• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

GSJA Bukit Horeb Salatiga adalah merupakan salah satu gereja di Kota Salatiga yang memiliki sebuah taman di lingkungan gereja atau taman gereja. Lokasinya berada di daerah dataran tinggi Kota Salatiga. Tepatnya, di Jalan Dr. O. Notohamidjojo, Sidorejo Lor, Sidorejo, Kota Salatiga. Tidak jauh dari area gedung kampus FTI (Fakultas Teknologi Informasi) UKSW Salatiga. Di area FTI ini, ramai anak muda berkunjung untuk swafoto. Pemandangan Kota Salatiga dari permukaan atas akan tampak dan dapat disaksikan dari sini. Merujuk pada namanya "dataran tinggi", secara umum dataran tinggi berbentuk gunung dan bukit.1 GSJA Bukit Horeb berada tidak jauh dari area FTI tersebut. GSJA adalah merupakan singkatan dari

“Gereja Sidang Jemaat Allah”. Bapak Darto seorang kooster yang juga bertugas sebagai petugas perawat taman gereja GSJA Bukit Horeb memberikan informasi bahwa, "Taman gereja ini kerap untuk pemandangan, untuk swafoto, dan berinteraksi anggota jemaat".2 Di taman gereja ini terdapat juga mainan anak TK. Digunakan untuk anak-anak bermain.3 Suara kicau burung sering terdengar di sini. Penulis juga melihat banyak pohon cemara.

Keindahan taman gereja, di GSJA Bukit Horeb Salatiga ini telah mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai "taman" nan indah yang berada di lingkungan gereja ini. Berdasarkan informasi yang penulis dapat, sejauh ini, tampak fungsi utama taman gereja di GSJA Bukit Horeb Salatiga diantaranya untuk pemandangan, swafoto, dan berinteraksi anggota jemaat. Penulis, berpendapat, taman gereja semestinya dibedakan dengan taman-taman di tempat umum. Sebagai sebuah taman yang berada di lingkungan gereja; taman gereja, sebaiknya tidak hanya difungsikan untuk pemandangan, untuk swafoto, dan berinteraksi anggota jemaat saja, atau di dalam pertamanan lebih dikenal dengan istilah estetika/keindahan. Akan tetapi, taman gereja, sebaiknya dapat difungsikan sebagai tempat pembangunan spiritualitas, atau untuk mendukung kegiatan peribadahan gereja, selanjutnya taman gereja juga dapat difungsikan sebagai sarana edukasi ekologi. Hal ini penulis dapati, atas dasar pengalaman penulis ketika melaksanakan tugas PPL Pemuda di GKI Soka Salatiga.

Penulis, bersama para pemuda-pemudi GKI Soka, pernah melaksanakan kegiatan ibadah

1 Sri Nur Aminah Natimin, dkk., Perlindungan Tanaman Sayuran Dataran Tinggi, (Yogyakarta : LeutikaPrio, 2022), 1

2 Hasil wawancara dengan Bapak Darto (Kooster/petugas perawat taman gereja), 20 Januari 2022. Pukul 15.00 WIB (melalui telefon WA).

3 Hasil wawancara dengan Bapak Darto (Kooster/petugas perawat taman gereja), 20 Januari 2022. Pukul 15.00 WIB (melalui telefon WA).

(2)

2

padang di taman gereja milik GKI Soka. Pengalaman kedua, penulis juga pernah mengunjungi Gua Maria Kerep Ambarawa. Dalam pengalamannya, di Gua Maria Kerep Ambarawa penulis melihat terdapat spot-spot doa yang ada di sana. Penulis, dapat merasakan suasana/keadaan yang sunyi, tenang, ketika berdoa di sana. Terutama, di spot taman doa. Saat memasuki wilayah taman di Gua Maria, penulis melihat pemandangan padang rumput hijau yang cukup luas. Di sekitarnya juga dihiasi oleh tanaman-tanaman yang tertata rapi, tepat di situlah terdapat spot taman doa.

Di gereja Katolik Warsawa Polandia, pada tahun 1998. Mitkowska dan Siewniak memperkenalkan istilah “taman gereja” yang ditanam di dalam bekas halaman gereja di gereja paroki katolik Roma di Keuskupan Agung Warsawa, Polandia. Dikelilingi oleh tembok pembatas halaman gereja. Ia mendefinisikan bahwa, "Taman gereja; tidak lain dan tidak bukan adalah taman". Ini adalah komposisi taman yang elemen utamanya adalah jalur keliling, sering kali diaspal. Taman terdiri dari halaman rumput, petak bunga, pohon tunggal, pagar, dan gang.

Di dinding ada tempat-tempat suci seperti stasiun salib, dan plakat peringatan. Taman ini juga terdiri dari figur orang suci, fitur air, elemen simbolis, dan dekoratif lainnya. Taman gereja Keuskupan Agung Kota Warsawa Polandia ini juga merupakan bagian penting dari struktur RTH (Ruang Terbuka Hijau) perkotaan di Kota Warsawa, Polandia.4 Taman gereja ini, tampaknya mirip seperti Gua Maria Kerep Ambarawa yang pernah penulis kunjungi. Di Gua Maria Kerep Ambarawa terdapat spot-spot doa dengan plakatnya, juga terdapat patung Yesus dan Bunda Maria sebagai figur orang suci, serta elemen simbolis lainnya.

Fungsi taman gereja sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan sarana edukasi ekologi tampaknya belum diutamakan oleh jemaat di GSJA Bukit Horeb Salatiga. Taman gereja, sebaiknya tidak hanya memperhatikan estetika/keindahannya saja. Melainkan juga harus memperhatikan fungsi pada pembangunan spiritualitas dan selanjutnya fungsi edukasi ekologi. Spiritualitas adalah pencarian arti, makna, dan tujuan hidup manusia baik melalui agama maupun tidak melalui agama. Spiritualitas berhubungan dengan transendensi/Tuhan tanpa merujuk pada ajaran agama tertentu.5 Demikian halnya sebagai “taman” yang berada di lingkungan gereja, yang selanjutnya penulis beri istilah sebagai “taman gereja“, seharusnya taman gereja dapat berfungsi sebagai tempat pembangun spiritualitas. Baik, itu untuk berdoa

4 Małgorzata Kaczyńska, “The church garden as an element improving the quality of city life – A case study in Warsaw”,Sciencedirect. Diakses pada Selasa 26 Juli 2022 Pukul : 16.25 WIB

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1618866720305823#preview-section-recommended-articles

5 Hepi Wahyuningsih, “Religiusitas, Spiritualitas, Dan Kesehatan Mental: Meta Analisis,”Psikologika 13, no.25 (Januari 2008): 62, diakses August 23, 2022, https://journal.uii.ac.id/Psikologika/article/view/8580/7291

(3)

3

secara pribadi (individual), atau kelompok persekutuan (group6) seperti PA, ibadah padang, bible camp. dan lain-lain. Salah satu contoh spiritualitas yang terjadi di sebuah taman yaitu : Taman-taman di Jawa, oleh Denys Lombard. Taman-taman kuno yang ada di Pulau Jawa dalam rangkuman pada bukunya ia menjelaskan taman-taman kuno di Jawa ini bukanlah ruang alami yang didomestikasi dan dihias untuk memberikan kenyamanan dan keindahan. Sebaliknya, taman-taman kuno di Jawa ini terpencil di balik dinding Kraton dan terdiri dari bangunan serta kolam. Melambangkan gunung purba dan laut, tempat-tempat ini digunakan oleh raja-raja Jawa untuk mengasingkan diri, bertapa, dan menampilkan sifat iIahi-Nya7 (spiritualitas). Kegiatan seperti ini, mengasingkan diri; bertapa; dan menampilkan sifat ilahi-Nya, seketika membangkitkan ingatan penulis, pada kisah Yesus di “Taman Getsemani” (Mat. 26:36-46).

Yesus juga pernah datang ke sebuah taman. Yesus datang ke taman Getsemani untuk berdoa.

Taman Getsemani adalah "taman" yang penuh dengan pohon zaitun. Ketika pencobaan yang sangat menekan melanda, biasanya orang-orang Israel pergi ke taman getsemani untuk berdoa dan menyerahkan beban persoalan mereka kepada Tuhan. Begitu juga dengan Yesus yang sangat tertekan dan datang ke getsemani untuk berdoa.8

Taman gereja, selanjutnya, selain dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas, taman gereja juga dapat berfungsi sebagai sarana edukasi ekologi. Ekologi adalah ilmu tentang lingkungan hidup melestarikan dan melindungi alam dunia sebagai lingkungan manusia. Secara etimologis, ekologi berasal dari Bahasa Yunani, yakni oikos dan logos. Oikos berarti rumah atau habitat dan logos berarti ilmu pengetahuan. Maka, dapat diartikan jika ekologi ialah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari rumah, atau habitat (alam/bumi).9 Penghijauan, merupakan salah satu bentuk peran manusia dalam menjaga lingkungan hidupnya (alam/bumi). Penghijauan ini dilakukan dengan melakukan penanaman pepohonan. Kita bisa lihat langkah penghijauan ini pada taman kota, pinggir jalan, atau di tempat-tempat yang berupa tanah lapang.10 Hadi Susilo Arifin dan Nurhayati H.S.Arifin. Dosen dan staff pengajar di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Dalam bukunya Pemeliharaan Taman, mereka menuliskan pada masyarakat perkotaan, taman-taman indah selain bernilai

6 Sanerya Hendrawan, Ph. D., Spiritualitas Management, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), 22

7 Denys Lombard, Taman-Taman di Jawa, (Depok: Komunitas Bambu, 2019), halaman pada sampul bukunya.

8 Rudy R. SIRAIT, 123 OKE (Outline, Khotbah, Ekspositori), (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2015), 401.

