DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Key Informan
1. Latar belakang narasumber (nama, profesi, posisi, lama bekerja, alamat tempat kerja)
2. Sebagai seorang PR di Yayasan Buddha Tzu Chi ini, tugas apa sajakah yang Bapak/Ibu jalankan?(jelaskan dan berikan contoh)
3. Hal sulit apa yang pernah dihadapi sebagai seorang PR selama bekerja di Yayasan? Dan bagaimana Bapak/Ibu mengatasi kesulitan tersebut?
4. Apa ada hambatan tertentu dalam mengatasi kesulitan tersebut atau sebaliknya (lancar)?
5. Hal menarik apa, menurut pendapat Bapak/Ibu yang terasa berbeda saat bekerja di yayasan dengan tempat kerja Bapak/Ibu sebelumnya ?
6. Ada berapa cabang dari yayasan Tzu Chi di Indonesia yang Bapak/Ibu ketahui? dan apakah semua yayasan yang disebutkan masih berjalan? atau ada yang sudah tidak berjalan?(jika tahu, jelaskan. Jika tidak tahu, peneliti akan menjelaskan dan menanyakan pendapat narasumber)
7. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan hambatan dalam menjalankan tugas di lembaga filantropi ini?
8. Apakah ada pencegahan yang dibuat oleh Bapak/Ibu atau yayasan sendiri?
(jika belum terjadi) Atau solusi apa yang dibuat ? (jika sudah terjadi, jelaskan)
9. Apakah ada dampak dari hambatan yang didapatkan oleh yayasan? dampak seperti apa?
▸ Baca selengkapnya: pertanyaan wawancara wirausaha
(2)10. Faktor apa sajakah yang sering Bapak/Ibu temui dalam permasalahan- permasalahan yang ada dalam menjalankan lembaga filantropi ini?
11. Adakah masalah yang pernah terjadi hingga masuk ke media atau menyebar luas hingga menimbulkan image negatif bagi yayasan?(jika pernah, jelaskan dan lanjut ke no. 12, Jika tidak pernah, lanjut pertanyaan no.13)
12. Media apakah itu ? dan bagaimana solusi nya?
13. Apakah pernah ada masalah yang timbul dari eksternal yayasan sendiri?
(jika pernah, jelaskan dan lanjut ke no.14, jika tidak pernah, lanjut pertanyaan no. 15)
14. Masalah seperti apakah yang pernah terjadi? Dan bagaimana mengatasinya
?
15. Masuk kedalam fase kedua, sebagai PR, strategi komunikasi seperti apakah yang Bapak/Ibu lakukan baik komunikasi dalam lingkungan eksternal dan lingkungan internal?
16. Apa tujuan yayasan dalam melakukan strategi komunikasi dengan lingkungan eksternal?
17. Apakah ada hambatan atau kesulitan yang dihadapi ?
18. Dari proses strategi komunikasi yang dilakukan (perencanaan hingga pelaksanaan) apakah sesuai dengan yang diinginkan? ( jika sesuai, jelaskan.
Jika tidak sesuai, lanjut ke pertanyaan no. 19) 19. Solusi apa yang dilakukan ?
20. Dampak positif apa yang didapat yayasan dalam melakukan strategi komunikasi dengan lingkungan eksternal?
▸ Baca selengkapnya: pertanyaan wawancara tentang ekstrakurikuler
(3)21. Lalu, adakah dampak negatif yang secara tidak langsung timbul? (jelaskan) 22. Bagaimana dengan strategi komunikasi untuk lingkungan internal yayasan
? apakah strategi komunikasi dibuat berbeda dengan eksternal ataukah sama saja?
23. Tujuan utama apa yang ingin dicapai yayasan dalam melakukan strategi komunikasi dengan lingkungan internal?
24. Usaha apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang belum tercapai dari ke 3 kategori tujuan komunikasi tersebut?
25. Siapa sajakah target market(donatur/relawan) dari yayasan Buddha Tzu Chi? (sebutkan dan jelaskan)
26. Apakah penentuan target market tersebut telah dilakukan survei sebelumnya atau ada penilaian atau ketentuan khusus dari pemilihan target market tersebut? (jelaskan)
27. Syarat dan ketentuan apakah yang dibuat oleh yayasan bagi publik yang ingin ikut bergabung menjadi relawan Buddha Tzu Chi?
28. Bagaimana dengan syarat menjadi donatur?
29. Hal apa sajakah yang biasa dilakukan donatur/relawan sebagai bentuk dukungan kepada yayasan?
30. Sebagai donatur/relawan yayasan Buddha Tzu Chi, apakah ada hal boleh dan tidak boleh dilakukan oleh donatur? (peraturan khusus donatur). (jika ada, lanjut pertanyaan no. 31, jika tidak ada, lanjut pertanyaan no. 32) 31. Apa tujuan dibuatnya peraturan tersebut? Dan apakah peraturan tersebut
berjalan sebagaimana mestinya yang diharapkan oleh yayasan?
32. Jika diperkirakan dalam bentuk % (persen) berapa perkiraan yang Bapak/Ibu berikan untuk donatur/relawan yang memberikan dana dalam bentuk uang, dalam bentuk barang apapun jenisnya, dan dalam bentuk lainnya?
33. Jika boleh ditanyakan dan diberitahukan ke publik, berapa dana terbesar atau terbanyak yang pernah diterima oleh yayasan? Dalam bentuk donasi apapun itu.
34. Apakah Bapak/Ibu bisa menggambarkan, bagaimana yayasan Buddha Tzu Chi membujuk atau merayu target market untuk mau melakukan donasi atau menjadi relawan Buddha Tzu Chi?
35. Apakah hal yang dilakukan tersebut berhasil membujuk atau merayu target market?
36. Apa kesulitan atau hambatan yang pernah dialami dalam melakukan penggalangan dana? (sebutkan dan ceritakan)
37. Dalam menggalang dana, communication tools apa yang dipakai oleh Bapak/Ibu sebagai seorang PR terhadap yayasan? Misalnya melalui media sosial kah , email atau lainnya?
38. Apakah communication tools yang Bapak/Ibu pakai tersebut membuat penggalangan dana menjadi lebih efektif? Atau tidak? (jelaskan)
39. Sebagai PR yayasan Buddha Tzu Chi, apakah ada program atau kegiatan yang pernah dilakukan atau sedang dilakukan atau akan dilakukan sebagai pendukung yayasan untuk mencapai tujuan dari yayasan?
40. Apakah program atau kegiatan yang PERNAH dilakukan berhasil mencapai tujuan? (sebutkan dan jelaskan isi program)
41. Lalu, apakah program atau kegiatan yang SEDANG dilakukan diperkiran akan berhasil atau belum bisa dipastikan ? (sebutkan dan jelaskan isi program)
42. Sedangkan, untuk program atau kegiatan yang AKAN dilakukan atau sedang dalam perencanaan, apakah bisa diberitahukan saat ini program apa yang dalam perencanaan akan dilakukan ?
43. Dalam membuat taktik komunikasi, apakah yayasan menggunakan media tertentu? (jika ada, lanjut ke pertanyaan no. 44dan no. 46, jika tidak ada, lanjut ke pertanyaan no. 45)
44. Media apa sajakah yang digunakan ?
45. Adakah alasan tertentu, mengapa Bapak/Ibu tidak menggunakan media sosial lainnya seperti facebook, twitter, atau youtube?
46. Apakah media yang digunakan memberikan dampak yang sesuai dengan yang diharapkan?
47. Apakah yayasan melakukan riset atau membuat laporan terkait efektivitas taktik dan strategi komunikasi yang dilakukan? (jika ada, lanjut pertanyaan no. 48, jika tidak ada, lanjut pertanyaan no. 49)
48. Laporan atau riset seperti apa yang pernah dilakukan?
49. Mengapa tidak melakukan riset?
50. Sebagai pertanyaan terakhir, pesan apakah yang ingin Bapak/Ibu sampaikan lewat wawancara untuk para pembaca dari penelitian ini?
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Informan
1. Latar belakang informan (nama, alamat, profesi, lama bergabung) 2. Apakah Bapak/Ibu mengingat kapan pertama kali Bapak/Ibu bergabung
menjadi relawan yayasan?
3. Apa yang membuat Bapak/Ibu tertarik untuk bergabung menjadi bagian dalam Yayasan Buddha Tzu Chi ?
4. Hal menarik atau khusus apakah menurut Bapak/Ibu, yang membedakan yayasan Buddha Tzu Chi berbeda dengan yayasan sosial lainnya? (jelaskan)
5. Sebagai relawan, saat pertama kali ingin bergabung dalam yayasan, apakah ada syarat atau ketentuan bergabungnya Bapak/Ibu dengan yayasan?
6. Kegiatan apa sajakah yang Bapak/Ibu lakukan atau ikut bergabung selama menjadi relawan yayasan?
7. Hal positif apa yang Bapak/Ibu dapatkan selama menjadi relawan? Baik untuk pribadi maupun lingkungan?
8. Apakah ada hal negatif yang pernah Bapak/Ibu alami selama menjadi relawan? (jika ada, jelaskan dan lanjut pertanyaan no. 9)
9. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi hal negatif tersebut?
10. Apakah solusi yang Bapak/Ibu lakukan berhasil?
11. Adakah dampak yang Bapak/Ibu alami dari hal negatif tersebut?
12. Menurut Bapak/Ibu, apakah donatur dan relawan menjadi 2 hal yang berbeda dalam yayasan? (jika ya, lanjut pertanyaan no. 13, jika tidak, lanjut pertanyaan no.14)
13. Apa perbedaan antara donatur dan relawan?
14. Apakah Bapak/Ibu hanya menjadi relawan? Atau juga pernah melakukan donasi-donasi tertentu? (jika pernah, lanjut pertanyaan no.
