• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH TEGUH ABYASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH TEGUH ABYASA"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

REFORMASI BIROKRASI PELAYANAN PUBLIK DALAM MENCAPAI GOOD GOVERNANCE MENURUT UNDANG-UNDANG PELAYANAN PUBLIK DAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2020-2024 (STUDI

DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR)

OLEH

TEGUH ABYASA 170200059

PROGRAM STUDI STRATA-1 ILMU HUKUM DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

REFORMASI BIROKRASI PELAYANAN PUBLIK DALAM MENCAPAI GOOD GOVERNANCE MENURUT UNDANG-UNDANG PELAYANAN PUBLIK DAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2020-2024 (STUDI DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

PINTU PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

*Teguh Abyasa

**Dr. Agusmidah, SH, M.Hum

***Suria Ningsih, SH, M.Hum

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengamanatkan pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas kepada masyarakat, diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi menyatakan pada periode 2020 hingga 2024 merupakan tahap akhir dari reformasi birokrasi di Indonesia. Seharusnya Indonesia sudah mencapai visinya dalam mewujudkan birokrasi berkelas dunia pada periode reformasi birokrasi kini.

Rumusan masalah dalam skripsi ini ialah: Apakah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 dan PermenPANRB Nomor 25 Tahun 2020 dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, Apakah Reformasi birokrasi saat ini dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, menurut konsep Hukum Administrasi Negara, dan Bagaimana upaya Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Metode penelitian yang dipergunakan dalam skripsi ini bersifat deskriptif analisis yang mengarah pada penelitian yuridis empiris.

Penyelenggaraan pelayanan publik Pemerintah Kota Pematangsiantar dapat dikatakan cukup baik dengan predikat zona kuningnya, namun pelayanan belum cukup prima. Birokrasinya dapat dikatakan sedang menuju reformasi dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan kepatuhan yang lebih baik lagi terhadap Undang Undang Pelayanan Publik dan penataan birokrasi yang sesuai dengan Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi, diharapkan Pemerintah Kota Pematangsiantar mampu meningkatkan kualitas pelayanan publiknya, mewujudkan cita-cita reformasi birokrasi dengan bertujuan pada good governance.

Kata kunci: Reformasi Birokrasi, Pelayanan Publik, Good Governance, Kota Pematangsiantar

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis

(5)

**) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I

***) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, ridha, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik dalam Mencapai Good Governance Menurut Undang-Undang Pelayanan Publik dan Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 (Studi di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Pematangsiantar).”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi dan melengkapi syarat- syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan doa dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Dr. Agusmidah, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulisan skripsi ini;

(7)

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Eka Syahputra, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Erna Herlinda, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulisan skripsi ini;

8. Bapak Affan Mukti, S.H., M.S., selaku Dosen Penasihat Akademik Penulis;

9. Bapak Amsali Sembiring, S.H., M.Hum., Bapak Boy Laksamana, S.H., M.Hum., Ibu Dr. Affila, S.H., M.Hum., dan Ibu Afrita, S.H., M.Hum., yang telah memberikan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Administrasi Negara kepada Penulis;

10. Seluruh Dosen yang telah memberi ilmu kepada Penulis dan Staff Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu Penulis selama perkuliahan;

11. Bapak Farhan Zamzamy, S.H., selaku Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar dan Bapak Agus Salam S.E., selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar yang telah bertindak sebagai narasumber serta seluruh masyarakat Kota Pematangsiantar yang telah membantu penulis selama melakukan riset;

(8)

12. Orang tua Penulis, Ayahanda Suratman, B.B.A., dan Ibunda Endah Lestari, serta adik Hartama Adhyaksa atas segala yang diberikan kepada Penulis;

13. Para sahabat: Putri Rahmadani yang telah memberikan banyak dukungan selama penelitian skripsi, “Grup Band”, grup “Paguyuban Siantar”, Ikatan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Program Kekhususan Hukum Administrasi Negara, Grup C 2017, dan lain-lain yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis merasa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Medan, Juni 2021 Penulis,

Teguh Abyasa NIM. 170200059

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 12

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II. ANALISIS YURIDIS UU NO. 25 TAHUN 2009 DAN PERMENPANRB NO. 25 TAHUN 2020 TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK ... 26

A. Pelayanan Publik ... 26

1. Pelayanan Prima oleh Penyelenggara Pelayanan Publik dalam PermenPANRB No. 25 Tahun 2020 …... 31

2. Pelanggaran dalam Pelayanan Publik ... 35

3. Standar Kualitas Pelayanan Publik yang Ideal ... 37

4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik ... 42

(10)

BAB III. PENGARUH REFORMASI BIROKRASI TERHADAP GOOD GOVERNANCE MENURUT KONSEP HUKUM ADMINISTRASI

NEGARA... 46

A. Good Governance Menurut Hukum Administrasi Negara ... 46

B. Perkembangan Reformasi Birokrasi di Indonesia dari Masa ke Masa dalam Peraturan Perundang-undangan ... 47

1. Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2014 ... 50

2. Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019 ... 55

3. Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024 ... 59

C. Strategi Reformasi Birokrasi di Indonesia untuk Mewujudkan Good Governance Ditinjau dari Peraturan Perundang-undangan ... 62

BAB IV. UPAYA PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK ... 69

A. Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Pematangsiantar ... 69

1. Peningkatan Kinerja Birokrasi ... 74

2. Urgensi Pelayanan Publik terhadap Reformasi Birokrasi ... 75

3. Penilaian Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Pematangsiantar... 76

4. Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Pematangsiantar Menuju Good Governance ... 79

B. Pelayanan Publik Pemerintah Kota Pematangsiantar ... 80

1. Standar Pelayanan DPMPTSP Kota Pematangsiantar Berdasarkan Keputusan Kepala DPMPTSP ... 82

(11)

