• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015

Ita Eko Suparni

1,

Siti Asiyah

2

, Helga Yuliana Putri

3

1. STIKES Karya Husada Kediri

Email :ita.sekar@gmail.com 2. STIKES Karya Husada Kediri 3. STIKES Karya Husada Kediri

Email : helga.putri47@yahoo.com

ABSTRACT

Prevalensi BBLR meningkat sesuai dengan meningkatnya paritas ibu.Penyebab kematian bayi tertinggi di Kabupaten Kediri adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu 49%.Kejadian BBLR lebih sering terjadi pada ibu dengan paritas tinggi.Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan paritas ibu bersalin dengan berat bayi lahir.Desain penelitian cohort dengan pendekatan retrospective.Varibel bebas yaitu paritas, variable terikat yaitu berat bayi lahir. Jumlah populasi Ibu bersalin di RSUD Pare Kabupaten Kediri tahun 2015 yaitu 1288 dengan sampel 306 responden diambil dengan teknik Simple Random Sampling.Penelitian pada tanggal 7 Juni sampai 28 Juli 2016, Analisis data dengan uji Spearman Rank (Rho).Hasil analisis data diperoleh hasil -0,422 dengan uji signifikan (p) = 0.000, sehingga p<α jadi H

0

ditolak dan H

1

diterima berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu bersalin dengan berat bayi lahir di RSUD Pare Kabupaten Kediritahun 2015.Kejadian BBLR lebih sering terjadi pada ibu dengan paritas tinggi, hal ini disebabkan karena terdapatnya jaringan parut pada rahim yang menyebabkan hambatan penyaluran nutrisi dari ibu ke janin.

Kata kunci: Paritas, Berat Bayi Lahir.

(2)

PENDAHULUAN

Berat bayi lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir, yang mana seorang bayi sehat dan cukup bulan, pada umumnya mempunyai berat lahir sekitar 3000 gram. Secara umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 3000 gram sampai 4000 gram, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram dikatakan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). BBLR berhubungan dengan angka kematian dan kesakitan bayi, selain itu juga berhubungan dengan kejadian gizi kurang di kemudian hari yaitu pada periode balita, maka angka BBLR di suatu masyarakat dianggap sebagai indikator status kesehatan masyarakat (Kardjati, 2005).

Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat lahir <2500 gram adalah Bayi Kurang Bulan (BKB).Demikian pula tidak semua bayi baru lahir dengan berat lahir >2500 gram lahir adalah aterm atau Bayi Cukup Bulan (BCB) (Kosim, 2008:

11). Persentase berat badan bayi baru lahir menurut Provinsi, Riskesdas 2010 di Indonesia terdapat 82,5% dengan berat badan lahir normal 2500–3999 gram dan 17,5% dengan berat badan lahir yang tidak normal yang terdiri 11,1% berat badan lahir

<2500 gram, sedangkan 6,4% berat badan lahir ≥4000 gram.

Penyebab utama kematian neonatal antara lain adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Definisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti premature baby dengan low birth weight baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi premature. BBLR dibedakan

dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usianya (Winkjosastro, 2007).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir menurut Kardjati adalah faktor lingkungan internal (umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan dan penyakit pada saat kehamilan) dan faktor lingkungan eksternal (kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil).

Paritas sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi.Paritas tinggi lebih beresiko daripada paritas rendah.Ini terlihat bahwa pada paritas yang tinggi banyak ditemukan penyulit-penyulit pada kehamilan karena terlalu sering melahirkan (Manuaba, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Tria Wahyuningrum tahun 2015 di RSUD Dr.

Sudiro Husodo Mojokerto menunjukkan bahwa sebanyak 61 bayi (76,3%) dari ibu paritas multipara melahirkan bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), pada paritas dengan primipara melahirkan bayi dengan Bayi Berat Lahir Normal (BBLN) sebanyak 35 bayi (74,5%) dan grandemultipara melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Normal (BBLN) sebanyak 1 bayi (1,2%). Jadi, dapat disimpulkan paritas dapat mempengaruhi berat bayi lahir.

Paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.

Kehamilan yang berulang-ulang akan

menyebabkan kerusakan pada dinding

pembuluh darah uterus. Hal ini akan

(3)

mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya, selain itu dapat mempengaruhi berat bayi lahir (Winkjosastro, 2008).Pada wanita multipara terjadi vaskularisasi pada pembuluh darah uterus dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir dan mempengaruhi berat bayi lahir (Sumapraja dan Rachimhadi, 2005).

Dengan mengetahui hubungan paritas ibu dengan berat bayi lahir, maka jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah akan dapat dicegah dan diperkecil angka kejadiannya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui ―Hubungan Paritas Ibu dengan Berat Bayi Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pare Kabupaten Kediri tahun 2015‖.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik desain penelitian korelasional yaitu menguji hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yang ada.Penelitian korelasional ini menggunakan desain penelitian cohort dengan menggunakan pendekatan retrospective, dimana penelitian dilakukan pada kelompok kohort yang sudah mengalami efek. dinilai efek yang terjadi.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Variabel independen adalah paritas ibu bersalin.Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah berat bayi lahir.Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin di

RSUD Kabupaten Kediri tahun 2015 ada 1288 orang, besar sample 306.Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan simple random sampling.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpul data yang diisi berdasarkan data pada data rekam medik RSUD Pare tahun 2015.