9 Eni Setyowati, KONSEP-KONSEP EKOLOGI DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, (Bandung: Media Sains Indonesia, 2021), 176.

10 Andre Kurniawan, “9 Manfaat Penghijauan bagi Lingkungan, Mampu Bersihkan Udara hingga Segarkan Mata”, Merdeka. Diakses pada 21 Juni 2022 Pukul : 15.46 WIB https://www.merdeka.com/jabar/9-manfaat-penghijauan-bagi- lingkungan-bersihkan-udara-hingga-segarkan-mata-kln.html

(4)

4

estetika juga berfungsi sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau).11 Penghijauan.12 Taman-taman dengan tanamannya sebagai ruang terbuka hijau berperan dalam memproduksi oksigen, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi, dan menyimpan air tanah. Sebuah taman, bukan hanya bernilai estetika tapi juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.13 Taman, dapat berfungsi untuk penghijauan (ekologi). Demikian pula halnya dengan taman gereja juga berfungsi untuk penghijauan. Menurut Ferdinand Ludji, dalam buku Menjadi Gereja yang Memberkati, ia berpendapat, gereja bisa memberi edukasi ekologi sejak dini kepada anak-anak sekolah minggu untuk membangun semangat peduli ramah lingkungan baik di gereja tidak membuang sampah sembarangan, atau gereja mengajak jemaat untuk lebih peduli kepada alam berwawasan ekologi melalui bersama untuk penanaman pohon/tanaman baik di lingkungan gereja maupun di rumah masing-masing.14

Taman gereja, bukan hanya dapat berfungsi sebagai pemandangan atau estetika/keindahan saja, melainkan juga dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan sarana edukasi ekologi. Tempat pembangunan spiritualitas dan sarana edukasi ekologi bertujuan untuk menjaga hubungan yang baik antara manusia dangan Tuhan (spiritualitas) dan menjaga hubungan yang baik manusia dengan alam/bumi (ekologi).

Pendekatan yang digunakan penulis adalah spiritualitas, ekologi, dan pertamanan. Teori yang digunakan yakni teori tahap-tahap pertumbuhan spiritual manusia, dalam buku Pertumbuhan Spiritual Jalan Pencerahan Hidup oleh Hubertus Leteng, teori ekologi dan pengetahuan lingkungan, dalam buku Ekologi dan Ilmu Lingkungan oleh Dyah Widodo., dkk, dan teori taman; antara fungsi ekologis hingga estetika, dalam buku Pengantar Desain Taman oleh Andi Setiaji, taman gereja dalam artikel ilmiah “The church garden as an element improving the quality of city life – A case study in Warsaw” oleh Małgorzata Kaczyńska. Beberapa teori ini diharapkan mampu menerangkan fungsi taman gereja sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan sarana edukasi ekologi.

Menjadi penting sekarang untuk dapat mengetahui berbagai kajian-kajian mengenai taman gereja. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang taman gereja.

11 Hadi Susilo Arifin, Nurhayati H.S. Arifin, Pemeliharaan Taman Edisi Revisi, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005), 8.

12 Andre Kurniawan, “9 Manfaat Penghijauan bagi Lingkungan, Mampu Bersihkan Udara hingga Segarkan Mata”, Merdeka. Diakses pada 21 Juni 2022 Pukul : 15.46 WIB https://www.merdeka.com/jabar/9-manfaat-penghijauan-bagi- lingkungan-bersihkan-udara-hingga-segarkan-mata-kln.html

13 Arifin, Pemeliharaan, 8.

14 Pdt. Ferdinand Ludji, M.Si., Menjadi Gereja yang Memberkati, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2020), 144

(5)

5

Pertama, B. Kresnojati Hayunanda, seorang mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ia menuliskan kajiannya tentang “Taman Religi” Gereja Taman di Tengah Kota Yogyakarta. Ia merancang taman religi berupa gereja yang mampu memberikan dorongan kebatinan yang lebih dalam melakukan ibadat/misa dengan nuansa yang lebih akrab baik antar sesama manusia maupun dengan alam. Konsep perancangan pada Gereja Taman di Tengah Kota Yogyakarta ini antara lain mengenai konsep taman sebagai pengaruh sosial secara umum, dan konsep taman bagi perkembangan fisik gereja.15 Kedua, Eva Juita Tarigan, seorang mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni Program Studi Seni Rupa, Universitas Negeri Medan. Ia menuliskan kajiannya tentang “Tinjauan Dekorasi Taman Graha Maria Annai Velangkanni Berdasarkan Prinsip-prinsip Desain” Ia mengkaji apakah jalan layang dan dekorasi taman bagian depan aula St.Anna pada Graha Maria Annai Velangkanni sesuai dengan prinsip-prinsip desain selanjutnya elemen-elemen apa saja yang mendekorasi jalan layang dan taman. Serta makna simboliknya bagi Gereja Graha Maria Annai Velangkanni.16 Berbeda dengan peneliti di atas, tulisan ini berfokus pada kajian spiritualitas dan ekologi terhadap pemahaman jemaat di GSJA Bukit Horeb Salatiga tentang taman gereja. Kajian spiritualitas dan ekologi tentang taman gereja menghasilkan dua fungsi taman gereja. Pertama, sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan kedua, sebagai sarana edukasi ekologi, kedua fungsi tersebut dapat menjaga hubungan yang baik antara jemaat dengan Tuhan (spiritualitas) dan menjaga hubungan yang baik antara jemaat dengan alam/bumi (ekologi), melalui taman gereja.

Dengan demikian, taman gereja, diharapkan dapat membentuk kita menjadi manusia spiritual-ekologis dalam praktik kehidupan sehari-hari. Pribadi spiritual-ekologis hidup mengintegrasikan segala sesuatu dalam alam dengan mengubah presepsi atas dunia alam semesta dan menyatukan realitas dengan subjektivitas dirinya. Alam bukan sesuatu yang aneh dan asing di luar sana, tapi sahabat dan kawan yang akrab dan menyatu dengan diri kita.17 Tulisan ini, turut memberi petunjuk kepada kita bagaimana "Taman Gereja" dapat membentuk jemaat gereja menjadi manusia spiritual-ekologis. Berdasarkan penjabaran di atas maka,

15 B. Kresnojati Hayunanda, “Taman Religi” Gereja Taman Di Tengah Kota Yogyakarta” (S1 thesis, UAJY, 2009),4.

Diakses pada Kamis 17 November 2022 Pukul : 21.58 WIB. http://e-journal.uajy.ac.id/2942

16 Eva Juita Tarigan, “Tinjauan Dekorasi Taman Gereja Graha Maria Annai Velangkanni Berdasarkan Prinsip- prinsip Desain” (Undergraduate thesis, UNIMED, 2016), 4. Diakses pada Kamis 17 November 2022 Pukul : 22.07 WIB.

http://digilib.unimed.ac.id/1940/

17 Frederikus Fios, “Menjadi Manusia Spiritual-Ekologis Di Tengah Krisis Lingkungan Sebuah Review” Jurnal Sosial Humaniora (JHS) volume 12, Ed.1 (2019): 47

(6)

6

penulis memberikan judul tulisan ini yaitu: “Kajian Spiritualitas dan Ekologi Terhadap Pemahaman Jemaat di GSJA Bukit Horeb Salatiga Tentang Taman Gereja”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan kajian spiritualitas dan ekologi taman gereja pada latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu, pertama, bagaimana pemahaman jemaat di GSJA Bukit Horeb Salatiga tentang taman gereja yang dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas? Kedua, bagaimana pemahaman jemaat di GSJA Bukit Horeb Salatiga tentang taman gereja yang dapat berfungsi sebagai sarana edukasi ekologi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai yaitu, pertama, menganalisa pemahaman jemaat di GSJA Bukit Horeb Salatiga tentang taman gereja yang dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan kedua, menganalisa pemahaman jemaat di GSJA Bukit Horeb Salatiga tentang taman gereja yang dapat berfungsi sebagai sarana edukasi ekologi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat baik secara teoritis dan praksis.

Secara teoritis, dapat bermanfaat, mengedukasi jemaat terkait spiritualitas dan ekologi.

Teori berfungsi memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada jemaat terkait akan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan (spiritualitas) dan menjaga hubungan yang baik dengan alam/bumi (ekologi) melalui taman gereja.