2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pemerintah Kota

Pematangsiantar Berdasarkan Hasil Wawancara ... 86

3. Penilaian Pelayanan Publik Pemerintah Kota Pematangsiantar ... 89

4. Sasaran Pemerintah Kota Pematangsiantar ... 104

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Program Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2014 ... 50 Tabel 2. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi: 3 sasaran dan 8 area perubahan, serta 9 program mikro ... 54 Tabel 3. Sasaran dan area Perubahan Reformasi Birokrasi Periode 2015-2019 .. 56 Tabel 4. Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2015-2019 ... 56 Tabel 5. Sasaran dan Area Perubahan Reformasi Birokrasi Periode 2020-2024.. 59 Tabel 6. Tingkat Pelaksanaan Reformsai Birokrasi 2020-2024 ... 59 Tabel 7. Organisasi Pelaksana Reformasi Birokrasi dan Tingkatannya ... 60 Tabel 8. Pertanyaan Kuisioner tentang Reformasi Birokrasi Pematangsiantar ... 79 Tabel 9. Daftar Produk Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar ... 82 Tabel 10. Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik Kota Pematangsiantar oleh Kemen PANRB Tahun 2019 ... 92 Tabel 11. Penilaian Responden tentang Standar Pelayanan DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 104

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. SIMPADU DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 93

Gambar 2. Publikasi Standar Pelayanan DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 94

Gambar 3. Maklumat Pelayanan DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 95

Gambar 4. Pelaksana Layanan DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 95

Gambar 5. Ruang Tunggu DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 96

Gambar 6. Step Lobby atau ramp untuk pengguna layanan berkebutuhan khusus ... 97

Gambar 7. Kursi roda untuk pengguna layanan berkebutuhan khusus ... 97

Gambar 8. Ruang Laktasi DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 98

Gambar 9. Front Office DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 98

Gambar 10. Layanan Pengaduan DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 99

Gambar 11. Informasi Website DPMPTSP Kota Pematangsiantar ... 99

Gambar 12. Himbauan DPMPTSP Kota Pematangsiantar untuk mengurus izin tanpa calo ... 106

(14)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Jenis Kelamin Responden ... 78 Diagram 2. Pekerjaan Responden ... 78 Diagram 3. Usia Responden ... 78

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan publik merupakan amanat konstitusi, dijelaskan bahwa negara memiliki kewajiban atas penyelenggaraan pelayanan publik yang prima untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil warga negara atas barang publik, jasa publik dan pelayanan administratif. Para perancang undang-undang sejak 11 tahun lalu sudah merasakan bahwa pelayanan publik akan dihadapkan dengan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi, transportasi, investasi dan perdagangan. Tantangan tersebut harus disikapi dengan bijak melalui sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia.1 Dalam rangka mempermudah dan mempercepat pelayanan dapat dibentuk sistem pelayanan terpadu yang menyederhanakan mekanisme pelayanan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Kemudian juga diperlukan peran serta masyarakat secara aktif untuk menjamin pelayanan publik dilakukan secara transparan dan akuntabel dalam bentuk penyusunan standar pelayanan, pengawasan dan evaluasi penerapan standar, evaluasi kinerja, hingga penyusunan kebijakan pelayanan publik.2

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,

2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Bagian Penjelasan Umum.

(16)

Pada dekade pertama pemerintahan Orde Baru, pembenahan birokrasi ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas birokrasi yang sejalan dengan ideologi pembangunan dan modernisasi Orde Baru. Pada awal dekade 1990-an pembenahan birokrasi bergeser dalam bentuk privatisasi, deregulasi, dan debirokratisasi yang bertujuan untuk mendukung industrialisasi berorientasi ekspor. Pada dekade berikutnya awal 1990-an pembenahan dalam bentuk birokrasi yang mekanis, bersih dan berwibawa dengan upaya penataan kelembagaan, personalia, sistem dan prosedur, perencaan, kontrol, peningkatan partisipasi masyarakat serta peningkatan disiplin aparat dan ketaatan pada hukum. Secara operasional sejumlah peraturan ditetapkan sebagai landasan yuridis bagi pembenahan birokrasi, namun permasalahan timbul ketika ternyata upaya pembenahan tersebut belum mampu memberikan hasil seperti yang diharapkan.3 Hal ini terbukti dengan fakta dan peristiwa maladministrasi yang berujung pada KKN di Indonesia. Padahal sejak 10 tahun lalu pemerintah berharap di tahun 2019 dapat diwujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN, pelayanan publik yang sesuai dengan harapan masyarakat, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi yang semakin baik, dan lainnya.4

Permasalahan mengenai pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan suatu hal menarik untuk diperdebatkan. Menurut

3 Dede Mariana, Reformasi Birokrasi Pemerintahan Pasca Orde Baru, Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 8, No. 3, November 2006, hlm. 241-242

4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, Bagian Lampiran, hlm. 8

(17)

Agus Dwiyanto, pelayanan publik selama ini menjadi ranah untuk pemerintah berinteraksi dengan pihak non-pemerintah, yang pada akhirnya baik buruknya pelayanan publik akan dirasakan oleh masyarakat.

Keberhasilan dalam mewujudkan good governance dalam pelayanan publik mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat. Maka pemerintah dituntut lebih inovatif dalam mempertimbangkan prioritas dan urgensi pelayanan publik tanpa membebani masyarakat.5

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu area perubahan dalam program reformasi birokrasi yang harus diwujudkan.

Saat ini Reformasi Birokrasi telah masuk kepada periode ketiga atau terakhir dari Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional. Pada tahap akhir ini, Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy) yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien. Hal ini dipandu di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024.6

Kini masyarakat semakin paham bahwa pemerintah sesungguhnya merupakan pelayan masyarakat (public servant) atau penyelenggara negara yang mempunyai tugas ketatalaksanaan dalam menyelenggarakan

5 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Cetakan ke-1, Nuansa Cendekia, Bandung, 2010, hlm. 83.

6 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 441, Bagian Lampiran, hlm. 2

(18)

kegiatan pelayanan publik. Dengan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah, pelayanan buruk dalam kegiatan perekonomian akan sangat mengganggu lajunya pertumbuhan ekonomi dan menurunkan daya saing nasional.7 Meski gagasan pelayanan terus mengalami pembaruan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan yang dikaitkan dengan tuntutan rakyat, sampai saat ini belum memuaskan dan menguntungkan pihak rakyat sebagai pihak yang lemah dan termarjinalisasi dalam kerangka pelayanan.8

Dalam mewujudkan good governance pemerintah Indonesia perlu melakukan reformasi yang tidak hanya pada tataran komitmen, sehingga dapat mengurangi terjadinya maladministrasi yang mengarah pada Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).9 Dibutuhkan sinergi antara pemerintah dengan masyarakat untuk menghasilkan pemerintahan yang kuat yang didukung oleh masyarakat serta menciptakan kemajuan ekonomi nasional.10 Dalam hal ini diperlukan sosok pemimpin birokrasi yang mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan seluruh lapisan masyarakat, karena salah satu faktor keberhasilan kepemimpinan dapat

7 Tyas Dian Anggraeni, Menciptakan Sistem Pelayanan Publik yang Baik: Strategi Reformasi Birokrasi dalam Pemberantasan Korupsi, Jurnal Rechtsvinding, Vol.3, No. 3, Desember 2014, hlm. 417

8 Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik, Cetakan ke-1, Penerbit Pembaruan, Yogyakarta, 2005, hlm. 1-2.

