• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PELATIHAN KEJAR USAHA TERHADAP PENGEMBANGAN BERWIRASWASTA PERCETAKAN SABLON DI SKB KENDAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PELATIHAN KEJAR USAHA TERHADAP PENGEMBANGAN BERWIRASWASTA PERCETAKAN SABLON DI SKB KENDAL."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PELATIHAN KEJAR USAHA

TERHADAP PENGEMBANGAN BERWIRASWASTA PERCETAKAN SABLON DI SKB KENDAL

T E S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Konsentrasi Pelatihan

Oleh

S A N T O S O NIM: 989520

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul:

"Dampak Pelatihan Kejar Usaha Terhadap Pengembangan Berwiraswasta

Percetakan Sablon Di SKB Kendal" beserta seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

ciri-ciri yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 29 Agustus 2000

Yang Membuat Pernyataan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TELAH DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed

Pembimbing II

(4)

6ecuaU (lout citttuk falew, JUdctfunu.

(*Kedu<z onaMfy taa&ci)

Ttntufa 'Kedua oteut^ taa6u, 'Kduewqa 'Koetoto-, Ss4cteut l&tni&u tftuty

tenfaui& Senfa "Kedua tutaMcc

t/ifa "MfaAancU&A (&elam<vt odcuty taAm. 6e <S7

/tutia, /tfcdlKafandCfai
(5)

ABSTRAK

SKB sebagai salah satu lembaga pendidikan yang menangani Pendidikan Luar . Sekolah, mempunyai kewajiban untuk bersama-sama mengatasi permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat, yaitu keterbelakangan dan kemiskinan yang melanda masyarakat dewasa ini, yang di akibatkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dapat di jadikan sumber mata pencaharian. Kenyataan yang ada saat ini yaitu kurangnya pengembangan pelatihan yang mengarah pada peningkatan dan penciptaan lapangan kerja baru. Penyelenggaraan pelatihan yang berkembang, tidak lain hanya pada pemenuhan program atas dasar kebijakan pimpinan, dengan demikian pelatihan tidak berorientasi pada pencapaian tujuan program, serta tidak adanya evaluasi dampak atau tindak lanjut bagi para lulusan setelah kembali ke lapangan. Hal ini menjadi permasalahan yang harus di pecahkan. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendiskripsikan, proses pelaksanaan pelatihan yang meliputi penentuan kebutuhan pelatihan, kriteria warga belajar, sumber belajar dan fasilitator, perumusan tujuan, mated dan metode, proses pmbelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan berwiraswasta, dan aspirasi para lulusan, serta dampak pelatihan kejar usaha percetakan sablon.

Sebagai bahan kajian dan dasar pijakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian ini, merujuk pada bahan-bahan pustaka antara lain: Konsep dasar Pendidikan Luar Sekolah, Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat, Konsep Pelatihan, Sikap Kewiraswastaan, Kejar Usaha. Dampak, Motivasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, dengan subyek penelitian para lulusan pelatihan, sumber belajar dan pamong belajar SKB Kendal. Pengumpulan data di gunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang di lakukan secara simultan sehingga dapat saling melengkapi. Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri (human resources)

dan manusia kunci (keyperson). Analisis data digunakan model analisis interaktif

dengan langkah-langkah pengumpulan data, penyederhanaan data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk pemantapan kepercayaan dan informasi di lakukan member check, triangulasi dan trial audit. Sedangkan pelaksanaan penelitian meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.

Sebagai hasil analisis data dan pembahasan sekaligus kesimpulan adalah bahwa pelatihan kejar usaha percetakan sablon melibatkan berbagai komponen sistem Pendidikan Luar Sekolah. Alasan warga belajar mengikuti pelatihan, agar dapat memperoleh pekerjaan atau sumber mata pencaharian tetap. Lulusan peserta pelatihan memiliki sikap berwiraswasta. Motivasi, tempat usaha, kemudahan memperoleh bahan-bahan, peralatan, dan permodalan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan berwiraswasta percetakan sablon. Adanya pengaruh positif terhadap individu, keluarga dan kelompok. Kemampuan sikap

berwiraswasta percetakan sablon dapat memberikan keberartian terhadap

penciptaan sumber mata pencaharian.

(6)

Rekomendasi penelitian ditujukan kepada penyelenggara pelatihan, para lulusan dan peneliti selanjutnya. Kepada penyelenggara hendaknya dalam

perencanaan pelatihan yang mencakup penetapan kebutuhan belajar, perumusan

tujuan, dan penetapan materi pelatihan melibatkan warga belajar. Dalam rekrutmen peserta maupun penetapan sumber belajar harus di dasarkan pada

persyaratan yang telah di tetapkan. Dalam pembelajaran hendaknya menggunakan

pendekatan andragogi, dan menggunakan metode pembelajaran partisipatif. Setiap akhir pelatihan perlu di tindak lanjuti dengan evaluasi dampak. Bagi para lulusan diharapkan untuk menjadi anggota koperasi dan melakukan pendekatan serta kerja

sama dengan lembaga keuangan untuk pemenuhan kebutuhan permodalan.

Meningkatkan kualitas produksi, pelayanan, pemasaran dan kerja sama antar pengusaha sablon, organisasi sosial, dan dinas instansi terkait. Menerapkan

(7)

DAFTARISI

Halaman

PERNYATAAN ; „

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 9

C. Definisi Operasional 10

D. Tujuan Penelitian 16

E. Kegunaan Penelitian 17

F. Kerangka Pemikiran 17

(8)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Tentang PLS Sebagai Acuan Pelatihan

1. Konsep PLS

a. Pengertian PLS 19

b. Tujuan PLS 20

c. Kelompok Sasaran PLS 21

2. Prinsip Pembelajaran Dalam Program PLS

a. Teori Andragogi 24

b. Proses Pemberdayaan (empowering proses) 29 c. Pendekatan Pembelaj aran dari Srinivasan 30 B. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat

1. Pengertian 32

2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Sepanjang Hayat 34 3. Hakekat Pendidikan Sepanjang Hayat 35 C. Konsep Pelatihan

1. Pengertian 36

2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan 39

3. Komponen Pelatihan 42

4. Pengembangan Program Pelatihan 45

5. Prosedur Pelatihan 47

D. Sikap Berwiraswasta 51

E. Pengembangan Berwiraswasta 55

(9)

F. Kejar Usaha

1. Pengertian 58

2. Tujuan 60

3. Bentuk Kegiatan Belajar 60

4. Pembentukan Kelompok Belajar 61

5. Dana Belajar Usaha (DBU) 61

G. Dampak 63

H. Motivasi 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 67

B. Subyek Penelitian 70

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian 71

2. Teknik Pengumpulan Data 72

D. Sumber Data 77

E. Analisis Data 77

F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian 79

G. Pelaksanaan Penelitian 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SKB

1. Sejarah SKB Kendal 84

2. Letak Geografis 84

3. Wilayah Kerja 85

(10)

4. Ketenagaan 85

5. Organisasi dan Tata Kerja SKB 87

6. Susunan Organisasi 88

B. Gambaran tentang Pelaksanaan Pelatihan Kejar Usaha Percetakan Sablon

1. Masukan Sarana 89

2. Masukan Mentah 92

3. Masukan Lingkungan 93

4. Proses 94

5. Keluaran 97

6. Masukan Lain 98

7. Pengaruh 99

C. Deskripsi Hasil Penelitian 99

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses Pelatihan Kejar Usaha percetakan sablon di

SKB Kendal 132

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan

berwiraswasta percetakan sablon 136

3. Pengaruh Pelatihan kejar usaha percetakan sablon 144

E. Temuan Penelitian 151

F. Implikasi Hasil Penelitian

1. Implikasi bagi Sumbangan Keilmuwan 154

2. Kemanfaatan Penelitian 155

3. Tindak Lanjut Hasil Penelitian 156

G. Keterbatasan Hasil Penelitian 157

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 158

B. Rekomendasi 160

DAFTAR PUSTAKA 166

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Pendidikan Ketenagaan di SKB Kendal 85 2. Kepangkatan, Golongan Ketenagaan di SKB Kendal 86

3. Susunan Materi Pelatihan KBU Percetakan Sablon 90

4. Tingkat Pendidikan Pelatih/Sumber Belajar 91

5. Tingkat Pendidikan Warga Belajar 92

6. Usia Warga Belajar 92

7. Jadwal Materi Pelatihan 95

8. Hasil Pretes dan Postest Peserta Pelatihan 97

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fase-fase Penelitian 38

2. Hubungan Fungsional Antara Komponen-Komponen PLS 45

3. Komponen Analisis Data Model Intraktif 79

4. Bagan Langkah-langkah Penelitian 83

5. Bagan Struktur Organisasi SKB 88

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Penelitian 170

2. Pedoman Wawancara 171

3. Permohonan Ijin Penelitian 172

4. Surat Keterangan Penelitian 173

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih hidup pada taraf dibawah

garis kemiskinan, yang disebabkan tidak dimilikinya kemampuan, pengetahuan

dan keterampilan. Dengan demikian mereka tidak mempunyai mata pencaharian tetap, yang menyebabkan taraf hidupnya rendah.

