PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR
MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh:
Nama : Novita Setyaningsih
NIM : 091134056
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
YOGYAKARTA
2013
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR
MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh:
Nama : Novita Setyaningsih
NIM : 091134056
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
YOGYAKARTA
2013
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR
MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh:
Nama : Novita Setyaningsih
NIM : 091134056
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR
MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh:
Nama : Novita Setyaningsih
NIM : 091134056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR
MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh:
Nama : Novita Setyaningsih
NIM : 091134056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR
MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh:
Nama : Novita Setyaningsih
NIM : 091134056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah Sederhana ini, penulis persembahkan kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan membantu
disetiap langkah ku.
Bapakku, Petrus Ari Muryanto dan Ibuku, Catharina Sudarmi tercinta, kalian
adalah semangat dan pendukung ku.
Bu Catur Rismiati dan Bu Eny Winarti yang selalu memberikan bimbingan,
pengetahuan yang baru, serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Yulius Ganny Akbar Hartono, yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.
Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2009 di kampus Sanata Dharma.
Bulik Chris, Pak Toto, Mbak Kiwik serta saudara-saudaraku tercinta, yang
selalu mengingatkan ku.
Sahabat-sahabatku (Ratna, Ika, Tika, Puspa, Febri, dan Aries) yang selalu
v
MOTTO
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu Dan janganlah bersandar kepada Pengertianmu sendiri
Akuilah Dia dalam segala lakumu Maka Ia akan meluruskan jalanmu
(Amsal 3:5-6)
Takut akan TUHAN
Adalah permulaan pengetahuan Tetapi orang bodoh menghina
Hikmah dan didikan (Amsal 1:7)
viii
ABSTRAK
Setyaningsih, Novita. 2013. PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN 2012/2013.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelasV SD Kanisius Condongcatur dan mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi adalah kuesioner, yang diukur melalui 3 indikator motivasi yaitu (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Kuesioner tersebut diberikan sebelum penelitian (kondisi awal) dan pada akhir pertemuan (capaian). Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar yaitu soal objektif dengan bentuk pilihan ganda. Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 3 kali pertemuan, setiap pertemuan alokasi waktunya 3 x 40 menit.
Media visual yang digunakan yaitu melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kondisi awal untuk indikator I yaitu memiliki keinginan belajar ada 15 siswa (57,7%) menjadi 23 siswa (88,5%). Indikator II yaitu ulet menghadapi tugas ada 15 siswa (57,7%) menjadi 22 siswa (84,62%). Indikator III yaitu memiliki harapan dan cita-cita ada 17 siswa (65,4%) menjadi 24 siswa (92,3%). Selanjutnya media visual yang digunakan dengan cara menunjukkan gambar-gambar dan membuat bagan sederhana ketika mempelajari materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam satu kelas dari data kondisi awal yaitu 10 siswa (38,5%) yang mencapai KKM, setelah dilaksanakan siklus I menjadi 23 siswa (88,5%) yang mencapai KKM.
ix
ABSTRACT
Setyaningsih, Novita. 2013. THE ENHANCEMENT OF MOTIVATION AND SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT ON FIFTH GRADERS KANISIUS CONDONGCATUR ELEMENTARY SCHOOL BY USING VISUAL MEDIA CLASS YEAR 2012/2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University
This research aimed to find out the using of visual media as an effort to enhance Social Science motivation on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School and to find out the using of visual media in enhancing Social Science learning achievement on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School. The research methodology that used was classroom action research. The participants of the research were the fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School class year 2012/2013; 26 students consisted of 13 female students and 13 male students.
Instruments that were used to measure the motivation was questionnaire, which measured through three motivation indicators; (1) having learning willingness (2) being diligent to face the assignments (3) having learning purpose. Those questionnaires given before the research (in the beginning of condition) and in the last meeting (achievement). Then, the instrument used to measure the learning achievement was objective questions in a form of multiple choices. This research done in one cycle (cycle 1) with three meetings. Indeed, every meeting allocated 3 x 40 minutes.
The visual media that were used through students’ activities in learning could enhance students’ motivation. It was shown by the beginning of condition for indicator 1; having learning willingness consisted of 15 students (57,7%) into 23 students (88,5%). Indicator II; being diligent to face the assignments consisted of 15 students (57,7 %) into 22 students (84,62%). Indicator III; having hope and dream consisted of 17 students (65,4%) into 24 students (92,3%). After that, the visual media that used by showing the pictures and making an ordinary scheme in learning the material can enhance students’ learning achievement. Actually, it shown by the number of students who reached standard score (KKM) in a class from the first condition; 10 students (38,5%) who reached KKM. After having cycle 1, it changed into 23 students (88,5%) who reachedKKM.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua
anugrah serta kesempatan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas
V SD Kanisius Condongcatur Menggunakan Media Visual Tahun Ajaran
2012/2013”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini lahir dengan adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Catur Rismiati, S.Pd., MA., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sekolah Guru Dasar Universitas Sanata Dharma dan dosen
pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan dan motivasi
sehingga terciptanya skripsi ini.
4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga terciptanya skripsi
ini.
5. R. Sutamta, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Condongcatur yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
6. MM. Lega Primasari, S.Pd., selaku wali kelas V SD Kanisius
Condongcatur, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian.
7. Siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur Tahun Ajaran 2012/2013 yang
telah berkenan bekerja sama dengan baik, sehingga penelitian dapat
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 8
1.3 Perumusan Masalah ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
1.6 Batasan Pengertian ... 10
xiii
2.1 Kajian Pustaka... 12
2.1.1 Motivasi Belajar ... 12
2.1.2 Prestasi Belajar... 19
2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21
2.1.4 Media Pembelajaran... 24
2.1.5Media Visual ... 30
2.1.6 Alat-alat Visual ... 33
2.1.7 Gambar... 33
2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas ... 34
2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan PTK... 35
2.2 Teori Belajar... 36
2.3 Penelitian-Penelitian yang Relevan... 38
2.4 Kerangka Berpikir ... 44
2.5 Hipotesis Tindakan... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
3.1 Jenis Penelitian... 48
3.1.1 Perencanaan... 50
3.1.2 Pelaksanaan ... 51
3.1.3 Observasi... 51
3.1.4 Refleksi ... 51
3.2 Setting Penelitian ... 52
3.2.1 Tempat Penelitian... 52
xiv
3.2.3 Subjek Penelitian... 52
3.2.4 Objek Penelitian ... 52
3.3 Rencana Tindakan ... 52
3.3.1 Persiapan ... 53
3.3.2 Siklus I ... 54
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.4.1 Observasi... 57
3.4.2 Wawancara... 57
3.4.3 Kuesioner ... 58
3.4.4 Dokumen ... 59
3.5 Instrumen Penelitian... 61
3.5.1 Non Tes ... 61
3.5.2 Tes ... 63
3.6 Indeks Kesukaran (IK) Soal ... 65
3.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 69
3.7.1 Validitas ... 69
3.7.2 Reliabilitas ... 70
3.7.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 71
3.8 Teknik Analisis Data... 84
3.8.1 Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 84
3.8.2 Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 89
3.9 Indikator Keberhasilan ... 90
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 93
4.1 Deskripsi Penelitian ... 93
4.1.1 Siklus I ... 93
4.2 Hasil Penelitian ... 106
4.2.1 Kualitas Proses Pembelajaran ... 107
4.2.2 Kualitas Hasil Pembelajaran ... 119
4.3 Pembahasan... 122
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 134
5.1 Kesimpulan ... 134
5.2 Keterbatasan Penelitian... 135
5.3 Saran... 136
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 23
Tabel 2. Instrumen Pengumpulan Data ... 60
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi... 62
Tabel 4. Kuesioner Motivasi ... 63
Tabel 5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum dan Sesudah Validasi ... 64
Tabel 6. Kualifikasi Indeks Kesukaran... 67
Tabel 7. Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal ... 68
Tabel 8. Koefisien Reliabilitas ... 71
Tabel 9. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 73
Tabel 10. Kriteria Perangkat Pembelajaran ... 74
Tabel 11. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Validasi... 77
Tabel 12. Instrumen Penilaian Kuesioner Motivasi ... 77
Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner... 79
Tabel 14. Kisi-kisi Kuesioner Setelah Validasi... 79
Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Validasi ... 81
Tabel 16. Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi ... 82
Tabel 17. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sesudah Validasi... 83
Tabel 18. Instrumen Penilaian Soal evaluasi... 84
Tabel 19. Kriteria Penilaian Skor Kuesioner... 85
Tabel 20. Acuan PAP Tipe I... 86
Tabel 21. Perhitungan Kuesioner Indikator I ... 86
xvii
Tabel 23. Perhitungan Kuesioner Indikator II ... 87
Tabel 24. Menentukan Golongan Motivasi Indikator II... 88
Tabel 25. Perhitungan Kuesioner Indikator III... 88
Tabel 26. Menentukan Golongan Motivasi Indikator III ... 89
Tabel 27. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 91
Tabel 28. Jadwal Penelitian ... 92
Tabel 29. Hasil Skor Motivasi Siswa ... 108
Tabel 30. Perolehan Skor Indikator I... 109
Tabel 31. Perolehan Skor Indikator II ... 111
Tabel 32. Perolehan Skor Indikator III ... 112
Tabel 33. Perhitungan Kuesioner Indikator I Siklus I ... 114
Tabel 34. Perhitungan Kuesioner Indikator II Siklus I... 116
Tabel 35. Perhitungan Kuesioner Indikator III Siklus I ... 118
Tabel 36. Hasil Prestasi Belajar Siklus I ... 120
Tabel 37. Hasil Ketercapaian Siswa Siklus I... 121
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale ... 28
Gambar 2. Skema Penelitian Relevan ... 43
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir... 46
Gambar 4. Siklus PTK Menurut Kemmis dan MC. Taggart ... 50
Gambar 5. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan I... 96
Gambar 6. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan II ... 99
Gambar 7. Aktivitas Siswa Saat Melakukan Kuis ... 101
Gambar 8. Refleksi Siswa Pertemuan I... 104
Gambar 9. Refleksi Siswa Pertemuan II ... 105
Gambar 10. Refleksi Siswa Pertemuan III... 106
Gambar 11. Foto Pertemuan I ... 130
Gambar 12. Foto Pertemuan II... 131
Gambar 13. Foto Pertemuan III ... 132
Gambar 14. Grafik Hasil Peningkatan Motivasi ... 128
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 141
Lampiran 2. Perangkat Pembelajaran Sebelum Validasi ... 143
Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sesudah Validasi... 159
Lampiran 4. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sebelum Validasi... 238
Lampiran 5. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sesudah Validasi ... 244
Lampiran 6. Media Pembelajaran ... 250
Lampiran 7. Validitas dan Taraf Indeks Kesukaran... 283
Lampiran 8. Hasil Kualitas Proses Pembelajaran ... 293
Lampiran 9. Kualitas Hasil Pembelajaran... 307
Lampiran 10. Foto-foto Penelitian ... 312
Lampiran 11. Data Awal Motivasi Belajar Siswa... 315
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini, terdapat enam hal yang diuraikan oleh peneliti. Keenam hal
tersebut, yaitu: latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan pengertian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5). Hal
tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dapat menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006: 5).
