HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI
DENGAN KESIAPAN MENARKHE SISWI
SD KELAS 4, 5,DAN
6Wahyu Surya
Rhomawati1,
DwianaEstiwidani2,
Heni FujiWahyuningsih3
’’’wahyusuryarhomawati@gmail.com, Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta Jalan Mangkuyudan MJIIINo. 304.
.
ABSTRACT t
Indonesianpopulationdominatedby adolescent agegroup(10-19 years) of approximately 18%.Statepopulation dominated adolescence because teenagers posenew problems including the age groupthat needs specialattention, especially In the reproductionrights.Lack of knowledge on adolescent girls about menstruationinparticularreproduction islikely to have an impact on the attitudeof facingmenarkhe.The purpose todetermine therelationship ofthe level of knowledgeofmenstruationwith readinessmenarkhe elementaryschoolgrades4,5, and 6 atSDUnggaran1Yogyakarta2014.This researchisan analyticalsurvey correlationalcross-sectional approach. ThestudywasconductedinSD Unggaran1 Yogyakarta on March27,2014subjectswere elementaryschoolclasses4,5,and 6 age 10-12years who havenotbeen menstruating by 43 respondents. Datacollection instrumentssuchasquestionnaires.DatawereanalyzedusingChiSquare. Theresults showed the highest level ofknowledgeisat the level quite as many as 19(44.2%)respondents.On respondentsknowledgeableenoughknowledge obtained10(52.6%) respondentsare readytoface andon the level of knowledge menarkhe less. The bivariate analysis usingChiSquaretestISMSPSS 20 computer programwith a95% confidence levelisobtained X2 count of8,05.Theamount is greater thanthe X2tableatdf-3-1:1 (2),withasignificance levelof0,05,whichisworth5,591.Thismeans thatthe countX2> X2 tableis 8,05>5,59.Inaddition,the resultsobtainedalso that the p-value is 0,01 or ? count.Thissuggests thatthe?count<? of 0.01 <0.05. In conclusionthere is a correlation withthelevel ofknowledgemenstrualmenarkhe elementary schoolreadiness classes4,5,and 6 at SD Unggaran 1 Yogyakarta in 2014.
t
f.
Keywords: knowledge,readiness,menarkhe
INTISARI
Penduduk Indonesia didominasi kelompokusia remaja (10-19 tahun)sebanyakkuranglebih 18%. Keadaan penduduk yang didominasi usiaremajamenimbulkan masalshbarn karenaremajatermasukkelompokumur yang perlumendapatkan perhatian khusus terutama dalam hak bereproduksi. Kurangnyapengetahuan pada remaja putri tentangreproduksikhususnyamenstruasi kemungkinan dapatberdampak pada sikapmenghadapimenarkhe.Tujuan untukmengetahui hubungantingkatpengetahuan menstruasidengan kesiapanmenarkhesiswi SDkelas 4, 5, dan6diSD Ungaran1 Yogyakartatahun2014.Jenis penelitian ini adalahsurveianalitik korelasionaldengan pendekatancross-sectional.Penelitian dilakukan di SDUngaran1 Yogyakarta pada 27 Maret 2014.Subjekpenelitian adalahsiswiSDkelas4,5,dan6usia10-12tahunyang belum menstruasisebanyak43responden. Instrumen pengumpulan databerupakuesioner.Analisis data menggunakanChiSquare.Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuanpaling tinggiberada pada tingkatan cukupsebanyak 19(44,2%)responden.Pada responden berpengetahuan pengetahuancukupdidapatkan 10(52,6%)responden yang siapmenghadapimenarkhedanpadatingkatpengetahuankurang. Analisisbivariabei pada uji Chi Squaremenggunakan program komputer SPSS IBM 20 dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasilX2hitungsebesar8,05.Jumlahtersebutlebihbesarbiladibandingkan denganX2tabelpada df=3-1:1(2), dengan tarafsignifikans 0,05yang bernilai5,591
.
HaliniberartibahwaX2hitung>X2tabel yaitu 8,05>5,59. Selainitu didapatpulabahwa hasilp-valueatau a hitungadalah0,01.Hal ini menunjukkanbahwaahitung<a yaitu0,01<0,05.Kesimpulannya ada hubungantingkat
pengetahuanmenstruasidengankesiapan menarkhesiswiSDkelas4,5,dan6di SDUngaran1 Yogyakartatahun2014. Kata Kunci:pengetahuan, kesiapan, menarkhe
Jumal Kesehatan Ibu danAnak.VoI.6,No.2,November 2014.Hal.59-66
bertanggungjawab dalam menjaga kesehatan reproduksi. Seningga, apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang
menstruasi, maka mereka tidak akan mengalami
kecemasan dan reaksi negatif
lainnya'6.
Sementara itu, jumlah sekolah dasar tiga
tahunterakhirdikota Yogyakarta sejumlah 168SD7, Dari data tersebut diketahui jumlahsiswikelas4,5,
dan 6 SDtiga besar terbanyak berada di SD Muh
Sapen 1, SD Muh Sapen 2, dan SD Ungaran 1.
