DAMPAK PELATIHAN KEJAR USAHA
TERHADAP PENGEMBANGAN BERWIRASWASTA PERCETAKAN SABLON DI SKB KENDAL
T E S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Konsentrasi Pelatihan
Oleh
S A N T O S O NIM: 989520
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul:
"Dampak Pelatihan Kejar Usaha Terhadap Pengembangan Berwiraswasta
Percetakan Sablon Di SKB Kendal" beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
ciri-ciri yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 29 Agustus 2000
Yang Membuat Pernyataan
LEMBAR PENGESAHAN
TELAH DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed
Pembimbing II
6ecuaU (lout citttuk falew, JUdctfunu.
(*Kedu<z onaMfy taa&ci)
Ttntufa 'Kedua oteut^ taa6u, 'Kduewqa 'Koetoto-, Ss4cteut l&tni&u tftuty
tenfaui& Senfa "Kedua tutaMcc
t/ifa "MfaAancU&A (&elam<vt odcuty taAm. 6e <S7
/tutia, /tfcdlKafandCfaiABSTRAK
SKB sebagai salah satu lembaga pendidikan yang menangani Pendidikan Luar . Sekolah, mempunyai kewajiban untuk bersama-sama mengatasi permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat, yaitu keterbelakangan dan kemiskinan yang melanda masyarakat dewasa ini, yang di akibatkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dapat di jadikan sumber mata pencaharian. Kenyataan yang ada saat ini yaitu kurangnya pengembangan pelatihan yang mengarah pada peningkatan dan penciptaan lapangan kerja baru. Penyelenggaraan pelatihan yang berkembang, tidak lain hanya pada pemenuhan program atas dasar kebijakan pimpinan, dengan demikian pelatihan tidak berorientasi pada pencapaian tujuan program, serta tidak adanya evaluasi dampak atau tindak lanjut bagi para lulusan setelah kembali ke lapangan. Hal ini menjadi permasalahan yang harus di pecahkan. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendiskripsikan, proses pelaksanaan pelatihan yang meliputi penentuan kebutuhan pelatihan, kriteria warga belajar, sumber belajar dan fasilitator, perumusan tujuan, mated dan metode, proses pmbelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan berwiraswasta, dan aspirasi para lulusan, serta dampak pelatihan kejar usaha percetakan sablon.
Sebagai bahan kajian dan dasar pijakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian ini, merujuk pada bahan-bahan pustaka antara lain: Konsep dasar Pendidikan Luar Sekolah, Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat, Konsep Pelatihan, Sikap Kewiraswastaan, Kejar Usaha. Dampak, Motivasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, dengan subyek penelitian para lulusan pelatihan, sumber belajar dan pamong belajar SKB Kendal. Pengumpulan data di gunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang di lakukan secara simultan sehingga dapat saling melengkapi. Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri (human resources)
dan manusia kunci (keyperson). Analisis data digunakan model analisis interaktif
dengan langkah-langkah pengumpulan data, penyederhanaan data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk pemantapan kepercayaan dan informasi di lakukan member check, triangulasi dan trial audit. Sedangkan pelaksanaan penelitian meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.
Sebagai hasil analisis data dan pembahasan sekaligus kesimpulan adalah bahwa pelatihan kejar usaha percetakan sablon melibatkan berbagai komponen sistem Pendidikan Luar Sekolah. Alasan warga belajar mengikuti pelatihan, agar dapat memperoleh pekerjaan atau sumber mata pencaharian tetap. Lulusan peserta pelatihan memiliki sikap berwiraswasta. Motivasi, tempat usaha, kemudahan memperoleh bahan-bahan, peralatan, dan permodalan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan berwiraswasta percetakan sablon. Adanya pengaruh positif terhadap individu, keluarga dan kelompok. Kemampuan sikap
berwiraswasta percetakan sablon dapat memberikan keberartian terhadap
penciptaan sumber mata pencaharian.
Rekomendasi penelitian ditujukan kepada penyelenggara pelatihan, para lulusan dan peneliti selanjutnya. Kepada penyelenggara hendaknya dalam
perencanaan pelatihan yang mencakup penetapan kebutuhan belajar, perumusan
tujuan, dan penetapan materi pelatihan melibatkan warga belajar. Dalam rekrutmen peserta maupun penetapan sumber belajar harus di dasarkan pada
persyaratan yang telah di tetapkan. Dalam pembelajaran hendaknya menggunakan
pendekatan andragogi, dan menggunakan metode pembelajaran partisipatif. Setiap akhir pelatihan perlu di tindak lanjuti dengan evaluasi dampak. Bagi para lulusan diharapkan untuk menjadi anggota koperasi dan melakukan pendekatan serta kerja
sama dengan lembaga keuangan untuk pemenuhan kebutuhan permodalan.
Meningkatkan kualitas produksi, pelayanan, pemasaran dan kerja sama antar pengusaha sablon, organisasi sosial, dan dinas instansi terkait. Menerapkan
DAFTARISI
Halaman
PERNYATAAN ; „
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR vi
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH viii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 9
C. Definisi Operasional 10
D. Tujuan Penelitian 16
E. Kegunaan Penelitian 17
F. Kerangka Pemikiran 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Tentang PLS Sebagai Acuan Pelatihan
1. Konsep PLS
a. Pengertian PLS 19
b. Tujuan PLS 20
c. Kelompok Sasaran PLS 21
2. Prinsip Pembelajaran Dalam Program PLS
a. Teori Andragogi 24
b. Proses Pemberdayaan (empowering proses) 29 c. Pendekatan Pembelaj aran dari Srinivasan 30 B. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat
1. Pengertian 32
2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Sepanjang Hayat 34 3. Hakekat Pendidikan Sepanjang Hayat 35 C. Konsep Pelatihan
1. Pengertian 36
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan 39
3. Komponen Pelatihan 42
4. Pengembangan Program Pelatihan 45
5. Prosedur Pelatihan 47
D. Sikap Berwiraswasta 51
E. Pengembangan Berwiraswasta 55
F. Kejar Usaha
1. Pengertian 58
2. Tujuan 60
3. Bentuk Kegiatan Belajar 60
4. Pembentukan Kelompok Belajar 61
5. Dana Belajar Usaha (DBU) 61
G. Dampak 63
H. Motivasi 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 67
B. Subyek Penelitian 70
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian 71
2. Teknik Pengumpulan Data 72
D. Sumber Data 77
E. Analisis Data 77
F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian 79
G. Pelaksanaan Penelitian 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SKB
1. Sejarah SKB Kendal 84
2. Letak Geografis 84
3. Wilayah Kerja 85
4. Ketenagaan 85
5. Organisasi dan Tata Kerja SKB 87
6. Susunan Organisasi 88
B. Gambaran tentang Pelaksanaan Pelatihan Kejar Usaha Percetakan Sablon
1. Masukan Sarana 89
2. Masukan Mentah 92
3. Masukan Lingkungan 93
4. Proses 94
5. Keluaran 97
6. Masukan Lain 98
7. Pengaruh 99
C. Deskripsi Hasil Penelitian 99
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Proses Pelatihan Kejar Usaha percetakan sablon di
SKB Kendal 132
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
berwiraswasta percetakan sablon 136
3. Pengaruh Pelatihan kejar usaha percetakan sablon 144
E. Temuan Penelitian 151
F. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi bagi Sumbangan Keilmuwan 154
2. Kemanfaatan Penelitian 155
3. Tindak Lanjut Hasil Penelitian 156
G. Keterbatasan Hasil Penelitian 157
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 158
B. Rekomendasi 160
DAFTAR PUSTAKA 166
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat Pendidikan Ketenagaan di SKB Kendal 85 2. Kepangkatan, Golongan Ketenagaan di SKB Kendal 86
3. Susunan Materi Pelatihan KBU Percetakan Sablon 90
4. Tingkat Pendidikan Pelatih/Sumber Belajar 91
5. Tingkat Pendidikan Warga Belajar 92
6. Usia Warga Belajar 92
7. Jadwal Materi Pelatihan 95
8. Hasil Pretes dan Postest Peserta Pelatihan 97
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Fase-fase Penelitian 38
2. Hubungan Fungsional Antara Komponen-Komponen PLS 45
3. Komponen Analisis Data Model Intraktif 79
4. Bagan Langkah-langkah Penelitian 83
5. Bagan Struktur Organisasi SKB 88
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Penelitian 170
2. Pedoman Wawancara 171
3. Permohonan Ijin Penelitian 172
4. Surat Keterangan Penelitian 173
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih hidup pada taraf dibawah
garis kemiskinan, yang disebabkan tidak dimilikinya kemampuan, pengetahuan
dan keterampilan. Dengan demikian mereka tidak mempunyai mata pencaharian tetap, yang menyebabkan taraf hidupnya rendah.