Faktor kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, dapat ditumbuh

kembangkan melalui upaya pendidikan, karena pada hakekatnya pendidikan

memiliki fungsi untuk mengembangkan potensi manusia agar tumbuh menjadi

yang terbaik bagi dirinya, dan juga lingkungannya.

Seperti halnya dengan negara-negara di dunia ketiga masyarakat Indonesia sebagian besar masih menghadapi masalah keterbelakangan serta masalah kemiskinan (ignorance and poverty). Sebagaimana yang dikatakan Napitupulu dalam tulisannya menyatakan bahwa sebagian negara yang sedang berkembang, kita menghadapi masalah-masalah yang hampir bersama-sama; masalah pertambahan penduduk, masalah kemiskinan terutama dipedesaan, masalah buta huruf dan masalah keterlantaran pendidikan bagi sebagian anak usia sekolah (Napitupulu, 1980: 60).

(16)

pokok seperti makanan, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, kesempatan pendidikan, transportasi dan komunikasi serta kesejahteraan sosial pada umumnya. Karakteristik lain yang mewarnai kehidupan penduduk yang miskin secara material itu adalah tingginya angka kelahiran, kualitas gizi yang rendah, keadaan sanitasi yang buruk serta berkembangnya berbagai kebiasaan hidup dan cara bekerja yang tidak produktif.

Dari konteks tersebut diatas, jelaslah bahwa penanganan keterbelakangan dan kemiskinan berada pada manusia itu sendiri. Untuk itu sangat perlu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memerlukan penanganan secara serius, baik keterlibatan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan guna meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

Faktor lain yang juga mempengaruhi dalam penanganan keterbelakangan dan kemiskinan karena penyebaran penduduk yang tidak merata dan seimbang, yang pada akhirnya kurang optimalnya pemanfaatan sumber-sumber alam maupun ketenagakerjaan. Sumber-sumber alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang berlimpah, letak geografis yang menguntungkan, serta iklim yang menunjang kesuburan tanah. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mengolah sumber-sumber alam yang

ada.

(17)

mengangkat derajat kehidupan masyarakat dari kemiskinan. Dengan demikian pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia. Dengan pendidikan menjadikan manusia Indonesia bermututinggi dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional dan kemajuan kehidupan bangsa (Sunarto, 1998: 57).

Diantara aspirasi atau tujuan nasional yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Upaya yang strategis untuk mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa adalah pendidikan dalam arti luas. Pasal 31 UUD 1945 menegaskan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan (pengajaran). Namun kenyataannya masih sebagian dari penduduk yang dapat menggunakan kesempatan tersebut atas haknya.

Sebagai implikasinya dengan lahirnya UU No. 2 tahun 1989 tentang

sistem pendidikan nasional, yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk menyelenggarakan pendidikan dilakukan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan.

(18)

tingkat pendidikan tertentu dan masih ingin menambah pengetahuan atau

keterampilan tertentu karena adanya tuntutan sebagai akibat kemajuan

pembangunan, pendidikan luar sekolah melaksanakan "continuing education" dalam bentuk kursus-kursus. Disamping itu pendidikan keluarga melalui pendidikan orang tua yang merupakan bagian terpadu dari peranan pendidikan luar sekolah (Soedijarto, 1994: 4).

Untuk menjangkau kebijakan tersebut diperlukan operasionalisasi pendidikan dengan melibatkan semua pihak, baik lembaga pemerintah mapun dari pihak lembaga swasta, swadaya masyarakat dan keluarga. Sebagaimana ditegaskan pada peraturan pemerintah RI No. 39 Tahun 1992 tentang peran serta masyarakat berfungsi ikut memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan pendidikan nasional. Dan dilihat dari aspek tujuannya seperti yang tertuang dalam PP RI No. 39 tahun 1992 pasal: 3 adalah peran serta masyarakat bertujuan mendayagunakan kemampuan yang ada pada masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(19)

Sebagai upaya untuk menggali dan menumbuhkembangkan kreativitas warga masyarakat dibidang ekonomi, yang diselenggarakan oleh PLS, yang

dipusatkan di tingkat .desa dengan cara membentuk kelompok-kelompok belajar

usaha (KBU). Kejar usaha merupakan suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat untuk mengejar ketinggalan dibidang usaha dengan cara bekerja, belajar dan berusaha, guna memperoleh mata pencaharian sebagai sumber penghasilan yang layak. Sedangkan dilihat dari tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap masyarakat agar mampu mengusahakan mata pencaharian sebagai sumber penghasilan serta sumber kesejahteraan hidupnya.

Kejar Usaha merupakan salah satu program penghapusan kemiskinan menitik beratkan pada pendidikan dan pelatihan berusaha bagi warga masyarakat yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah atau miskin, dalam sistem penyelenggaraannya perlu lebih dimantapkan dan difokuskan pada peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan warga belajar agar dapat mengelola usaha-usaha kecil yang pada gilirannya mampu mengembangkan diri sebagai warga

masyarakat yang terbebas dari kemiskinan.

Agar dicapainya tujuan tersebut, terlebih dahulu perlu adanya pelatihan KBU bagi warga masyarakat yang memiliki kebutuhan dan minat yang sama untuk belajar pada bidang keterampilan tertentu, hal ini bertujuan agar warga belajar memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan

(20)

Hasil pelatihan diharapkan warga belajar memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap berwiraswasta dalam mengusahakan suatu mata

pencaharian sebagai sumber penghasilan untuk kesejahteraan hidupnya. Hal ini

ditunjukan adanya perubahan dinamika untuk melakukan kegiatan ekonomi, berkembangnya tingkat penghasilan maupun berkembangnya kewiraswastaan yang diwujudkan dalam suatu kegiatan kelompok belajar usaha.

Keberhasilan pelatihan tersebut tidak terlepas dari; 1) ketepatan didalam

menentukan kebutuhan dan permasalahan yang dirasakan mendesak oleh warga

belajar, serta kesiapan sumber belajar yang mau dan mampu menyampaikan

materi keterampilan yang diinginkan oleh warga belajar. 2) Materi dan metode yang digunakan dalam pelatihan, dengan demikian sumber belajar atau pelatih

harus mengetahui metode apa yang dianggap paling cocok dengan materi yang

akan disampaikan, 3) perumusan tujuan belajar dengan melibatkan warga belajar,

4) dan bagaimana proses pelatihannya itu dilaksanakan. 5) serta keikutsertaan warga belajar mengevaluasi hasil belajarnya.

Sebagaimana yang diungkapkan Lyra Srinivasan dalam H.D. Sudjana (1993 : 50), sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk: a) mengidentifikasi kebutuhan, b) merumuskan tujuan belajar, c) ikutserta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan d) ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar.

(21)

seperti efektivitas dirinya untuk merespon obyek sikap kewiraswastaan, banyak ditentukan oleh karakteristik pribadinya, motivasi berwiraswasta dan pengetahuan

yang dimilikinya. Faktor eksternal adalah orang-orang atau hal-hal, peristiwa

diluar diri warga belajar yang mempengaruhi arah tindakan sikap dan perilaku kewiraswastaan, seperti pengaruh sosial ekonomi, keluarga dan masyarakat. Pengaruh eksternal yang lain seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, seperti dukungan potensi alam yang memberi kemudahan terhadap penyediaan bahan baku bagi pengembangan usaha, letak usaha yang strategis, serta terpenuhinya fasilitas pembelajaran yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan dan sumber-sumber yang memungkinkan terhadap pemenuhan kebutuhan. Kesiapan dana usaha akan membantu kelancaran usaha dan meningkatkan produktivitas usahanya, dana usaha juga dapat memotivasi warga belajar untuk lebih memantapkan usahanya.

Melalui pelatihan KBU disamping untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diharapkan pula baik individu maupun kelompok dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam berbagai bentuk kegiatan usaha, seperti membuka usaha baru, mengembangkan kepada orang lain sebagai upaya untuk mengusahakan mata pencaharian sebagai sumber penghasilan serta sumber

kesejahteraan hidupnya.

