 1 Raudlatul Atfal/ Bustanul Atfal ( Tingkat

taman Anak-anak ); 2 Madrasah Ibtidaiyah (tingkat dasar) : 3 Madrasah

Tsanawiyah ( tingkat menengah pertama); dan (4) Madrasah Aliyah (tingkat

menengah atas), kedua, Madrasah yang menyelenggarakan pelajaran agama

Islam mumi, hanya memberikan pelajaran agama yang disebut dengan

madrasah diniyah, yaitu; (1) Madrasah Diniyah Awwaliyah ( tingkat dasar ),

(2) Madrasah Diniyah Wusta (tingkat menengah pertama), dan (3) Madrasah

Diniyah ‘Ulya ( tingkat menengah atas). Madrasah diniyah ini umumnya

berada di lingkungan pesantren dan masjid dan di kelola oleh masyarakat.

Dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa sekolah umum

yang ingin memperdalam agama. Sementara di beberapa pesantren

bertujuan membina calon-calon ulama.

Mengingat semakin besarnya tugas penanganan masalah pendidikan

Islam, maka bagian pendidikan pada Depag dikembangkan menjadi Jawatan

Pendidikan Agama pada tahun 1950. badan ini memiliki peranan yang

sangat penting dan strategis di lingkungan Depag mengingat tugas

(28)

3. Pertumbuhan Madrasah di Indonesia Pascakemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan

Departemen Agama (Depag) berdiri tanggal 3 Januari 1946, pembinaan

madrasah menjadi tanggung jawab departemen ini. Lembaga inilah yang

secara intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia.

Orientasi usaha Depag dalam bidang pendidikan Islam bertumpu pada

aspirasi ummat Islam agar pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah-

sekolah, di samping pada pengembangan madrasah itu sendiri. Secara lebih

spesifik, usaha ini ditangani oleh satu bagian khusus yang mengurusi

masalah pendidikan agama. Tugas pendidikan di lingkungan Depag itu

meliputi: (1) Memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikular.

(2) Memberi pengetahuan umum di madrasah, dan (3) Mengadakan

Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri

(PHIN).26

Dengan tugas-tugas seperti digambarkan di atas, Depag dapat

dikatakan sebagai representasi umat Islam dalam memperjuangkan

penyelenggaraan pendidikan Islam secara lebih luas di Indonesia. Dalam

kaitannya dengan perkembangan madrasah, Depag menjadi andalan secara

politis dapat mengangkat posisi madrasah sehingga memperoleh perhatian

yang terus menerus di kalangan pengambil kebijaksanaan.

(29)

21

menantang. Beberapa tokoh yang pernah menjabat posisi ini adalah Drs. Abdullah Sigit, Mahmud Yunus, Fakih Usman, dan Arifin Tamyang.

Hampir semua perubahan dan pengembangan madrasah/ Pendidikan Islam

pada masa pemerintahan Orde Lama tergantung pada kebijakan yang

dikeluarkan oleh Jawatan itu.27

Sampai pertengahan dekade 60-an, madrasah tersebar di berbagai

daerah hampir seluruh propinsi di Indonesia. Dilaporkan bahwa jumlah

madrasah tingkat rendah pada masa itu sudah mencapai 13.057. dengan

jumlah ini, sedikitnya 1.927.777 telah terserap untuk mengenyam

pendidikan agama."' Perkembangan ini mnunjukkan bahwa sudah sejak

awal, pendidikan madrasah memberikan siunbangan yang signifikan bagi

proses pencerdasan dan pembinaan akhlak bangsa.

Pada tahap berikutnya, antar 70-an sampai akhir 80-an, pemerintah

orde baru mulai memikirkan kemungkinan mengintegrasikan madrasah ke

dalam Sistem Pendidikan Nasional. Usaha menuju ke arah ini agaknya

tidak sederhana, karena secara konstitusional pendidikan nasional masih

diatur oleh UU No.4 tahun 1950 jo. No 12 tahun 1954 yang belum

merespon adanya pendidikan madrasah. Dan hal yang dapat dilakukan

pemerintah pada tahap ini adalah memperkuat struktur madrasah baik dalam

jenjang maupun kurikulumnya, sehingga lulusannya memperoleh

(30)

Pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945, memberikan legitimasi secara

umum tentang pendidikan yang seharusnya diselenggarakan oleh bangsa

Indonesia. Kemudian secara perlahan madrasah atau pendidikan agama

khususnya agama Islam memiliki peiuang untuk mengikuti pasal 31 UUD

1945 tersebut, yaitu dengan direalisasikannya Undang-Undang Pendidikan

tahun 1950 No. 4, dan UU pendidikan tahun 1954 No. 20. walaupun isinya

dirasa belum begitu menguntungkan bagi pengembangan pendidikan Islam.