Ketiga SD tersebut mempunyaikarakteristik sama
yaitu dengan populasi siswa lebih dari 200 orang
danberadadikawasan kota
Yogyakarta7.
Daristudi pendahuluan pada sepuluhsiswi kelas 4,5.dan 6masing-masing SD tersebut,diketahui siswi yang sudah mengalami menarkhe paling sedikit di SD Ungaran 1 Yogyakarta. Selain itu, hampir semua siswibaik yang sudah atau yang belum menarkhe di
SD tersebutmengatakan tidak tahu beberapa hal
terkait dengan menstruasi seperti siklus. Berdasarkanuraian di atas,maka penulis tertarik
untuk mengetahui "Hubungan Tingkat Pengetahuan Menstruasi dengan Kesiapan MenarkheSiswiSDKelas4,5,dan 6 diSDUngaran 1 Yogyakarta Tahun 2014".
Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan menstruasi dengan kesiapanmenarkheresponden. Di samping itu tujuan khusus dalam penelitianini
adalaha diketahuinya karakteristik responden meliputi umur, sumber informasi tentang menstruasi, tingkat pengetahuan tentang
menstruasidankesiapanmenarkhe.Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan kebidanan yang berfokus masalah kesehatan
reproduksi remaja diawal memasuki masa
pubertas.Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu bagi pembacanya serta
menjadi sumber informasi pentingnya pemberian
informasi tentang menstruasi pada responden.
Selain itu, hasil penelitian dapat dijadikan dasar penyusunan program penyuluhan kesehatan
maupun konseling terkait kesiapan menghadapi
menarkhe bagi siswi SD kelas 4, 5, dan 6 di SD Ungaran 1 Yogyakarta.
Keaslian penelitian diambil dari peneltian Ninawati dan Kuryadi tentang "Hubungan antara
Sikap terhadap Menstruasi dengan Kecemasan terhadap
Menarkhe"10.
Hasil penelitianmenunjukkan ada korelasi antara sikap terhadap
menstruasi dengan kecemasan menarkhe. Kesamaan penelitian melliputi beberapa tinjauan
teori,penggunaan kelasrespondendan rancangan penelitiannya.Perbedaannyaterletakpadavariabel
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penduduk nomor empat di duniayang
diestimasikansebanyak 237,6 juta
jiwa\
MenurutWorld Health Organization(WHO),jumlah tersebut
didominasiusia 10-19tahun sebanyak kurang lebih 18% dari total jumlah penduduk. Sementara itu,
jumlah remaja diDaerah IstimewaYogyakarta (DIY) yang berumur 10-19 tahun sebesar 538.376 orang, atausekitar 15,57%dari totaljumlah penduduk di
DIY4.
Jumlah yang sangat besar dan sangatpengaruhikekuatanbangsaIndonesia dalam
menjalankan
kehidupannya*.
Keadaan pendudukyang didominasiusia remaja menimbulkan masalah barukarenaremaja termasuk kelompok umuryang
perlu mendapatkan perhatian khusus tenjtama dalam hak
bereproduksi16.
Hasil Riskesdas tahun2010menunjukkan bahwa rata-rata usia menarkhe di Indonesia adalah13 tahundengan kejadianlebih
awal padausia kurangdari 9
tahun5.
Provinsi DIY tahun 2010 menempati urutan ketiga setelahProvinsi DKIJakarta dan Provinsi Bali terkait kasus menarkhedini.Menarkhediniinididominasi anak di
perkotaan. Menurut Janiwarti, menarkhe yang
datang lebih awal ini dapat menjadi problem
sehingga perludipersiapkan.
MenurutErrickson,masapubertas jikatidak
dipersiapkan akan menjadi hal yang
traumatik16.
Kejadian traumatik yang terjadi akan membuat
remaja depresi. Manifestasi depresi biasanya
berkaitan dengan perasaan sedih. murung,putus
asa, merana, dan tidak bahagia. Selain itu,
kematangan seksual juga mengakibatkan remaja
mulaitertarikterhadapanatomi fisiologi tubuhnya,
kecemasan-kecemasan,
danpertanyaan-pertanyaan seputarmenstruasi atau hal-hal yang
berkaitan dengansistemreproduksi lainnya.Secara
umum untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut, kebutuhan remaja meliputi kebutuhan fisik, sosial, dan emosional. Pemenuhan kebutuhan, khusunya untuk remaja putri menjadi
sangatpentingkarena akses informasiremajapada
kesehatan reproduksinya sangat terbatas. Duarsamengatakan bahwa waktu dan kurikulum sekolah sangatlah terbatas untuk memberikan
semua yangdianggap perlu oleh remaja termasuk
dari aspek
kesehatan
reproduksi dan topik-topiklain16.
mem
Kurangnya pengetahuantentangreproduksi
khususnya menstruasi berdampak pada sikap
menghadapi menstruasi. Hal ini dikarenakan,
pengetahuan akan membawa remaja putri untuk
berusaha
siap menghadapi menarkhe. Informasi sebagai sumber pengetahuan diperlukan agarRhomawati,Esiiwidani, Wahyuningsih, Hubungan TingkatPengetahuanMenstruasi
independen dan dependen, serta jumlah sampel. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sejumiah 137.Selainitu,keasliandiambil juga dari penelitian "Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Anak dalam Menghadapi Menarche di SD Negeri Kretek Kecamatan
Paguyangan Kabupaten Brebes Tahun
2011"’.
