• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur menggunakan media visual tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur menggunakan media visual tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
347
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

2013

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

2013

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah Sederhana ini, penulis persembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan membantu

disetiap langkah ku.

Bapakku, Petrus Ari Muryanto dan Ibuku, Catharina Sudarmi tercinta, kalian

adalah semangat dan pendukung ku.

Bu Catur Rismiati dan Bu Eny Winarti yang selalu memberikan bimbingan,

pengetahuan yang baru, serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Yulius Ganny Akbar Hartono, yang selalu memberikan semangat dan

dukungan.

Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2009 di kampus Sanata Dharma.

Bulik Chris, Pak Toto, Mbak Kiwik serta saudara-saudaraku tercinta, yang

selalu mengingatkan ku.

Sahabat-sahabatku (Ratna, Ika, Tika, Puspa, Febri, dan Aries) yang selalu

(6)

v

MOTTO

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu Dan janganlah bersandar kepada Pengertianmu sendiri

Akuilah Dia dalam segala lakumu Maka Ia akan meluruskan jalanmu

(Amsal 3:5-6)

Takut akan TUHAN

Adalah permulaan pengetahuan Tetapi orang bodoh menghina

Hikmah dan didikan (Amsal 1:7)

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Setyaningsih, Novita. 2013. PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN 2012/2013.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelasV SD Kanisius Condongcatur dan mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi adalah kuesioner, yang diukur melalui 3 indikator motivasi yaitu (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Kuesioner tersebut diberikan sebelum penelitian (kondisi awal) dan pada akhir pertemuan (capaian). Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar yaitu soal objektif dengan bentuk pilihan ganda. Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 3 kali pertemuan, setiap pertemuan alokasi waktunya 3 x 40 menit.

Media visual yang digunakan yaitu melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kondisi awal untuk indikator I yaitu memiliki keinginan belajar ada 15 siswa (57,7%) menjadi 23 siswa (88,5%). Indikator II yaitu ulet menghadapi tugas ada 15 siswa (57,7%) menjadi 22 siswa (84,62%). Indikator III yaitu memiliki harapan dan cita-cita ada 17 siswa (65,4%) menjadi 24 siswa (92,3%). Selanjutnya media visual yang digunakan dengan cara menunjukkan gambar-gambar dan membuat bagan sederhana ketika mempelajari materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam satu kelas dari data kondisi awal yaitu 10 siswa (38,5%) yang mencapai KKM, setelah dilaksanakan siklus I menjadi 23 siswa (88,5%) yang mencapai KKM.

(10)

ix

ABSTRACT

Setyaningsih, Novita. 2013. THE ENHANCEMENT OF MOTIVATION AND SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT ON FIFTH GRADERS KANISIUS CONDONGCATUR ELEMENTARY SCHOOL BY USING VISUAL MEDIA CLASS YEAR 2012/2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University

This research aimed to find out the using of visual media as an effort to enhance Social Science motivation on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School and to find out the using of visual media in enhancing Social Science learning achievement on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School. The research methodology that used was classroom action research. The participants of the research were the fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School class year 2012/2013; 26 students consisted of 13 female students and 13 male students.

Instruments that were used to measure the motivation was questionnaire, which measured through three motivation indicators; (1) having learning willingness (2) being diligent to face the assignments (3) having learning purpose. Those questionnaires given before the research (in the beginning of condition) and in the last meeting (achievement). Then, the instrument used to measure the learning achievement was objective questions in a form of multiple choices. This research done in one cycle (cycle 1) with three meetings. Indeed, every meeting allocated 3 x 40 minutes.

The visual media that were used through students’ activities in learning could enhance students’ motivation. It was shown by the beginning of condition for indicator 1; having learning willingness consisted of 15 students (57,7%) into 23 students (88,5%). Indicator II; being diligent to face the assignments consisted of 15 students (57,7 %) into 22 students (84,62%). Indicator III; having hope and dream consisted of 17 students (65,4%) into 24 students (92,3%). After that, the visual media that used by showing the pictures and making an ordinary scheme in learning the material can enhance students’ learning achievement. Actually, it shown by the number of students who reached standard score (KKM) in a class from the first condition; 10 students (38,5%) who reached KKM. After having cycle 1, it changed into 23 students (88,5%) who reachedKKM.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua

anugrah serta kesempatan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas

V SD Kanisius Condongcatur Menggunakan Media Visual Tahun Ajaran

2012/2013”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini lahir dengan adanya dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Catur Rismiati, S.Pd., MA., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Sekolah Guru Dasar Universitas Sanata Dharma dan dosen

pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan dan motivasi

sehingga terciptanya skripsi ini.

4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga terciptanya skripsi

ini.

5. R. Sutamta, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Condongcatur yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. MM. Lega Primasari, S.Pd., selaku wali kelas V SD Kanisius

Condongcatur, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan

penelitian.

7. Siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur Tahun Ajaran 2012/2013 yang

telah berkenan bekerja sama dengan baik, sehingga penelitian dapat

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 8

1.3 Perumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Batasan Pengertian ... 10

(14)

xiii

2.1 Kajian Pustaka... 12

2.1.1 Motivasi Belajar ... 12

2.1.2 Prestasi Belajar... 19

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21

2.1.4 Media Pembelajaran... 24

2.1.5Media Visual ... 30

2.1.6 Alat-alat Visual ... 33

2.1.7 Gambar... 33

2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas ... 34

2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan PTK... 35

2.2 Teori Belajar... 36

2.3 Penelitian-Penelitian yang Relevan... 38

2.4 Kerangka Berpikir ... 44

2.5 Hipotesis Tindakan... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis Penelitian... 48

3.1.1 Perencanaan... 50

3.1.2 Pelaksanaan ... 51

3.1.3 Observasi... 51

3.1.4 Refleksi ... 51

3.2 Setting Penelitian ... 52

3.2.1 Tempat Penelitian... 52

(15)

xiv

3.2.3 Subjek Penelitian... 52

3.2.4 Objek Penelitian ... 52

3.3 Rencana Tindakan ... 52

3.3.1 Persiapan ... 53

3.3.2 Siklus I ... 54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.4.1 Observasi... 57

3.4.2 Wawancara... 57

3.4.3 Kuesioner ... 58

3.4.4 Dokumen ... 59

3.5 Instrumen Penelitian... 61

3.5.1 Non Tes ... 61

3.5.2 Tes ... 63

3.6 Indeks Kesukaran (IK) Soal ... 65

3.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 69

3.7.1 Validitas ... 69

3.7.2 Reliabilitas ... 70

3.7.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 71

3.8 Teknik Analisis Data... 84

3.8.1 Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 84

3.8.2 Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 89

3.9 Indikator Keberhasilan ... 90

(16)