15. Jika tidak, lanjut pertanyaan no. 16)
15. Donasi dalam bentuk apa yang pernah Bapak/Ibu lakukan? Dan apa tujuan dari donasi tersebut?
16. Mengapa hanya memilih menjadi relawan?
17. Sebagai relawan, apakah yayasan bersikap terbuka terhadap relawannya? (jika ya, sebutkan dan jelaskan. Jika tidak, lanjut pertanyaan no. 19)
18. Dalam hal apa sajakah yayasan bersifat terbuka baik terhadap relawan maupun donatur?
19. Apa pendapat Bapak/Ibu mengenai ketidak terbukaannya yayasan terhadap relawan maupun donatur?
20. Adakah hal yang Bapak/Ibu anggap masih kurang atau tidak pernah dilakukan oleh yayasan baik kepada relawan maupun donatur? (atau sebaliknya)
21. Apakah Bapak/Ibu pernah mengetahui atau mendengar permasalahan eksternal yang terjadi dalam yayasan?
22. Lalu, apakah ada permasalahan internal yang Bapak/Ibu ketahui? Baik yang pernah terjadi, atau yang sedang terjadi?
23. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada yang dinilai menjadi pesaing yayasan Buddha Tzu Chi saat ini?
24. Untuk pendukung sendiri, berapa banyak total relawan saat ini yang Bapak/Ibu ketahui? Dan apakah jumlah tersebut sudah cukup? Atau akan tetap terus ditambah?
25. Apakah yayasan punya pencapaian atau target dalam jumlah relawan yang ingin dimiliki?
26. Apakah target jumlah tersebut selama ini tercapainya? Terus bertambah atau sebaliknya?
27. Sebagai relawan, taktik komunikasi seperti apa yang dilakukan untuk membujuk target market untuk ikut bergabung baik menjadi relawan atau melakukan donasi?
28. Apakah yayasan melakukan taktik yang berbeda-beda setiap waktunya?
Atau selalu dengan taktik yang sama.
29. Dalam melakukan strategi komunikasi, respon seperti apakah yang didapatkan Bapak/Ibu saat melakukan taktik tersebut? Negatif atau positif (jika ada negatif, lanjut pertanyaan no. 30. Jika ada positif, lanjut pertanyaan no. 331)
30. Respon negatif apa yang pernah didapatkan? Bagaimana mengatasi respon negatif tersebut? Atau adakah pencegahan yang dibuat oleh yayasan sebelumnya?
31. Respon positif apa yang pernah didapatkan?
32. Dalam menggalang dana, apakah Bapak/Ibu ikut mencari dana yang dibutuhkan yayasan?
33. Hal apa yang dilakukan?
34. Berapa banyak dana yang pernah didapatkan? Dan untuk apa?
35. Berkaitan dengan penggalangan dana, berapa banyak donatur yang Bapak/Ibu ketahui dimiliki oleh yayasan?
36. Kesulitan atau hambatan seperti apa yang pernah terjadi selama proses penggalangan dana?
37. Bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
38. Dalam penggalangan dana, apakah relawan melakukan secara individu atau berkelompok?
39. jika berkelompok, berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok?
40. Apakah tugas masing-masing anggota dalam kelompok berbeda ataukah sama?
41. Sebagai relawan, apakah Bapak/Ibu membantu kegiatan sosial hanya di dalam Indonesia atau pernah diluar Indonesia?
42. Daerah mana sajakah dalam Indonesia yang sudah pernah dibantu oleh yayasan Buddha Tzu Chi?
43. Apakah ada ketentuan atau penilaian tertentu dalam menentukan daerah atau target yang akan diberikan bantuan oleh yayasan?
44. Berapa lama proses yang dilakukan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan yang akan dilakukan dalam kegiatan sosial?(rata-rata
45. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar atau mendapatkan teguran langsung atau complain dari publik terkait yayasan atau penggalangan dana?
46. Hal apakah yang Bapak/Ibu harapkan atau ingin lakukan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan melalui yayasan, yang sebelumnya belum pernah dilakukan?
Transkrip Wawancara
Key Informan : Felicia Angelina Jabatan : Public Relation YBTCI Tempat : Tzu Chi Center - Tower 2,
Lantai 1, Pantai Indah Kapuk Tanggal : 6 Novemeber 2019
Waktu : 13.30 - 15.00
Peneliti (P) : Selamat siang Ibu, perkenalkan saya Wilbert Halim.
Mahasiswa dari Universitas Multimedia Nusantara yang sedang melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Lembaga Filantropi Dalam Menggalang Dana (Studi Kasus Yayasan Buddha Tzu Chi Indoneisa).
Key Informan (KI) : Baik Wilbert, Sebelumnya terima kasih Wilbert sudah hadir di Yayasan Buddha Tzu Chi. Perkenalkan nama saya Felicia di sini saya sebagai Public Relation untuk alamat kerja ya berada di Tzu Chi Canter PIK.
P : Kita langung mulai saja ya Ibu ke pertanyaan wawancara ini.
KI : Ok.
P : Sebelumnya Ibu tau gak Tzu Chi ini ud berapa tahun ya?
KI : Kita dari tahun 1993 di Indonesia, kalau di Taiwan kita dari tahun 1966.
P : Sebagai seorang PR di yayasan buddha Tzu Chi ini, tugas apa sajakah yang Ibu jalankan?
KI : Kita sebagai PR ada beberapa tugas seperti partnership, sosial projek, bagian calengan bambu, hubungan baik dengan relawan, satu lagi di bagian universitas.
P : Hal sulit apa yang pernah dihadapi sebagai seorang PR selama bekerja di Yayasan? Dan bagaimana Ibu mengatasi kesulitan tersebut?
KI : Kalau untuk kendala dalam menggalang dana pasti setiap PR ada kendala sih. Karna kan mindset orang kan gak semuanya langsung berjiwa sosial yang mau langsung peduli atau membantu orang kan ya jadi kita harus mengedukasi dulu nih mengenai yayasan buddha Tzu Chi itu sendiri kegiatanya seperti apa kemudian apa yang kita lakukan agar orang juga interest dan percaya bahwa yayasan buddha tzu chi adalah suatu organisasi yang memang kemanusiaan humanis untuk membantu orang dan dalam rangka juga untuk menggalang dana itu juga salah satunya sih. Kalau untuk partnership sendiri sejauh ini kita gak ada kesulitan untuk kerjasama dan untuk kolaborasi malah mereka sangat welcome banget kalau yayasan buddha tzu chi sendiri mau berkolaborasi dalam hal misalnya bakti sosial, kegiatan menggalan dana, kerja sama apa pun NGO atau lembaha filantropi lainya kita sangat terbuka. Kalau menurut saya selama jadi PR di yayasan belom ada kesulitan.
P : Apa ada hambatan tertentu dalam mengatasi kesulitan tersebut atau sebaliknya (lancar)?
KI : Hambatan pastinya ada nah kan kita yayasan buddha tzu chi sama lembaga filantopi lainya kan berbeda ya. Visi misinya berbeda. Misalnya kaya basnas mereka programnya berbeda nih dengan program Tzu Chi nah itu misalnya mau di kolaborasi kadang ada yang gak sepakat lah. Nah itu yg biasa membuat kita menjadi sulit.
P : Hal menarik apa, menurut pendapat Ibu yang terasa berbeda saat bekerja di yayasan dengan tempat kerja Ibu sebelumnya?
KI : Nah kalau untuk kerja di yayasan sendiri sebenarnya engak milih sih jadi kerja dimana aja sama aja cuman kalau di yayasan itu kita lebih, kalau di yayasan sm corporate kan corporate punya target. Yayasan target ada tapi gak seberat corporate dan yayasan juga kan ini kerjaannya kemanusiaan kalau di corporate itu sendiri kan kerjaan lebih ke insentif ada timbal baliknya. Kalau di yayasan sendiri kan gak ada yg seperti itu ya. Menarik aja sih kerja di yayasan. Gak semua orang bisa kerja di lembaga filantropi dengan hati yang lapang bisanya kalau di corporate kan ada hubungan timbal baliknya kamu kerja di bayar kamu dapat lagi.
P : Ada berapa cabang dari yayasan Tzu Chi di Indonesia yang Ibu ketahui? dan apakah semua yayasan yang disebutkan masih berjalan? atau ada yang sudah tidak berjalan?
KI : Kalau kita sekarang ada 54 cabang, kalau tutup kita ada pastinya yah gak sampai 5 cabang, tutupnya pun karna banyak faktor sih dan kadang ada yang pindah juga.
P : Apakah Ibu mendapatkan hambatan dalam menjalankan tugas di lembaga filantropi ini?
KI : Secara pribadi sih hambatan gak ada ya paling saat kita keluarnya. Kalau kita lagi keluar mengenalkan Tzu Chi di masyarakat itu cukup ada hambatan karna gak semuanya bisa nerima budayanya kita gak semuanya yang bisa nerima dan paham dengan visi misi kita itu kan masing-masing ada
prinsipnya diri sendiri jadi itu sih hambatannya. Saat kita sosialisasi ke masyarakat.
P : Apakah ada pencegahan yang dibuat oleh Ibu atau yayasan sendiri?
KI : Solusi untuk mengatasi hambatan itu ya kita tetap melakukan edukasi terus.
Mengenalkan tzu chi tanpa henti. Bahwa tzu chi itu organisasi kemanusiaan.