Hasil dari penelian,secaragarisbesar 13 (27,08%) anak usia 10 tahun tidak siap menghadapi
menarkhe, berdasarkan sumber informasi 17
(56,25%)anak tidak siap menghadapi menarkhe,
sementaraitu 38(79,17%)anakmempunyai respon yang buruk terhadapmenarkhe. Kesamaandengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah beberapa tinjauan teori, penggunaan kelas
responden dan rancangan penelitian yang digunakan. Perbedaannya terletak pada variabel yang diteliti, jenispenelitian, danjumlah sampel.
reliabilitaskoefisien korelasi dikatakan reliabeljika nilaialphanya
>0,75’\
Nilai alpha dari uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan yaitu 0,92 dan kuesioner menghadapi menarkhe0,91.Analisis univariabel daiam penelitian ini, adalah menghitung distribusifrekuensikarakteristik meliputi umur, sumber informasi tentang menstruasi, tingkat pengetahuan tentang
menstruasi,dan kesiapan menghadapimenarkhe.
Analisis bivariabel pada penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kedua
variabel,meliputi variabel independen yaitu tingkat
pengetahuan tentang menstruasi dan variabel dependen yakni kesiapan menghadapimenarkhe. Uji statistikyangdilakukanpadaanlisisbivariabel ini menggunakan chi-square dengan tingkat kepercayaan
95%14.
Kesimpulan diambil dengancara membandingkan p-value (nilai signifikansi) dengan a (0,05). Bila p-value>a(0,05) maka hipotesis Ho diterima ataudengan kata lain tidak ada hubunganantaratingkat pengetahuantentang
menstruasi dengan kesiapanmenghadapi menarkhe. Sebaliknya bilap-value<a(0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuantentangmenstruasi dengan kesiapan menghadapimenarkhe.
r
*
:
METODE
Penelitian inimenggunakanmetode survei analitik koreiasional. Rancangan penelitian
menggunakan pendekatan waktu cross-sectional.
Pengambilan datadilakukan pada 27Maret2014. Penelitiandilakukan diSD Ungaran1Yogyakarta, Jalan Serma Taruna Ramli No.3 Kotabaru
Gondokusuman.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SD kelas 4,5,dan 6 di SD Ungaran 1 Yogyakarta tahun 2014 sejumiah 215 orang.Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SD kelas 4, 5, dan 6 di SD Ungaran 1 Yogyakarta pada tahun 2014 yang memenuhikriteria.
Dariseluruhsiswi yangmemenuhikriteria sejumiah 52 orangdilakukan proporsional randomsampling.Proporsional random samplingdilakukan untuk memenuhi jumlah besar sampelminimal yang dihitung dengan rumus sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi menurut
Sastroasmoro15.
Dalam perhitungan tersebut didapatkanbesarsampelminimalsejumiahminimal 43responden.r
HASIL
Usia Responden
Penelitianinimenggunakan respondendari
siswi SD kelas 4, 5, dan 6 di SD Ungaran 1 Yogyakarta tahun 2014. Daridata yangterkumpul didapatkan persebaran usia sebagaiberikut.
Tabel1
ndenBerdasarkanUmur pada Siswi SD
Ungaran 1YogyakartaTahun 2014 Distribusi FrekuensiRe Kelas4.5, dan 6di spoi iSD Frekuensi Persentase (%) Usia (Tahun) No 55.8 24 10 23.3 10 2 11 20.9 9 3 12 100,0 43 Jumlah
Sumber :daleprimer20U
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi responden berdasarkanumurpada siswi SD kelas
4,5,dan 6 di SD Ungaran1Yogyakarta tahun 2014 diketahui jumlah responden sebanyak 43. Umur terbanyak 10 tahun sebanyak 24(55,8 %) responden.
Sumber
Informasi
Hasil penelitian terkait sumber informasi dan jumlah sumber informasi menstruasi didapatkan distribusi
frekuensi
sebagaiberikut. Instrumen penelitian dalam penelitian iniadalahkuesioner. Kuesioner yangdigunakan diuji validitasdan reliabilitasnya. Pada penelitian ini, uji
validitas
dibantu program komputer R comender dengan rumus korelasiproductmoment1\
Hasilnya didapatkansoal validmasing-masing 25soal pada kuesioner tingkat pengetahuan menstruasi dan kuesioner kesiapan menarkhe. Setelah itu dilakukan uji reliabilitas. Dalam perhitunganJumal KesehatanIbu danArtak.Vol6,No.ZNovember2014.Hal.59-6«
Tabel 2.