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 93

4.1 Deskripsi Penelitian ... 93

4.1.1 Siklus I ... 93

4.2 Hasil Penelitian ... 106

4.2.1 Kualitas Proses Pembelajaran ... 107

4.2.2 Kualitas Hasil Pembelajaran ... 119

4.3 Pembahasan... 122

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 134

5.1 Kesimpulan ... 134

5.2 Keterbatasan Penelitian... 135

5.3 Saran... 136

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 23

Tabel 2. Instrumen Pengumpulan Data ... 60

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi... 62

Tabel 4. Kuesioner Motivasi ... 63

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum dan Sesudah Validasi ... 64

Tabel 6. Kualifikasi Indeks Kesukaran... 67

Tabel 7. Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal ... 68

Tabel 8. Koefisien Reliabilitas ... 71

Tabel 9. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 73

Tabel 10. Kriteria Perangkat Pembelajaran ... 74

Tabel 11. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Validasi... 77

Tabel 12. Instrumen Penilaian Kuesioner Motivasi ... 77

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner... 79

Tabel 14. Kisi-kisi Kuesioner Setelah Validasi... 79

Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Validasi ... 81

Tabel 16. Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi ... 82

Tabel 17. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sesudah Validasi... 83

Tabel 18. Instrumen Penilaian Soal evaluasi... 84

Tabel 19. Kriteria Penilaian Skor Kuesioner... 85

Tabel 20. Acuan PAP Tipe I... 86

Tabel 21. Perhitungan Kuesioner Indikator I ... 86

(18)

xvii

Tabel 23. Perhitungan Kuesioner Indikator II ... 87

Tabel 24. Menentukan Golongan Motivasi Indikator II... 88

Tabel 25. Perhitungan Kuesioner Indikator III... 88

Tabel 26. Menentukan Golongan Motivasi Indikator III ... 89

Tabel 27. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 91

Tabel 28. Jadwal Penelitian ... 92

Tabel 29. Hasil Skor Motivasi Siswa ... 108

Tabel 30. Perolehan Skor Indikator I... 109

Tabel 31. Perolehan Skor Indikator II ... 111

Tabel 32. Perolehan Skor Indikator III ... 112

Tabel 33. Perhitungan Kuesioner Indikator I Siklus I ... 114

Tabel 34. Perhitungan Kuesioner Indikator II Siklus I... 116

Tabel 35. Perhitungan Kuesioner Indikator III Siklus I ... 118

Tabel 36. Hasil Prestasi Belajar Siklus I ... 120

Tabel 37. Hasil Ketercapaian Siswa Siklus I... 121

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale ... 28

Gambar 2. Skema Penelitian Relevan ... 43

Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir... 46

Gambar 4. Siklus PTK Menurut Kemmis dan MC. Taggart ... 50

Gambar 5. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan I... 96

Gambar 6. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan II ... 99

Gambar 7. Aktivitas Siswa Saat Melakukan Kuis ... 101

Gambar 8. Refleksi Siswa Pertemuan I... 104

Gambar 9. Refleksi Siswa Pertemuan II ... 105

Gambar 10. Refleksi Siswa Pertemuan III... 106

Gambar 11. Foto Pertemuan I ... 130

Gambar 12. Foto Pertemuan II... 131

Gambar 13. Foto Pertemuan III ... 132

Gambar 14. Grafik Hasil Peningkatan Motivasi ... 128

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 141

Lampiran 2. Perangkat Pembelajaran Sebelum Validasi ... 143

Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sesudah Validasi... 159

Lampiran 4. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sebelum Validasi... 238

Lampiran 5. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sesudah Validasi ... 244

Lampiran 6. Media Pembelajaran ... 250

Lampiran 7. Validitas dan Taraf Indeks Kesukaran... 283

Lampiran 8. Hasil Kualitas Proses Pembelajaran ... 293

Lampiran 9. Kualitas Hasil Pembelajaran... 307

Lampiran 10. Foto-foto Penelitian ... 312

Lampiran 11. Data Awal Motivasi Belajar Siswa... 315

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini, terdapat enam hal yang diuraikan oleh peneliti. Keenam hal

tersebut, yaitu: latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan pengertian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5). Hal

tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dapat menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Badan Standar Nasional

Pendidikan, 2006: 5).

Tujuan dari pendidikan tersebut dibina mulai dari Sekolah Dasar (SD)

dengan adanya program wajib belajar 9 tahun (Badan Standar Nasional

Pendidikan, 2006: 5). Peserta didik pada tingkat sekolah dasar akan

mempelajari beberapa macam mata pelajaran yaitu: Agama,

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Keterampilan,

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dari berbagai mata pelajaran

tersebut, IPS mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar Nasional

Pendidikan, 2006: 159).

(22)

Mata pelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar tersebut mempunyai

peranan yang sangat penting. Hal tersebut ditunjukkan dengan mata pelajaran

IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Badan Standar Nasional Pendidikan,

2006: 159). Oleh karena itu, mata pelajaran IPS bertujuan agar mengenal

konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya. Selain itu IPS di tingkat sekolah, pada dasarnya bertujuan

untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang

menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai

(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk

memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan

mengambil keputusan dan perpartisipasi dalam berbagai kegiatan

kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2009: 12).