Faktor kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, dapat ditumbuh
kembangkan melalui upaya pendidikan, karena pada hakekatnya pendidikan
memiliki fungsi untuk mengembangkan potensi manusia agar tumbuh menjadi
yang terbaik bagi dirinya, dan juga lingkungannya.
Seperti halnya dengan negara-negara di dunia ketiga masyarakat Indonesia sebagian besar masih menghadapi masalah keterbelakangan serta masalah kemiskinan (ignorance and poverty). Sebagaimana yang dikatakan Napitupulu dalam tulisannya menyatakan bahwa sebagian negara yang sedang berkembang, kita menghadapi masalah-masalah yang hampir bersama-sama; masalah pertambahan penduduk, masalah kemiskinan terutama dipedesaan, masalah buta huruf dan masalah keterlantaran pendidikan bagi sebagian anak usia sekolah (Napitupulu, 1980: 60).
pokok seperti makanan, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, kesempatan pendidikan, transportasi dan komunikasi serta kesejahteraan sosial pada umumnya. Karakteristik lain yang mewarnai kehidupan penduduk yang miskin secara material itu adalah tingginya angka kelahiran, kualitas gizi yang rendah, keadaan sanitasi yang buruk serta berkembangnya berbagai kebiasaan hidup dan cara bekerja yang tidak produktif.
Dari konteks tersebut diatas, jelaslah bahwa penanganan keterbelakangan dan kemiskinan berada pada manusia itu sendiri. Untuk itu sangat perlu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memerlukan penanganan secara serius, baik keterlibatan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan guna meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
Faktor lain yang juga mempengaruhi dalam penanganan keterbelakangan dan kemiskinan karena penyebaran penduduk yang tidak merata dan seimbang, yang pada akhirnya kurang optimalnya pemanfaatan sumber-sumber alam maupun ketenagakerjaan. Sumber-sumber alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang berlimpah, letak geografis yang menguntungkan, serta iklim yang menunjang kesuburan tanah. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mengolah sumber-sumber alam yang
ada.
mengangkat derajat kehidupan masyarakat dari kemiskinan. Dengan demikian pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia. Dengan pendidikan menjadikan manusia Indonesia bermututinggi dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional dan kemajuan kehidupan bangsa (Sunarto, 1998: 57).
Diantara aspirasi atau tujuan nasional yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Upaya yang strategis untuk mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah pendidikan dalam arti luas. Pasal 31 UUD 1945 menegaskan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan (pengajaran). Namun kenyataannya masih sebagian dari penduduk yang dapat menggunakan kesempatan tersebut atas haknya.
Sebagai implikasinya dengan lahirnya UU No. 2 tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional, yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk menyelenggarakan pendidikan dilakukan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan.
tingkat pendidikan tertentu dan masih ingin menambah pengetahuan atau
keterampilan tertentu karena adanya tuntutan sebagai akibat kemajuan
pembangunan, pendidikan luar sekolah melaksanakan "continuing education" dalam bentuk kursus-kursus. Disamping itu pendidikan keluarga melalui pendidikan orang tua yang merupakan bagian terpadu dari peranan pendidikan luar sekolah (Soedijarto, 1994: 4).
Untuk menjangkau kebijakan tersebut diperlukan operasionalisasi pendidikan dengan melibatkan semua pihak, baik lembaga pemerintah mapun dari pihak lembaga swasta, swadaya masyarakat dan keluarga. Sebagaimana ditegaskan pada peraturan pemerintah RI No. 39 Tahun 1992 tentang peran serta masyarakat berfungsi ikut memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan pendidikan nasional. Dan dilihat dari aspek tujuannya seperti yang tertuang dalam PP RI No. 39 tahun 1992 pasal: 3 adalah peran serta masyarakat bertujuan mendayagunakan kemampuan yang ada pada masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sebagai upaya untuk menggali dan menumbuhkembangkan kreativitas warga masyarakat dibidang ekonomi, yang diselenggarakan oleh PLS, yang
dipusatkan di tingkat .desa dengan cara membentuk kelompok-kelompok belajar
usaha (KBU). Kejar usaha merupakan suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat untuk mengejar ketinggalan dibidang usaha dengan cara bekerja, belajar dan berusaha, guna memperoleh mata pencaharian sebagai sumber penghasilan yang layak. Sedangkan dilihat dari tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap masyarakat agar mampu mengusahakan mata pencaharian sebagai sumber penghasilan serta sumber kesejahteraan hidupnya.
Kejar Usaha merupakan salah satu program penghapusan kemiskinan menitik beratkan pada pendidikan dan pelatihan berusaha bagi warga masyarakat yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah atau miskin, dalam sistem penyelenggaraannya perlu lebih dimantapkan dan difokuskan pada peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan warga belajar agar dapat mengelola usaha-usaha kecil yang pada gilirannya mampu mengembangkan diri sebagai warga
masyarakat yang terbebas dari kemiskinan.
Agar dicapainya tujuan tersebut, terlebih dahulu perlu adanya pelatihan KBU bagi warga masyarakat yang memiliki kebutuhan dan minat yang sama untuk belajar pada bidang keterampilan tertentu, hal ini bertujuan agar warga belajar memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan
Hasil pelatihan diharapkan warga belajar memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap berwiraswasta dalam mengusahakan suatu mata
pencaharian sebagai sumber penghasilan untuk kesejahteraan hidupnya. Hal ini
ditunjukan adanya perubahan dinamika untuk melakukan kegiatan ekonomi, berkembangnya tingkat penghasilan maupun berkembangnya kewiraswastaan yang diwujudkan dalam suatu kegiatan kelompok belajar usaha.
Keberhasilan pelatihan tersebut tidak terlepas dari; 1) ketepatan didalam
menentukan kebutuhan dan permasalahan yang dirasakan mendesak oleh warga
belajar, serta kesiapan sumber belajar yang mau dan mampu menyampaikan
materi keterampilan yang diinginkan oleh warga belajar. 2) Materi dan metode yang digunakan dalam pelatihan, dengan demikian sumber belajar atau pelatih
harus mengetahui metode apa yang dianggap paling cocok dengan materi yang
akan disampaikan, 3) perumusan tujuan belajar dengan melibatkan warga belajar,
4) dan bagaimana proses pelatihannya itu dilaksanakan. 5) serta keikutsertaan warga belajar mengevaluasi hasil belajarnya.
Sebagaimana yang diungkapkan Lyra Srinivasan dalam H.D. Sudjana (1993 : 50), sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk: a) mengidentifikasi kebutuhan, b) merumuskan tujuan belajar, c) ikutserta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan d) ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar.
seperti efektivitas dirinya untuk merespon obyek sikap kewiraswastaan, banyak ditentukan oleh karakteristik pribadinya, motivasi berwiraswasta dan pengetahuan
yang dimilikinya. Faktor eksternal adalah orang-orang atau hal-hal, peristiwa
diluar diri warga belajar yang mempengaruhi arah tindakan sikap dan perilaku kewiraswastaan, seperti pengaruh sosial ekonomi, keluarga dan masyarakat. Pengaruh eksternal yang lain seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, seperti dukungan potensi alam yang memberi kemudahan terhadap penyediaan bahan baku bagi pengembangan usaha, letak usaha yang strategis, serta terpenuhinya fasilitas pembelajaran yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan dan sumber-sumber yang memungkinkan terhadap pemenuhan kebutuhan. Kesiapan dana usaha akan membantu kelancaran usaha dan meningkatkan produktivitas usahanya, dana usaha juga dapat memotivasi warga belajar untuk lebih memantapkan usahanya.