Tidak seperti yang di pikirkan oleh masyarakat pada umumnya kan namanya yayasan buddha padahal isi dalamnya itu universal tidak terkhusu agama tertentu. Itu yang selalu kita edukasikan dan tanamkan ke masyarakat agar masyarakat juga percaya dan interest bahwa yayasan buddha tzu chi adalah yayasan atau organisasi kemanusiaan yang tidak memandang agama, ras, suku dan sebagainya.
P : Apakah ada dampak dari hambatan yang didapatkan oleh yayasan? dampak seperti apa?
KI : Dampaknya sih itu kembali ke relawan dan pribadi masing-masing relawannya karna kan relawan ya. Rela jalanin, gak rela ya sukarela aja datang-datang, enggak-enggak, keluar-keluar, masuk-masuk. Karna kan relawan itu gak di bayar malah relawan yang harus meluangkan waktu dan materinya maka dari itu kembali lagi sih ke pribadi relawanya masing- masing. Hambatan kalau kita mau paksa relawan pun ya kita gak punya hak untuk maksa seperti itu. Paling balik lagi ke relawannya. Kita mah welcome aja kalau relawannya ingin bergabung kita terbuka kalau relawanya ingin berhenti ya kita juga terbuka.
P : Adakah masalah yang pernah atau mendengar masalah hingga ke media atau menyebar luas hingga menimbulkan citra negative bagi yayasan?
KI : Kalau masuk ke media sejauh ini saya belom pernah denger ya, belom pernah denger nama Tzu Chi sampai yang negatif, viral, booming gitu belom pernah denger sih. Malah banyakan yang positif karna kan tzu chi sendiri membantu warga, organisasi lain juga, membantu pendidikan juga, kemudian membantu penbangunan rumah juga pastinya banyak banget dimedia massa yang mengenal Tzu chi itu adalah organisasi yang memang welcome untuk membantu semua orang yang tidak memandang agama, ras, suku.
P : Adakah masalah yang pernah terjadi hingga masuk ke media atau menyebar luas hingga menimbulkan image negatif bagi yayasan?
KI : Untuk menggalang yah kan kita menggalang hati ya jadi bagi yang hatinya tergerak untuk berdonasi ya kita terima bagi yang tidak tergerak hatinya kita juga terima artinya ya gak masalah gitu. Jadi untuk saat ini sih gak terlalu banyak masalahnya.
P : Masuk kedalam fase kedua, sebagai PR, strategi komunikasi seperti apakah yang Ibu lakukan baik komunikasi dalam lingkungan eksternal dan lingkungan internal?
KI : Kita pasti menggunakan media sosial, Misalnya facebook, instagram, dan twiter kalau bisanya selain media sosial kita ada sosialisasi edukasi ke perusahaan-perusahaan, sekolah, corporate, universitas, dan juga ada ke lembaga filantropi lainnya. Kalau untuk ke relawan biasa kita by WhatsApp, dan email sih.
P : Apa tujuan yayasan dalam melakukan strategi komunikasi dengan lingkungan eksternal?
KI : Tujuan kita selain menggalang dana kita mengedukasi. Lebih banyak mengedukasi masyarakat sih. Untuk mau ikut jadi relawan/donatur atau partnership. Selama dalam permasalahan sosial di Indonesia.
P : Apa tujuan yayasan dalam melakukan strategi komunikasi dengan lingkungan eksternal?
KI : Hambatan atau kesulitan sih tidak ada ya.
P : Dari proses strategi komunikasi yang dilakukan (perencanaan hingga pelaksanaan) apakah sesuai dengan yang diinginkan?
KI : Untuk saat ini sih semua yang kita lakukan berjalan dengan yang kita inginkan sih. Karna kita setiap kali mengadakan acara tetap kita persiapkan dengan mateng. Sampai ada GR sebelum hari H. Intinya sih kita tetap meminimalkan hal-hal yang tidak kita inginkan. Paling ada hal yang tidak kita inginkan itu tidak berdampak dengan acara atau kegiatannya.
P : Dampak positif apa yang didapat yayasan dalam melakukan strategi KI : Yang kita dapatkan gak cuman dapat dana tapi dapat relawan juga yang
awalnya mereka tidak peka terhadap saudara/i sekitarnya yang kurang mampu atau membutuhkan, jadinya mereka mau ikut berpartisipasi menjadi relawan dan mereka balik lagi mengalang dana, mereka mau nabung lagi di celengan bambu. Jalinan jodohnya semakin banyak dan panjang.
P : Lalu, adakah dampak negatif yang secara tidak langsung timbul?
KI : Kalau untuk dampak negatif sih... paling orang yang belum atau masyarakat yang belum kenal Tzu Chi mungkin masih berfikirnya “oh ini organisasi apa”. Organisasi kebuddhaan, organisasi keagamaan. Itu sih paling dan jarang lah mendengar negatifnya. Karna pendiri kita kan seorang biksuni kalau di taiwan namanya Tzu Chi Foundation.
P : Bagaimana dengan strategi komunikasi untuk lingkungan internal yayasan
? apakah strategi komunikasi dibuat berbeda dengan eksternal ataukah sama saja?
KI : Sama aja, kita membuat di internal sama agar mereka relawan menyampaikan di external agar sama juga. Sekarang untuk menjadi donatur juga sudah gampang bisa lewat go-pay. Sekarang lagi proses supaya bisa lewat tokopedia, dan linkaja. Agar mereka ingin berdonatur bisa gampang di proses.
P : Tujuan utama apa yang ingin dicapai yayasan dalam melakukan strategi komunikasi dengan lingkungan internal?
KI : Tujuannya agar komunikasi kita tidak miss komunikasi. Ya biar semuanya juga lancarkan. Kitakan kalau me-manage orang kita juga harus bisa mengatur komunikasinya. Kalau misalnya kita komunikasikan mereka gak ngerti kan sama aja.
P : Siapa sajakah target market(donatur/relawan) dari yayasan Buddha Tzu Chi?
KI : Kalau kita target marketnya semua kalangan. Kita gak ada pilih" harus kalangan corporate harus ada PT ini PT itu yang besar-besar. Bahkan
pemulung, anak kecil ,anak SD Sampai TK itu target kita. Jadi setiap orang yg tergalang hatinya.
P : Apakah penentuan target market tersebut telah dilakukan survei sebelumnya atau ada penilaian atau ketentuan khusus dari pemilihan target market tersebut?
KI : Kita tidak pernah survei sih sebelumnya, jadikan kita emang semua kalangan dan kita gak pilih harus target market yang besar ataupun yang gimana. Jadi kita tidak pernah melakukan survei semuanya bisa menjadi relawan atau donatur. Lebih baik kita memilih target market yang kecil tapi sering memberi donasi dari pada yang besar-besar tapi cuman sekali donasi.
P : Syarat dan ketentuan apakah yang dibuat oleh yayasan bagi publik yang ingin ikut bergabung menjadi relawan Buddha Tzu Chi?
KI : Kita tidak memiliki sayarat dan ketentuan untuk menjadi relawan. Jadi bagi semua kalangan yang ingin menjadi relawan Tzu Chi itu bisa langsung daftar ke Tzu Chi. Kita biasanya ada poster-poster kegitan di web, FB, IG, dan web Indorelawan. Kalau wilayahnya ada kantor penghubung Tzu Chi bisa langsung datang ke kantor tinggal isi form relawan aja dan nanti akan di masukan di group sesuai wilayahnya. Kita juga di sini ada 4 tingkatan relawan itu menandakan tanggung jawab mereka, nah di awal itu kan biasanya kita relawan baju abu itu tingkatan pertama mereka mengikuti training relawan.
Baru mereka naik tingkatan ke dua baju abu celana putih ikut training dan kegiatan. Baru naik tingkatan ke tiga baju biru celana putih ikut training dan kegiatan lagi. Baru bisa mencapai komite juga total donatur yg harus di capai
untuk menjadi komite sebanyak 60 relawan. Semakin tinggi tingkatan semakin besar tanggung jawab dan tugas mereka di Tzu Chi. Biasanya mereka sebagai relawan yang semakin tinggi mereka juga punga kebanggaan tersendiri. Itulah bedanya relawan Tzu Chi dengan relawan di organisasi atau yayasan lainya.
P : Bagaimana dengan syarat menjadi donatur?
KI : Tetap syarat menjadi donatur semua kalangan bisa menjadi donatur. Malah semua relawan juga termasuk donatur, tapi donatur belum tentu menjadi relawan. Jadi kadang ada yang punya banyak materi, tapi dia gak punga waktu nih. Jadi dia cuman bisa sumbang aja atau bisa kasi donasi ada juga kebalikannya. Dia gak punya apa-apa tapi dia bisa memberi kan tenanga untuk Tzu Chi (membantu Tzu Chi dalam kegiatan).
P : Hal apa sajakah yang biasa dilakukan donatur/relawan sebagai bentuk dukungan kepada yayasan?
KI : Banyak sih yang bisa di lakukan salah satunya mengalang dana, menjadi sponsorship, donatur, juga membantu dalam kegiatan, memberi tenaga.
P : Sebagai donatur/relawan yayasan Buddha Tzu Chi, apakah ada hal boleh dan tidak boleh dilakukan oleh donatur?
KI : Kalau peraturan untuk menggalang dana sih kita gk punya peraturan khusus untuk mengalang dana. Malah peraturan kita untuk kesehatian biasa relawan di wajibkan bervegetarian.
P : Apa tujuan dibuatnya peraturan tersebut? Dan apakah peraturan tersebut berjalan sebagaimana mestinya yang diharapkan oleh yayasan?
