• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

Variabel bebas : Perilaku Prososial

Variabel tergantung : Psychological Well-Being B. DEFINISI OPERASIONAL

1. Psychological Well-Being

Psychological well-being (PWB) adalah pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan dan terus bertumbuh secara personal.

PWB dalam penelitian ini akan diukur berdasarkan enam dimensi yang dikemukakan oleh Ryff (1995) dan sudah diadaptasi untuk kondisi Indonesia oleh Hapsari dkk (2011) yang kemudian diadaptasi kembali oleh penelliti. Enam dimensi tersebut adalah penerimaan diri (self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relation with other), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan perkembangan diri (personal growth).

(2)

2. Perilaku Prososial

Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu manfaat langsung kepada orang yang melakukan tindakan menolong tersebut, dan bahkan mungkin memberikan resiko bagi orang yang menolong.

Perilaku prososial dalam hal penelitian akan diukur berdasarkan enam sub aspek menurut Rushton (1981) dan mengembangkan aitem berdasarkan keenam type dari perilaku prososial, dan dari keenam type tersebut Rushton mengaitkan masing-masing type ke dalam beberapa aspek, antara lain: altruism (memberikan pertolongan secara sukarela), compliant (permintaan menolong orang lain dan tindakan muncul secara spontan), emotional (perilaku didasarkan oleh situasi emosional yang tinggi), public (perilaku dimunculkan di depan orang lain), anonymous (perilaku menolong ditunjukkan tanpa diketahui oleh orang yang menerima pertolongan), dan dire (perilaku menolong diantara situasi krisis atau keadaan darurat).

Alat ukur diadaptasi oleh peneliti dengan cara melakukan back-to-back kepada 4 mahasiswa Sastra Inggris. Setelah mendapatkan hasil terjemahan, kemudian peneliti melakukan personal judgement kepada dosen pembimbing dan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi USU untuk memilih hasil terjemahan yang mudah untuk dipahami. Setelah itu, kemudian peneliti memberikan hasil terjemahan yang telah dipilih

(3)

untuk ditranslate kembali ke Bahasa Inggris oleh seorang guru Bahasa Inggris.

C. SUBJEK PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian sosial, populasi dapat diartikan sebagai kelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Kelompok subjek yang disebut populasi ini harus memiliki ciri atau karakteristik yang sama yang membedakannya dari populasi yang lain (Azwar, 2013). Dalam penelitian ini yang menjadi karakteristik populasi ialah harus merupakan pelayanan khusus yang aktif di GBKP Klasis Berastagi.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dari mana ia berasal. Sampel penelitian harus bersifat representatif terhadap populasinya karena hasil penelitian akan digeneralisasikan ke populasi asal sampel tersebut (Azwar, 2013). Sampel penelitian ini berjumlah 182 orang, yang terdiri dari 182 pelayan khusus yang aktif di GBKP Klasis Berastagi. 2. Metode Pengambilan Sampel

Azwar (2013) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dari mana ia berasal. Sampel yang baik adalah sampel yang mampu merepresentasikan karakteristik populasinya. Hal ini dikarenakan hasil

(4)

penelitian yang menggunakan sampel tersebut akan digeneralisasikan kepada populasinya.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode Non-Probability Sampling karena tidak semua individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian (Azwar, 2013).

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Hadi (2002) mengatakan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur harus sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode self report dalam mengumpulkan data yang berupa kolon isian data pribadi subjek penelitian dan skala sebagai berikut:

1. Kolom Isian Data Pribadi

Kolom ini berguna dalam memperoleh data tentang nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan status dalam gereja. Subjek dapat menuliskan data tersebut pada kolom yang telah disediakan.

2. Skala

Skala merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur konstruk atau konsep psikologis yang dapat mengungkap data terkait atribut psikologis individu (Azwar, 2013).

(5)

Penelitian ini menggunakan 2 skala, yakni: 1) Skala Psychological well-being

Psychological well-being diukur dengan menggunakan skala yang mengukur tiap aspek PWB oleh Ryff (1995), antara lain: self acceptance, positif relation with other, autonomy, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth.