(22)

menghadapi tantangan yang lebih besar bagi usaha yang masih bertarap pengembangan hasil belajar diperlukan sikap mental dan keterampilan kewiraswastaan yang optimal. Harapan pembinaan dan pengembangan kewiraswastaan adalah peningkatan kemampuan dengan memanfaatkan setiap peluang usaha untuk mempercepat kemampuan kewiraswastaan yang handal.

Adapun program pengembangan kewiraswastaan bagi KBU adalah;

1) melalui pemberdayaan kekuatan modal usaha dalam bentuk pinjaman dengan tempo tertentu dan bimbingan usaha berkelanjutan, 2) hubungan atau pembinaan usaha merupakan pemberdayaan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan

kewiraswastaan, serta, 3) keterlibatan instansi terkait dalam pembinaan untuk

menciptakan jalinan pembinaan yang dapat memberikan stimulasi dan

kemudahan-kemudahan didalam penyelenggaraan dan pengelolaan serta

pemasaran hasil usaha.

Pembentukan KBU didasarkan atas; 1) kebutuhan yang dirasakan bersama, 2) kesatuan minat dan hasrat untuk belajar bersama, 3) keserasian antar anggota

dalam kelompok, 4) kesanggupan dan kesediaan untuk belajar berkelompok

sampai berhasil, 5) jarak tempat tinggal sesama warga belajar berdekatan.

Karakteristik utama KBU adalah adanya dua jenis kegiatan yang saling

berkaitan yaitu kegiatan belajar dan kegiatan usaha, beranggotakan 3 sampai 5

(23)

mendapatkan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap yang

selaras dengan tuntutan kegiatan bekerja, berusaha dan belajar.

Pengertian belajar dan bekerja menurut Soedijarto adalah: Pertama

kegiatan belajar keterampilan tertentu yang sekaligus diterapkan kegiatan usaha

tertentu, untuk menambah penghasilan. Kedua, belajar keterampilan tertentu yang

langsung dipraktekan dalam kegiatan industri atau jasa untuk mempercepat

penguasaan keterampilan yang dipelajari. Ketiga, pekerja atau tenaga atau pegawai yang belajar keterampilan tertentu untuk meningkatkan produktivitas

kerja.

Dalam proses pembelajaran tersebut diperlukan evaluasi dampak dari

pelatihan tersebut mengingat evaluasi memiliki peran penting untuk dapat

mengetahui apakah tujuan pelatihan sudah dicapai, apakah hasil pelatihan dapat diterapkan oleh peserta, dan dari evaluasi itu kita dapat menyempumakan atau memperbaiki atas kekurangan-kekurangan didalam pelatihan itu sendiri, serta tindak lanjut apa yang harus diperbuat bagi peserta pelatihan

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah di dalam melaksanakan pelatihan berdasarkan permasalahan dan

kebutuhan warga belajar ?

2. Apakah warga belajar, fasilitator dan sumber belajar yang akan terlibat dalam pelatihan harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan ?

(24)

10

4. Materi dan metode apa yang digunakan dalam pelatihan ? 5. Bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan ?

6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan' pengembangan

berwiraswasta percetakan sablon ?

7. Bagaimana aspirasi para lulusan pelatihan terhadap pengembangan berwiraswasta percetakan sablon ?

C. Definisi Operasional.

Penelitian ini berjudul "Dampak Pelatihan Kejar Usaha Terhadap

Pengembangan Berwiraswasta Percetakan Sablon di SKB Kendal" Untuk

memperjelas arah penelitian dan perumusan masalah maka akan dijelaskan secara singkat pengertian-pengertian dari judul tersebut.

1. Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi kebutuhan pelatihan (needs assesment) adalah proses pengumpulan informasi atau data tentang kebutuhan atau permasalahan. Identifikasi pelatihan tujuannya adalah untuk menentukan atau mengetahui secara pasti kebutuhan atau permasalahan yang dapat diatasi melalui pelatihan.

(25)

11

Dari pengertian tersebut, identifikasi kebutuhan pelatihan dalam penelitian ini adalah proses pengumpulan informasi atau data tentang kebutuhan atau permasalahan yang ditetapkan untuk menentukan kebutuhan yang diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh warga belajar dalam pelatihan

KBU.

2. Warga belajar, Sumber belajar dan fasilitator.

Pengertian Warga Belajar dalam penelitian ini adalah peserta didik yang sedang mengikuti pelatihan kejar usaha percetakan sablon. Sumber belajar adalah warga masyarakat yang bersedia menjadi sumber pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mengusahakan mata pencaharian. (Direktorat Dikmas, 1987:46). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sumber belajar adalah orang yang di tunjuk sebagai sumber belajar dalam pembelajaran atau membantu proses belajar dalam pelatihan Kejar Usaha. Adapun pengertian Fasilitator dalam penelitian ini adalah orang atau lembaga yang mau dan mampu menfasilitasi kegiatan

pembelajaran dalam pelatihan kejar usaha di SKB Kendal.

3. Kriteria.

Pengertian kriteria dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah ukuran

yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu (Balai Pustaka, 1991:531).

Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria menjadi warga belajar adalah: Pendidikan minimal SD/sederajat, umur 18-35 tahun, belum memiliki pekerjaan tetap, memiliki minat untuk berwiraswasta, di tugaskan dari kepala desa dengan

(26)

bagi warga belajar adalah memiliki minat yang sama dalam pengembangan usaha percetakan sablon. Sedangkan untuk kriteria keberhasilan mengikuti pelatihan adalah kehadiran mengikuti pelatihan 75%, menguasai materi minimal berkategori cukup baik. Adapun kriteria keberhasilan warga belajar lainnya adalah:

a. Bidang Produksi.

Mengetahui bahan dan peralatan produksi.

- Dapat memilih dan mengolah bahan serta menggunakan dan memelihara

alat produksi.

Memiliki kreatifitas dan jiwa kewiraswastaan.

b. Bidang pemasaran.

Mengetahui kebutuhan konsumen, cara dan jalur pemasaran serta keadaan

harga pemasaran.

- Dapat berkomunikasi dengan konsumen, mempromosikan dan menjual

hasil produksi.

- Memiliki kepekaan dan hubungan baik dengan konsumen dan memanfaatkan jalur distribusi.

c. Bidang penghasilan.

Memiliki mata pencaharian dan tabungan untuk meningkatkan kehidupan.

Penghasilan bertambah dan memadai.

4. Tujuan belajar.

(27)

13

belajar, b) Tuajuan di jadikan dasar untuk pemilihan dan pengadaan unsur-unsur belajar yang tepat, c) Tujuan itu adalah sebagai tolok ukur dalam evaluasi kegiatan belajar, dalam arti bahwa kegiatan belajar itu baik apabila hasil belajar itu telah membawa warga abelajar kepada belajar yang telah di tetapkan. (Sudjana, 1993: 153). Menurut Tyler dalam Sudjana, (1993:153) bahwa tujuan belajar itu merupakan tolok ukur yang menentukan untuk pemilihan sarana belajar, merinci isi atau materi pelajaran, mengembangkan kegiatan belajar dan menyiapkan alat-alat evaluasi kegiatan belajar.

Tujuan belajar berfungsi sebagai pengaruh kegiatan belajar dan pengukur efektivitas pencapaian hasil kegiatan belajar. Sebagai pengarah kegiatan belajar, tujuan belajar itu menjadi rujukan utama bagi seluruh proses kegiatan belajar. Sebagai pengukur efektivitas pencapaian hasil kegiatan belajar, bahwa dengan adanya tujuan belajar maka warga belajar dapat mengetahui dan merasakan tingkat perubahan tingkah laku, sebagaimana di rumuskan dalam tujuan belajar, yang telah mereka capai melalui kegiatan belajar.

Dari pengertian, fungsi tujuan tersebut di atas, maka di dalam merumuskan tujuan warga belajar perlu di libatkan, sebagaimana bahwa dalam perumusan tujuan belajar di lakukan untuk memotivasi warga belajar. Keterlibatan warga belajar dalam merumuskan tujuan sebagai salah satu bentuk pembelajaran

partisipatif.

5. Materi dan metode Pelatihan.

(28)

14

tujuan yang diinginkan. Adapun indikator materi disini menyangkut hal-hal:

a) Kesesuaian antar materi latihan dengan kebutuhan nyata peserta. b) Manfaat materi latihan bagi kehidupan peserta.