KI : Dari Tzu Chi sendiri sebenarnya peraturan bervegetarian ini bukan kegiatan keagamaan jadi kita punya misi pelestarian lingkungan sebenarnya vegetarian ini kita terapkan untuk misi pelestarian lingkungan. Karna kalau misalnya kita makan daging kan akan banyak polusi lah. Dia ternaknya kemudian pengantarannya sangat banyak polusinya di bumi ini. Jadi kalau kata pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi Master Chen Yen kita harus menjaga dan melindungi bumi, makanya kita harus terapkan pola hidup berp-vegetarian.
Jadi di tzu chi pantanganya kita di minta untuk vegetarian walaupun tidak memakai seragam Tzu Chi.
P : Jika boleh ditanyakan dan diberitahukan ke publik, berapa dana terbesar atau terbanyak yang pernah diterima oleh yayasan? Dalam bentuk donasi apapun itu.
KI : Kalau untuk pertanyaan ini kita tidak bisa memberi tahu, tapi biasanya kita ada membuat seperti laporan tahunan kegiatan dan sumbangan yang dapat di lihat di web Tzu Chi.
P : Apakah Ibu bisa menggambarkan, bagaimana yayasan Buddha Tzu Chi membujuk atau merayu target market untuk mau melakukan donasi atau menjadi relawan Buddha Tzu Chi?
KI : Ya cara membujuk dan merayu dengan cara edukasi ke sekolah-sekolah, ke corporate, pemerintah, lembaha filantropi lainya. Kita edukasikan atau sosialisasikan mengenai tzu chi kegiatan tzu chi ngapain aja donasinya untuk siapa, kemana, dan untuk apa. Nah dari situ mereka tergalang hatinya meraka mau melakukan penggalangan dana ataupun menjadi relawan.
P : Kalau boleh tau setiap kali mengedukasikan gitu berapa persen langsung menjadi donatur atau relawan?
KI : Tentatif sih biasanya, tergantung ya kadang sosialisasi ada yang "eh saya mau jadi relawan, mau bantu tzu chi untuk galang dana". tentatif si, tapi tetap ada yang bakalan jadi relawan atau donator.
P : Apakah hal yang dilakukan tersebut berhasil membujuk atau merayu target market?
KI : Untuk saat ini semua yang kita lakukan sih berhasil sih. Cuman prosesnya saja yang sedikit lama.
P : Dalam menggalang dana, communication tools apa yang dipakai oleh Ibu sebagai seorang PR terhadap yayasan? Misalnya melalui media sosial kah , email atau lainnya?
KI : Media sosial pasti ada. Selain itu kami langsung terjun ke lapangan sih.
Untuk sosialisasi. Kalau yg offline kita ada buletin Tzu Chi, majalah, dan buku renungan.
P : Apakah communication tools yang Ibu pakai tersebut membuat penggalangan dana menjadi lebih efektif? Atau tidak? (jelaskan)
KI : Efektif sih, maka kita bisa berdiri sampai sekarang. Mana tau ada communication tools yang lebih baik dan lebih praktis dan lebih update kita sangat welcome sih.
P : Sebagai PR yayasan Buddha Tzu Chi, apakah ada program atau kegiatan yang pernah dilakukan atau sedang dilakukan atau akan dilakukan sebagai pendukung yayasan untuk mencapai tujuan dari yayasan?
KI : Yang paling sering kita lakukan ketika ada tamu yg datang ke Tzu Chi.
Biasanya kita ajak touring gedung semua aula" sampai kita punya tangga untuk naik dan turun yang menceritakan tentang tzu chi dan kegiatan relawan.
P : Apakah program atau kegiatan yang PERNAH dilakukan berhasil mencapai tujuan? (sebutkan dan jelaskan isi program)
KI : Program spesifik kita sih tidak ada. Malah kadang corporate-corporate yang ingin datang ke Tzu Chi mereka yang minta ingin di ajarin budaya-budaya Tzu Chi. Belajar meminum teh yang baik. Dari peracikan teh, penungan, hingga cara minum. Program yang paling sering sih itu. Belajar budaya Tzu Chi.
P : Lalu, apakah program atau kegiatan yang SEDANG dilakukan diperkiran akan berhasil atau belum bisa dipastikan? (sebutkan dan jelaskan isi program) KI : Untuk saat ini sih belom ada program yang dilakukan sih.
P : Sedangkan, untuk program atau kegiatan yang AKAN dilakukan atau sedang dalam perencanaan, apakah bisa diberitahukan saat ini program apa yang dalam perencanaan akan dilakukan ?
KI : Kita sekarang akan lakukan pengalangan dana di filantropi festival hari sabtu minggu ini. Jadi ada pekan galang dana seca online. Semoga berhasil ya. Karna ada beberapa org yg malu kalau penggalangan dana secara langsung. Kadang kalau memberi dana yang besar gak mau di share, kadang kalau dananya kecil juga malu. Makanya sekarang banyak dana di lakukan secara online. Jadi lebih gampang.
P : Apakah yayasan buddha Tzu Chi Indonesia ada terima suntikan dana dari pusat atau pemerintah?
KI : Kita gak ada terima dana dari pusat atau pemerintah. Kita selalu dari donatur dan relawan. Walaupun ada benerapa lembaga filantropi yang menerima suntikan dana dari pusat mereka atau pemerintah. Cuman saya pastikan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tidak menerima suntikan dana dari pusat atau pemerintah, malah sebaliknya kita yang memberikan ke pemerintah.
Contoh kita mendirikan rumah di Aceh dan Palu akibat bencana alam, kita mendirikan rumah sisanya kita serahkan ke pemerintah, agar di kelola pemerintah.
P : Dalam membuat taktik komunikasi, apakah yayasan menggunakan media tertentu?
KI : Untuk media sebenatnya kita punya media Televisi sendiri kalau tahu namanya DAAI TV. Cuman untuk saat ini kan ud jarang masyarakat itu nonton televis, maka kita juga punga buletin, majalah, web, facebook, instagram, facebook, twitter, dan youtube. Semuanya lengkap di web Tzu Chi.
P : Adakah alasan tertentu, mengapa Ibu tidak menggunakan media sosial lainnya seperti facebook, twitter, atau youtube?
KI : Alasannya karna anak-anak atau jaman sekarang itu lebih fokus ke gadget.
Televisi sendiri untuk saat ini rating-nya juga ud turun. Makanya kita mengunakan media sosial karna lebih efektif.
P : Apakah yayasan melakukan riset atau membuat laporan terkait efektivitas taktik dan strategi komunikasi yang dilakukan?
KI : Kita tidak pernah melakukan riset sih. Paling kita adanya laporan, contoh laporan tahunan, kegiatan. Kebanyakan donatur sih yang nanya "nih dana yang di kumpulkan lari ke mana ya" biasa semua laporan kita ada di kaleodoskop di web Tzu Chi. Kita publis di situ biar semua orang bisa lihat dengan jelas dan terbuka.
P : Selain dari donatur dan penggalangan dana, ada cara lain gak untuk mengumpulkan dana?
KI : Ada 1 lagi dari namanya koin cinta kasih (calengan bambu). Biasanya kita ada jadwal untuk pengumpulan koin cinta kasih (calengan bambu) contohnya di supermall karawaci 3bulan 1kali di sms 1bulan sekali. Masi banyak lagi.
Corporate sekolah yang berkerja sama dengan kita kapan mereka ingin mengumpulkan koin cinta kasih (calengan bambu) nanti kita atur waktunya untuk penungan calengan bambu. Kadang ada juga yang datang sendiri ke kantor untuk menuang calengannya sendiri.
P : Sebagai pertanyaan terakhir, pesan apakah yang ingin Ibu sampaikan lewat wawancara untuk para pembaca dari penelitian ini?
KI : Untuk penelitian kali ini jika ada masukan silakan kasi tahu kami. Kami sangat menerima masukan. Baik secara teknis maupun nonteknis. Untuk penelitian selanjutnya kembangkan lagi dari penelitian ini, apa yg mereka bisa cari atau yang mereka bisa dapat apa nih agar lebih baik.
Transkrip Wawancara
Key Informan : Heni Habbah
Jabatan : Relawan Komite YBTCI Tempat : Tzu Chi Center - Aula Jing Xi,
Lantai 1, Pantai Indah Kapuk Tanggal : 8 November 2019
Waktu : 12.30 - 13.30
Peneliti (P) : Halo selamat siang Ibu, perkenalkan saya Wilbert Halim salah satu mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Strategi Komunikasi Lembaga Filantropi Dalam Menggalang Dana (Studi Kasus Yayasan Buddha Tzu Chi). Sebelumnya boleh gak saya tau nama Ibu siapa?
Informan (I) : Nama saya Heni Habbah.
P : Alamat rumah Ibu dimana ya?
I : Alamat saya di Jalan Bisma 14, Blok C12, No2, Papanggo, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara, Jakarta.
P : Profesi Ibu sekarang apa ya?
I : Ibu rumah tangga.
P : Ibu tau gak Yayasan Buddha Tzu Chi ini ud berapa tahun di Indonesia?
I : Di Indonesia sejak tahun 1993 sampai sekarang.
P : Apakah Ibu mengingat kapan pertama kali ibu bergabung menjadi relawan?
I : Saya menjadi relawan sejak tahun 2011.
P : Apa yang membuat Ibu tertarik untuk bergabung menjadi bagian dari Yayasan Buddha Tzu Chi?
I : Awal saya kenal Tzu Chi kan 2011 ya. Itu saya masi kenaln yang pake seragam-seragam seperti abu putih, biru putih, dan baju kaya terusan gitu.
Saya nntn TV di DAAI TV dan Facebook, tapi belom begitu masuknya seperti sekarang ya. Saya melihatnya waktu ada kata perenungan master "dua hal yang tidak boleh kita tunda. Berbuat baik dan berbakti pada orang tua".
Kebetulan kita dari kecil selalu di ajarin orang tua selalu mengajarkan kita dan menteladanin seorang anak itu harus berbakti pada orang tua jadi kita melihat orang tua kita melayani kakek nenek seperti apa. Nah kebetulan ada yang kaya mengajarkan kita seperti itu dalam kata perenungan itu yang membuat kita tertarik pengen tau "itu apa sih, Tzu Chi itu apa" pertama saya lihat Yayasan Buddha Tzu Chi saya berfikirnya itu satu agama. Nah kita cari- cari tau. Sampai tahun 2012 akhirnya ada ketemu dan di kenalkan ke relawan bernama alm.Rianto Budiman. Nah di bawa dan di ajak untul bedah buku dari situ ada pengenalan bahwa Tzu Chi itu apa. Sebuah organisasi kemanusiaan.
P : Hal menarik apa yang membuat Ibu menjadi relawan Tzu Chi dari pada organisasi sosial lainnya?
I : Yang saya lihat secara pribadi. Kalau di bilang dunia itu satu keluarga di Tzu Chi itu bener" satu keluarga. Satu keluarga itu apa gak harus satu agama, suku, ras, dan budaya kan, tapi ternyata yang beragama kong hu cu ada temen- temen yang beragama islam kristen atau apa. Tapi kita di dalam itu gak membedakan itu semua. Gak harus karna pendiri kita beragama Buddha
semua harus Buddha atau agama tertentu engak. Jadi ya saya merasa itu kayaknya tidak membedakan dan tidak membedakan kaya atau miskin juga.
Karna saya ngelihat baju atau seragamnya semua sama. Kalau kita di vihara atau rumah ibada kan kita ngelihat mungkin gak ada beju seragamnya. Jadi yang kaya mungkin dia berpakaiannya yang bagus yang miskin agak jelek.
Jadi terlihat kesenjangannya. Kalau di Yayasan Buddha Tzu Chi mau dia kaya dia juga pakai seragan yang sama, mau dia miskin juga pakaiannya.
Sampai ada yang gak sanggup beli seragam Tzu Chi dia di kasi pun tetap sama. Semua gak bisa lihat perbedaannya. Paling kalau mau cari perbedaannya cuman yang kucek dengan yang rapi. Tapi hal yang lain kita gak bisa blg "oh dia punya lebih mahal" dia orang kaya buatannya lebih bagus yang miskin lebih kurang bagus. Engak kita semua sama mau dia kaya mau dia miskin bahannya sama harganya sama semuanya sama. Jadi di situ saya ngelihat ya Tzu Chi itu berbeda. Jadi kita yang kaya gak usah harus terlihat gimana gitu, yang miskin juga gak jadi kelihatan minder gitu. Itu yang membuat saya ingin mengenal lebih dalam tentang Tzu Chi.
P : Sebagai relawan, saat Ibu pertama kali ingin bergabung dalam yayasan, apakah ada syarat atau ketentuan untuk bergabung menjadi relawan?
I : Waktu awal saya cuman ikut-ikut. Kalau saya pribadi awalanya saya cuman di ajak ikut beda buku. "Ayo ini ada gathering ikut dan baksos" sama salah satu relawan. Jadi kita cuman ikut doang dan gak ada penekatan harus apa.
Saya malah sampai 2/3 bulan di perkenalkan dengan Tzu Chi. Baru di ajak menjadi donatur. Saya tanya donatur itu apa?. Nah baru saya pelan" mengenal
lebih dalam tentang Tzu Chi dan saya bener-bener enjoy. Enjoynya gimana pertama kali saya masuk engak harus takut juga harus ada dana berapa yang harus di sumbang ke yayasan. Engak ada.
P : Kegiatan apa saja yang Ibu lakukan atau ikut selama menjadi relawan?
I : Saya lebih banyak ke bedah buku dari awal saya emang suka di bagian bedah buku, tapi kegiatan-kegiatan lain juga saya ikutin engak seperti kegiatan bedah buku. Jadi kita seperti ada bakti sosial, kunjungan kasih, ada misi amal, dan penuangan calengan bambu. Sampai bersih-bersih aula atau gedung Tzu Chi ini juga relawan yang bersihin.
P : Hal Positif apa yang Ibu dapat selama menjadi relawan?
I : Saya seorang ibu rumah tangga menikah baru di Jakarta jadi ibartanya saya gak punya temen. Temen saya dulu ya keluarga saya aja. Jadi kenyamanaan yang saya dapatkan tidak bisa membentuk diri saya. Jadi saya tidak tau diri saya itu baik atau tidak, tapi begitu saya di Tzu Chi. Belajar beradaptasi sama orang jadi yang tadinya saya gak tau beradaptasi, tadinya saya gak pinter ngomong sama orang ya paling senyum aja. Jadi tampangnya itu kelihatan cuek banget jadi dulu itu saya kalau ngomong terlalu jujur dan ngomong apa adanya suka nyakitin orang kan. Karna saya gak bisa sensor di Tzu Chi saya belajar, belajar berkomunikasi. Ya master juga selalu bilang orang baik kalau tutur katanya nyakitin juga belum bisa di bilang orang baik. Dari situ saya belajar terus belajar lebih ada teman belajar gimana sih berkominikasin dengan orang. Jadi belajar hubungan antar manusia.
P : Kalau yang negatifnya ada gak selama Ibu menjadi relawan?
I : Negatifnya sih engak ada ya, tapi ada yang bilang masuk organisasi keluarga di tinggal.p Justru ajaran master selalu menekankan kita harus urus rumah tangga dulu baru keluar. Jadi saya selalu mengambil keputusan keluarga saya dulu baru ke organisasi. Sesuai dengan ajaran master. Jadi saya mau masuk Tzu Chi juga karna ajaran dan perkataan master ya. Selama saya mengikuti perkataan dan ajaran master malah saya malah mendapatkan hal-hal yang membuat diri saya lebih baik. Terhadap anak keluarga juga lebih kita bisa bersyukur lebih merasa dirikita punya manfaat selain untuk keluarga.
P : Menurut Ibu, apakah donatur dan relawan menjadi dua hal yang berbeda dalam yayasan?
I : Kalau menurut saya sih donatur yang saya dapatkan itu cuman satu dua aja yang menjadi relawan, tapi secara umum donatur dan relawan itu sama. Karna donatur adalah bagian dari relawan. Saya sebelum jadi relawan juga awalnya sebagai donatur. Mengenal Tzu Chi beberapa bulan baru saya mengerti dan akhirnya saya menjadi relawan. Pas saya menjadi relawan baru saya mengajak keluarga saya menjadi donatur. Setelah saya mendapat donatur dan menjadi relawan saya menggalang hati orang yang ingin menjadi donatur dan relawan. Dengan cara saya memperkenalkan Tzu Chi ke teman-teman dan orang yang saya kenal bahwa berdan bukan hanya dengan cara memberi materi. Juga bisa dengan cara setiap bulan uang untuk membeli 1 bungkus nasi di simpan untuk orang yang membutuhkan berjalan bulan demi bulan.
Ketika ada yang membutuhkan dana atau bantuan kita dapat mengunakan
uang yang kita sisihkan untuk membeli nasi tersebut. Agar tidak menganggu keuangan yang lain. Intinya sih relawan dan donatur itu gak ada bedanya deh.
P : Kalau Ibu sendiri sudah mendapatkan berapa donatur?
I : Kalau saya. Ketika pertama kali saya menjadi donatur saya juga megajak keluarga saya untuk menjadi donatur, temen-temen vihara, dan temen sekolah. Saat itu ada 40 orang donatur yang ikut saya. Saya mengajak mereka mau setiap bulan ada bukti donatur dari yayasan itu yang saya kasi ke donatur-donatur saya. Setelah saya menjadi relawan saya ingin mencapai tingkat paling tinggi atau disebut komite. Nah di komite saya baru tau harus mendapatkan 60 donatur untuk sampai komite. Tapi sebelum saya menjadi komite aja saya sudah mencapai 60. Kalau di hitung-hitung donatur saya pribadi aja mencapai 100an.
P : Ibu sebagai relawan juga sebagai donatur (donasi-donasi) bentuk donasi seperti apa yang Ibu berikan?
I : Awalnya saya cuman beri materi habis itu baru saya beri tenaga. Tenaga itu seperti kalau kita ada kegiatan, pasti yang di beri itu waktu. Jadi yang kita amalkan itu materi, tenaga, dan waktu. Jadi belakangan ini setelah berjalan 1 2 tahun ini saya belajar untuk di dharma. Sebelumnya kalau kita memperkenalkan Tzu Chi juga memperkenalkan dharma juga memperkenalkan kebaikan. Itu juga ud termasuk memberi donasi cuman cara berdonasinya yang berbeda. Pastinya di Tzu Chi yang kira berikan itu adalah materi, waktu, tenaga, pikiran dan perasaan. Jangan salah paham soal perasaan lo. Perasaan itu ketika kita mau bekerja sama dengan orang kita
harus mengorbankan perasaan, kalau kita pakai perasaan kita yang sebagai tuan putri yang di rumah kita gak akan bisa. Kita yang jadi bos di rumah begitu kita di Tzu Chi kita ikut kegiatan gak ada beda kalau kamu bos atau karyawan kita semua akan bekerja sama. Bos agung sedayu group aja ikut mengangkat beras sama juga dengan bos bos lainya.
P : Sebagai relawan, apakah yayasan bersikap terbuka terhadap relawan?
I : Yayasan selalu terbuka kepada semua relawan. Terutama soal dana yang dikumpulkan. Kemana dananya dipakai, di berikan ke orang yang membutuhkan. Dana juga di bagi menjadi 3 ada dana amal, dana oprasional, dan dana pembangunan. Jika orang ingin sumbang untuk amal uang yang di sumbangkan ya buat amal tidak untuk yang lain. Cuman pastinya ada beberapa hal yang yayasan tidak terbuka. Cuman tidak terbukanya dalam hal apa saya kurang tau sih. Kenapa saya bisa bilang begitu, karna saya sendiri alami. Ketika ada bencana alam yang harus keluar kota relawan tidak sama sekali menggunakan dana dari yayasan atau dari uang donatur. Murni semua berasal dari dana kantong kita sendiri.
P : Adakah yang Ibu anggap masih kurang atau tidak pernah dilakukan oleh yayasan kepada relawan maupun donatur? (Atau sebaliknya)
I : Kalau saya sih lihatnya semua baik-baik aja sih. Ini semua kembali ke pikiran kita masing-masing. Misalnya nih saya kasi kamu (wilbert) HP saya.
Saya percaya sama kamu (wilbert) bisa manfaatkan dengan baik. Ya begitu juga dengan orang lain yang memberikan kepada Tzu Chi. Karna saya percaya Tzu Chi.
P : Apakah Ibu pernah mengetahui atau mendengar permasalahan eksternal yang terjadi dalam yayasan?
I : Yang paling sering saya denger itu "akhhh... Tzu Chi itu tempat orang kaya, gak usah sumbang lah... di Tzu Chi ud banyak orang-orang kaya." "Akhhh...
Tzu Chi itu isinya orang beragama Buddha." "Di dalam Tzu Chi lihatnya bagus tapi belum tentu bagus di dalamnya." "akhhh... Tzu Chi itu enak di lihat gak enak di makan".
Tapi saya sih gini lo. Kalau kita yang gak ngerti perlu sosialisasi. Kalau kita gak ngerti yayasan buddha tzu Chi pasti pikirannya yayasan buddha. Ada buddha nya berarti agama buddha. Sebenatnya gak boleh pakai asumsi kita sendiri. Sebenarnya kan buddha karna pendiri kita seorang biksuni dan yang di ajarkan melalui ajaran buddha. Bukan berarti harus menjadi agama buddha bukan. Sedangkan ajaran buddha adahal ajaran kebenaran dan universal hubungan antar manusia dia mengkotakan. Mengkotakan adalah pikiran kita dan kita manusia sendiri. Banyak asumsi wah harus agama buddha. Buktinya agama-agama lain ada juga yang menjadi relawan Tzu Chi. Soal org kaya mau gimana pun do Tzu Chi itu mau dia kaya mau dia miskin semua sama baik perlakuan baik bukti donatur semua sama tidak ada bedanya. Gak akan ada yang bertanya "ibu nanya dong, ibu sebulan berdana berapa ya ke Tzu Chi." Gak akan ada yang menanyakan seperti itu.
P : Lalu, apakah ada permasalahan di internal?
I : Kalau saya sendiri di Tzu Chi itu adalah orang yang ingin menjadi lebih baik, bukan orang yang sudah baik. Orang yang ingin berbuat baik mengikis
kesombongan saling ingin belajar. Jadi di dalam internal pasti ada baik dan tidak baik. Mungkin ada yang gak suka sama saya, ada yang suka sama saya.
Kaya saya sendiri saya gak pikirin mau dia suka saya atau tidak suka saya.
Saya lebih pikirnya kalau saya bisa lakukan saya pasti lakukan, kalau saya gak bisa yasudah saya gak lakukan. Kalau orang mau mengkritik saya anggap aja itu jalinan jodoh sedang berbuah. Kalau yg positif anggap suka jalinan jodoh yang baik berbuah. Saya percaya hukum karma. Permasalahan internal biasanya pasti suka dan gak suka, miss komunikasi itu sudah jadi hal yang rumrah.
P : Menurut Ibu nih ada gk yang menjadi pesaing dari yayasan buddha Tzu Chi?
I : Mungkin sebuah organisasi kemanusiaan yang saya ketahui cuman Tzu Chi.
Jadi menurut saya tidak ada pesaing deh.
P : Untuk pendukung sendiri, berapa banyak total relawan saat ini yang Ibu ketahui? Dan apakah jumlah tersebut cukup? Atau akan terus bertambah?
I : Yang saya ketahui sih di Jakarta aja hampir 2000 relawan. Jumlah tersebut pasti tidak cukup. Tapi saya yakin akan bertambah. Malah akhir-akhir ini saya tidak mencari donatur, malahan donaturnya sendiri yang datang mencari untuk menjadi donatur atau relawan. Dari instagram, facebook, dan web Tzu Chi sendiri.
P : Kalau yayasan sendiri ada gak pencapaian atau target dalam jumlah relawan yang ingin dimiliki?
I : Ngak ada sih. Selama saya menjadi relawan kaya target-target gituan.
P : Sebagai relawan, teknik komunikasi seperti apa yang dilakukan untuk membujuk target market untuk ikut bergabung baik menjadi relawan atau melakukan donasi?
I : Kalau saya sih banyakan yang mau jadi relawan saya bawa aja langsung ke kantor ikut sosialisasi ketika ada kegiatan. Paling gak dia kan bisa tau sendiri gimana kegiatan Tzu Chi sendiri. Dari dana yang di kumpulan dan lain-lain.
Juga bisa dari mulut ke mulut ayuk ke Tzu Chi jalan-jalan pelan" tertarik menjadi donatur baru ke relawan.
P : Apakah yayasan melakukan taktik yang berbeda setiap waktunya? Atau selalu dengan taktik yang sama.
I : Seharusnya sih sama ya. Cuman yayasan sendiri punya media sosial yang bener-bener mengatasnamakan Yayasan Buddha Tzu Chi. Maka yayasan sendiri lebih gampang untuk menyebar kegiatan atau membutukan relawan- relawan baru. Ada facebook, instagram, tweeter, dan web Tzu Chi. Untuk yang masih gaptek (gagal teknologi) ada majalah, buletin Tzu Chi, dan DAAI TV. Kalau saya sendiri awalnya mencari tau sendiri baru saya di ajak dan di kenal ke alm yang saya sebutkan tadi.
P : Dalam melalukan strategi komunikasi, respon seperti apakag yang didapatkan Ibu saat melakukan taktik tersebut? Positif atau negatif?
I : Selama ini positif.
P : Respon positif apa yang pernah didapatkan?
I : Saya waktu itu pernah mendapat respon seseorang yang saya belum kenal dan belom pernah ketemu. Cuman komunikasi lewat chat dia bilang saya
percaya Tzu Chi. Sering nonton di DAAI TV ingin berbuat baik melalu Tzu Chi. Dia tidak kenal kita tapi dia percaya sama kita sebagai relawan Tzu Chi.
Berarti respon positif yang saya dapat masyarakat percaya bahwa Tzu Chi itu berbuat baik. Dia mulai menjadi donatur di tahun 2014 setiap bulan memberi 500rb dan saya baru pernah ketemu dia di tahun 2018. Pas ketemu dia bilang kepada saya berarti master mengajarkan kalian dengan sangat baik karna terlihat dari tutur kata kamu dan kesabaran kamu selama ini. Akhirnya kita menjadi temen dari dia single hingga married punya anak dua. Cuman dia belom bersedia menjadi relawan.
P : Selanjutnya Ibu dalam menggalang dana, apakah Ibu ikut mencari dana yang di butuhkan yayasan?
I : Pastinya ikut dong. Cuman saya lebih kebanyakan tidak menerima uang secara langsung. Saya menyuruh calon donatur agat langsung mengkirim ke rekening yayasan atau rekening yang digunakan untuk pengumpulan dana.
P : Contoh pengalangan dana yang Ibu ikut itu seperti apa?
I : Contohnya penggalangan dana untuk membangun rumah sakit, untuk bencana palu dan lain-lain.
P : Ibu tau gak berapa banyak dana yang pernah diterima atau didapatkan untuk sekali penggalangan dana?
I : Soal jumlah total gitu sih saya gak tau ya. Karna setiap kita penggalangan dana pas selesai selalu uang hasil penggalangan dana itu di berikan kepada bagian keuangan, biar bagian keuangan yang bertanggung jawab. Terkadang penggalangan dana itu kadang ada orang yang beri sumbangan banyak belom
tentu dia iklas. Orang yang kasi sedikit terkadang malu. Jadi untuk menghindari itu saya lebih suka menyuruh untuk langsung trasfer ke rekening Yayasan.
P : Tentang donatur nih Ibu, berapa banyak donatur yang Ibu ketahui dimiliki oleh yayasan?
I : Saya gak pernah tau sih ada berapa jumlah donatur. Seharusnya sih donatur pastinya lebih banyak dari pada relawan. Relawan aja ud 2000an di jakarta doang lo. Donatur mungkin bisa sampai 5000 orang kali ya.
P : Kesulitan atau hambatan seperti apa yang pernah terjadi selama proses penggalangan dana?
I : Saya sendiri kayaknya belom pernah ada kesulitan atau hambatan sih selama ikut penggalangan dana. Misalnya penggalangan di ITC mangga dua kita megang kotak amal mau orang kasi kita berterima kasih, mau orang gak kasi kita juga berterima kasih. Jadi kita tetap bahagia mau dia cuman kasi Rp.5.000 kita juga terima kasih. Mau cuman tangannya doang kasih ke kita juga kita terima kasih. Ya gak ada hambatan atau kendala sih.
P : Dalam pengalangan dana, apakah relawan melakukan secara individu atau berkelompok.
I : Kita lebih berkelompok ya. Kisaran antara 5-20 org tergantung penggalangan dana dimana sih.
P : Kalau tugas setiap relawan pada saat penggalangan dana. Tugasnya sama atau gak?
I : Berbeda sih. Ada yang megang kotak amal, ada yang membagi kata perenungan, buletin atau majalah. Di bagi-bagi sih tugasnya. Nanti ada PICnya yang koordinasiin tugas masing-masing.
P : Sebagai relawan, apakah ibu membantu kegiatan sosial hanya di dalam Indonesia atau pernah di laut Indonesia?
I : Kalau saya pribadi hanya Indonesia aja sih belom sampai ke luar negeri.
Mungkin relawan lain udah ada yang sampai ke luar negeri. Tapi saya pernah ikut training sampai ke Taiwan.
P : Daerah mana sajakah dalam indonesia yang sudah pernah dibantu Yayasan Buddha Tzu Chi.
I : Banyak sih ya. Setiap ada bencana setiap daerah yang punya kantor penghubung Tzu Chi pasti pernah di beri bantuan dan lain-lain. Contohnya di aceh, medan, batam, pekanbaru, riau, palu, ambon dan masih banyak lagi.
P : Apakah ada ketentuan atau penilaian dalam menentukan daerah atau target yang akan diberikan bantuan oleh yayasan?
I : Pasti ada ya. tempat yang emang layak di beri bantuan, lokasi yang susah di capai, dan lain-lain.
P : Berapa lama proses yang dilakukan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan yang akan dilakukan dalam kegiatan sosial?
I : Berapa lamanya saya gak bisa pastikan. Tapi kita tetap punya prinsip paling awal datang dan paling akhir pulang dalam memberi bantuan bencana berupa apapun.
P : Apakah Ibu pernah mendengar atau mendapatkan teguran langsung atau complain dari publik terkait yayasan atau penggalangan dana?
I : Kalau saya pribadi sih gak pernah denger atau mendapat teguran langsung sih. berjalan baik-baik saja.
P : Hal apakah yang Bapak/Ibu harapkan atau ingin lakukan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan melalui yayasan, yang sebelumnya belum pernah dilakukan?
I : Selalu berbuat kebaikan dan menghormati kedua orang tua kita.
P : Terima Kasih Ibu sudah bersedia menjadi narasumber saya.
I : Sama-sama. sukses selalu ya.
Transkrip Wawancara
Key Informan : LIE SAI GAK
Jabatan : Relawan Komite YBTCI
Tempat : Tzu Chi Center - Aula Jing Xi, Lantai 1, Pantai Indah Kapuk
Tanggal : 8 November 2019 Waktu : 13.30 - 14.30
Peneliti (P) : Selamat siang Ibu, perkenalkan saya Wilbert Halim salah satu mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Strategi Komunikasi Lembaga Filantropi Dalam Menggalang Dana (Studi Kasus Yayasan Buddha Tzu Chi). Sebelumnya boleh gak saya tau nama Ibu siapa?
Informan (I) : LIE SAI GAK P : Alamat rumah Ibu dimana ya?
I : Jalan Danau Agung 10, RT.4/RW.16, Sunter Agung, Jakarta Utara, Jakarta.
P : Profesi Ibu sekarang apa ya?
I : Profesi saya wiraswasta juga sebagai Ibu Rumah Tangga.
P : Apakah Ibu mengingat kapan pertama kali ibu bergabung menjadi relawan?
I : Pertama kali mengenal Tzu Chi itu tahun 2010 awal mulai menjadri relawan bulan Desember 2010.
P : Apa yang membuat Ibu tertarik untuk bergabung menjadi bagian dari Yayasan Buddha Tzu Chi?
I : Saya tertarik bergabung di Yayasan Buddha Tzu Chi untuk saling memberi dan membantu orang yang tidak mampu tanpa melihat kalangan miskin atau kaya. membedakan suku, ras, dan bangsa. Yayasan Buddha Tzu Chi juga yayasan yang universal.
P : Hal menarik atau khusus apakah menurut Ibu, yang membedakan yayasan Buddha Tzu Chi berbeda dengan yayasan sosial lainnya?
I : Yayasan Buddha Tzu Chi memiliki dana amal yang 100% dipergunakan untuk kegiatan amal. tidak digunakan untuk kegiatan atau hal lainnya. karna dana dari Yayasan Buddha Tzu Chi di bagi menjadi beberapa. jadi jika berdana untuk amal akan di gunakan untuk amal. jika berdana untuk pembangunakan makan digunakan untuk pembangunan.
P : Sebagai relawan, saat pertama kali ingin bergabung dalam yayasan, apakah ada syarat atau ketentuan bergabungnya Ibu dengan yayasan?
I : Tidak, Yayasan Buddha Tzu Chi tidak memiliki syarat atau ketentuan tertentu untuk menjadi relawan. asalkan siap untuk membantu dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. cuman setiap relawan atau calon relawan harus mengikuti training relawan untuk menjadi relawan juga menjadi relawan komite.
P : Kegiatan apa sajakah yang Ibu lakukan atau ikut bergabung selama menjadi relawan yayasan?
I : Hampir semua kegiatan yang dilakukan Yayasan Buddha Tzu Chi saya ikuti jika saya memiliki waktu senggang. contoh kegiatan yang saya ikuti itu
seperti kegiatan amal, tanggap darurat bencana, pelestarian lingkungan, dan bakti social.
P : Hal positif apa yang Ibu dapatkan selama menjadi relawan? Baik untuk pribadi maupun lingkungan?
I : Unutuk pribadi sendiri, saya bersyukur masih bisa membantu orang yang kurang mampu. Untuk lingkungan ikut serta dalam menjaga lingkungan dan alam seperti bervegetarian dan daur ulang sampah.
P : Apakah ada hal negatif yang pernah Ibu alami selama menjadi relawan?
I : Hal negatif seperti biasa yang sering terjadi baik di dalam organisasi maupun lembaga-lembaga lainya ya hal yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi. seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak relawan Yayasan Buddha Tzu Chi semakin banyak pula ide-ide yang muncul. hingga kagang tidak sesuai dengan yang kita inginkan .
P : Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi hal negatif tersebut?
I : Namanya juga lembaga sosial ya. mau gak mau saya dalam satu kelompok yang kadang saya merasa pendapat saya baik tapi tidak mau di denger mana yang di pilih sama ketua atau PICnya saya ikut aja. lebih baik saya menyesuaikan diri saya dari pada saya tidak dapat membantu orang yang membutuhan atau kegiatan sosial lainya.
P : Apakah solusi yang Ibu lakukan berhasil?
I : Kadang berhasil kadang engak. tergantung kita pribadi sih. bisa menyesuaikan diri didalam kelompok tersebut atau tidak.
P : Adakah dampak yang Ibu alami dari hal negatif tersebut?
I : Dampaknya kadang jika relawan lain melihat kinerja kita bagus mereka akan menerima kita, kalau pas kinerja kita tidak bagus ya mau gak mau kita terima dengan ikhlas dan lapang dana.
P : Menurut Ibu, apakah donatur dan relawan menjadi 2 hal yang berbeda dalam yayasan?
I : Menurut saya pribadi ya serupa tapi gak sama. artinya tuh gini, donatur adalah orang yang menyumbangkan dana. Relawan adalah orang yang ikut melaksanakan kegiatan yang di lakukan Yayasan Buddha Tzu Chi, orang yang rela memberikan waktu, tenaga, dan pikiran. cuman hampir rata relawan Yayasan Buddha Tzu Chi menjadi donatur juga menjadi relawan.
P : Apakah Ibu hanya menjadi relawan? Atau juga pernah melakukan donasi- donasi tertentu?
I : Pastinya pernah dong.
P : Donasi dalam bentuk apa yang pernah Bapak/Ibu lakukan? Dan apa tujuan dari donasi tersebut?
I : Kalau saya pribadi donasi yang saya berikan itu dalam bentuk pakaian bekas, materi, barang daur ulang. tujuannya agar dapat membantu orang yang kurang mampu dan dapat di manfaatkan untuk yang membutuhkan juga memberi kasih.
P : Sebagai relawan, apakah yayasan bersikap terbuka terhadap relawannya?
I : Saya merasa tidak terbuka. menurut saya sih wajar ya. karna gak semua hal yang negatif atau positif harus terbuka kepada semua relawan. karena itu adalah rahasia dari yayasan. ada hal yang harus terbuka dengan relawan dan
ada hal yang tidak harus terbuka dengan relawan. mungkin relawan yang lain merasa terbuka entah karna mereka deket dengan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap yayasan kalau saya pribadi saya juga tidak terlalu ingin mengetahui hal-hal yang tidak berkaitan dengan saya.
P : Apa pendapat Ibu mengenai ketidak terbukaannya yayasan terhadap relawan maupun donatur?
I : Pendapat saya ya, sebenarnya sudah menjadi hal yang rumlah ada hal yang perlu disampaikan dan ada yang tidak perlu disampaikan ke relawan. jika ingin menyampaikan kepada semua relawan juga bukan kerjaan yang gampang. relawan Tzu Chi ribuan gak mungkin di sampaikan satu per satu.
pasti ada relawan yang ingin tahu dan juga ada relawan yang tidak ingin tahu seperti saya. Hahaha.
P : Adakah hal yang Bapak/Ibu anggap masih kurang atau tidak pernah dilakukan oleh yayasan baik kepada relawan maupun donatur?
I : Untuk sejauh ini harusnya cukup, tidak ada yang kurang atau perlu di lakukan.
P : Apakah Ibu pernah mengetahui atau mendengar permasalahan eksternal yang terjadi dalam yayasan?
I : Pastinya pernah.
P : Masalah seperti apa yang Ibu denger?
I : Masalah biasa menyangkut dari nama yayasan sendiri. karna namanya Yayasan Buddha Tzu Chi, orang selalu mengira yayasan orang agama Buddha, yayasan hanya boleh orang Buddha. padahal sebenarnya itu hanya
nama yang mengidentitas pendiri kita seorang bisuni. malah didalamnya terdiri dari berbagai jenis agama, suku, dan ras. masalah kedua orang yang mengira gedung Tzu Chi PIK ini isinya orang-orang kaya semua. padahal ya, gedung sebesar ini pun hasil dari dana siapa pun. baik yang memberi dana 5.000rupiah pun di terima untuk mendirikan bangunan semegah ini dulunya dan berjalan tetap sampai sekarang. jadi bagi semua yang nanti membaca skripsi ini, saya ingin kasi tahu yang ingin menjadi relawan, bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi bukan Yayasan orang yang harus beragama Buddha atau ada hubungan dengan Buddha. Yayasan Buddha Tzu Chi tidak membedakan agama, suka, bangsa dan ras. juga di dalam Yayasan Buddha Tzu Chi tidak semua adalah orang kaya kita semua sama “satu keluarga”.
P : Lalu, apakah ada permasalahan internal yang Ibu ketahui? Baik yang pernah terjadi, atau yang sedang terjadi?
I : Bahas soal internal. menurut saya mustahil jika suatu organisasi, yayasan, dan lembaga tidak memiliki masalah internal pasti ada cuman kelihatan atau tidaknya masalah itu saja. kalau saya sendiri yang saya ketahui masalah biasa suka tidak sukanya antar relawan. itu aja sih.
P : Menurut Ibu, apakah ada yang dinilai menjadi pesaing yayasan Buddha Tzu Chi saat ini?
I : Kayaknya belum ada deh sampai saat ini. Yayasan yang bersifat satu keluarga, tidak membedakan agama, suka, bangsa, dan ras. harusnya blm ada yang sanggup menjadi pesaing Yayasan Buddha Tzu Chi walaupun banyak lembaga sosial lainya.
P : Untuk pendukung sendiri, berapa banyak total relawan saat ini yang Ibu ketahui? Dan apakah jumlah tersebut sudah cukup? Atau akan tetap terus ditambah?
I : Untuk jumlah pastinya saya tidak tahu, harunsya kalau satu indonesia mencapai ribuan relawan. Untuk jumlah relawan pastinya ridak cukup karna semakin banyak yang menjadi relawan semakin terjaga alam dan lingkungan ini. relawan akan terus bertambah seiring bejalannya waktu .
P : Apakah yayasan punya pencapaian atau target dalam jumlah relawan yang ingin dimiliki?
I : Selama ini saya menjadi relawan tidak pernah ada target dalam mencari relawan, malah kadang orang biasa yang menanyakan kepada saya gimana cara bergabung dan menjadi relawan.
P : Sebagai relawan, taktik komunikasi seperti apa yang dilakukan untuk membujuk target market untuk ikut bergabung baik menjadi relawan atau melakukan donasi?
I : Kalau saya sendiri saya biasanya mengunakan media sosial. menyebarkan semua kegiatan yang saya ikuti nanti secara sendirnya ada orang yang bertanya kepada saya baru saya pelan-pelan jelasin kegiatan apa sih yang saya ikut pas saya menyebarkan di media sosial. contohnya lagi bakti sosial, dan pelestarian lingkungan.
P : Apakah yayasan melakukan taktik yang berbeda-beda setiap waktunya?
Atau selalu dengan taktik yang sama.
I : Mungkin sedikit berbeda ya. yayasan mengunakan media sosial yayasan sendiri. saya mengunakan media sosial saya pribadi. mungkin yayasan punya teknik yang berbeda-beda dalam melakukan taktik. kembali lagi ke target marketnya dulu kali ya.
P : Dalam melakukan strategi komunikasi, respon seperti apakah yang didapatkan Ibu saat melakukan taktik tersebut?
I : Hampir rata saya dapatnya positif ya. tidak ada yang negatif sampai menjelekkan Yayasan, contohnya “emang bener nih Yayasan Buddha Tzu Chi sangat membantu masyarakat yang bener kesusahan. pas bencana alam Yayasan Buddha Tzu Chi lembaga yang pertama sampai di lokasi membantu masyarkat” dan lain-lain. banyak juga yang ingin menjadi relawan dan donator.
P : Dalam menggalang dana, apakah Ibu ikut mencari dana yang dibutuhkan yayasan?
I : Ya pasti dong, saya relawan juga donatur juga turun dalam mencari dana yang dibutuhkan oleh yayasan sendiri. melalu cara bercerita kepada donatur menggalang dana untuk apa berkomunikasi dengan calon donatur atau yang ini berdana. kita tetap menerima berapa pun yang di danakan oleh pendana kita terima. tidak ada minimal dan tidak ada maksimal dalam penggalangan dana.
P : Berapa banyak dana yang pernah didapatkan? Dan untuk apa?
I : Kita tidak pernah menghitung berapa dana yang di kumpulakan karna kita langsung memberikan kepada bagian keuangan agar di hitung langsung oleh bagiannya sendiri. maka saya tidak pernah tahu berapa dana yang terkumpul.
P : Berkaitan dengan penggalangan dana, berapa banyak donatur yang Ibu ketahui dimiliki oleh yayasan?
I : Tidak tahu, yang pastinya jumlah donatur lebih banyak dari pada jumlah relawan.
P : Kesulitan atau hambatan seperti apa yang pernah terjadi selama proses penggalangan dana?
I : Untuk saya sendiri dan untuk saat ini saya tidak pernah merasa ada kesulitan atau hambatan setiap penggalangan dana. cuman setiap penggalangan dana kita extral bersabar untuk menceritakan ulang tentang Yayasan Buddha Tzu Chi itu sendiri hingga puluhhan atau ratusan kali menceritakan hal yang sama.
P : Dalam penggalangan dana, apakah relawan melakukan secara individu atau berkelompok? berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok?
I : Berkelompok. karna kita satu keluarga lakukan dengan bersama-sama.
untuk jumlah bervariasi gak bisa saya pastikan. kisaran antar 10-15 orang mungkin.
P : Apakah tugas masing-masing anggota dalam kelompok berbeda ataukah sama?
I : Untuk penggalangan dana sendiri biasanya berbeda-beda. ada yang memegang kotak dana, majalah, buletin, dan kartas kata perenungan.
P : Sebagai relawan, apakah Ibu membantu kegiatan sosial hanya di dalam Indonesia atau pernah diluar Indonesia?
I : Kalau saya sendiri di Indonesia saja. relawan yang lain mungkin sudah sampai ke luar negeri.
P : Daerah mana sajakah dalam Indonesia yang sudah pernah dibantu oleh yayasan Buddha Tzu Chi?
I : Kayaknya sudah hampir semua wilayah Indonesia yang memiliki kantor cabang atau kantor penghubung dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang sudah dibantu oleh Yayasan. kalau saya sendiri sudah sampai Lombok, Palu, Madinah, Nias, Sibolga, Tarutung, Tanah karo gunung sinabung.
P : Apakah ada ketentuan atau penilaian tertentu dalam menentukan daerah atau target yang akan diberikan bantuan oleh yayasan?
I : Pastinya ada apakah daerah tersebut layak untuk di bantu, apakah akses ke sana susah hingga membutuhkan bantuan. dan lain-lain.
P : Berapa lama proses yang dilakukan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan yang akan dilakukan dalam kegiatan sosial?
I : Berapa lamanya saya tidak bisa pastikan. cuman Yayasn Buddha Tzu Chi sendiri melakukan kegiatan sosial paling lama pulang dan paling awal tiba di lokasi kejadian.
P : Apakah Ibu pernah mendengar atau mendapatkan teguran langsung atau complain dari publik terkait yayasan atau penggalangan dana?
I : Pernah sih soal penggalangan dana. kita sering banyak kegiatan membantu orang. sering juga menggalang dana. makan ada sewaktu-waktu tempat yang
kita gunakan untuk menggalang itu sama, jadi ada beberapa orang yang mengatakan Yayasan Buddha Tzu Chi selalu menggalang dana. gitu sih.
untuk teguran yang sangat menjelekan Yayasan Buddha Tzy Chi sih gak pernah.
P : Hal apakah yang Bapak/Ibu harapkan atau ingin lakukan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan melalui yayasan, yang sebelumnya belum pernah dilakukan?
I : Saya harapakan semua masyarakat dapat menjadiri relawan Yayasan Buddha Tzu Chi agar mengurangi masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial masyarakat dan saya inginkan semua masyarakat yang membutuhkan bantuan yayasan dapat langung menghubungi yayasan. selalu berbuat kebaikan.
P : Terima Kasih Ibu atas waktunya untuk dapat di wawancara.
I : Sama-Sama.
CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Wilbert Halim
Tempat / Tgl. Lahir : Tebing Tinggi / 14 November 1996 Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Buddha
Status : Belum menikah
Kewarganegara : Indonesia
Alamat : Jl. Sudirman No.209, Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 25610 NO HP : +62 8196 08 8181 / +62 822 1044 9614
PENDIDIKAN FORMAL
- 2002 – 2008 : SD SUTOMO 1. Medan
- 2008 – 2011 : SMP KF.Tandean. Tebing Tinggi - 2011 – 2014 : SMA KF.Tandean. Tebing Tinggi
- 2014 : Universitas Multimedia Nusantara (UMN) PENGALAMAN ORGANISASI & KEPANITIAAN
- 2012 : Anggota terbaik di salah satu Vihara - 2012 : Sekretaris di salah satu Vihara
- 2015 : Humas (hubungan masyarakat) di Mapala UMN - 2015 – 2019 : Panitia Waisak Nasional Candi Borobudur