9 Ali Abdul Wakhid, Eksistensi Konsep Birokrasi Max Weber dalam Reformasi Birokrasi di Indonesia, Jurnal TAPIs, Vol. 7, No. 13, Juli-Desember 2011, hlm. 144

10 R. Siti Zuhro, Good Governance dan Reformasi Birokrasi di Indonesia, Jurnal Penelitian Politik, Vol.7, No. 1, 2010, hlm. 2

(19)

dipengaruhi oleh kemampuan membaca lingkungan dan kemampuan anak buah yang bertitik tolak dari metode pendekatan situasional.11

Pemerintah memang melakukan upaya untuk mendebirokrasi dan menderegulasi sistem yang sebelumnya usang dan berbelit-belit.

Deregulasi bertujuan untuk mengurangi atu menghilangkan aturan yang menghambat peran serta masyarakat dalam memproduksi barang atau jasa. 12 Secara sederhana debirokrasi dapat diartikan sebagai penyederhanaan instansi. Upaya debirokrasi yang dilakukan Pemerintah ialah dengan menciptakan One Door Service System yang nomenclature- nya dapat berbeda-beda di setiap daerah. Sebagai contoh di Kota Pematangsiantar sistem tersebut diintegrasikan dengan Dinas Penanaman Modal yang sekarang menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Karena izin merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaaran kegiatan.13 Sudahkah Pemerintah melakukan upaya yang maksimal dalam melaksanakan pelayanan prima pada setiap unit kerja penyelenggara pelayanan publik? Sudah relevankah penyelenggaraan pelayanan publik saat ini dengan tujuan yang diharapkan oleh Reformasi Birokrasi?

Selengkapnya akan saya paparkan dalam skripsi ini dengan judul

“Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik Dalam Mencapai Good

11 Eko Harry Susanto, Kelambanan Reformasi Birokrasi dan Pola Komunikasi Lembaga Pemerintah, Jurnal ASPIKOM, Vol. 1, No.1, Juli 2010, hlm. 115

12 Lijan Poltak, Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi, Cetakan ke-5, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 21

13 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Cetakan ke-4, Sinar Grafika, Jakarta, 2017. hlm. V (Prakata)

(20)

Governance Menurut Undang-Undang Pelayanan Publik Dan Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 (Studi Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Pematangsiantar)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan ini adalah:

1. Apakah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 dan PermenPANRB Nomor 25 Tahun 2020 dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik?

2. Apakah Reformasi Birokrasi saat ini dianggap dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik menurut konsep Hukum Administrasi Negara?

3. Bagaimana upaya Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penulis melaksanakan pelitian ini dengan tujuan sebagai berikut:

a. Mengetahui peningkatan kualitas pelayanan publik sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan PermenPANRB Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024.

(21)

b. Mengetahui perkembangan reformasi birokrasi yang bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik berdasarkan konsep Hukum Administrasi Negara.

c. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya Hukum Administrasi Negara pada bidang kajian pelayanan publik.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penulis dan instansi pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik serta masyarakat sebagai penerima layanan publik untuk dapat mengetahui tentang standar pelayanan publik yang layak untuk diterima masyarakat serta peningkatan kualitas pelayanan publik bagi penyelenggara pelayanan publik.

D. Keaslian Penulisan

(22)

Dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis, maka penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi berjudul “Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik Dalam Mencapai Good Governance Menurut Undang-Undang Pelayanan Publik Dan Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 (Studi Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Pematangsiantar)”.

Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada katalog skripsi Program Kekhususan Hukum Adminsitrasi Negara Fakultas Hukum USU dan penulis tidak menemukan skripsi dengan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 23 September 2020 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa ada beberapa judul yang berkaitan dengan pelayanan publik dan good governance, namun tidak ada yang sama persis dengan judul ini, dengan lokasi penelitian pada Kota Pematangsiantar yang ditemukan dalam Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Beberapa judul tersebut diantaranya ialah:

1. Andre Gunawan, 2020, “Sistem Pelayanan Terpadu di Kecamatan Pancurbatu dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Publik (Studi di Kantor Kecamatan Pancurbatu)”, Permasalahan:

(23)

a. Bagaimana Sistem Pelayanan Terpadu Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan?

b. Apakah Pemerintah Daerah wajib menerapkan Sistem Pelayanan Terpadu?

c. Bagaimana Sistem Pelayanan Terpadu di Kantor Camat Kecamatan Pancurbatu?

2. Kadzimi, 2018, “Prosedur Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien BPJS Kesehatan Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai)”, Permasalahan:

a. Bagaimanakah prosedur pelayanan kesehatan menurut Undang- Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pasien BPJS Kesehatan?

b. Bagaimanakah implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik terhadap Pelayanan Kesehatan kepada pasien BPJS Kesehatan?

c. Kendala pelaksanaan dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien BPJS Kesehatan?

3. Fitri Yanni Dewi Siregar, 2016, “Implementasi Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) Melalui Sistem E-Procurement pada Perusahaan Publik”, Permasalahan:

(24)

a. Bagaimana kewajiban penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada perusahaan publik berdasarkan hukum di Indonesia?

b. Bagaimana konsep pengadaan barang dan/atau jasa secara elektronik (E-Procurement) di Indonesia?

c. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui sistem E- procurement pada perusahaan publik?

4. Fitria Ningsih Batubara, 2018, “Urgensi Pelayanan Prima Rumah Sakit Umum Daerah (Studi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan)”, Permaslahan:

a. Bagaimana pengaturan hukum tentang pelayanan prima rumah sakit dalam upaya penyelenggaraan pelayanan publik?

b. Bagaimana pelaksanaan pelayanan prima di RSUD Kab. Tapsel?

c. Apa kendala dalam pelaksanaan pelayanan prima di RSUD Kab.