Metode adalah pengorganisasian warga belajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Sudjana, 1993 : 11) sedangkan dalam kamus besar Indonesia metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Sedangkan metode sebagai indicator disini menggunakan metode partisipatif. 1) keikutsertaan dalam perencanaan kegiatan belajar, 2) keikutsertaan

dalam pelaksanaan pelatihan dan 3) keikutsertaan dalam penilaian kegiatan

belajar.

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diatas dapat didefinisikan bahwa metode adalah prosedur yang disusun secara teratur dan logis yang dituangkan

dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat

dikemukakan bahwa unsur-unsur metode mencakup prosedur, sistematik dan efektivitas untuk mencapai tujuan.

6. Pelaksanaan Pembelajaran

(29)

15

Membelajarkan dapat diartikan sebagai upaya membantu agar seseorang melakukan belajar. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ditandai oleh keikutsertaan warga belajar berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam penyelenggaraan program kegiatan belajar membelajarkan. Tugas warga belajar adalah belajar sedangkan tagung jawabnya mencakup keterlibatan mereka didalam upaya membina dan mengembangkan kegiatan belajar yang telah disepakati dan ditetapkan bersama pada saat penyusunan program. Dalam proses ini mencakup; 1) kerja sama yang saling menghargai antara sesama warga belajar dan warga belajar dengan pelatih atau sumber belajar, 2) adanya tukar menukar pengalaman sesama warga belajar, 3) warga belajar aktif dalam kegiatan pelatihan, 4) mempraktekan materi dalam pelatihan.

7. Faktor-faktoryang mempengaruhikeberhasilan berwiraswasta.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan disini diartikan sebagai pendukung keberhasilan pelaksanaan pelatihan, termasuk didalamnya: Faktor internal seperti: a) Pengetahuan, b) motivasi, c) sikap.

Faktor eksternal yang dijadikan dalam penelusuran pendekatan ini adalah,

hubungan tempat kerja. 1) Status sosial ekonomi keluarga, 2) Lingkungan tempat

tinggal, 3) Umur, 4) Dana Pelatihan.

8. Aspirasi.

Pengertian aspirasi dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991:62) yaitu

(30)

16

pengetahuan dan keterampilan di bidang usaha percetakan sablon, dengan harapan pengetahuan dan keterampilan yang telah di miliki dapat di jadikan sumber mata pencaharian tetap atau di perolehnya pekerjaan tetap. Dengan memiliki pekerjaan tetap pendapatan akan meningkat, yang pada akhirnya kesejahtraan dapat tercapai.

D. Tujuan Penelitian.

Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah:

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik tentang dampak pelatihan kejar usaha terhadap pengembangan berwirausaha percetakan sablon di SKB Kendal Kabupaten Kendal. Temuan penelitian diharapkan mampu memberi masukan berarti bagi SKB, pamong belajar, perencana, tenaga kependidikan dan pengelola program pendidikan luar sekolah dalam mencari alternatif peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan warga belajar. Sejalan dengan tujuan tersebut, secara khnsus

penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Mengungkap dan mendiskripsikan kebutuhan pelatihan kejar usaha percetakan

sablon.

2. Mengungkap dan mendiskripsikan kriteria warga belajar, sumber belajar dan

fasilitator.

3. Mengungkap dan mendiskripsikan keterlibatn warga belajar dalam

merumuskan tujuan belajar.

(31)

17

5. Mengungkap dan mendiskripsikan proses pembelajaran dalam pelatihan kejar

usaha percetakan sablon.

6. Mengungkap dan mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pengembangan berwiraswasta percetakan sablon.

7. Mengungkap dan mendiskripsikan aspirasi para lulusan terhadap

pengembangan berwiraswasta percetakan sablon.

E. Kegunaan Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara konseptual teoritis, maupun secara praktis di lapangan. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi SKB, perencana, tenaga kependidikan dan pengelola program pendidikan luar sekolah, dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, memperkaya dan menunjang konsep

pembelajaran dalam PLS.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan

bagi tenaga pengelola dan pelaksana program pelatihan, khusus pamong belajar

SKB dalam upayanya menyempumakan program kelompok belajar usaha

F. Kerangka Pemikiran.

Evaluasi dampak pelatihan merupakan evaluasi jangka panjang, yaitu setelah selang beberapa waktu dari berakhimya program pelatihan. Pada evaluasi dampak dapat berupa dampak yang diharapkan atau positif dan dampak yang

(32)

18

Tanpa evaluasi dampak suatu kegiatan pelatihan tidak akan berarti. Karena

penyelenggaraan pelatihan tidak dapat menilai, apakah tujuan pelatihan sudah

tercapai dan dapat diterapkan oleh peserta atau tidak. Selain itu pula dengan

evaluasi dampak dapat diketahui aspek-aspek yang perlu disempumakan dan

dipertahankan, untuk penyelenggaraan pelatihan mendatang, serta tindak lanjut

yang harus diperbuat bagi lulusan pelatihan.

Dalam pelatihan mencakup beberapa aspek, materi pelatihan, metode,

kemampuan pelatih, dan sarana prasarana. Aspek-aspek tersebut berpengaruh

terhadap output pelatihan. Sedangkan untuk melihat output pelatihan hanya dapat

dilihat dari dampak yang ditimbulkan. Pada kontek ini dampak pelatihan kejar

usaha percetakan sablon dapat dilihat setelah para lulusan berada di lapangan,

apakah mereka memanfaatkan keterampilannya berdasarkan keterampilan yang

dipelajari pada waktu mengikuti pelatihan atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Adapun dampak yang ingin dilihat adalah dampak pelatihan terhadap

pengembangan berwiraswasta percetakan sablon, baik terhadap keluarga, individu maupun kelompok. Untuk melihat dampak tersebut, maka peneliti memperhatikan pula input, proses dan output, sebagai pijakan awal untuk mengevaluasi dampak

(33)
(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran secara mendalam tentang

"Dampak Pelatihan KBU Terhadap Pengembangan Berwiraswasta" dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara penelitian studi kasus. Adapun

metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Penggunaan metode penelitian

dengan pendekatan ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian yaitu untuk

mendiskripsikan dan menganalisa tentang dampak pelatihan KBU terhadap

pengembangan berwiraswasta percetakan sablon di SKB Kendal.

Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengukur populasi secara statistik

kuantitatif. Dengan mendiskripsikan dan menganalisa data yang diperoleh

diharapkan dapat menemukan dampak dari hasil pelatihan KBU tersebut. Dengan

demikian penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif.

Pendekatan kualitatif dianggap sesuai untuk permasalahan penelitian ini,

dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan

responden, 3) lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy J

Moleong, 1991 : 5).

(35)

68

Hal yang diamati dalam penelitian ini terkait secara langsung dengan

permasalahan aktual yang dihadapi responden saat ini.

Bogdan dan Taylor (1975 : 5) mendefinisikan

metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

ini diarahkan pada latar individu secara holistik (utuh). Nasution (1992: 5)

mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati

orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan

demikian pendekatan kualitatif pada umumnya lebih melihat proses dari pada

produk dari obyek penelitiannya, sedangkan kuantitatif lebih melihat pada

produknya. (Noeng Muhadjir, 1990 : 49).

Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif, dikemukakan oleh Bogdan dan

Biklen (1982 : 27-29) ada lima karakteristik yaitu: 1) Sumber data dalam

penelitian kualitatif ialah situasi yang wajar atau natural setting dan peneliti

merupakan instrumen kunci, 2) riset kualitatif bersifat deskriptif, 3) riset kualitatif

lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata, 4) periset

kualitatif cenderung menganalisa data secara induktif, 5) makna merupakan soal

esensial bagi pendekatan kualitatif.

Dari ciri-ciri tersebut diatas, ditambahkan sesuai dengan pendapat

Nasution menjadi 16 karakteristik yaitu yang ke 6) mengutamakan data langsung

atau "first hand", 7) triangulasi, artinya data atau informasi dari satu pihak harus

(36)

69

8) menonjolkan rincian konseptual, artinya data tidak dipandang lepas-lepas, akan

tetapi saling berkaitan dan merupakan suatu keseluruhan atau struktur, 9) subyek

yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, 10) mengutamakan

perspektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, 11) verifikasi,

antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif, 12) sampling yang

purposif, artinya metode naturalistik tidak menggunakan sampling random atau

acak dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak, disesuaikan dan

dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian, 13) menggunakan "audit trail" artinya

jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan sesuai dengan data yang

dikumpulkan, 14) partisipasi tanpa mengganggu, artinya memperoleh situasi

yang "natural" atau wajar, peneliti hendaknya jangan menonjolkan diri dalam

melakukan observasi, 15) mengadakan analisis sejak awal penelitian, dan

selanjutnya sepanjang melakukan penelitian itu, 16) desain penelitian tampil

dalam proses penelitian,....