Tabel 1. Blueprint Skala Psychological Well-Being

No. Aspek Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

1 Self Acceptance 6, 12 1, 18 4

2 Positive Relation with other 10 4, 16 3

3 Autonomy 7, 13, 14, 17 - 4

4 Environmental Mastery 2 8 2

5 Purpose in Life 11 5 2

6 Personality Growth 9 3, 15 3

Total 18

Skala ini disusun dengan model Likert yang setiap aitemnya disertai dengan 6 pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Agak Tidak Setuju; (4) Agak Setuju; (5) Setuju; dan (6) Setuju. Tiap subjek akan memberikan tanda ceklis (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan dirinya sendiri. Tiap angkat mewakili bobot penilaian dan berlaku hanya untuk aitem favourable, sedangkan untuk aitem unfavourable memiliki bobot angkat sebaliknya.

(6)

Tabel 2. Contoh Aitem pada Alat Ukur Psychological Well-Being

Variabel Aspek No. Aitem Pernyataan

Psychological Well-Being

Self Acceptance 12 Saya menyukai sebagian besar aspek diri saya. Positive Relation with other 16 Saya jarang memiliki hubungan yang hangat dan

dilandasi rasa saling percaya dengan orang lain.

Autonomy 7

Saya memiliki kepercayaan diri dalam berpendapat meskipun berbeda dengan pendapat

umum.

Environmental Mastery 2 Secara umum, saya merasa saya menguasai situasi dilingkungan hidup saya.

Purpose in Life 11 Saya memiliki tujuan hidup. Personality Growth 3

Menurut saya, penting memiliki pengalaman baru yang menantang pandangan saya tentang diri saya

sendiri dan dunia selama ini.

2) Skala Perilaku Prososial

Perilaku prososial diukur dengan menggunakan skala yang mengukur tiap aspek perilaku prososial yang dijabarkan oleh Johnson dan Rushton (1981), yaitu: public, anonymous, dire, emotional, compliant, dan altruism.

Tabel 3. Blueprint Skala Perilaku Prososial

No. Type Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable 1 Public - 1, 3, 5, 13 4 2 Anonymous 8, 11, 15, 19, 22 - 5 3 Dire 6, 9, 14 - 3 4 Emotional 2, 12, 17, 21 - 4 5 Compliant 7, 18 - 2 6 Altruism - 4, 10, 16, 20, 23 5 Total 23

(7)

Skala ini disusun dengan model Likert yang setiap aitemnya disertai dengan 5 pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat Tidak Sesuai dengan Diri Saya; (2) Tidak Sesuai dengan Diri Saya; (3) Agak Sesuai dengan Diri Saya; (4) Sesuai dengan Diri Saya; dan (5) Sangat Sesuai dengan Diri Saya. Tiap subjek akan memberikan tanda ceklis (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan dirinya sendiri. Tiap angkat mewakili bobot penilaian dan berlaku hanya untuk aitem favourable, sedangkan untuk aitem unfavourable memiliki bobot angkat sebaliknya.

Tabel 4. Contoh Aitem pada Alat Ukur Perilaku Prososial

Variabel Type No. Aitem Pernyataan

Perilaku Prososial

Public 1 Saya akan menolong orang lain sebaik mungkin jika ada yang memperhatikan saya. Anonymous 8 Saya lebih suka untuk mendonasikan uang tanpa

mencantumkan nama.

Dire 14 Mudah bagi saya untuk menolong orang lain ketika situasi mereka mengerikan.

Emotional 2 Saya sangat puas jika saya mampu menenangkan orang lain yang sedang tertekan.

Compliant 7 Ketika orang meminta saya untuk menolong mereka, saya tidak ragu-ragu untuk menolongnya. Altruism 23 Saya merasa jika saya menolong seseorang, mereka

harus menolong saya di masa yang akan datang.

E. VALIDITAS DAN REABILITAS 1. Validitas alat Ukur

Validitas merupakan akurasi dan kecermatan data yang mana kepercayaan kesimpulan hasil penelitian bergantung pada hal ini.

(8)

Penelitian ini telah menguji validitad alat ukur dengan menggunakan validitas isi yang mengukur sejauhmana isi angker atau kuesioner memperoleh data yang komprehensif dan relevan untuk tujuan penelitian.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Azwar (1999) menyebutkan reliabilitas memiliki makna kecermatan pengukuran yang merupakan konsistensi dari hasil pengukuran. Reliabilitas tiap alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan menggunkana koefisien Alpha Cronbach.

