• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari- hari. Keadaan sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya.Bila sanitasinya baik, masyarakat itu dalam keadaan sejahtera.Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.

Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi, antara lain Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta Surat Edaran Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 0445/M.PPN/11/2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millennium Development Goals (RAD-MDGs). Berdasarkan kebijakan tersebut, peningkatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi menjadi salah satu prioritas nasional sampai dengan 2015 mendatang.

Salah satu target MDGs adalah “mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap kebutuhan air minum yang aman dan sanitasi dasar”, dengan indikator :

Meningkatnya proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas baik/layak.

(2)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 2

Meningkatnya proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas baik/layak.

MDGs mencanangkan pada tahun 2015 sebanyak 77,2 persen penduduk Indonesia ditargetkan telah memiliki akses air minum yang layak dan minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh pelayanan sanitasi yang memadai (Status Millenium Development Goal Indonesia 2009). Secara nasional, Indonesia telah mencapai target ini, tetapi cakupan ini belum merata dan belum menggambarkan kualitas yang sebenarnya mengenai fasilitas sanitasi tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat.

Hal tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Bulukumba untuk ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sektor sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi skala kabupaten. Untuk maksud tersebut maka dibentuklah Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang bertugas merumuskan sebuah road map pembangunan sanitasi dalam skema yang bertajuk Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Selain itu Pokja ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sektor sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah saja namun juga melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung.

Pokja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Bulukumba dibentuk dan dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangungan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bulukumba dan melibatkan SKPD terkait didalamnya, yaitu Dinas Pendapatan Keuangan Daerah Kabupaten Bulukumba, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba, Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Bulukumba, dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bulukumba. Pokja Sanitasi Kabupaten Bulukumba dibentuk dengan Surat

(3)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 3 Keputusan Bupati Bulukumba Nomor 73/II/2013 Tanggal 6 Februari 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Bulukumba Tahun 2013, yang terdiri dari Pembina, Ketua, Sekretaris, Tim Pengarah, Bidang Perencanaan, Bidang Pendanaan, Bidang Teknis, Bidang Kesehatan Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Monitoring dan Evaluasi, serta Sekretariat.

1.2. LANDASAN GERAK

1.2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan pengertian yang lebih teknis dari adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistemjaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003). Sehingga dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 sektor yang terkait dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan.

Air limbah rumah tangga adalah air sisa proses dari kegiatan rumah tangga. Berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga, maka limbah yang muncul dari rumah tangga dikelompokkan dalam dua bagian.Bagian pertama adalah limbah yang berasal dari metabolisme tubuh manusia (excreta) berupa air kencing (urine) dan tinja. Kelompok pertama ini biasa disebut sebagai blackwater. Sedangkan kelompok kedua adalah air limbah yang berasal selain dari metabolisme tubuh manusia, antara lain berasal dari sisa pencucian pakaian, dapur, dan sisa air mandi. Bagian kedua ini dikenal sebagai greywater.

Sektor lain yang terkait dengan sanitasi adalah sektor sampah.

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. (Undang-Undang No. 18/2008).Di dalam

(4)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 4 pengelolaan sampah dikenal istilah sampah spesifik dan sampah non spesifik.

Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan. Drainase lingkungan adalah suatu sistem penanganan atau pengaliran air hujan.Secara konvensional, hujan yang turun pada suatu wilayah diusahakan secepat mungkin mengalir melalui saluran-saluran air hujan menuju badan air penerima.Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya genangan di pemukiman atau jalan.Sistem ini sebagian besar berhasil digunakan untuk mengendalikan terjadinya genangan, tetapi menjadi tidak terkait dengan konservasi air.Konsep penanganan air hujan dengan memperhatikan konservasi air tanah biasa disebut sebagai konsep drainase berwawasan lingkungan atau ecodrainage.Dengan konsep ini maka air hujan yang turun diusahakan untuk semaksimal mungkin meresap ke dalam tanah atau ditampung untuk dimanfaatkan, sedangkan kelebihannya baru dialirkan melalui saluran air hujan.Peresapan air hujan dapat dilakukan dengan menggunakan kolam retensi atau embung, sumur resapan air hujan dan biopori.

Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor yang terkait dengan sanitasi, tetapi sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Oleh karena itu seringkali sektor air minum disebut beriringan dengan sistem sanitasi, seperti istilah Water and Sanitation (WATSAN) atau AMPL (Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan)

Secara garis besar, pengertian dasar Penanganan Sanitasi adalah sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water) yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk yang terbagi atas blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir dan grey water adalah limbah rumah tangga non

(5)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 5 kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.

2. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) melalui sistem pengelolaan On Site yaitu menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga dan pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.

3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.

5. Penyediaan air bersih untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam.

Dalam penyusunan Buku Putih ini, upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan lingkungan adalah sebagai tujuan akhir pembangunan sanitasi. Oleh karena itu ruang lingkup pembahasan masalah sanitasi dalam Program PPSP Kabupaten Bulukumba meliputi pengelolaan masalah air limbah domestik (grey and black water), persampahan (municipalsolid waste), drainase lingkungan, kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta promosi Higiene.

1.2.2. Wilayah Kajian Buku Putih

Wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba adalah dengan mengambil seluruh area kecamatan di Kabupaten Bulukumba yaitu, Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujung Bulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bonto Tiro, Kecamatan Herlang, Kecamatan Kajang, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Rilau Ale, dan Kecamatan Kindang.

(6)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 6 1.2.3. Visi dan Misi Kabupaten Bulukumba

Adapun visi Pemerintah Kabupaten Bulukumba yaitu

“Sejahterakan Masyarakat Bulukumba dengan Membangun Desa, Menata Kota, melalui Kemandirian Lokal yang Bernafaskan Keagamaan”.

Visi di atas dapat didefinisikan sebagai berikut:

Membangun Desa, pembangunan yang dilaksanakan pada semua bidang kehidupan dengan titik berat bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Pemanfaatan potensi sumberdaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Menata Kota, dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui penataan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang kota untuk mewujudkan struktur dan pola ruang kota sebagai pusat permukiman, pemerintahan, jasa, pelayanan sosial, dan pusat pertumbuhan ekonomi.

Kemandirian Lokal, yaitu kemampuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya ekonomi, politik, sosial, dan budaya secara optimal yang memerlukan penanganan secara efisien, efektif, dan berkesinambungan yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan hidup.

Bernafaskan Keagamaan, menegaskan bahwa agama sebagai acuam utama dalam proses aktualisasi nilai-nilai budaya dalam rangka proses adaptasi terhadap dinamika lingkungan strategis. Proses pembangunan berjalan dengan berlandaskan pada tatanan keagamaan yang membentuk prilaku manusia religius dengan nilai-nilai spritual dan tetap melekat pada kehidupan masyarakat.

1.2.4 Misi

Misi ini menggambarkan keberadaan dan penetapan tujuan dan sasaran yang tepat serta menggambarkan keadaan yang ingin

(7)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 7 diwujudkan. Untuk mewujudkan pernyataan visi tersebut di atas, kami implementasikan dalam beberapa misi, sebagai berikut:

1. Berkembangnya kapasitas masyarakat Bulukumba agar mampu meningkatkan produktivitasnya secara berkesinambungan dan demokratis.

2. Mendorong serta memfasilitasi tumbuh-kembangnya kelembagaan masyarakat pada semua bidang kehidupan dengan memberikan perhatian utama kepada pembangunan perekonomian daerah yang memicu pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

3. Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan sumberdaya kabupaten sedemikian rupa, sehingga secara langsung mapun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap pencapaian sasaran pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan, serta berdampak positif terhadap pengembangan kawasan sekitar.

4. Peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel.

5. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai agama dan budaya terhadap segenap aspek kehidupan kemasyarakatan.

Adapun sasaran yang ingin dicapai guna mewujudkan visi dan misi antara lain :

a. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan.

b. Promosi pendidikan.

c. Pemberantasan buta aksara.

d. Pengembangan budaya baca.

e. Pelatihan keterampilan.

f. Peningkatan watak, wawasan, dan identitas.

g. Olahraga dan kesenian.

h. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

i. Perbaikan gizi masyarakat.

j. Pengembangan sistem jaminan kesehatan masyarakat.

k. Pengendalian penyakit.

(8)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 8 l. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatan.

m. Peningkatan layanan perumahan, permukiman, sanitasi, dan air bersih.

n. Peningkatan perbaikan kampung dan permukiman.

Dengan melihat sasaran misi pada poin huruf h sampai dengan poin huruf n tersebut di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa pemerintah Kabupaten Bulukumba mempunyai komitmen yang sangat kuat dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Bulukumba 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1 Maksud

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba merupakan data dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan terpadu secara berkesinambungan.Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Bulukumba, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten dalam manejemen kegiatan sanitasi.

Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba adalah untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Bulukumba saat ini, sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi di masa yang akan datang. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bulukumba yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Bulukumba.

(9)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 9 1.3.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba adalah untuk:

1. Memberikan informasi sarana sanitasi yang riil pada saat ini yang akan menjadi dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Bulukumba.