Bertitik tolak dari pengertian tersebut diatas maka dalam upaya

menemukan fakta dan data secara ilmiah, maka peneliti menetapkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, untuk itu peneliti

berusaha mengarahkan diri didalam melakukan penelitian sesuai dengan

karakteristik-karakteristik tersebut diatas yaitu; pertama, mengambil data dalam suasana yang wajar, tanpa manipulasi (rekayasa) situasi, kedua, data diambil sesuai denagan fokus kajian, dan menggali informasi setuntas mungkin

(redudant), ketiga, laporan penelitian disusun secara deskriptif dengan

(37)

70

terus menerus untuk mencari niakna yang bersifat kontektual atau sesuai dengan

persepsi subyek yang diteliti, Mima, menarik kesimpulan melalui proses

verifikasi serta triangulasi.

B. Subyek Penelitian

Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang menyangkut datanya dari

kasus, dan sebagai studi yang mendalam tentang subyek penelitian serta berjangka

waktu yang relatif lama. Karenanya keanekaragaman responden lebih diutamakan,

agar informasi-informasi yang beraneka ragam dan lebar dapat diperoleh, yang

padaakhirnya dicapai kedalaman penggalian masalah.

Untuk unit analisis penelitian ini adalah warga belajar lulusan pelatihan

KBU percetakan sablon yang diselenggarakan oleh SKB Kendal, dan mereka

yang telah membuka usaha percetakan sablon yang tergabung dalam KBU. Dalam

satu KBU terdiri dari 3-5 orang, sedangkan yang akan dijadikan subyek

penelitian adalah 3 KBU yang terdiri dari 2 KBU diwilayah kecamatan Gemuh

dan 1 KBU di wilayah kecamatan Cepiring. Agar diperoleh data penelitian yang

mendalam, serta mengingat keterbatasan waktu, maka jumlah subyek penelitian

ditentukan sebanyak 6 orang yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1)

Warga belajar lulusan pelatihan KBU yang diselenggarakan oleh SKB Kendal. 2)

Pendidikan minimal tamat SD. 3) Usia minimal 18-35 tahun.

Penelitian terhadap responden didasarkan atas perkembangan usaha

mereka yaitu KBU yang mengalami kemajuan dan mengembangkan usaha kearah

(38)

71

responden memiliki kelebihan dan keistimewaan berdasarkan pada perkembangan

usahanya.

Untuk keperluan triangulasi, sebagai pelengkap informasi, peneliti

memanfaatkan pula para informan, yaitu mereka yang dipandang dapat

memberikan informasi penting atau tambahan terhadap responden yang diteliti,

yaitu dengan mempertimbangkan menurut rancangan "sampling purpossif atau

sampling bertujuan yang meliputi; Kepala SKB, Pamong Belajar SKB, dan para

pelanggan atau para pengguna jasa percetakan sablon, tokoh masyarakat.

Disamping itu digunakan pula pendekatan "snow ball sampling" yaitu informan

diminta untuk menunjuk informan lain yang dianggap dapat memberikan

informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian.

Instrumen pengumpul data di kembangkan oleh peneliti sendiri

berdasarkan

arah

penelitian

yang

akan

diperoleh,

serta

dengan

mempertimbangkan kemungkinan hal-hal yang berkembang dalam realitas

penelitian. Peneliti melakukan interaksi secara langsung dengan situasi dan

lingkup permasalahan penelitian, hal ini dilakukan dalam upaya untuk

menemukan fakta dan informasi atau data, maka peneliti langsung sebagai

instrumen penelitian, yaitu peneliti sebagai alat untuk merekam informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Namun demikian meskipun peneliti sebagai

(39)

72

dalam pengumpulan data yang diharapkan dalam penelitian, peneliti melengkapi

dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan kelengkapan-kelengkapan

yang mendukung penelitian tersebut.

2. Teknik Pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Observasi, wawancara secara mendalam (defth interview) dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat keadaan atau situasi nyata dari kasus

yang diamati, yaitu situasi sosial yang muncul dari dampak pelatihan KBU. Cara

ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat, faktual dan sesuai dengan

konteknya. Adapun yang dimaksud dengan situasi sosial dalam penelitian ini

ditunjukan dalam bentuk;

a.

Lokasi atau tempat kegiatan KBU dan pengembangan berwiraswasta yang

dilakukan oleh warga belajarlulusan pelatihan KBU.

b.

Individu atau pelaku yang berperan dalam kegiatan KBU, pembinaan dan

pengembangan berwiraswsta, yang meliputi keterampilan berwiraswasta yang ditunjukan oleh kemampuannya dalam mengelola usahanya.

e. Kegiatan atau aktivitas para warga belajar KBU, dilokasi atau ditempat

berlangsungnya kegiatan KBU.

d. Lingkungan serta peran serta terhadap pengembangan berwiraswasta

dilingkungannya.

Dalam melakukan observasi diharapkan adanya pengaruh dan hambatan

(40)

73

observasi akan terwujud proses yang interaktif antara peneliti dengan yang diteliti.

Dengan demikian peneliti memandang yang diobservasi sebagai subyek. Apabila

peneliti tidak dapat segera memahami makna sesuatu kejadian dilokasi, peneliti

membantu menjelaskan, sehingga dalam hal tertentu disusun secara bersama-sama antara peneliti dengan subyek. Namun demikian peneliti berusaha tidak mengganggu responden selama melaksanakan penelitian.

Metode observasi ini menggunakan pengamatan atau penginderaan

langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi atau perilaku. Data observasi

berupa deskripsi yang factual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan,

kegiatan manusia, dan situasi sosial, serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu

terjadi. Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung. (Nasution, 1988 : 59).

Observasi partisipasi ini dilakukan dalam teknik pengumpulan data

penelitian merupakan metode untuk mendapatkan data yang lebih banyak,

mendalam dan lebih rinci atau jelas. Untuk menjadi partisipan dan sekaligus

pengamat, maka peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan dari

subyek yang diteliti. Dengan observasi partisipasi ini diharapkan peneliti dapat

bertindak sebagai "orang dalam" dan "orang luar".

2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan secara mendalam langsung terhadap responden

dan para informan yang mengetahui seluk beluk pelatihan KBU percetakan sablon

dan kegiatan usaha yang ada dilapangan. Selain itu pula wawancara ini dilakukan

(41)

74

dipikirkan atau yang dirasakan, yang pernah diketahui atau dipelajari baik

sebelum ataupun sesudah melakukan kegiatan KBU.

Didalam melakukan wawancara dilakukan tiga macam pendekatan yaitu;

1) dalam bentuk percakapan informal, 2) menggunakan lembar berisi garis besar

pokok-pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan, 3)

menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci namun bersifat terbuka yang

telah dipersiapkan terlebih dahulu yang akan diajukan menurut pertanyaan yang

tercantum.

Dalam penelitian kualitatif teknik wawancara merupakan instrumen utama

untuk mengungkap data. Bogdan dan Taylor (1975), bahwa penelitian kualitatif

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Kemudian data hasil dari wawancara dideskripsikan dan ditafsirkan sesuai dengan latar secara utuh.

Data yang dikumpulkan bersifat data verbal dan data non verbal. Data

verbal diperoleh melalui percakapan dan Tanya jawab, percakapan dicatat dalam

buku tulis atau dapat juga direkam dengan tape recorder. Data non verbal untuk

melihat pesan-pesan bermakna, yang tidak dapat ditangkap oleh alat-alat perekam,

seperti tatapan muka, dan gerak tubuh responden untuk memahami makna ucapan

dalam wawancara.

Agar data yang diperoleh sejalan dengan arah penelitian, peneliti

menggunakan pula pedoman umum wawancara sebagai kerangka konseptual

untuk mengangkat permasalahan penelitian. Kerangka tersebut disusun sebelum

(42)

75

diduga akan diperoleh dari responden. Namun demikian pertanyaan-pertanyaan

penelitian tersebut tidak menutup kemungkinan berkembang dilapangan

disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara yang

sebenarnya. Urutan pertanyaan yang tidak dilaksanakan pada waktu itu, dapat

ditanyakan pada kesempatan lain secara mendalam. Jadi walaupun data daftar

pedoman wawancara, dalam pelaksanaannya tidak harus terikat ketat pada

pedoman wawancara.