Dan secara praksis, taman gereja dengan dua fungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan sebagai sarana edukasi ekologi diharapkan dapat diterapkan di taman gereja oleh jemaat gereja terkait. Juga jemaat gereja-gereja di mana pun yang memiliki taman gereja.

Serta, taman gereja dengan dua fungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan sebagai sarana edukasi ekologi diharapkan dapat membentuk jemaat gereja menjadi manusia spiritual- ekologis dalam praktik kehidupan sehari-hari.

1.5. Metode Penelitian

Dalam menentukan metode penelitian, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu melalui data

(7)

7

yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan.18 Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif seperti observasi dan wawancara. Metode observasi digunakan untuk mendapat hasil pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan terhadap suatu benda atau keadaan.19 Metode wawancara merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut responden melalui suatu wawancara yang sistematis dan terorganisasi. Karena itu wawancara merupakan percakapan oleh pewawancara (interviewer) dengan terwawancara (interviewee) yang berlangsung secara sistematis dan terorganisasi untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil percakapan tersebut dicatat atau direkam oleh pewawancara.20 Teknik wawancara yang digunakan adalah semi-terstruktur dimana dalam pelaksanaannya peneliti tidak terpaku pada pedoman wawancara, sehingga peneliti lebih leluasa menggali informasi secara lebih terbuka dari informan.21

Penelitian ini dilakukan di satu tempat : GSJA Bukit Horeb Salatiga. Subjek penelitian pertama yaitu, 1 orang Gembala Sidang GSJA Bukit Horeb, kedua 2 orang Staf Pastoral GSJA Bukit Horeb, ketiga 1 orang kooster/petugas perawatan taman gereja GSJA Bukit Horeb, keempat 24 orang jemaat pengguna taman (Anak-anak, remaja, pemuda, pemuda dewasa, kaum wanita, kaum pria, dan lansia). Subjek penelitian yang dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel purposif (purposive sampling) yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu karena memiliki pengetahuan, pengalaman, dan informasi yang terkait dengan fungsi taman gereja.22

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah bagian pertama membahas pendahuluan, bagian kedua membahas teori tahap-tahap pertumbuhan spiritual, dalam buku Pertumbuhan Spiritual Jalan Pencerahan Hidup oleh Hubertus Leteng, teori ekologi dan pengetahuan lingkungan, dalam buku Ekologi dan Ilmu Lingkungan oleh Dyah Widodo., dkk, dan teori taman; antara fungsi ekologis hingga estetika, dalam buku Pengantar Desain Taman oleh Andi Setiaji, taman gereja dalam artikel ilmiah “The church garden as an element improving the quality of city life – A case study in Warsaw” oleh Małgorzata Kaczyńska, bagian ketiga membahas data lapangan mencakup gambaran lokasi penelitian, pemahamaan

18 Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remadja Karya, 1998), 30.

19 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), 135.

20 Uber Silalahi, Metode Peneleitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), 312.

21 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), 320.

22 Faisal, Format, 67.

(8)

8

jemaat GSJA Bukit Horeb Salatiga tentang taman gereja yang dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan sarana edukasi ekologi, bagian keempat membahas serta menganalisa pentingnya pemahaman tentang fungsi pembangunan spiritualitas dan fungsi edukasi ekologi taman gereja bagi jemaat yang memiliki taman gereja, bagian kelima membahas kesimpulan dan saran.

2. DASAR TEORI 2.1. Teori Spiritualitas 2.1.1. Makna Spiritualitas

Spiritualitas berasal dari kata spirituality, yang merupakan kata benda, turunan dari kata sifat spiritual. Kata bendanya adalah spirit, diambil dari kata latin spiritus yang artinya

“bernafas”.23 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, spiritual berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).24 Menurut Hepi Wahyuningsih spiritualitas adalah pencarian arti, makna, dan tujuan hidup manusia baik melalui agama maupun tidak melalui agama.

Spiritualitas berhubungan dengan transendensi/Tuhan tanpa merujuk pada ajaran agama tertentu.25 Andar Ismail : Spiritualitas adalah gaya hidup sehari-hari yang merupakan buah dari hubungan kita dengan Tuhan secara transenden yang ditampakkan dalam sikap hidup kita terhadap orang-orang yang adalah imanensi atau perwujud-hadiran Tuhan.26 Imago Dei – manusia sebagai citra Allah.27

Menurut Hubertus Leteng spiritualitas ibarat sebuah perjalanan pendakian menuju puncak gunung. Ini adalah perjalanan menuju puncak gunung. Kita mulai mendaki selangkah demi selangkah mulai dari kaki gunung hingga mencapai puncak. Namun, dalam perjalanan pendakian tersebut kita akan berjumpa dengan berbagai kendala. Onak dan duri, hewan buas seperti ular; singa; atau harimau, dan kendala-kendala yang lain. Perjalanan menuju puncak tersebut adalah sebuah proses yang harus dilalui.28 Pada umumnya, setiap manusia menyadari dan mengetahui bahwa segala ciptaan Tuhan bertumbuh dan berkembang. Demikian juga

23 Sanerya Hendrawan, Ph. D., Spiritualitas Management, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), 18

24 Spiritual menurut KBBI dapat diartikan berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin). Lihat KBBI https://kbbi.web.id/spiritual

25 Hepi Wahyuningsih, “Religiusitas, Spiritualitas, Dan Kesehatan Mental: Meta Analisis,”Psikologika 13, no.25 (Januari 2008): 62, diakses August 23, 2022, https://journal.uii.ac.id/Psikologika/article/view/8580/7291

26 Andar Ismail, Selamat Menabur, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2008), 106

27 Mgr. Hubertus Leteng, Pertumbuhan Spiritual Jalan Pencerahan Hidup, (Jakarta : Penerbit OBOR, 2012), 37

28 Leteng, Pertumbuhan, (halaman pada sampul bukunya)

(9)

9

manusia sebagai ciptaan Tuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu, tidak hanya secara fisik jasmaniah, tapi juga secara mental spiritual.29 Dan seperti halnya pendakian gunung tadi, di dalam perjalanan atau proses pertumbuhan dan perkembangan spiritual itu tak jarang kita menemui kendala. Kita harus melewatinya agar kita dapat berada sampai pada puncaknya. Yakni hidup kudus.30 Dalam spiritual, kendalanya tidak lain dan tidak bukan adalah dosa.31 Dosa adalah sebuah sikap bermusuhan dengan Allah dan kehendak-Nya. Dengan berdosa manusia melawan otoritas Allah, dan dengan melawan Allah manusia juga sering melawan diri sendiri dan menentang sesama manusia.32

2.1.2. Tahap-Tahap Pertumbuhan Spiritual Manusia

Hubertus Leteng menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan hidup spiritual manusia dapat ditempuh melalui dua jalan diantaranya :

a. Tiga Jalan Tradisional 1) Pembersihan

Pembersihan berarti membuat perbaikan-perbaikan dalam hidup dan meninggalkan sikap-sikap yang keras dan kaku dalam diri. Sikap yang keras dan kaku membuat kita tertutup dan menutup diri terhadap orang-orang lain dan hal ini menyulitkan pertumbuhan dan perkembangan diri yang sehat dan normal.33 Selain membuat perbaikan-perbaikan pembersihan juga berarti melepaskan hati dan membebaskan diri dari hal-hal yang membuat manusia buta dan tuli dalam pergaulan dan komunikasi dengan orang-orang lain dan dengan lingkungan di sekitar.34 Manusia dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik secara spiritual apabila dia membersihkan dan membebaskan diri dari dosa yang datang dari luar atau dalam dirinya sendiri.35

2) Penerangan

Penerangan melukiskan nilai transfigurasi dan meditasi atas injil yang menjadikan kita satu figur dengan Roh Kristus. Melalui transfigurasi tidak ada pertumbuhan dan perkembangan rohani tanpa perhatian terhadap injil yang merupakan tempat roh atau semangat kita

29 Leteng, Pertumbuhan, 1-3

30 Leteng, Pertumbuhan, 325

31 Leteng, Pertumbuhan, 68

32 Dosa menurut KBBI dapat diartikan perbuatan melanggar hukum Tuhan atau agama; perbuatan salah (seperti terhadap orang tua, adat, negara). Lihat KBBI https://kbbi.web.id/dosa

33 Leteng, Pertumbuhan, 97

34 Leteng, Pertumbuhan, 98

35 Leteng, Pertumbuhan, 98-99

(10)

10

dihadapkan dengan Roh Kudus yang hidup dalam diri Tuhan Yesus yang berbicara kepada kita melalui sabda injil-Nya. Oleh karena itu, kita akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan rohani yang baik dan benar apabila kita menjadi akrab dengan injil Tuhan.36 Pada titik inilah hendaknya kita wajib mengembangkan keakraban yang sangat pribadi dengan sabda Allah.

Tentu saja dibutuhkan pengetahuan segi-segi bahasa atau tafsirnya, tetapi itu saja belum cukup.