UU itu antara lain menyebutkan dua hal:

a) Dalam sekolah-sekolah negeri diselenggarakan pelajaran agama, orang

tua murid menetapkan apakah anaknya mengkuti pelajaran tersebut.

b) Cara menyelenggarakan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri

diatur melalui ketetapan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan

Kebudayaan bersama-sama dengan Menteri Agama.2''

Sampai akhir dekade 1980-an pelaksanaan pendidikan secara

nasional masih bertumpu pada UU no 4 tahun 1950 jo. No. 12 tahun 1954

tentang “Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah." Namun

sebelum lahirnya UU ini pemerintah sudah mengeluarkan beberapa

kebijakan mengenai pendidikan agama, misalnya yang pertama sekali 29

(31)

23

adalah Peraturan Bersama Menteri P&K dan Menteri Agama (No. 1142/Bhg.A. (pengajaran) tanggal 2 Desember 1946 dan

No. 1285/1285/KJ (Agama) tanggal 2 Desember 1946. Dalam peraturan ini

antara lain disebutkan bahwa pendidikan agama diberikan di sekolah-

sekolah rendah sejak kelas IV.30

Berdasar Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, yaitu:

Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam

Negeri no.6 tahun 1975, no. 03/U/197, dan no. 36 tahun 1975 tentang

peningkatan mutu pendidikan madrasah, ditetapkanlah bahwa standar

pelajaran umum pada madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya

mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum, dan lulusannya

dapat melanjutkan ke sekolah umum, dan siswa dari madrasah dapat

berpindah ke sekolah umum setingkat. ' 1

Akhir dekade 1980-an dunia pendidikan Islam memasuki era

integrasi karena lahirnya UU No. 2/ 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Berbeda dengan UU kependidikan sebelumnya, UU ini

mencakup ketentuan tentang semua jalur dan jenis pendidikan. UU ini

mencakup jenis pendidikan sekolah dan luar sekolah, serta meliputi jenis

30 Ibid him. 129

(32)

pendidikan akademik, pendidikan professional, pendidikan kejuruan, dan

pendidikan agama.32

Tentang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, diperkuat dengan

keputusan Menteri Agama Nomor 372 tahun 1993 tentang Kurikulum

Pendidikan Agama Bercirikhas Agama Islam. Dalam keputusan ini diatur

bahwa Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah melaksanakan

kurikulum nasional sekolah dasar dan lanjutan, yang memuat mata

pelajaran: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama,

Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan alam, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,

dan mata-mata pelajaran yang merupakan muatan lokal.

Memasuki dekade 90-an, kebijakan Orde Baru mengenai madrasah

ditujukan secara penuh untuk membangun satu sistem pendidikan nasional

yang utuh. Dengan satu sistem yang utuh dimaksudkan bahwa pendidikan

nasional tidak hanya bergantung pada pendidikan jalur sekolah tetapi juga

memanfaatkan jalur luar sekolah. Untuk tujuan ini, pemerintah melakukan

langkah konkrit berupa penyusunan UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan nasional dan sekaligus menggantikan UU No. 4 tahun 1950 jo.

No 12. tahun 1954. dalam konteks ini penegasan madrasah diberikan

melalui keputusan-keputusan yang lebih operasional dan dimasukkan dalam

kategori pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya.

(33)

25

Melalui upaya ini dapat dikatakan bahwa madrasah berkembang secara terpadu dalam sistem pendidikan nasional."

Ketetapan MPRS No. XXVII/ 1966, berisi tentang: Agama,

Pendidikan, dan Kebudayaan, yang disusun berdasarkan alasan: pertama,

bahwa agama, pendidikan dan kebudayaan merupakan unsur-unsur mutlak

dalam nation and character building; kedua, bahwa falsafah Pancasila

merupakan sumber untuk mempertinggi harkat dan martabat manusia;

ketiga, bahwa dalam rangka mempertinggi ketahanan revolusi Indonesia

salah satu faktor yang menentukan adalah moral dan mental manusia bangsa

Indonesia.33 34

Mengingat pentingnya agama sebagai rangkaian pembentukan watak

dan karakter bangsa, maka menjadi sesuatu yang semestinya dilakukan jika

pendidikan agama perlu menjadi salah satu stressing dalam proses

pendidikan. Dalam hal ini pemerintah Indonesia sudah mengambil solusi

diantaranya dengan melegalisasi sekolah-sekolah berciri khas Islam seperti

MI, MTs, MA sampai PTAl, seperti tertuang dalam uraian di atas.