2. Mengidentifikasi dan memetakan keberhasilan dan kegagalan pembangunan sanitasi Kabupaten Bulukumba dalam upaya untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan

3. Pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Bulukumba beserta stakeholder lainnya untuk mampu menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten.

4. Menjadikan Buku Putih sebagai pedoman penangganan dan pengembangan pembangunan sanitasi Kabupaten Bulukumba, sehingga terdapat kesamaan pandang dari setiap pelaku pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi.

5. Menjamin terciptanya mekanisme pembangunan yang transparan, konsisten, partisipatif, berkeadilan dan akuntabel.

1.4. METODOLOGI

1.4.1 Metode penyusunan buku putih

Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan berdasarkan pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD yang terkait, dan didukung dengan observasi objek yang relevan.

Selain itu dilakukan beberapa jenis survey yaitu survey keterlibatan sektor swasta, survey komunikasi dan pemetaan media, survey partisipasi masyarakat jender dan kemiskinan kepada beberapa

(10)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 10 responden baik kalangan SKPD, Pengusaha, Media maupun ke masyarakat langsung dan survey Environmental Health Risk Assesment (EHRA) ke rumah tangga.

Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan membandingkan data dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi yang seharusnya atau kondisi ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan yang ada.Untuk penentuan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kualitatif persepsi SKPD dan analisa kuantitatif hasil EHRA.

1.4.2 Langkah-langkah penyusunan buku putih

Dalam penyusunan Buku Putih ini, langkah-langkah pendekatan dari bawah (bottom-up approach) yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Bulukumba selaku Ketua Bidang Perencanaan Pokja PPSP Kabupaten Bulukumba..

- Meninjau dan melakukan survei ke tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di pedesaan.

- Diskusi (focus group discussions) yang bersifat teknis dan mendalam juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi.

Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi.

Adapun tahapan penyusunan buku putih adalah sebagai berikut:

(11)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 11

PERTEMUAN PERDANA BA-01

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER BA-02

PEMETAAN AWAL : Manajemen dan operasi sistem

BA-03

PENGUMPULAN DATA LANJUTAN:

- Umum

- Teknis & kesehatan lingkungan - Kelembagaan SDM - Perundangan & Peraturan - Keuangan & Ekonomi - Komunikasi & Media

- Pemberdayaan masyarakat, jender &

kemiskinan

- Layanan sanitasi oleh badan usaha BA-04

PEMETAAN AWAL : Manajemen dan operasi sistem

BA-05

PENILAIAN PEMETAAN CEPAT SANITASI KABUPATEN

RAPAT KONSULTASI Tim pengarah & Tim teknis

BB-01

RAPAT KONSULTASI -2Camat & Lurah BB-02

Studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA)

BB-03

PENILAIAN PEMETAAN KONDISI SANITASI: Berdasarkan studi EHRA dan

BB-04

PENETAPAN :- Kelurahan beresiko sanitasi (4 katagori) - Penyebab utamamasalah sanitasi

BB-05

BUKU PUTIH SANITASI PENYUSUNAN DRAFT BUKU PUTIH

BB-06

RAPAT KONSULTASI -3Pemangku kepentingan tingkat kabupaten

BC-01

FINALISASI BUKU PUTIH BC-02

MASUKAN UNTUK Program utama/kegiatan mendesak (melalui musrenbang dan penyusunan strategi sanitasi kabupaten KONSEP BUKU PUTIH

SANITASI KABUPATEN

OUTPUT / PRODUK P R O S E S

Gambar. 1.1

Diagaram Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba

(12)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 12 1.4.3 Sumber data

Adapun sumber data penyusunan buku putih dapat dikelompokkan sebagai berikut :

- Data primer

Didalamnya meliputi penilaian resiko kesehatan lingkungan, penilaian sanitasi berbasis masyarakat, penilaian penyedia sarana sanitasi oleh sektor swasta, penilaian keterlibatan gender dan masyarakat miskin, dan peran media. Data ini diperoleh dengan cara melakukan beberapa studi terkait aspek kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan sektor swasta, keterlibatan masyarakat dan gender, dan studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) dimana sebagian data ini bersifat kualitatif (yang menyangkut persepsi) yang kemudian dikuantifikasi.

- Data sekunder

Data kuantitatif yang telah tersedia di setiap SKPD yang di dalamnya meliputi aspek demografi, kepadatan penduduk, data keluarga miskin, kesehatan masyarakat, arah dan kebijakan pembangunan kota, data kelembagaan dan keuangan, dan lain-lain yang sifatnya umum.

Sumber data sekunder adalah Buku Bulukumba Dalam Angka tahun 2012 dan dokumen perencanaan kabupaten yang lainnya.