Analisa data bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Untuk mengetahui adanya hubungan antara paritas dengan berat bayi lahir menggunakan uji korelasi Spearman rank (Rho).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 306 responden diperoleh data khusus sebagai berikut :

1. Paritas Ibu Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa paritas ibu bersalin di RSUD Pare Kabupaten Kediri tahun 2015 menunjukkan bahwa dari total 306 responden didapatkan hasil hampir setengah responden multipara yaitu sebanyak 149 ibu bersalin(48,7%) dan sebagian kecil primipara sebanyak 63 responden (20,6% )

2. Berat Bayi Lahir

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan diketahui bahwa berat bayi

lahir di RSUD Pare Kabupaten Kediri

tahun 2015 menunjukan bahwa dari

total 306 responden didapatkan hasil

sebagian besar BBLR sebanyak 164

(53,6%) dan sebagian kecil

makrosomia sebanyak 11 (3%).

(4)

3. Hubungan Paritas Ibu Bersalin dengan Berat Bayi Lahir

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa tabulasi silang hubungan paritas ibu bersalin dengan berat bayi lahir di RSUD Pare Kabupan Kediri Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Tabulasi Silang Hubungan Paritas Ibu Bersalin dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Pare Kabupan Kediri Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa dari total 306 responden didapat sebagian besar tabulasi silang hubungan paritas ibu bersalin dengan berat bayi lahir didapatkan hasil yaitu hampir seluruh dari responden grandemulti para yang melahirkan BBLR sebanyak 81 (86,2%) dan hampir dari setengah responden primipara yang melahirkan BBLR sebanyak 19 (30,2%).

Pada kasus BBLR, hasil perhitumgan Oods Ratio (OR) dapat dilihat sebagai

berikut:

Berdasarkan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu dengan paritas

grandemulti memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 2,01 kali dari ibu dengan paritas multipara.

Ibu dengan paritas grandemulti memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 2,86 kali dari ibu dengan paritas primipara.

Hasil analisis data bivariat yang menggunakan rumus Spearman Rank, diperoleh nilai korelasi paritas ibu bersalin dengan berat bayi lahir sebesar -0.422, nilai korelasi (r) = -0,422 dengan sig-2 tailed (p)

= 0,000 pada (α) = 5% = 0,05, sehingga p<α maka H

0

ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu bersalin dengan berat bayi lahir. Tanda hubungan paritas dengan berat bayi lahir negatif (-) berarti semakin banyak jumlah kelahiran pada seorang ibu maka semakin banyak bayi yang lahir dengan BBLR di RSUD Pare kabupaten Kediri tahun 2015.

PEMBAHASAN

Paritas merupakan salah satu indikator untuk memantau resiko tinggi pada kehamilan.Kehamilan resiko tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara.Paritas sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi.Paritas tinggi lebih beresiko dari pada paritas tinggi.Ini terlihat bahwa pada paritas yang tinggi banyak ditemukan penyulit-penyulit pada kehamilan karena terlalu sering melahirkan (Manuaba, 2007).

Kejadian BBLR lebih sering terjadi pada ibu dengan paritas tinggi, hal ini disebabkan karena terdapatnya jaringan parut akibat kehamilan dan persalinan terdahulu.Jaringan parut tersebut mengakibatkan persediaan darah ke plasenta tidak adekuat sehingga perlekatan

Paritas

Berat Bayi Lahir

Persenta se (%) BBL

R

BBL N

Makrosomi a N % N % N % Grandemu

lti

81 86,2 12 12,8 1 1,1 94 30,7 Multipara 64 43 79 53 6 4 149 48,7 Primipara 19 30,2 40 63,5 4 6,3 63 20,6 Total 164 53,6 131 42,8 11 3,6 306 100

BBLR

Grandemult i

Multipar a

Primipar a Grandemult

i 2.01 2.86

Multipara 1.42

Primipara

(5)

plasenta tidak sempurna menyebabkan plasenta menjadi tipis dan mencakup uterus lebih luas.Perlekatan plasenta yang tidak adekuat ini menyebabkan penyaluran nutrisi dari ibu ke janin menjadi terhambat atau kurang mencukupi kebutuhan janin.

Berdasarkan hasil penelitian Tria Wahyuningrum tahun 2015 di RSUD Dr.

Sudiro Husodo Mojokerto menunjukkan bahwa sebanyak 61 bayi (76,3%) dari ibu paritas grandemultipara melahirkan bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), pada paritas dengan primipara melahirkan bayi dengan Bayi Berat Lahir Normal (BBLN) sebanyak 35 bayi (74,5%) dan grandemultipara melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Normal (BBLN) sebanyak 1 bayi (1,2%). Jadi, dapat disimpulkan paritas dapat mempengaruhi berat bayi lahir.

Paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.

Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus. Hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya, selain itu dapat mempengaruhi berat bayi lahir (Winkjosastro, 2008).

Hasil penghitungan odds ratio (OR) di RSUD Pare Kabupaten Kediri menunjukkan fakta bahwa grandemulti cenderung melahirkan BBLR 2,01 kali dari multipara. Grandemulti cenderung melahirkan BBLR 2,86 kali dari primipara dan multipara cenderung melahirkan BBLR 1,42 kali dari primipara.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumalutur (2006) paritas merupakan faktor resiko yang signifikan terhadap kejadian

BBLR. Ibu dengan paritas lebih dari 4 anak berisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR.

KESIMPULAN

Ada hubungan signifikan antara paritas ibu dengan berat bayi lahir dengan nilai korelasi -0,422. Tanda hubungan lahir negatif (-) berarti semakin banyak jumlah kelahiran pada seorang ibu maka, semakin banyak bayi yang lahir dengan BBLR di RSUD Pare Kabupaten Kediri Tahun 2015.

Hasil penghitungan odds ratio (OR) di RSUD Pare Kabupaten Kediri menunjukkan fakta bahwa grandemulti cenderung melahirkan BBLR 2,01 kali dari multipara. Grandemulti cenderung melahirkan BBLR 2,86 kali dari primipara dan multipara cenderung melahirkan BBLR 1,42 kali dari primipara.

Paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.

Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus. Hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya, selain itu dapat mempengaruhi berat bayi lahir

.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, Roestam. Sinopsis Obsetri.

Jakarta: EGC; 2009.

2. Nursalam.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;

2008.

3. ________. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;

2011.

(6)

4. Notoatmodjo, Soekidjo.

MetodePenelitian Kesehatan. Edisi Revisi (cetakan pertama). Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya; 2005.

5. __________________. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta; 2010.

6. Pantiawati, Ika. Bayi Dengan BBLR.

Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

7. Pudiastuti, Ratna Dewi. Buku Ajar : Kebidanan Komunitas. Yogyakarta:

Nuha Medika; 2011.

8. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.

9. Proverawati, Atikah& Siti Asfuah.Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.

10. Setianingrum, SIW. 2005. Hubungan Antara kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Ampel I Boyolali tahun 2005.Semarang.Jurnal Universitas Negeri Semarang; 2005.

11. Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 3.

Jakarta: CV. Sagung Seto; 2008.

12. Seriawan, Ari. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta.Nuha Medika;

2011.

13. Sumapraja , S. PerdarahanAntepartum dalam: Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.

14. Staf Pengajar IKA FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika;

2007.

15. Rukiyah, A & Lia Yulianti.Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: CV.

Trans Info Media; 2010.

16. Varney.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.

Jakarta. EGC; 2006.

17. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.

18. www.depkes.go.id. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. 2013.

19. www.dinkeskabupatenkediri.go.id. AKI dan AKB Kabupaten Kediri Tahun 2013. 2013.

20. www.kespro.co.id. Suririnah.Tanda Bahaya Pada Kehamialn Trimester I.

2008.

Gambar

Tabel 1 Tabulasi  Silang  Hubungan  Paritas  Ibu  Bersalin  dengan  Berat  Bayi  Lahir  di  RSUD  Pare  Kabupan  Kediri  Tahun  2015

Referensi

Dokumen terkait

Pantai Indrayanti terletak di Desa Tepus dan Desa Tepus selama ini dikenal dengan daerah yang kering dan tandus, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani

SAPROTAN BENIH UTAMA 027.1/21/E-Cat.PdInbrd- SPR/III/Pml/2020 07-Apr-20 06-Jun-20 15 APBN Pengadaan Benih Padi untuk Pengembangan Budidaya Padi Kaya Gizi.. (Biofortifikasi)

Guru menanyakan kepada siswa mengenai benda yang ada dilangit. Selanjutkan saya menjelaskan kegiatan yang dilakukan saat ini. Saya bertanya kepada siswa mengenai

Gambar 4.1 Plot Distribusi Normal TTF As Intermediate Kempa 1 82 Gambar 4.2 Plot Distribusi Normal TTF Pondasi Gear Box Kempa 2 83 Gambar 4.3 Plot Distribusi Weibull TTF Screw Kempa

Realitas subyektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu

Anggapan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran hafalan dan membosankan memang tidak asing lagi. Begitu juga apa yang dikatakan oleh Ibu Harmayenti, S.Pd

20+ Contoh Soal UAS Bahasa Inggris Kelas 9 SMP/MTs Semester Genap Terbaru - Bagi Adik adik dimana saja berada yang ingin sekali mempelajari Soal UAS Bahasa Inggris Kelas 9

2) Kealamian (naturalness): kurangnya gangguan atau degradasi. Sistem yang rusak akan mempunyai manfaat yang rendah bagi perikanan atau pariwisata, dan hanya akan