Melalui pelatihan KBU disamping untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diharapkan pula baik individu maupun kelompok dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam berbagai bentuk kegiatan usaha, seperti membuka usaha baru, mengembangkan kepada orang lain sebagai upaya untuk mengusahakan mata pencaharian sebagai sumber penghasilan serta sumber
kesejahteraan hidupnya.
menghadapi tantangan yang lebih besar bagi usaha yang masih bertarap pengembangan hasil belajar diperlukan sikap mental dan keterampilan kewiraswastaan yang optimal. Harapan pembinaan dan pengembangan kewiraswastaan adalah peningkatan kemampuan dengan memanfaatkan setiap peluang usaha untuk mempercepat kemampuan kewiraswastaan yang handal.
Adapun program pengembangan kewiraswastaan bagi KBU adalah;
1) melalui pemberdayaan kekuatan modal usaha dalam bentuk pinjaman dengan tempo tertentu dan bimbingan usaha berkelanjutan, 2) hubungan atau pembinaan usaha merupakan pemberdayaan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
kewiraswastaan, serta, 3) keterlibatan instansi terkait dalam pembinaan untuk
menciptakan jalinan pembinaan yang dapat memberikan stimulasi dan
kemudahan-kemudahan didalam penyelenggaraan dan pengelolaan serta
pemasaran hasil usaha.
Pembentukan KBU didasarkan atas; 1) kebutuhan yang dirasakan bersama, 2) kesatuan minat dan hasrat untuk belajar bersama, 3) keserasian antar anggota
dalam kelompok, 4) kesanggupan dan kesediaan untuk belajar berkelompok
sampai berhasil, 5) jarak tempat tinggal sesama warga belajar berdekatan.
Karakteristik utama KBU adalah adanya dua jenis kegiatan yang saling
berkaitan yaitu kegiatan belajar dan kegiatan usaha, beranggotakan 3 sampai 5
mendapatkan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap yang
selaras dengan tuntutan kegiatan bekerja, berusaha dan belajar.
Pengertian belajar dan bekerja menurut Soedijarto adalah: Pertama
kegiatan belajar keterampilan tertentu yang sekaligus diterapkan kegiatan usaha
tertentu, untuk menambah penghasilan. Kedua, belajar keterampilan tertentu yang
langsung dipraktekan dalam kegiatan industri atau jasa untuk mempercepat
penguasaan keterampilan yang dipelajari. Ketiga, pekerja atau tenaga atau pegawai yang belajar keterampilan tertentu untuk meningkatkan produktivitas
kerja.
Dalam proses pembelajaran tersebut diperlukan evaluasi dampak dari
pelatihan tersebut mengingat evaluasi memiliki peran penting untuk dapat
mengetahui apakah tujuan pelatihan sudah dicapai, apakah hasil pelatihan dapat diterapkan oleh peserta, dan dari evaluasi itu kita dapat menyempumakan atau memperbaiki atas kekurangan-kekurangan didalam pelatihan itu sendiri, serta tindak lanjut apa yang harus diperbuat bagi peserta pelatihan
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah di dalam melaksanakan pelatihan berdasarkan permasalahan dan
kebutuhan warga belajar ?
2. Apakah warga belajar, fasilitator dan sumber belajar yang akan terlibat dalam pelatihan harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan ?
10
4. Materi dan metode apa yang digunakan dalam pelatihan ? 5. Bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan ?
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan' pengembangan
berwiraswasta percetakan sablon ?
7. Bagaimana aspirasi para lulusan pelatihan terhadap pengembangan berwiraswasta percetakan sablon ?
C. Definisi Operasional.
Penelitian ini berjudul "Dampak Pelatihan Kejar Usaha Terhadap
Pengembangan Berwiraswasta Percetakan Sablon di SKB Kendal" Untuk
memperjelas arah penelitian dan perumusan masalah maka akan dijelaskan secara singkat pengertian-pengertian dari judul tersebut.
1. Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi kebutuhan pelatihan (needs assesment) adalah proses pengumpulan informasi atau data tentang kebutuhan atau permasalahan. Identifikasi pelatihan tujuannya adalah untuk menentukan atau mengetahui secara pasti kebutuhan atau permasalahan yang dapat diatasi melalui pelatihan.
11
Dari pengertian tersebut, identifikasi kebutuhan pelatihan dalam penelitian ini adalah proses pengumpulan informasi atau data tentang kebutuhan atau permasalahan yang ditetapkan untuk menentukan kebutuhan yang diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh warga belajar dalam pelatihan
KBU.
2. Warga belajar, Sumber belajar dan fasilitator.
Pengertian Warga Belajar dalam penelitian ini adalah peserta didik yang sedang mengikuti pelatihan kejar usaha percetakan sablon. Sumber belajar adalah warga masyarakat yang bersedia menjadi sumber pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mengusahakan mata pencaharian. (Direktorat Dikmas, 1987:46). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sumber belajar adalah orang yang di tunjuk sebagai sumber belajar dalam pembelajaran atau membantu proses belajar dalam pelatihan Kejar Usaha. Adapun pengertian Fasilitator dalam penelitian ini adalah orang atau lembaga yang mau dan mampu menfasilitasi kegiatan
pembelajaran dalam pelatihan kejar usaha di SKB Kendal.
3. Kriteria.
Pengertian kriteria dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah ukuran
yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu (Balai Pustaka, 1991:531).
Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria menjadi warga belajar adalah: Pendidikan minimal SD/sederajat, umur 18-35 tahun, belum memiliki pekerjaan tetap, memiliki minat untuk berwiraswasta, di tugaskan dari kepala desa dengan
bagi warga belajar adalah memiliki minat yang sama dalam pengembangan usaha percetakan sablon. Sedangkan untuk kriteria keberhasilan mengikuti pelatihan adalah kehadiran mengikuti pelatihan 75%, menguasai materi minimal berkategori cukup baik. Adapun kriteria keberhasilan warga belajar lainnya adalah:
a. Bidang Produksi.
Mengetahui bahan dan peralatan produksi.
- Dapat memilih dan mengolah bahan serta menggunakan dan memelihara
alat produksi.
Memiliki kreatifitas dan jiwa kewiraswastaan.
b. Bidang pemasaran.
Mengetahui kebutuhan konsumen, cara dan jalur pemasaran serta keadaan
harga pemasaran.
- Dapat berkomunikasi dengan konsumen, mempromosikan dan menjual
hasil produksi.
- Memiliki kepekaan dan hubungan baik dengan konsumen dan memanfaatkan jalur distribusi.
c. Bidang penghasilan.
Memiliki mata pencaharian dan tabungan untuk meningkatkan kehidupan.
Penghasilan bertambah dan memadai.
4. Tujuan belajar.
13
belajar, b) Tuajuan di jadikan dasar untuk pemilihan dan pengadaan unsur-unsur belajar yang tepat, c) Tujuan itu adalah sebagai tolok ukur dalam evaluasi kegiatan belajar, dalam arti bahwa kegiatan belajar itu baik apabila hasil belajar itu telah membawa warga abelajar kepada belajar yang telah di tetapkan. (Sudjana, 1993: 153). Menurut Tyler dalam Sudjana, (1993:153) bahwa tujuan belajar itu merupakan tolok ukur yang menentukan untuk pemilihan sarana belajar, merinci isi atau materi pelajaran, mengembangkan kegiatan belajar dan menyiapkan alat-alat evaluasi kegiatan belajar.
Tujuan belajar berfungsi sebagai pengaruh kegiatan belajar dan pengukur efektivitas pencapaian hasil kegiatan belajar. Sebagai pengarah kegiatan belajar, tujuan belajar itu menjadi rujukan utama bagi seluruh proses kegiatan belajar. Sebagai pengukur efektivitas pencapaian hasil kegiatan belajar, bahwa dengan adanya tujuan belajar maka warga belajar dapat mengetahui dan merasakan tingkat perubahan tingkah laku, sebagaimana di rumuskan dalam tujuan belajar, yang telah mereka capai melalui kegiatan belajar.
Dari pengertian, fungsi tujuan tersebut di atas, maka di dalam merumuskan tujuan warga belajar perlu di libatkan, sebagaimana bahwa dalam perumusan tujuan belajar di lakukan untuk memotivasi warga belajar. Keterlibatan warga belajar dalam merumuskan tujuan sebagai salah satu bentuk pembelajaran
partisipatif.