Kita sendiri perlu mendekati sabda Allah dengan hati yang sungguh terbuka dan dalam sikap doa, sehingga sabda itu secara mendalam meresapi pikiran maupun perasaan kita, dan menciptakan wawasan baru pada kita ‘pikiran kristus’. Dengan demikian, kata-kata, pilihan- pilihan, dan sikap-sikap kita akan semakin menjadi refleksi, pewartaan, dan kesaksian tentang injil. Ibarat matahari yang menyinari seisi rumah, injil adalah penerang kehidupan kita.37 3) Persekutuan

Garis final atau akhir dari pertumbuhan dan perkembangan hidup spiritual manusia adalah persekutuan dalam cinta dengan Tuhan dan sesama. Inilah sasaran yang dirindukan manusia pada semua tahap pertumbuhan dan perkembangan spiritual sebelumnya, tetapi yang memberikan makna kepada tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya itu.

Kalau kita tidak sampai pada persekutuan, usaha dan kontemplasi akan merosot nilainya menjadi teknik penguasaan dan kesadaran diri untuk merealisasi kepentingan ego atau diri pribadi.38 Tuhan tidak menciptakan manusia sebagai suatu makhluk yang sendirian tetapi menghendakinya sebagai suatu makhluk sosial.39

b. Jalan Kebajikan Kristus 1) Iman

Iman kita perlu bertumbuh dan berkembang lebih jauh, lebih mendalam dan lebih berakar menjadi suatu iman yang bersifat personal atau pribadi.40 Pada intinya, beriman adalah kegiatan manusia yang sadar dan bebas, yang sesuai dengan martabat pribadi manusia. Dalam iman, manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah; memberikan kepada Allah ketaatan pikiran dan kehendak secara utuh. Dengan demikian, masuk kepada persekutuan yang mesra dengan-Nya.41 Sekalipun beriman itu pada dasarnya merupakan buah rahmat Ilahi

36 Leteng, Pertumbuhan, 109

37 Leteng, Pertumbuhan, 110

38 Leteng, Pertumbuhan, 114

39 Leteng, Pertumbuhan, 115

40 Leteng, Pertumbuhan, 129

41 Leteng, Pertumbuhan, 130

(11)

11

dan kegiatan gerejani, namun iman itu hendaknya masuk kedalam hati kita dan berakar di dalam sanubari kita.42

2) Harapan

Dalam pertumbuhan dan perkembangan spiritual yang sehat, berharap berarti mengarahkan seluruh sikap hati untuk mencari Allah demi Allah itu sendiri. Dalam kebajikan harapan, pergumulan dan pergulatan kita satu-satunya adalah menyediakan diri bagi kehendak Allah. Dalam arti ini, kita memiliki dan menghayati harapan yang autentik, apabila dalam setiap peristiwa kehidupan dan kematian kita sedapat mungkin mampu menempatkan segala sesuatu kedalam tangan Tuhan. Berharap dalam kata lain berarti tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tapi menyandarkan diri pada Allah.43

3) Kasih Ilahi dan Kasih Persaudaraan

Kapan dan dimana pun di dunia ini, kasih selalu lebih dahulu merupakan cinta Tuhan kepada manusia sebelum ia menjadi cinta manusia kepada Tuhan. Atas dasar ini hendaknya dalam kebajikan kasih, lebih dahulu “kita mengasihi Allah di atas segala-galanya demi diri- Nya sendiri dan kerena kasih kepada Allah kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri”.

Dengan mencintai Tuhan terlebih dahulu, cinta kita terhadap sesama tidak akan salah arah atau salah langkah. Bagi kita cinta kepada Tuhan merupakan “kompas” yang menunjukan arah dan jalan cinta yang benar kepada sesama. Dengan cinta kepada Tuhan kita tidak akan tersesat dalam perjalanan cinta kepada sesama.44

Kasih persaudaraan adalah bentuk kasih yang manusia tunjukan dan berikan kepada orang lain sebagai anak-anak Allah. Contoh : Membangun dan memelihara suasana aman dan damai; orang-orang yang hidup bersama menghindari terjadinya perselisihan atau perpecahan,45 tidak merasa puas diri dan tidak puas sendiri, tetapi dengan saling memuaskan satu sama lain dan saling membantu; dalam kehidupan bersama biasanya setiap anggota memiliki keunikan tertentu, keunggulan, atau keterampilan khusus, bakat dan hobi tertentu.

Selain itu, ada juga anggota keluarga atau komunitas yang mendapat keuntungan atau rezeki dari pekerjaan atau pelayanannya. Kasih persaudaraan dalam hal ini akan menjadi konkret dan benar-benar dihayati apabila setiap orang tidak menikmati sendiri, melainkan saling berbagi.

42 Leteng, Pertumbuhan, 132

43 Leteng, Pertumbuhan, 144

44 Leteng, Pertumbuhan, 158

45 Leteng, Pertumbuhan, 169

(12)

12

Saling melengkapi satu dengan lainnya dengan kelebihannya masing-masing46, dan memandang dan melihat dalam diri orang-orang lain citra Allah dan Kristus sendiri; kendati manusia dibentuk dari debu bumi, menampilkan Allah di dunia, menandakan kehadiran-Nya, kemuliaan-Nya. Singkatnya, kemuliaan Allahmemancar pada wajah manusia yang hidup47. 4) Kemiskinan

Manusia akan bertumbuh dan berkembang secara spiritual apabila ia tidak hanya merindukan kekudusan, tetapi juga apabila ia mempersembahkan kemiskinan dan kekurangan, kerapuhan dan kelemahannya kepada Tuhan dan sesama. Persembahan kemiskinan dan kekurangan dirasa amat perlu dalam pertumbuhan dan perkembangan spiritual, karena kerinduan manusia amat sering tercampur dengan ilusi atau mimpi yang indah-indah atau bayangan yang serba romantis48. Nafsu duniawi49. Supaya manusia mampu mendengarkan panggilan kepada kekudusan yang tidak lagi dirindukan lebih sebagai pencarian dari kesempurnaan diri pribadi, tetapi terutama dilihat sebagai persembahan dari kemiskinan hidup manusia itu sendiri50.

2.1.3. Melindungi dan Menghormati Alam Sebagai Bentuk Spiritualitas Kepada Allah Menurut Hubertus Leteng, manusia yang memiliki spiritualitas yang baik kepada Tuhan ia juga akan baik terhadap alam dan sesama. Pertumbuhan dan perkembangan spiritual manusia, juga memiliki hubungan dengan lingkungan tempat ia tinggal dan senantiasa menjalin relasi dengan alam sekitarnya. Karena dalam setiap saat manusia hidup di dunia, akan berrelasi dengan lingkungan atau alam sekitar. Dengan demikian secara spiritual, kekuasaan, mandat, dan tanggung jawab dari Allah yang diberikan Tuhan, dengan tujuan manusia sebagai pemelihara alam semesta yang bertugas untuk melindungi alam serta mengelola lingkungan tidak hanya kesejahteraan sendiri tetapi demi kesejahteraan generasi yang akan datang, bukan menuntut manusia untuk sesuka hati melakukan eksploitasi terhadap alam ciptaan-Nya.51 Hubertus Leteng mengatakan, spiritualitas sejatinya memiliki tiga bentuk relasi, yaitu kepada Tuhan, manusia, dan alam.52 Allah sebagai Sang Pencipta.53 Manusia sebagai ciptaan yang

46 Leteng, Pertumbuhan, 170

47 Leteng, Pertumbuhan, 171

48 Leteng, Pertumbuhan, 179

49 Pdt. Yusuf Eko Basuki S.Th., Kristen Pemenang (The Victorious Christian), (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 112.

50 Leteng, Pertumbuhan, 180

51 Leteng, Pertumbuhan, 6

52 Leteng, Pertumbuhan, 2

53 Leteng, Pertumbuhan, 7

(13)

13

segambar dan serupa dengan Allah.54 Dan alam sebagai ciptaan yang harus dilindungi dan dihormati.55

2.2. Teori Ekologi

2.2.1. Ekologi dan Pengetahuan Lingkungan a. Definisi Ekologi

Kata “ekologi” mula-mula diusulkan oleh biologiwan bangsa Jerman, Ernest Hacckel pada tahun 1869. Ekologi termasuk cabang ilmu Biologi. Ekologi mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan sekitarnya. Secara etimologis, ekologi berasal dari Bahasa Yunani, yakni oikos dan logos. Oikos berarti rumah atau habitat dan logos berarti ilmu pengetahuan. Maka dapat diartikan jika ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari rumah atau habitat56. Tempat tinggal makhluk57. Jadi semula ekologi artinya,

“ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya”. Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya”. Saat ini ekologi lebih dikenal sebagai “ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi dari alam”. Bahkan ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari rumah tangga makhluk hidup. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasar dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang pada awalnya, ekologi dibedakan dengan jelas ke dalam ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Siahaan mendefinisikan, ekologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mencari tahu hubungan organisme makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya58. Ekologi menurut R. Soedjiran Resosoedarmo : Hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungannya59.

b. Sejarah dan Perkembangan Ekologi

Ekologi telah berkembang maju selama sejarah perkembangan manusia. Berbagai tulisan ilmuan sejak Hipocrates, Aristoteles, hingga filosof lainnya merupakan naskah-naskah kuno yang berisi rujukan tentang masalah-masalah ekologi, walaupun pada waktu itu belum diberikan nama ekologi. Sebelum kata “ekologi” diusulkan oleh Ernest Hacckel pada tahun 1869, banyak biologiwan terkenal diabad ke-8 dan ke-9 telah memberikan sumbangan pikiran