B. Tujuan Institusional

Setiap lembaga pendidikan atau sekolah mempunyai tujuan

kelembagaan sesuai dengan tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Hal ini

(34)

dimaksudkan untuk menentukan arah gerak lembaga atau sekolah tersebut, sehingga target atau sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas.

Tujuan Institusional MI dirujukkan pada tujuan madrasah yaitu:

memperteguh serta memperluas dan menyempurnakan penyiaran pendidikan

agama Islam dan ilmu pengetahuan, guna mencapai kesempurnaan seseorang

dan masyarakat yang sesuai dengan ajaran dan kehendak Islam35 yang

kemudian diselaraskan dengan tujuan pendidikan dasar pada Peraturan

Perundangan Pendidikan Islam, yaitu: untuk memberikan bekal kemampuan

dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta

mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah36.

Sehingga menjadi tujuan institusional MI yang relevan dengan pendidikan

sederajat dalam hal ini Sekolah Dasar, yaitu memperteguh serta memperluas

dan menyempurnakan penyiaran pendidikan agama Islam dan ilmu

pengetahuan, guna mencapai kesempurnaan seseorang dan masyarakat yang

sesuai dengan ajaran dan kehendak Islam serta mempersiapkan mereka untuk

mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Perbedaan ada pada penjabarannya kepada tujuan umum dan khusus

sesuai dengan materi yang hendak disampaikan secara spesifik. Tujuan umum

menunjuk pada pengembangan warga negara yang baik, meliputi

35 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1995, him. 304 36 Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Pendidikan Agam a Islam Pada Sekolah

(35)

27

pengembangan aspek-aspek pengetahuan, di mana masing-masing institusi memiliki tujuan yang berbeda, tetapi berkesinambungan.

C. Kurikulum

Ditinjau dan asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang

mula-mula digunakan dalam badang olah raga, yaitu kata currere, yang berarti

jarak yang ditempuh seorang pelari.'' Secara operasional curriculum is the whole

o f interacting forces o f the total environmentv38 kurikulum adalah keseluruhan

dari kekuatan interaksi dari segenap lingkungan. Hal ini menandakan bahwa

kurikulum sebagai pengejawantahan dari berbagai sisi yang akan dijadikan lahan

garapan.

Atas dasar pengertian kurikulum tersebut diterapkan dalam bidang

pendidikan, dengan memberikan pengertian bahwa curriculum as all the learning

experiences offered to pupils under aegis o f the school'9, kurikulum merupakan

semua pengalaman belajar yang diberikan kepada peserta didik di bawah

perlindungan sekolah. Kemudian kurikulum dikemas sedemikian rupa sebagai

konsentrasi keseluruhan dari sisi pendidikan yang harus ditempuh oleh peserta

didik yang berupa pengalaman dari mulai memasuki dunia pendidikan (sekolah)

hingga akhir dari aktivitasnya sebagai peserta didik di dunia pendidikan.

Kurikulum merupakan aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, * 38 39

7 Subandijah, Pengembangan dan Inomsi Kurikulum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, him. 1 38 Hendry A. Giroux, Curriculum and Instruction: Alternative In Education, Mr Cutrhan Publising Corporation, California, 1981, him. 13

(36)

diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di dalam

maupun di luar sekolah. Sehingga atas dasar pengertian ini, secara operasional

kurikulum dapat didefinisikan sebagai:40

1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu

sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2. Bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pendidik (guru)

dalam melaksanakan pengajaran untuk peserta didiknya (siswa).

3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dan suatu rencana

pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh

pendidik di sekolah.

4. Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara

penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Definisi tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi dua

kelompok, yaitu (1) kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilakukan

di sekolah; (2) kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan

di kelas. Definisi ini kemudian disertai dengan implikasinya, dapat memberikan

gambaran yang lebih nyata tentang kurikulum, walau mungkin tidak sepenuhnya

dipahami atau diterima. Misalnya jika dikatakan bahwa kurikulum mungkin

(37)

hanya berupa perencanaan secara mental, dalam arti tidak diwujukan dalam bentuk tertulis.

Kurikulum Madrasah dirumuskan di Ciloto, diberlakukan secara

nasional berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 2 tahun 1971, dengan

beberapa perbaikan dan penyempurnaan, kurikulum itu kemudian dikenal

dengan kurikulum 1973. Komponen-komponen kurikulum itu meliputi tidak

saja materi agama, melainkan juga meliputi materi umum dan materi kejuruan.