1.5. DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN 1.5.1 Dasar Hukum

Dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba berlandaskan pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku dikeluarkan oleh pemerintah provinsi maupun daerah. Program Pengembangan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Bulukumba didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;

(13)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 13 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Pemukiman;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air;

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air;

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

(14)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 14 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

20. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar PelayananMinimum.

21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014

23. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

24. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

25. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1992 tentangPersyaratan dan Pengawasan Kualitas Air.

27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang PedomanTeknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

28. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

(15)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 15 29. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang

Petunjuk TeknisPenyusunan UKL –UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

30. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum.

31. Keputusan Menteri Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 119/1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.

32. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

33. Keputusan Menteri Kimpraswil 534/2000 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman.

34. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL;

35. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;

36. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;

37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

38. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

39. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA);

40. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang PedomanPemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa KonstruksiKualifikasi Kecil.

(16)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 16 41. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang

Kebijakandan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan.

42. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total BerbasisMasyarakat (STBM).

43. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

44. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2010-2015.

45. Peraturan Bupati Bulukumba Nomor 83 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Tahun 2011-2015.

1.5.2 Keterkaitan BPS dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba terkait dengan berbagai dokumen perencanaan pembangunan, baik tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten. Oleh karena itu, Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba disusun dengan memperhatikan keterkaitan, keselarasan, dan keterpaduan dengan berbagai dokumen dimaksud, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Memperhatikan RPJP dan RPJMNasional dilakukan melalui penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Bulukumbadenganarah, kebijakan umum dan prioritas pembangunan nasional dan pembangunan kewilayahan.

2. Memperhatikan RPJPD dan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan melaluipenyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Bulukumbadengankebijakan, strategi dan program pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Berpedoman pada RPJPD dan RTRW Kabupaten Bulukumbadilakukan dengan: (1) penyelarasan kebijakan, strategi

(17)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 17 dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Bulukumba dengan visi, misi, arah, kebijakan pembangunan jangka panjang daerah; dan (2) penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Bulukumba dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang Kabupaten Bulukumba.

4. Berpedoman pada Renstra SKPD terkait Sanitasi Kabupaten Bulukumba dilakukan dengan penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Bulukumba dengan rencana dan strategi SKPD.

5. Berpedoman pada RPIJM yang merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya. Sebagai dokumen teknis.

6. Berpedoman dengan Dokumen Bulukumba Dalam Angka dilakukan dengan penyelarasan data mengenai kondisi sanitasi kabupaten dengan data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi melalui proses validasi data melalui kajian-kajian yang telah ditetapkan oleh petunjuk teknis pelaksanaan Program PPSP.

1.5.3 Sistematika Buku Putih Sanitasi

Sistematika pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Bulukumba ini terdiri dari 5 bab yang meliputi :

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, landasan gerak, maksuddan tujuan, metodologi yang digunakan, dasar hukum dan keterkaitan dengan dokumen perencanaan lainnya serta sistematika penulisan yang digunakan.

(18)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 18 BAB 2 GAMBARAN UMUM

Berisikan kondisi geografis, administratif, kondisi fisik, demografi, keuangan dan perekonomian, tataruang wilayah, sosial dan budaya, serta kelembagaan pemerintah daerah.

BAB 3 PROFIL SANITASI KABUPATEN

Berisikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)dan promosi higiene meliputi : tatanan rumahtangga dan tatanan sekolah; pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan terkaitan komponen sanitasi

BAB 4 PROGRAMPENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

Berisikan penjelasan detail mengenai rencan aprogram dan kegiatan untuk tahun depan dan program serta kegiatan sanitasi yang sedang berjalan saat ini, meliputi : Perilaku Hidup Bersihdan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene, Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik, Peningkatan Pengelolaan Persampahan, Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan,Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi.

BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

Menyajikan hasil dari kegiatan Penetapan Area Berisiko Sanitasi dan hasil analisis posisi pengelolaan sanitasi saat ini, meliputi : Area Berisiko Sanitasi dan Posisi Pengelolaan Sanitasi saat ini.

1.5.4 Manfaat buku putih

Dengan adanya Buku Putih Sanitasi ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh Pemerintah Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut:

(19)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 19 1. Diketahuinya kondisi menyeluruh sanitasi kabupaten saat

ini yang menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi. Hal ini dapat dicapai karena Buku Putih disusun dari kompilasi berbagai data terkait sanitasi Kabupaten Bulukumba;

2. Adanya pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten Bulukumba yang lebih jelas dan tepat sasaran;

3. Buku Putih dapat dijadikan acuan strategi sanitasi kota karena Buku Putih Sanitasi juga menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK);

4. Buku Putih dapat dijadikan rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya di bidang sanitasi;

5. Karena Buku Putih memuat strategi pengembangan sanitasi serta prioritas penanganan sanitasi, maka Buku Putih juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi.