Disiribusi FrekuensiRespondenBerdasarkan Sumber Informasi danJurr.lah Sumber tentang Menstruasi pada Siswi SD Kelas4,5,
dan6di SDUngaran 1 YogyakartaTahun 2014
Dari tabel5distrihusi frekuensiresponder, berdasarkan kesiapan menghadapi menarche diketahui bahwa sebanyak 23 (53,5%) responden mempunyai sikap siap dalam menghadapi menarkhe. Sisanya, sebanyak 21 (46,5%)
responden mempunyai sikap tidak siap dalam
menghadapi menarkhe. Jumlah responden yang siapdan tidak siap menghadapimenarkhe hampir
sama,hanyaterpauttigaresponden.
Frckuonsi(n) Persentase(V.) Kcrakteristm
SumterInformasitentangMenstruasi:
Teman PetugasKesehatan Orang tua Tetevisi Guru Radio Koran/Majalah Internet
JumlahSumber InformasitentangMenstruasi: Belummendapatkan informasi
Satu sumberinformasi Duasumberinformasi
Tiga sumber informasi Empat sumberinformasi_
12 1,6 2 34 6 8.8 9 13.2 0,0 0 6 8.8 0 0.0
Hubungan Tingkat Pengetahuan Menstruasi
dengan KesiapanMenarkhe
Analisis bivariabel dilakukan untuk
mengetahuiada tidaknya hubungan keduavariabel,
meliputi variabel independen yaitu tingkat pengetahuan tentang menstruasi dan variabel dependen yakni kesiapan menghadapimenarkhe.
Tabel5.
Tabel Silang Tingkat PengetahuantentangMenstruasi dengan
Kesiapan MenghadapiMenarkhe pada SiswiSDKelas4. 5.dan 6 di SD Ungaran1YogyakartaTahun 2014
4 9.3 41,9 34.9 18 15
w
4 2 4.7 Jumlah 43 100,0Sumber:data primer 2014
Dari tabel 2, sumber informasi paling banyak berasal dari orang tua yaitu 34(50,0 %)jawaban. Jumlah sumber informasi, paling banyak mendapat sumber informasi dari satu sumber yaitu sebanyak 18(41,9%) responden. Bahkanadarespondenyang belummendapatkan informasimenstruasisebanyak4(9,3%)responden. Tingkat Pengetahuan
Menstruasi
Hasilpenelitian terkait tingkat pengetahuan
didapatkandistribusi frekuensiresponden sebagai berikut.
Tingkat Sikap MenghadapiMenarkhe
No Pengetahuan
-tentang
Menstruasi I '
%
TdakSiaP Jumlah
X2
P-value_L»
_______
»*
_ Siap 1178.6 10 52.6 2 20.0 3 21.4 947.4 880.0 14 100.0 19100,0 8.0 0,01 10 100,0 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang 23 53,5 2046,5 431Q0;0Q JumlahSumber:data primer 2074
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat Pengetahuan
tentangMenstruasipadaSiswi SD Kelas4,5, dan 6 di SD Ungaran 1
__
Yogyakarta Tahun 2014Dari tabel 5menunjukkanbahwa responden berpengetahuan baik didapatkan 11(78,6%) responden siap menghadapi menarkhe. Pada tingkat pengetahuan cukup didapatkan 10(52,6%) responden yang siap menghadapi menarkhe dan
padatingkat pengetahuankurang,hanya 2(20,0%)
responden yang siap menarkhe.Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
tentangmenstruasi dengan kesiapan menghadapi
menarkhe pada responden paling banyak berada padatingkatan kurang dan tidak siap menghadapi menarkhe dengan persentase 80%. Akan tetapi, hasil tersebut tidak terpautjauhdengan persentase
responden berpengetahuan menstruasi baik dan
siap menarkhe yaitu78,6%.Darihasil perhitungan menggunakanujistatistik menggunakanchi-square pada program komputer SPSS IBM 20 dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil chi
square
(X2)
hitung sebesar 8,05. Jumlah tersebutlebih besar bila dibandingkan dengan chi square
(X2)
tabel pada df=3-1:1(2), dengan taraf signifikans0,05 yang bernilai 5,591. Halini berarti bahwa
X2
hitung>
X2
tabel yaitu 8,05>5,59.Selainitu didapat pula bahwa hasilp-valueatau ahitungadalah0,01.Hal ini menunjukkan bahwa a hitung<a yaitu
0,01<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
No TingkatPengetahuan Frekuensi Persentase(%) Baik 1 14 32.6 2 Cukup 3 Kurang 19 44,2 10 23.3 Jumlah ii 100.0
Sumbar :daleprimer2014
Pada tabel3
distribusi frekuensi
respondenberdasarkan
tingkat pengetahuan tentang menstruasi, diketahuibahwa tingkat pengetahuanpaling tinggi berada pada tingkatan cukup yaitu
sebanyak 19 (44,2%) responden dan yang paling sedikit berada pada tingkat pengetahuan kurang
yaitu
10(23,3%)
responden.Kesiapan
Menarkhe
Hasilpenelitianterkait kesiapanmenarkhe didapatkandistribusi
frekuensi
responden sebagai berikut.Tabel4.