5. Materi dan metode Pelatihan.
14
tujuan yang diinginkan. Adapun indikator materi disini menyangkut hal-hal:
a) Kesesuaian antar materi latihan dengan kebutuhan nyata peserta. b) Manfaat materi latihan bagi kehidupan peserta.
Metode adalah pengorganisasian warga belajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Sudjana, 1993 : 11) sedangkan dalam kamus besar Indonesia metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan metode sebagai indicator disini menggunakan metode partisipatif. 1) keikutsertaan dalam perencanaan kegiatan belajar, 2) keikutsertaan
dalam pelaksanaan pelatihan dan 3) keikutsertaan dalam penilaian kegiatan
belajar.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diatas dapat didefinisikan bahwa metode adalah prosedur yang disusun secara teratur dan logis yang dituangkan
dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa unsur-unsur metode mencakup prosedur, sistematik dan efektivitas untuk mencapai tujuan.
6. Pelaksanaan Pembelajaran
15
Membelajarkan dapat diartikan sebagai upaya membantu agar seseorang melakukan belajar. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ditandai oleh keikutsertaan warga belajar berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam penyelenggaraan program kegiatan belajar membelajarkan. Tugas warga belajar adalah belajar sedangkan tagung jawabnya mencakup keterlibatan mereka didalam upaya membina dan mengembangkan kegiatan belajar yang telah disepakati dan ditetapkan bersama pada saat penyusunan program. Dalam proses ini mencakup; 1) kerja sama yang saling menghargai antara sesama warga belajar dan warga belajar dengan pelatih atau sumber belajar, 2) adanya tukar menukar pengalaman sesama warga belajar, 3) warga belajar aktif dalam kegiatan pelatihan, 4) mempraktekan materi dalam pelatihan.
7. Faktor-faktoryang mempengaruhikeberhasilan berwiraswasta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan disini diartikan sebagai pendukung keberhasilan pelaksanaan pelatihan, termasuk didalamnya: Faktor internal seperti: a) Pengetahuan, b) motivasi, c) sikap.
Faktor eksternal yang dijadikan dalam penelusuran pendekatan ini adalah,
hubungan tempat kerja. 1) Status sosial ekonomi keluarga, 2) Lingkungan tempat
tinggal, 3) Umur, 4) Dana Pelatihan.
8. Aspirasi.
Pengertian aspirasi dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991:62) yaitu
16
pengetahuan dan keterampilan di bidang usaha percetakan sablon, dengan harapan pengetahuan dan keterampilan yang telah di miliki dapat di jadikan sumber mata pencaharian tetap atau di perolehnya pekerjaan tetap. Dengan memiliki pekerjaan tetap pendapatan akan meningkat, yang pada akhirnya kesejahtraan dapat tercapai.
D. Tujuan Penelitian.
Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah:
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik tentang dampak pelatihan kejar usaha terhadap pengembangan berwirausaha percetakan sablon di SKB Kendal Kabupaten Kendal. Temuan penelitian diharapkan mampu memberi masukan berarti bagi SKB, pamong belajar, perencana, tenaga kependidikan dan pengelola program pendidikan luar sekolah dalam mencari alternatif peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan warga belajar. Sejalan dengan tujuan tersebut, secara khnsus
penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Mengungkap dan mendiskripsikan kebutuhan pelatihan kejar usaha percetakan
sablon.
2. Mengungkap dan mendiskripsikan kriteria warga belajar, sumber belajar dan
fasilitator.
3. Mengungkap dan mendiskripsikan keterlibatn warga belajar dalam
merumuskan tujuan belajar.
17
5. Mengungkap dan mendiskripsikan proses pembelajaran dalam pelatihan kejar
usaha percetakan sablon.
6. Mengungkap dan mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pengembangan berwiraswasta percetakan sablon.
7. Mengungkap dan mendiskripsikan aspirasi para lulusan terhadap
pengembangan berwiraswasta percetakan sablon.
E. Kegunaan Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara konseptual teoritis, maupun secara praktis di lapangan. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi SKB, perencana, tenaga kependidikan dan pengelola program pendidikan luar sekolah, dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, memperkaya dan menunjang konsep
pembelajaran dalam PLS.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan
bagi tenaga pengelola dan pelaksana program pelatihan, khusus pamong belajar
SKB dalam upayanya menyempumakan program kelompok belajar usaha
F. Kerangka Pemikiran.
Evaluasi dampak pelatihan merupakan evaluasi jangka panjang, yaitu setelah selang beberapa waktu dari berakhimya program pelatihan. Pada evaluasi dampak dapat berupa dampak yang diharapkan atau positif dan dampak yang
18
Tanpa evaluasi dampak suatu kegiatan pelatihan tidak akan berarti. Karena
penyelenggaraan pelatihan tidak dapat menilai, apakah tujuan pelatihan sudah
tercapai dan dapat diterapkan oleh peserta atau tidak. Selain itu pula dengan
evaluasi dampak dapat diketahui aspek-aspek yang perlu disempumakan dan
dipertahankan, untuk penyelenggaraan pelatihan mendatang, serta tindak lanjut
yang harus diperbuat bagi lulusan pelatihan.
Dalam pelatihan mencakup beberapa aspek, materi pelatihan, metode,
kemampuan pelatih, dan sarana prasarana. Aspek-aspek tersebut berpengaruh
terhadap output pelatihan. Sedangkan untuk melihat output pelatihan hanya dapat
dilihat dari dampak yang ditimbulkan. Pada kontek ini dampak pelatihan kejar
usaha percetakan sablon dapat dilihat setelah para lulusan berada di lapangan,
apakah mereka memanfaatkan keterampilannya berdasarkan keterampilan yang
dipelajari pada waktu mengikuti pelatihan atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Adapun dampak yang ingin dilihat adalah dampak pelatihan terhadap
pengembangan berwiraswasta percetakan sablon, baik terhadap keluarga, individu maupun kelompok. Untuk melihat dampak tersebut, maka peneliti memperhatikan pula input, proses dan output, sebagai pijakan awal untuk mengevaluasi dampak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran secara mendalam tentang
"Dampak Pelatihan KBU Terhadap Pengembangan Berwiraswasta" dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara penelitian studi kasus. Adapun
metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Penggunaan metode penelitian
dengan pendekatan ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian yaitu untuk
mendiskripsikan dan menganalisa tentang dampak pelatihan KBU terhadap
pengembangan berwiraswasta percetakan sablon di SKB Kendal.
Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengukur populasi secara statistik
kuantitatif. Dengan mendiskripsikan dan menganalisa data yang diperoleh
diharapkan dapat menemukan dampak dari hasil pelatihan KBU tersebut. Dengan
demikian penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.
Pendekatan kualitatif dianggap sesuai untuk permasalahan penelitian ini,
dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan
responden, 3) lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy J
Moleong, 1991 : 5).
68
Hal yang diamati dalam penelitian ini terkait secara langsung dengan
permasalahan aktual yang dihadapi responden saat ini.
Bogdan dan Taylor (1975 : 5) mendefinisikan
metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan
ini diarahkan pada latar individu secara holistik (utuh). Nasution (1992: 5)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan
demikian pendekatan kualitatif pada umumnya lebih melihat proses dari pada
produk dari obyek penelitiannya, sedangkan kuantitatif lebih melihat pada
produknya. (Noeng Muhadjir, 1990 : 49).
Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif, dikemukakan oleh Bogdan dan
Biklen (1982 : 27-29) ada lima karakteristik yaitu: 1) Sumber data dalam
penelitian kualitatif ialah situasi yang wajar atau natural setting dan peneliti
merupakan instrumen kunci, 2) riset kualitatif bersifat deskriptif, 3) riset kualitatif
lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata, 4) periset
kualitatif cenderung menganalisa data secara induktif, 5) makna merupakan soal
esensial bagi pendekatan kualitatif.