Tujuan dari pendidikan tersebut dibina mulai dari Sekolah Dasar (SD)
dengan adanya program wajib belajar 9 tahun (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006: 5). Peserta didik pada tingkat sekolah dasar akan
mempelajari beberapa macam mata pelajaran yaitu: Agama,
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Keterampilan,
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dari berbagai mata pelajaran
tersebut, IPS mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006: 159).
Mata pelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar tersebut mempunyai
peranan yang sangat penting. Hal tersebut ditunjukkan dengan mata pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Badan Standar Nasional Pendidikan,
2006: 159). Oleh karena itu, mata pelajaran IPS bertujuan agar mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya. Selain itu IPS di tingkat sekolah, pada dasarnya bertujuan
untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang
menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai
(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan
mengambil keputusan dan perpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2009: 12).
Dari tujuan mata pelajaran IPS tersebut, IPS sangatlah penting untuk
dipelajari mulai dari sekolah dasar, karena IPS berhubungan dengan manusia
serta lingkungan yang dinamis.
IPS sangat berhubungan dengan manusia serta lingkungan yang
dinamis. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus diberikan melalui
pendekatan siswa aktif agar pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Pendekatan siswa aktif atau lebih dikenal dengan nama Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ini didasari pada keyakinan
PAKEM berarti proses membangun makna/ pemahaman, oleh pembelajar
terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Oleh karena itu, siswalah yang
harus aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai pemantau dan menciptakan
suasana pembelajaran agar semua siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran
tersebut.
Namun demikian, pembelajaran PAKEM seperti yang dipaparkan di
atas belum tentu terjadi pada realita pembelajaran yang ada di sekolah,
misalnya di SD Kanisius Condongcatur. Berdasarkan observasi di kelas V
pada hari Kamis, tanggal 17 Januari 2013, pembelajaran yang terjadi di kelas
tidak efektif. Ada 3 siswa yang tidak membawa buku paket IPS, ada 2 siswa
yang terlihat melamun, ada 1 siswa yang sibuk menggambar, ada 4 siswa
yang duduk di belakang dan tidak memperhatikan guru pada saat pelajaran,
dan ada 16 siswa yang cukup memperhatikan guru ketika menjelaskan materi.
Pada pembelajaran ini, guru terlihat sangat mendominasi pembelajaran.
Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi yaitu
ceramah, dan tanya jawab. Guru tidak menggunakan media apapun untuk
memperjelas materi yang dijelaskan. Selain itu, pada saat mengikuti
pembelajaran, siswa hanya duduk diam, mendengarkan, kemudian mencatat
materi yang ditulis oleh guru di papan tulis.
Peneliti tidak hanya melakukan observasi pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, tetapi juga melakukan wawancara dengan siswa
2013. Siswa berinisial N tersebut berkata, “Saya sering merasa bosen ketika
pelajaran IPS, karena materinya sangat banyak dan saya kesulitan untuk memahami ataupun mengingat”,jawab siswa ketika peneliti bertanya tentang
pembelajaran IPS (siswa, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari
wawancara tersebut, siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS karena
materinya sangat banyak. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan untuk
memahami ataupun mengingat materi IPS. Selanjutnya, siswa berinisial N
juga berkata, “ketika pelajaran IPS, biasanya hanya dijelaskan, kemudian
kami mencatat, dan dihafalkan”, jawaban siswa ketika peneliti bertanya
tentang bagaimana proses pembelajaran IPS berlangsung (siswa, komunikasi
pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, proses pembelajaran IPS
yang berlangsung berpusat pada guru (dijelaskan), siswa mencatat dan
menghafalkan. Guru tidak menggunakan media apapun dalam proses
pembelajaran IPS. Selain siswa yang berinisial N, peneliti juga melakukan
wawancara dengan siswa berinisial H dan L, mereka menyukai IPS, tetapi
apabila peneliti melihat hasil ulangan yang mereka peroleh, siswa berinisial N
memperoleh nilai 43, siswa berinisial H memperoleh nilai 52, dan siswa
berinisial L memperoleh hasil 57. Dari hasil perolehan nilai ulangan ketiga
siswa tersebut, hasil nilai yang diperoleh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu 60.
Selain wawancara dengan siswa kelas V, peneliti melakukan
wawancara dengan guru kelas V. Guru tersebut berkata, “ketika pelajaran
menjelaskan, kemudian ketika diberi tugas rumah, ada 3 atau 4 siswa yang sering lupa tidak mengerjakan dengan berbagai alasan, seperti tidak tahu kalau ada PR, buku ketinggalan di rumah, dan sebagainya”, jawab guru
ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran IPS. Dari wawancara
tersebut, peneliti memperoleh informasi bahwa motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPS kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa
kelas V yang ramai, tidak mendengarkan ketika guru menjelaskan, dan sering
lupa apabila ada tugas rumah. “Biasanya saya duduk diam, dan tidak lama
kemudian siswa yang ramai, akan melihat saya dan diam. Selain itu, apabila siswa yang ramai, sulit dinasehati, saya akan berkata, kalian boleh ramai, asalkan nilai kalian besok pada saat ulangan 100”, jawab guru ketika
peneliti bertanya cara mengatasi siswa yang ramai (guru kelas, komunikasi
pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, peneliti memperoleh
informasi tentang cara guru mengatasi siswa yang ramai, yaitu dengan cara
duduk diam, dan ketika siswa masih ramai, guru mengijinkan ramai asalkan
pada saat ulangan memperoleh nilai 100.