DistribusiFrekuensiResponden berdasarkanKesiapan Menghadapi MenarkhepadaSiswiSD Kelas4,5.
diSDUngaran 1 Yogyakarta Tahun 2014 dan6
No Sikap Frekuensi Persentase(%)
T
SiapTidakSiap 23 53,5
2 20 46,5
Jumlah il 100,0
Rhomawati,Estiwidani,Wahyuningsih, Hubungan TmgkatPengetahuanMenstruasi.
hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang menstruasidengan kesiapan
menarkhe.
Informasiyangdidapatselaindari orangtua
jugaberasa! daritemansebaya. Halinijugasesuai
dengan pendapat Yusuf yang secara iebih detail menjelaskan bahwa
keiompok
teman sebayasebagai lingkungansosial bag!remajamempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan
kepribadian’8.
Peranan itusemakinpenting, karena perubahan struktur masyarakat pada beberapa tahun terakhir didominasi o!eh keiompok remaja. Pengaruh keiompok teman sebaya terhadap remaja berkaitan erat dengan kondisi keluarga remaja sendiri. Remaja yang memiliki hubunganyangbaik dengan orangtuanyacenderurig mampu menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman
sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik. Hubungan keiompok teman sebaya dengan kesiapan menghadapi menarkhe yaitu, informasi menarkhe ternyata diperoleh juga dari keiompok
temansebaya. Apabilainformasi-informasitentang
menstruasi tidak benar, maka persepsi siswi tentang menarkhe akan negatif, sehingga siswi tersebut merasa malu dan tidak siap saat
mengalami menarkhe. Oleh karena itu, keluarga khususnya orangtuaharus mengawasi pergauian
anakdantemannya.
Informasi tentang menstruasi yang
didapatkan siswi SD kelas4,5, dan 6 di SDUngaran
1 Yogyakarta tahun 2014 juga berasal dari, koran/majalah, televisi, dan petugas kesehalan.
Menurut Azwar, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majaiah, dan lainnya
berpengaruhbesar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan1.
Media televisi dan koran/majalah menurut hasil penelitian menempatiurutanketiga. Menurut Mubarak dkk, informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-formaldapat memberikan
pengaruh9.
Berkembangnyateknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang akan berpengaruh pada
pembentukan opini dankepercayaan.Kemudahan
memperoleh suatu informasi dapat
membantu
mempercepat seseorang untuk
memperoleh
pengetahuan yang baru. Oleh karena itu sumber informasi dari media televisi dan koran/majalah hendaknya memuat informasi yang benar dan
sesuai dengan perkembangan psikologis remaja padatahap awalperkembangan.
Sumberinformasi paling sedikit didapat dari
petugas kesehatan. Padahal, petugas
kesehatan
merupakansumber informan yang paling lengkap dan terpercaya. Olehkarenaitu,dibutuhkanaksesyang Iebih untuk menjangkau tenaga
kesehatan
PEMBAHASAN
Usia
Hasilpenelitianinimenunjukkanbahwa usia
responden paling banyak adalah 10 tahun. Usia
responden yang didominasi pada umur 10 tahun tesebutsamadenganhasilpenelitianPurwantidan
Jayantiyang menelititentang deskripsifaktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapimenarkhediSDNKretekKecamatan
PaguyanganKabupaten Brebes tahun 201
18.
Padapenelitiantersebutsiswiyang paling banyakberada
pada usia 10 tahun. Usia seseorang juga
merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan. Menurut
Notoatmodjo, bertambahnya umur seseorang
mempengaruhi perubahan pada aspek fisik dan psikologis
(mental)12.
Pada aspek psikologis atau mental tarafberfikirseseorangsemakin matang dandewasa. Selainitu,menurutSoedjiningsih,usia10 tahun masuk dalam tahap remaja awal yang biasanyamulaibersikap inginbebas, Iebih banyak memperhatikan penampilan, dan Iebih dekat dengan teman sebaya.Olehkarenaitu,dibutuhkan
pendampingan yang baik pada anak anak dalam usiatersebut.
Sumber InformasitentangMenstruasi
Berdasarkanhasil penelitian terkait dengan sumber informasi tentang menstruasi, informasi terbanyak berasal dari orang tua sedangkan terbanyakkedua berasaldari teman sebaya. Hal ini
berbeda
dengan hasil penelitian Purwanti dan Jayanti menunjukkan bahwa sumber informasitentang menstuasi diperoleh paling banyak berasal dari teman
sebaya8.