Contoh, pada tingkat Ibtidaiyah, kelompok dasar menempatkan tujuh pelajaran,

delapan mata pelajaran dalam kelompok pokok, dan tiga mata pelajaran dalam

kelompok khusus.41 42 untuk lebih jelasnya susunan pembagian kelompok dan isi

mata pelajaran pada setiap kelompok dapat dilihat dalam daftar tabel berikut:

Tabel. 1

Daftar Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Madrasah 1973 12

KELOMPOK NO MIN 7 TH MTs AIN MA AIN

D

A

S

A

R

1 Al-qur’an/ Terj Al-qur’an/ tafsir Tafsir/1. Tafsir

2 Hadits Hadis Hadits/1. Hadits

3 Tailin'd Tauhid Tauhid

4 Akhlaq Akhlaq

-5 Kewarga Negara Kewarga Negara Kewarga Negara

(38)

6 Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia

7 Penjas - Penjas

P

O

K

O

K

1 Fiqih Fiqih Fiqih/ U. fiqh

2 ~ - Tarikh TasyiT

3 Sejarah Islam Sejarah Islam Sejarah Islam

4 Bahasa Arab Bahasa Arab Bahasa Arab

5 Bahasa Daerah Bahasa Inggris Bahasa Inggris

6 " Sejarah Sej. Kebudayaan

7 Berhitung Ilmu Aljabar Ilmu Pasti

8 - Ilmu Ukur

-9 - Ilmu Alam IPA

10 IPA Ilmu Hayat - Biologi

11 - - Fisika

12 - - Kimia

13 Ilmu Bumi - Geografi

14 - Bioogi

15 • - Ekonomi/ Kop.

16 - Hitung Dagang

17 - - Tata Buku

18 Pend. Kesenian

(39)

31

CO

D CO

1 Kejuruan Agama - Administrasi Menggambar/ i Seni

2 Kejuruan Teknik - Menggambar

D

X U

3 Kejuruan Jasa - Seni Suara Prakarya/ PKK

4 - - Khat / Menulis

-5 - - Prakarya/ PKK

-Ekstra 1 - - Kepramukaan Kepramukaan

kurikuler 2 - Koperasi

Dengan tersusunnya kurikulum dan struktur kelembagaan madrasah ini,

pengelolaan pendidikan agama di bawah Menteri Agama semakin memperoleh

bentuk dan statusnya yang jelas. Dalam kaitan itu, makna penting dan

tersusunnya kurikulum (1973) adalah: Pertama, adanya standar pendidikan bagi

madrasah pada setiap jenjang, yang dapat berlaku juga bagi madrasah-madrasah

swasta; kedua, adanya acuan yang lebih detail dalam mata pelajaran yang dapat

dijadikan dasar-dasar keja dan pengembangan bagi pendidikan di madrasah;

Ketiga, dan ini amat penting, mata pelajaran umum dan kejuruan di madrasah

dengan demikian telah mendapatkan landasan formal.

Berdasar keputusan Menteri Agama Nomor 372 tahun 1993 tentang

Kurikulum Pendidikan Agama Berciri khas Agama Islam yang memmuat aturan

(40)

Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani

dan Kesehatan, dan mata-mata pelajaran yang merupakan muatan lokal, di

samping memuat bahan kajian sebagai ciri khas agama Islam, yang tertuang

dalam mata pelajaran agama, seperti tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2

Susunan Program Pengajaran Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam (Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah)43

JENJANG DAN KELAS MADRASAH IBTIDAIYAH MTs

NO MATA PELAJARAN I II III IV V VI I II

3 Bahasa Indonesia 10 10

10 8 8 8 6 6

4 Matematika

10 10 10 8 8 8 6 6

5 Ilmu Pengetahuan Alam _

3 6 6 6 6 6

4‘' Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat, Himpunan Peraturan Penmdanpe­ lindungan bidang Pendidikan Keagamaan. Depag, Bandung, 1994, him. 335.

t

o

t

(41)

33

9 10

Bahasa Inggris

Muatan Lokal 2 2 2 2 2 2

4 2

4 2

4 2

JUMLAH 32 32 40 42 42 42 45 45 45

Posisi integrasi pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional

tercermin dalam beberapa aspek. Pertama, merupakan aspek yang paling

penting—pendidikan nasional menjadikan pendidikan agama sebagai salah satu

muatan wajib dalam semua jalur pendidikan, sehingga menampakkan

keoptimisan di kalangan umat Islam bahwa antara sekolah dan madrasah tidak

memiliki perbedaan yang prinsip. Kedua, dalam sistem Pendidikan Nasional,

madrasah dengan sendirinya dimasukkan ke dalam kategori pendidikan jalur

sekolah, dan ketiga, meskipun madrasah diberi status pendidikan jalur sekolah,

tetapi sesuai dengan jenis keagamaan dalam sistem pendidikan nasional,

madrasah memiliki jurusan ilmu-ilmu syariah, artinya bahwa pada jurusan

terakhir ini, bisa dikatakan pendidikan agama mendominasi muatan kurikulum di

(42)