3. Daya diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem merupakan kemampuan suatu aitem dalam membedakan antara kelompok yang memiliki atribut yang diukur atau tidak (Azwar, 1999). Adapun batasan kriteria pemilihan aitem untuk alat ukur dalam penelitian ini ialah rix > 0.25.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

1. Hasil Uji Coba Skala Psychological Well-Being

Berdasarkan uji coba yang dilakukan terhadap skala Psychological Well-Being yang terdiri dari 18 aitem, pada uji coba pertama diperoleh 14 aitem yang memenuhi kriteria. Kemudia seiring dengan uji coba kedua pada skala perilaku prososial, penulis juga melakukan uji coba terhadap skala psychological well-being, dan tetap diperoleh 14 aitem yang memenuhi kriteria. Aitem-aitem ini kemudian dianalisa kembali dan diperoleh nilai α Cronbach = 0,728.

(9)

Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Psychological Well-Being

No. Aspek Aitem Uji Coba I Aitem Uji Coba II

Aitem setelah Uji Coba

Fav Unfav Fav Unfav Fav Unfav

1 Self Acceptance 6, 12 18, 1 6, 12 18, 1 9 14

2 Positive Relation with

Other 10 4, 16 10 4, 16 7 2, 13 3 Autonomy 7, 13, 14, 17 - 7, 13, 14, 17 - 4, 10, 11 - 4 Environmental Mastery 2 8 2 8 1 5 5 Purpose in life 11 5 11 5 8 3 6 Personality Growth 9 3, 15 9 3, 15 6 12 Total 10 8 10 8 8 6

2. Hasil Uji Coba Skala Perilaku Prososial

Berdasarkan uji coba yang dilakukan terhadap skala Perilaku Prososial yang terdiri dari 23 aitem, pada uji coba pertama diperoleh 15 aitem yang memenuhi kriteria. Kemudian penulis merevisi kembali skala perilaku prososial dan melakukan uji coba untuk yang kedua kalinya dan memperoleh 18 aitem yang memenuhi kriteria. Aitem-aitem ini kemudian dianalisa kembali dan diperoleh nilai α Cronbach = 0,710.

Tabel 6. Hasil Uji Coba Skala Perilaku Prososial

No. Type Aitem Uji Coba I Aitem Uji Coba II Aitem setelah Uji Coba

Fav Unfav Fav Unfav Fav Unfav

1 Public - 1, 3, 5, 13 1, 3, 5 13 3 1, 5 2 Anonymous 8, 11, 15, 19, 22 - 8, 11, 15, 19, 22 - 7, 9, 15 12, 17 3 Dire 6, 9, 14 - 9, 14 6 8, 11 - 4 Emotional 2, 12 17, 21 2, 12, 21 17 2, 10, 16 - 5 Compliant 7, 18 - 7, 18 - 6, 14 - 6 Altruism 10, 20 4, 16, 23 4, 16, 23 10, 20 - 4, 13, 18 Total 14 9 18 5 11 7

(10)

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahapan, yakni tahap persiapan, takan pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. Ketiga tahapan tersebut diuraikan di bawah ini:

1. Tahap Persiapan Penelitian a. Survei Awal

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan informasi untuk mendapatkan gambaran fenomena yang berhubungan dengan penelitian. Pada tahap survei peneliti mengumpulkan informasi dari jurnal dan artikel ilmiah, serta elisitasi.

Elisitasi dilakukan dengan mewawancarai secara langsung beberapa anggota/jemaat di GBKP mengenai kinerja yang ditunjukkan oleh pelayan khusus di gereja dan dihubungkan dengan kedua variabel penelitian. Berdasarkan elisitasi yang dilakukan, diketahui bahwa seluruh narasumber memiliki pendapat masing-masing mengenai kinerja pelayan khusus tersebut. Ketika mereka mengamati kinerja pelayan khusus dan beberapa narasumber merasa kurang puas dengan pelayanan yang ditunjukkan oleh pelayan khusus. Para pelayan khusus yang sudah seharusnya mampu untuk menaungi dan melayani anggota/jemaatnya, beberapa narasumber mengatakan bahwa pelayan khusus tersebut masih belum mampu melaksanakan tugas

(11)

dan tanggung jawabnya, terutama dalam hal memberikan bantuan kepada anggota/jemaat gereja masih belum mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan khusus di gereja. b. Pembuatan Alat Ukur

Pada tahap ini peneliti mengadopsi alat ukur penelitian yakni skala Perilaku Prososial dan skala Psychological Well-Being. Skala Perilaku Prososial yaitu Prosocial Tendecies Measurement (PTM) oleh Rushton dan Johnson (1989) yang sebelum uji coba terdiri dari 23 aitem. Sedangkan skala Psychological Well-Being yaitu Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (RSPWB) oleh Ryff (1995) yang sebelum uji coba terdiri dari 18 aitem.