Dari ciri-ciri tersebut diatas, ditambahkan sesuai dengan pendapat
Nasution menjadi 16 karakteristik yaitu yang ke 6) mengutamakan data langsung
atau "first hand", 7) triangulasi, artinya data atau informasi dari satu pihak harus
69
8) menonjolkan rincian konseptual, artinya data tidak dipandang lepas-lepas, akan
tetapi saling berkaitan dan merupakan suatu keseluruhan atau struktur, 9) subyek
yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, 10) mengutamakan
perspektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, 11) verifikasi,
antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif, 12) sampling yang
purposif, artinya metode naturalistik tidak menggunakan sampling random atau
acak dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak, disesuaikan dan
dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian, 13) menggunakan "audit trail" artinya
jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan sesuai dengan data yang
dikumpulkan, 14) partisipasi tanpa mengganggu, artinya memperoleh situasi
yang "natural" atau wajar, peneliti hendaknya jangan menonjolkan diri dalam
melakukan observasi, 15) mengadakan analisis sejak awal penelitian, dan
selanjutnya sepanjang melakukan penelitian itu, 16) desain penelitian tampil
dalam proses penelitian,....
Bertitik tolak dari pengertian tersebut diatas maka dalam upaya
menemukan fakta dan data secara ilmiah, maka peneliti menetapkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, untuk itu peneliti
berusaha mengarahkan diri didalam melakukan penelitian sesuai dengan
karakteristik-karakteristik tersebut diatas yaitu; pertama, mengambil data dalam suasana yang wajar, tanpa manipulasi (rekayasa) situasi, kedua, data diambil sesuai denagan fokus kajian, dan menggali informasi setuntas mungkin
(redudant), ketiga, laporan penelitian disusun secara deskriptif dengan
70
terus menerus untuk mencari niakna yang bersifat kontektual atau sesuai dengan
persepsi subyek yang diteliti, Mima, menarik kesimpulan melalui proses
verifikasi serta triangulasi.
B. Subyek Penelitian
Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang menyangkut datanya dari
kasus, dan sebagai studi yang mendalam tentang subyek penelitian serta berjangka
waktu yang relatif lama. Karenanya keanekaragaman responden lebih diutamakan,
agar informasi-informasi yang beraneka ragam dan lebar dapat diperoleh, yang
padaakhirnya dicapai kedalaman penggalian masalah.
Untuk unit analisis penelitian ini adalah warga belajar lulusan pelatihan
KBU percetakan sablon yang diselenggarakan oleh SKB Kendal, dan mereka
yang telah membuka usaha percetakan sablon yang tergabung dalam KBU. Dalam
satu KBU terdiri dari 3-5 orang, sedangkan yang akan dijadikan subyek
penelitian adalah 3 KBU yang terdiri dari 2 KBU diwilayah kecamatan Gemuh
dan 1 KBU di wilayah kecamatan Cepiring. Agar diperoleh data penelitian yang
mendalam, serta mengingat keterbatasan waktu, maka jumlah subyek penelitian
ditentukan sebanyak 6 orang yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1)
Warga belajar lulusan pelatihan KBU yang diselenggarakan oleh SKB Kendal. 2)
Pendidikan minimal tamat SD. 3) Usia minimal 18-35 tahun.
Penelitian terhadap responden didasarkan atas perkembangan usaha
mereka yaitu KBU yang mengalami kemajuan dan mengembangkan usaha kearah
71
responden memiliki kelebihan dan keistimewaan berdasarkan pada perkembangan
usahanya.
Untuk keperluan triangulasi, sebagai pelengkap informasi, peneliti
memanfaatkan pula para informan, yaitu mereka yang dipandang dapat
memberikan informasi penting atau tambahan terhadap responden yang diteliti,
yaitu dengan mempertimbangkan menurut rancangan "sampling purpossif atau
sampling bertujuan yang meliputi; Kepala SKB, Pamong Belajar SKB, dan para
pelanggan atau para pengguna jasa percetakan sablon, tokoh masyarakat.
Disamping itu digunakan pula pendekatan "snow ball sampling" yaitu informan
diminta untuk menunjuk informan lain yang dianggap dapat memberikan
informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian.
Instrumen pengumpul data di kembangkan oleh peneliti sendiri
berdasarkan
arah
penelitian
yang
akan
diperoleh,
serta
dengan
mempertimbangkan kemungkinan hal-hal yang berkembang dalam realitas
penelitian. Peneliti melakukan interaksi secara langsung dengan situasi dan
lingkup permasalahan penelitian, hal ini dilakukan dalam upaya untuk
menemukan fakta dan informasi atau data, maka peneliti langsung sebagai
instrumen penelitian, yaitu peneliti sebagai alat untuk merekam informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Namun demikian meskipun peneliti sebagai
72
dalam pengumpulan data yang diharapkan dalam penelitian, peneliti melengkapi
dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan kelengkapan-kelengkapan
yang mendukung penelitian tersebut.
2. Teknik Pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Observasi, wawancara secara mendalam (defth interview) dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keadaan atau situasi nyata dari kasus
yang diamati, yaitu situasi sosial yang muncul dari dampak pelatihan KBU. Cara
ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat, faktual dan sesuai dengan
konteknya. Adapun yang dimaksud dengan situasi sosial dalam penelitian ini
ditunjukan dalam bentuk;
a.
Lokasi atau tempat kegiatan KBU dan pengembangan berwiraswasta yang
dilakukan oleh warga belajarlulusan pelatihan KBU.
b.
Individu atau pelaku yang berperan dalam kegiatan KBU, pembinaan dan
pengembangan berwiraswsta, yang meliputi keterampilan berwiraswasta yang ditunjukan oleh kemampuannya dalam mengelola usahanya.
e. Kegiatan atau aktivitas para warga belajar KBU, dilokasi atau ditempat
berlangsungnya kegiatan KBU.
d. Lingkungan serta peran serta terhadap pengembangan berwiraswasta
dilingkungannya.
Dalam melakukan observasi diharapkan adanya pengaruh dan hambatan
73
observasi akan terwujud proses yang interaktif antara peneliti dengan yang diteliti.
Dengan demikian peneliti memandang yang diobservasi sebagai subyek. Apabila
peneliti tidak dapat segera memahami makna sesuatu kejadian dilokasi, peneliti
membantu menjelaskan, sehingga dalam hal tertentu disusun secara bersama-sama antara peneliti dengan subyek. Namun demikian peneliti berusaha tidak mengganggu responden selama melaksanakan penelitian.
Metode observasi ini menggunakan pengamatan atau penginderaan
langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi atau perilaku. Data observasi
berupa deskripsi yang factual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan,
kegiatan manusia, dan situasi sosial, serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu
terjadi. Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung. (Nasution, 1988 : 59).
Observasi partisipasi ini dilakukan dalam teknik pengumpulan data
penelitian merupakan metode untuk mendapatkan data yang lebih banyak,
mendalam dan lebih rinci atau jelas. Untuk menjadi partisipan dan sekaligus
pengamat, maka peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan dari
subyek yang diteliti. Dengan observasi partisipasi ini diharapkan peneliti dapat
bertindak sebagai "orang dalam" dan "orang luar".
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan secara mendalam langsung terhadap responden
dan para informan yang mengetahui seluk beluk pelatihan KBU percetakan sablon
dan kegiatan usaha yang ada dilapangan. Selain itu pula wawancara ini dilakukan
74
dipikirkan atau yang dirasakan, yang pernah diketahui atau dipelajari baik
sebelum ataupun sesudah melakukan kegiatan KBU.
Didalam melakukan wawancara dilakukan tiga macam pendekatan yaitu;
1) dalam bentuk percakapan informal, 2) menggunakan lembar berisi garis besar
pokok-pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan, 3)
menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci namun bersifat terbuka yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu yang akan diajukan menurut pertanyaan yang
tercantum.
Dalam penelitian kualitatif teknik wawancara merupakan instrumen utama
untuk mengungkap data. Bogdan dan Taylor (1975), bahwa penelitian kualitatif
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Kemudian data hasil dari wawancara dideskripsikan dan ditafsirkan sesuai dengan latar secara utuh.
Data yang dikumpulkan bersifat data verbal dan data non verbal. Data
verbal diperoleh melalui percakapan dan Tanya jawab, percakapan dicatat dalam
buku tulis atau dapat juga direkam dengan tape recorder. Data non verbal untuk
melihat pesan-pesan bermakna, yang tidak dapat ditangkap oleh alat-alat perekam,
seperti tatapan muka, dan gerak tubuh responden untuk memahami makna ucapan
dalam wawancara.