BAB III

MATA PELAJARAN IPA DAN IPS

DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

Mata pelajaran IPA dan IPS merupakan mata pelajaran umum yang syarat dengan pengetahuan tentang alam maupun tentang kehidupan sosial dan perangkat-

perangkat penunjang kebutuhan berkehidupan sosial. Hal ini menjadi alasan wajar,

jika mata pelajaran ini diberikan kepada siswa sebagai bekal pengetahuan bagi

dirinya untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Berikut disajikan garis

besar pengetahuan tentang mata pelajaran IPA dan IPS di Madrasah Ibtidaiyah.

A. MATA PELAJARAN IPA

1. Pengertian dan Tujuan Mata Pelajaran IPA a. Pengertian Mata Pelajaran IPA

Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia

berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam

sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui rangkaian proses ilmiah

antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.

Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan

(43)

35

siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa.44

b. Tuiuan Mata Pelajaran IPA

Pengajaran IPA bertujuan agar siswa:

1. Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari

2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan, gagasan tentang

alam sekitar.

3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta

kejadian di lingkungan sekitar.

4. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung

jawab, bekerja sama dan mandiri.

5. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-

gejala alam dan memecahkan masalah yang ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari.

6. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk

memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-

hari.

7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga

menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.4'

(44)

c. Fungsi Mata Pelajaran IPA di Ml

Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk:

1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan

alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi

kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan keterampilan proses.

3. Mengembangkan wawasan, sikap, dan nilai yang berguna bagi siswa untuk

meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang

saling mempengaruhi antar kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan

lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

5. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan Dan

Teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan

sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat

pendidikan yang lebih tinggi.45 46

2. IPA Dalam Pandangan Islam

Islam adalah agama yang menganjurkan ummat manusia untuk berfikir,

menggali dan memahami ayat-ayat Allah SWT yang disuratkan lewat alam dan

isinya, seperti yang terlintas dalam Surat al-Ghasiyah ayat 17-20:

45 Ibid, him. 54

(45)

37

(A A )

i l i i j ^ * £ f U U l J j j (>

V)°C

j

U

l

S J £ / I J ) U J J ^ A ) ^

( T • ^ C i a J a ^ u J V fljS> <^><3j V ^ J ! j ( ^ ^ ^ ! j

Artinya : ”Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana unta diciptakan; dan bagaimana langit ditinggikan; Dan bagaimana ganung­ gun un g ditegakkan; dan bagaimana bumi dihamparkan, (al- Ghasiyah: 17-20) ”J7

Ayat ini menyeru kepada manusia supaya memperhatikan keadaan

sekelilingnya, dan yang paling dekat dengan kehidupan waktu itu (bangsa

Arab) adalah unta. Maka datanglah ayat “apakah mereka tidak memandang

kepada unta, bagaimana dia telah dijadikan. ” Unta adalah binatang yang

paling dekat kepada hidup bangsa Arab waktu itu. Binatang itu serba guna,

bisa dijadikan binatang angkut antar daerah, bisa sebagai binatang penimba air

sumur, bisa juga dijadikan bahan makanan, bulunya pun bisa dijadikan benang

untuk pakaian, bahkan susunya pun bisa diperas dan diminum. Di samping itu

binatang ini adalah binatang yang kuat, tahan menempuh panas di padang pasir

luas, tahan lapar dan haus, dan makanannya pun mudah didapat.47 48

Lalu bersambung kepada ayat berikutnya, “dan kepada langit,

bagaimana dia telah ditinggikan (diangkat) ke atas.” Hal ini dapat dirasakan

ketika ummat manusia berjalan di malam hari dengan dihiasi bintang-bintang

dan anggota tata surya lain yang indah di langit. Maka setelah memandang

langit dan bintang-bintangnya, manusia disuruh memperhatikan bagaimana

47 Depag RJ, Al-Our'andan Terjemahannya. OP.Cil, him. 1055

(46)

langit itu diangkat ke atas, dihiasi dengan keindahan49 50 51 Surat selanjutnya, yaitu: "dan kepada gunung-gunung bagaimana dia lelah dipancangkan.

Hal yang sama juga disebut dalam an-Naba’ ayat 7, yang artinya "dan

gunung-gunung pasakV " maksudnya adalah gunung sebagai pasak untuk

memperkokoh dan kenyamanan isi bumi. Sebab jika tidak ada gunung, maka

bumi tidak akan terbentang dengan baik, angin bertiup kencang tidak ada yang

akan menahan., dan teriknya sinar matahari tidak ada yang meredam.

Hal ini akan dapat dirasakan ketika ummat manusia merasakan

kesejukan dan kehangatan sinat matahari. Maka betapa sengsaranya manusia

ketika hams terkena derasnya tiupan angin dan teriknya cahaya matahari.

Dengan demikian manusia dianjurkan pula untuk berfikir dan merenungi

bagaimana gunung itu dijadikan dan bagimana bumi ini dihamparkan atau

dibentangkan, sebagaimana disebutkan pada ayat sebelumnya “dan kepada

bumi, bagaimana dia telah dihamparkan

“Bumi Terhampar atau dihamparkan”, suatu ungkapan yang Maha

Indah dari Allah SWT sendiri, boleh juga disebut sebagai bumi yang

membentang, laksana bentangan permadani, manusia diberi keleluasaaan

hidup, dan segala yang ada di dalamnya boleh dimanfaatkan manusia. Maka

49 Ibid

(47)

39

kata sutihal, terasa sebagai suatu penyelenggaraan dan suatu ijin keleluasaan untuk mengambil faedahnya.’2

Hal ini dapat dirasakan ketika menempuh suatu perjalanan di muka

bumi, beratap langit, berpanorama gunung, berkendaraan alat dan angkutan.

Semua terjadi di muka bumi, maka perenungan selanjutnya adalah bagaimana

ketika Allah SWT menghamparkan bumi itu untuk kehidupan ummat manusia

dan manusia mampu mengambil suatu ilmu untuk merenungi kebesaran Allah

SWT. Di sinilah kiranya manusia diharapkan membaca fenomena alam

sebagai langkah awal untuk berfikir yang menjadikannya sebagai ilmu

pengetahuan yang pada akhirnya semakin mendekatkan diri kepada Allah

SWT sekaligus menyelamatkan diri, baik di dunia maupun akhirat.

3. Muatan Materi IPA Untuk Ml

. Ruang lingkup mata pelajaran IPA mencakup:’3

1. Makhluk hidup, dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya.

2. Materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: udara, air, tanah, dan batuan.

3. Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya

dan bunyi, tata surya, bumi, dan benda-benda langir lainnya.

4. Kesehatan, makanan, penyakit, dan pencehagannya.

5. Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya. * 5

Ibid

(48)

B. MATA PELAJARAN IPS

1. Pengetian dan Tujuan Mata Pelajaran IPS a. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang

mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, dan sejarah. Ilmu pengtahuan sosial (IPS)

yang diajarkan di MI terdiri atas dua bahan kajian pokok sosial dan sejarah

bahan kajian pemgetahuan sosial mencakup lingkungan sosial , ilmu bumi,

ekonomi dan pemerintahan.54 55

Ilmu pengetahuan sosial dapat dikatakan pula sebagai ilmu yang

bahan-bahan pokok yang langsung berhubungan dengan tata susunan

masyarakat dan manusia yang menjadi anggota masyarakat, atau suatu

program pendidikan yang merupakan studi pokok mempersoalkan tentang

manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial yang

bahan bakunya diambil dan berbagai ilmu sosial.'"

Para ahli pendidikan memberikan batasa IPS dengan diagram

Jarolimek di bawah ini, dengan harapan aka memberikan pengertian yang

jelas mengenai kedudukan IPS.

54 Team Guru Inti, Penycscuaian Materi....OP.Cil, him. 54

(49)

41

Diagram. 1

Kedukan Studi Sosial/ IPS menurut JarolimeK

Dan definisi-definisi di atas, sebenarnya tidaklah berbeda antara

satu dengan lainnya, dimana unsur manusia baik sebagai individu maupun

kelompok dan interaksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Hanya

dalam hal stressing atau penekanannya materinya saja yang berbeda, karena

IPS bersifat interdisipliner yang diajarkan di sekolah.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPS

Mata pelajaran pengetahuan sosial di Ml bertujuan agar siswa

mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna

bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar

siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan 56

(50)

masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

Pada pedoman Pengejaran IPS, diungkapkan pula tujuan umum

pembelajaran IPS, yang terangkum dalam tiga tujuan utama, yaitu:

1. Mempersiapkan anak didik menjadi w'arga negara yang baik.

2. Mengajar anak didik berkemampuan berfikir.

3. Agar anak didik dapat melanjutkan kebudayaan bangsa."

Titik berat pengajaran IPS, yaitu:

1. Perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya,

serta manusia dengan kegiatan interaksi antar mereka.