c. Uji Coba Alat Ukur

Pada tahap ini, peneliti menguji validitas skala berdasarkan professional judgement. Kemudian kedua alat ukur diujicobakan sebanyak dua kali. Uji coba pertama kepada 50 orang mahasiswa teologia di STT Abdi Sabda, Medan dengan menyebarkan kuesioner secara online melalui media sosial. Sedangkan uji coba kedua kepada 50 orang anggota PERMATA di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).

d. Revisi Alat Ukur

Kedua data hasil uji coba kemudian diolah dan diperoleh aitem-aitem yang valid, reliabel, serta memiliki daya diskriminasi yang baik yaitu rix >0.25. Pada uji coba yang pertama, jumlah

(12)

aitem yang lulus uji pada skala PTM adalah 15 aitem, sedangkan RSPWB adalah 14 aitem. Kemudian peneliti merevisi kembali aitem yang gugur yaitu aitem yang memiliki nilai rix < 0.25. Setelah merevisi aitem yang gugur, peneliti melakukan uji coba untuk yang kedua kalinya. Pada data hasil uji coba yang kedua diperoleh aitem yang lulus uji pada skala PTM adalah 18 aitem, sedangkan pada skala RSPWB adalah tetap 14 aitem. Aitem-aitem ini kemudian disusun kembali dalam bentuk booklet dan disebarkan kepada sampel penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan menyebarkan alat ukur penelitian secara langsung kepada pelayan khusus di setiap Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Klasis Berastagi.

3. Tahap Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, peneliti terlebih dahulu memastikan bahwa seluruh sampel yang telah mengisi kuesioner telah memenuhi karakteristik penelitian. Setelah itu peneliti menskoring dan mengolah data yang terkumpul dan memenuhi karakteristik penelitian dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistik 20.

H. METODE PENGOLAHAN DATA

Data yang dihasilkan dari kuesioner Perilaku Prososial dan kuesioner Psychological Well-Being dianalisis menggunakan teknik

(13)

statistik parametrik yakni pearson product moment untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kedua variabel penelitian (Santoso, 2010) dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistik 20.

Uji asumsi terhadap variabel-variabel penelitian akan dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis data dilakukan, yakni sebagai berikut: 1. Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah distribusi data penelitian pada kedua variabel penelitian (bebas dan tergantung) menyebar secara normal. Untuk melakukan pengujian ini, peneliti menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnor. Adapun data penelitian dianggap menyebar secara normal jika p > 0.05.

2. Uji Linieritas

Pengujian ini dilakukan agar diketahui apakah data pada variabel Psychological Well-Being berkorelasi dengan data pada variabel Perilaku Prososial. Untuk melakukan pengujian ini, peneliti menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistik 20 dengan analisis korelasi sederhana (uji t)

(14)

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, analisa data, dan pembahasan hasil analisa data. Pembahasan akan diawali dengan penguraian gambaran umum subjek penelitian.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah pelayan khusus di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Klasis Berastagi yang berjumlah 182 orang.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Jelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 108 59,3%

Perempuan 74 40,7%

Total 182 100%

Dalam tabel 7 dapat dilihat bahwa proporsi sampel penelitian terbanyak yaitu laki-laki berjumlah 108 orang dan perempuan berjumlah 74 orang.

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jabatan

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan gambaran subjek penelitian berdasarkan jabatan dalam gereja.

(15)

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jabatan

Jabatan Jumlah Persentase

Pdt 8 4,4%

Pt 111 61%

Dk 63 34,6%

Total 182 100%

Dalam tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah Pdt yaitu 8 orang, Pt sebanyak 111 orang, dan Dk sebanyak 63 orang.

B. HASIL PENELITIAN

Sebelum melakukan analisa data, peneliti melakukan serangkaian uji asumsi yang bertujuan untuk memastikan terpenuhinya prasyarat tes parametrik dalam penelitian ini.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah distribusi data penelitian pada kedua variabel penelitian, yakni variabel bebas dan variabel tergantung, menyebar secara normal. Uji normalitas ini menggunakan analisis statistik Kolmogorov-Smirnov. Data penelitian dianggap menyebar secara normal jika p > 0,05. Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov ialah sebagai berikut.