Menurut Middlebrookl hal tersebut dimungkinkan karena pada masa anak-anak dan remajaorangtua biasanya menjadi figurpaling berarti. Lebih jauh,menurutYusuf informasi terkaitmenstruasi dapatdiperolehdarikeluarga.18
Hal
ini
menunjukkan bahwa orang tua sangatdimungkinkan
sebagai informan tentang menstruasi bagi anak-anaknya. Berdasarkanpenelitian yang dilakukan Muriyana, orang tua
secara
lebih dini harus memberikan penjelasantentang
menarkhe pada anakperempuanya
agar anak lebihmengerti dan siap dalam menghadapi menarkhe. Oleh karena itu,orang tuaharus lebih bisa memberikan informasi yang dianggap perluJumal KesehalanIbudanAnak, Vol.6,No.2, November2014,Hal.59-66
berpengetahuan kurang dikhawatirkar. terjadi ketidaksiapan dalam mengahadapi menarkhe Oleh karena itudibutuhkan upava untuk meningkatkan pengetahuan menstruasi khususnya pada sub variabel adaptasi masa pubertas. Menurut Azwar, pengetahuan yang baru akan memberikan landasan kognitif baru bagi pembentukan sikap tehadap suatu hal tertentu. Apabila pengetahuan yang diperolehcukupkuat,makaakan membentuk dasar efektif dalam bersikap kearah tertentu. Selaras dengan Middlebrook pengetahuan yang cukup kuat tentang menstruasi akan menentukan kesiapan menghadapi menarkhe seseorang. Berkaitan dengan hal tersebut, hendaknya orang
tua, guru, dan petugas kesehatan berupaya meningkatkanpengetahuan
menstruasi1.
terkait pemberian inrormasi mangenaimenstruasi untuk meningkatkan kesiapan menghadapi menarkhe.
Di sisilain, hasilpenelitian terkait dengan
jumlahsumberinformasitentang menstruasi,paling
banyak responden menjawab mendapatkan
informasihanyadari satu sumberinformasi.Bahkan ada responden yang yang belum mendapat informasi sama sekali terkait dengan menstruasi.
Hal yang sama juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan oleh Purwanti dan
Jayanti8.
Pada penelitian tersebut didapati sebanyak 30,77%responden belum mendapatkan sama sekali informasimengenaimesnstruasi. Padahal menurut Notoatmodjo, informasi merupakan salahsatu faktoryangmempengaruhi
pengetahuan11.
Menurut Suryani dan Widyasih, jika peristiwa menarkhe tersebut tidak disertai dengan informasi-informasi yangbenar maka akan timbul beberapa gangguan-gangguan baik fisik maupunpsikologis17.
Gangguan-gangguan
tersebut berasal dari penolakanterhadapgejalafisikdan psikologissaatakan menarkhe atau menstruasi. Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), gejala fisik tersebut diantaranya adanya perubahan berat badan,
pembengkakan pada perut, ketidaknyamanan
payudara,terasa nyeri dan kakubila ditekan,sakit
kepala,nyeridan pegal otot,dismenore kongesif, perubahan nafsu makan dan berkurangnya air kencing, keram perut, dll. Selain itu, gejala psikologis yang terjadi yaitu rasa berdosa saat
menstruasi, jijik, kurang disiplin menjaga
kebersihan badan, bahkan menganggap menstruasi sebagai pengalaman yang tidak
menyenangkan. Sehingga, menurut Janiwarty dan
Pieter perubahan tersebut meliputi perubahan emosional, perasaan cemas, stress, bahkan depresi. Oleh karena itu, pemberian informasi
tentang menstruasi sangatlah penting sehingga
diperlukan sumberterpercayaagar informasiyang diterima dapat membantu menghadapi menarkhe.
Kesiapan Menghadapi Menarkhe
Kesiapan menarkhe siswiSDkelas4,5,dan 6 usia 10-12 tahun di SD Ungaran 1 Yogyakarta tahun 2014 menurut hasil peneiitian mayoritas berada dalam kateogori siap. Kesiapan dalam penelitian ini merupakan sikap atau kesediaan untuk bertindak menghadapi menarkhe. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagaian besar siswi SD kelas 4,5,dan6 usia 10-12 tahun di SD Ungaran 1 Yogyakarta tahun2014mempunyaiperasaanpostif
dalammenghadapimenarkhenya. Sehingga dapat diartikan pula bahwa responden mempunyai kemampuan fisik dan mental yang cukup dalam menhadapi menarkhe seperti yang dikemukakan Dalyono bahwa kesiapan diartikan kemampuan cukup baik fisik dan
mental8.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Purwanti dan Jayanti yaitu responden mayoritas tidak siapmenarkhe8.
Dalam penelitian tersebut dibahas bahwa secara emosional kesiapan anak menghadapi menarkhe menunjukkan bahwa hampir semua perasaan responden mengalamicemas,bingung, takut dan deg-degan.Sementara
itu, hasil penelitian yang dilakukan Ninawati dan Kuryadi tentang hubungan antara sikap terhadap menstruasidengan kecemasan terhadapmenarkhe menunjukkanbahwa semakinpositifsikap terhadap menstruasi maka semakin kurang
kecemasan18.