54 Leteng, Pertumbuhan, 171

55 Leteng, Pertumbuhan, 7

56 Dyah Widodo,. dkk, Ekologi dan Ilmu Lingkungan, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021), 2

57 Prof. Dr. R. Soedjiran Resosoedarmo, MA, Pengantar Ekologi, (Bandung: Remaja Karya, 1986), 1

58 Widodo, Ekologi, 2

59 Resosoedarmo, Pengantar, 1

(14)

14

dalam bidang ini, sekalipun belum menggunakan kata “ekologi”. Antony van Leevwenhoek lebih dikenal sebagai pelopor ahli mikroskop pada tahun 17-an, memelopori pula pengkajian rantai makanan dan pengaturan populasi. Tulisan botaniwan bangsa Inggris Richard Bradky menyatakan bahwa ia memahami betul hal produktivitas biologis. Ketiga bidang tersebut penting dalam ekologi mutakhir. Ekologi mulai berkembang pesat sekitar tahun 1900 dan berkembang terus dengan cepat sampai saat ini, apalagi disaat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasar dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Seperti dikatakan sebelumnya, pada awalnya, ekologi dibedakan dengan jelas ke dalam ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Namun dengan adanya faham komunitas biotik yang dikemukakan oleh F.E. Clements dan V.E. Shelford, faham rantai makanan dan siklus materi oleh Raymond Lindman dan G.E. Hutchainson serta pengkajian sistem danau secara keseluruhan oleh E.A. Brige dan Chauncy Juday60, maka semua konsep tersebut telah meletakkan dasar-dasar teori untuk perkembangan ekologi secara umum.

Prinsip-prinsip dalam ekologi dapat menerangkan dan memberikan pemahaman dalam mencari jalan untuk mencapai kehidupan yang layak. Timbulnya gerakan kesadaran lingkungan terutama pada tahun 1968 dan 1970, semua orang ikut memikirkan masalah polusi, pelestarian alam, kependudukan, dan konsumsi pangan dan energi. Peningkatan perhatian masyarakat terhadap permasalahan lingkungan hidup memberi pengaruh yang kuat terhadap perkembangan ekologi dan ilmu pengetahuan. Sebelum tahun 1970-an, ekologi dipandang sebagai bagian dari biologi. Ekologi, menurut Odum telah berkembang menjadi bagian biologi yang sangat penting dan merupakan disiplin ilmu baru yang mempertanyakan proses-proses fisis dan biologi dan menjembatani ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial61. Juga tak luput Teologi (melahirkan Ekoteologi) yang diprakasai oleh Lynn White yang mengkritik dengan keras Kekristenan sebagai dalang dari tindakan eksploitasi alam secara besar-besaran yang terjadi di belahan bumi barat62. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia eksploitasi adalah pengusahaan; pendayagunaan; pemanfaatan untuk keuntungan diri sendiri; pengisapan;

pemerasan.63 Sementara ruang lingkup ekologi semakin luas, pengkajian tentang bagaimana

60 Widodo, Ekologi, 3

61 Widodo, Ekologi, 4

62 Celia Deane-Drummond (diterjemahkan oleh : Pdt. Dr. Robert P. Borrong), Teologi dan Ekologi Buku Pegangan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 20

63 Eksploitasi menurut KBBI dapat diartikan pengusahaan; pendayagunaan; pemanfaatan untuk keuntungan diri sendiri; pengisapan; pemerasan. Lihat KBBI https://kbbi.web.id/eksploitasi

(15)

15

individu dan spesies berinteraksi serta menggunakan sumber daya alam semakin diintensifkan.64

2.3. Teori Taman

2.3.1. Teori Taman; Antara Fungsi Ekologis Hingga Estetika a. Pengertian Taman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), taman diartikan sebagai kebun yang ditanami dengan bunga-bunga dan sebagainya (tempat bersenang-senang).65 Menurut Andi Setiaji taman adalah areal yang berisikan meterial keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja dibuat sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan. Jadi, taman (garden) merupakan istilah untuk menampilkan berbagai bentuk tanaman dan bentuk-bentuk lain di alam.66

b. Fungsi Taman

Diakui bahwa kehadiran taman di sekeliling bisa memberikan nuansa asri dan segar.

Setelah beraktivitas penuh seharian, taman dapat menjadi tempat paling nyaman sebagai sarana relaksasi sekaligus untuk melepas lelah dan penat. Di taman, kita bisa menghirup udara segar sambil memandangi keindahan bunga-bunga, daun-daun, dan pohon hijau. Selain fungsi tersebut, kehadiran taman juga berfungsi secara ekologis. Taman dapat menjaga kualitas lingkungan dan bisa menjadikan suatu lingkungan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam fungsinya ini, taman dapat memberikan berbagai manfaat, seperti sebagai penghasil oksigen dan penyerapan karbondioksida. Tanaman hijau yang ada di taman bisa melakukan fotosintesis, sehingga dapat mengurangi kadar karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Dalam fungsi ekologisnya, taman juga dapat meminimalisir polusi udara. Tanaman-tanaman yang ada di taman bisa menyerap berbagai debu dan asap kendaraan bermotor, sehingga mengurangi polusi udara. Selain itu, taman juga berfungsi sebagai orohidrologi, yaitu menjadi tempat penyimpanan air tanah, sehingga dapat menjamin pasokan air tanah dan mencegah banjir.

Taman juga bisa menjadi sarana pelestarian lingkungan (ekosistem).67

64 Widodo, Ekologi, 4

65 Taman menurut KBBI dapat diartikan sebagai kebun yang ditanami dengan bunga-bunga dan sebagainya (tempat bersenang-senang). Lihat KBBI https://kbbi.web.id/taman

66 Andi Setiaji, Pengantar Desain Taman, (Yogyakarta: DIVA Press, 2021), 8

67 Setiaji, Pengantar, 13

(16)

16 3. Hasil Penelitian

3.1. Gambaran Umum Gereja dan Taman Gereja GSJA Bukit Horeb

GSJA Bukit Horeb tercatat dalam plakat peresmian gedung di tembok bangunan gereja, ditahbiskan pada hari Rabu tanggal 2 Mei 2001. Dengan ditanda tangani walikota Dati II Salatiga Drs. Suwarso dan Gembala Sidang Pdt. Thalia L. Hukom. Pada awalnya, jemaat GSJA Bukit Horeb mulai terbentuk pada tahun 1986 namun belum memiliki gedung gereja. Pada tahun 2001 jemaat GSJA Bukit Horeb Salatiga resmi memiliki gedung gereja.68 Hingga kini pada tahun 2022, ibu Pdt. Thalia L. Hukom masih memimpin gereja ini sebagai Gembala Sidang. Beliau menerangkan, taman gereja di GSJA Bukit Horeb mula-mula dibangun atas inisiatif beliau sejak bangunan gereja jadi pada tahun 2001. Beliau menginginkan lahan gereja yang ada untuk dijaga agar tidak gersang, maka perlu ada tanaman di sekitar gedung gereja.

Ibu Pdt. Thalia L. Hukom berpendapat bahwa lahan lebih baik ditanami pohon/tanaman, bukan semen.69 Beliau juga sangat suka tanaman.70 Sama seperti halnya taman-taman pada umumnya, taman gereja GSJA Bukit Horeb dipenuhi padang rumput hijau yang cukup luas, dihiasi pohon/tanaman yang tertata rapi di sekitar gedung gereja; beberapa seperti pohon cemara, tanaman bunga. Taman gereja ini tampak begitu indah dipandang mata. Tanaman-tanaman yang ada di taman gereja berasal dari berbagai macam. Ada yang dari jemaat, ada yang beli, ada juga yang hasil budidaya tanaman-tanaman.71 Menurut jemaat, pohon/tanaman merupakan bagian dari estetika/keindahan yang sangat penting untuk dijaga keindahannya72. Kaum wanita pernah menyumbang tanaman ke gereja.73 Menurut jemaat kaum wanita, sebenarnya tidak ada larangan untuk siapapun datang berkunjung ke taman gereja. Akan tetapi, taman gereja cenderung dikunjungi oleh jemaat gereja saja.74 Pengunjung taman gereja banyak dari jemaat anak-anak sekolah minggu.75 Terdapat permainan anak TK di taman gereja ini, digunakan untuk anak-anak bermain.76

68 Hasil wawancara dengan Bapak Wahyu (Staf Pastoral), 22 Oktober 2022 Pukul 08.51 WIB

69Hasil wawancara dengan ibu Pdt. Thalia L. Hukom (Gembala Sidang), 25 Oktober 2022 Pukul 12.00 WIB

70Hasil wawancara dengan ibu Tri Kumorowati (Jemaat Kaum Wanita), 20 Oktober 2022 Pukul 14.00 WIB

