• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Noise Pada Spread Spectrum Direct Sequence Dengan Teknik Modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Noise Pada Spread Spectrum Direct Sequence Dengan Teknik Modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK)."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Pada tugas akhir ini telah dibuat simulasi dari sistem spread spectrum direct sequence menggunakan teknik modulasi binary phasa shift keying (BPSK). Teknik modulasi Binary Phase Shift Keying ( BPSK ) pada sistem spread spectrum direct sequence ini memiliki kemampuan khusus untuk menjamin kerahasiaan informasi yang dikirim pada sistem komunikasi. Sistem ini menggunakan deretan kode dari Pseudonoise Random Generator ( PRG ) sehingga sinyal informasi menyebar dengan pola yang acak berulang secara periodik. Hal ini menyebabkan sinyal informasi sukar untuk dilacak.

Sistem spread spectrum direct sequence menggunakan teknik modulasi binary phasa shift keying (BPSK) memiliki kemampuan dalam menekan pengaruh noise sehingga informasi yang dikirim sama dengan informasi yang diterima. Simulasi pada tugas akhir ini menggunakan dua buah noise yaitu white noise dan noise nonstasioner.

(2)

ABSTRACT

At this final project have been made the simulation system of spread sequence direct spectrum use modulation technique of binary phase shift keying (BPSK). The modulation technique of Binary Phase Shift Keying ( BPSK ) system in direct sequence spread spectrum have special ability to guarantee the secret of information which is sent in communications system. This system use concevutive code of Pseudonoise Random Generator ( PRG ) so that information signal disseminate with recuring random pattern periodical. This matter cause the information signal difficult to be traced.

Spread spectrum direct sequence system use modulation technique of binary phasa shift keying ( BPSK) have ability in depressing influence of noise so that sent information equal to accepted information. Simulation at this final project use two noise there are white noise and nonstasioner noise.

Result of this research showing that system of spread spectrum direct sequence use modulation technique of binary phasa shift keying ( BPSK) hold up to the problem that is caused by nonstasioner noise while the problem caused by white noise in certain SNR level, this system have a very small bit error rate (BER).

(3)

KATA PENGANTAR

Syallom. Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, dan hanya oleh kasih setia-Nya, kebaikan-Nya dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “PENGARUH NOISE PADA SPREAD SPECTRUM DIRECT SEQUENCE DENGAN TEKNIK MODULASI BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK)” dapat diselesaikan.

Tugas akhir ini buat untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan program sarjana Strata Satu pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha.

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, banyak mendapatkan dorongan dan bantuan baik moril maupun materil serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini ingin disampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Herawati Yusuf, MT, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Ir. Soepartono, M.Sc, Dr. Ir. Daniel Setiadikarunia, MT, Ibu Dr. Ratnadewi, ST, MT, selaku dosen penguji atas segala kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

3. Ir. Aan Darmawan, MT., sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Kristen Maranatha.

4. Ir. Anita Supartono, MSc., sebagai koordinator tugas akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha.

5. Bapak Ir. Cia Liong Hui, selaku dosen wali yang telah memberikan saran kepada penulis selama ini.

(4)

7. Wulan, Hertina, Dian dan Tuti sahabat-sahabat baik penulis yang telah banyak memberikan dukungan moral dan saran-saran untuk tugas akhir ini. 8. Rekan-rekan jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Kristen

Maranatha khususnya angkatan 2002 ( Budi H.,Anton,Gia, Feri) yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis selama ini.

9. Permata GBKP Bandung Pusat atas semua dukungan dan doanya.

10. Staf Tata Usaha jurusan Teknik Elektro,Bapak Dayat dan Bapak Heridan serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu.

Adapun laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya, karenanya diharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

Semoga laporan tugas akhir ini dapat membuka wawasan baru dan bermanfaat bagi semua yang membacanya. Tuhan memberkati.

Bandung, Februari 2007

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah 2 1.3 Tujuan 2 1.4 Pembatasan Masalah 2 1.5 Sistematika Penulisan 2

BAB II DASAR TEORI 4

II.1 Sistem Komunikasi Spread Spectrum 4

II.2 Direct Sequence – Spread Spectrum (DS-SS) 5

II.3 Direct Sequence-Spread Spectrum (DS–SS) dengan 8 modulasi Binary Phase Shift Keying ( BPSK ) II.3.1 Pengirim DS – SS Termodulasi BPSK 8 II.3.2 Modulator BPSK (Binary Phase Shift Keying) 9 II.3.3 Penerima DS – SS Termodulasi BPSK 9

II.3.4 Demodulator BPSK (Binary Phase Shift Keying) 11

II.4 Pseudonoise Random Generator (PRG) 12

(6)

BAB III PERANCANGAN 18

III.1 Langkah Perancangan 18

III.2 Diagram Blok Sistem 19

III.3 Spesifikasi Teknis Perancangan 19

III.4 Pengirim spread spectrum direct sequence dengan menggunakan 20 modulasi binary phasa shift keying (BPSK)

III.5 Penerima spread spectrum direct sequence binary phasa shift keying 21 III.5.1 Sistem penerima Spread spectrum direct sequence BPSK dalam 21

keadaan ideal

III.5.2 Sistem penerima Spread spectrum direct sequence BPSK 23 diberi gangguan white noise

III.5.3 Sistem penerima Spread spectrum direct sequence BPSK 24 diberi gangguan noise nonstasioner IV.2.2 Menggunakan frekuensi pembawa sebesar 660 Hz 51 IV.2.2.1 Gangguan SNR white noise dengan besar 20 dB 52

(7)

IV.2.2.2 Gangguan SNR white noise dengan besar 10 dB 55 IV.2.2.3 Gangguan SNR white noise dengan besar -10 dB 57 IV.2.2.4 Gangguan SNR white noise dengan besar -20 dB 59 IV.2.2.5 Gangguan SNR white noise dengan besar -30 dB 61 IV.2.2.6 Gangguan SNR white noise dengan besar -40 dB 64 IV.2.2.7 Gangguan SNR white noise dengan besar -50 dB 67 IV.2.3 Menggunakan frekuensi pembawa sebesar 990 Hz 69 IV.2.3.1 Gangguan SNR white noise dengan besar 20 dB 70

IV.2.3.2 Gangguan SNR white noise dengan besar 10 dB 73 IV.2.3.3 Gangguan SNR white noise dengan besar -10 dB 75 IV.2.3.4 Gangguan SNR white noise dengan besar -20 dB 77 IV.2.3.5 Gangguan SNR white noise dengan besar -30 dB 79 IV.2.3.6 Gangguan SNR white noise dengan besar -40 dB 82 IV.2.3.7 Gangguan SNR white noise dengan besar -50 dB 85 IV.3 Sistem Spread spectrum direct sequence BPSK 89 diberi gangguan noise nonstasioner

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 94

V.1 Kesimpulan 94

V.2 Saran 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Keluaran LFSR Tiga Register 16

Tabel IV.1 Data simulasi Spread Spectrum direct sequence 88

yang dipengaruhi oleh white noise

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Model pengirim DS-SS BPSK 8

Gambar II.2 Blok diagram Modulator BPSK 9

Gambar II.3 Model penerima DS-SS BPSK 9

Gambar II.4 Ilustrasi penggambaran rapat daya 11

pada sistem penerima Gambar II.5 Diagram blok demodulator BPSK 12

Gambar II.6 Rangkaian dasar LFSR 13

(Linier Feedback Shift Register) Gambar II.7 Rangkaian dasar Feedback Shift Register (m-tingkat) 14

Gambar II.8 LFSR (Linier Feedback Shift Register) tiga register 15

Gambar II.9 Rapat spectral dengan daya konstan 16

Gambar III.1 Diagram blok sistem Spread Spectrum Direct Sequence 19

dengan modulasi BPSK Gambar III.2 Diagram alir proses spreading 21

Gambar III.3 Diagram alir proses despreading 22

Gambar III.4 Diagram alir menghitung error 26

Gambar IV.1 Sinyal input 27

Gambar IV.2 Sinyal input sampai data ke 100 28

Gambar IV.3 Sinyal PN Sequence pada pengirim 28

Gambar IV.4 Sinyal yang dipancarkan 30

Gambar IV.5 Sinyal yang diterima tanpa nosie 31

Gambar IV.6 Sinyal yang setelah didemodulasi tanpa noise 31

Gambar IV.7 Sinyal output tanpa nosie 32

Gambar IV.8 Sinyal yang dipancarkan dengan frekuensi 220 Hz 33

(10)

dan SNR white noise = 20 dB

Gambar IV.11 Sinyal output dengan frekuensi carrier 220 Hz 35 dan SNR white noise = 20 dB

Gambar IV.12 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 220 Hz 36 dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV.13 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 220 Hz 37 dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV.14 Sinyal output dengan frekuensi carrier 220 Hz 37

dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV.15 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 220 Hz 38 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.16 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 220 Hz 39 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.17 Sinyal output dengan frekuensi carrier 220 Hz 39 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.18 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 220 Hz 40 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.19 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 220 Hz 41 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.20 Sinyal output dengan frekuensi carrier 220 Hz 41 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.21 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 42 dengan frekuensi carrier 220 Hz dan

SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.22 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 220 Hz 43 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.23 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 220 Hz 44 dan SNR white noise = -30 dB

(11)

Gambar IV.24 Sinyal output dengan frekuensi carrier 220 Hz 44 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.25 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 45 dengan frekuensi carrier 220 Hz dan

SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.26 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 220 Hz 46 dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.27 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 220 Hz 47

dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.28 Sinyal output dengan frekuensi carrier 220 Hz 47 dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.29 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 48 dengan frekuensi carrier 220 Hz dan

SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.30 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 220 Hz 49 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.31 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 220 Hz 50 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.32 Sinyal output dengan frekuensi carrier 220 Hz 50 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.33 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 51 dengan frekuensi carrier 220 Hz dan

SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.34 Sinyal yang dipancarkan dengan frekuensi 660 Hz 52 Gambar IV.35 Sinyal yang dipancarkan dengan frekuensi carrier 660 Hz 53 dan SNR white noise = 20 dB

(12)

Gambar IV.37 Sinyal output dengan frekuensi carrier 660 Hz 54 dan SNR white noise = 20 dB

Gambar IV.38 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 660 Hz 55 dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV.39 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 660 Hz 56 dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV. 40 Sinyal output dengan frekuensi carrier 660 Hz 56 dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV.41 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 660 Hz 57 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.42 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 660 Hz 58 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.43 Sinyal output dengan frekuensi carrier 660 Hz 58 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.44 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 660 Hz 59 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.45 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 660 Hz 60 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.46 Sinyal output dengan frekuensi carrier 660 Hz 60 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.47 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 660 Hz 61 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.48 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 660 Hz 62 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.49 Sinyal output dengan frekuensi carrier 660 Hz 62 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.50 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 63 dengan frekuensi carrier 660 Hz dan

(13)

SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.51 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 660 Hz 64 dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.52 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 660 Hz 65 dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.53 Sinyal output dengan frekuensi carrier 660 Hz 65 dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.54 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 66

dengan frekuensi carrier 660 Hz dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.55 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 660 Hz 67 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.56 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 660 Hz 68 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.57 Sinyal output dengan frekuensi carrier 660 Hz 68 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.58 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 69 dengan frekuensi carrier 660 Hz dan

SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.59 Sinyal yang dipancarkan dengan frekuensi 990 Hz 70 Gambar IV.60 Sinyal yang dipancarkan dengan frekuensi carrier 990 Hz 70 dan SNR white noise = 20 dB

Gambar IV.61 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 990 Hz 71 dan SNR white noise = 20 dB

Gambar IV.62 Sinyal output dengan frekuensi carrier 990 Hz 72 dan SNR white noise = 20 dB

(14)

Gambar IV.64 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 990 Hz 74 dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV.65 Sinyal output dengan frekuensi carrier 990 Hz 74 dan SNR white noise = 10 dB

Gambar IV.66 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 990 Hz 75 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.67 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 990 Hz 76 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.68 Sinyal output dengan frekuensi carrier 990 Hz 76 dan SNR white noise = -10 dB

Gambar IV.69 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 990 Hz 77 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.70 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 990 Hz 78 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.71 Sinyal output dengan frekuensi carrier 990 Hz 78 dan SNR white noise = -20 dB

Gambar IV.72 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 990 Hz 79 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.73 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 990 Hz 80 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.74 Sinyal output dengan frekuensi carrier 990 Hz 80 dan SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.75 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 81 dengan frekuensi carrier 990 Hz dan

SNR white noise = -30 dB

Gambar IV.76 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 990 Hz 82 dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.77 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 990 Hz 83 dan SNR white noise = -40 dB

(15)

Gambar IV.78 Sinyal output dengan frekuensi carrier 990 Hz 83 dan SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.79 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 84 dengan frekuensi carrier 990 Hz dan

SNR white noise = -40 dB

Gambar IV.80 Sinyal yang diterima dengan frekuensi carrier 990 Hz 85 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.81 Sinyal demodulasi dengan frekuensi carrier 990 Hz 86

dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.82 Sinyal output dengan frekuensi carrier 990 Hz 86 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.83 Perbandingan sinyal input dan sinyal output 87 dengan frekuensi carrier 990 Hz dan

SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.84 Sinyal output dengan frekuensi carrier 30 MHz 89 dan SNR white noise = -50 dB

Gambar IV.85 Sinyal yang dipancarkan dengan frekuensi carrier 990 Hz 90 Gambar IV.86 Sinyal yang diterima pada sistem yang 91 dipengaruhi noise nonstasioner

Gambar IV.87 Sinyal yang setelah didemodulasi pada sistem yang 92 dipengaruhi noise nonstasioner

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Simulasi MATLAB : sistem spread spectrum direct sequence menggunakan A-1

teknik modulasi binary phasa shift keying (BPSK) ideal.

Simulasi MATLAB : sistem spread spectrum direct sequence menggunakan B-1

teknik modulasi binary phasa shift keying (BPSK)

dipengaruhi oleh white noise.

Simulasi MATLAB : sistem spread spectrum direct sequence menggunakan C-1

teknik modulasi binary phasa shift keying (BPSK)

dipengaruhi oleh noise nonstasioner.

(17)

%****************************************************************** %*******************BINARY PHASE SHIFT KEYING ****************** %***************DIRECT SEQUENCE SPREAD SEQUENCE************** %************Sinyal yang dipancarkan tidak dimasukkan gangguan*********** %******************************************************************

title('Sinyal Input');xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

PN_sequence=randsrc(11,1,[0:1]); figure(2);

plot(PN_sequence)

(18)

% Spreading

spreading(j:(j+f_chip-1)) = xor(spreading(j:(j+f_chip-1))',PN_sequence(1:f_chip)); j = f_chip*i+1;

title('Sinyal yang Dipancarkan');

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

SNR=SNRpbit; rand('state',12345); randn('state',54321);

% Tanpa Noise Sinyal yang dipancarkan = Sinyal yang diterima

rx= tx; figure(4); plot(rx)

title('Sinyal yang Diterima');

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

% Demodulasi

demod=ddemod(rx,fc,f_chip,fs,'psk',M); figure(5);

plot(demod)

title('Sinyal Demodulasi');

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

(19)

% Despreading j=1;

for i = 1:data

demod(j:(j+f_chip-1)) = xor(demod(j:(j+f_chip-1))',PN_sequence(1:f_chip)); j = f_chip*i+1;

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

figure(7);

plot(t,output(1:length(t)),'r-') hold on

plot(t,input(1:length(t)),'b-')

title('Sinyal Input Banding Sinyal Output'); xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

(20)

% Menghitung Error

for i=1:data;

if (output(1,i)== input(i,1)) matches=matches+1; else

errors=errors+1; end ;

end; matches errors

BER=errors/data

(21)

%****************************************************************** %********************BINARY PHASE SHIFT KEYING ***************** %***************DIRECT SEQUENCE SPREAD SEQUENCE************** %*****Sinyal yang diterima bercampur dengan sinyal White Noise************* %******************************************************************

title('Sinyal Input');xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

PN_sequence=randsrc(11,1,[0:1]); figure(2);

plot(PN_sequence)

title('Sinyal PN Sequence Pengirim'); xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

% Spreading j=1;

(22)

for k = j:j+f_chip

spreading(k) = input(i); end;

spreading(j:(j+f_chip-1)) = xor(spreading(j:(j+f_chip-1))',PN_sequence(1:f_chip)); j = f_chip*i+1;

title('Sinyal yang Dipancarkan');

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

% Demodulasi

demod=ddemod(rx,fc,f_chip,fs,'psk',M); figure(5);

plot(demod)

title('Sinyal Demodulasi');

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

% Despreading j=1;

for i = 1:data

(23)

demod(j:(j+f_chip-1)) = xor(demod(j:(j+f_chip-1))',PN_sequence(1:f_chip));

xlabel('Informasi Ke-');ylabel('Amplitudo');

figure(7);

plot(t,output(1:length(t)),'r-') hold on

plot(t,input(1:length(t)),'b-')

(24)

errors

BER=errors/data

(25)

%****************************************************************** %********************BINARY PHASE SHIFT KEYING ***************** %***************DIRECT SEQUENCE SPREAD SEQUENCE************** %*****Sinyal yang diterima bercampur dengan noise nonstasioner************* %******************************************************************

(26)

j = PN*i+1; end;

pjg_orig=pjg(orig);

(27)

j=1;

%Perbandingan Sinyal Input dan Sinyal Output figure(7);

(28)
(29)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah cara untuk bertukar informasi. Manusia telah mengenal komunikasi semenjak keberadaannya di dunia. Sifat manusia sebagai mahluk sosial membuat manusia sangat membutuhkan komunikasi. Secara umum manusia menggunakan dua panca indera untuk berkomunikasi, yaitu pendengaran dan pengelihatan. Karena itu alat komunikasi yang dikenal dan dikembangkan oleh manusia berdasar pada kedua panca indera tersebut. Salah satu tujuan dari sistem telekomunikasi adalah mengirimkan sinyal informasi dari pengirim ke penerima. Suatu sistem yang ideal, jika sinyal yang diterima persis sama dengan sinyal yang dikirimkan, tidak ada perubahan dan tidak ada penambahan. Dalam sistem komunikasi, keberhasilan tergantung pada seberapa akurat penerima bisa menerima sinyal yang ditransmisikan oleh pengirim. Dan sebagian besar kesalahan pengiriman informasi dalam sistem komunikasi disebabkan oleh noise. Istilah noise digunakan dalam sistem komunikasi untuk menyatakan sinyal yang tidak dikehendaki yang masuk ke sinyal informasi, antara lain adalah white noise dan noise nonstasioner. Selain itu, kerahasiaan sinyal informasi pun sangat penting agar sinyal informasi yang dikirim dapat diterima tanpa diketahui oleh pihak yang tidak berkepentingan.

Sistem spektral tersebar (Spread Spectrum) mulai dipergunakan pada sistem

komunikasi militer untuk tujuan perang sebelum perang dunia kedua meletus. Sistem ini dipilih pihak militer karena diyakini memiliki kemampuan anti sadap, anti jammer atau anti interferensi, anti multipath, dan memiliki kemampuan untuk akses jamak. Sistem spektral tersebar masih dipergunakan pihak militer sampai sekarang, tetapi dengan menggunakan teknologi yang lebih inovatif dan modern.

(30)

2

Melalui suatu deretan kode dari Pseudonoise Random Generator ( PRG ) pada Spread Spectrum – Direct Sequence (SS-DS), sinyal informasi menyebar dengan pola yang acak , sehingga menghasilkan spektrum frekuensi yang acak juga dan berulang secara periodik. Hal ini yang menyebabkan sinyal sukar untuk dilacak.

1.2 Identifikasi Masalah

Yang akan menjadi pokok masalah di tugas akhir ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh white noise pada sistem komunikasi ?

2. Bagaimanakah pengaruh noise nonstasioner pada sistem komunikasi ?

3. Bagaimanakah membuat simulasi Spread Spectrum dengan teknik modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK) ?

1.3 Tujuan

Menganalisis pengaruh noise terhadap sistem Spread Spectrum dengan teknik modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK) .

1.4 Pembatasan Masalah

1. Jenis Spread Spectrum yang digunakan adalah Direct Sequence dengan teknik modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK) .

2. Noise yang dianalisis berupa White Noise dan noise nonstasioner. 3. Sumber informasi berupa data biner.

4. Menggunakan MATLAB 7.0 .

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

(31)

3

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi teori mengenai spread spectrum , pengirim dan penerima Spread Spectrum Direct Sequence dengan menggunakan modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK), dan white noise.

BAB III PERANCANGAN

Bab ini berisi langkah-langkah perancangan dan proses simulasi yang sehingga dapat diketahui pengaruh dari white noise dan noise nonstasioner mulai dari bagian pengirim sampai bagian penerima.

Serta menghitung nilai BER dari sistem yang ideal dan sistem yang dipengaruhi noise.

BAB IV ANALISA SIMULASI

Pada bab ini berisi analisa dan pengamatan dari hasil simulasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(32)

DAFTAR PUSTAKA

1. Baidawi, Mohamad, Program Simulasi dan Perancangan Modulator Direct Sequence Spread Spectrum, 1995.

2. Diktat Kuliah, Kinerja Sistem Telekomunikasi.

3. http://www ._ Networking Assignment.htm, 29 Maret 2006.

4. Nurbajaya, Kinerja Sistem Direct Sequence Code Division Multiple Access BPSK

dan QPSK, 1995.

5. Priyanto,Tonda, Teori Dasar dan Perkembangan DS-CDMA(Direct Sequence Code Division Multiple Access), http://www .ELEKTRO INDONESIA - Edisi ke Sepuluh.htm , 08 Desember 2006.

Gambar

TABEL KARAKTERISTIK – KARAKTERISTIK BAND KOMUNIKASI UNNGUIDED

Referensi

Dokumen terkait

Ia (istriku) telah merendam beberapa buah kurma pada malam hari dalam sebuah mangkuk.. Ketika

sehingga arus yang mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi resonansi akan. dibelokkan

Discontinuous wrapping surfaces (walls, beams, slabs, etc.) typically require a light sandblast, grinding or other approved methods to prepare for bonding.. Mechanical

Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan

[r]

Ditinjau dari segi perawatan sebelumnya, definisi yang lebih lengkap dari RCM adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk menjamin agar

Hasil penelitian indikator Inisiatif yaitu baik, hal ini menunjukkan bahwa niali-nilai inisiatif di Rumah sakit tersebut mampu di jalankan dengan baik, dan pada dasarnya

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa Discovery Learning dan Teams Games Tournament sudah terlaksana dengan baik dan cukup efektif untuk