Berkaitan dengan hasil penelitian kesiapan menarkhe siswi SD kelas 4,5,dan 6 usia 10-12 tahun diSD Ungaran 1 Yogyakarta tahun 2014 yang mayoritas siap menghadapimenarkhe diharapkan kecemasan atau perasaan buruk lain terhadap menarkhe juga berkurang. Janiwarty dan Pieter (2013), mengemukakan bahwa masalah psikologis yang sering muncul yaitu tidak ada kesiapan menerima perubahan fisik. Oleh karena itu, diperlukan upaya mepersiapkan seseorang TingkatPengetahuan Menstruasi
Hasil pengukuran tingkat pengetahuan menstruasi menggunakan kuesioner didapatkan pengetahuan paling rendah berada pada subvariabel adaptasi masa pubertas, faktor-faktor
yang mempengaruhi menarkhe, perubahan fisik
masa remaja, dan gangguan proses menstruasi. Pada
subvariabel
tersebut, responden yang menjawab benar kurang dari 50%. Minimnya pengetahuan terkait hal-hal yang terjadi di masa pubertas merupakan faktor yang mempengaruhi ketidaksiapan menarkhe. Selaras denganpendapat Janiwarty dan Pieter (2013)pada responden yangRhomawati, Estiwidani,Wahyuningsih,Hubungan Tingkat PengetahuanMenstruasi,
menghadapi menarkhe. Upaya tersebut bisa
dilakukan
orangtua,guru, petugas kesehatan,ataumedia massa denganmeningkatkan pengetahuan
tentangmenstruasi.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Menstruasi
denganKesipanMenarkhe
Hasil penelitian tingkat pengetahuan
menstruasi dengankesiapan menarkhe siswi usia 10-12tahunSDUngaran1Yogyakarta tahun2014,
menunjukkan jumlahterbanyak beradapada tingkat
pengetahuanbaik dansiap menghadapimenarkhe.
Namun persentase terbesar berada pada tingkat pengetahuan kurang dan tidak siap menghadapi
menarkhe. Persentase responden yang
berpengetahuan baik dan siap menghadapi
menarkhe hampir sama dengan responden berpengetahuankurangdantidaksiap menghadapi
menarkhe. Melihat ha! tersebut, hendaknya orang
tua,guru, dan petugas kesehatan melakukan upaya untuk meningkatkan pegetahuan menstruasi agar respondenkhususnyadan seiuruh siswi usia 10-12 tahunumumnya,siap menghadapi menarkhe.
Selain itu, persentase dan jumlah respondenyanghampir samaberada padatingkat
pengetahuancukup dan siapmenghadapimerakhe
serta responden yang berpengetahuancukupdan
tidak siap. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan yang cukup masih berpotensi
menimbulkan ketidaksiapan dalam menadapi menarkhe. Oleh karena itu, untuk membuat
seseoranglebih siap menghadapimenarkhe,maka pengetahuan tentang menstruasi yang dibutuhkan harus lebihdaricukup.
Disisilain,hasilpenelitian hubungan tingkat pengetahuan menstruasi dan kesiapan menarkhe siswiSDkelas 4,5,dan 6 usia 10-12 tahun di SD Ungaran 1 Yogyakarta tahun 2014 menunjukkan hubungan positif antara pengetahuan menstruasi
dan kesiapan menarkhe. Responden yang
mernpunyai pengetahuan baik lebih banyak yang
siap menghadapi menarkhe. Sebaliknya, responden yang berpengetahuan kurang lebih banyak yangkurang siap menghadapimenarkhe. Bila dibandingkan denganpenelitianNinawatidan
Kuryadi tentang hubungan antara sikap terhadap
menstruasi dengan kecemasanterhadapmenarkhe menunjukkan bahwasemakinpositifsikapterhadap menstruasi maka semakin kurang kecemasan.10
Sehingga
kesiapan menarkhe nantinya akanmempengaruhisikap saatmenstruasi.
Hasil penelitian juga sesuai dengan pendapat Suryani dan Widyasih yaitu anak yang
mernpunyaisikappositifakan senangdan bangga
karenamereka menganngap sudah dewasasecara
biologis dan anak yang mernpunyai sikap negaiif
tentangmenarkhe akan menolakdanmenganggap
menarkhe sebagai beban baru yang tidak
menyenangkan17.
Oleh karena itu, diperiukan pengetahuan menstruasi yang baik benar untuk menghadapi menarkhe. Selaras dengan haltersebut,orangtua,guru, dan petugas kesehatan
hendaknya berupaya meningkatkan pengetahuan
untuk mempersiapkanmenghadapimenarkhe. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian
Pada saat pelaksanaan pengisian kuesioner, ada beberapa responden takut mengisi salah sehingga mucul pertanyaan klarifikasi terhadap soal dansuasana menjadi sedikit ricuh.