Tipe wawancara tersebut merupakan gabungan dari wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. (lexy J Moleong, 1991:151) Dan responden

dibebaskan untuk menggunakan tentang perspektifnya menurut pikiran dan

perasaannya sendiri. Informasi ini disebut informasi emic (Nasution, 1988:71). Adapun aspek-aspek yang ditanyakan dalam wawancara tersebut adalah;

1) pengalaman dan perbuatan responden yaitu apa yang telah dikerjakan atau yang

lazim dikerjakannya, 2) pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya

(43)

76

3. Studi Dokumentasi.

Teknik ini digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data atau

informasi resmi yang terkait dengan situasi kehidupan social, budaya dan alamiah

yang mendukung terbentuknya KBU terhadap pengembangan kewiraswastaan

percetakan sablon.

Disamping itu studi dokumentasi didalam penelitian ini digunakan untuk

meneliti berbagai hal yang berkaitan dengan persiapan pelatihan dan

pengembangan program pembelajaran yang disusun oleh pamong belajar dan

lembaga yaitu SKB, seperti penyelenggaraan pelatihan, pengelola pelatihan dan

proses pelatihan yang sudah dilaksanakan serta data-data pendukung lainnya,

seperti data statistik yang menyangkut tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian

dan data kependudukan.

Untuk itu hasil studi dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini

sebagai produk nyata yang dapat memberikan jawaban obyektif tentang pelatihan

yang telah dilaksanakan dan dampaknya dari pelatihan tersebut terhadap

pengembangan berwiraswasta yang dilakukan oleh SKB. Selain itu data tersebut dapat digunakan sebagai bahan triangulasi dan member check terhadap kebenaran

data dari keterangan responden.

Studi dokumentasi juga dapat digunakan sebagai pelengkap data, dan

dokumen-dokumen tersebut diharapkan dapat menjadi nara sumber yang dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimungkinkan ditanyakan melalui

(44)

77

catatan lapangan. Pembuatan catatan lapangan ini segera dilakukan ketika peneliti

memasuki lapangan hingga selesainya penelitian.

Sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (1988 : 93) bahwa catatan lapangan dibuat dalam bentuk, 1) Deskripsi tentang apa yang sesungguhnya

peneliti amati (menurut apa yang dilihat) dan didengar, 2) Mendiskripsikan

komentator, refleksi, pemikiran ataupun pandangan peneliti sendiri tentang apa

yang diamati dan didengar.

D. Sumber Data

Sehubungan dengan metode penelitian kualitatif, maka sumber data yang

dapat diharapkan untuk memberikan informasi data penelitian ini ditetapkan

secara purposive, sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun yang dijadikan sumber data adalah: Manusia sumber (Human resources), manusia kunci (key person) diantaranya, kepala SKB, pamong belajar SKB, danwarga belajar itu sendiri.

Selain sumber data dari manusia juga sumber data dari penyelenggara program pelatihan yang mencakup pengelolaan pelatihan dan proses pelatihan. Data statistik, laporan, dokumentasi dan kepustakaan.

E. Analisis Data

(45)

78

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun

data berarti menggolongkan dalam pola, thema atau kategori, karena tanpa

kategori atau klasifikasi data akan terjadi ehaos (tidak bermakna). Tafsiran atau

interprestasi maksudnya memeberikan makna pada analisis, menjelaskan pola atau

kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 1988 : 126).

Dalam penelitian kualitatif, seperti yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1992 : 16) analisis data meliputi tiga langkah pokok yaitu: 1) reduksi

data, 2) penyajian data, 3} penarikan kesimpulan dan verifikasi. Ketiga langkah

ini dilakukan secara terus menerus sejak awal. Data yang diperoleh dari lapangan

segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan analisis.

Pendapat Miles dan Huberman, sama dengan yang diungkapkan oleh

Nasution (1988 : 129) analisis data secara umum mengikuti langkah-langkah

berikut, yaitu: 1) reduksi data, 2) display data, 3) mengambil kesimpulan dan

verifikasi.

(46)

79

Kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap

data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal

yang sering tinibcl dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dituangkan dalam

gambar berikut:

Gambar III - 3

Komponen Analisis Data Model Interaktif

(Sumber: M.B. Miles & A.M. Huberman ,1992 : 20)

F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian.

Untuk pemantapan kepercayaan sangat di perlukan, sebagai ukuran untuk mengetahui apakah suatu penelitian itu berkualitas tinggi atau tidak (Noeng Muhadjir, 1992:80). Dalam penelitian ini, untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkan keabsahan informasi atau data yang di kupulkan selama proses penelitian di lapangan, di lakukan member check, triangulasi dan

(47)

80

1. Member check.

Hasil wawancara dengan para lulusan, sumber belajar dan hasil

pengamatan yang terkumpul dan telah tersusun dalam bentuk laporan lapangan di

perlihatkan kepada responden, informan untuk di baca serta di periksa

kebenarannya, yaitu apakah telah sesuai dengan hasil wawancara atau tidak.

Apabila tidak sesuai dengan yang di sampaikan oleh responden atau informan,

maka di lakukan perbaikan secara bersama-sama.

2. Triangulasi.

Untuk melihat suatu tingkat kebenaran data atau informasi, di adakan

triangulasi, di mana data yang di peroleh dari responden masih harus di periksa

lagi kebenarannya pada informan sampai di peroleh suatu kesamaan. Triangulasi

sumber dan metode, yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan

dengan data yang di peroleh dari sumber dan denganmetode lain.

Untuk keperluan triangulasi dan sebagai pelengkap data, maka di

pergunakan tenaga informan lain di luar subyek penelitian, yaitu pihak yang di

duga kuat dapat memberikan data atau informasi tambahan mengenai responden yang di teliti. Adapun pihak informan yang dimaksud adalah: Tokoh formal (Kepala SKB, Ketua RT/RW, Kepala Desa, dan Ketua organisasi) Tokoh informal

(Kyai, tokoh masyarakat), Pamong belajar, anggota keluarga, orang tua dan para

(48)

81

3. Trial Audit.

Agar di peroleh kebenaran dan obyektivitas hasil penelitian dilakukan trial audit yaitu dengan melakukan pemeriksaan sekaligus dilakukan konfimiasi untuk

meyakinkan, bahwa hal-hal yang di laporkan dapat di percaya dan sesuai dengan

kondisi di lapangan yang sebenamya. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti

melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Data mentah yang telah terkumpul di rekapitulasi dalam laporan lapangan.

b. Data mentah, di susun dalam bentuk hasil analisis dengan cara, menyeleksi,

kemudian merangkum dalam bentuk diskripsi yang lebih sistematis.

c. Melaporkan seluruh proses penelitian sampai pada penulisan laporan hasil

penelitian.

G. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan

laporan.

1. Tahap persiapan

Pada pelaksanaan penelitian, langkah pertama yang dilakukan adalah pemahaman literature yang berhubungan dengan fokus penelitian yang akan dilaksanakan. Dengan demikian peneliti mencoba mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pengelolaan pelatihan, proses pelatihan dan pengembangan kewiraswastaan serta beberapa permasalahannya melalui studi pendahuluan dengan teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan

(49)

82

Langkah selanjutnya peneliti mencoba mendiskripsikan dalam desain

penelitian. Untuk penyempumaan, desain tersebut dikonsultasikan melalui

bimbingan kepada dosen pembimbing akademik. Selanjutnya diajukan kepada

pengelola seminar di PPS IKIP Bandung. Kemudian langkah selanjutnya adalah

memproses surat perijinan sesuai prosedur yang berlaku.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan pengumpulan data tentang latar

penelitian secara tepat dengan menggunakan pendekatan observasi, wawancara

dan dokumentasi. Untuk itu peneliti menjalin hubungan, baik secara formal

maupun informal dengan responden yang akan dimintai keterangan. Fleksibilitas

dan adaptibilitas sangat perlu dipertahankan agar proses pengumpulan data dan

pelaksanaannya berjalan lancar.

Pada tahap pelaksanaan ini juga dilakukan triangulasi yaitu mengecek

kebenaran data untuk menghindari subyektivitas dengan cara menanyakan data

yang sama dari sumber lain, dengan menggunakan metode yang sama atau

berbeda (Nasution, 1988:10). Selain itu dilakukan juga member check untuk

mengkomfirmasikan kebenaran catatan lapangan yang telah dianalisis pada

sumber datanya. Kemudian mendiskripsikan dan menganalisis data lapangan

dengan merujuk kajian teoritis untuk menghasilkan temuan peneliti.