71 Hasil wawancara dengan Bapak Wahyu (Staf Pastoral), 22 Oktober 2022 Pukul 08.51 WIB

72 Hasil wawancara dengan ibu Tri Kumorowati, ibu Lola, (Jemaat Kaum Wanita), 20, 20 Oktober 2022 Pukul 14.00, 16.00 WIB

73 Hasil wawancara dengan ibu Tri Kumorowati (Jemaat Kaum Wanita), 20 Oktober 2022 Pukul 14.00 WIB

74 Hasil wawancara dengan Bapak Wahyu (Staf Pastoral), 22 Oktober 2022 Pukul 08.51 WIB

75 Hasil wawancara dengan mbak Kristina, mbak Ika, mbak Dyah, mbak Tyas (Jemaat Pemuda Dewasa), 20, 20, 21, 21 Oktober 2022 Pukul 15.08, 16.30, 12.37, 12.55 WIB

76 Hasil wawancara dengan mbak Kristina, mbak Dyah, mbak Tyas (Jemaat Pemuda Dewasa), 20,21,21 Oktober 2022 Pukul 15.08, 12.37, 12.55 WIB

(17)

17

3.2. Pemahaman Jemaat dan Pengurus Gereja GSJA Bukit Horeb Tentang Taman Gereja Yang Dapat Berfungsi Sebagai Tempat Pembangunan Spiritualitas dan Sarana Edukasi Ekologi

3.2.1. Pemahaman Jemaat dan Pengurus Gereja Tentang Fungsi Utama Taman Gereja Jemaat memahami fungsi utama taman gereja. Diantaranya, taman gereja utamanya untuk bermain, seperti main ayunan, main bola, tempat bersenang-senang.77 Dan, untuk estetika/keindahan. Kebersihan dan keindahan taman gereja selalu dijaga agar selalu indah dipandang mata.78 Tampaknya, fungsi taman gereja untuk bermain dan untuk estetika/keindahan merupakan fungsi utama taman gereja yang banyak dipahami oleh jemaat.

Hasil penelusuran ini, tampaknya hampir sama dengan informasi fungsi utama taman gereja yang didapat dari Bapak Darto diantaranya untuk pemandangan, untuk swafoto, dan berinteraksi anggota jemaat.79 Gembala sidang, staf pastoral, dan kooster/petugas perawat taman gereja memahami fungsi taman gereja utamanya untuk estetika/keindahan;

memperindah gedung gereja, penyegaran atau kesejukan; mengurangi polusi udara (berfungsi secara ekologis); akan sangat panas jika pohon/tanaman itu tidak ada; menanggulangi banjir;

pohon-pohon dapat mencegah banjir, ibadah padang; ibadah juga sangat baik untuk diutamakan di taman gereja.80

3.2.2. Pemahaman Jemaat dan Pengurus Gereja Tentang Kegiatan Spiritualitas di Taman Gereja

Jemaat memahami taman gereja dapat digunakan untuk kegiatan bible camp. Menurut anak sekolah minggu, kegiatan bible camp, di taman gereja terasa asik karena ramai dan banyak teman. Kegiatan sekolah minggu. Kegiatan sekolah minggu di taman gereja, membuat suasana terasa nyaman dan menyenangkan karena tempatnya indah dan bersih. Selain itu, taman gereja juga dapat digunakan untuk kegiatan ibadah padang. Menurut remaja, ibadah bisa dilakukan di mana saja, yang penting persekutuannya. Kegiatan lainnya seperti kegiatan persekutuan pemuda, kegiatan PA, kegiatan bermain dan belajar Alkitab, dan kegiatan perjamuan kasih juga

77 Hasil wawancara dengan Keyla, Kinara, Levin (Jemaat Anak-anak), 21, 21, 26 Oktober 2022 Pukul 13.25, 13.55, 12.23 WIB

78 Hasil wawancara dengan ibu Tri Kumorowati, ibu Lola, (Jemaat Kaum Wanita), 20, 20 Oktober 2022 Pukul 14.00, 16.00 WIB

79 Lihat latar belakang masalah, hal 3

80 Hasil wawancara dengan ibu Pdt. Thalia L. Hukom, Bapak Wahyu, Bapak Tri Sanyoto, Bapak Darto (Gembala Sidang, Staf Pastoral, dan Kooster/Petugas Perawat Taman) 25, 22, 22, 29 Oktober 2022 Pukul 12.00, 08.51, 10.00, 18.01 WIB

(18)

18

pernah diadakan di taman gereja.81 Gembala sidang, staf pastoral, dan kooster/petugas perawat taman gereja memahami kegiatan spiritualitas di taman gereja diantaranya untuk kegiatan bible camp; jemaat anak-anak dan jemaat remaja menjadi peserta dalam kegiatan bible camp, kegiatan ibadah padang, dan kegiatan retreat; dulu kegiatan retreat juga pernah diadakan di taman gereja.82

3.2.3. Pemahaman Jemaat dan Pengurus Gereja Tentang Taman Gereja Yang Dapat Berfungsi Sebagai Tempat Pembangunan Spiritualitas

Jemaat memahami bahwa taman gereja dapat difungsikan sebagai tempat pembangunan spiritualitas. Pembangunan spiritualitas di taman gereja begitu penting oleh jemaat GSJA Bukit Horeb. Adapun alasannya diantaranya, karena di taman gereja jemaat dapat membangun spiritualitas dengan cara mendengar firman Tuhan, memuji Tuhan, berdoa, menyembah Tuhan, persekutuan, renungan, beribadah padang; ibadah padang merupakan variasi ibadah; selain ibadah di gedung gereja, dapat membuat pikiran rileks dan mensyukuri ciptaan Tuhan, interaksi jemaat dengan Sang Pencipta, mengingat keagungan Tuhan, menumbuhkan kerohanian, menjalin kebersamaan dan cinta kasih kepada Tuhan; sesama; dan lingkungan, kesadaran kepada yang Transenden; yang tak terlihat; kekuatan dan kuasa yang besar di alam ini, saat tertimpa masalah; jemaat datang kepada Tuhan melalui doa, konsentrasi alam; jemaat menyadari penciptaan alam oleh Tuhan Sang Pencipta; saat kita menghargai ciptaan Tuhan seperti tanaman misalnya; serta menjaganya dengan baik; itu juga bagian dari iman kerena saling menjaga ciptaan Tuhan, membentuk hati kita indah; memuliakan lingkungan, taman gereja menjadi tempat yang sangat nyaman untuk beribadah.83 Gembala sidang, staf pastoral, dan kooster/petugas perawat taman gereja memahami bahwa fungsi taman gereja sebagai tempat pembangunan spiritualitas teramat penting. Adapun alasannya diantaranya, karena taman gereja memberikan kenyamanan dalam beribadah, taman gereja sebagai sarana ibadah di luar gedung gereja.84

81 Hasil wawancara dengan Kinara, Keyla, Levin, Eveline, Novel, Kristina, Tyas, ibu Lola (Jemaat Anak-anak, Remaja, Pemuda Dewasa, Kaum Wanita), 21, 21, 26, 23, 23, 20, 20 Oktober 2022 Pukul 13.55, 13.25, 12.23, 10.30, 09.30,15.08, 12.55, 16.00 WIB

82 Hasil wawancara dengan ibu Pdt. Thalia L. Hukom, Bapak Tri Sanyoto, (Gembala Sidang dan Staf Pastoral) 25, 22 Oktober 2022 Pukul 12.00, 10.00 WIB

83 Hasil wawancara dengan Kinara, Putra, Eveline, Novel, Noel, Kristina, Diyah, ibu Lola, Bapak Joko Purwanto, Bapak Yulian, Bapak Ripto, Mbah Benny (Pdt. Emiritus), Mbah Yosafat (Pdt), (Jemaat Anak-anak, Remaja, Pemuda, Pemuda Dewasa, Kaum Wanita, Kaum Pria, Lansia), 21, 26, 23, 23, 26, 20, 21, 20, 22, 26, 27, 27, 29 Oktober 2022 Pukul 13.55, 13.37, 10.30, 09.30, 19.08, 15.08, 12.37, 16.00, 12.00, 11.30, 10.15, 08.00 WIB

84 Hasil wawancara dengan Bapak Wahyu, Bapak Tri Sanyoto, (Gembala Sidang, Staf Pastoral, dan Kooster/Petugas Perawat Taman) 22, 22 Oktober 2022 Pukul 08.51, 10.00 WIB

(19)

19

3.2.4. Pemahaman Jemaat dan Pengurus Gereja Tentang Kegiatan Ekologi di Taman Gereja

Jemaat memahami kegiatan ekologi di taman gereja diantaranya untuk kegiatan kerja bakti bersih-bersih; menyiram bunga; menyiram tanaman, mencabut rumput, merawat tanaman, bercocok tanam, dan menanam pohon/tanaman.85 Akan tetapi, ada juga jemaat yang tidak begitu suka dengan tanaman, dan sangat jarang menanam pohon/tanaman di rumah masing-masing86. Gembala sidang, staf pastoral, dan kooster/petugas perawat taman gereja memahami kegiatan ekologi di taman gereja diantaranya untuk kegiatan belajar menanam pohon/tanaman, belajar merawat tanaman, menyiram tanaman.87

3.2.5. Pemahaman Jemaat dan Pengurus Gereja Tentang Taman Gereja Yang Dapat Berfungsi Sebagai Sarana Edukasi Ekologi

Jemaat memahami fungsi taman gereja sebagai sarana edukasi ekologi begitu penting.