Agar data yang diperoleh sejalan dengan arah penelitian, peneliti
menggunakan pula pedoman umum wawancara sebagai kerangka konseptual
untuk mengangkat permasalahan penelitian. Kerangka tersebut disusun sebelum
75
diduga akan diperoleh dari responden. Namun demikian pertanyaan-pertanyaan
penelitian tersebut tidak menutup kemungkinan berkembang dilapangan
disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara yang
sebenarnya. Urutan pertanyaan yang tidak dilaksanakan pada waktu itu, dapat
ditanyakan pada kesempatan lain secara mendalam. Jadi walaupun data daftar
pedoman wawancara, dalam pelaksanaannya tidak harus terikat ketat pada
pedoman wawancara.
Tipe wawancara tersebut merupakan gabungan dari wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. (lexy J Moleong, 1991:151) Dan responden
dibebaskan untuk menggunakan tentang perspektifnya menurut pikiran dan
perasaannya sendiri. Informasi ini disebut informasi emic (Nasution, 1988:71). Adapun aspek-aspek yang ditanyakan dalam wawancara tersebut adalah;
1) pengalaman dan perbuatan responden yaitu apa yang telah dikerjakan atau yang
lazim dikerjakannya, 2) pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya
76
3. Studi Dokumentasi.
Teknik ini digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data atau
informasi resmi yang terkait dengan situasi kehidupan social, budaya dan alamiah
yang mendukung terbentuknya KBU terhadap pengembangan kewiraswastaan
percetakan sablon.
Disamping itu studi dokumentasi didalam penelitian ini digunakan untuk
meneliti berbagai hal yang berkaitan dengan persiapan pelatihan dan
pengembangan program pembelajaran yang disusun oleh pamong belajar dan
lembaga yaitu SKB, seperti penyelenggaraan pelatihan, pengelola pelatihan dan
proses pelatihan yang sudah dilaksanakan serta data-data pendukung lainnya,
seperti data statistik yang menyangkut tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian
dan data kependudukan.
Untuk itu hasil studi dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini
sebagai produk nyata yang dapat memberikan jawaban obyektif tentang pelatihan
yang telah dilaksanakan dan dampaknya dari pelatihan tersebut terhadap
pengembangan berwiraswasta yang dilakukan oleh SKB. Selain itu data tersebut dapat digunakan sebagai bahan triangulasi dan member check terhadap kebenaran
data dari keterangan responden.
Studi dokumentasi juga dapat digunakan sebagai pelengkap data, dan
dokumen-dokumen tersebut diharapkan dapat menjadi nara sumber yang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimungkinkan ditanyakan melalui
77
catatan lapangan. Pembuatan catatan lapangan ini segera dilakukan ketika peneliti
memasuki lapangan hingga selesainya penelitian.
Sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (1988 : 93) bahwa catatan lapangan dibuat dalam bentuk, 1) Deskripsi tentang apa yang sesungguhnya
peneliti amati (menurut apa yang dilihat) dan didengar, 2) Mendiskripsikan
komentator, refleksi, pemikiran ataupun pandangan peneliti sendiri tentang apa
yang diamati dan didengar.
D. Sumber Data
Sehubungan dengan metode penelitian kualitatif, maka sumber data yang
dapat diharapkan untuk memberikan informasi data penelitian ini ditetapkan
secara purposive, sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun yang dijadikan sumber data adalah: Manusia sumber (Human resources), manusia kunci (key person) diantaranya, kepala SKB, pamong belajar SKB, danwarga belajar itu sendiri.
Selain sumber data dari manusia juga sumber data dari penyelenggara program pelatihan yang mencakup pengelolaan pelatihan dan proses pelatihan. Data statistik, laporan, dokumentasi dan kepustakaan.
E. Analisis Data
78
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun
data berarti menggolongkan dalam pola, thema atau kategori, karena tanpa
kategori atau klasifikasi data akan terjadi ehaos (tidak bermakna). Tafsiran atau
interprestasi maksudnya memeberikan makna pada analisis, menjelaskan pola atau
kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 1988 : 126).
Dalam penelitian kualitatif, seperti yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1992 : 16) analisis data meliputi tiga langkah pokok yaitu: 1) reduksi
data, 2) penyajian data, 3} penarikan kesimpulan dan verifikasi. Ketiga langkah
ini dilakukan secara terus menerus sejak awal. Data yang diperoleh dari lapangan
segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan analisis.
Pendapat Miles dan Huberman, sama dengan yang diungkapkan oleh
Nasution (1988 : 129) analisis data secara umum mengikuti langkah-langkah
berikut, yaitu: 1) reduksi data, 2) display data, 3) mengambil kesimpulan dan
verifikasi.
79
Kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap
data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering tinibcl dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dituangkan dalam
gambar berikut:
Gambar III - 3
Komponen Analisis Data Model Interaktif
(Sumber: M.B. Miles & A.M. Huberman ,1992 : 20)
F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian.
Untuk pemantapan kepercayaan sangat di perlukan, sebagai ukuran untuk mengetahui apakah suatu penelitian itu berkualitas tinggi atau tidak (Noeng Muhadjir, 1992:80). Dalam penelitian ini, untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkan keabsahan informasi atau data yang di kupulkan selama proses penelitian di lapangan, di lakukan member check, triangulasi dan
80
1. Member check.
Hasil wawancara dengan para lulusan, sumber belajar dan hasil
pengamatan yang terkumpul dan telah tersusun dalam bentuk laporan lapangan di
perlihatkan kepada responden, informan untuk di baca serta di periksa
kebenarannya, yaitu apakah telah sesuai dengan hasil wawancara atau tidak.
Apabila tidak sesuai dengan yang di sampaikan oleh responden atau informan,
maka di lakukan perbaikan secara bersama-sama.
2. Triangulasi.
Untuk melihat suatu tingkat kebenaran data atau informasi, di adakan
triangulasi, di mana data yang di peroleh dari responden masih harus di periksa
lagi kebenarannya pada informan sampai di peroleh suatu kesamaan. Triangulasi
sumber dan metode, yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan
dengan data yang di peroleh dari sumber dan denganmetode lain.
Untuk keperluan triangulasi dan sebagai pelengkap data, maka di
pergunakan tenaga informan lain di luar subyek penelitian, yaitu pihak yang di
duga kuat dapat memberikan data atau informasi tambahan mengenai responden yang di teliti. Adapun pihak informan yang dimaksud adalah: Tokoh formal (Kepala SKB, Ketua RT/RW, Kepala Desa, dan Ketua organisasi) Tokoh informal
(Kyai, tokoh masyarakat), Pamong belajar, anggota keluarga, orang tua dan para
81
3. Trial Audit.
Agar di peroleh kebenaran dan obyektivitas hasil penelitian dilakukan trial audit yaitu dengan melakukan pemeriksaan sekaligus dilakukan konfimiasi untuk
meyakinkan, bahwa hal-hal yang di laporkan dapat di percaya dan sesuai dengan
kondisi di lapangan yang sebenamya. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti
melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Data mentah yang telah terkumpul di rekapitulasi dalam laporan lapangan.
b. Data mentah, di susun dalam bentuk hasil analisis dengan cara, menyeleksi,
kemudian merangkum dalam bentuk diskripsi yang lebih sistematis.
c. Melaporkan seluruh proses penelitian sampai pada penulisan laporan hasil
penelitian.
G. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan
laporan.
1. Tahap persiapan
Pada pelaksanaan penelitian, langkah pertama yang dilakukan adalah pemahaman literature yang berhubungan dengan fokus penelitian yang akan dilaksanakan. Dengan demikian peneliti mencoba mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pengelolaan pelatihan, proses pelatihan dan pengembangan kewiraswastaan serta beberapa permasalahannya melalui studi pendahuluan dengan teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan
82
Langkah selanjutnya peneliti mencoba mendiskripsikan dalam desain
penelitian. Untuk penyempumaan, desain tersebut dikonsultasikan melalui
bimbingan kepada dosen pembimbing akademik. Selanjutnya diajukan kepada
pengelola seminar di PPS IKIP Bandung. Kemudian langkah selanjutnya adalah
memproses surat perijinan sesuai prosedur yang berlaku.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pengumpulan data tentang latar
penelitian secara tepat dengan menggunakan pendekatan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Untuk itu peneliti menjalin hubungan, baik secara formal
maupun informal dengan responden yang akan dimintai keterangan. Fleksibilitas
dan adaptibilitas sangat perlu dipertahankan agar proses pengumpulan data dan
pelaksanaannya berjalan lancar.