(20)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 20

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. GEOGRAFIS, ADMINISTRASI, DAN KONDISI FISIK 2.1.1 Letak Geografis dan Morfologi Ruang

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak 153 Km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan). Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2. Kabupaten Bulukumba terletak antara 05°20’ - 05°40’ LS dan 119°58’ - 120°28’ BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas-batas yakni :

a. Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai;

b. Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone dan Pulau Selayar;

c. Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;

d. Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.

Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 Kecamatan yaitu, Kecamatan Ujung Bulu (Ibu Kota Kabupaten), Gantarang, Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, dan Herlang. 7 diantaranya termasuk daerah pesisir sebagai sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu kecamatan ; Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Herlang. 3 Kecamatan sentra pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu Kecamatan ; Kindang, Rilau Ale, dan Bulukumpa. Wilayah Kabupaten Bulukumba memiliki topografi yang bervariasi dari 0 meter hingga di atas 1000 meter dari permukaan laut (dpl) yang dapat dibagi ke dalam 3 bagian yaitu :

a. Morfologi daratan

Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s.d 25 meter di atas permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir yakni

(21)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 21 Kecamatan ; Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, dan Herlang.

b. Morfologi bergelombang

Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s.d 100 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan ; Gantarang, Kindang, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang, Bulukumpa, dan Rilau Ale.

c. Morfologi perbukitan

Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke Utara dengan ketinggian 100 s.d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan ; Kindang, Bulukumpa, Rilau Ale.

Wilayah Kabupaten Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran rendah sampai bergelombang dan dataran tinggi hampir berimbang yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai sekitar 50,28% maka dataran tinggi mencapai 49,72%.

2.1.2 Klimatologi

Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C Suhu kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan dengan klasifikasi iklim lembab atau agak basah.

Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang, sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah. Dengan curah hujan sebagai berikut :

1. Curah hujan antara 800 – 1000 mm/tahun meliputi Kecamatan Ujung Bulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe, dan sebagian besar Bontobahari.

(22)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 22 2. Curah hujan antara 1000 – 1500 mm/tahun meliputi sebagian

Gantarang, sebagian Ujung Loe, dan sebagian Bontotiro.

3. Curah hujan antara 1500 – 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.

4. Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, dan Kecamatan Herlang.

3.1.2 Jenis Tanah

1. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bulukumba berkembang dari 2 macam batuan yang berasal dari proses yang berbeda, 1) Batuan yang berasal dari proses endapan darat yang meliputi endapan aluvial, satuan fluvia vulkanik, satuan aglomerat, satuan breksi laharik, satuan breksi vulkanik (batuan Gunungapi Lompobattang) serta batuan beku terobosan dan lelehan 2) Batuan yang berasal dari proses sedimen endapan laut yang meliputi satuan batugamping dan satuan napal (Formasi Walanae dan Anggota Selayar Formasi Walanae).

2. Proses petrogenesa yang terjadi di Kabupaten Bulukumba menyebabkan terbentuknya beberapa macam jenis tanah, yaitu : Aluvial Hidromorf, Andosol, Regina, Laterik, Litosol, Mediteran, Planosol, dan Regosol.

4.1.2 Air

1. Air Permukaan

Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas masalah air permukaan, yaitu sungai, mata air, danau dan rawa. Potensi keterdapatan dari air permukaan sangat tergantung pada iklim, bentang alam, jenis sifat fisik batuan atau tanah, penggunaan lahan serta kondisi struktur geologi. Sungai utama di Kabupaten

(23)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 23 Bulukumba, antara lain yaitu Sungai Bialo, Bijawang, Balantiyeng dan Antorang, sungai-sungai tersebut termasuk tipe sungai permanen (berair dan mengalir sepanjang tahun). Cabang-cabang sungai tersebut merupakan sungai-sungai kecil berair dan mengalir pada musim hujan yang disebut tipe sungai intermitten, yaitu pada musim hujan kondisi aliran air permukaan debitnya besar sedangkan pada musim kemarau dengan debit kecil hingga kering.

Pola aliran sungai di Kabupaten Bulukumba terdiri atas, pola aliran sungai radial, subdendritik dan multibasinal, adalah sebagai berikut : 1) Tipe aliran sungai radial terdapat pada lereng tenggara kompleks

Gunungapi Lompobattang, mengalir pada batuan dasar batuan konglomerat, breksi vulkanik, breksi laharik, dan endapan fluviavulkanik.