Tabel 9. Rangkuman Uji Normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov

Variabel Nilai Z Nilai p Keterangan Perilaku Prososial 1.316 0.063 Sebaran Normal Psychological Well-Being 1.357 0.050 Sebaran Normal

(16)

Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan (α) 0.05. data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai p > α. Berdasarkan data pada tabel dilhat bahwa nilai sebaran (Z) masing-masing variabel sebesar 1.316 dan 1.357 dengan p > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan agar dapat diketahui apakah variabel Perilaku Prososial (variabel bebas) memiliki hubungan terhadap Psychological Well-Being (variabel tergantung). Dikatakan memiliki hubungan secara linear bila diperoleh nilai signifikasni deviation from linearity > 0.05.

Tabel 10. Hasil Uji Linearitas

Variabel P F Keterangan

Perilaku Prososial dan Psychological Well-Being

0.062 22.110 Hubungan Linear

Dari tabel 10 terlihat bahwa nilai signifikansi deviation from linearity = 0.062 dan nilai ini lebih tinggi dari 0.05, yang mengindikasikan bahwa variabel Perilaku Prososial memiliki hubungan yang linear terhadap variabel Psychological Well-Being.

(17)

C. HASIL UTAMA PENELITIAN

1. Hubungan Perilaku Prososial terhadap Psychological Well-Being

Tujuan penelitian ini ialah melihat ada tidaknya hubungan antara variabel Perilaku Prososial (variabel bebas) dengan Psychological Well-Being (variabel tergantung), maka hipotesis penelitian ini ialah sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubungan antara Perilaku Prososial dengan Psychological Well-Being.

Ha : Ada hubungan antara Perilaku Prososial dengan Psychological Well-Being.

Untuk itu, uji hipotesis penelitian ini menggunakan teknik statistik parametrik uji korelasi Pearson Product Moment menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistik 20. Adapun hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 11. Hasil Analisis Korelasi antara Perilaku Prososial dengan Psychological Well-Being Correlations PWB PB PWB Pearson Correlation 1 ,319** Sig. (2-tailed) ,000 N 182 182 PB Pearson Correlation ,319** 1 Sig. (2-tailed) ,000 N 182 182

(18)

Setelah dilakukan analisis korelasi terhadap data penelitian, dapat dilihat pada tabel 11 bahwa nilai r yang diperoleh ialah sebesar 0.319 dengan signifikansi p = 0.000 yang berarti p < 0.01. Tanda positif menunjukkan bahwa variabel Perilaku Prososial pada pelayan khusus di GBKP dan psychological well-being memiliki hubungan positif, yaitu semakin tinggi tingkat perilaku prososial maka akan semakin tinggi tingkat psychological well-being pada pelayan khusus di GBKP.

D. HASIL ANALISA TAMBAHAN

1. Gambaran Mean pada 6 Dimensi Psychological Well-Being Tabel 12. Gambaran Mean 6 Dimensi PWB

Descriptive Statistic

N Mean Std. Deviation

Self-Acceptance 182 9.32 1.468

Positive Relation with Others 182 14.04 1.921

Autonomy 182 13.30 2.494

Environmental Mastery 182 7.32 2.364

Purpose in Life 182 10.66 1.447

Personality Growth 182 10.60 1.386

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur psychological well-being dalam penelitian ini disusun berdasarkan 6 dimensi yang dikemukakan oleh Ryff (1995). Alat ukur ini didasarkan pada 6 dimensi, yaitu : Self-acceptance, Positif Relation with Other, Autonomy, Environmental Mastery, Purpose in Life, dan Personal

(19)

Growth. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean masing-masing dimensi sebagai berikut: Self-acceptance sebesar 9.14, Positif Relation with Other sebesar 14.04, Autonomy sebesar 13.30, Environmental Mastery sebesar 7.32, Purpose in Life sebesar 10.66, dan Personality Growth sebesar 10.60. 2. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan Psychological Well-Being

Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 13. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan PWB berdasarkan Jenis Kelamin Descriptive Statistic N Mean P.Prososial Mean PWB Std. Deviation P.P Std. Deviation PWB L 108 66.78 64.39 6.441 5.998 P 74 67.70 66.49 7.441 5.570

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean perilaku prososial pada laki-laki (L) sebesar 66.78 dan nilai mean pada perempuan (P) sebesar 67.70. Sedangkan untuk nilai mean psychological well-being pada laki-laki (L) sebesar 64.31 dan nilai mean pada perempuan sebesar 66.49.