Dari hasil observasi saat pelajaran berlangsung dan wawancara dengan
guru dan siswa, terlihat bahwa motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS itu
rendah. Motivasi siswa tersebut, dapat dilihat melalui 3 indikator motivasi
yang peneliti susun dari ketiga ahli. Ketiga indikator motivasi tersebut, yaitu;
(1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki
tujuan belajar. Dari indikator yang pertama, siswa tidak secara maksimal
memperhatikan guru saat menjelaskan. Pada indikator yang kedua siswa
kurang memiliki keuletan dalam menghadapi tugas. Hal tersebut terlihat saat
siswa sering lupa mengerjakan tugas rumah. pada indikator ketiga, siswa
kurang memiliki tujuan belajar. Hal tersebut terlihat saat pelajaran
berlangsung, siswa tidak fokus memperhatikan pembelajaran, dan sibuk
dengan kegiatannya sendiri.
Motivasi siswa yang rendah juga didukung dari hasil kuesioner yang
peneliti berikan kepada siswa. Dari hasil kuesioner tersebut, terlihat bahwa
motivasi siswa dalam mata pelajaran IPS rendah. Hal tersebut terlihat dari
hasil perolehan pada masing-masing indikator. Indikator I ada 15 siswa
(57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator II ada 15
siswa (57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator III
ada 17 siswa (65,4%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa.
Selain melihat hasil dari kuesioner pada kondisi awal, peneliti juga
melihat dari dokumen semester gasal. Hasil observasi dokumen semester
gasal menunjukkan bahwa hasil rata-rata ulangan harian seluruh siswa kelas
V tahun 2012/2013 sebanyak 26 siswa adalah 60. Ditinjau dari ketercapaian
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebanyak 16 siswa dari 26 siswa belum
mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 60. Dari hasil
observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa (61,5%) yang memperoleh
nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan terdapat 10 siswa (38,5%)
Peneliti tidak hanya melihat hasil dokumen semester gasal tahun
2012/2013, tetapi juga melihat pada tahun sebelumnya 2011/2012, yaitu
dengan rata-rata ulangan harian sebanyak 21 siswa adalah 45. Sementara itu,
ditinjau dari ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebanyak 16
siswa dari 21 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya
yaitu 60. Dari hasil observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa (76,2%)
yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan 5 siswa
(23,8%) yang lolos KKM.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, kelas V SD Kanisius
Condongcatur perlu mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar. Siswa sulit untuk memahami materi IPS yang terlalu
banyak dan hasil belajar yang belum maksimal. Dalam sebuah artikel yang
ditulis oleh Mustofa (2001). Penelitian tersebut membuktikan bahwa media
cetak (surat kabar, majalah dan gambar) dinilai oleh siswa mengasyikan dan
menyenangkan, karena mereka tidak cepat bosan dan perhatian siswa pun
menjadi lebih besar pada pelajaran. Melihat dari artikel tersebut, maka
peneliti mengusulkan untuk menggunakan media dalam pembelajaran yang
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata
pelajaran IPS.
Salah satu media yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar adalah media visual. Arsyad (2009) berpendapat bahwa media visual
(image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam
melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual
dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan
antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Ada 4 bentuk visual, misalnya: gambar representasi seperti gambar,
lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda.
Selain itu, diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi
dan struktur materi. Peta juga termasuk dalam visual yang menunjukkan
hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. Di samping
itu, grafik seperti tabel, grafik dan chart(bagan) yang menyajikan gambaran
atau kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau
angka-angka (Arsyad, 2009: 91-92).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi
Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Condong Catur Menggunakan Media
Visual Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memberi batasan
masalah mengenai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
menggunakan media visual. Penelitian ini dilaksanakan dengan berfokus
pada meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka dapat
dirumuskan:
1.3.1 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan
motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran
2012/2013?
1.3.2 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan
prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran
2012/2013?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk:
1.4.1 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan
motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran
2012/2013?
1.4.2 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan
prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran
2012/2013?
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1.5.1 Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui bagaimana suatu
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS. Selain itu, peneliti
memperoleh pengalaman baru yang kelak dapat menjadikan bekal dalam
mengajar, khususnya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa.
1.5.2 Bagi Pendidik
Bagi pendidik bidang studi IPS, dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengajar agar dapat mengembangkan kemampuan
dalam menumbuhkan motivasi serta prestasi siswa dalam mata pelajaran
IPS.
1.5.3 Bagi Pembaca
Penulisan proposal PTK ini, diharapkan dapat menjadi contoh dan
referensi, serta dapat membantu para pembaca dalam pembuatan
proposal PTK yang hampir sama dengan penelitian ini.
1.6 Batasan Pengertian
Untuk menyamakan pemahaman atau persepsi, berikut penulis jelaskan
pengertian-pengertian yang dianggap penting dalam PTK ini:
1.6.1Motivasi
Motivasi adalah keseluruan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, serta memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang hendak dicapai oleh subjek belajar itu
1.6.2 Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah nilai atau hasil yang diperoleh dari tes di akhir
siklus.
1.6.3 Media
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara
seperti grafis, photografis, tv, radio,slidebahkan cetakan, tetapi meliputi
orang atau manusia sebagai sumber belajar.
1.6.4 Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai
untuk tujuan pendidikan, seperti buku, radio, televisi, koran, majalah
dan sebagainya.
1.6.5 Visual
Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan.
1.6.6 Media Visual
Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan atau
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Bab II ini, terdapat lima hal yang diuraikan oleh peneliti. Kelima hal
tersebut berisi: kajian pustaka (motivasi belajar, prestasi belajar, Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), media pembelajaran, media visual, alat-alat visual,
gambar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)), teori belajar, penelitian-penelitian
yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak, yang telah menjadi aktif
(Sardiman, 2008: 73). Menurut Mc. Donald (dalam bukunya Sardiman,
2008), motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Menurut Sardiman (2008: 73) motivasi adalah daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Dari beberapa pengertian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan
tertentu.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh penguasaan kompetensi baru secara permanen sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya (Gora dan Sunarto, 2010: 15). Sedangkan menurut Morgan
(dalam bukunya Mustaqim, 2008: 33) “Learning is any relatively
permanent change in behavior that is a result of past experience”
sedangkan menurut Guilford (dalam bukunya Mustaqim, 2008: 34)
“Learning is any change in behavior resulting from stimulation”.
Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian di atas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku seseorang sebagai hasil dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pengertian motivasi dan belajar di atas, maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
upaya dalam diri seseorang yang menjadi penggerak dan menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar yang dapat
memberi arah pada kegiatan belajar tersebut, sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai.
Hasil belajar akan menjadi optimal apabila ada motivasi. Menurut
Sardiman (2008: 85), ada 3 fungsi motivasi, yaitu yang pertama
mendorong manusia untuk berbuat, dalam hal ini motivasi merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Kedua yaitu
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Ketiga yaitu
menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaan bagi tujuan tersebut.
Selain fungsi-fungsi motivasi yang sudah disebutkan, ada juga
bentuk-bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi. Menurut Sardiman
(2008: 92-95) ada 11 bentuk atau cara menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan di sekolah, yaitu: memberi angka, angka ini sebagai simbol dari
nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar hanya untuk
mengejar nilai yang baik. Tetapi ada siswa yang hanya menginginkan naik
kelas tanpa menginginkan nilai yang baik. Keduanya bukan merupakan
pemberian nilai yang baik, karena pemberian nilai yang baik itu tidak
hanya pada kognitifnya saja tetapi juga pada keterampilan dan afeksinya.
Hadiah, hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak
selalu demikian. Hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu
pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk lukisan
yang terbaik, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak
memiliki bakat untuk melukis.
Saingan/ kompetisi,saingan/ kompetisi dapat digunakan sebagai alat
dilakukan baik individu ataupun kelompok ini, dapat meningkatkan
prestasi belajar.
Ego-involvement, Ego-involvement dapat menumbuhkan kesadaran
kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras untuk mempertaruhkan harga dirinya.
Hal tersebut merupakan salah satu bentuk motivasi yang sangat penting,
karena seseorang akan berusaha dengan segenap tenaganya untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
Memberi ulangan, para siswa akan menjadi giat belajar apabila
mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan
merupakan sarana motivasi, tetapi guru dalam memberikan ulangan jangan
terlalu sering, karena siswa akan menjadi bosan dan seperti rutinitas.
Selain itu, guru juga harus terbuka kepada siswa apabila akan ada ulangan.
Mengetahui hasil,dengan mengetahui hasil pekerjaan yang diperoleh
itu meningkat, maka siswa menjadi terdorong untuk lebih giat belajar lagi
agar hasil yang diperoleh terus meningkat.
Pujian, apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh
karena itu pujian harus diberikan secara tepat, karena akan memupuk
suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
Hukuman, adalah sebagai reinforcement yang negatif tetapi apabila
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena
itu, guru perlu mempelajari tentang prinsip-prinsip pemberian hukuman,
jangan sampai hukuman membuat siswa itu menjadi patah semangat.
Hasrat untuk belajar, hasrat untuk belajar ini berarti ada unsur
kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini menjadi lebih baik, bila
dibandingkan segala suatu tanpa maksud. Hasrat untuk belajar dalam hal
ini berarti pada diri siswa memang ada motivasi untuk belajar, sehingga
tentu hasilnya menjadi lebih baik.
Minat,minat dan motivasi sangat erat hubungannya, karena motivasi
muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat. Oleh karena
itu minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan
berjalan lancar kalau disertai minat. Minat ini dapat dibangkitkan dengan
cara-cara sebagai berikut; membangkitkan adanya suatu kebutuhan,
menghubungkan dengan persoalan pengalaman masa lampau, memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan
berbagai macam bentuk mengajar.
Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik
oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab
dengan memahami tujuan yang hendak dicapai yang dirasa sangat berguna
dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Selain bentuk atau cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan di
seseorang, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) seseorang
senang terhadap sesuatu, apabila rasa senang tersebut dapat dipertahankan,
maka akan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan, dan (2) apabila
seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan, maka biasanya
orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut (Uno, 2007: 8).
2.1.1.1 Jenis Motivasi
Jenis motivasi dalam belajar dibedakan menjadi dua, yaitu:
motivasi ekstrinsik, dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik
merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan
kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan
kegiatan belajarnya sendiri (Yamin, 2007: 226). Sedangkan
menurut Sardiman (2008: 90) motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari
luar. Menurut Winkel (dalam bukunya Yamin, 2007: 227-228) ada
6 bentuk motivasi ekstrinsik, yaitu: (1) belajar demi memenuhi
kewajiban; (2) belajar demi menghindari hukuman yang
diancamkan; (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang
disajikan; (4) belajar demi meningkatkan gengsi; (5) belajar demi
memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan
guru; (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau
demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.
Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar
(Yamin, 2007: 228). Sedangkan menurut Sardiman (2008: 89)
motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2.1.1.2 Indikator Motivasi
Menurut Aritonang (2008: 14) indikator motivasi yaitu; (1)
ketekunan dalam belajar; (2) ulet dalam menghadapi kesulitan; (3)
minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; dan (4) partisipasi
dalam belajar. Sedangkan menurut Sardiman (dalam Herline (2009:
81) menjelaskan indikator motivasi sebagai berikut; (1) tekun
menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi tugas; (3) menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) lebih senang
bekerja sendiri; (5) cepat bosan pada tugas-tugas rutin; (6) dapat
mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepas hal yang
diyakini itu; (8) senang mencari dan memecahkan masalah
soal-soal. Selain itu, menurut Uno (2007: 23) indikator motivasi yaitu;
(1) adanya hasrat dan keinginan belajar; (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa
depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang
Dari ketiga ahli yang mengemukakan tentang indikator-indikator
motivasi tersebut, berikut ini adalah 3 indikator yang peneliti
susun, yaitu; (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi
tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Peneliti juga menyajikan
diagram alur pemilihan indikator motivasi yang peneliti lakukan.
Diagram alur pemilihan indikator motivasi dapat dilihat pada
diagram 1.
Diagram 1. Alur Pemilihan Indikator Motivasi
Ahli A Ahli B Ahli C
2.1.2 Prestasi Belajar
Menurut Winkel (1984: 64), prestasi adalah bukti usaha yang dapat
dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 700) dijelaskan
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
1) Ketekunan dalam belajar 2) Ulet menghadapi tugas 3) Minat dan ketajaman perhatian
dalam belajar 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Cepat bosan pada tugas-tugas
rutin
6) Dapat mempertahankan pendapatnya
7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu
8) Senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal.
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
sebagainya). Fuad Hasan (1982: 38) menyatakan bahwa prestasi adalah
pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan derajat keberhasilan yang
dicapai dalam suatu tugas. Dari pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang diperoleh dari suatu
yang telah dilakukan atau dikerjakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima
atau kemampuan menguasai pelajaran yang dilakukan oleh guru yang
selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar/ tes prestasi (Mulyono, 1995:
150). Sedangkan menurut Masidjo (2010: 40), prestasi belajar adalah skor
atau nilai yang menunjukkan prestasi seseorang dalam suatu bidang
sebagai hasil belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam
bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai.
Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa
dan faktor lain diantaranya situasi belajar yang diciptakan guru.
Berikut ini adalah ciri-ciri perilaku dari prestasi belajar menurut
Makmun (dalam bukunya Mulyasa, 2006), yang pertama perubahan
bersifat intensional, dalam hal ini pengalaman atau praktek latihan itu
dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.Kedua
perubahan bersifat positif, dalam hal ini adalah yang sesuai dengan yang
dipandang dari segi pendidik maupun dari segi guru. Ketiga, perubahan
bersifat efektif, dalam arti ini perubahan hasil belajar itu relatif tetap,
setiap saat diperlukan, dapat direproduksikan, dan digunakan seperti dalam
pemecaham masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Selain ciri-ciri perilaku dari prestasi belajar, berikut ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mulyasa (2006) yaitu,
Pertama faktor eksternal, dalam pengaruh faktor eksternal ini dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor sosial dan non-sosial. Di dalam
faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam
berbagai situasi sosial seperti: lingkungan keluarga, sekolah, teman dan
masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah
faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial, seperti lingkungan alam dan fisik;
misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku
sumber, dan sebagainya. Kedua faktor internal, dalam faktor internal ini
mencakup: faktor-faktor fisiologis yang menyangkut keadaan jasmani atau
fisik individu, faktor-faktor psikologis yang berasal dari dalam diri seperti
intelegensi, minat, sikap, dan motivasi.
2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan
sosial antara lain meliputi sosiologi, ekonomi, psikologi sosial,
antropologi, geografi, dan ilmu politik. Sedangkan humaniora meliputi
norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan
masyarakat. Menurut Maulana (2001) IPS merupakan mata pelajaran
yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang
disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan
dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Menurut Sapriya
(2009: 20) IPS merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri
sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora,
sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Sedangkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari
Sekolah dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2006: 159). Dari beberapa pengertian di atas, maka
IPS adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa
SD yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan manusia
(humaniora) serta manusia dengan lingkungan alam (sosial).
Dari paparan di atas, maka dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (2006), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3)
memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan; dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal,
nasional dan global.
Dengan adanya tujuan-tujuan sesuai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tersebut, maka ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: Pertama, manusia (lingkungan sosial),
tempat dan lingkungan (lingkungan alam). Kedua, waktu, keberlanjutan
dan perubahan. Ketiga sistem sosial dan budaya. Keempat, perilaku
ekonomi dan kesejahteraan.
Dari ruang lingkup mata pelajaran IPS tersebut, berikut ini adalah
salah satu standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada
mata pelajaran IPS kelas V. SK dan KD kelas V semester 2 dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
IPS Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan
kemerdekaan Indonesia.
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan
dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan.
2.1.4 Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.
Media adalah alat komunikasi seperti koran, majalah, televisi, film,
poster, spanduk, dan sebagainya (Sanjaya: 2008). Sependapat dengan
pengertian di atas, media adalah suatu prangkat yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber ke penerima informasi (Yamin, 2007: 197).
Rossi dan Breidle dalam (bukunya Sanjaya, 2008: 204)
mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti: radio, televisi,
buku, koran, majalah, dan sebagainya”. Alat-alat seperti: radio, televisi,
buku, koran, majalah, dan lain sebagainya, apabila digunakan dan di
program untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.
Berikut ini adalah fungsi dan manfaat dari media pembelajaran
(Sanjaya, 2008: 207), yaitu yang pertama menangkap suatu objek atau
peristiwa-peristiwa tertentu. Media pembelajaran yang dimaksudkan di
sini adalah seperti hasil dari objek, kemudian diabadikan dengan foto,
film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut
dapat disimpan dan dapat digunakan ketika diperlukan. Seperti dalam
pembelajaran IPS, dapat menggunakan berbagai macam media yang
dapat mengabadikan suatu objek dan dijadikan sebagai media yang
menarik untuk diberikan kepada siswa. Kedua, memanipulasi keadaan,
menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret
sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa dan dapat menghilangkan
verbalisme. Ketiga, menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
Penggunaan media ini dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga
perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
Keempat, media pembelajaran memiliki nilai praktis, yaitu media dapat
mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan media juga
dapat mengatasi batas ruang kelas.
Dilihat dari fungsi dan manfaat dari media pembelajaran, maka
media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), apabila
dilihat dari sifatnya, yaitu (Sanjaya, 2008: 211):
a. Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio atau rekaman
suara.
b. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara, seperti: film slide, foto, transparansi,
lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis.
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti
rekaman video, berbagai ukuran film,slidesuara, dll.
a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak
seperti televisi dan radio.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu, seperti filmslide, film, video, dan lain-lain.
Apabila dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, yaitu:
a. Media yang diproyeksikan, seperti: film, slide, film strip,
transparansi, dan lain-lain.
b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan,
radio, dan lain-lain.
Dari klasifikasi media pembelajaran di atas, apabila dilihat dari
sifatnya, penulis menggunakan media visual dalam penelitian ini,
kemudian apabila dilihat dari kemampuan jangkauannya adalah media
yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti
gambar atau foto, kemudian apabila dilihat dari cara atau teknik
pemakaiannya, yaitu media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar,
foto, lukisan dan lain sebagainya.
Selain klasifikasi media pembelajaran, adapula lima prinsip yang
harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran (Sanjaya,
2009: 224), yaitu:
a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemilihan media ini adalah tujuan
satu media yang memuat semua tujuan tersebut, karena media
memiliki karakteristik tertentu.
b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Pemilihan
media ini tidak didasarkan pada kesenangan atau sebuah selingan,
melainkan menjadi bagian integral dalam keseluruan proses
pembelajaran untuk meningkatkan keefektivitas dan efisiensi
pembelajaran siswa.
c. Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam
hal ini, guru harus mengetahui karakteristik setiap siswa, karena tidak
semua media cocok untuk masing-masing siswa.
d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya
dan kemampuan guru. Dalam pemilihan media ini, guru harus mampu
mengenali karakter setiap siswa dan kemampuan guru itu sendiri serta
prosedur penggunaan media yang telah dipilih.
e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas
dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.Dalam
penggunaan media, guru harus mengetahui lingkungan serta fasilitas
apa saja yang ada agar penggunaan media dapat tercapai sesuai yang
diharapkan
Sesuai dengan pemilihan media yang tepat, Edgar Dale juga
mengemukakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling
dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari
Edgar Dale. Kerucut pengalaman E. Dale dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale (Sardiman, 2009: 8)
Selanjutnya, uraian pada setiap pengalaman belajar seperti yang
digambarkan dalam kerucut pengalaman tersebut, akan dijelaskan di
bawah ini (Sanjaya, 2008: 200):
1. Pengalaman langsung, merupakan pengalaman yang diperoleh
siswa sebagai hasil aktivitasnya sendiri. Siswa mengalami,
merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan. Dari pengalaman secara langsung ini, maka ada
kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkret,
sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi.
2. Observasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai
hasil pengalamannya. Melalui observasi ini, siswa akan menjadi
3. Partisipasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa dengan
ikut serta dalam kegiatan. Melalui partisipasi ini, siswa
memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.
4. Demonstrasi, merupakan teknik penyampaian informasi melalui
peragaan. Melalui demonstrasi ini, siswa dapat melihat peragaan
dari orang lain.
5. Wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa
ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata ini, siswa dapat
mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal
yang dikunjungi.
6. Tv, pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak
langsung, sebab televisi hanya sebagai perantara.
7. Film, merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada
layar dengan kecepatan tertentu. Melalui film ini, siswa dapat
belajar sendiri, walaupun masih terbatas.
8. Radio, merupakan pengalaman belajar yang lebih abstrak
dibandingkan dengan film, karena dengan radio ini, siswa hanya
dapat mendengarkan.
9. Visual, merupakan pengalaman belajar yang abstrak, hampir sama
dengan radio. Melalui visual ini, siswa dapat melihat, tetapi tidak
10. Simbol visual, merupakan lambang visual seperti grafik, bagan,
dan bagan. Selain sebagai alat komunikasi, lambang visual dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa.
11. Verbal, merupakan pengalaman belajar yang sifatnya lebih abstrak,
karena pengalaman hanya melalui bahasa baik secara lisan maupun
tulisan.
Dari kerucut pengalaman yang diuraikan di atas, peneliti tertarik
untuk menggunakan media visual dalam pembelajaran. Peneliti memilih
media visual karena visual merupakan tingkat pengalaman yang
termasuk dalam kriteria tinggi untuk membantu siswa dalam memahami
materi dari yang konkret menjadi abstrak.
2.1.5 Media Visual
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Media dalam proses belajar mengajar adalah alat-alat
grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2009: 3).
Gerlach (dalam bukunya Sanjaya, 2008: 204) juga berpendapat “A
medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill and attitude”. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan,
berdasarkan penglihatan dan bentuk sebuah metode pengajaran bahasa
(Fakih, 2001: 81). Menurut Sanjaya (2008: 211) visual adalah sesuatu
yang dapat dilihat dan tidak bisa didengar. Dari kedua pengertian di atas,
maka visual adalah sesuatu yang dapat dilihat saja (tidak mengandung
unsur suara).
Dari pengertian media dan visual, maka media visual adalah media
yang hanya melibatkan indera penglihatan. Menurut Yudhi (2010: 81)
media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan atau media
yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara.
Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam media visual,
yaitu (Yudhi, 2010: 81):
a. Garis, yaitu kumpulan dari titik-titik. Ada beberapa jenis garis,
diantaranya adalah: garis lurus horizontal, garis lurus vertikal, garis
lengkung, garis lingkar, dan garis zig-zag.
b. Bentuk, merupakan sebuah konsep simbol yang dibangun atas
garis-garis atau gabungan garis-garis-garis-garis dengan konsep-konsep lainnya.
c. Warna, digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan
dan juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi
tingkat realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.
d. Tekstur, digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus dan
Selain unsur-unsur yang terdapat dalam media visual, berikut ini
adalah karakteristik dari media visual, yaitu:
a. Gambar, dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sketsa, lukisan dan
photo. Sketsa yaitu gambar sederhana atau draf kasar yang
melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan
merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistik seseorang
tentang suatu objek atau situasi. Photo yaitu gambar hasil pemotretan
atau photografi.
b. Grafik, adalah gambar sederhana yang banyak sedikitnya merupakan
penggambaran data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang
menarik dan mudah dimengerti.
c. Diagram, merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta
daripada gambar.
d. Bagan, hampir sama dengan diagram, perbedaannya adalah bagan
lebih menekankan pada suatu perkembangan atau suatu proses atau
susunan suatu organisasi.
e. Peta, adalah gambar permukaan bumi. Secara langsung atau tidak
langsung peta mengungkapkan banyak informasi seperti lokasi suatu
daerah, luasnya, bentuknya, penyebaran penduduknya, daratan,
perairan, iklim, sumber ekonomi, serta hubungan satu dengan yang
2.1.6 Alat-alat Visual
Alat-alat visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau
bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga (Hamzah, 1981: 27). Alat-alat
visual, terbagi menjadi dua, yaitu:
Alat-alat visual dua dimensi
Alat-alat dua dimensi terbagi mmenjadi dua, yaitu (1) alat-alat visual
dua dimensi pada bidang yang tidak transparan. Contohnya: gambar
di atas kertas atau karton, grafik, diagram, bagan, poster, gambar
hasil cetak saring dan foto. (2) alat-alat visual dua dimensi pada
bidang yang transparan. Contohnya: lembaran transparan untuk
overhead projector.
Alat-alat visual tiga dimensi
Alat-alat visual tiga dimensi mempunyai ukuran panjang, lebar, dan
tinggi. Contohnya: benda asli, model, alat tiruan sederhana.
2.1.7 Gambar
Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat.
Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang
terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas dari pada yang
diungkapkan oleh kata-kata, baik yang ditulis maupun yang diucapkan
(Hamzah: 1981). Ada tujuh syarat untuk memilih gambar (Hamzah:
1981), yaitu: (1) gambar harus bagus, jelas, menarik, mudah dimengerti
dan cukup besar untuk dapat memperlihatkan detail; (2) apa yang
dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi; (3) gambar harus benar
atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa, jika dilihat
dalam keadaan yang sebenarnya; (4) kesederhanaan, gambar yang dibuat
haruslah sesederhana mungkin. Gambar yang rumit, akan mengalihkan
perhatian anak-anak; (5) gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang
yang melihatnya; (6) warna walau tidak mutlak dapat meninggikan nilai
sebuah gambar. Tetapi penggunaan warna yang salah akan menghasilkan
pengertian yang tidak benar, oleh karena itu sebuah gambar yang
hitam-putih dengan kualitas tinggi akan jauh lebih baik; (7) Ukuran
perbandingan sangatlah penting, agar tidak menimbulkan pengertian
yang salah.
Selain syarat-syarat pemilihan gambar, ada beberapa kelebihan dari
gambar, yaitu: (1) gambar mudah diperoleh, bisa digunting dari majalah,
atau dibuat sendiri. Mudah menggunakannya, dan tidak memerlukan alat
tambahan; (2) penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam
proses belajar tanpa memberi kesan “show” seperti yang sering
dituduhkan kepada penggunaan slaid atau film; (3) koleksi gambar dapat
diperbesar terus; (4) mudah mengatur pilihan untuk suatu pelajaran,
untuk penyajian jumlah gambar dapat disesuaikan dengan besarnya
koleksi.
2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Sanjaya (2009: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Dari pengertian PTK tersebut, ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan PTK, yaitu pertamaPTK merupakan proses, yang artinya
PTK adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan menyadari adanya
masalah, kemudian tindakan untuk memecahkan masalah, dan refleksi
terhadap tindakan yang dilakukannya tersebut. Kedua PTK mengkaji
masalah pembelajaran di dalam kelas, yang artinya berkaitan dengan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Ketiga yaitu
PTK dimulai dan diakhiri dengan refleksi diri, artinya yaitu yang
melaksanakannya adalah guru sendiri. KeempatPTK dilakukan berbagai
tindakan, artinya tidak hanya ingin mengetahui sesuatu, tetapi ada aksi
dari guru untuk proses perbaikan. Kelima PTK dilakukan dalam situasi
nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting
pembelajaran yang sebenarnya, tidak mengganggu proses pembelajaran
yang sudah direncanakan.
2.1.9 Kelebihan dan kelemahan PTK
Penelitian PTK mempunyai beberapa kelebihan, yaitu (Sanjaya,
2009: 37): pertama, PTK tidak dilaksanakan oleh seseorang saja akan
tetapi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak
antara lain guru sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai peneliti,