2) Tipe aliran subdendritik menyebar di bagian timur Kabupaten Bulukumba dan mengalir pada batuan dasar Formasi Walanae, yaitu batuan napal, batupasir, batupasir tufaan, sifat fisik batuan tingkat kekerasan seragam dan terletak pada bentang alam dengan topografi bergelombang lemah.

3) Tipe aliran multibasinal menyebar di bagian tenggara, yaitu di Kecamatan Bontotiro dan Bontobahari, merupakan jenis pola pengaliran yang terletak pada batugamping/ batukapur.

2. Mata air

Dengan debit sangat besar (>50 liter/detik) hingga sedang (25 – 50 liter/ detik) terletak ke arah hulu Sungai Bialo dan Sungai Anyorang, mata air tersebut dikontrol oleh ruang antar butir dari satuan breksi dan / atau kekar / rekahan pada batuan beku. Sedangkan pada kawasan karst mata air keluar dari sungai bawah tanah (vauclues) di Kelurahan Sapolohe, Kelurahan Tanah Beru, Desa Ara, Desa Lambana dan Desa Bira, Kecamatan Bontobahari.

(24)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 24 Mata air dengan debit sedang (25 – 50 liter/detik) hingga sangat kecil (<5 liter/detik) menyebar di bagian barat laut Kecamatan Gantaran, Kindang, Rilau Ale, dan Bulukumpa yang dikontrol oleh ruang antar butir dari satuan breksi Gunungapi Lompobattang / atau kekar / rekahan pada batuan beku; demikian juga Kecamatan Kajang dan Herlang yang dikontrol oleh kontak batupasir tufaan dengan tufa pasiran; sedangkan di kawasan karst menyebar di Kecamatan Bontobahari dan Bontotiro yang dikontrol oleh sungai bawah tanah.

3. Air Sungai ;

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan dasar dari semua perencanaan hidrologi. Jumlah sungai terdiri dari 43 aliran dengan panjang keseluruhan 782,50 Km dan debit 61.668 m3/dtk, yang mampu mengairi lahan sawah 23.071 Ha meskipu masih ada bebrapa sungai yang belum di survei debitnya. Sedangkan pada tahun 2010 sungai yang telah diinventarisir baru 32 aliran, dengan panjang 661,70 Km dan debit 45,29 M3/dtk dan mengairi lahan sawah seluas 22.697 Ha.

Tabel. 2.1

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bulukumba Tahun 2012

NO. NAMA SUNGAI PANJANG

SUNGAI ( Km )

LUAS DAERAH

IRIGASI ( Ha ) DEBIT (M3/Detik)

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Maesa 10,30 150 0,230

02. Bialo 54,50 6.250 14,153

03. Biangkeke 19,20 411 1,296

04. Balibo 5,00 110 -

05. Kirasa 30,40 618 1,667

06. Bintanaja 8,00 297 0,606

07. Palioi 11,00 495 0,885

08. Borongloe 11,50 195 0,096

09. Laumang 7,00 60 -

10. Bijawang 49,20 1.282 7,527

11. Bilang Perusu 12,00 35 0,157

12. Hisang 12,90 439 0,79

13. Balantieng 56,00 4.628 13,336

14. Topanda 17,80 375 0,719

15. Illi 6,50 150 0,264

16. Anyorang 56,00 2.339 6,478

(25)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 25

17. Kalamassang 11,50 49 -

18. Salo Dua 19,00 295 0,434

19. Bontosunggu 65,30 575 0,92

20. Pakombong 20,30 525 1,014

21. Balangtikeke 10,00 275 0,869

22. Bobo 12,50 40 0,152

23. Lolisang 34,30 369 0,376

24. Bilang Rea 15,50 80 0,349

25. Oro / Ereminya 7,00 145 0,56

26. Uddungeng 6,90 80 0,08

27. Kambuno 9,00 315 0,304

28. Balang Bessi 65,30 1.061 2,931

29. Anruling 13,3 - -

30. Bikatala 19,70 75 0,12

31. Jalepeng 20,00 80 0,144

32. Matilu 10,60 - -

33. Balikonrong 8,40 100 -

34. Tuli 6,50 166 -

35. Kahaya 9,50 - -

36. Latai 6,20 - -

37. Pasimbungan 7,50 - -

38. Sampeang 8,00 35 -

39. Serre 6,50 95 -

40. Galoggo 17,20 105 0,567

41. Ta’Gentung 7,50 195 0,500

42. Raowa 18,50 - 0,144

43. Kanaria 13,50 130 -

Jumlah/Total 1.479,8 22.029 57,668

Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Bulukumba Tahun 2012

(26)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 26 Tabel. 2.2

Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan jumlah Kelurahan Tahun 2013