Adapun alasannya diantaranya, karena di taman gereja jemaat dapat belajar ekologi dengan cara belajar membuang sampah pada tempatnya, belajar menanam bunga; menanam tanaman, menjaga kebersihan, belajar bercocok tanam, belajar mengenal tanaman dan ekosistem, belajar melestarikan lingkungan, belajar ilmu tentang tumbuhan; bumi; alam, belajar merawat, belajar menjaga alam, belajar penghijauan, mempelajari hubungan manusia dengan alam; tempat tinggal manusia, belajar menjaga lingkungan agar tetap asri dan segar, belajar ekologi atau ilmu tentang alam; memperbanyak pohon/tanaman, belajar praktik ilmu lingkungan hidup, belajar mengenal tanaman dan fungsinya, belajar keberlanjutan bumi yang sedang krisis lingkungan, dan belajar menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya banjir.88 Gembala sidang, staf pastoral, dan kooster/petugas perawat taman gereja memahami bahwa fungsi taman gereja sebagai sarana edukasi ekologi teramat penting. Adapun alasannya diantaranya, karena jemaat dapat belajar untuk tidak berfokus pada ekonomi saja, tapi juga ekologi, staf pastoral sudah melakukan edukasi ekologi dengan praktik secara langsung

85 Hasil wawancara dengan Kinara, Levin, Putra, Ardi, mbak Kristina, mbak Tyas (Jemaat Anak-anak, Pemuda, Pemuda Dewasa), 21, 26, 26, 27, 20, 21 Oktober 2022 Pukul 13.55, 12.23, 13.37, 19.28, 15.08, 12.55 WIB

86 Hasil wawancara dengan TK, 20 Oktober 2022 Pukul 14.00 WIB

87 Hasil wawancara dengan ibu Pdt. Thalia L. Hukom, Bapak Tri Sanyoto, (Gembala Sidang, Staf Pastoral, dan Kooster/Petugas Perawat Taman) 25, 22 Oktober 2022 Pukul 12.00, 10.00 WIB

88 Hasil wawancara dengan Kinara, Levin, Ardi, Ita, mbak Ika, mbak Diyah, ibu Lola, ibu Leti, Bapak Joko Purwanto, Bapak Ripto, mbah Benny (Pdt Emiritus), mbah Suharto (Jemaat Anak-anak, Pemuda, Pemuda Dewasa, Kaum Wanita, Kaum Pria, Lansia), 21, 26, 27, 27, 20, 21, 20, 20, 22, 27, 27, 24 Oktober 2022 Pukul 13.55, 12.23, 19.28, 19.43, 16.30, 12.37, 16.00, 16.30, 12.00, 10.00, 10.15, 08.00 WIB

(20)

20

(memberi contoh), staf pastoral juga belajar ekologi; penghijauan; kelestarian; dan menjaga tanah dari polusi, jemaat dapat belajar merawat alam, belajar mencintai alam dan lingkungan.89

4. ANALISA

4.1. Pentingnya Pemahaman Tentang Fungsi Pembangunan Spiritualitas dan Fungsi Edukasi Ekologi Bagi Jemaat Yang Memiliki Taman Gereja

Pemahaman dua fungsi ini dirasa penting. Memahami taman gereja yang dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan sarana edukasi ekologi. Dua fungsi ini dirasa penting untuk dipahami oleh jemaat yang memiliki taman gereja dan penting diutamakan di taman gereja. Jemaat GSJA Bukit Horeb terhadap dua fungsi ini, fungsi pembangunan spiritualitas dan fungsi edukasi ekologi tampaknya belum menjadi fungsi utama bagi jemaat GSJA Bukit Horeb. Fungsi utama taman gereja menurut pemahaman jemaat diantaranya bermain90 dan estetika/keindahan.91 Di sisi lain, fungsional taman gereja terkait kegiatan- kegiatan pembangunan spiritualitas92 dan edukasi ekologi93 di taman gereja sebenarnya sudah diterapkan jemaat di taman gereja milik GSJA Bukit Horeb. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukan jemaat memahami bahwa fungsi utama taman gereja diantaranya bermain dan estetika/keindahan. Hal ini tercatat pada kajian Pemahaman Jemaat dan Pengurus Gereja Tentang Fungsi Utama Taman Gereja.

Penulis berpendapat, jika seperti ini keadaannya, fungsi bermain dan estetika/keindahan yang diutamakan, maka taman gereja tidak jauh berbeda dengan taman umum. Taman-taman umum juga mengutamakan fungsi bermain dan estetika/keindahan. Itu bisa dilihat di taman-taman kota. Penulis pernah ke taman kota Salatiga. Di sana terdapat wahana permainan anak. Seharusnya, taman gereja dapat dibedakan dengan taman umum.

Penulis berpendapat, taman gereja semestinya dibedakan dengan taman-taman di tempat

89 Hasil wawancara dengan ibu Pdt. Tahlia L. Hukom, Bapak Wahyu, Bapak Tri Sanyoto, Bapak Darto (Gembala Sidang, Staf Pastoral, dan Kooster/Petugas Perawat Taman) 25, 22, 22, 29 Oktober 2022 Pukul 12.00, 08.51, 10.00, 18.01 WIB

90Hasil wawancara dengan Keyla, Kinara, Levin (Jemaat Anak-anak), 21, 21, 26 Oktober 2022 Pukul 13.25, 13.55, 12.23 WIB

91Hasil wawancara dengan ibu Tri Kumorowati, ibu Lola, (Jemaat Kaum Wanita), 20, 20 Oktober 2022 Pukul 14.00, 16.00 WIB

92Hasil wawancara dengan Kinara, Keyla, Levin, Eveline, Novel, Kristina, Tyas, ibu Lola (Jemaat Anak-anak, Remaja, Pemuda Dewasa, Kaum Wanita), 21, 21, 26, 23, 23, 20, 20 Oktober 2022 Pukul 13.55, 13.25, 12.23, 10.30, 09.30,15.08, 12.55, 16.00 WIB

93Hasil wawancara dengan Kinara, Levin, Putra, Ardi, mbak Kristina, mbak Tyas (Jemaat Anak-anak, Pemuda, Pemuda Dewasa), 21, 26, 26, 27, 20, 21 Oktober 2022 Pukul 13.55, 12.23, 13.37, 19.28, 15.08, 12.55 WIB

(21)

21

umum. Sebagai sebuah taman yang berada di lingkungan gereja; taman gereja, sebaiknya tidak hanya difungsikan untuk bermain dan estetika/keindahan saja. Akan tetapi, taman gereja sebaiknya dapat difungsikan sebagai tempat pembangunan spiritualitas; mendukung kegiatan peribadahan gereja itu yang paling utama, seperti pengalaman penulis di taman gereja milik GKI soka; penulis melaksanakan ibadah padang bersama pemuda-pemudi GKI Soka.

Selanjutnya, taman gereja dirasa sangat penting juga difungsikan sebagai sarana edukasi ekologi. Taman gereja, dengan penghijauannya. Dapat difungsikan sebagai sarana edukasi ekologi. Jemaat belajar untuk membangun semangat peduli ramah lingkungan baik di gereja tidak membuang sampah sembarangan, atau gereja mengajak jemaat untuk lebih peduli kepada alam berwawasan ekologi melalui bersama untuk penanaman pohon/tanaman baik di lingkungan gereja maupun di rumah masing-masing94. Penghijauan.95 Dua fungsi tersebut, yang seharusnya menjadi fungsi utama dari taman gereja dan penting dipahami oleh jemaat gereja dimana pun yang memiliki taman gereja.