3. Tahap penyusunan laporan

(50)

83

(

r

{

PENYUSUNAN

DESAIN

SEMINAR DESAIN

PENGUMPULAN

DATA

PENGUMPULAN DATA KLASIFIKASI

DAN ANALISIS

I

REDUKSI DATA

i

KESIMPUILAN DAN

REKOMENDASI

Gambar III - 4.

Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian (Sumber: Euis Djuariah, tesis PPS)

(51)
(52)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, serta analisis hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebelum mengikuti pelatihan, pada umumnya peserta pelatihan belum memiliki pekerjaan tetap yang dapat dijadikan sumber mata pencaharian, meskipun mereka sudah bekerja sebagai karyawan pada percetakan sablon maupun di sektor lain, karena pendapatan dan kelangsungan pekerjaannya tidak menjamin atau tidak menentu, maka mereka beranggapan belum memiliki pekerjaan tetap. Disamping itu mereka tidak mendapatkan peningkatan pengetahuan maupun keterampilan. Untuk dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan pekerjaan tetap maka mereka mengikuti pelatihan

percetakan sablon.

2. Sebagian responden telah menunjukan perilaku wiraswasta, akan tetapi kemampuan mereka masih sederhana, terutama dalam menciptakan inovasi-inovasi baru dalam berwiraswasta. Kegiatan usaha umumnya dilakukan atas dasar peniruan terhadap pengusaha percetakan sablon yang berhasil. Usaha yang dilakukan masih bersifat informal dan pengusaha berperan sebagai pengelola sekaligus sebagai tenaga kerjanya. Di lihat secara kuantitas adanya peningkatan produksi yang di tandai dengan peningkatan jumlah pelanggan dan jumlah pesanan. Dalam pemasaran hasil produknya kurang

(53)

159

memperhatikan mekanisme manajemen usaha yang efektif dan efesien.

Kemampuan mengembangkan usaha umumnya bergantung kepada kekuatan

fisik. Di lihat dari aspek kualitas rata-rata hasil produksinya berkualitas baik dan cukup bersaing, dengan demikian pelanggan mendapatkan kebebasan untuk menentukan pilihannya, dari kondisi tersebut untuk meraih pangsa pasar lebih banyak di tentukan oleh keahlian melakukan kerja sama dan peningkatan

pelayanan, serta penetapan harga.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan percetakan sablon di antaranya motivasi para lulusan mengembangkan keterampilan yang dimiliki, lokasi usaha, kemudahan memperolehan bahan baku dan peralatan, dan permodalan. Motivasi peserta mengikuti pelatihan adalah : a) Menginginkan

pengetahuan dan keterampilan yang dapat di jadikan sebagai sumber mata

pencaharian, b) Usaha percetakan sablon banyak keuntungannya, mudah mengerjakannya dan mudah memasarkannya, c) Tidak memerlukan tempat usaha yang luas. Tempat usaha berpengaruh terhadap keberhasilan berwiraswasta percetakan sablon, karena lokasi yang strategis akan lebih

mudah di kenal masyarakat umum. Lokasi usaha yang strategis untuk usaha

percetakan sablon adalah dekat dengan jalan raya, mudah dijangkau dari

segala penjuru, dekat dengan lingkungan kantor, sekolah dan pemukiman

(54)

160

dorongan dari pimpinan formal. Sedangkan faktor yang menghambat lebih di

dominasi oleh faktor transportasi sebagai alat penunjang aktivitas usaha,

faktor bersifat teknis pemasaran dan mahalnya bahan dan peralatan sablon.

4. Dari hasil penelitian menunjukan-adanya pengaruh positif terhadap individu, yaitu memiliki pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian tetap. Dengan memiliki pekerjaan tetap berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan yang dapat di lihat dari kebersihan pakaian yang di pakai sehari-hari, peningkatan gizi dan kebersihan lingkungan serta adanya persediaan obat-obatan. Disamping itu pula pelatihan percetakan sablon berpengaruh positif terhadap keluarga, yaitu dengan ditunjukannyan peningkatan status sosial ekonomi. Bagi kelompok adanya peningkatan jumlah produksi, peningkatan pendapatan, penambahan jumlah anggota.

5. Kemampuan sikap dan kemampuan berwiraswasta percetakan sablon dapat memberikan keberartian terhadap penciptaan sumber mata pencaharian. Motivasi keterlibatan para lulusan untuk mengembangkan kemampuan usaha percetakan sablon di pengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang tidak seimbang dengan pendapatan yang di perolehnya.

B. Rekomendasi.

(55)

161

1. Penyelenggara Pelatihan.

a. Dalam merencanakan pelatihan baik pada penetapan kebutuhan, perumusan

tujuan dan penetapan materi pelatihan, hendaknya peserta pelatihan di

libatkan. Dalam hal ini SKB Kendal belum melaksanakan, untuk itu pada

penyelenggaaraan pelatihan berikutnya di dalam merencanakan pelatihan perlu keterlibatan peserta pelatihan. Perlu di ketahui bahwa pelibatan warga belajar tidak harus mendatangkan calon peserta pelatihan untuk ikut merencanakan, namun dapat menggali kebutuhan pelatihan, dan permasalahan yang di hadapi oleh salon peserta dengan melakukan survey kebutuhan yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan calon peserta, sehingga dapat di ketahui dan di peroleh kebutuhan yang di inginkan. Dengan pelibatan warga belajar dalam perencanaan ini akan di peroleh rencana yang partisipatif, dengan demikian akan terhindar dari ketidak kesesuaian antara materi pelatihan dengan kebutuhan maupun permasalahan yang di hadapi calon peserta. Manfaat lain dari keterlibatan tersebut para lulusan dapat langsung mengimplementasikan keterampilan dan pengetahuan yang di peroleh dalam

pelatihan.

(56)

162

ada calon peserta yang tidak memenuhi syarat, agar di kembalikan atau jangan

di terima sebagai peserta pelatihan.

c. Didalam perumusan tujuan hendaknya, di rumuskan bersama antara

penyelenggara, sumber belajar dan peserta, sehingga di peroleh hasil rumusan

tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dalam peningkatan pengetahuan maupun keterampilan warga belajar. Dalam hal ini SKB Kendal

belum melibatkan seluruh unsur dalam merumuskan tujuan belajar.

d. Dilihat dari sasaran pelatihan dan materi pelatihan, maka dalam pembelajaran

lebih tepat menggunakan pendekatan andragogi dan menggunakan metode maupun teknik pembelajaran partisipatif, sebagaimana di ketahui bahwa proses pembelajaran merupakan inti dari pelaksanaan pelatihan. Di samping itu persiapan pelatihan yang mencakup penataan ruang, kelengkapan sarana maupun media belajar perlu mendapatkan perhatian. Sebab keberhasilan pelatihan sangat terkait dengan efektivitas kegiatan pembelajaran dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung pelatihan. Dengan pembelajaran partisipatif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga belajar untuk terlibat

secara aktif dalam pembelajaran. Dari kondisi seperti tersebut akan tercipta

interaksi warga belajar dengan sumber belajar, sesama warga belajar, dan warga belajar dengan pihak penyelenggara. Apabila kondisi ini tercipta akan mendukung pencapaian tujuan pelatihan.

(57)

163

untuk melihat hasil pelatihan setelah para lulusan kembali ke lapangan, apakah

pelatihan memiliki nilai manfaat bagi para lulusannya atau tidak, dan di

samping itu untuk memberikan .umpan balik atas kelebihan dan kekurangan pada penyelenggaraan pelatihan. Dari umpan balik tersebut dapat di jadikan dasar pengambilan kebijakan untuk program pelatihan di masa mendatang. f. Setelah para lulusan kembali di tempat masing-masing atau kembali di

lingkungan masyarakat, masih di perlukan pembinaan tindak lanjut. Pembinaan dan tindak lanjut ini di arahkan pada pembinaan berwiraswasta yang meliputi pengolahan usaha, produksi, pemasaran dan pengadministrasian. Di lihat dari permasalahan yang muncul dalam pengembangan berwiraswasta adalah permodalan, mengingat para lulusan masih terbatas dalam pemilikan modal, maka hendaknya penyelenggara dalam hal ini SKB Kendal dengan melalui bentuk pembinaan mengupayakan mitra kerja sama dan membentuk organisasi yang dapat menaimgi para lulusan dalam berwiraswasta, yaitu paguyuban kejar usaha atau organisasi-organisasi lainnya yang berfungsi menaungi kegiatan usaha bagi para lulusan. Di samping itu juga perlu pengenalan kegiatan ekonomi melalui koperasi.

2. Para Lulusan Pelatihan Kejar Usaha.

(58)

164

karena itu para lulusan yang membuka usaha atau berwiraswasata percetakan sablon untuk bergabung menjadi anggota koperasi misalnya menjadi anggota KUD, koperasi simpan pinjam, koperasi yang ada di SKB, di samping itu melakukan pendekatan dan kerja sama dengan lembaga keuangan seperti BRI, BKK atau BPR yang dekat dengan lingkungan tempat tinggalnya.

b. Agar dapat mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha percetakan sablon yang sudah mapan dan memiliki modal besar, maka hendaknya para lulusan selalu berupaya meningkatkan kualitas produksi, pelayanan maupun pemasarannya serta meningkatkan hubungan kerja sama dengan sesama pengusaha sablon, organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi politik atau dinas instansi terkait yang dapat mendukung pengembangan usaha percetakan

sablon.

c. Para lulusan hendaknya menerapkan pengolahan usaha yang terorganisir dengan baik dan rapi terutama dalam pengadministrasian, yang selama ini masih di kesampingkan dalam pengolahan usaha percetakan sablon. Pengadministrasian sangat penting untuk menunjang kelancaran pengembangan usaha.

3. Bagi Penelitian Lebih Lanjut.

(59)

165

menyeluruh dan mendalam dapat menggambarkan dampak pelatihan. Menyadari

keterbatasan-keterbatasan tersebut, melalui kesempatan ini peneliti menyarankan

kepada peminat dan peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut

(60)
(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak. (1995). Metodologi Pembelajaran pada pendidikan orang

dewasa. Cipta Intelektual: Bandung.

(1996). Strategi Membangun Motivasi Dalam Pembelajaran

Orang Dewasa. AGTA Manunggal Utama . Bandung.

Arif, Zainudin. (1986). Pengembangan Program Latihan. Kurnia. UT : Jakarta.

BPKB Jayagiri. (1996). Pelatihan Berbasis Lapangan. Bandung.

Biklen, , Bogdan, Robert C, dan, Sari Kopp. (1982/ Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston Allyn and Bocan. INC.

Bogdan, Robert and Steven J Taylor, (1975). Introduction To Qualitative

Research Methods. John Wiley and Son's, Inc : New York.

Depdikbud. (1988). Petunjuk Teknis Program Kejar Paket Adan Program Kejar

Usah., Direktorat Dikmas: Jakarta.

• (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua Balai Pustaka: Jakarta

_. (1992). Teknik Motivasi. Ditjen Diklusepora: Jakarta.

• (1997). SK Mendikbud RI. No. 023/0/1997. Tentang organisasi dan

tata kerja SKB

Direktorat Pendidikan Masyarakat. (1987). Petunjuk Teknis Program Kejar Paket

A Dan Program Kejar Usaha: Jakarta.

. (1994). Petunjuk Teknis Program Kejar Usaha: Jakarta

Doloksaribu, Redya Betty. (1998). Racikan Program PLS Mengatasi

Pengangguran. Visi, No. 05.Th. IV. Diklusepora: Jakarta.

Friedman, Paul G & Elaine, A Yarbough. (1985). Training Strategis. From startto finishy. Prentice Hall-Inc. Englewood cliffs: New Jersey.

Gerungan. W.A. (1991/ Psikologi Sosial. Penerbit. PT. Eresco: Bandung.

(62)

167

Geoffrey, Mereditth, et, al. 1992. Kewirausahaan. PT, Pustaka Binawan

Persindo: Jakarta.

Goad, Tom W, (1982). Delivering Effective Training, University Associates: San Diego California

Harbinson, (1973). Human Recources as The Wealth ofNation. Oxford University Press: New York.

Keith, David, (1997). Human Behavior at Work. Organizational Behavior: New Delhi.

Krech, David, et al, Terjemahan Siti Rochman dkk. (1996/ Sosial Attitudes (Sikap Sosial). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud

: Jakarta

Krech. Individual In Society. Mc Grow Hill Book Company, Inc: New York Knowles S, Malcom. (1970). Modern Practice of Adult Education, From

Pedagogy to Andragogy Chicago, FalletPublishing: Chicago.

Moeleong J, Lexy. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:

Bandung.

Muhammad Fadel. (1992). Industrialisasi dan wiraswasta. PT. Gramedia:

Jakarta.

Muhadjir, Noeng. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin: Yogyakarta.

Mar'at. (1984). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Miles, M.B & Huberman, A.M. (1984). Qualitative Data Analysis. SAGE

Publications: Beverly Hill

Nasir, Moh. (1988). Metode penelitian Indonesia. Ghalia: Jakarta.

Napitupulu, WP. (1977). Nnformal Education Strategis and Management.

Unesco Regional Office For Education In Asia : Bangkok.

Nasutian. (1988). Metodologi enelitian Naturalistic Kualitatif. Tarsito: Bandung. Poerwodarminta, W.J.S. (1976/ Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai

(63)

168

Rogers, Alan. (1986). Teaching Adults. Ballmoor, Buckingham, MK, 181xw:

Open University Press Celtic Court 22

R. Bogdan, dan S, Taylor. (1975). Introduction to Qualitative Research Methods.

New York : John Wiley.

Rejeki, Sri. (1991). Pengaruh Latar Belakang Sosial Budaya Terhadap

Perubahan Perilaku Gelandangan Di Perkotaan. (Tesis). PPS. IKIP: Bandung

Sudjana, Djudju. (1996/ PLS: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan

teoripendukung, danAsas. Nusantara Press: Bandung.

. (1993). Strategi Kegiatan belajar Mengajar PLS. Nusantara

Press: Bandung.

(1993). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif Dalam PLS. Nusantara Press: Bandung

Salim, Emil. (1977). Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan.

Yayasan Idayu Press: Jakarta.

Sumohamijoyo Suparman. (1980). Membina sikap mental wiraswasta. Gunung Jati: Jakarta.

. (1978) Pembangunan Masyarakat Pancasila Melalui

Peningkatan Mutu SDM dengan Sistem Pendidikan Sikap Mental Wiraswastaan (TK). Lembaga Bina Wiraswasta: Jakarta.

Soenarto. (1998). Training Needs Assessment (Analisis Kebutuhan Pelatihan) Visi, 05/th. IV. Diklusepora : Jakarta.

Soedijarto. (1990). Kebijakan dan Strategi PLS, Pemuda dan Olahraga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Direktorat Jenderal

Diklusepora: Jakarta.

Siman. (1997). Pengembangan Nilai Kewirasawastaan Dalam Pengembangan Industri Kecil. Desertasi. PPS. IKIP : Bandung.

Simamora, Henry. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. YKPN:

Yogyakarta

Siagian, Sondang P. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara:

(64)

169

Soeharto, Bohar, dkk, (1993). PLS Sebagai Jembatan Antara Pendidikan Formal

dan Dunia Kerja. FIP, IKIP : Bandung

Trisnamansyah, Sutaryat. (1986). Pendidikan Kemasyarakatan. (PLS). FIP. IKIP :

Bandung.

Tjiptono, Fandi dan Anatasia, Diana. (1998). Total Quality Management, Andi

Affset: Yogyakarta

Ya'qub, Hamzah. (1984). Menuju Keberhasilan Manajemen Dan Kepemimpinan. Cetakan Pertama. CV Diponegoro: Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan pemberian kompensasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan di

Anak adalah makhluk yang memiliki potensi dan eksistensi, oleh karenanya dalam proses pembentukan karakter harus diawali dengan menerima dan mengakui

Selanjutnya pergerakan Partai Golkar dan PDIP dalam menjalin koalisi membuahkan hasil yang cukup baik, hasil akhir dari penjajakan koalisi tersebut yaitu bahwa

Informasi yang diberikan pada program browser ini dikemas dalam bentuk halaman-halaman, dimana setiap halaman dapat memiliki beberapa link yang menghubungkan web tersebut ke

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Teknik Kimia. Program Diploma FakultasTeknik

Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup di atas permukaan tanah pada pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit luas jumlah karbon, yang disimpan di dalam

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila di kemudian hari saya terbukti memberikan pernyataan palsu/mengingkari pernyataan ini, maka saya bersedia

Serangga dan nimfa pada umumnya memiliki sepasang antenna yang terletak pada bagian anterior kepala, dekat dengan mata majemuk, namun demikian pada saat serangga