2. Anak-anak didik diharapkan agar dapat menjadi anggota yang produktif

dan dapat memberikan andilnya dalam masyarakat yang bebas,

mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong sesamanya dan

dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari lingkungannya.38

Tujuan-tujuan di atas adalah termasuk ke dalam kategori tujuan

umum program pengajaran IPS, dan secara khusus tujuan pembelajaran IPS

dapat diklasikfikasikan pada:

57 58

Ibid. him. 9

(51)

43

1.Acquiring o f Knowledge(pemberian pengatahuan)

Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan anak didik menjadi warga

negara yang baik, ia perlu dibekali dengan pengetahuan yang bersumber

pada ilmu-ilmu sosial.

2. 7

raining in independen! study

Dalam hal ini anak harus dilatih belajar sendiri, anak harus diajarkan

bagaimana belajar yang baik, memupuk kebiasaan belajar

mempergunakan waktu secara baik dan tepat guna.

3. /

development o f rescuing powerand critical judgement

Anak didik dilatih untuk memiliki kemampuan berfikir kritis,

dihubungkan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kemampuan

berfikir kritis tidak bisa dilatihkan tanpa memiliki lebih dahulu fakta-

fakta sebagai landasan berfikir.

4.

Formation of habits and skill

Pembentukan kegemaran dan keterampilan anak didik

5.

1 raining in desirable patterns o f conduct.

Melatih anak untuk menghayati nilai-nilai hidup yang baik termasuk di

dalamnya etika moral, kejujuran dan sebagainya.v;

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari IPS

adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupananak didik dengan

mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik 59

(52)

untuk menempatkan dirinya di masyarakat yang demokratis, dengan

mengharapkan mereka gar mampu menjadikan negaranya sebagai tempat

hidup yang baik.

2. Fungsi Mata Pelajaran IPS di Ml

pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang

dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah

berfungsi untuk menumbuhkan rasa kebanggan dan kebangsaan, serta bangga

terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa

3. IPS dalam pandangan Islam

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat.

Aktivitas manusia dalam masyarakat tidak akan terlepas dan aspek ekonomi,

politik, sosial, budaya, dan rohani. Untuk dapat diterima dalam lingkungan

masyarakat, maka manusia harus banyak belajar dari lingkungannya.

Pengajaran pengetahuan sosial di MI berfungsi mengembangkan

Artinya: "Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu Jari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal.

(QS: Al-Hujurat. 13) ’’61

(53)

45

Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia memang diciptakan oleh

Aliah SWT secara berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan, bersuku-

suku dan berbangsa-bangsa yang diharapkan untuk dapat saling mengenal dan

melakukan interaksi yang saling membutuhkan. Baik dilihat dan asal manusia

yang satu diri (individu) maupun setelah berkembang biak memenuhi bumi,

manusia dianjurkan untuk saling mengenal antar sesama dan menjalin tali

persaudaraan tanpa membedakan keturunan, ras, suku, bangsa, agama dan

sebagai nya.

Menurut Islam atribut inti manusia adalah kepribadian, yang

mencakup pemilikan kesadaran diri, pengarahan diri, kehendak dan intelek

kreatif. Dari pribadi-pribadi ini tersusun kelompok-kelompok manusia dari

mulai unit terkecil (keluarga), himpunan dan keluarga dan selanjutnya

sehingga membentuk suatu komunitas masyarakat, baik terkait dalam

kesamaan bangsa, bahasa, negara maupun persaudaraan seagama.62 Secara

pribadi atau individu, manusia berhubungan langsung dengan Maha Pencipta,

namun secara hidup berdampingan dengan sesamanya, manusia memiliki

hubungan dengan manusia lainnya, karena itu manusia dikatakan sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial.

Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk

melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. 6

(54)

Karena itulah masyarakat hams menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja sama umat menuju adanya sutau pertumbuhan

manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan. Dengan pandangan ini

Islam memberikan aturan-aturan moral yang lengkap didasarkan pada suatu

sistem nilai yang berisi norma-norma6', dan kemudian lebih lanjut dijabarkan

pada pengetahuan-pengetahuan di samping ilmu-ilmu keislaman itu sendiri, di

antaranya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara khusus

memberikan ilmu tentang kehidupan sosial dan perangkat-perangkat yang

diperlukan dalam menunjang kehidupan sosial.