KECAMATAN

Jumlah Kelurahan /

Desa

Luas Wilayah Administratif

(Ha) (%) thd total

Gantarang 20 17,351 15,03

Ujung Bulu 9 1,444 1,25

Ujung Loe 13 14,431 12,50

Bonto Bahari 8 10,860 9,41

Bonto Tiro 13 7,834 6,78

Herlang 8 6,879 5,96

Kajang 19 12,906 11,18

Bulukumpa 17 17,133 14,84

Rilau Ale 15 11,753 10,18

Kindang 13 14,876 12,88

JUMLAH 70 115,467 100

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa

(27)

Peta. 2.1

Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bulukumba

(28)

Peta 2.2

Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba / Cakupan Wilayah Kajian

(29)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 29 2.2 KONDISI DEMOGRAFIS

Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 tercatat sebanyak 398.531 jiwa yang terdiri dari laki-laki 187.439 jiwa dan perempuan 211.092 jiwa.

Penduduk tersebut tersebar diseluruh desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Bulukumba dengan kepadatan 345 jiwa/km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Ujung Bulu yaitu 3.360 jiwa/km2 dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kindang sekitar 202 jiwa/km2.

Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu periode 2007-2011 terdapat peningkatan jumlah penduduk sebesar 0,79 %. Pada tahun 2007 berdasarkan hasil pengolahan data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 386.239 jiwa Penduduk Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari laki-laki 183.737 jiwa dan perempuan 202.502 jiwa.

Tabel. 2.3

Jumlah Penduduk per-Kecamatan dan Rata-Rata Kepadatannya

KECAMATAN JUMLAH

PENDUDUK LUAS

(km2)

KEPADATAN PENDUDUK

PER KM2

Gantarang 71.741 173,51 413

Ujung Bulu 48.518 14,44 3.360

Ujung Loe 39.859 144,31 276

Bonto Bahari 24.180 108,60 223

Bonto Tiro 23.004 78,34 294

Herlang 24.332 68,79 354

Kajang 47.467 129,06 368

Bulukumpa 51.252 171,33 299

Rilau Ale 38.121 117,53 324

Kindang 30.057 148,76 202

JUMLAH

2011 398.531 1.154.67 345

2010 395.268 1.154.67 342

2009 394.746 1.154.67 341

2008 390.543 1.154.67 338

2007 386.239 1.154.67 318

Sumber: Bulukumba Dalam Angka tahun 2012

(30)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 30

NO. KECAMATAN TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Gantarang 68.835 69.607 70.301 71.158 71.741

2. Ujung Bulu 42.131 42.702 43.161 48.126 48.518

3. Ujung Loe 36.900 37.311 37.722 39.533 39.859

4. Bonto Bahari 23.213 23.469 23.774 23.976 24.180 5. Bonto Tiro 24.986 25.261 25.580 22.808 23.004

6. Herlang 24.220 24.487 24.786 24.128 24.332

7. Kajang 45.473 45.980 46.405 47.080 47.467

8. Bulukumpa 55.362 55.784 56.354 50.835 51.252

9. Rilau Ale 34.873 35.251 35.657 37.809 38.121

10. Kindang 30.246 30.681 31.006 29.815 30.057

JUMLAH 386.239 390.543 394.746 395.268 398.531 Tabel. 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2007-2011

Sumber: Buku Bulukumba Dalam Angka tahun 2012

(31)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 31

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2012

Gantarang 71,571 71,628 71,685 71,742 71,799 14,311 14,323 14,335 14,347 14,359 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 410 411 412 Ujung Bulu 48,401 48,440 48,479 48,518 48,557 9,679 9,687 9,695 9,703 9,711 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 3,351

3,354 3,357 Ujung Loe 39,763 39,795 39,827 39,859 39,891 7,955 7,961 7,967 7,973 7,979 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 276 276 276 Bonto Bahari 24,124 24,143 24,162 24,181 24,200 4,824 4,828 4,832 4,836 4,840 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 223 223 223 Bonto Tiro 22,951 22,969 22,987 23,005 23,023 4,588 4,592 4,596 4,600 4,604 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 294 294 294 Herlang 24,276 24,295 24,314 24,333 24,352 4,854 4,858 4,862 4,866 4,870 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 354 354 354 Kajang 47,353 47,391 47,429 47,467 47,505 9,474 9,481 9,488 9,495 9,502 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 368 368 368 Bulukumpa 51,129 51,170 51,211 51,252 51,293 10,227 10,235 10,243 10,251 10,259 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 299 299 299 Rilau Ale 38,027 38,058 38,089 38,120 38,151 7,601 7,608 7,615 7,622 7,629 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 321 322 323 Kindang 29,985 30,009 30,033 30,057 30,081 5,996 6,001 6,006 6,011 6,016 0,08 % 0,08 % 0,08