4.2. Pemahaman Jemaat GSJA Bukit Horeb Tentang Fungsi Pembangunan Spiritualitas dan Fungsi Edukasi Ekologi Taman Gereja Ditinjau Dari Teori

4.2.1. Pemahaman Jemaat Tentang Fungsi Pembangunan Spiritualitas Taman Gereja Ditinjau Dari Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Spiritual Manusia Hubertus Leteng

Pemahaman jemaat GSJA Bukit Horeb tentang taman gereja yang dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas. Menurut jemaat, taman gereja begitu penting untuk difungsikan sebagai tempat pembangunan spiritualitas96; mendukung kegiatan peribadahan gereja. Jemaat juga sudah memiliki pengalaman kegiatan-kegiatan spiritualitas di taman gereja.97 Untuk membangun spiritualitas, secara teori tahap-tahap pertumbuhan spiritual manusia, di taman gereja jemaat dapat membangun dan melakukan pembersihan diri; membuat perbaikan-perbaikan dalam hidup dan meninggalkan sikap-sikap yang keras dan kaku dalam diri, di taman gereja jemaat dapat membangun dan melakukan penerangan; menjadikan kita satu figur dengan Roh Kristus; sehingga sabda itu secara mendalam meresapi pikiran maupun

94Pdt. Ferdinand Ludji, M.Si., Menjadi Gereja yang Memberkati, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2020), 144

95 Andre Kurniawan, “9 Manfaat Penghijauan bagi Lingkungan, Mampu Bersihkan Udara hingga Segarkan Mata”, Merdeka. Diakses pada 21 Juni 2022 Pukul : 15.46 WIB https://www.merdeka.com/jabar/9-manfaat-penghijauan-bagi- lingkungan-bersihkan-udara-hingga-segarkan-mata-kln.html

96 Hasil wawancara dengan Kinara, Putra, Eveline, Novel, Noel, Kristina, Diyah, ibu Lola, Bapak Joko Purwanto, Bapak Yulian, Bapak Ripto, Mbah Benny (Pdt. Emiritus), Mbah Yosafat (Pdt), (Jemaat Anak-anak, Remaja, Pemuda, Pemuda Dewasa, Kaum Wanita, Kaum Pria, Lansia), 21, 26, 23, 23, 26, 20, 21, 20, 22, 26, 27, 27, 29 Oktober 2022 Pukul 13.55, 13.37, 10.30, 09.30, 19.08, 15.08, 12.37, 16.00, 12.00, 11.30, 10.15, 08.00 WIB

97 Hasil wawancara dengan Kinara, Keyla, Levin, Eveline, Novel, Kristina, Tyas, ibu Lola (Jemaat Anak-anak, Remaja, Pemuda Dewasa, Kaum Wanita), 21, 21, 26, 23, 23, 20, 20 Oktober 2022 Pukul 13.55, 13.25, 12.23, 10.30, 09.30,15.08, 12.55, 16.00 WIB

(22)

22

perasaan jemaat, dan menciptakan wawasan baru pada jemaat ‘pikiran kristus’; ibarat matahari yang menyinari seisi rumah; injil adalah penerang kehidupan jemaat, di taman gereja jemaat dapat membangun dan melakukan persekutuan; persekutuan menjauhkan jemaat dari teknik penguasaan dan kesadaran diri untuk merealisasi kepentingan ego atau diri pribadi; menyadari bahwa Tuhan tidak menciptakan manusia sebagai suatu makhluk yang sendirian tetapi menghendakinya sebagai suatu makhluk sosial.

Di taman gereja jemaat dapat membangun dan menumbuhkan iman jemaat; lebih mendalam dan lebih berakar menjadi suatu iman yang bersifat personal atau pribadi;

menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah; memberikan kepada Allah ketaatan pikiran dan kehendak secara utuh; masuk kepada persekutuan yang mesra dengan-Nya; iman itu hendaknya masuk kedalam hati jemaat dan berakar di dalam sanubari jemaat, membangun dan menghayati pengharapan; mengarahkan seluruh sikap hati untuk mencari Allah demi Allah itu sendiri;

pergumulan dan pergulatan jemaat satu-satunya adalah menyediakan diri bagi kehendak Allah;

memiliki dan menghayati harapan yang autentik; apabila dalam setiap peristiwa kehidupan dan kematian jemaat sedapat mungkin mampu menempatkan segala sesuatu kedalam tangan Tuhan; tidak mengandalkan kekuatan sendiri tapi menyandarkan diri pada Allah, di taman gereja jemaat dapat membangun dan mengasihi Tuhan dan mengasihi persaudaraan; mengasihi Allah di atas segala-galanya demi diri-Nya sendiri; membangun kasih persaudaraan;

membangun dan memelihara suasana aman dan damai; saling memuaskan satu sama lain dan saling membantu; dalam kehidupan bersama; saling berbagi; saling melengkapi satu dengan lainnya dengan kelebihannya masing-masing; memandang dan melihat dalam diri jemaat- jemaat lain citra Allah dan Kristus sendiri, di taman gereja jemaat dapat membangun dan mempersembahkan kemiskinan dan kekurangan; kerapuhan dan kelemahannya kepada Tuhan dan sesama.98

Jemaat yang memiliki spiritual baik kepada Tuhan; juga akan baik dengan alam dan sesama manusia; di taman gereja jemaat dapat membangun dan memiliki hubungan dengan lingkungan tempat ia tinggal dan senantiasa menjalin relasi dengan alam sekitarnya; berrelasi dengan lingkungan atau alam sekitar; melindungi alam serta mengelola lingkungan.99

98 Leteng, Pertumbuhan, 95-187

99 Leteng, Pertumbuhan, 6

(23)

23

4.2.2. Pemahaman Jemaat Tentang Fungsi Edukasi Ekologi Taman Gereja Ditinjau Dari Teori Ekologi dan Pengetahuan Lingkungan Dyah Widodo

Pemahaman jemaat GSJA Bukit Horeb tentang taman gereja yang dapat berfungsi sebagai sarana edukasi ekologi. Menurut jemaat, taman gereja begitu penting untuk difungsikan sebagai sarana edukasi ekologi100; untuk membangun semangat peduli ramah lingkungan baik di gereja tidak membuang sampah sembarangan, atau gereja mengajak jemaat untuk lebih peduli kepada alam berwawasan ekologi melalui bersama untuk penanaman pohon/tanaman baik di lingkungan gereja maupun di rumah masing-masing101. Penghijauan102. Jemaat juga sudah memiliki pengalaman kegiatan-kegiatan ekologi di taman gereja103. Untuk edukasi ekologi, secara teori ekologi dan pengetahuan lingkungan, di taman gereja jemaat dapat belajar melakukan interaksi antara jemaat dengan lingkungan sekitarnya, di taman gereja jemaat dapat belajar tentang manusia di tempat tinggalnya (bumi sebagai rumah), di taman gereja jemaat dapat belajar tentang hubungan timbal balik antara manusia atau kelompok manusia dengan lingkungannya, di taman gereja jemaat dapat belajar struktur dan fungsi dari alam, di taman gereja jemaat dapat belajar rumah tangga penghuni bumi, di taman gereja jemaat dapat belajar menerangkan dan memberikan pemahaman dalam mencari jalan untuk mencapai kehidupan yang layak di bumi, di taman gereja jemaat dapat belajar melakukan gerakan kesadaran lingkungan; ikut memikirkan masalah polusi; pelestarian alam;

kependudukan; dan konsumsi pangan dan energi, belajar meningkatkan perhatian masyarakat terhadap perkembangan ekologi dan ilmu pengetahuan, di taman gereja jemaat dapat belajar tentang bagaimana individu dan spesies berinteraksi serta menggunakan sumber daya alam semakin diintensifkan.104

Dengan demikian, taman gereja, dengan dua fungsi tersebut menjadi sangat penting.

Pertama, taman gereja dapat berfungsi sebagai tempat pembangunan spiritualitas dan kedua, taman gereja dapat berfungsi sebagai sarana edukasi ekologi sangat penting untuk dipahami dan diutamakan oleh jemaat yang memiliki taman gereja. Dua fungsi tersebut yang akan

100 Hasil wawancara dengan Kinara, Levin, Ardi, Ita, mbak Ika, mbak Diyah, ibu Lola, ibu Leti, Bapak Joko Purwanto, Bapak Ripto, mbah Benny (Pdt Emiritus), mbah Suharto (Jemaat Anak-anak, Pemuda, Pemuda Dewasa, Kaum Wanita, Kaum Pria, Lansia), 21, 26, 27, 27, 20, 21, 20, 20, 22, 27, 27, 24 Oktober 2022 Pukul 13.55, 12.23, 19.28, 19.43, 16.30, 12.37, 16.00, 16.30, 12.00, 10.00, 10.15, 08.00 WIB

101 Pdt. Ferdinand Ludji, M.Si., Menjadi Gereja yang Memberkati, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2020), 144

102 Andre Kurniawan, “9 Manfaat Penghijauan bagi Lingkungan, Mampu Bersihkan Udara hingga Segarkan Mata”, Merdeka. Diakses pada 21 Juni 2022 Pukul : 15.46 WIB https://www.merdeka.com/jabar/9-manfaat-penghijauan- bagi-lingkungan-bersihkan-udara-hingga-segarkan-mata-kln.html

103 Hasil wawancara dengan Kinara, Levin, Putra, Ardi, mbak Kristina, mbak Tyas (Jemaat Anak-anak, Pemuda, Pemuda Dewasa), 21, 26, 26, 27, 20, 21 Oktober 2022 Pukul 13.55, 12.23, 13.37, 19.28, 15.08, 12.55 WIB

104 Widodo, Ekologi, 2

Referensi

Dokumen terkait

pembiayaan tetep akan diberikan dengan jumlah pembiayaan di.. kurangi, hal ini tentunya akan berdampak kepada pihak BPRS Haji Miskin tersebut, yang mana nantinya

Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,04 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen, serta makanan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak

Kemudian Anda juga harus menyatakan bahwa karena Anda mengajukan permohonan terhadap Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea

1.1 PERSIAPAN YANG PERLU DIPERHATIKAN Ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan sebagai seorang pengajar sebelum mengakses E-learning UPU diantaranya yaitu

Rencana ini menggambarkan arah, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang sesuai dengan tugas