Dari tujuan mata pelajaran IPS tersebut, IPS sangatlah penting untuk

dipelajari mulai dari sekolah dasar, karena IPS berhubungan dengan manusia

serta lingkungan yang dinamis.

IPS sangat berhubungan dengan manusia serta lingkungan yang

dinamis. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus diberikan melalui

pendekatan siswa aktif agar pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Pendekatan siswa aktif atau lebih dikenal dengan nama Pembelajaran Aktif

Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ini didasari pada keyakinan

(23)

PAKEM berarti proses membangun makna/ pemahaman, oleh pembelajar

terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran

(pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Oleh karena itu, siswalah yang

harus aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai pemantau dan menciptakan

suasana pembelajaran agar semua siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran

tersebut.

Namun demikian, pembelajaran PAKEM seperti yang dipaparkan di

atas belum tentu terjadi pada realita pembelajaran yang ada di sekolah,

misalnya di SD Kanisius Condongcatur. Berdasarkan observasi di kelas V

pada hari Kamis, tanggal 17 Januari 2013, pembelajaran yang terjadi di kelas

tidak efektif. Ada 3 siswa yang tidak membawa buku paket IPS, ada 2 siswa

yang terlihat melamun, ada 1 siswa yang sibuk menggambar, ada 4 siswa

yang duduk di belakang dan tidak memperhatikan guru pada saat pelajaran,

dan ada 16 siswa yang cukup memperhatikan guru ketika menjelaskan materi.

Pada pembelajaran ini, guru terlihat sangat mendominasi pembelajaran.

Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi yaitu

ceramah, dan tanya jawab. Guru tidak menggunakan media apapun untuk

memperjelas materi yang dijelaskan. Selain itu, pada saat mengikuti

pembelajaran, siswa hanya duduk diam, mendengarkan, kemudian mencatat

materi yang ditulis oleh guru di papan tulis.

Peneliti tidak hanya melakukan observasi pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung, tetapi juga melakukan wawancara dengan siswa

(24)

2013. Siswa berinisial N tersebut berkata, “Saya sering merasa bosen ketika

pelajaran IPS, karena materinya sangat banyak dan saya kesulitan untuk memahami ataupun mengingat”,jawab siswa ketika peneliti bertanya tentang

pembelajaran IPS (siswa, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari

wawancara tersebut, siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS karena

materinya sangat banyak. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan untuk

memahami ataupun mengingat materi IPS. Selanjutnya, siswa berinisial N

juga berkata, “ketika pelajaran IPS, biasanya hanya dijelaskan, kemudian

kami mencatat, dan dihafalkan”, jawaban siswa ketika peneliti bertanya

tentang bagaimana proses pembelajaran IPS berlangsung (siswa, komunikasi

pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, proses pembelajaran IPS

yang berlangsung berpusat pada guru (dijelaskan), siswa mencatat dan

menghafalkan. Guru tidak menggunakan media apapun dalam proses

pembelajaran IPS. Selain siswa yang berinisial N, peneliti juga melakukan

wawancara dengan siswa berinisial H dan L, mereka menyukai IPS, tetapi

apabila peneliti melihat hasil ulangan yang mereka peroleh, siswa berinisial N

memperoleh nilai 43, siswa berinisial H memperoleh nilai 52, dan siswa

berinisial L memperoleh hasil 57. Dari hasil perolehan nilai ulangan ketiga

siswa tersebut, hasil nilai yang diperoleh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yaitu 60.

Selain wawancara dengan siswa kelas V, peneliti melakukan

wawancara dengan guru kelas V. Guru tersebut berkata, “ketika pelajaran

(25)

menjelaskan, kemudian ketika diberi tugas rumah, ada 3 atau 4 siswa yang sering lupa tidak mengerjakan dengan berbagai alasan, seperti tidak tahu kalau ada PR, buku ketinggalan di rumah, dan sebagainya”, jawab guru

ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran IPS. Dari wawancara

tersebut, peneliti memperoleh informasi bahwa motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran IPS kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa

kelas V yang ramai, tidak mendengarkan ketika guru menjelaskan, dan sering

lupa apabila ada tugas rumah. “Biasanya saya duduk diam, dan tidak lama

kemudian siswa yang ramai, akan melihat saya dan diam. Selain itu, apabila siswa yang ramai, sulit dinasehati, saya akan berkata, kalian boleh ramai, asalkan nilai kalian besok pada saat ulangan 100”, jawab guru ketika

peneliti bertanya cara mengatasi siswa yang ramai (guru kelas, komunikasi

pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, peneliti memperoleh

informasi tentang cara guru mengatasi siswa yang ramai, yaitu dengan cara

duduk diam, dan ketika siswa masih ramai, guru mengijinkan ramai asalkan

pada saat ulangan memperoleh nilai 100.

Dari hasil observasi saat pelajaran berlangsung dan wawancara dengan

guru dan siswa, terlihat bahwa motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS itu

rendah. Motivasi siswa tersebut, dapat dilihat melalui 3 indikator motivasi

yang peneliti susun dari ketiga ahli. Ketiga indikator motivasi tersebut, yaitu;

(1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki

tujuan belajar. Dari indikator yang pertama, siswa tidak secara maksimal

(26)

memperhatikan guru saat menjelaskan. Pada indikator yang kedua siswa

kurang memiliki keuletan dalam menghadapi tugas. Hal tersebut terlihat saat

siswa sering lupa mengerjakan tugas rumah. pada indikator ketiga, siswa

kurang memiliki tujuan belajar. Hal tersebut terlihat saat pelajaran

berlangsung, siswa tidak fokus memperhatikan pembelajaran, dan sibuk

dengan kegiatannya sendiri.

Motivasi siswa yang rendah juga didukung dari hasil kuesioner yang

peneliti berikan kepada siswa. Dari hasil kuesioner tersebut, terlihat bahwa

motivasi siswa dalam mata pelajaran IPS rendah. Hal tersebut terlihat dari

hasil perolehan pada masing-masing indikator. Indikator I ada 15 siswa

(57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator II ada 15

siswa (57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator III

ada 17 siswa (65,4%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa.

Selain melihat hasil dari kuesioner pada kondisi awal, peneliti juga

melihat dari dokumen semester gasal. Hasil observasi dokumen semester

gasal menunjukkan bahwa hasil rata-rata ulangan harian seluruh siswa kelas

V tahun 2012/2013 sebanyak 26 siswa adalah 60. Ditinjau dari ketercapaian

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebanyak 16 siswa dari 26 siswa belum

mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 60. Dari hasil

observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa (61,5%) yang memperoleh

nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan terdapat 10 siswa (38,5%)

(27)

Peneliti tidak hanya melihat hasil dokumen semester gasal tahun

2012/2013, tetapi juga melihat pada tahun sebelumnya 2011/2012, yaitu

dengan rata-rata ulangan harian sebanyak 21 siswa adalah 45. Sementara itu,

ditinjau dari ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebanyak 16

siswa dari 21 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya

yaitu 60. Dari hasil observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa (76,2%)

yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan 5 siswa

(23,8%) yang lolos KKM.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, kelas V SD Kanisius

Condongcatur perlu mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar. Siswa sulit untuk memahami materi IPS yang terlalu

banyak dan hasil belajar yang belum maksimal. Dalam sebuah artikel yang

ditulis oleh Mustofa (2001). Penelitian tersebut membuktikan bahwa media

cetak (surat kabar, majalah dan gambar) dinilai oleh siswa mengasyikan dan

menyenangkan, karena mereka tidak cepat bosan dan perhatian siswa pun

menjadi lebih besar pada pelajaran. Melihat dari artikel tersebut, maka

peneliti mengusulkan untuk menggunakan media dalam pembelajaran yang

dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata

pelajaran IPS.

Salah satu media yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi

belajar adalah media visual. Arsyad (2009) berpendapat bahwa media visual

(image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam

(28)

melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual

dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan

antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Ada 4 bentuk visual, misalnya: gambar representasi seperti gambar,

lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda.

Selain itu, diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi

dan struktur materi. Peta juga termasuk dalam visual yang menunjukkan

hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. Di samping

itu, grafik seperti tabel, grafik dan chart(bagan) yang menyajikan gambaran

atau kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau

angka-angka (Arsyad, 2009: 91-92).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi

Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Condong Catur Menggunakan Media

Visual Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memberi batasan

masalah mengenai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

menggunakan media visual. Penelitian ini dilaksanakan dengan berfokus

pada meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD

(29)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka dapat

dirumuskan:

1.3.1 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan

motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran

2012/2013?

1.3.2 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan

prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran

2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk:

1.4.1 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan

motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran

2012/2013?

1.4.2 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan

prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran

2012/2013?

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut:

1.5.1 Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui bagaimana suatu

(30)

pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS. Selain itu, peneliti

memperoleh pengalaman baru yang kelak dapat menjadikan bekal dalam

mengajar, khususnya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar

siswa.

1.5.2 Bagi Pendidik

Bagi pendidik bidang studi IPS, dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran di sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengajar agar dapat mengembangkan kemampuan

dalam menumbuhkan motivasi serta prestasi siswa dalam mata pelajaran

IPS.

1.5.3 Bagi Pembaca

Penulisan proposal PTK ini, diharapkan dapat menjadi contoh dan

referensi, serta dapat membantu para pembaca dalam pembuatan

proposal PTK yang hampir sama dengan penelitian ini.

1.6 Batasan Pengertian

Untuk menyamakan pemahaman atau persepsi, berikut penulis jelaskan

pengertian-pengertian yang dianggap penting dalam PTK ini:

1.6.1Motivasi

Motivasi adalah keseluruan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, serta memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang hendak dicapai oleh subjek belajar itu

(31)

1.6.2 Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah nilai atau hasil yang diperoleh dari tes di akhir

siklus.

1.6.3 Media

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada

penerima pesan. Dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara

seperti grafis, photografis, tv, radio,slidebahkan cetakan, tetapi meliputi

orang atau manusia sebagai sumber belajar.

1.6.4 Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai

untuk tujuan pendidikan, seperti buku, radio, televisi, koran, majalah

dan sebagainya.

1.6.5 Visual

Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan.

1.6.6 Media Visual

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan atau

(32)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Bab II ini, terdapat lima hal yang diuraikan oleh peneliti. Kelima hal

tersebut berisi: kajian pustaka (motivasi belajar, prestasi belajar, Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS), media pembelajaran, media visual, alat-alat visual,

gambar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)), teori belajar, penelitian-penelitian

yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak, yang telah menjadi aktif

(Sardiman, 2008: 73). Menurut Mc. Donald (dalam bukunya Sardiman,

2008), motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Menurut Sardiman (2008: 73) motivasi adalah daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Dari beberapa pengertian di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan

tertentu.

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh penguasaan kompetensi baru secara permanen sebagai hasil

dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

(33)

lingkungannya (Gora dan Sunarto, 2010: 15). Sedangkan menurut Morgan

(dalam bukunya Mustaqim, 2008: 33) “Learning is any relatively

permanent change in behavior that is a result of past experience

sedangkan menurut Guilford (dalam bukunya Mustaqim, 2008: 34)

Learning is any change in behavior resulting from stimulation”.

Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian di atas,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan

tingkah laku seseorang sebagai hasil dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pengertian motivasi dan belajar di atas, maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya

upaya dalam diri seseorang yang menjadi penggerak dan menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar yang dapat

memberi arah pada kegiatan belajar tersebut, sehingga tujuan yang

dikehendaki dapat tercapai.

Hasil belajar akan menjadi optimal apabila ada motivasi. Menurut

Sardiman (2008: 85), ada 3 fungsi motivasi, yaitu yang pertama

mendorong manusia untuk berbuat, dalam hal ini motivasi merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Kedua yaitu

(34)

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Ketiga yaitu

menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaan bagi tujuan tersebut.

Selain fungsi-fungsi motivasi yang sudah disebutkan, ada juga

bentuk-bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi. Menurut Sardiman

(2008: 92-95) ada 11 bentuk atau cara menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan di sekolah, yaitu: memberi angka, angka ini sebagai simbol dari

nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar hanya untuk

mengejar nilai yang baik. Tetapi ada siswa yang hanya menginginkan naik

kelas tanpa menginginkan nilai yang baik. Keduanya bukan merupakan

pemberian nilai yang baik, karena pemberian nilai yang baik itu tidak

hanya pada kognitifnya saja tetapi juga pada keterampilan dan afeksinya.

Hadiah, hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak

selalu demikian. Hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu

pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk lukisan

yang terbaik, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak

memiliki bakat untuk melukis.

Saingan/ kompetisi,saingan/ kompetisi dapat digunakan sebagai alat

(35)

dilakukan baik individu ataupun kelompok ini, dapat meningkatkan

prestasi belajar.

Ego-involvement, Ego-involvement dapat menumbuhkan kesadaran

kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai

tantangan sehingga bekerja keras untuk mempertaruhkan harga dirinya.

Hal tersebut merupakan salah satu bentuk motivasi yang sangat penting,

karena seseorang akan berusaha dengan segenap tenaganya untuk

mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

Memberi ulangan, para siswa akan menjadi giat belajar apabila

mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan

merupakan sarana motivasi, tetapi guru dalam memberikan ulangan jangan

terlalu sering, karena siswa akan menjadi bosan dan seperti rutinitas.

Selain itu, guru juga harus terbuka kepada siswa apabila akan ada ulangan.

Mengetahui hasil,dengan mengetahui hasil pekerjaan yang diperoleh

itu meningkat, maka siswa menjadi terdorong untuk lebih giat belajar lagi

agar hasil yang diperoleh terus meningkat.

Pujian, apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan

tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk

reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh

karena itu pujian harus diberikan secara tepat, karena akan memupuk

suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta

(36)

Hukuman, adalah sebagai reinforcement yang negatif tetapi apabila

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena

itu, guru perlu mempelajari tentang prinsip-prinsip pemberian hukuman,

jangan sampai hukuman membuat siswa itu menjadi patah semangat.

Hasrat untuk belajar, hasrat untuk belajar ini berarti ada unsur

kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini menjadi lebih baik, bila

dibandingkan segala suatu tanpa maksud. Hasrat untuk belajar dalam hal

ini berarti pada diri siswa memang ada motivasi untuk belajar, sehingga

tentu hasilnya menjadi lebih baik.

Minat,minat dan motivasi sangat erat hubungannya, karena motivasi

muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat. Oleh karena

itu minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan

berjalan lancar kalau disertai minat. Minat ini dapat dibangkitkan dengan

cara-cara sebagai berikut; membangkitkan adanya suatu kebutuhan,

menghubungkan dengan persoalan pengalaman masa lampau, memberi

kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan

berbagai macam bentuk mengajar.

Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik

oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab

dengan memahami tujuan yang hendak dicapai yang dirasa sangat berguna

dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Selain bentuk atau cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan di

(37)

seseorang, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) seseorang

senang terhadap sesuatu, apabila rasa senang tersebut dapat dipertahankan,

maka akan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan, dan (2) apabila

seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan, maka biasanya

orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut (Uno, 2007: 8).

2.1.1.1 Jenis Motivasi

Jenis motivasi dalam belajar dibedakan menjadi dua, yaitu:

motivasi ekstrinsik, dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik

merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan

kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan

kegiatan belajarnya sendiri (Yamin, 2007: 226). Sedangkan

menurut Sardiman (2008: 90) motivasi ekstrinsik adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari

luar. Menurut Winkel (dalam bukunya Yamin, 2007: 227-228) ada

6 bentuk motivasi ekstrinsik, yaitu: (1) belajar demi memenuhi

kewajiban; (2) belajar demi menghindari hukuman yang

diancamkan; (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang

disajikan; (4) belajar demi meningkatkan gengsi; (5) belajar demi

memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan

guru; (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau

demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.

Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan

(38)

dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar

(Yamin, 2007: 228). Sedangkan menurut Sardiman (2008: 89)

motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2.1.1.2 Indikator Motivasi

Menurut Aritonang (2008: 14) indikator motivasi yaitu; (1)

ketekunan dalam belajar; (2) ulet dalam menghadapi kesulitan; (3)

minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; dan (4) partisipasi

dalam belajar. Sedangkan menurut Sardiman (dalam Herline (2009:

81) menjelaskan indikator motivasi sebagai berikut; (1) tekun

menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi tugas; (3) menunjukkan

minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) lebih senang

bekerja sendiri; (5) cepat bosan pada tugas-tugas rutin; (6) dapat

mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepas hal yang

diyakini itu; (8) senang mencari dan memecahkan masalah

soal-soal. Selain itu, menurut Uno (2007: 23) indikator motivasi yaitu;

(1) adanya hasrat dan keinginan belajar; (2) adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa

depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan

yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang

(39)

Dari ketiga ahli yang mengemukakan tentang indikator-indikator

motivasi tersebut, berikut ini adalah 3 indikator yang peneliti

susun, yaitu; (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi

tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Peneliti juga menyajikan

diagram alur pemilihan indikator motivasi yang peneliti lakukan.

Diagram alur pemilihan indikator motivasi dapat dilihat pada

diagram 1.

Diagram 1. Alur Pemilihan Indikator Motivasi

Ahli A Ahli B Ahli C

2.1.2 Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1984: 64), prestasi adalah bukti usaha yang dapat

dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 700) dijelaskan

bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan

1) Ketekunan dalam belajar 2) Ulet menghadapi tugas 3) Minat dan ketajaman perhatian

dalam belajar 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Cepat bosan pada tugas-tugas

rutin

6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu

8) Senang mencari dan

memecahkan masalah soal-soal.

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

(40)

sebagainya). Fuad Hasan (1982: 38) menyatakan bahwa prestasi adalah

pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan derajat keberhasilan yang

dicapai dalam suatu tugas. Dari pendapat-pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang diperoleh dari suatu

yang telah dilakukan atau dikerjakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima

atau kemampuan menguasai pelajaran yang dilakukan oleh guru yang

selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar/ tes prestasi (Mulyono, 1995:

150). Sedangkan menurut Masidjo (2010: 40), prestasi belajar adalah skor

atau nilai yang menunjukkan prestasi seseorang dalam suatu bidang

sebagai hasil belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam

bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai.

Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa

dan faktor lain diantaranya situasi belajar yang diciptakan guru.

Berikut ini adalah ciri-ciri perilaku dari prestasi belajar menurut

Makmun (dalam bukunya Mulyasa, 2006), yang pertama perubahan

bersifat intensional, dalam hal ini pengalaman atau praktek latihan itu

dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.Kedua

perubahan bersifat positif, dalam hal ini adalah yang sesuai dengan yang

(41)

dipandang dari segi pendidik maupun dari segi guru. Ketiga, perubahan

bersifat efektif, dalam arti ini perubahan hasil belajar itu relatif tetap,

setiap saat diperlukan, dapat direproduksikan, dan digunakan seperti dalam

pemecaham masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri dalam

kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

Selain ciri-ciri perilaku dari prestasi belajar, berikut ini adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mulyasa (2006) yaitu,

Pertama faktor eksternal, dalam pengaruh faktor eksternal ini dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor sosial dan non-sosial. Di dalam

faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam

berbagai situasi sosial seperti: lingkungan keluarga, sekolah, teman dan

masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah

faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial, seperti lingkungan alam dan fisik;

misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku

sumber, dan sebagainya. Kedua faktor internal, dalam faktor internal ini

mencakup: faktor-faktor fisiologis yang menyangkut keadaan jasmani atau

fisik individu, faktor-faktor psikologis yang berasal dari dalam diri seperti

intelegensi, minat, sikap, dan motivasi.

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang

mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan

(42)

sosial antara lain meliputi sosiologi, ekonomi, psikologi sosial,

antropologi, geografi, dan ilmu politik. Sedangkan humaniora meliputi

norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan

masyarakat. Menurut Maulana (2001) IPS merupakan mata pelajaran

yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang

disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan

dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Menurut Sapriya

(2009: 20) IPS merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri

sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora,

sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Sedangkan

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), Ilmu Pengetahuan

Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari

Sekolah dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar

Nasional Pendidikan, 2006: 159). Dari beberapa pengertian di atas, maka

IPS adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa

SD yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan manusia

(humaniora) serta manusia dengan lingkungan alam (sosial).

Dari paparan di atas, maka dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (2006), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang

(43)

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3)

memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan; dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama

dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal,

nasional dan global.

Dengan adanya tujuan-tujuan sesuai Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan tersebut, maka ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi

aspek-aspek sebagai berikut: Pertama, manusia (lingkungan sosial),

tempat dan lingkungan (lingkungan alam). Kedua, waktu, keberlanjutan

dan perubahan. Ketiga sistem sosial dan budaya. Keempat, perilaku

ekonomi dan kesejahteraan.

Dari ruang lingkup mata pelajaran IPS tersebut, berikut ini adalah

salah satu standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada

mata pelajaran IPS kelas V. SK dan KD kelas V semester 2 dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

IPS Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan

kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan

dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

(44)

2.1.4 Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.

Media adalah alat komunikasi seperti koran, majalah, televisi, film,

poster, spanduk, dan sebagainya (Sanjaya: 2008). Sependapat dengan

pengertian di atas, media adalah suatu prangkat yang dapat menyalurkan

informasi dari sumber ke penerima informasi (Yamin, 2007: 197).

Rossi dan Breidle dalam (bukunya Sanjaya, 2008: 204)

mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah seluruh alat dan

bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti: radio, televisi,

buku, koran, majalah, dan sebagainya”. Alat-alat seperti: radio, televisi,

buku, koran, majalah, dan lain sebagainya, apabila digunakan dan di

program untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.

Berikut ini adalah fungsi dan manfaat dari media pembelajaran

(Sanjaya, 2008: 207), yaitu yang pertama menangkap suatu objek atau

peristiwa-peristiwa tertentu. Media pembelajaran yang dimaksudkan di

sini adalah seperti hasil dari objek, kemudian diabadikan dengan foto,

film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut

dapat disimpan dan dapat digunakan ketika diperlukan. Seperti dalam

pembelajaran IPS, dapat menggunakan berbagai macam media yang

dapat mengabadikan suatu objek dan dijadikan sebagai media yang

menarik untuk diberikan kepada siswa. Kedua, memanipulasi keadaan,

(45)

menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret

sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa dan dapat menghilangkan

verbalisme. Ketiga, menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

Penggunaan media ini dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga

perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Keempat, media pembelajaran memiliki nilai praktis, yaitu media dapat

mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan media juga

dapat mengatasi batas ruang kelas.

Dilihat dari fungsi dan manfaat dari media pembelajaran, maka

media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), apabila

dilihat dari sifatnya, yaitu (Sanjaya, 2008: 211):

a. Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau

media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio atau rekaman

suara.

b. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara, seperti: film slide, foto, transparansi,

lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti

media grafis.

c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur

suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti

rekaman video, berbagai ukuran film,slidesuara, dll.

(46)

a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak

seperti televisi dan radio.

b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan

waktu, seperti filmslide, film, video, dan lain-lain.

Apabila dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, yaitu:

a. Media yang diproyeksikan, seperti: film, slide, film strip,

transparansi, dan lain-lain.

b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan,

radio, dan lain-lain.

Dari klasifikasi media pembelajaran di atas, apabila dilihat dari

sifatnya, penulis menggunakan media visual dalam penelitian ini,

kemudian apabila dilihat dari kemampuan jangkauannya adalah media

yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti

gambar atau foto, kemudian apabila dilihat dari cara atau teknik

pemakaiannya, yaitu media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar,

foto, lukisan dan lain sebagainya.

Selain klasifikasi media pembelajaran, adapula lima prinsip yang

harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran (Sanjaya,

2009: 224), yaitu:

a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pemilihan media ini adalah tujuan

(47)

satu media yang memuat semua tujuan tersebut, karena media

memiliki karakteristik tertentu.

b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Pemilihan

media ini tidak didasarkan pada kesenangan atau sebuah selingan,

melainkan menjadi bagian integral dalam keseluruan proses

pembelajaran untuk meningkatkan keefektivitas dan efisiensi

pembelajaran siswa.

c. Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam

hal ini, guru harus mengetahui karakteristik setiap siswa, karena tidak

semua media cocok untuk masing-masing siswa.

d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya

dan kemampuan guru. Dalam pemilihan media ini, guru harus mampu

mengenali karakter setiap siswa dan kemampuan guru itu sendiri serta

prosedur penggunaan media yang telah dipilih.

e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas

dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.Dalam

penggunaan media, guru harus mengetahui lingkungan serta fasilitas

apa saja yang ada agar penggunaan media dapat tercapai sesuai yang

diharapkan

Sesuai dengan pemilihan media yang tepat, Edgar Dale juga

mengemukakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling

(48)

dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari

Edgar Dale. Kerucut pengalaman E. Dale dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale (Sardiman, 2009: 8)

Selanjutnya, uraian pada setiap pengalaman belajar seperti yang

digambarkan dalam kerucut pengalaman tersebut, akan dijelaskan di

bawah ini (Sanjaya, 2008: 200):

1. Pengalaman langsung, merupakan pengalaman yang diperoleh

siswa sebagai hasil aktivitasnya sendiri. Siswa mengalami,

merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan

pencapaian tujuan. Dari pengalaman secara langsung ini, maka ada

kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkret,

sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi.

2. Observasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai

hasil pengalamannya. Melalui observasi ini, siswa akan menjadi

(49)

3. Partisipasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa dengan

ikut serta dalam kegiatan. Melalui partisipasi ini, siswa

memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.

4. Demonstrasi, merupakan teknik penyampaian informasi melalui

peragaan. Melalui demonstrasi ini, siswa dapat melihat peragaan

dari orang lain.

5. Wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa

ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata ini, siswa dapat

mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal

yang dikunjungi.

6. Tv, pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak

langsung, sebab televisi hanya sebagai perantara.

7. Film, merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada

layar dengan kecepatan tertentu. Melalui film ini, siswa dapat

belajar sendiri, walaupun masih terbatas.

8. Radio, merupakan pengalaman belajar yang lebih abstrak

dibandingkan dengan film, karena dengan radio ini, siswa hanya

dapat mendengarkan.

9. Visual, merupakan pengalaman belajar yang abstrak, hampir sama

dengan radio. Melalui visual ini, siswa dapat melihat, tetapi tidak

(50)

10. Simbol visual, merupakan lambang visual seperti grafik, bagan,

dan bagan. Selain sebagai alat komunikasi, lambang visual dapat

memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa.

11. Verbal, merupakan pengalaman belajar yang sifatnya lebih abstrak,

karena pengalaman hanya melalui bahasa baik secara lisan maupun

tulisan.

Dari kerucut pengalaman yang diuraikan di atas, peneliti tertarik

untuk menggunakan media visual dalam pembelajaran. Peneliti memilih

media visual karena visual merupakan tingkat pengalaman yang

termasuk dalam kriteria tinggi untuk membantu siswa dalam memahami

materi dari yang konkret menjadi abstrak.

2.1.5 Media Visual

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada

penerima pesan. Media dalam proses belajar mengajar adalah alat-alat

grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan

menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2009: 3).

Gerlach (dalam bukunya Sanjaya, 2008: 204) juga berpendapat “A

medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill and attitude”. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,

peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan

(51)

Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan,

berdasarkan penglihatan dan bentuk sebuah metode pengajaran bahasa

(Fakih, 2001: 81). Menurut Sanjaya (2008: 211) visual adalah sesuatu

yang dapat dilihat dan tidak bisa didengar. Dari kedua pengertian di atas,

maka visual adalah sesuatu yang dapat dilihat saja (tidak mengandung

unsur suara).

Dari pengertian media dan visual, maka media visual adalah media

yang hanya melibatkan indera penglihatan. Menurut Yudhi (2010: 81)

media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan atau media

yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara.

Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam media visual,

yaitu (Yudhi, 2010: 81):

a. Garis, yaitu kumpulan dari titik-titik. Ada beberapa jenis garis,

diantaranya adalah: garis lurus horizontal, garis lurus vertikal, garis

lengkung, garis lingkar, dan garis zig-zag.

b. Bentuk, merupakan sebuah konsep simbol yang dibangun atas

garis-garis atau gabungan garis-garis-garis-garis dengan konsep-konsep lainnya.

c. Warna, digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan

dan juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi

tingkat realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.

d. Tekstur, digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus dan

(52)

Selain unsur-unsur yang terdapat dalam media visual, berikut ini

adalah karakteristik dari media visual, yaitu:

a. Gambar, dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sketsa, lukisan dan

photo. Sketsa yaitu gambar sederhana atau draf kasar yang

melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan

merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistik seseorang

tentang suatu objek atau situasi. Photo yaitu gambar hasil pemotretan

atau photografi.

b. Grafik, adalah gambar sederhana yang banyak sedikitnya merupakan

penggambaran data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang

menarik dan mudah dimengerti.

c. Diagram, merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta

daripada gambar.

d. Bagan, hampir sama dengan diagram, perbedaannya adalah bagan

lebih menekankan pada suatu perkembangan atau suatu proses atau

susunan suatu organisasi.

e. Peta, adalah gambar permukaan bumi. Secara langsung atau tidak

langsung peta mengungkapkan banyak informasi seperti lokasi suatu

daerah, luasnya, bentuknya, penyebaran penduduknya, daratan,

perairan, iklim, sumber ekonomi, serta hubungan satu dengan yang

(53)

2.1.6 Alat-alat Visual

Alat-alat visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau

bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga (Hamzah, 1981: 27). Alat-alat

visual, terbagi menjadi dua, yaitu:

 Alat-alat visual dua dimensi

Alat-alat dua dimensi terbagi mmenjadi dua, yaitu (1) alat-alat visual

dua dimensi pada bidang yang tidak transparan. Contohnya: gambar

di atas kertas atau karton, grafik, diagram, bagan, poster, gambar

hasil cetak saring dan foto. (2) alat-alat visual dua dimensi pada

bidang yang transparan. Contohnya: lembaran transparan untuk

overhead projector.

 Alat-alat visual tiga dimensi

Alat-alat visual tiga dimensi mempunyai ukuran panjang, lebar, dan

tinggi. Contohnya: benda asli, model, alat tiruan sederhana.

2.1.7 Gambar

Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat.

Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang

terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas dari pada yang

diungkapkan oleh kata-kata, baik yang ditulis maupun yang diucapkan

(Hamzah: 1981). Ada tujuh syarat untuk memilih gambar (Hamzah:

1981), yaitu: (1) gambar harus bagus, jelas, menarik, mudah dimengerti

dan cukup besar untuk dapat memperlihatkan detail; (2) apa yang

(54)

dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi; (3) gambar harus benar

atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa, jika dilihat

dalam keadaan yang sebenarnya; (4) kesederhanaan, gambar yang dibuat

haruslah sesederhana mungkin. Gambar yang rumit, akan mengalihkan

perhatian anak-anak; (5) gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang

yang melihatnya; (6) warna walau tidak mutlak dapat meninggikan nilai

sebuah gambar. Tetapi penggunaan warna yang salah akan menghasilkan

pengertian yang tidak benar, oleh karena itu sebuah gambar yang

hitam-putih dengan kualitas tinggi akan jauh lebih baik; (7) Ukuran

perbandingan sangatlah penting, agar tidak menimbulkan pengertian

yang salah.

Selain syarat-syarat pemilihan gambar, ada beberapa kelebihan dari

gambar, yaitu: (1) gambar mudah diperoleh, bisa digunting dari majalah,

atau dibuat sendiri. Mudah menggunakannya, dan tidak memerlukan alat

tambahan; (2) penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam

proses belajar tanpa memberi kesan “show” seperti yang sering

dituduhkan kepada penggunaan slaid atau film; (3) koleksi gambar dapat

diperbesar terus; (4) mudah mengatur pilihan untuk suatu pelajaran,

untuk penyajian jumlah gambar dapat disesuaikan dengan besarnya

koleksi.

2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Sanjaya (2009: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(55)

dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah

tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam

situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Dari pengertian PTK tersebut, ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam

melaksanakan PTK, yaitu pertamaPTK merupakan proses, yang artinya

PTK adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan menyadari adanya

masalah, kemudian tindakan untuk memecahkan masalah, dan refleksi

terhadap tindakan yang dilakukannya tersebut. Kedua PTK mengkaji

masalah pembelajaran di dalam kelas, yang artinya berkaitan dengan

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Ketiga yaitu

PTK dimulai dan diakhiri dengan refleksi diri, artinya yaitu yang

melaksanakannya adalah guru sendiri. KeempatPTK dilakukan berbagai

tindakan, artinya tidak hanya ingin mengetahui sesuatu, tetapi ada aksi

dari guru untuk proses perbaikan. Kelima PTK dilakukan dalam situasi

nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting

pembelajaran yang sebenarnya, tidak mengganggu proses pembelajaran

yang sudah direncanakan.

2.1.9 Kelebihan dan kelemahan PTK

Penelitian PTK mempunyai beberapa kelebihan, yaitu (Sanjaya,

2009: 37): pertama, PTK tidak dilaksanakan oleh seseorang saja akan

tetapi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak

antara lain guru sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai peneliti,

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester 2
Gambar 4. Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi
Tabel 4. Kuesioner Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang menjadi suatu ketertarikan sendiri bagi penulis untuk menelusuri masalah ini, sehingga penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul

Pada dasarnya, tujuan suatu sistem informasi berbasis komputer adalah untuk membantu manajemen dalam menyelesaikan masalah manajerial atau organisasi secara lebih cepat dan

relir K€rojuu Mudr d@ lnu

Mengingat impulse buying sangat memberikan manfaat bagi pelaku ritel, penelitian ini berusaha untuk mengkaji faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi

Pada PT.PLN (Persero) Area Padang, perhitungan Pajak PPh pasal 21 atas.. pegawai tetap telah dihitung oleh PT.PLN (Persero) Wilayah

Hipotesis yang terjawab yaitu H1 (Individual yang memiliki regulasi diri yang tinggi akan mengurangi perilaku cyberloafing dibandingkan dengan individual yang

Meningkatan produk domestik bruto merupakan fungsi dari investasi yang berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan dikembangkan dalam

diartikan, jika Empowerment meningkat dalam arti bahwa, jika perusahaan telah meningkatkan keterampilan sumber daya karyawan dengan cara perusahaan telah memberikan