4. Muatan Materi IPS Untuk MI

Ruang lingkup pengajaran pengetahuan sosial (dari kelas III-VI )

meliputi dua bagian pokok, yaitu sosial dan sejarah, dengan sub-sub materi

sebagai berikut:'4

A. Ruang Lingkup Pengajaran Pengetahuan Sosial, meliputi materi tentang:

1) Keluarga

2) Masyarakat

3) Ekonomi: Uang, Tabungan

4) Wilayah propinsi

5) Wilayah kepulauan 63 64

63 Ibid. him. 157

(55)

6) Pemerintah daerali

7) Negara Republik Indonesia

8) Pengenalan kawasan dunia

B. Ruang Lingkup Pengajaran Sejarah, yaitu meliputi materi tentang:

1) Kerajaan-kerajaan di Indonesia

2) Tokoh dan peristiwa

3) Bangunan bersejarah

4) Indonesia pada zaman penjajahan

(56)

BAB IV

MUATAN KEISLAMAN PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS

(Perspektif Tujuan Institusional MI)

A. Muatan Keislaman Pada Mata Pelajaran IPA untuk MI

Islam adalah agama yang memberikan ajaran yang menjiwai segala sisi kehidupan, termasuk di dalamnya adalah kehidupan manusia dan kehidupan

lingkungan yang mengelilinginya, yang tidak saja berupa mempersoalkan

manusia saja tetapi sampai kepada alam tempat manusia itu hidup dan tinggal.

Implementasi dari keilmuan itu menyebar sampai kepada ilmu-ilmu

yang khusus mempelajari yang lebih spesifik. Contoh Ilmu Pengetahuan Alam,

yang spesifik keilmuannya lebih kepada bidang ilmu kealaman, artinya lebih

memperdalam ilmu tentang alam. Berikut akan dibahas tentang muatan muatan

keislaman yang ada pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang telah

dimuat dalam kurikulum 1994. adapun ruang lingkup mata pelajaran IPA yang

dimaksud adalah mencakup:

1. Makhluk hidup, dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya. >

Manusia, hewan, dan tumbuhan merupakan komponen biotic

(hidup) dari lingkungan. Kesemuanya memiliki keterkaitan satu dengan yang

lainnya sebagai suatu sistem kehidupan, yangn membentuk suat a sistem

(57)

49

untuk manusia sebagai tempat tinggal dan tempat mencari rizki sebagai upaya

mempertahankan hidupnya. Manusia juga dikatakan sebagai ciptaan Tuhan

yang paling sempurna dan paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk

hidup lainnya. Manusia mempunyai budi, akal, nalar, dan dapat berfikir. Al-

Q ur’an surat at-Tiin ayat 4 menyebutkan:

Artinya: "Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. (QS: At-Tiin : 4).”65

Demikian Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-

baiknya ciptaan, mengingat bahwa manusia sering melakukan kelalaian

terhadap keutamaannya, maka manusia dibekali akal untuk dapat berfikir

tentang kebesaran Allah dan memperbaiki kelalaianya itu, dan dengan akal

itu pula Allah telah memuliakan manusia di atas makhluk yang lainnya,

sehingga manusia mampu menjadi pemimpin bagi seluruh alam.

Sebagai makhluk sosial manusia selalu memerlukan bantuan

orang lain atau mempunyai ketergantungan antara satu dengan lainnya,

sehingga terbentuklah suatu masyarakat berdasarkan kesamaan kebutuhan,

adat istiadat, sifat dan karakter tertentu, dan sebagainya. Maka dapat

dikatakan manusia merupakan komponen biotik yang sangat aktif, artinya

Gambar

Tabel. 1Daftar Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Madrasah 1973 12
gambar mata angin.

Referensi

Dokumen terkait

2/ POKJA-PNT/BM tanggal 16 April 2015 maka dengan ini kami umumkan pemenang untuk pekerjaan sebagai berikut:. Nama Paket : Rehabilitasi/Pemeliharaan Periodik Jalan Salaeurih -

Data yang diperoleh dari form laporan LB4 Puskesmas, menunjukkan adanya lonjakan kunjungan pasien Puskesmas. Hal ini terjadi pada semua Puskesmas, rata-rata 2 sampai 3 kali

memiliki persepsi akan Budaya Organisasi yang cukup atau berada pada..

Berdasarkan rumusan masalah yang pertama yaitu sarana dan prasarana belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas XI Ips di Sma Negeri 1 Sungai ambawang akan dibahas sebagai

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Sikap Ilmiah, Hasil Belajar Dan Aktivitas Sains Fisika Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Pakusari. 296

1) Media pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini multimedia interaktif dimana multimedia interaktif pada penelitian ini berfungsi sebagai alat

Berikut adalah gambaran sequence diagram untuk proses login admin (Bagian Keuangan) dari aplikasi laporan laba rugi:.. Gambar 4.4 Sequence Diagram Login

Mazro’atul Huda Karanganyar Demak, aktivitas penerapan sistem informasi pendidikan CCTV berbasis aplikasi android dalam. pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak dan