(20)

3. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan Psychological Well-Being Berdasarkan Jabatan

Tabel 14. Gambaran Mean Perilaku Prososial dan PWB berdasarkan Jabatan di Gereja Descriptive Statistic N Mean P.Prososial Mean PWB Std. Deviation P.P Std. Deviation PWB Pdt 8 64.63 69.00 7.863 5.632 Pt 111 67.64 64.76 6.693 5.539 Dk 63 66.62 65.62 7.031 6.436

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai mean perilaku prososial pada Pendeta (Pdt) sebesar 64.3, nilai mean pada Pertua (Pt) sebesar 67.64) dan nilai mean pada Diaken (Dk) sebesar 66.62. Sedangkan untuk nilai mean psychological well-being pada Pendeta (Pdt) sebesar 69.00, niali mean pada Pertua (Pt) sebesar 67.64, dan nilai mean pada Diaken (Dk) sebesar 65.62.

4. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Hipotetik Perilaku Prososial

Skala penelitian yang mengukur perilaku prososial terdiri dari 18 aitem dan memiliki rentang skor dari 1 hingga 5. Perbandingan nilai mean empirik dan hipotetik perilaku prososial dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.

(21)

Tabel 15. Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik Perilaku Prososial

Variabel Empirik Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD Perilaku

Prososial 51 80 65.24 5.903 18 90 54 12

Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa mean empirik perilaku prososial lebIh tinggi daripada mean hipotetik. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku prososial yang dimiliki subjek lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperkirakan alat ukur.

5. Kategorisasi Skor Perilaku Prososial

Skor perilaku prososial dapat dikategorisasikan berdasarkan mean hipotetik dengan mengikuti norma berikut:

Tabel 16. Norma Kategorisasi Rentang Nilai Kategorisasi X ≥ (μ + 1.0 SD) Tinggi (μ - 1.0 SD) ≤ X < (μ + 1.0 SD) Sedang

X < (μ - 1.0 SD) Rendah

Berdasarkan norma diatas, diperoleh kategorisasi skor perilaku prososial sebagai berikut:

(22)

Tabel 17. Kategorisasi Subjek pada Variabel Perilaku Prososial Variabel Rentang Nilai Kategori Jumlah Persentase

Perilaku Prososial X ≥ 66 Tinggi 89 49% 42 ≤ X < 66 Sedang 93 51% X < 42 Rendah 0 0% Total 182 100%

Berdasarkan kategorisasi subjek pada variabel perilaku prososial di atas, terdapat 89 subjek (49%) memiliki tingkat perilaku prososial yang tinggi, 93 subjek (51%) memiliki tingkat perilaku prososial yang sedang, dan tidak ada subjek yang memiliki tingkat perilaku prososial yang rendah.

6. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Hipotetik Psychological

Well-Being

Skala penelitian yang mengukur psychological well-being terdiri dari 14 aitem dan memiliki rentang nilai 1 hingga 6. Perbandingan nilai mean empirik dan hipotetik psychological well-being dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini:

Tabel 18. Perbandingan Nilai Empirik dan Hipotetik Psychological Well-Being

Variabel Empirik Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD Psychological

Well-Being 50 87 67.15 6.860 14 84 49 11.6

Dari tabel 19 diatas ditampilkan bahwa mean empirik psychological well-being terlihat lebih tinggi daripada mean hipotetik.

(23)

Hal ini menunjukkan bahwa psychological well-being yang dimiliki subjek penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperkirakan alat ukur.

7. Kategorisasi Skor Psychological Well-Being

Skor psychological well-being dapat dikategorisasikan berdasarkan mean hipotetik dengan mengikuti norma berikut:

Tabel 19. Kategorisasi Subjek pada Variabel Psychological Well-Being

Variabel Rentang Nilai Kategori Jumlah Persentase Psychological Well-Being X ≥ 60.6 Tinggi 140 77% 37.4 ≤ X < 60.6 Sedang 42 23% X < 37.4 Rendah 0 0% Total 182 100%

Pada tabel 20 terlihat bahwa lebih dari setengah subjek penelitian yang memiliki skor psychological well-being yang tinggi yakni sebanyak 140 subjek (77%) dan tidak ada subjek yang memiliki skor psychological well-being yang rendah.

E. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis penelitiannya itu “ada hubungan positif antara perilaku prososial dengan psychological well-being” diterima. Perilaku prososial dapat muncul karena adanya psychological well-being yang tinggi pada pelayan khusus. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan psychological well-being pada pelayan khusus adalah dengan adanya pengalaman yang positif ketika melakukan

(24)

pelayanan di gereja. Dengan adanya pengalaman yang positif, maka pelayan khusus mampu menemukan makna hidupnya. Terlebih lagi sebagai pelayan khusus yang belajar mengenai alkitab (pendalaman alkitab), akan meningkatkan pemaknaan terhadap hidupnya.

Ketika seorang pelayan khusus memiliki tingkat psychological well-being, maka mereka akan mampu melakukan pelayanan mereka sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan khusus. Pelayanan dalam gereja dapat berupa, kunjungan orang sakit, kunjungan ketika sukacita maupun dukacita, dan juga melakukan pastoral konseling. Pelayan tersebut termasuk ke dalam perilaku prososial. Dimana perilaku prososial merupakan perilaku yang memberikan keuntungan kepada orang lain, meskipun ada pengorbanan tersendiri bagi si pemberi pertolongan. Ketika seseorang mampu melakukan perilaku psososial, maka suasana hati mereka akan berubah menjadi lebih baik dan dapat merasakan kebahagiaan. Dimana kebahagiaan merupakan salah satu pendukung untuk meningkatkan psychological well-being (Pinquit, 2001).

Adapun gambaran perilaku prososial pelayanan khusus gereja GBKP menunjukkan bahwa mereka memiliki tingkat perilaku prososial yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat umum. Begitu pula dengan tingkat psychological well-being, pelayan khusus GBKP terkategorikan memiliki tingkat psychological well-being yang tinggi. Hal ini berarti bahwa mereka memiliki tingkat psychological well-being yang tinggi

(25)

sehingga mampu untuk melakukan pelayanan di gereja yang tak terlepas dari perilaku prososial.

Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa diantara laki-laki dan perempuan yang memiliki tingkat perilaku prososial yang tinggi yaitu perempuan. Hal ini dikarenakan wanita lebih memiliki tingkat empati yang tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki, sehingga wanita lebih mampu untuk menunjukkan perilaku prososial. Begitu juga untuk psychological well-being, perempuan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi. Perempuan yang memiliki tingkat perilaku prososial yang tinggi, akan lebih mampu untuk merasakan kebahagiaan dalam dirinya, sehingga kebahagiaan tersebut dapat menciptakan kesejahteraan psikologisnya.

Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa aspek anonymous (perilaku menolong ditunjukkan tanpa diketahui oleh orang yang menerima pertolongan) memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan aspek lainnya seperti, public, dire, dan altruism. Sedangkan nilai terendah ada pada aspek compliant (permintaan untuk ditolong dan tindakan muncul secara spontan). aspek anonymous memiliki nilai yang lebih tinggi dikarenakan dalam pelayan khusus yang bekerja atas nama gereja, lebih mengutamakan menolong tanpa diketahui oleh orang lain, karena mereka mempercayai “ketika tangan kanan memberi, tidak boleh diketahui oleh tangan kiri”. Sedangkan untuk aspek compliant memiliki nilai terendah dari aspek lainnya karena pelayan khusus di GBKP lebih

(26)

menyukai untuk memberikan pertolongan tanpa diminta oleh yang membutuhkan bantuan. Karena mereka mempercayai bahwa pertolongan yang diberikan kepada jemaat tanpa diminta akan lebih mampu membawakan berkat bagi si penerima bantuan maupun bagi si pemberi bantuan (Katekisasi GBKP, 2016).

Sedangkan untuk variabel psychological well-being, aspek positive relation with others (hubungan positif dengan orang lain) memiliki nilai yang lebih tinggi dan nilai terendah adalah environmental mastery (penguasaan lingkungan). Pada pelayan khusus di gereja, perlu untuk membangun hubungan positif dengan orang lain terkhusus pada jemaatnya, dimana dalam penelitiannya Ryff mengatakan bahwa ketika seseorang mampu membangun hubungan yang positif dengan jemaatnya akan memberikan pengalaman yang lebih positif. Dimana melalui pengalaman tersebut, maka seseorang akan mampu untuk bertumbuh dan memaknai hidupnya dengan baik.