Selainitu,pada saat pengisiankuesioner,reponden
duduk berdekatan sehingga ditakutkan ada bias data.Penelitian inimernpunyai keunggulan mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, danhasilnya cepat diperoleh. Akan tetapi, penelitian ini mernpunyai keterbatasan diantaranya sebagai berikut.Responden dalam penelitian ini
hanya berjumlah 43 orang, menurut peneliti
diperiukan reponden penelitian yang lebih besar
agar dapat menggambarkan hubungan antara
variabe! tingkat pengetahuan menstruasi dengan
kesiapan menarkhe secara lebih akurat.Keakuratan data pengetahuan menstruasi dan kesiapan
menarkhepalinglemahbila dibandingkan dengan
rancangan penelitian yangIain. Halinidikarenakan, pengukuran sikap (kesiapan) paling baik adalah dengan mengamati secara terus-menerus.
Penelitianinikurangvalid untukmeramalkansuatu kecenderungan, misalnya seseorang yang
berpengetahuanbaik akan selalu siap menarkhe.
Hal ini dikarenakan, menurut Notoatmodjo,
rancangan penelitian cross-sectional mernpunyai kesimpulan korelatif faktor risiko dan faktor efek
paling lemah.Tidak ada intervensi dan evaluasi setelahdiberikan
kuesioner13.
V f ! ! ! t
I
f ! /L
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian hubungan tingkat
pengetahuan
menstruasi
dengan kesiapanmenarkhe siswi
SDkelas4, 5,dan 6di SDUngaran 1YogyakartaTahun 2014, sejumlah43 responden dapatditarikkesimpulan sebagaiberikut.Sejumlah 55,8% responden berusia 10 tahun dan sumberinformasi tentang menstruasi terbanyak berasal dari orangtua yaitu sebesar 50%.Mayoritas tingkat
pengetahuan menarkhe responden adalah cukup
Jumal Kesehatantbu dan Anak, Vol.6.No.2,November 2014,Hal.59-66
8. Jayanti, N., Purwanti, S. DeskripsiFaktro-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Anak dalam MenghadapiMenarche di SD Negeri 1 Kretek Kecamatan Pagayungan Kabupaten Brebes Tahun 2011. Diunduh tanggal 20 Febuari 2014 dari JumalllmiahKebidanan; 2012: Vol.3 No.1
EdisiJuni.
9. Mubarak, W. I., Chayatin, M., Rozikin, A.,
Supradi. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Belajar Mengajar dalamPendidikan.
Yogyakarta: Grahallrnu;2007.
10. Ninawati,Kuryadi, D. Hubungan antara Sikap
terhadap Menstruasi dengan Kecemasan terhadap Menarche. Jakarta: Universitas
TarumanegaraJakarta; 2006.
11. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat llmu dan Seni. Jakarta: Rineka Gipta; 2007.
12. Notoatmodjo,S.PromosiKesehatandanllmu Perilaku. Jakarta:RinekaCipta;2007.
13. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta;2010.
14. Riwidikdo,H.StatistikKesehatan. Yogyakarta:
MitraCendikia;2010.
15. Sastroasmoro, S. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis.Jakarta:SagungSeto;2011
.
16. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.Jakarta
:
Sagung Seto;2010.
17. Suryani, E., Widyasih, H. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:Fitramaya;2009.
18. Yusuf, S. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja (Edisi revisi). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya;2010.
responden adalah baik yaitu sebesar 53,5%.Ada
hubungan yang signifikan antara tingkat
perigetahuan menstruasi dengan kesiapan
menarkhesiswi SD kelas4,5, dan6di SDUngaran 1Yogyakartatahun.
SARAN
Penelitian ini dapat digunakan Kepala SD Ungaran 1 Yogyakarta untuk merencanakan dan
menyusun program sebagai upaya peningkatan
pengetahuan tentang menstruasi bagi siswi SD kelas 4, 5, dan 6 di SD Ungaran 1 Yogyakarta.
Penelitian juga dapat digunakan bidan
penanggungjawab bidang kespro Puskesmas di
Kota Yogyakarta untuk merencanakan,
mengoptimalisasikan,melaksanaanpelayanandan
pembinaan kesehatan reproduksi remaja
khususnya remaja awal mengenai pengetahuan
menstruasidankesiapan menarkhe lewat instansi sekoiah dasar (SD).Hasil penelitian ini dapat membantu untuk diiakukan penelitian lebih lanjut
yaitu untuk membuat metode atau media dalam
meningkatkan pengetahuan tentang menstruasi untuk meningkatkan kesiapan menghadapi
menarkhe.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Azwar, S. Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
2. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Populasi Remaja
Indonesia.Jakarta :BKKBN;2011
.
3. Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Pendewasaan Usia
Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi RemajaIndonesia.Jakarta: BKKBN; 2010.
4. BadanPusat Statistik(BPS).SensusPenduduk
AntarSensus; 2010.Diunduh20Januari2014 dari
http://sp2010.bps.go.id/index.php.
5. Balitbangkes
Kemenkes
Rl. Riset KesehatanDasar 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Rl;2010.
6. Dalyono.Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta;2005.
7. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Daftar
Satuan
Pendidikan
Dasar Penerima Hibah. Yogyakarta: Dinas Pendidikan Kota