Pada tahap pelaksanaan ini juga dilakukan triangulasi yaitu mengecek
kebenaran data untuk menghindari subyektivitas dengan cara menanyakan data
yang sama dari sumber lain, dengan menggunakan metode yang sama atau
berbeda (Nasution, 1988:10). Selain itu dilakukan juga member check untuk
mengkomfirmasikan kebenaran catatan lapangan yang telah dianalisis pada
sumber datanya. Kemudian mendiskripsikan dan menganalisis data lapangan
dengan merujuk kajian teoritis untuk menghasilkan temuan peneliti.
3. Tahap penyusunan laporan
83
(
r
{
PENYUSUNAN
DESAIN
SEMINAR DESAIN
PENGUMPULAN
DATA
PENGUMPULAN DATA KLASIFIKASI
DAN ANALISIS
I
REDUKSI DATAi
KESIMPUILAN DAN
REKOMENDASI
Gambar III - 4.
Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian (Sumber: Euis Djuariah, tesis PPS)
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, serta analisis hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebelum mengikuti pelatihan, pada umumnya peserta pelatihan belum memiliki pekerjaan tetap yang dapat dijadikan sumber mata pencaharian, meskipun mereka sudah bekerja sebagai karyawan pada percetakan sablon maupun di sektor lain, karena pendapatan dan kelangsungan pekerjaannya tidak menjamin atau tidak menentu, maka mereka beranggapan belum memiliki pekerjaan tetap. Disamping itu mereka tidak mendapatkan peningkatan pengetahuan maupun keterampilan. Untuk dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan pekerjaan tetap maka mereka mengikuti pelatihan
percetakan sablon.
2. Sebagian responden telah menunjukan perilaku wiraswasta, akan tetapi kemampuan mereka masih sederhana, terutama dalam menciptakan inovasi-inovasi baru dalam berwiraswasta. Kegiatan usaha umumnya dilakukan atas dasar peniruan terhadap pengusaha percetakan sablon yang berhasil. Usaha yang dilakukan masih bersifat informal dan pengusaha berperan sebagai pengelola sekaligus sebagai tenaga kerjanya. Di lihat secara kuantitas adanya peningkatan produksi yang di tandai dengan peningkatan jumlah pelanggan dan jumlah pesanan. Dalam pemasaran hasil produknya kurang
159
memperhatikan mekanisme manajemen usaha yang efektif dan efesien.
Kemampuan mengembangkan usaha umumnya bergantung kepada kekuatan
fisik. Di lihat dari aspek kualitas rata-rata hasil produksinya berkualitas baik dan cukup bersaing, dengan demikian pelanggan mendapatkan kebebasan untuk menentukan pilihannya, dari kondisi tersebut untuk meraih pangsa pasar lebih banyak di tentukan oleh keahlian melakukan kerja sama dan peningkatan
pelayanan, serta penetapan harga.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan percetakan sablon di antaranya motivasi para lulusan mengembangkan keterampilan yang dimiliki, lokasi usaha, kemudahan memperolehan bahan baku dan peralatan, dan permodalan. Motivasi peserta mengikuti pelatihan adalah : a) Menginginkan
pengetahuan dan keterampilan yang dapat di jadikan sebagai sumber mata
pencaharian, b) Usaha percetakan sablon banyak keuntungannya, mudah mengerjakannya dan mudah memasarkannya, c) Tidak memerlukan tempat usaha yang luas. Tempat usaha berpengaruh terhadap keberhasilan berwiraswasta percetakan sablon, karena lokasi yang strategis akan lebih
mudah di kenal masyarakat umum. Lokasi usaha yang strategis untuk usaha
percetakan sablon adalah dekat dengan jalan raya, mudah dijangkau dari
segala penjuru, dekat dengan lingkungan kantor, sekolah dan pemukiman
160
dorongan dari pimpinan formal. Sedangkan faktor yang menghambat lebih di
dominasi oleh faktor transportasi sebagai alat penunjang aktivitas usaha,
faktor bersifat teknis pemasaran dan mahalnya bahan dan peralatan sablon.
4. Dari hasil penelitian menunjukan-adanya pengaruh positif terhadap individu, yaitu memiliki pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian tetap. Dengan memiliki pekerjaan tetap berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan yang dapat di lihat dari kebersihan pakaian yang di pakai sehari-hari, peningkatan gizi dan kebersihan lingkungan serta adanya persediaan obat-obatan. Disamping itu pula pelatihan percetakan sablon berpengaruh positif terhadap keluarga, yaitu dengan ditunjukannyan peningkatan status sosial ekonomi. Bagi kelompok adanya peningkatan jumlah produksi, peningkatan pendapatan, penambahan jumlah anggota.
5. Kemampuan sikap dan kemampuan berwiraswasta percetakan sablon dapat memberikan keberartian terhadap penciptaan sumber mata pencaharian. Motivasi keterlibatan para lulusan untuk mengembangkan kemampuan usaha percetakan sablon di pengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang tidak seimbang dengan pendapatan yang di perolehnya.
B. Rekomendasi.
161
1. Penyelenggara Pelatihan.
a. Dalam merencanakan pelatihan baik pada penetapan kebutuhan, perumusan
tujuan dan penetapan materi pelatihan, hendaknya peserta pelatihan di
libatkan. Dalam hal ini SKB Kendal belum melaksanakan, untuk itu pada
penyelenggaaraan pelatihan berikutnya di dalam merencanakan pelatihan perlu keterlibatan peserta pelatihan. Perlu di ketahui bahwa pelibatan warga belajar tidak harus mendatangkan calon peserta pelatihan untuk ikut merencanakan, namun dapat menggali kebutuhan pelatihan, dan permasalahan yang di hadapi oleh salon peserta dengan melakukan survey kebutuhan yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan calon peserta, sehingga dapat di ketahui dan di peroleh kebutuhan yang di inginkan. Dengan pelibatan warga belajar dalam perencanaan ini akan di peroleh rencana yang partisipatif, dengan demikian akan terhindar dari ketidak kesesuaian antara materi pelatihan dengan kebutuhan maupun permasalahan yang di hadapi calon peserta. Manfaat lain dari keterlibatan tersebut para lulusan dapat langsung mengimplementasikan keterampilan dan pengetahuan yang di peroleh dalam
pelatihan.
162
ada calon peserta yang tidak memenuhi syarat, agar di kembalikan atau jangan
di terima sebagai peserta pelatihan.
c. Didalam perumusan tujuan hendaknya, di rumuskan bersama antara
penyelenggara, sumber belajar dan peserta, sehingga di peroleh hasil rumusan
tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dalam peningkatan pengetahuan maupun keterampilan warga belajar. Dalam hal ini SKB Kendal
belum melibatkan seluruh unsur dalam merumuskan tujuan belajar.
d. Dilihat dari sasaran pelatihan dan materi pelatihan, maka dalam pembelajaran
lebih tepat menggunakan pendekatan andragogi dan menggunakan metode maupun teknik pembelajaran partisipatif, sebagaimana di ketahui bahwa proses pembelajaran merupakan inti dari pelaksanaan pelatihan. Di samping itu persiapan pelatihan yang mencakup penataan ruang, kelengkapan sarana maupun media belajar perlu mendapatkan perhatian. Sebab keberhasilan pelatihan sangat terkait dengan efektivitas kegiatan pembelajaran dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung pelatihan. Dengan pembelajaran partisipatif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga belajar untuk terlibat
secara aktif dalam pembelajaran. Dari kondisi seperti tersebut akan tercipta
interaksi warga belajar dengan sumber belajar, sesama warga belajar, dan warga belajar dengan pihak penyelenggara. Apabila kondisi ini tercipta akan mendukung pencapaian tujuan pelatihan.