% 0,08 % 0,08

% 202 202 202 Tabel. 2.5

Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 5 Tahun terakhir

Sumber: Hasil Proyeksi Tim Pokja

(32)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 32 Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan

Penduduk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012

Gantarang 71.856 71.913 71.971 72.028 72.086 14.371 14.383 14.394 14.406 14.417 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 413 414 Ujung Bulu 48.596 48.635 48.673 48.712 48.751 9.719 9.727 9.735 9.742 9.750 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 3.360 3.363 Ujung Loe 39.923 39.955 39.987 40.019 40.051 7.985 7.991 7.997 8.004 8.010 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 276 276 Bonto Bahari 24.219 24.238 24.257 24.277 24.296 4.844 4.848 4.851 4.855 4.859 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 223 223 Bonto Tiro 23.041 23.059 23.078 23.096 23.115 4.608 4.612 4.616 4.619 4.623 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 294 294 Herlang 24.371 24.390 24.410 24.429 24.449 4.874 4.878 4.882 4.886 4.890 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 354 354 Kajang 47.543 47.581 47.619 47.657 47.695 9.509 9.516 9.524 9.562 9.570 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 368 368 Bulukumpa 51.334 51.375 51.416 51.457 51.499 10.267 10.275 10.308 10.316 10.324 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 299 299 Rilau Ale 38.182 38.213 38.243 38.274 38.304 7.636 7.643 7.649 7.655 7.661 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 324 325 Kindang 30.105 30.129 30.153 30.177 30.202 6.021 6.026 6.031 6.35 6.040 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 0.08 % 202 202 Jumlah 399.169 399.488 399.808 400.128 400.448 79.834 79.898 79.986 80.081 81.145 0.80 % 0.80 % 0.80 % 0.80 % 0.80 % 345 346

Tabel. 2.6

Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

Sumber: Hasil Proyeksi Tim Pokja

(33)

Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Bulukumba 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bulukumba 33 2.3 KEUANGAN DAN PEREKONOMIAN DAERAH

Stabilitas perekonomian Kabupaten Bulukumba adalah prasyarat demi tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kwalitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro utama yang utama berada dalam keseimbangan. Mengingat pentingnya stabilitas ekonomi makro bagi kelancaran dan pencapaian sasaran pembangunan, pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba bertekad untuk terus menciptakan dan memantapkan stabilitas ekonomi makro.

Indikator ekonomi Kabupaten Bulukumba dapat memberikan gambaran atau potret ekonomi selama tahun pelaksanaan anggaran, pemerintah Kabupaten Bulukumba pada tahun 2012 penerimaan keuangan daerah mencapai Rp.

753.739.986,85 dari anggaran sebesar Rp. 754.862.197.527.32 atau mencapai 99,85%. Penerimaan tersebut meliputi Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.

25.173.340.511,78 atau mencapai 75,59% dari anggran sebesar Rp.

33.170.905.315,32, pendapatan transfer sebesar Rp. 708.018.247.533,07 atau mencapai 100,98% dari anggran sebesar sebesar Rp. 701.141.388.920,00 dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp. 20.548.398.250,00 dari anggaran Rp.

20.549.903.282,00 atau 99,99%. Di sektor belanja operasi mencapai sebesar Rp.

606.601.931.287,50 atau 95,64% dari total anggaran sebesar Rp.

100.510.366.445,00 atau 94,42% dari anggaran sebesar Rp. 106.452.421.250,00.

2.3.1 Pengelolaan Pendapatan Daerah

Kebijakan umum anggaran di bidang Pendapatan Asli Daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah sesuai dengan potensi dan kewenangan yang didukung sumberdaya aparat pengelola pendapatan daerah. Untuk mewujudkan pendapatan daerah yang optimal, maka kesinambungan program dan kegiatan dalam rangka penyediaan sarana dan prasaran guna meningkatkan pelayanan masyarakat dengan memperhatikan kwalitas dan kwantitas pelayanan umum.

2.3.2 Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD), dibagi menurut jenis pendapatan meliputi pendapatan pajak daerah, hasi retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pajak daerah merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan permainan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B TK Mojorejo 3

Adapun beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain: pemerintah desa segera memetakan potensi ekowisata yang ada pada kawasan hutan Selelos dan merancang serta