Tapsel?

5. Muhammad Fauzi Siahaan, 2019, “Tinjauan Hukum Administrasi Negara tentang Pelayanan Publik Dalam Pendaftaran Tanah di Kota Medan”, Permasalahan:

a. Bagaimana Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan?

b. Bagaimana Sistem Administrasi Pendaftaran Tanah di Badan Pertanahan Nasional Kota Medan?

(25)

c. Bagaimana Pelayanan Publik dalam Pendaftaran Tanah di Badan Pertanahan Nasional Kota Medan?

Dengan demikian judul skripsi ini belum pernah ditulis sebelumnya, maka tulisan ini asli hasil karya penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang lain. Pengutipan tulisan karya orang lain akan dilakukan sesuai dengan kaidah dan ketentuan penulisan ilmiah. Dengan demikian, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pelayanan Publik

(26)

Pelayanan publik merupakan wujud pelaksanaan penyelenggaraan negara yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. 14 Hal ini merupakan salah satu ciri dari negara kesejahteraan (welfare state) dan untuk mewujudkan kesejahteraan tersebut, harus ada keterlibatan aktif pemerintah dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Lebih luas lagi, upaya pemerintah tersebut perlu diberi kewenangan bertindak atas inisiatif sendiri (freies Ermessen) untuk melakukan berbagai tindakan hukum dalam rangka melayani kepentingan masyarakat, yang juga harus diikuti dengan instrumen hukum.15

Dalam hal institusi pemerintah memberikan pelayanan, maka yang terpenting adalah bagaimana memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat. Suatu pelayanan bermutu yang diberikan kepada masyarakat menuntut adanya upaya dari seluruh pegawai mulai dari Front Office hingga Back Office, karena tugas yang dilakukan oleh setiap pegawai mengandung unsur pelayanan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu pelayanan jasa produk dari instansi tersebut. 16 Pemerintah bertugas menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Moenir dalam jurnal Wahyu Ramadhani, terdapat tiga bentuk pelayanan, yakni: 1) Bentuk pelayanan dengan lisan, yakni memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang disediakan suatu

14 Azmiati Zuliah dan M. Asri Pulungan, Pelayanan Publik dalam Kajian Hukum Administrasi Negara dan Hak Asasi Manusia, Law Jurnal, Vol. 1, No. 1, Juli 2020, hlm. 33

15 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi), Cetakan ke-12, Raja Grafindo Persada, Depok, 2016, hlm. 14-16.

16Azmiati Zuliah dan M. Asri Pulungan, Op.cit, hlm. 34

(27)

institusi; 2) Bentuk pelayanan dengan tulisan, yakni memberi penerangan kepada masyarakat dalam bentuk tulisan mengenai masalah yang sedang terjadi; 3) Bentuk pelayanan dengan perbuatan, yakni bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan secara lisan.17

2. Reformasi Birokrasi

Birokrasi adalah mesin kekuasaan pada setiap negara yang berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Maka arah kekuasaan negara bergantung pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan yang didasarkan pada hati nurani dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.18

Menurut pandangan de Guzman dan Reforma dalam jurnal Josef Kurniawan, reformasi birokrasi pemerintahan dapat diartikan sebagai pembenahan terhadap sistem administrasi pemerintahan yang bertujuan untuk mempermudah pembangunan. 19 Pada hakikatnya reformasi birokrasi merupakan upaya untuk memperbarui sistem penyelenggaraan pemerintahan pada aspek organisasi, aspek

17 Wahyu Ramadhani, Penegakan Hukum dalam Menanggulangi Pungutan Liar terhadap Pelayanan Publik, Jurnal Hukum Samudera Keadilan, Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2017, hlm.

269-270.

18 M. Makhfudz, Pemerintahan Reformasi Tapi Tidak Reformis, Jurnal ADIL, Vol. 8, No.

1, 2018, hlm. 121-122.

19 Dede Mariana, Op. Cit, hlm. 246, dikutip dari buku de Guzman, Raul P. Dan Mila A.

Reforma, Decentralization towards Democratization and Development, Eropa Secretariat, Manila, 1993.

(28)

ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia aparatur sebagai langkah strategis dalam mencapai pembangunan nasional.20

Birokrasi pemerintahan seringkali diidentikkan dengan aparatur pemerintah yang mempunyai tiga dimensi pokok seperti organisasi, sumber daya manusia dan manajemen.21 Birokrasi pemerintahan di Indonesia dapat ditelaah dari tiga dimensi, yaitu: 1) sebagai pejabat- pejabat pemerintah yang berkecimpung dalam berbagai sektor pemerintahan dan pembangunan; 2) sebagai manusia pelaku penyelenggara pemerintahan; 3) sebagai organisasi yang disebut pemerintah tingkat pusat.22

Terdapat tiga ukuran keberhasilan reformasi birokrasi, yakni: 1) Birokrasi yang bersih dan akuntabel dilihat dari Opini BPK, Tingkat Kapabilitas APIP, Tingkat Akuntabilitas Kinerja dan Tingkat Implementasi Procurement; 2) Birokrasi yang efektif dan efisien dilihat dari Indeks: Reformasi Birokrasi Rata-rata Nasional, Profesionalitas ASN, dan SPBE; dan 3) Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas dilihat dari Indeks Pelayanan Publik dan Survey Kepuasan Masyarakat.23

20 Josef Kurniawan Kairupan, Pengaruh Reformasi Birokrasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal

Administrasi Publik Unsrat, Vol. 4, No. 35, 2015, hlm. 3.

21 Sjamsiar Sjamsuddin Indradi, Etika Birokrasi dan Akuntabilitas Pemerintahan, Intrans Publishing, Malang, 2017, hlm.18.

22 Ibid, Hlm. 20 dikutip dari buku Kristadi, Aspek Pembiayaan dalam Pembangunan Kota, LP3ES, Jakarta, 1996, hlm. 128.

23 Diah Natalisa, Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi Nasional. Makalah disampaikan pada Web-Seminar Tantangan Reformasi Birokrasi di Indonesia: Kualitas Pelayanan Publik dalam Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional, diselenggarakan oleh Departemen Hukum

Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 6 November 2020, hlm. 7.

(29)

Salah satu program aksi reformasi birokrasi ialah upaya meningkatkan profesionalisme para birokrat. Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi sistem kerja, tata cara, pengembangan karier hingga pengembangan sistem pengukuran prestasi birokrat yang diharapkan dapat memperbaiki sikap dan mental para birokrat dari sentralis menuju desentralis.24

Reformasi birokrasi melakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan negara yang menjadi tulang punggung dalam hidup berbangsa dan bernegara yang pada akhirnya akan sangat mendukung penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Dari hal ini dapat kita lihat urgensi reformasi birokrasi terhadap perwujudan good governance.25

3. Good Governance

Konsep dasar dari good governance berbanding lurus dengan tujuan yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, yakni bahwa tujuan dari Undang-Undang tersebut ialah untuk:26

a) Menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;

b) Menciptakan kepastian hukum;

24 H. Imawan Sugiharto, Peran Birokrasi dalam Mendorong Regulasi Pemerintahan, Jurnal Cermin Edisi 046, Maret 2010, hlm. 4

25 Eko Prasojo dan Teguh Kurniawan, Reformasi Birokrasi dan Good Governance: Kasus Best Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia, Presentasi dalam The 5th International Symposium of Jurnal Antropologi Indonesia, Banjarmasin, 22-25 Juli 2008, hlm. 1.

26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292. Pasal 3.

(30)

c) Mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang;

d) Menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;

e) Memberikan perlindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan aparatur pemerintahan;

f) Melaksanakan ketentuan perundang-undangan dan menerapkan AAUPB; dan

g) Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warga masyarakat.

Konsep governance dapat diartikan sebagai proses pembuatan keputusan dan pengimplementasiannya dalam tingkatan nasional, daerah hingga organisasi-organisasi non-pemerintah. 27 Terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep tata pemerintahan (governance) dengan pola pemerintahan tradisional, yakni adanya tuntutan untuk mengurangi peran pemerintah dan meningkatkan partisipasi publik serta keterbukaan akses. Untuk memenuhi tuntutan tersebut United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan karakteristik untuk mengembangkan praktik good governance, yakni: Partisipasi, Aturan hukum, Transparansi, Daya tanggap, Berorientasi pada konsensus, Berkeadilan, Efektif dan efisien, akuntabel, dan memiliki visi yang strategis.28

27 Tommi A. Legowo, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Good Governance dan Masa Depan Otonomi Daerah, Jurnal Desentralisasi, Vol. 6, No. 4, 2005, hlm. 5.

28 Tedi Sudrajat, Perwujudan Good Governance melalui Format Reformasi Birokrasi Publik dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 9, No. 2, Mei 2009, hlm. 123.

(31)

Good governance tidak cenderung pada pemerintahan sebagai suatu kegiatan saja, namun juga memandang urgensi dari pengelolaan, pengurusan, pengarahan dan penyelenggaraan. Trisnaningsih dalam buku Tedi Sudrajat mengatakan bahwa dengan diterapkannya konsep good governance dapat memberi arah yang jelas pada perilaku serta etika organisasi yang bertujuan untuk mewujudkan kinerja yang optimal.29

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo indikator keberhasilan pembangunan aparatur negara dapat dilihat dari sejauh mana keberhasilan pencapaian reformasi yang ditetapkan dalam BAB II No.

VIII/MPR/1998 yang tujuannya sebagai berikut:30

1) Menghasilkan stabilitas moneter yang tanggap terhadap pengaruh global dan pemulihan aktivitas usaha nasional;

2) Peningkatan partisipasi politik rakyat secara tertib untuk menciptakan stabilitas nasional;

3) Menciptakan ketertiban umum dan perbaikan sikap mental;

4) Mewujudkan masyarakat madani.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Sifat / Jenis Penelitian

29 Chici Claraini, Pengaruh Good Governance, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pemerintah Daerah, JOM Fekon, Vol. 4, No.1, April 2017, hlm. 3113-3115.

30 Tedi Sudrajat, Op.cit, hlm. 121.

(32)

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah penelitian bersifat deskriptif yang mengarah pada penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang berupa literatur dan peraturan perundang- undangan dan juga melakukan penelitian langsung yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian dalam skripsi ini berasal dari data sekunder.

Adapun data sekunder yang dimaksud adalah:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

Bahan hukum primer terdiri dari:31

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292.

3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.

4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

31 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2020, hlm. 185.

(33)

Reformasi Birokrasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 89.

5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108.

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215.

7) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.

8) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2012 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2012-2014, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 66.

9) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 985.

(34)

10) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 708.

11) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 441.

12) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 442.

13) Peraturan Walikota Nomor 43 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Pematangsiantar Tahun 2020-2024, Berita Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2020 Nomor 43.

14) Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 800/233/VI/WK.THN.2020. tentang Tim Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar.

15) Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar Nomor:

(35)

188.45/82/DPMPTSP/II/2019 tentang Standar Pelayanan Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,32 seperti: buku, jurnal hasil penelitian, artikel, makalah hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan primer, sekunder dan tersier (penunjang) di luar bidang hukum.33

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengambilan kuisioner. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan kuisioner online. Penelitian lapangan yang dilakukan

32 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Rajawali Pers, 2013, hlm 118 dan 119.

33 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke-8, Jakarta, Penerbit Rajawali Pers, 2009, hlm. 41.

(36)

melalui pedoman wawancara pada narasumber: Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar dan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar, serta angket atau kuisioner dari masyarakat Kota Pematangsiantar.

4. Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisa dengan teknik analisis metode kualitatif, yakni dengan menguraikan semua data menurut mutu, sifat gejala dan peristiwa hukumnya.

Dilanjutkan dengan melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan tersebut agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempersatukan hukum yang ada.34 Data yang diperoleh berupa data sekunder dari Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar serta wawancara mendalam pada Pejabat yang ada di instansi tersebut, kemudian dikaitkan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk dibahas, dianalisa dan ditarik kesimpulan yang pada akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.

Kedudukan angket/kuisioner dan wawancara sebagai data penunjang/pendukung, bukan sebagai data utama untuk menarik kesimpulan. Karena 27 responden yang mengisi angket belum mewakili

34 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009, hlm. 24 dan 25.

(37)

populasi penduduk Kota Pematangsiantar, sehingga tetap digunakan data sekunder untuk menyeimbangkan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam melakukan pembahasan pada skripsi ini, penulis membagi dalam 5 (lima) bab yang tata urutan sistematikanya sebagai berikut:

BAB I : Terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian skripsi, diikuti dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.

BAB II : Analisis Yuridis Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 dan PermenPANRB Nomor 25 Tahun 2020 terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang sub-babnya terdiri dari Pelayanan Publik: Pelayanan Prima oleh Penyelenggara Pelayanan Publik, Pelanggaran dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Standar Kualitas Pelayanan Publik yang Ideal, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

BAB III : Pengaruh Reformasi Birokrasi terhadap Good Governance menurut Konsep Hukum Administrasi Negara yang sub- babnya terdiri dari Good Governance Menurut Hukum Adminsitrasi Negara, Perkembangan Reformasi Birokrasi di Indonesia dari Masa ke Masa dalam Peraturan

(38)

Perundang-undangan: Reformasi Birokrasi Tahun 2010- 2014, Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019, dan Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024; serta Strategi Reformasi Birokrasi di Indonesia untuk Mewujudkan Good Governance Ditinjau dari Peraturan Perundang- undangan.

BAB IV : Upaya Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik yang sub- babnya terdiri dari Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Pematangsiantar: Peningkatan Kinerja Birokrasi, Urgensi Pelayanan Publik terhadap Reformasi Birokrasi, Penilaian Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Pematangsiantar, dan Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Pematangsiantar Menuju Good Governance; serta Pelayanan Publik Pemerintah Kota Pematangsiantar:

Standar Pelayanan DPMPTSP Kota Pematangsiantar Berdasarkan Keputusan Kepala DPMPTSP, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pemerintah Kota Pematangsiantar Berdasarkan Hasil Wawancara, Penilaian Pelayanan Publik Pemerintah Kota Pematangsiantar, dan Sasaran Pemerintah Kota Pematangsiantar.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

(39)

BAB II

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI UU NO.

25 TAHUN 2009 DAN PERMENPANRB NO. 25 TAHUN 2020

(40)

A. Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif.35 Didasarkan pada Undang-undang, pelayanan publik mengarah pada pelayanan umum yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Namun masalah-masalah pelayanan publik yang didukung dengan birokrasi lamban dan berbelit-belit mengakibatkan masyarakat apatis terhadap pelayanan publik.36

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pada Pasal 1 menyatakan bahwa subjek dari penyelenggaraan publik adalah penyelenggara pelayanan publik dan pelaksana pelayanan publik. Perbedaan dari kedua subjek tersebut ialah:

a. Dalam Pasal 1 angka 2 penyelenggara pelayanan publik (Penyelenggara) adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang- undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

b. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 5 pelaksana pelayanan publik (Pelaksana) adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

35 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009, Op. cit, Pasal 1 angka 1.

36 Tyas Dian Anggraeni, Op. cit, hlm. 423.

(41)

Kemudian yang menjadi objek dalam penyelenggaraan pelayanan publik adalah masyarakat yang berdasarkan Pasal 1 poin 6 dapat diambil pengertiannya yakni seluruh pihak baik warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik.

Pasal 5 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 dijelaskan mengenai ruang lingkup pelayanan publik yang terbagi menjadi 3 jenis pelayanan, yakni:37

a. Pelayanan barang publik

Berdasarkan Pasal 5 ayat (3) pelayanan barang publik dapat berupa pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah, BUMN dan/atau BUMD, serta oleh badan usaha yang kekayaannya bukan milik negara dan daerah tetapi ketersediannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan.

b. Pelayanan atas jasa publik

Berdasarkan Pasal 5 ayat (4) pelayanan atas jasa publik dapat berupa penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah, BUMN dan/atau BUMD, serta oleh badan usaha yang kekayaannya bukan milik negara dan daerah tetapi ketersediannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

c. Pelayanan administratif

37 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009, Op. cit, Pasal 5

(42)

Berdasarkan Pasal 5 ayat (7) pelayanan administratif dapat berupa tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda; serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

Sesuai dengan Pasal 5 ayat (5), ketiga ruang lingkup pelayanan publik di atas harus memenuhi skala kegiatan yang didasarkan pada ukuran besaran biaya tertentu yang digunakan.

Pelayanan publik menjadi suatu urgensi dalam kehidupan bernegara dan harus diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan karena mempertimbangkan alasan-alasan sebagai berikut:38

a. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Demi membangun kepercayaan masyarakat atas penyelenggaraan pelayanan publik yang seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara;

c. Upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara melalui norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas;

38 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009, Op. cit, hlm. 1 bagian menimbang

(43)

d. Upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik serta memberi perlindungan dari penyalahgunaan wewenang melalui pengaturan hukum yang mendukung.

Penyelenggaraan pelayanan publik berupa kegiatan analisis kebijakan, manajemen keuangan, manajemen SDM, manajemen informasi, hingga hubungan keluar harus memperhatikan asas-asas berikut ini: Kepentingan umum; Kepastian hukum; Kesamaan hak; Keseimbangan hak dan kewajiban; Keprofesionalan; Partisipatif; Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; Keterbukaan; Akuntabilitas; Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; Ketepatan waktu; Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan yang seluruhnya diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang RI No. 25 Tahun 2009. Jika aparatur pemerintah daerah melakukan penyimpangan terhadap asas-asas tersebut, maka terdapat kecenderungan terjadinya penyimpangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang juga mempengaruhi kualitas dan kinerja pelayanan publik.39

Oleh karena itu dalam pelaksanaan pelayanan publik juga perlu diterapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik dengan tujuan sebagai berikut:40

1) Mewujudkan kejelasan hubungan hak, kewajiban, tanggung jawab, serta kewenangan seluruh pihak dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

39 Dian Kus Pratiwi, Mekanisme dan Implikasi Desentralisasi Pelayanan Publik terhadap Wewenang Pemerintah Daerah ditinjau dari Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Jurnal Yuridis, Vol. 1, No. 1, Juni 2014, hlm. 79.

40 Solechan, Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik dalam Pelayanan Publik, Administrative Law & Governance Journal, Vol. 2, No. 3, Agustus 2019, hlm. 553.

(44)

2) Menyesuaikan sistem penyelenggaraan pelayanan publik dengan asas- asas umum pemerintahan yang baik;

3) Menyesuaikan penyelenggaraan pelayanan publik dengan peraturan perundang-undangan terkait;

4) Mewujudkan kepastian hukum serta perlindungan bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Masyarakat menilai pelayanan publik cenderung lama, berbelit-belit, persyaratannya rumit, dan hal lainnya yang jelas memperlemah posisi tawar masyarakat sehingga masyarakat tidak dapat berkontribusi terhadap produk layanan. 41 Padahal dalam rangka pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik dibutuhkan partisipasi masyarakat, budaya hukum, dan kesadaran masyarakat. Bukan hanya sekedar bertumpu pada aspek substansi dan struktur hukum.42

Hal ini didukung oleh hasil kajian beberapa lembaga survei, bahwa kinerja penyelenggara pelayanan publik masih jauh dari cita-cita Undang- Undang Pelayanan Publik. Dipandang dari sisi pola penyelenggaraan, pemerintah dianggap tidak prima dalam hal respon, koordinasi, bahkan cenderung inefisien. Buruknya pelayanan publik dapat dilihat dari tingkat diskriminasi yang tinggi, tingkat kepuasan masyarakat dan aksesibilitas

41 Nuria Siswi, Kualitas Pelayanan Publik dalam Perizinan di PTSP Kantor BPMP2T Kabupaten Boyolali, Jurnal Law and Justice, Vol. 1, No.1, Oktober 2016. hlm. 16.

42 Asep Suparman, Penegakan Hukum terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 31, No.2, September 2014, hlm. 181.

(45)

pelayanan publik yang rendah, layanan yang tidak pasti, hingga pelayanan yang bertendensi sebagai komoditas.43

Hasbullah Malau dalam jurnal Yusnani Hasjimzum berpendapat bahwa untuk meningkatkan pelayanan publik, pemerintah daerah sebaiknya merubah paradigma berpikir dilayani, memerintah dan menguasai menjadi melayani, responsif, transparan, akuntbel, komunikatif hingga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan publik. 44 Sependapat dengan Hasbullah, Karjuni Dt. Maani mengemukakan bahwa penyelenggara pelayanan publik harus bertanggungjawab dalam menjalankan wewenangnya karena publik melalui DPR berhak mengontrol dan meminta pertanggungjawaban aparat pemerintah.45 Seharusnya di era desentralisasi ini, birokrat sadar bahwa pelayanan adalah semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan dimanifestasikan melalui perubahan paradigma di atas.46

1. Pelayanan Prima oleh Penyelenggara Pelayanan Publik dalam PermenPANRB No. 25 Tahun 2020

Pelayanan prima berbeda dengan pelayanan pada umumnya. Dapat dilihat dari upaya untuk menonjolkan kemampuan, sikap, perhatian hingga tanggung jawab yang terkoordinasi dengan baik dengan orientasi pada

43 Didik Sukriono, Penguatan Budaya Hukum dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik sebagai Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol.

1, No. 2, 2014, hlm. 230.

44 Yusnani Hasjimzum, Model Demokrasi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.14, No.3, September 2014, hlm. 445-446.

45 Ibid

46 Wahyu Ramadhani, Op. cit, hlm. 271.

(46)

kepentingan masyarakat.47 Menurut Gasperz dalam jurnal Yayat Rukayat terdapat enam dari sepuluh indikator pelayanan publik yang baik, yang jika dipenuhi dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Karena kepuasan masyarakat merupakan tolak ukur dari keberhasilan pelayanan publik. Enam kriteria tersebut ialah: 1) Kepastian waktu pelayanan; 2) Akurasi pelayanan; 3) Kesopanan dan keramahan; 4) Tanggung jawab; 5) Kelengkapan; dan 6) Kemudahan mendapatkan pelayanan.48

Menurut Osborn dan Gaebler dalam buku Atep Adya Barata terdapat beberapa prinsip dalam pelayanan publik, di antaranya sebagai berikut:49 1) Pemerintah cukup sebagai penggerak dalam berbagai urusan

pemerintahan.

2) Tidak senantiasa melayani, pemerintah secara optimal harus dapat memberdayakan seluruh lapisan masyarakat.

3) Pemerintah hendaknya dapat menyuntikkan ide pembangunan melalui kegiatan kompetisi yang ditujukan untuk kebebasan berkarya berbagai lapisan masyarakat. Kemudian, hasil dan masukannya dapat ditampung untuk berkembangnya pemerintahan.

4) Pemerintah harus mampu mengantisipasi dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

47 Atep Adya Barata, Dasar-dasar Pelayanan Prima: Persiapan Membangun Budaya Pelayanan Prima untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003, hlm. 26.

48 Yayat Rukayat, Kualitas Pelayanan Publik Bidang Administrasi Kependudukan di Kecamatan Pasirjambu, Jurnal Ilmiah Magister Ilmu Administrasi, Vol. 11, No. 2, Juni 2017, hlm.

57.

49 Ely Kartikaningdyah, Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik pada BP2T Kota Tanjungpinang, Jurnal Integrasi, Vol. 4, No. 2, Oktober 2012, hlm. 139.

(47)

5) Pemerintah harus mampu menyerahkan sebagian urusannya melalui prinsip desentralisasi agar tim kerja pemerintahan lebih potensial.

6) Pemerintah harus meminimalisir kecenderungan penyelewengan kekuasaan dan korupsi melalui perubahan orientasi pasar.

Sesuai dengan visi reformasi birokrasi yakni “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, maka harus diwujudkan beberapa acuan dalam mencapai visi tersebut. Salah satu acuannya yang juga merupakan hasil yang diharapkan dari reformasi birokrasi adalah menyelenggarakan pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.50 Kata prima dalam pelayanan prima diambil dari bahasa inggris at a premium atau to be at a premium yang jika dikembangkan memiliki arti bahwa pelayanan prima merupakan pelayanan yang bermutu tinggi dan sangat memuaskan.51

Pemberian pelayanan publik merupakan perwujudan dari fungsi ASN sebagai abdi masyarakat yang meliputi ruang lingkup: melayani, mengayomi, dan menumbuhkan prakarsa serta peran aktif masyarakat.

Masyarakat berperan dalam pembangunan sebagai pelaksana (rowing) dan pemerintah sebagai pengendalinya (steering).52

Pada zaman kerajaan dahulu birokrat dikenal dengan istilah abdi dalem, bukan abdi kawula (abdi rakyat), yang artinya birokrat dibentuk untuk

50 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010, Op. cit, Bagian Lampiran, hlm 13-16.

51 Nurmah Semil, Pelayanan Prima Instansi Pemerintah: Kajian Kritis pada Sistem Pelayanan Publik di Indonesia, Cetakan ke-1, Kencana, Jakarta, 2018, hlm.1.

52 Kridawati Sadhana, Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik, Citra Malang, Malang, 2010, hlm. 133-134

(48)

mengurus kepentingan kerajaan bukan kepentingan rakyat. Pola pikir seperti ini diteruskan di masa kolonial yang memposisikan birokrat sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan, bukan untuk mensejahterakan rakyat.53 Merubah paradigma pelayanan yang diikuti dengan perubahan kultur, sikap dan perilaku aparatur pemerintah membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Dalam hal ini diharapkan pelayanan tidak hanya menjadi sekedar wacana, namun harus diimplementasikan dengan sepenuh hati dan perlu disadari bahwa para aparatur pemerintah dituntut untuk memberi pelayanan prima agar mendapatkan kepercayaan masyarakat.54 Karena muara dari reformasi birokrasi adalah kualitas pelayanan publik yang prima didasarkan pada prinsip bahwa penyelenggara melaksanakan tugas-tugas pelayananan publik demi terwujudnya tata kelola pemerintah yang baik (good governance).55

Berdasarkan teori The New Public Service yang dikembangkan oleh Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt, setiap warga negara memiliki hak mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan diikuti dengan perlindungan atas hak-haknya oleh negara. Sebelumnya Albert Hirschman mengemukakan teori Exit and Voice yang berarti jika pelayanan publik tidak berkualitas, maka warga negara berkesempatan untuk memilih

53 Agus Dwiyanto, Reformasi Birokrasi Kontekstual: Kembali ke Jalur yang Benar, Cetakan kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 289.

54 Ida Hayu Dwimawanti, Kualitas Pelayanan Publik: Salah Satu Parameter Keberhasilan Otonomi Daerah, Jurnal Dialogue Universitas Diponegoro, Vol. 1, No. 1, Januari 2004, hlm. 114.

55 Ridwan Mansyur, Keterbukaan Informasi di Peradilan dalam Rangka Implementasi Integritas dan Kepastian Hukum, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 4, No. 1, Maret 2015, hlm. 97.

(49)

lembaga penyelenggaraan pelayanan publik yang lain, serta berkesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasan kepada penyelenggara pelayanan publik.56

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan ruh dari konsep negara kesejahteraan yang dianut oleh negara Indonesia. Maka secara filosofi, penyelenggaraan pelayanan publik diadakan dengan tujuan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial. Sedangkan secara yuridis, Indonesia telah memiliki cukup banyak peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yakni Undang- Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang diikuti dengan peraturan pelaksananya dan didukung oleh peraturan perundang- undangan terkait lainnya. Kemudian secara sosiologis, terdapat indikasi kurang optimalnya penyelenggaraan pelayanan publik yang dibuktikan dengan penilaian hasil survey kepatuhan standar pelayanan publik oleh Ombudsman pada tahun 2018, yang mengungkap hanya 50% pemerintah daerah kabupaten dan/atau kota yang telah memenuhi standar.57

2. Pelanggaran dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 dilandaskan oleh berbagai peraturan perundang-undangan yang berada di

56 Robi Cahyadi Kurniawan, Inovasi Kualitas Pelayanan Publik Pemerintah Daerah, Fiat Justitia Journal of Law, Vol. 10, No. 3, Juli-September 2016, hlm. 570.

57 Kadek Cahya Susila Wibawa, Urgensi Keterbukaan Informasi dalam Pelayanan Publik sebagai Upaya Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Administrative Law &

Governance Journal, Vol. 2, No. 2, Juni 2019, hlm. 221-222.

(50)

atasnya. Salah satu yang penulis soroti ialah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi. Pemerintah memiliki komitmen untuk membenahi proses pelayanan publik melalui penataan kebijakan dan regulasi. Bahkan Pemerintah turut meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan Korupsi melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption. Pemerintah sendiri beranggapan bahwa korupsi dapat berdampak pada pelayanan publik yang tidak optimal.58

Peraturan-peraturan tersebut tidak ada mengatur tentang jenis-jenis pelanggaran dalam pelaksanaan pelayanan publik, hanya mengistilahkannya dengan perilaku maladministrasi. Menurut Joko Widodo dalam buku Kridawati Sadhana, Maladministrasi dapat berupa suatu praktek yang menyimpang dari etika administrasi atau dapat disebut juga sebagai suatu praktek administrasi yang menjauhkan dari pencapaian tujuan administrasi.59

Siska Barimbing mengkategorikan penyakit birokrasi di Indonesia dalam empat bentuk, yakni:60

1) Tidak transparan;

58 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 108, hlm. 1 dan 5.

59 Kridawati Sadhana, Op. cit, hlm. 320.

60 Siska Barimbing, Transparansi dan Reformasi Birokrasi di Sumatera Utara, Makalah disampaikan pada Web-Seminar Tantangan Reformasi Birokrasi di Indonesia: Kualitas Pelayanan Publik dalam Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional, diselenggarakan oleh Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 6 November 2020, hlm. 2.

Referensi

Dokumen terkait

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) akan meluncurkan satelit milik sendiri dengan investasi sebesar US$220 juta, dari negara Republik Guyana pada Juni tahun depan.. Satelit tersebut

 Menjelang awal tahun pelajaran, guru mata pelajaran sejenis pada satuan pendidikan melakukan : pengembangan indikator pencapaian KD, penyusunan rancangan

al-Ra’d: 11, yaitu pengawasan dan bimbingan dari orang tua sebagai solusi pertama yang mampu memotivasi peserta didik, pemenuhan sarana belajar baik di rumah

[r]

No. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran tersebut sesuai melalui penerapan metode belajar PQRST berorientasi model pembelajaran kooperatif, sehingga dapat diserap dengan

Teknik yang digunakan dalam menganalisis peta kebutuhan prototipe laman “pendidikan lingkungan hidup” (baik komponen gerakan cinta lingkungan maupun

1 tahun 2010, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika akan melaksanakan Diklat Supervisi Akademik Pengawas Sekolah In Service

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei dengan mengambil kasus pada konsumen yang berada di enam kecamatan di Kota Bogor yang membeli produk es krim