163
untuk melihat hasil pelatihan setelah para lulusan kembali ke lapangan, apakah
pelatihan memiliki nilai manfaat bagi para lulusannya atau tidak, dan di
samping itu untuk memberikan .umpan balik atas kelebihan dan kekurangan pada penyelenggaraan pelatihan. Dari umpan balik tersebut dapat di jadikan dasar pengambilan kebijakan untuk program pelatihan di masa mendatang. f. Setelah para lulusan kembali di tempat masing-masing atau kembali di
lingkungan masyarakat, masih di perlukan pembinaan tindak lanjut. Pembinaan dan tindak lanjut ini di arahkan pada pembinaan berwiraswasta yang meliputi pengolahan usaha, produksi, pemasaran dan pengadministrasian. Di lihat dari permasalahan yang muncul dalam pengembangan berwiraswasta adalah permodalan, mengingat para lulusan masih terbatas dalam pemilikan modal, maka hendaknya penyelenggara dalam hal ini SKB Kendal dengan melalui bentuk pembinaan mengupayakan mitra kerja sama dan membentuk organisasi yang dapat menaimgi para lulusan dalam berwiraswasta, yaitu paguyuban kejar usaha atau organisasi-organisasi lainnya yang berfungsi menaungi kegiatan usaha bagi para lulusan. Di samping itu juga perlu pengenalan kegiatan ekonomi melalui koperasi.
2. Para Lulusan Pelatihan Kejar Usaha.
164
karena itu para lulusan yang membuka usaha atau berwiraswasata percetakan sablon untuk bergabung menjadi anggota koperasi misalnya menjadi anggota KUD, koperasi simpan pinjam, koperasi yang ada di SKB, di samping itu melakukan pendekatan dan kerja sama dengan lembaga keuangan seperti BRI, BKK atau BPR yang dekat dengan lingkungan tempat tinggalnya.
b. Agar dapat mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha percetakan sablon yang sudah mapan dan memiliki modal besar, maka hendaknya para lulusan selalu berupaya meningkatkan kualitas produksi, pelayanan maupun pemasarannya serta meningkatkan hubungan kerja sama dengan sesama pengusaha sablon, organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi politik atau dinas instansi terkait yang dapat mendukung pengembangan usaha percetakan
sablon.
c. Para lulusan hendaknya menerapkan pengolahan usaha yang terorganisir dengan baik dan rapi terutama dalam pengadministrasian, yang selama ini masih di kesampingkan dalam pengolahan usaha percetakan sablon. Pengadministrasian sangat penting untuk menunjang kelancaran pengembangan usaha.
3. Bagi Penelitian Lebih Lanjut.
165
menyeluruh dan mendalam dapat menggambarkan dampak pelatihan. Menyadari
keterbatasan-keterbatasan tersebut, melalui kesempatan ini peneliti menyarankan
kepada peminat dan peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak. (1995). Metodologi Pembelajaran pada pendidikan orang
dewasa. Cipta Intelektual: Bandung.(1996). Strategi Membangun Motivasi Dalam Pembelajaran
Orang Dewasa. AGTA Manunggal Utama . Bandung.
Arif, Zainudin. (1986). Pengembangan Program Latihan. Kurnia. UT : Jakarta.
BPKB Jayagiri. (1996). Pelatihan Berbasis Lapangan. Bandung.
Biklen, , Bogdan, Robert C, dan, Sari Kopp. (1982/ Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston Allyn and Bocan. INC.Bogdan, Robert and Steven J Taylor, (1975). Introduction To Qualitative
Research Methods. John Wiley and Son's, Inc : New York.Depdikbud. (1988). Petunjuk Teknis Program Kejar Paket Adan Program Kejar
Usah., Direktorat Dikmas: Jakarta.
• (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua Balai Pustaka: Jakarta
_. (1992). Teknik Motivasi. Ditjen Diklusepora: Jakarta.
• (1997). SK Mendikbud RI. No. 023/0/1997. Tentang organisasi dan
tata kerja SKB
Direktorat Pendidikan Masyarakat. (1987). Petunjuk Teknis Program Kejar Paket
A Dan Program Kejar Usaha: Jakarta.
. (1994). Petunjuk Teknis Program Kejar Usaha: Jakarta
Doloksaribu, Redya Betty. (1998). Racikan Program PLS Mengatasi
Pengangguran. Visi, No. 05.Th. IV. Diklusepora: Jakarta.
Friedman, Paul G & Elaine, A Yarbough. (1985). Training Strategis. From startto finishy. Prentice Hall-Inc. Englewood cliffs: New Jersey.
Gerungan. W.A. (1991/ Psikologi Sosial. Penerbit. PT. Eresco: Bandung.
167
Geoffrey, Mereditth, et, al. 1992. Kewirausahaan. PT, Pustaka Binawan
Persindo: Jakarta.
Goad, Tom W, (1982). Delivering Effective Training, University Associates: San Diego California
Harbinson, (1973). Human Recources as The Wealth ofNation. Oxford University Press: New York.
Keith, David, (1997). Human Behavior at Work. Organizational Behavior: New Delhi.
Krech, David, et al, Terjemahan Siti Rochman dkk. (1996/ Sosial Attitudes (Sikap Sosial). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud
: Jakarta
Krech. Individual In Society. Mc Grow Hill Book Company, Inc: New York Knowles S, Malcom. (1970). Modern Practice of Adult Education, From
Pedagogy to Andragogy Chicago, FalletPublishing: Chicago.
Moeleong J, Lexy. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Muhammad Fadel. (1992). Industrialisasi dan wiraswasta. PT. Gramedia:
Jakarta.
Muhadjir, Noeng. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin: Yogyakarta.
Mar'at. (1984). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Miles, M.B & Huberman, A.M. (1984). Qualitative Data Analysis. SAGE
Publications: Beverly Hill
Nasir, Moh. (1988). Metode penelitian Indonesia. Ghalia: Jakarta.
Napitupulu, WP. (1977). Nnformal Education Strategis and Management.
Unesco Regional Office For Education In Asia : Bangkok.
Nasutian. (1988). Metodologi enelitian Naturalistic Kualitatif. Tarsito: Bandung. Poerwodarminta, W.J.S. (1976/ Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai
168
Rogers, Alan. (1986). Teaching Adults. Ballmoor, Buckingham, MK, 181xw:
Open University Press Celtic Court 22
R. Bogdan, dan S, Taylor. (1975). Introduction to Qualitative Research Methods.
New York : John Wiley.
Rejeki, Sri. (1991). Pengaruh Latar Belakang Sosial Budaya Terhadap
Perubahan Perilaku Gelandangan Di Perkotaan. (Tesis). PPS. IKIP: Bandung
Sudjana, Djudju. (1996/ PLS: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan
teoripendukung, danAsas. Nusantara Press: Bandung.
. (1993). Strategi Kegiatan belajar Mengajar PLS. Nusantara
Press: Bandung.
(1993). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif Dalam PLS. Nusantara Press: Bandung
Salim, Emil. (1977). Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan.
Yayasan Idayu Press: Jakarta.
Sumohamijoyo Suparman. (1980). Membina sikap mental wiraswasta. Gunung Jati: Jakarta.
. (1978) Pembangunan Masyarakat Pancasila Melalui
Peningkatan Mutu SDM dengan Sistem Pendidikan Sikap Mental Wiraswastaan (TK). Lembaga Bina Wiraswasta: Jakarta.
Soenarto. (1998). Training Needs Assessment (Analisis Kebutuhan Pelatihan) Visi, 05/th. IV. Diklusepora : Jakarta.
Soedijarto. (1990). Kebijakan dan Strategi PLS, Pemuda dan Olahraga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Direktorat Jenderal
Diklusepora: Jakarta.
Siman. (1997). Pengembangan Nilai Kewirasawastaan Dalam Pengembangan Industri Kecil. Desertasi. PPS. IKIP : Bandung.
Simamora, Henry. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. YKPN:
Yogyakarta
Siagian, Sondang P. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara:
169
Soeharto, Bohar, dkk, (1993). PLS Sebagai Jembatan Antara Pendidikan Formal
dan Dunia Kerja. FIP, IKIP : Bandung
Trisnamansyah, Sutaryat. (1986). Pendidikan Kemasyarakatan. (PLS). FIP. IKIP :
Bandung.
Tjiptono, Fandi dan Anatasia, Diana. (1998). Total Quality Management, Andi
Affset: Yogyakarta
Ya'qub, Hamzah. (1984). Menuju Keberhasilan Manajemen Dan Kepemimpinan. Cetakan Pertama. CV Diponegoro: Bandung