Sementara berdasarkan status jabatan mereka di gereja, Pertua dan Diaken lebih memiliki tingkat perilaku prososial yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan, Pertua dan Diaken yang berinteraksi secara langsung dengan jemaat/anggota yang ada di GBKP, sehingga Pertua dan Diaken lebih mampu untuk mengetahui situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh jemaatnya. Ketika Pertua dan Diaken mampu untuk memahami situasi dan kondisi yang sedang dialami jemaatnya, maka hal tersebut akan mendorong munculnya perilaku prososial. Sedangkan Pendeta memiliki

(27)

tingkat psychological well-being yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan seorang Pendeta wajib menjalani sekolah teologia sebelum diangkat menjadi Pendeta, maka hubungan pribadi dengan Sang Penciptanya lebih dekat dan lebih mampu untuk memaknai kehidupan (Karina, 2015).

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:

1. Kesimpulan Utama

Perilaku prososial memiliki hubungan yang positif dengan psychological well-being, dimana ketika seseorang memiliki tingkat psychological well-being yang tinggi, maka akan meningkatkan perilaku prososial.

2. Kesimpulan Tambahan

a. Wanita memiliki tingkat perilaku prososial yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan wanita lebih memiliki tingkat empati yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, sehingga menyebabkan tingkat perilaku prososial pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan hal tersebut juga, wanita memiliki tingkat psychological well-being yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat psychological well-being laki-laki.

b. Pada variabel perilaku prososial, Pendeta memiliki tingkat perilaku prososial sebesar 64.63, Pertua sebesar 67.63 dan Diaken sebesar 63. Sedangkan untuk variabel psychological well-being,

(29)

Pendeta memiliki tingkat psychological well-being sebesar 69.00, Pertua sebesar 64.76 dan Diaken sebesar 65.62.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian serta kesimpulan yang telah dijabarkan, peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan penelitian terkait hubungan perilaku prososial dengan psycological well-being selanjutnya. Adapun saran-saran yang diajukan peneliti ialah:

1. Saran Metodologis

a. Peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini, khususnya terkait perilaku prososial, diharapkan untuk mengumpulkan informasi yang lebih banyak tentang latar belakang subjek penelitian mendapat fenomena yang lebih luas lagi.

b. Sampel untuk penelitian agar diperluas. Karena dalam penelitian ini dilakukan di Berastagi yang memiliki adat yang masih sangat kental.

c. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi psycological well-being sehingga dapat memperkaya penelitian.

d. Peneliti selanjutnya dapat membuat aitem yang lebih singkat, padat, dan jelas atau mudah dipahami.

(30)

e. Dalam penyebaran alat ukur, peneliti selanjutnya dapat mengkoordinasikan penyebaran alat ukur dengan baik, agar lebih efisien dalam penggunaan waktu dalam penyebaran alat ukur. 2. Saran Praktis

Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak gereja terkhususnya Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dapat lebih memfasilitasi kegiatan untuk pelayan khusus seperti memberikan pelatihan ataupun seminar untuk membangun kesadaran diri mengenai tanggung jawab terutama dalam perilaku menolong (perilaku prososial) yang akan meningkatkan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) pelayan khusus. Disamping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak GBKP untuk menyadari bahwa perilaku prososial dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis (psychological well-being), dan pada akhirnya perilaku prososial yang ditunjukkan oleh pelayan khusus dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas terkhususnya bagi jemaat GBKP.

Gambar

Tabel 1. Blueprint Skala Psychological Well-Being
Tabel 2. Contoh Aitem pada Alat Ukur  Psychological Well-Being
Tabel 4. Contoh Aitem pada Alat Ukur Perilaku Prososial
Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Psychological Well-Being
+7

Referensi

Dokumen terkait

i. Peserta pelatihan dipilih berdasarkan karakteristik subjek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian peserta diberikan angket berupa skala kesejahteraan

Analisis regresi sederhana dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, apakah memiliki hubungan positif atau negatif serta untuk

Lembar evaluasi terhadap pelaksanaan Pelatihan Shalat Khusyuk yang telah dilaksanakan. Lembar evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari

Bracht dan Glass (Latipun, 2010) mengatakan bahwa validitas populasi adalah validitas yang berhubungan dengan generalisasi kepada popnulasi. Suatu eksperimen

Ketika subjek telah memahami dirinya dan menerima dengan positif dan penuh kesadaran atas kenyataan dirinya maka akan menjadikan subjek menjadi bermakna (Bastaman,

Sampel penelitian ini adalah subjek yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian dan mengisi skala online yang dapat diakses melalui web Google Form (formulir

Usaha menengah merupakan usaha usaha yang berdiri sendiri, yang didirikan serta dikelola oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan cabang atau anak

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi tingkat social desirability yang dimiliki responden, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka