ISI SURAT KONSILI YERUSALEM
Kisah Rasul 15
Sefer Limudah (Didakhe): “Ajaran-ajaran 12 Rasul”
“Tetapi baiklah kita menulis Surat kepada mereka, agar mereka menjauhkan diri dari kenajisan persembahan kepada berhala [kepada dewa‐dewi], dari perzinahan, binatang yang mati dicekik, dan dari darah.” Kisah Rasul 15:20 Peshitta
Kompilasi Tulisan Rabbanim Kepatriakan Jemaat Yerusalem Semitik Kuno Diterjemahkan oleh, Rabbi (Sh’mashadisha) Hotman Lumbantoruan
Jemaat Yerusalem di Indonesia
Kehilat Nasrani Nestorian Ortodoks +Mar Thoma Indonesia
Dibawah Kepatriakan Bunda Jemaat Yerusalem Kepemimpinan Kursi Mosha dan Tahta Suksesi Rasuliah Rabban +Mar Ya’aqub Ha’Tzadik Akhi Yeshua
Daftar Isi
Kata PengantarBab I. Pendahuluan:
Didakhe (Limudah): Jantung Perjanjian kaum Goyim
Bab II. Pasal 1. Didakhe Bangsa-bangsa Lain Merangkul Ibadat Torah Pasal 2. Kebenaran Sejati Sulit Diakui
Pasal 3. Berapa Banyak Jemaat-jemaat Seharusnya Ada? Pasal 4. Yahudi, Mshikhanim dan Iman Kristen
Pasal 5. Apakah Rasul-rasul menghapuskan Pengajaran Mosha?
Pasal 6. Bagaimana Kristen Memandang Torah Sesungguhnya? "Jangan tunduk kepada Torah Alaha?"
Pasal 7. Torah (Aurayta) Pasal 8. Batang Pegangan
Pasal 9. Jalan Hidup Mshikha – Apakah Terlalu Sulit? Pasal 10. Jemaat Penghayat Ibadat Torah
Pasal 11. 10 Perintah Ilahi di Sinai Pasal 12. Modul Torah 101
Bab III. Surat-surat Kiriman Shliakh Shaul Kepada Jemaah-jemaah: Pasal 1. Kaum Esseni dan Paulus ...
Pasal 2. Memahami Paulus 2.1. Latar Belakang
2.2. Apa hubungannya dengan Paulus? 2.3. Tanya - Jawab
Bab IV. Perjanjian:
Pasal 1. Apa Perjanjian - Kekristenan?
Pasal 2. Apa yang Terjadi Terhadap Mereka Yang Tidak Memilih Masuk Kedalam Perjanjian?
Pasal 3. Torah 101 - Kepercayaan Anak-anak Israel dan Umat Mshikhani Bab V. Pasal 1. Kitab Limudah (Didakhe): Pengajaran-pengajaran 12 Rasul Pasal 2. Torah Yeshua dalam Beshora +Mar Mattityahu 5-7:28 Peshitta Pasal 3. Latar Belakang Peristiwa Konsili Yerusalem Tahun 50 Masehi Pasal 4. Isi Surat Kisah Para Rasul 15:1-41
Bab VI. Penjelasan Isi Surat Limudah 1. Pendahuluan
2.Bagian 1 s/d 49. Limudah: Selangkah demi selangkah – Pedoman Perjalanan Rohaniah
3. Selangkah demi selangkah – Pemikiran Akhir
Shalom b’Mshikha!
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Maran Yeshua Mshikha bar Alaha (Ibrani,”Adonai Yeshua Ha’Mashyakh ben Alhym) atas kasihNya kepada kita dengan membukakan misteri selama berabad-abad telah diabaikan orang-orang Kristen pada umumnya setelah peristiwa kesesakan besar tahun 135 Masehi di Tanah Suci Yerusalem, ternyata Jemaat Yerusalem yang mengungsi ke luar Eretz Yisrael tetap masih ada bertahan hidup di bumi ini, khususnya di wilayah-wilayah Asia.
Janji Tuhan terhadap “Jemaat” (Qehillah - ) yang didirikanNya sendiri tidaklah binasa (Mattityahu 16:18) dan selalu disertaiNya hingga akhir zaman (pasal 28:20). Tuhan yang kita sembah bukanlah pembohong, sebab seandainya Jemaat Yerusalem musnah maka apa yang Dia katakan itu adalah kebohongan belaka!
Kita tidak percaya jika “Jemaat Yerusalem” ( )
itu lebur kedalam dunia Kekristenan Non-Yahudi, sebab Jemaat ini adalah Bunda Jemaat semua orang percaya kepada Yeshua, ‘bunda’ tidak mungkin menjadi ‘anak’, sebaliknya ‘anak’ tidak mungkin menjadi ‘bunda’, keduanya haruslah pada kodratnya masing-masing. Seperti ditegaskan oleh Shliakh Paulus: “Hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Alaha.” (1 Korintim 7:17).
Jemaat Yerusalem Yahudi tetaplah sebagai Yahudi dan jemaah-jemaah Bangsa-bangsa lain tetaplah menjadi Goyim (setelah menjadi percaya disebut “Gerim”) sebagai anak-anak dari Bunda Jemaat Yerusalem. Hubungan keduanya adalah hubungan keluarga antara Ibu dan anak-anaknya. Ikatan ini tidak bisa dipisahkan oleh siapapun, kecuali oleh sebab anak-anak itu sendiri durhaka kepada ibundanya seperti pepatah mengatakan “air susu dibalas dengan air tuba.”
Jemaat itu satu adanya, satu keluarga, tetapi sayang sekali sejarah mencatat bahwa hubungan keluarga ini sejak awal tidak harmonis dan berpisah sejak tahun 318 Masehi akibat kedurhakaan anak-anak Yerusalem, melalui anak tertua yang dituakan oleh saudara-saudaranya, uskup Sylvester I dari Roma telah menyatakan penolakan dan mengusir ibunda yang melahirkan jemaat Roma di Basilika Keuskupannya di Roma. Kedurhakaan anak-anak ini dilanjutkan pada Konsili Nikea tahun 325 Masehi dengan menolak total semua yang bernuansa Yudaisme. Sejak saat itu keuskupan Roma diangkat sebagai “Primus Inter Pares” (Pertama dari yang Sejajar) dalam dunia Kekristenan, dan ibu asli mereka dihina, diusir dan dianiaya. Gelar kehormatan “Bunda Jemaat Yerusalem” dirampok oleh anak-anak durhakanya sendiri dan menjadikan anak menjadi ibu diantara mereka, gelar Primus Inter Pares sama sekali tidak layak disematkan kepada Keuskupan Roma, ibu dari kemurtadan ini. Istilah ini sesungguhnya berasal dari Yerusalem di mana Uskup Pertama di muka bumi Rabban +Mar Ya’aqub Ha’Tzadik saudara Tuhan dilantik Tuhan sendiri sebagai Pemimpin Para Rasul-rasul
(Injil Thoma 2:7-8), dan sebagai Wakil Tuhan di bumi untuk menggembalakan Jemaah-jemaah Mshikha di seluruh bumi (Sefer Akhi Yeshua 4: 13-19). Dua istilah ini turut dirampok oleh Kepausan Roma Katolik dan Kepatriakan Konstantinople. Paus orang Goy (Non-Yahudi) mengaku dirinya “Wakil Kristus” dan Patriak Konstantinople mengaku dirinya “Patriak Ekumenis”, kedua gelar ini tidak pantas disematkan kepada anak – anak durhaka ini, sama sekali tidak ada dasar Alkitabiahnya, kecuali dasar Politik gerejawi yang dikembangkan sejak kemurtadan Kristen abad ke-4 Masehi.
Alkitab yang orang Kristen pegang dan baca itu lahir dari rahim budaya Semitik-Israel yang berdasarkan sistem paradigma Keimamatan Rajani (Shemot 19:6) yang didasarkan pada garis keturunan (raja/melakhim disebut ‘darah biru’, dan kohenim disebut ‘darah merah’); kedua garis keturunan ini diwarisi oleh Suku Yehuda-Lewi (Harun) yang pada akhirnya kedua garis keturunan darah biru dan merah melebur menjadi satu Suku Khasidim disebut “Nasrani” (bentuk plural, disebut “Nesarim”) sejak penerimaan Perjanjian Baru dari YHWH kepada kaum Saleh Sisa Israel yang tidak dibuang ke Babilonia sekitar tahun 500 S.M, dan bergabung dengan gerakan Esseni Perushim tahun 150 S.M di kirbat-kirbat Qumran dan tersebar dari mulai Eretz Israel sampai ke India-Burma. Kaum keturunan Yehuda-Lewi (Harun) ini mengalir dalam kaum Keluarga Tuhan kita yang disebut sebagai Kaum Suku Esseni Nasrani Ortodoks. Itulah sebab Yeshua menyebut diriNya “Nasrani” (Kis. 9:5; 22:8).
Catatan-catatan sejarah ini tidak terdapat dalam kepustakaan kaum Kristen di seluruh dunia, kecuali pada catatan administrasi Jemaat Yerusalem sendiri. Jika kaum Kristen tidak murtad sejak awal maka semua misteri ini akan terkuak jelas kepermukaan, dan mereka kaum Kristen sibuk menulis dan menggali segala sumber-sumber informasi tentang Nasrani dan Esseni dari berbagai penemuan dan naskah-naskah kuno yang ditulis BUKAN oleh sumber asli itu sendiri, tetapi dari orang-orang yang tidak ada kait mengait dengan keturunan kerabat Tuhan. Para ahli Kristen terlalu banyak bicara dan omong kosong dan berlagak ilmiah dari semua spekulasi penemuan mereka, sebaiknya kita buang saja semua informasi mereka itu ke tempat sampah!
Itulah sebabnya, Yeshua Tuhan kita tidak mengangkat Shimon Keipha si Preman itu menjadi Ketua Rasul-rasul dan Wakil Tuhan di bumi sebab Keipha keturunan bani Naftali (Keipha anggota pembunuh bayaran dari mazhab Sicarii, itulah sebabnya ke manapun dia pergi selalu bawa pisau belati pembunuh), melainkan saudara sendiri “Ya’aqub ha’Tzadik” suku Yehuda yang mengalir juga darah Harun-Lewi.
Meskipun Tuhan berkata sampai tiga kali kepada Shimon Keipha, “...Gembalakanlah Domba-dombaKu” (Yokhanan 21:15-19). Perkataan Tuhan bukanlah karena dia mau diangkat menjadi Ketua dan Wakil Tuhan, tidak! Tetapi karena latar belakang hidup Shimon Keipha bekas pembunuh bayaran kelompok Sicarii yang selalu
berjiwa ganda, jika jiwanya terancam orang ini akan menyangkali apa saja seperti yang dilakukannya pada Yeshua (Mattai 26:69-75), dan juga cepat bertindak membunuh siapa saja yang mengancamnya, seperti reaksi cepatnya terhadap Malkhus hamba Imam Besar (Lukas 22:49;Yokhanan 18:10). Dan juga Yeshua mengingatkan Shimon Keipha di mana saat muda dia bebas berbuat sesuka hatinya melakukan kekerasaan (kriminal) terhadap orang lain tapi setelah usia tua dia tidak akan berdaya lagi, maka orang lain akan memperlakukan dia seperti dia pernah memperlakukan orang lain (Yokhanan 21:18-19).
Keliru besar Gereja yang mendasarkan kepemimpinan pada Shimon Keipha, saudara Keipha dan anaknya Keipha sebagai Ketua dan Wakil Tuhan seperti Roma Katolik, Gereja Ortodoks Antiokhia, Konstantinople dan Koptik. Shimon Keipha BUKAN Kohen (Imam), tetapi hanya “Uskup” yang masuk kelompok Penatalayanan (Servanthood) yang merupakan perpanjangan dari Keimamatan ( Kehunnah /Kohaneim – Priesthood)
Shaliakh - (shah-LEE-akh) Utusan; Delegasi. Duta. Orang yang diutus sebagai perwakilan untuk melakukan suatu tugas untuk suatu Lembaga. Dalam pemahaman Yahudi identitas utusan itu menunjukkan Lembaga yang mengutusnya ketika utusan itu melakukan tugas yang diserahkan tanggungjawab padanya. Bentuk jamak adalah Sh'likhim.
Shaliakh itu sama dalam bahasa Arab, sebagai “Rasul” atau “Utusan” dari Lembaga Agama Esseni Nasrani Ortodoks Jemaat Yerusalem ke seluruh dunia, mereka akan mendirikan Sinagoga-sinagoga (beit Knesset) di seluruh bumi, dan fungsi mereka bukan sebagai Imam-imam (Kohanim), tetapi hanya Pelayan-pelayan perpanjangan tangan Imam-imam Bait Suci. Jemaat Yerusalem itu dikiaskan sebagai Bait Suci Perjanjian Baru dan semua jemaat-jemaat di seluruh dunia adalah sinagoga-sinagoga yang mengelilingi Bait Suci yang satu itu. Mereka yang ada di Bait Suci itu adalah Imam-imam (kaum Shemisqho-Desposyni) dan Para Pelayan (Shlikhim) di sinagoga-sinagoga (kaum Awam); hanya Imam-imam yang bisa mempersembahkan Korban-korban (Qurbanim), sedangkan Para Pelayaan di jemaah-jemaah perkumpulan itu befungsi sebagai Shaliakh Tzibbur - (shah-LEE-akh tseeb-BOOR) Pemimpin Ibadah;. Tradisional, ibadah sembahyang Yahudi yang ditilawatkan. Shaliakh tzibbur berfungsi sebagai perwakilan dari komunitas yang mendaraskan doa-doa atas nama umat. Beberapa doa-doa didaraskan oleh setiap orang, dan beberapa didaraskan keras oleh shaliakh tzibbur, untuk ini jemaah menyahut "Amin."
Kemudian mereka Shlikhim ini diberi mandat melakukan Perjamuan Qurbana menurut konsep Esseni Nasrani dengan Roti dan Anggur, dan pelayanan ini bisa dilaksanakan jika mereka Rasul-rasul masih terikat dan tunduk kepada keimamatan kaum Desposyni atau Sanhedrin Rasuliah beit Knustha d’Shemisqho dan Rosh
Avkadmon, jika putus maka semua Perjamuan Kudus itu tidak sah, dan jika dilakukan sebagai penghinaan bagi Tuhan. Semua Shlikhim Mshikha ini adalah perpanjangan keimamatan dan rajani Jemaat Yerusalem seperti mandat yang diberikan oleh Tuhan sendiri (Injil Mattai 16:19; Yokhanan 20:21-23). Itulah sebabnya mengapa harus Ya’aqub Ha’Tzadik dan para penggantinya sebagai Ketua dan Wakil Tuhan di bumi yang adalah untuk menjaga kesinambungan hubungan antara Keimamatan dan Penatalayanan Awam (Non-Imam). Rahasia inilah yang belum dipahami benar oleh kaum Kristen Awal hingga kini sehingga mereka berani memutuskan hubungannya dengan Jemaat Yerusalem. Seandainya mereka memahami konteks Yudaisme dengan baik maka tidaklah kita lihat dunia Kristen kacau balau seperti sekarang ini. Semua sumber pengacau ini adalah ketika Ajaran-ajaran Rasuliah dipahami dalam ranah pemikiran non-Yahudi seperti Hellenisme Yunani dan Latinisme, mulailah terjadi KERUSAKAN...
Shlikhim juga disebut sebagai Rabbi-rabbi sebagai pengajar sesuai perintah Tuhan (Injil Mattai 28:20). Semua para rabbi ini harus diangkat oleh Majelis Sanhedrin Rasuliah Beit Knustha d’Shemishqo dan kepatriakan Jemaat Yerusalem sehingga mereka boleh mengajar umat secara sah. Tanpa adanya keterkaitan ini maka semua mereka yang menjadi guru-guru agama disebut sebagai guru-guru palsu (2 Keipha 2).
Ada kesalahan besar dilakukan orang-orang Kristen seluruh dunia sejak abad ke-2 hingga zaman modern ini dengan menafsirkan 1 Keipha ke-2:9 diperlakukan kepada setiap individu orang percaya sebagai imam dan raja. Cobalah kita analogikan jika seandainya di Indonesia ini semua orang mengaku dirinya pegawai negeri tanpa pernah diangkat resmi oleh pemerintah, apa yang terjadi? Orang-orang ini tidak digaji pemerintah, tidak mendapat hak apapun dari pemerintah dan bahkan akan dtangkap polisi dan masuk penjara!
Demikianlah Jemaat Mshikha yang didirikan Tuhan bukanlah Jemaat (Kehillat) yang kacau balau dan tidak punya bentuk struktur organisasi yang jelas, semuanya sudah tersusun rapi sejak Abad Pertama Masehi, tidak ada yang kurang! Organisasi Jemaat Nasrani ini sudah terbentuk 500 tahun sebelum Yeshua lahir di bumi ini, yakni struktur organisasi keagamaan Esseni Nasrani Ortodoks yang mulai populer sejak tahun 150 S.M. Itulah sebabnya Yeshua merayakan Pesakh Seder Yahudi Tradisional lebih maju 1 hari sebelum Pesakh Yahudi Babilonia (Lukas 22:15; Markus 14:12), yakni pada Hari Persiapan Sabat Besar Pesakh hari Rabu menurut hitungan kalender Bait Suci Ke-2 Yudaisme Babilonia, tetapi pada hari yang sama itu adalah hari Pesakh menurut kalender Enokhian Esseni, sehingga Yeshua mati disembelih sebagai Domba Paskah adalah Hari Rabu sebagai Hari Persiapan bagi Yahudi non-Esseni, tetapi Pesakh bagi Esseni (baca, Mattai 27:62; Yokhanan 19:31).
Ada kesalahan besar kaum Kristen selama berabad-abad yang menipu sejarah dan menipu umat mereka dengan mengatakan Yeshua mati pada hari Jumat yang sangat bertentangan dengan fakta sejarah asli Tradisi Obyektif dan fakta Alkitab yang mengatakan: “Karena hari itu Hari Persiapan (Sabat)...” (Yokhanan 19:31). Jika benar Yeshua wafat hari Jumat maka kita hitung Dia wafat jam 3 sore dan dikubur sebelum jam 6 sore (Ma’ariv), lalu beristirahat hari Sabat (Sabtu) dan bangkit Minggu dini hari sekitar jam 1 pagi. Maka jumlah hari SIANG Jumat (pukul 3-6; hanya 3 jam seharusnya 12 jam Siang dan malam 6-12 malam = 6 jam) dan Sabtu 24 jam, + Minggu pagi dini hari jam 1 pagi maka jumlah jam seluruhnya 3 + 6 + 24 + 1 = 34 jam!
Pada hal Yeshua berkata Anak Manusia akan berada dalam perut bumi 3 SIANG 3 MALAM, yakni 24 x 3 = 72 jam. Menurut hitungan kalender Enokhian Yeshua wafat Hari Rabu petang 14 Abib/ Nissan beyn ha'arbayim (םיברעהןיב) pada hari Pesakh sesuai zaman Mosha malaikat maut membunuh anak-anak sulung di Mesir. Pada saat zaman Yeshua ada pertikaian antara Farisi dan Sadduki melawan faksi Esseni Nasrani masalah paskah ini, kaum Farisi dan Sadduki menggeser sehari mundur hitungan kalender Pesakh/Paskah, sementara kaum Esseni Nasrani yang diikuti Yeshua tetap tidak berubah.
Mari kita hitung bahwa Yeshua wafat sesuai penggenapan Torah yang dikenal dengan istilah “beyn ha'arbayim” (בין הערבים) artinya domba paskah disembelih “diantara petang”, sehingga menurut hitungan Yahudi Hari di mulai senja (Bereshit 1:1-3) jam 6 sore ke jam 6 sore = 24 jam (Yunani jam 6 pagi ke jam 6 pagi = 24 jam). Yeshua wafat petang terhitung jam 6 petang (Rabu petang/malam + Kamis petang = 24 jam)= hari pertama; (Kamis petang ke jumat petang = 24 jam) = Hari kedua; (Jumat petang ke Sabtu petang = 24 jam) = Hari ketiga. Maka total 3 siang + 3 malam = 72 jam, maka ucapan Yeshua adalah tepat! Baca Injil Mattai 12:40; Lukas 11:29-30; Yunus 1:17.
Kemudian, bagi kaum Yahudi semua 7 Perayaan Hari Raya Yahudi disebut sebagai “Sabat Besar”, inilah yang disebut “Sabat-sabat” yang jatuhnya tidaklah selalu hari Sabtu menurut perhitungan Omer kalender setiap tahunnya. Di sinilah letak kesalahan besar kaum Kristen yang berpikir Hari Sabat itu selalu hari sabtu! Sementara Sabat (Hari ketujuh) dalam lingkaran sepekan yakni 7 hari maka Sabtu itu disebut “Sabat” atau “Sabat Biasa”, sementara Hari Raya Besar disebut Sabat Besar yang wajib juga dilakukan Hari Persiapan!
Jadi Yeshua tidak wafat hari Jumat dan tidak ada Jumat Agung, ini merupakan perayaan BOHONG BESAR yang diciptakan dunia Kristen sejak Konsili Nikea yang menolak 14 Nissan/Abib tahun 325 Masehi. Sebenarnya “Jumat Agung” adalah Hari Raya Kematian Dewa Mithra yang disembah kaisar Romawi! Dan Dewa Mithra bangkit pada Hari Minggu yang akhirnya disebut Paskah Kristen. Peringatan kebangkitan Dewa Mithra ini ditandai dengan telur-telur paskah yang tradisi keagamaan kafir ini berasal
dari dongeng Babilonia. Kasihan sekali orang-orang Kristen merayakan Paskah dewa Mithra, pada hal Paskah Alkitabiah itu adalah Hari Rabu (menurut hitungan kalender tiap tahun!), yakni 14 Nissan atau 14 Abib.
Kekristenan sudah membohongi umatnya sekian lama, maka untuk menutupi kebohongan ini mereka harus merancang doktrin Anti-Semitisme sehingga umat tidak membaca atau mengetahui fakta sejarah yang sesungguhnya. Kesalahan selanjutnya para bapa gereja Kristen berusaha tidak memakai pola pikir rabbinik Yudaisme Rasuliah, melainkan pola pikir filsuf Hellenisme Yunani dan menggunakan bahasa Yunani untuk menafsir Kitab Suci. Hal ini lebih celaka lagi! Sebab Tuhan kita, Rasul-rasul dan semua Nabi-nabi adalah berbudaya Yudaisme dan beragama Yahudi, pola pikir mereka adalah Semitisme. Efek dari Teologia Pengganti ini di mana Hellenisme – Latinisme dipakai sebagai media tafsir Kitab Suci menyebabkan pertikaian teologis yang tiada akhir dan menyesatkan manusia. Tuhan tidak pernah memilih budaya Yunani ataupun Latin dan lainnya kecuali dua budaya yang bersumber dari satu rumpun Shem, yakni Ibrani – Aramaik, diluar kedua ini hanyalah sebagai bahasa komunikasi biasa bukan sebagai bahasa Wahyu. Kaum Kristen salah besar mengagungkan bahasa Yunani dan Latin sebab Tuhan tidak pernah memilih kedua bahasa itu!!! Kedua bahasa itu adalah bahasa kafir yang merusak dan menjajah budaya Semitisme selama berabad-abad. Kita tidak melakukan aksi balas dendam setelah mengetahui fakta sejarah ini, budaya Yunani dan Latin itu baik dan etnis mereka juga baik, tetapi yang kita singkirkan adalah tidak boleh kita memakai konsep budaya apapun untuk memahami Kitab Suci di luar Semitisme, entah siapapun anda, dan apapun budaya anda.
Mari kita belajar kepada kaum Muslim yang kuat mempertahan budaya Kitab Suci mereka dalam konteks Arabisme, sebab mereka tahu bahwa bahasa itu berkarakter BERUBAH-UBAH untuk menjaga keaslian haruslah tetap pada bahasa awal. Begitupun Buddhisme dan Hinduisme tetap menggunakan bahasa asli mereka dalam bahasa Pali dan Sansikerta. Tetapi yang menjadi aneh adalah kaum Kristen dengan bangganya, menggunakan istilah-istilah Yunani dan Latin, dan bahkan bahasa Inggris. Sejak kapan Tuhan memilih konteks budaya ini untuk memahami Wahyu-wahyu Alaha? Tidak pernah!
Dengan memaparkan fakta-fakta di atas banyak orang Kristen bersikap skeptis dan tidak mau tahu kebenaran, mereka tetap saja melakukan dan menjalankan apa yang diajarkan guru-guru palsu Kristen itu. Mengapa demikian? Sebab hati nurani dan pikiran mereka sudah ditawan oleh ilah kegelapan dunia ini, sering kali mereka menuduh orang Yahudi arus utama Yahudi yang menolak Mesias, tetapi mereka juga sama persis tidak menerima kebenaran, tetapi apa yang sesat cepat mereka terima dan menjadi trend di masyarakat mereka. Ini semua disebabkan gelap hanya bisa menyatu dengan gelap dan terang hanya bisa menmyatu dengan terang.
Kembali kepada masalah, Shimon Keipha yang dibangga-banggakan itu. Dia ini bekas penjahat dan anggota mazhab politik Sicarii yang seringkali disewa oleh anggota Sanhedrin pengikut Farisi rabbi Shammai untuk membunuh lawan politiknya, khususnya Farisi (Esseni Nasrani) para pengikut rabbi Hillel, dan semua anggota kaum Kerabat Tuhan adalah pengikut rabbi Hillel. Itulah sebabnya kaum Farisi dan Sadduki ingin sekali membunuh Tuhan kita, karena mereka takut sekali jabatan dan status mereka terancam dan digeser oleh mazhab Esseni Nasrani pengikut Hillel ini. Persoalan besar mereka bukan masalah kosentrasi kepada ajaran-ajaran Yeshua, tetapi efek dari yang ditimbulkan itu akan mempengaruhi masyarakat Yahudi sehingga kharisma kepemimpinan Farisi Shammai ini tergeser. Mereka merencanakan untuk membunuh Yeshua dan para pengikutNya, dan memfitnah mazhab Nasrani ini sebagai “kaum Minim” (kaum bidat).
Tidaklah heran setelah kenaikan Yeshua ke Sorga, murid-muridNya menyebut diri sebagai Nasrani sebab mereka dipimpin Ya’aqub Ha’Tzadik, di mana semua suku-suku Israel ini dicangkokkan kepada Suku Yehuda-Lewi (Harun) yang disebut “Nesarim” (Yesaya 11:1; Zakaria 3:9-10) yang menerima Perjanjian Baru sejak tahun 500 S.M., dan Perjanjian Baru ini ditegaskan ulang oleh Yeshua dihadapan kelompok 12 dan 70 dan Murid-murid lainnya di Yerusalem, yang diantara dua kelompok ini ada diisi kaum kerabatNya (Lukas 22:19-20):
“Ilah palsu mereka itu BUKAN AnakKu, tetapi AnakKu itu adalah Raja Perjanjian yang dibuat dengan kamu saat orang-orang Yahudi sesat ditawan ke Babilonia…Aku tidak memilih Yunani dan Aku tidak memilih Roma sebagai hambaKu, tetapi Aku memilih Israel dan PerjanjianKu dibuat bersama kamu, KhasidimKu saja." – Sefer Shakhynah 7:8*
* Kitab “Sefer Shakynah” adalah Kitab yang berisi Wahyu-wahyu YHWH diturunkan kepada Daniel
(Daniel 12:4) yang diwariskan dari satu khasidim kepada khasidim lainnya yang diproteksi Alaha dari abad-ke abad sampai pada waktu yang ditentukan di mana manusia tidak menyangka dan sudah kehilangan pegangan iman dan juga mendekati Akhir Zaman. Rabban +Mar Michai yang dinubuatkan sekitar 120 tahun sebelumnya sudah dipersiapkan YHWH untuk menyingkapkan misteri ini tahun 2005, abad ke-21 disaat manusia sudah ‘kehilangan imannya dan tidak perduli lagi pada agama, serta dipenuhi dengan ketidakpercayaan, curiga, fitnah dan kacau balau.’ Saat Kitab Sefer Shakhynah dibuka kepada publik semua orang skeptis dan curiga dengan fitnah aneka macam ditudingkan kepada Jemaat Yerusalem, “itu mustahil”!!! Zaman Nuh akan segera terjadi (Mattai 24:24). Dalam Kitab Didakhe sudah dinubuatkan: “Biarlah anugerah datang, dan biarlah dunia ini berlalu. Hosanna bagi Alaha Daud! Apa bila ada orang yang kudus, biarlah ia datang; jikalau ada orang yang najis, biarlah ia bertobat. Maranatha.” +Amin (Lihat juga, Daniel 12:10; Wahyu 22:11; Mattai 24:37).
Demikianlah, tidak ada dasar Paus Roma Katolik dan Patriak Ortodoks Timur Konstantinople memakai gelar-gelar yang bukan milik mereka, ini adalah “DUSTA”; bagaimana bisa mereka berbicara hal kebenaran Iman tapi kenyataannya hanya kebohongan yang mereka lakukan? (Lihat, Ya’aqub 3:9-10; Mattai 5:37).
Banyak juga orang-orang Kristen seperti burung beo mengatakan dirinya, “kita ini imamat rajani dan bangsa yang kudus...” (1Keipha/Petrus 2:9). Mereka ini orang-orang yang mata rohaninya dibutakan ilah zaman ini (2 Kor.4:4). Shimon Keipha adalah Rasul bagi kaum Yehudim (Galatia 2:7), dan Paulus untuk kaum Goyim. Shimon Keipha pada waktu itu menujukan Surat Kirimannya kepada Orang-orang Percaya yang masih tunduk kepada Jemaat Yerusalem yang sistem kejemaatannya memang berdasarkan Keimamatan Rajani, yakni dipimpin kaum Kerabat Tuhan yang sangat dihormati Abad Pertama, mereka disebut sebagai kaum Desposyni – Shemisqho (Kaum Yang Dikhususkan bagi YHWH) sama seperti zaman Mosha kaum Lewi dan Harun khusus melayani masalah Kemah Suci. Demikianlah kaum Kerabat Tuhan ini dalam Perjanjian Baru tetap sebagai Imam-imam (Kohenim) dan Raja-raja (Malakhim) menurut garis darah keturunan, semua kaum Yahudi memahami ini, kecuali orang-orang Kristen yang berlagak pandai itu!
Shimon Keipha tahu persis dirinya bukan seorang Kohen (Imam), tetapi dia seorang Uskup (Mebakker), seorang Shliakh-Rasul-Utusan dari Jemaat Yerusalem, seorang Rabbi (Guru).
Terkait kepada kemurtadan kaum Kristen ini mulai sejak abad ke-2 Masehi setelah Jemaat Yerusalem terusir dari Tanah Suci, mulai satu demi satu anak-anak Bunda Yerusalem melepaskan diri dan tidak mau tahu lagi hak dan kewajiban mereka terhadap Bunda Jemaat dengan beberapa alasan diantaranya:
* Terjadinya konflik berdarah perlawanan kaum Yahudi yang dipimpin Bar Kokhba (tahun 132 M) terhadap kolonialis Romawi dan juga penganiayaan kaum Yudaisme Rabbinik Babilonia terhadap anggota-anggota Jemaat Yerusalem dari mazhab Esseni Nasrani Ortodoks dan kaum orang percaya Goyim, sehingga kaum Kristen Goyim tidak mau terseret dalam arus politik yang sedang memanas ketika itu (Eus., 'Chron.', for the seventeenth year of Hadrian – Eus).
* Sikap arogansi etnosentrisme lama semakin subur berkembang sehingga menumbuhkan sikap Diotrefes-isme (3 Yokhanan 1:9-11); sebagai kilas balik kesombongan rohaniah Yudaisme yang menganggap dirinya Satu-satunya Umat Pilihan Alaha, dan kaum Goyim dianggap bangsa-bangsa yang disiapkan untuk neraka.
* Salah tafsir terhadap maksud tujuan peringatan dan kutukan Tuhan terhadap kaum Yudaisme Rabbinik Babilonia (Farisi dan Sadduki) agar dijauhi ragi ajaran-ajaran mereka dan sebagai cabang-cabang pohon zaitun yang dipatahkan (Mattityahu 15:8-9; 16:6; 23:13-36; Roma 11:17). Kaum Kristen mengeneralisir semua kaum Yahudi sebagai kaum terkutuk, pada hal
kaum Yahudi terdiri dari berbagai mazhab keagamaan. Yeshua dan murid-muridNya adalah kaum Yahudi mazhab Esseni Nasrani Ortodoks yang berseberangan paham dengan Yudaisme Rabbinik Farisi dan Sadduki, dan semua yang menentang mazhab Nasrani yang disebut sebagai Jemaat Yerusalem yang anggota-anggotanya adalah kaum Kerabat Tuhan dan Rasul-rasul Yahudi. Kaum Esseni Nasrani Ortodoks inilah yang menjadi “Kandang Domba Mshikha” (Yokhanan 10:16) dan sebagai cabang pohon zaitun di mana semua baik suku-suku Israel dan Bangsa-bangsa lain harus mencangkokkan dirinya. Bukan kepada semua Yahudi, tetapi hanya mazhab terpilih ini saja. * Kaum Kristen terbiasa suka berperang dan ingin menguasai kelompok lainnya. Sikap jiwa berperang ini tetap berakar kuat dalam jiwa kaum Goyim orang percaya ini, mereka belum terbiasa dalam struktur keagamaan yang tertib yang merupakan Ketaatan Torah yang diwahyukan Alaha Pencipta Langit dan Bumi.
* Kaum Kristen Goyim belum mendarah dagingkan tradisi kosher dan hormat terhadap aspek-aspek keagamaan (contohnya, Kitab-kitab, ritual, doa, zakat, puasa, pertarakan, makanan halal-haram, etika, sanhedrin, nabi-nabi, dll). * Dan banyak lagi faktor-faktor “X” lainnya.
Dari pokok-pokok di atas merupakan faktor penyebab perpisahan anak-anak Jemaat Yerusalem terlepas dari Bunda Yerusalem. Dengan lepasnya ikatan dan hubungan ini, mulailah masuk unsur-unsur asing dari tradisi kepercayaan dan filsafat kafir kedalam pemikiran Kristen. Dampak dari perpisahan ini salah satunya berimbas kepada kurang hormatnya mereka terhadap teks-teks Kitab Suci baik itu Perjanjian Lama (TaNaKh) dan Perjanjian Baru (Brith Khadasha) disejajarkan sebagai karya tulis filsafat atau sastra. Tidak ada lagi otoritas yang berkuasa yang mutlak harus dipatuhi oleh mereka seperti halnya Majelis Sanhedrin Rasuliah yang bersidang di Yerusalem (Kis.15), semuanya mereka berbuat sesuka hati memperlakukan Kitab Suci Yahudi menurut konsep-konsep subyektif yang mereka kembangkan sendiri.
Efeknya tiap uskup, atau suatu kelompok memiliki daftar kanon Kitab Sucinya sendiri. Contohnya, mereka yang bersikap anti-Semitik cenderung akan menghilangkan semua nuansa Yudaisme dari Kitab Suci dengan mengganti teks-teks tersebut sesuai keyakinan subyektif mereka. Contoh, kelompok bidat Doketisme (tahun 95 M), uskup Marsion (144 M), Valentinus (138 M), dan bapa-bapa Gereja Kristen lainnya. Perbuatan mereka ini tegas diwahyukan Tuhan kepada Jemaat Yerusalem sebagai berikut:
Ucapan-ucapan Maran Yeshua: Pasal 1
Permata Berlian
1 Kamu tahu apa yang Aku ajarkan tentang permata berlian yang dibuang oleh mereka yang menganggap permata berlian itu palsu. 2 Akan ada banyak kelompok-kelompok dalam Neraka dan banyak bidat-bidat yang akan masih percaya bahwa mereka adalah perwakilan benar dari TubuhKu meskipun tubuh mereka sedang tersiksa dari satu tungkai ke tungkai lainnya dalam kegelapan lubang Neraka jahanam. 3 Aku mengasihi semua orang, tetapi mereka harus menunjukkan kasih kepadaKu dan kepada anak-anakKu dan terhadap semua semua orang tanpa memandang bulu kedudukan apa yang mereka miliki dalam kehidupan ini.
4 Dalam menghormati BapaKu kamu harus terus menerus membersihkan dirimu sendiri, setiap orang darimu, karena sesuatu yang masih melekat tersisa tidak bersih dan hal itu akan menghalangi kemampuanmu untuk mendengarkan Sabda Kami. 5 Janganlah kamu bersandar pada istilah-istilah dan gelar-gelar yang bisa tidak menghormati Kami, seperti beberapa nama-nama yang digunakan menunjuk JemaatKu. 6 Aku menemukan banyak pengajaran agama-agama di seberang hal-hal yang ada dalam Torah BapaKu dan bahkan meniadakan arti kasihKu.
Pasal 2
Lembaga-lembaga Keagamaan
1 Lembaga-lembaga keagamaan ini meminta domba-domba buta mereka untuk mengikuti beberapa aturan dan kesepakatan yang mereka percayai ditemukan dalam Sabda BapaKu termasuk Kitab-kitab yang mereka sebut “Perjanjian Baru.” 2 Dari mimbar kotbah, pesan-pesan kutukan dikumandangkan, diakui berdasarkan Sabda BapaKu. Orang-orang digiring kedalam perbudakan aturan-aturan (tradisi-tradisi) keagamaan mereka sendiri dan bukan menurut Kehendak BapaKu. 3 Begitulah – mereka yang dijuluki para pengkotbah menyuarakan penghakiman terhadap umat mereka dan kepada JemaatKu – Umat Alaha, mereka mengutip Alkitab mereka dan menyerukan kutukan-kutukan terhadap orang-orang dan tanpa wewenang dariKu.
Pasal 3
Kisah Palsu Tambahan dalam Kitab Suci
1 Ayat-ayat mengenai wanita yang tertangkap basah dalam perzinahan, diketemukan dalam Kitab Injil Yokhanan telah ditambahkan oleh seorang Ahli Kitab yang kelewat batas rajinnya. 2 Mereka melakukan hal ini seringkali untuk
mendukung suatu ajaran yang berkembang demi kepentingan mereka dan kendali mereka terhadap seluruh bangsa, seperti halnya Romawi. 3 Namun, mereka mengabaikan ayat-ayat tertentu lainnya dan bagian-bagian atau memberikan tafsiran-tafsiran yang menyesatkan terhadap bagian-bagian yang dipersoalkan itu sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri dan ingin menguasai yang lainnya dan mencari kemuliaan bagi lembaga-lembaga mereka sendiri.
4 Kamu harus tahu bahwa beberapa dari mereka yang mengaku dirinya diilhami, sesungguhnya pikiran mereka bercampur dengan hal-hal yang tidak benar dengan kata-kata yang diberikan itu. Kamu harus waspada setiap waktu jika mendengar ada orang mengaku diberikan semacam wahyu.
Pasal 5
Puasa, guru-guru palsu, dan Kebencian
1 Mengenai berpuasa, anak-anakKu seharusnyalah berpuasa dan berdoa sebagaimana Kami telah membimbing mereka. 2 Namun, Aku tidak pernah memaksakan pada jemaatKu perihal berpuasa selama 40 hari atau selama masa tertentu, kecuali apa yang BapaKu katakan kepada Nabi-nabi. 3 Aku amati beberapa dalam gereja-gereja di dunia sedang mengatakan kepada seluruh kumpulan jemaah mereka, bahwa mereka berpuasa selama 40 hari. 4 Puasamu hendaklah dilakukan di tempat tersembunyi, dan hendaklah orang lain jangan tahu bahwa kamu berpuasa. Tidak ada hal yang salah mengenai puasa selama 40 hari atau lamanya berpuasa selama ragamu mampu menahankannya, tetapi kamu harus melakukannya secara rahasia.
5 Sekarang mengenai Sabda Kami dan bagaimana guru-guru palsu memperdayai umat manusia sehingga terperosok kedalam ajaran sesat dan mengikuti ilah palsu yang dipenuhi dengan kebencian. Ada ayat-ayat yang dibuang dan ditambahkan. Ada seluruh Kitab-kitab yang dihapuskan dari Kitab Suci dan seluruh Kitab-kitab yang sudah ditolak itu, karena membabi buta dan seluruh Kitab-kitab telah ditambahi tanpa wewenang...
7 Sedikit ragi akan meragi keseluruhan adonan. Sedikit ajaran sesat dalam hal ini akhirnya meragi keseluruh adonan. Sedikit ragi yang dikotbahkan dari mimbar akan meragi keseluruhan anggota jemaah. Dengan mengkotbahkan pesan-pesan shahadat iman dan aturan palsu atau sesat, jangan ada pengkotbah menipu kamu seolah-olah pesannya diilhami oleh Roh Kudus, sebab hasutan ini tidak datang dari Ruakh Ha’Kodesh yang memanggil kamu. 8 Barang siapa saja mengkotbahkan ajaran-ajaran palsu dan yang mengajarkan kebencian (sekalipun itu musuhnya, seperti dalam agama mengijinkan membunuh orang lain, jika menghina agamanya!), dan mengkotbahkan penghukuman terhadap salah satu mahlukKu,
maka dia yang pertama lahir dari Setan yang adalah bapa dari segala kebohongan dari sejak awal, yang berlawanan kepada Roh Kudus, dikutuk oleh semua bapa-bapa kudus yang Aku telah pilih, oleh semua orang-orang kudus di Sorga, dan dikutuki dalam JemaatKu. Dengarlah Sabda-sabdaKu – Aku mengasihimu. Mshikha. – Wahyu Yeshua (Kitab Sefer Avkadmonim)
Demikianlah Jemaat Yerusalem itu dari abad ke abad selalu disertai Tuhan sesuai janjiNya (Lihat, Injil Mattai 28:20), Tuhan tidak pernah berubah terhadap penyertaanNya kepada Jemaat yang didirikanNya langsung, meskipun jumlah anggota mereka semakin berkurang dari abad ke abad hingga kepada titik paling sedikit dan saat kritis ini Tuhan akan datang kedua kali secara universal di bumi agar “Kaum Sisa” dari yang Sisa ini jangan musnah (Injil Mattai 24:24).
Jemaat Yerusalem Yahudi tidak ada keberanian untuk menambahi atau mengurangi dan merubah isi Kitab Suci sebab mata Tuhan selalu memandangi mereka terus menerus. Itulah sebabnya Kitab Peshitta TaNaKh dan Brith Khadasha dalam naskah berbahasa Ibrani-Aramaik yang dikanonkan tahun 92 Masehi di Yerusalem tetap lestari tanpa berubah sampai sekarang.
Salah satu dari kesetiaan Jemaat Yerusalem mempertahankan naskah Peshitta Brith Khadasha, yakni kitab Sefer Maasei ha’Shlikhim, pasal 15 yang berisi Sidang Majelis Sanhedrin Rasuliah Perjanjian Baru yang mengulas Perjanjian bagi kaum Goyim orang percaya. Dalam naskah-naskah terjemahan berbahasa Yunani, Latin, Koptik dan Aramaik Non-Yerusalem telah menghapuskan Isi Surat yang dituliskan oleh Ya’aqub Ha’Tzadik sebagai “Jalan Hidup” yang mereka harus jalani dalam mengikut Mshikha, Jalan Tuhan, naskah ini dikenal sebagai “Ajaran-ajaran 12 Rasul” yang otentik hasil Keputusan Roh Kudus dan Rasul-rasul (Kis.15:28).
Banyak orang tidak sadar atau buta mata rohaninya saat membaca teks Kisah Rasul 15: 29 yang berkata:
“Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala,dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. SEKIANLAH, SELAMAT.” – Kis. 15:29.
Ayat ini terlihat jelas mengulang-ulang perkataan dari ayat 20. Dan juga sebagai pengalih dari suatu teks yang sengaja dibuang dari Pasal 15 ini! Akhir kata ditutup dengan Dua kata: SEKIANLAH, SELAMAT. Apanya yang sekianlah? Dari ayat 23 - 28 adalah kalimat “Salam Pembuka”, sedangkan “Isi Surat” seharusnya mulai ayat 29, tetapi langsung digantikan kalimat ulangan ayat 20 dan ditutup dengan kata Sekian,
selamat! Ini seperti menonton Film yang baru saja mengekspose nama-nama pemain dan gambaran sekilas isi cerita, tiba-tiba Film tersebut diakhiri dengan kata “the End” alias Tamat. Apanya yang tamat mulai ceritapun belum!?
Puji Tuhan ternyata, masih ada Jemaat Yerusalem yang melestarikan naskah asli dari Kisah Rasul pasal 15 ini utuh dengan Isi Surat Hasil Sidang Yerusalem. Penulis sudah cukup lama CURIGA dan TANDA TANYA terhadap Naskah-naskah Alkitab Kristen terutama naskah terjemahan berbahasa Yunani-Latin, perasaan itu belum terjawab karena tidak memiliki naskah pembanding saat itu, tapi kini penulis melihat langsung perbedaannya antara Naskah Peshitta Ortodoks Yerusalem dengan teks-teks Kitab Suci lainnya, jauh berbeda, naskah Peshitta jelas sangat JUJUR, SEDERHANA, LURUS dan TIDAK KORUP.
Mengapa teks Isi Surat Sidang Yerusalem harus dibuang dari Kisah Rasul 15?
Jawabannya jelas sekali, jika kita membaca Isi Surat ini yang dikenal di Barat sebagai “Didakhe” (Ajaran-ajaran 12 Rasul) sangat kental nuansa moralitas Torah, Ibadat Yudaisme Perjanjian Baru, dan Ketaatan. Masalah ini sangat sulit dilakukan kaum Goyim ketika itu yang terbiasa hidup kedagingan, moral bejat, dan sulit diatur. Masalah terbesar dari pelayanan Shaul (Paulus) di wilayah-wilayah pelayanannya adalah masalah MORAL (1 Kor.5:1-13; Galatia 5:16-26).
Dalam tradisi rabbinik Yudaisme yang diadopsi oleh Tuhan kita menyebutkan dua kelompok watak manusia yang digambarkan kepada ANJING-ANJING (Bidat-bidat yang suka mengajarkan kesesatan dalam jemaah) dan BABI-BABI (Manusia yang penuh hawa nafsu tak bermoral, sombong, dengki, iri hati, sulit diatur, diajar yang baik tetapi selalu yang jahat diperbuat dan tidak ada rasa hormat sama sekali terhadap orang yang mengajari mereka untuk hidup baik, dan pengkhianat, dll). Corak Babi-babi ini menggambarkan watak kaum orang percaya di wilayah-wilayah Barat pelayanan Paulus. Sementara watak Anjing-anjing mewakili watak di wilayah-wilayah Timur. Kedua kutub ini harus diwaspadai oleh Rasul-rasul dengan penuh kehati-hatian mengajar mereka agar tidak berbalik mengoyak dan menyerang mereka (Injil Mattai 7:6).
Amaran Tuhan ternyata benar terbukti dalam sejarah bahwa kedua kutub tersebut telah menjadi duri dalam daging Jemaat Yerusalem Yahudi sepanjang 2000 tahun lebih. Dari Kekristenan Barat dan Timur melakukan serangan dan mengoyak Jemaat Yerusalem sejak tahun 318 Masehi dan berpuncak tahun 325 Masehi pada Konsili Nikea sebagai pemukulan gong perpisahan abadi antara Jemaat Yerusalem sebagai Bunda Pelahir dan Jemaat-jemaat Kristen non-Yahudi.
Sejak zaman kuno sampai sekarang, para penulis Kristen selalu mencoba merekayasa agar Jemaat Yerusalem itu adalah salah satu bagian dari Gereja-gereja Kristen, seolah-olah Kekristenan melahirkan Jemaat Yerusalem. Dengan demikian Jemaat Yerusalem (Esseni Nasrani) bisa dituding sebagai “SEKTE SESAT KRISTEN YAHUDI” karena ajaran-ajaran Nasrani ini kontradiktif terhadap ajaran-ajaran Kristen yang anti-Torah dan anti-Sabat, dan anti-semua aspek-aspek keagamaan Yudaisme. Jemaat Yerusalem tidak akan pernah tunduk terhadap Kekristenan, sebaliknya Kekristenan harus bertobat dan rendah hati mengakui asal usul akar Kekristenan itu sendiri dari Jemaat Yerusalem, maka persoalan dan damai di bumi akan terwujud!
Sikap Jemaat Yerusalem dengan tegas disebutkan selama berabad-abad terhadap kelompok-kelompok keagamaan yang selalu berusaha memaksa Jemaat Yerusalem untuk dikuasai dan ditaklukkan, tetapi Tuhan akan memproteksi JemaatNya ini sampai pada titik kritis kelak (Mattai 24:24). Inilah pernyataan Jemaat:
“Bait Suci Alhym dan Jemaat-jemaatnya TIDAK bersekutu dengan gerakan keagamaan kelompok restorasionis (pemulihan) seperti bidat-bidat "Kristen", "Mesianik" atau "N'tzarim", dan mandiri dan tidak berkomuni (bersekutu) dengan denominasi manapun sejak zaman kuno. Agama Bait Suci, juga tidak akan berusaha berhubungan dengan organisasi-organisasi keagamaan diluar tembok sucinya sendiri. Kami adalah BUKAN satu dari antara banyak, kami mendefenisikan diri kami sendiri dan tidak oleh defenisi kelompok lain. Kami tidak tergantung kepada siapapun baik itu Kitab Suci, Tradisi, Wahyu, dan segala sistem keagamaan dan adat istiadatnya murni berasal dari Yeshua sendiri melalui Rasul-rasulNya.
Itulah sebabnya kami tidak membutuhkan Agama–agama lain sebab kami sendiri adalah SUMBER mereka... (Kis.1:18).
Pernyataan ini tegas dan barangkali menyakitkan hati kelompok keagamaan lain, tetapi memang demikianlah faktanya, kami tidak membutuhkan mereka, sebab kami yang memiliki Naskah-naskah Kuno Keagamaan itu sendiri sejak zaman Henokh. Banyak orang lain berkata, “ini mustahil”!
Bukan mereka yang mengalami dan memiliki tetapi kami. Itulah sebabnya kami tidak pernah berbantahan dengan mereka, sebab itu tidak perlu, jika mereka merasa perlu silahkan BERTOBAT dan TUNDUK! Harta Karun kami jaga dan lestarikan selama berabad-abad sesuai pesan Wahyu Tuhan yang tak pernah berhenti pada diri kami sesuai janji Tuhan (Mattai 28:20). Kami adalah mustahil dalam paradigma mereka sebab mereka bukan bagian dari kami.
Semoga Tuhan cepat datang kembali ke bumi ini dan menyatakan kebenaran JemaatNya sehingga semua mulut terkatup dan hati yang sombong dipotong, bagi hormat dan kemuliaanNya. Maranatha”! – Bait Alhym, 2006
Banyak orang Kristen menyesatkan umat mereka dengan mengatakan: “... Jadi dapat dimaklumi kalau para orang Kristen yang masih dalam proses transisi
'Taurat menuju Injil' itu kemudian disamakan oleh para pemimpin Yahudi dan
dianggap “sekte Nasrani“ juga (Kisah 24:5). Tetapi dengan berkembangnya waktu dan ajaran para rasul maka makin jelas beda antara mereka yang mengikuti “sekte
Nasrani“ dengan yang mengikuti ajaran Yesus yang kemudian disebut sebagai “Kristen“ (Kisah 11:26; 26:28; 1 Petrus 4:16).1 Hukum Taurat Tidak Batal – tetapi Tidak Berlaku bagi Orang Beriman!2
Pola pikir sesat ini banyak mengendap dalam pikiran Kristen dengan berkata, “proses transisi 'Taurat menuju Injil”, inilah salah satu ajaran Anjing-anjing (yakni bidat-bidat sesat). Taurat atau Torah tidak mungkin mengalami proses transisi sebab antara Torah dan Injil itu jelas dua sisi mata uang yang tunggal. Tidak bisa berproses mengalami perubahan di sini, kedua kodrat dijaga pada posisi masing-masing.
Apa itu Torah ( )?
Torah itu adalah “perintah-perintah” (mitzvoth - ) Alaha yang diturunkan kepada manusia sebagai ‘tuntunan dan rambu-rambu agar manusia itu hidup’, dan Torah ini sudah diberikan Alaha sejak sebelum ada Adam (lihat, Bereshit 1:3), di mana Alaha bersabda: “Jadilah Terang, maka terang itupun jadi.” Bersabda adalah Perintah dan Perintah adalah Torah! Baca, Bereshit 1:28; 2:15, 18, dan seterusnya. Nanti di zaman Mosha Perintah-perintah ini ditegaskan ulang melalui 10 Perintah (Shemot 20:1-17) yang dijabarkan 613 Mitzvoth dari semua 5 Kitab Mosha.
Kemudian, Perintah-perintah 613 Mitzvoth ha’Torah ini diringkas oleh Yeshua (Injil Mattai 7:12; 22:37-40). Pada ayat-ayat tersebut adalah bahasa singkat Torah yang harus dijabarkan dalam Kotbah Yeshua di Bukit (Mattai 5-7:28); 10 Perintah dan 613 Mitzvoth, dalam penjabaran menyempit - melebar.
Jadi Torah adalah Jalan Sempit yang harus kita lalui dan jalani (Mattai 7:13-14), ini disebut Jalan Tuhan (Kis.24:14), dan Jalan yang kita jalani itu melalui Yeshua sendiri (Yokhanan 14:6). Demikianlah, orang-orang percaya awal dan sampai sekarang jalani, dalam Yeshua menjalani Torah memang beban itu ringan sehingga banyak orang-orang Yahudi dan Goyim tidaklah berat hati melakukannya (Kis.21:20), sebab mereka mengasihi Tuhan dan tanda kita mengasihi Tuhan yakni melalui buah-buah kasih dengan menuruti Perintah-perintahNya (Yokhanan 14:15), dan Shliakh Paulus
1 http://terangdaritimur.blogspot.com/2010/04/bidah-nasrani-nashara-sekte-nasrani.html, Minggu, 11
April 2010.
menyebutnya buiah-buah roh (Galatia 5:22-26). Inilah yang dijabarkan dalam Kitab Didakhe (Aramaik, “Limudah”) atau Isi Surat Sidang Yerusalem bagi kaum Goyim orang percaya.
Ya’aqub dengan tegas mengatakan bahwa jika kita hanya beriman atau percaya saja kepada Tuhan sebagai Penebus dan Juruselamat tetapi tidak menjalankan Torah, maka iman yang kita praktekkan adalah Iman Iblis! (Ya’aqub 2:19). Iman tanpa perbuatan (Yeshua tanpa Torah) adalah sia-sia (Ya’aqub 2:26). Tidak menjalankan Torah, maka dalam dirinya tidak ada kasih kepada Tuhan (Yokhanan 14:15). Kasih kepada Tuhan bukanlah kasih emosional yang sesuka hati, Tuhan sudah memberikan kriteria bagaimana manusia mengasihiNya. Jika kasih kita hanya berdasarkan KASIH SUBYEKTIF maka akan terjadi kekacauan, setiap orang membuat aturannya sendiri-sendiri!
Apakah Injil ( ) itu?
Besorat (be-so-RAHT), artinya Kabar Baik. Kitab-kitab Injil memotret
Mshikha Israel sebagaimana dikisahkan oleh Rasul-rasulNya. Inti Besorah ini sudah dijelaskan sejak Kitab Kejadian (Bereshit 3:15) yang mengatakan: “...keturunanmu (keturunan Hawa) dan keturunannya (keturunan si Iblis); keturunanannya (Miriam) akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitNya.” Inilah Injil!
Kemudian, setelah 2000 tahun yang lalu keturunan perempuan itu (Miriam) lahir untuk meremukkan kepala si Ular Tua (Iblis), meremukkan kepala artinya, memusnahkan/membinasakan; maut, dosa, fana, dan Iblis. Seluruh umat manusia terkungkung dalam empat hal ini. Dengan kedatangan Tuhan menjelma menjadi Anak Manusia, disalibkan, mati dan masuk kedalam maut, dan bangkit pada hari ketiga oleh diriNya sendiri (Yokhanan 10:18). Pusat pewartaan semua para nabi adalah akan datangnya sang Mshikha, dan setelah Dia datang, maka dalam Kitab Injil-injil sang Mshikha yang bernama - Yeshuah (kepanjangan dari YaHUshuah) menjadi pusat pewartaan.
Injil Mattityahu, Markus dan Lukas memotret sang Mshikha ini sebagai
“Pribadi” Anak Manusia:
Bar Enosh - (bar e-nash) Kata benda. (Aramaik) Anak Manusia; Mshikha
dilihat oleh nabi Daniel (Daniel 7:13-14; Mattityahu 9:6; Markus 2:10; Lukas 5:24), yang "diberikan kekuasaan, dan kemuliaan, dan kerajaan, yang semua umat manusia, bangsa-bangsa, dan bahasa harus menyembah Dia: KekuasaanNya adalah kekuasaan kekal, yang tak akan berlalu, dan kerajaanNya tidak bisa dibinasakan."Salah satu gelar dari sang Mesias. Bar enosh, sebagaimana bahasa Ibrani menyebut dengan kata ben adam, bisa juga diartikan "anak manusia," atau "manusia khusus," atau singkatnya "manusia." Yeshua adalah semua sebutan ini: sang Mesias, manusia khusus yang ideal
atau sempurna, manusia yang memegang kekuasaan di sorga dan di bumi (Mattityahu 28:18). Yeshua menunjuk diriNya sendiri seringkali dengan julukan ini, menunjukkan identitas diriNya seutuhnya manusia sejati seperti kita yang tunduk kepada hukum alam, sebagaimana diajarkan dalam kutipan berikut ini Rom.5.12-21, 8.3-39; 1 Kor. 15.21-49; Filipi 2.5-11; Ibrani 2.5-18, 4.15.
Dibalik KemanusiaanNya yang tunduk kepada hukum alam, tetapi tidak berdosa itu Dia menjadi teladan kesempurnaan bagi seluruh umat manusia di bumi. Kemanusiaan yang tampak lemah itu ditampilkan secara paradoksal yakni Dia yang lemah tak berdaya, tetapi Dia menisbahkan diriNya satu sifat dengan Alaha yang mengampuni dosa manusia (Mattityahu 9:6). Di hadapan kaum Yahudi yang menganut paham Monotheisme ketat itu, Dia menyatakan diri sebagai Alaha yang disembah kaum Israel! Inilah “Injil” (Besorah), di mana Anak Manusia merupakan Alaha Pencipta Alam Semesta yang menjelma (Yokhanan 1:1-14).
Kepada Anak Manusia ini kita semua diundang untuk percaya kepadaNya, dan barang siapa percaya akan diselamatkan, tetapi yang tak percaya dihukum (Yokhanan 3:16-18).
Kemudian, dalam Injil Yokhanan memotret Yeshua sebagai YHWH atau
Hikmat Elohim ( ) Qnume kedua dari Alahota Kudus Yang Maha Esa, telah menjelmakan diriNya dalam wujud Anak Alaha. Penulis Injil Yokhanan menginformasikan kepada kita bahwa Yeshua adalah sehakikat dengan Alaha sang Bapa (Yokhanan 10:30; 17:5). Dia adalah sang Sabda Alaha sendiri ( ).
BenYachid - (ben ya-KHEED) n. Anak Tunggal; Keputraan unik (Yokhanan 1:14). Menunjuk kepada Yeshua Ha’Mashyakh sebagai Anak Alaha. Yeshua adalah sang Hikmat Elohim Aspek Kedua dalam Keilahian Esa bersama dengan Bapa dan Roh Kudus. Hanya Hikmat Elohim atau Hikmat Alaha atau Firman Alaha yang bisa terekspresi keluar dari Aspek sang Pikiran (Alaha sang Bapa), sebagaimana kita manusia memiliki Pikiran dalam pikiran kita tetapi Pikiran kita akan bekerja melalui hikmat atau akal kita untuk mencipta dan berkarya. Melalui “akal-hikmat” ini terekspresilah karya ciptaan yang kita bisa lihat, sentuh dan kecap. Semua produk yang dihasilkan hikmat manusia adalah hasil karya pikiran kita melalui hikmat, dan haruslah kita hidup agar terjadi hasil karya. Demikianlah Alaha itu yang kita sebaut Tiga Aspek Alahota Maha Esa: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bapa adalah Pikiran, Anak adalah Hikmat dan Roh Kudus adalah Hidup.
Sejak zaman Penciptaan Hikmat Alaha yang terbabar keluar dari Keilahian (Lihat, Bereshit 1:1-3, dan seterusnya); saat Alaha ini berbicara dengan Adam – Hawa, Hikmat Alaha yang bersabda kepada mereka ini (Bereshit 3:8-9), Hikmat Alaha ini pula yang berbicara kepada Abraham (Bereshit 12), saat ini Alaha memperkenalkan diriNya dengan berbagai Nama-nama Keilahian seperti El-Shaddai, El-Roi, Alhy, dll. Terkadang
menampakkan diriNya dalam rupa Malaikat Tuhan (Malak YHWH, baca Bereshit 16:10); kemudian pada zaman Mosha Dia memperkenalkan diriNya dengan Nama YHWH/YHVH.
Yahveh/Yahweh - (yah-VEH; Adonai) n. dalam kitab TaNaKh, YHVH adalah NAMA PRIBADI dari Alaha dan NamaNya seringkali muncul lebih dari 5,200 kali. Ini adalah Nama Ajaib atau Nama Tak Tersebutkan dari Alaha Israel. Nama ini disusun dari empat huruf Ibrani , Huruf ini merujuk sebagai "Tetragrammaton," arti singkatnya "Empat Huruf."
Hal ini, karena “nama” mewakili hakikat terdalam dari sesuatu yang dinamai itu, Nama seharusnya dipandang dengan penuh rasa hormat, begitulah seharusnya, Nama itu haruslah sesuai dengan reputasinya. Hal ini disebabkan, bahwa Nama-nama Alaha diperlakukan dengan rasa takzim dan penuh hormat baik itu bagi arus utama Yudaisme, dan khususnya kaum Nasrani Ortodoks. Banyak Nama-nama yang dinisbahkan kepada Alaha, yang paling signifikan adalah sang Nama “Y-h-w-h”. Nama 4-huruf ini disimbolkan oleh huruf Ibrani Yod-Heh-Vav-Heh (YHVH). Banyak orang percaya menyebutkan ini “Nama Tak Terkatakan” (Nama Sakral), “Nama Yang Tak Bisa Diucapkan”, atau “Nama Rahasia” (the Distinctive Name).
Sebagaimana kita pelajari sejak awal, bahwa betapa pentingnya menempatkan Nama-nama dalam Yudaisme, Nama dari Alaha ini memiliki makna-arti lebih dalam dari pada hanya sekedar label sederhana. Nama ini terkait erat pada akar huruf-huruf Ibrani “Heh-Yod-Heh”. Dalam huruf-huruf Ibrani ini secara bersamaan bermakna “menjadi” dalam bahasa Inggris “to be” (Ingatlah Gematria?).
Nama itu menyampaikan konsep bahwa Alaha adalah kekal. Nama ini digunakan khusus dalam Kitab Suci, khususnya ditujukan saat menyangkut hubungan Alaha bersama dengan UmatNya. Ini juga digunakan dalam membicarakan pokok utama sifat-sifatNya (His attributes) tentang kasihNya yang berlimpah ruah (abundant love) dan kasih karunia yang tak terbatas (infinite mercy). Nama ini biasanya diringkas dengan kata “YAH” (Yod-Heh), (contoh: “Mar-Yah” atau “Hallelu-Yah” yang berarti (“Terpujilah sang Yahweh”).
Penulis Injil Yokhanan menuturkan bahwa Yeshua yang menyebut diriNya sendiri itu sehakikat dengan Bapa adalah “Anak Alaha” (Yokhanan 10:36), dan Dia adalah YHWH itu sendiri (Yokhanan 18:5-8) dalam ekspresi kata “... Akulah Dia”, yakni ucapan yang sama diucapkan Tuhan ketika bertemu dengan Mosha (Shemot 3:14): “Aku adalah Aku” atau “Aku Ada” ini dibabarkan Yokhanan dengan tegas sekali:
* ... Sebelum Abrahan jadi, Aku Ada (Yokhanan 8:56-58); * ... Aku Roti Hidup (Yokh.6:35-41);
* ... Aku Terang dunia (Yokh.8:5, 12);
* ... Aku Pintu Gerbang bagi Domba-domba (Yokh.10:7, 9); * ... Aku Gembala Yang Baik (Yokh.10:11,14);
* ... Aku Anak Alaha (Yokh. 10:36);
* ... Aku Kebangkitan, dan Hidup (Yokh.11:25); * ... Aku Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yokh.14:6); * ... Aku Pohon Anggur Sejati (Yokh.15:1, 5);
* ... Akulah Dia (Yokh. 18:5-8)
Kemudian, semua pernyataan Yeshua ini ditutup dengan Shahadat Rasuliah:
“Tuhanku dan Alahaku” (Yokhanan 20:28). Inilah yang diwartakan Para Rasul
(Shlikhim) sebagai INJIL (Kabar Baik) bagi semua mahluk di bumi.
Terakhir Shliakh Yehuda Thoma memotret Yeshua sebagai Rabbi Torah Sejati seperti yang kita baca dalam Injil Rasul Thoma:
• Jika kita memahami “Perintah-perintah” Alaha (Mitzvoth), maka kita tidak mencicipi maut seperti yang dijelaskan Tuhan:
Yeshua berkata kepada murid-muridNya: "Dia yang bisa memahami sepenuhnya perkataan-perkataan tidak akan mencicipi maut.” 2 "Dia yang mencari, biarlah jangan berhenti mencari hingga dia menemukan; dan ketika dia menemukan dia akan jadi gundah, dan jika dia mengalami kegundahan, dia akan diherankan, dan dia akan punya kuasa atas segala sesuatu.” – Injil Thoma 1:1-2 Peshitta
Ucapan Tuhan ini bertindih tepat seperti yang dituliskan raja Daud yang merenungkan Torah siang dan malam (Mazmur 1:1-6); kita tidak diperintahkan merenungkan untuk menjadi ilahi seperti ajaran bidaah sesat gereja Kristen yang mengajarkan konsep “Theosis” (Pengilahian Diri) yang merupakan ajaran Pantheisme Gnostik yang diajarkan seorang rahib dari gunung Athos-Yunani, bernama Gregorius Palamas (1296-1359), yang mengajarkan manusia sibuk dengan energi ilahi, tetapi lupa melakukan Mitzvoth Tuhan. Ini adalah pecarian keagamaan yang sia-sia sebab manusia mencari ‘angin kosong’ sesuai khayalan subyektif individual berdasarkan emosi jiwa, bukan menuruti kriteria apa yang telah diwahyukan Alaha yang wajib dilaksanakan. Alaha yang tahu jalan apa yang harus manusia tempuh menuju dirinya yakni beriman kepada Yeshua dan menjalankan Torah, sehingga iman itu tidak sia-sia (Ya’aqub 2:26).
• Yeshua menekankan moralitas yang sudah diketahui kaum Yahudi, yakni Torah, sebab semua apa saja yang harus dilakukan dalam mengikut Dia sudah ada tertulis, jadi tidak perlu membuat aturan baru:
7 Murid-muridNya bertanya kepada Dia kata mereka: "Tuhan, apakah Engkau menghendaki kami berpuasa? Dan bagaimana apakah Engkau menghendaki kami untuk berdoa? Haruskah kami memberi sedekah? Dan aturan makan-minum yang mana kami harus ikuti? "
8 Yeshua berkata, "Jangan berdusta, dan jangan berbuat hal-hal apa yang kamu sendiri tidak sukai. Karena untuk hal itu jelas kelihatan dari sorga. Karena tidak ada yang samar-samar yang tidak akan diperjelas, dan tak ada rahasia yang ditutup-tutupi yang terus bisa disimpan tanpa tidak terbongkar kedoknya.” – Injil Thoma 1:7-8 Peshitta
• Yeshua mengajarkan agar semua Murid-muridNya, taat dan tunduk kepada PEMIMPIN yang dilantikNya sendiri, yakni Ya’aqub Ha’Tzadik dan para penggantinya, kenyataannya orang-orang percaya mengabaikan perintah ini dan membuang Injil Thoma dan mendeskriditkannya sebagai Kitab Injil yang tidak kanonik dan memfitnahnya mengandung unsur bida’ah Gnostikisme, sebab mereka tidak mau taat dan meniru sifat dan karakter Diotrefes. Apapun alasan argumentasi kaum tidak taat ini harus diabaikan dan dijauhi sebab mereka adalah anjing-anjing yang siap masuk penghukuman Neraka (Titus 3:10-11; Mattityahu 7:21-23):
7 Murid-murid kemudian berbalik kepada Yeshua dan berkata: "Kami tahu bahwa Engkau akan meninggalkan kami. Siapakah orang yang akan menjadi pemimpin kami?" 8 Yeshua berkata kepada mereka: "Pada kedudukan sang pemimpin yang kamu ikuti, kamu harus datang kepada Yaakub sebab demi dia langit dan bumi menjadi ada.." – Injil Thoma 2:7-8 Peshitta
• Yeshua menuntut Murid-muridNya untuk taat melakukan Perintah-perintah Gurunya:
11 "Jika kamu tetap sebagai murid-muridKu dan sungguh mendengarkan perkataan-perkataanKu, batu-batu ini akan melayani kamu. Sebab kamu punya lima pohon di Firdaus yang tidak bergerak pada musim panas atau musim dingin, dan daun-daunnya tidak berguguran. Dia yang bisa memahami ini tidak akan mencicipi maut."- Injil Thoma 3:11 Peshitta • Orang percaya wajib dan mutlak merayakan Hari Sabat Yudaisme, yakni Hari
Perhentian sesuai Torah, pada hari Sabtu. Ini adalah MANDAT. Mereka yang membantah perlunya Sabat dirayakan sudah tegas disebutkan Tuhan, “mereka
tidak melihat Bapa atau tidak masuk kedalam Sorga”, dan ucapan Yeshua itu adalah “Ya” dan “Amin” tidak ada argumentasi apapun boleh diucapkan seorang manusia untuk menolak Perayaan Sabat. Jika ada yang kelewat berani mengatakan Sabat adalah Hari Minggu atau Sabat itu hanya untuk orang Yahudi, maka ketahuilah jiwa orang itu berasal dari si Iblis! Sebab Hari Sabat sudah ada sebelum bangsa Yahudi ada (Bereshit 2:1-3). Merayakan Sabat haruslah sesuai Tradisi Lisan dan Tertulis Yudaisme tidak bisa dilakukan menurut tafsir sendiri, sebab kita itu hanya mengikuti apa yang sudah satu kali disampaikan kepada orang-orang kudus (Yudas 1:3):
“.... apa bila kamu tidak memelihara Sabat sebagai Sabat, kamu tidak akan melihat Bapa.” -- Besora Mar Thoma. 4:14 Peshitta (Lihat, Markus 2:27; Ibrani 4:1-11)
Demikianlah, Tuhan Yeshua adalah PUSAT INJIL itu sendiri, di mana semua umat manusia harus menyembah Dia sebagai Tuhan dan Alaha, Penebus dan Juruselamat umat manusia.
Injil bukan Torah dan Torah bukan Injil, tetapi keduanya saling mengikat satu sama lain. Kita kiaskan sebagai mata uang logam dengan Dua Sisi Mata Uang yang Tunggal, tak terpisahkan satu sama lain. Pertama, analoginya adalah Presiden Indonesia dan Undang-undang Dasar 1945, apakah mungkin UUD 1945 menjadi Presiden? Kedua, Teori dan Praktek: Apakah mungkin Teori akan menjadi Praktek? Teori dan Praktek adalah berbeda tetapi satu kesatuan integral yang tak terpisahkan. Teori harus diaplikasikan kedalam praktek.
Injil berbicara sosok Pribadi Tuhan, sedang Torah berbicara Aturan-aturan Iman. Torah harus menuju kepada Pribadi Pemberi Torah bukan menggantikan, dan Torah itu adalah aplikasi Injil. Itulah sebabnya Yeshua sudah cukup jelas mengatakan: “Apabila kamu mengasihiKu (Injil), lakukanlah mitzvothKu (Torah). – Yokhanan 14:15 Peshitta AESV. Singkatnya; Yeshuan itu Iman dan Torah itu Perbuatan.
Beriman tanpa perbuatan adalah iman Iblis! Beriman pada Yeshua tetapi melakukan perbuatan sekehendak hati adalah perbuatan Farisi! Beriman kepada Yeshua haruslah sesuai apa yang Dia sudah gariskan bagi pengikutNya. Jika anda mengaku Yeshua adalah YHWH, maka Dia juga menurunkan Torah yang sama bagi anda dan saya dan kepada semua mahluk tanpa kecuali. Tetapi jika anda mengatakan
Yeshua Mashyakh ( ) adalah Yesus Kristus ( ) versi
Yunani-Latin, maka anda cenderung mudah mengikuti segala ajaran kafir yang diajarkan guru-guru Kristen, tentu saja anda akan menolak semua yang bernuansa pemikiran Semitik Yudaisme, anti-Torah, dll., dan anda akan merayakan Hari Dewa Matahari (Minggu) menggantikan Sabat Alkitabiah untuk sepekan, dan merayakan Jumat Agung hari kematian dewa Mithraisme, dan Paskah Hari Minggu Kebangkitan Dewa Mithra, dan merayakan Natal 25 Desember lahirnya Dewa Matahari (atau 6
Januari), dan beribadah menurut Liturgi bida’ah karangan Yokhanes Khrysostomos, Basilius, atau Misa Tridentin, atau Ritual Acara Arisan Sosial Protestantisme.
Maka paradigma Kristen yang mengajarkan “... proses transisi 'Taurat menuju Injil' adalah ajaran bida’ah yang berasal dari Iblis yang selalu merusak ajaran-ajaran yang ortodoksi dari Alaha. Mereka ini dikenal sebagai kelompok-kelompok irang percaya “Teologia Pengganti” yang sudah mulai sejak abad ke-2 masehi sampai sekarang yang umumnya disebut dengan istilah Aramaik “Klal Kristiana” (Bidaty-bidat sesat Kristen). Mereka bisa saja menang melawan Jemaat Yerusalem secara fisik, dan segala kekuatan duniawi yang dimilikinya tetapi pada akhirnya nanti nasib mereka akan berujung pada ucapan Yeshua, “ENYAHLAH”!
Kemudian ada lagi yang berkata, Hukum Taurat Tidak Batal – tetapi Tidak Berlaku bagi Orang Beriman!3 Ini adalah paham Gnostikisme yang bersifat
Dualistis. Ini adalah ajaran Kristen paling linglung dan mencoba bersintesis antara dua kutub tesis dan antitesis yang bersiteru. Jalan kompromistis ini adalah orang-orang musyrik! Alkitab tidak pernah mengajarkan perbuatan dualistis dan kompromi semacam ini, dan marilah kita baca:
“Bagi jemaat, harus ada satu ketetapan bagimu, dan bagi orang asing yang tinggal sebagai orang asing bersamamu, ketetapan kekal sepanjang keturunan-keturunanmu; sebagaimana dahulu kamu juga, menjadi orang asing di hadapan Mar-Yah Alaha. 15:16 Satu Torah dan satu aturan haruslah menjadi kesepakatan bagimu, dan bagi orang asing yang tinggal bersamamu.” -- Bmidbar 15:15-16 Peshitta TaNaKh Kudus
Kalau anda merasa Kitab Mosha tak berlaku bagi anda, dan anda mengagungkan tulisan Paulus, marilah kita baca apa kata Paulus kepada Jemaah Efesus:
3 “Dan jadikanlah dirimu tertib untuk tetap menjaga kesatuan Roh, dalam satu ikatan damai sejahtera; 4 Hendaklah kamu menjadi satu tubuh, dan satu Roh; sebagaimana kamu dipanggil pada satu pengharapan dari panggilanmu. 5 Sebab, Mar-Yah adalah Esa, dan Iman itu satu, dan mikveh itu satu adanya; 6. dan satu Alaha yang adalah Bapa dari semua, dan atas semua, dan melalui semua, dan dalam kita semua.” – Efesus 4:3-6 Peshitta AESV
Maran Yeshua Mshikha juga berdoa kepada BapaNya agar semua umatNya menjadi satu dalam Ibadat, pemahaman, satu jemaat, satu pemikiran, satu mikveh, dll., jadi tidak ada celah mengijinkan perbedaan, perpecahan, dan pertentangan serta kompromi:
“Agar mereka semua menjadi satu; sebagaimana Engkau, bapaKu, [adalah] dalam Aku, dan Aku didalam Engkau; sehingga mereka juga menjadi satu dalam Kita; agar dunia bisa percaya, bahwa Engkau mengutus Aku.”- Beshora +Mar Yokhanan 17:21 Peshitta
Pernyataan “Hukum Taurat Tidak Batal – tetapi Tidak Berlaku bagi Orang Beriman” MUNCUL karena kebingungan si Guru Kristen Sesat ini terhadap dua kutub yang saling adu argumentasi antara kelompok Pengikut Gerakan Mesianik modern yang pro-Torah dan Kristen anti-Torah, maka si penulis itu mengambil jalan tengah dengan memvandalistik ucapan-ucapan Rabbi Shaul (Paulus) seolah-olah mendukung pemikiran si pendeta yang pusing tujuh keliling itu:
Dalil yang dipakai orang Kristen: Roma 10:4-9; Galatia 2:16; 3:10-13; Roma 8:3; Roma 3:19 -20 ; Galatia 3:16-2, dan Kesimpulan orang Kristen ini:
Hukum Taurat tidak dibatalkan untuk orang yang hidup di bawah hukum Taurat, tetapi “dibatalkan” untuk orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Istilah dibatalkan dalam Efesus 2:15 bermakna (bagi orang yang tidak hidup dibawah hukum Taurat) : hukum Taurat tidak berlaku bagi mereka karena sesungguhnya Allah sudah
terlebih dahulu memberikan janji keselamatan melalui iman kepada Abraham (Galatia
3:16-17, 29), jadi sejak semula Allah telah menentukan jalan keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus bukan dengan melakukan hukum Taurat yang baru diberikan belakangan kepada Musa!
Galatia 3:16 Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. 3:17 Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan
oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji
itu hilang kekuatannya. 3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.Hukum Taurat diberikan kepada manusia bukan untuk menyelamatkan manusia, tetapi untuk menyumbat mulut orang yang mengharapkan kebenaran diri sendiri.
Roma 3:19 Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat
ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat
setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.
(Sumber: http://www.sabdaspace.org/hukum_taurat_tidak_batal_tetapi_tidak_berlaku_bagi_orang_beriman)
Jawaban:
Tuhan sendiri tidak pernah mengatakan “Torah dibatalkan”, bahkan tidak ada satu Rasul pun, sekalipun itu Paulus (Roma 3:31). Torah itu abadi (Lukas 16:17). Torah
sudah diberikan sejak zaman Adam (Bereshit 1:1-24; 28; 2:16), sedangkan zaman Mosha itu hanyalah penegasan ulang, dan bukan yang pertama! Tanya orang Yahudi dan jangan tanya Orang Kristen apapun pangkat dan gelar akademis teologi dimiliki orang Kristen itu. Alkitab itu bukan milik orang Kristen, itu wajib dipahami! Paulus sudah jelas menegaskan bahwa Torah itu secara universal sudah ada dalam jiwa manusia dituliskan (Roma 2:14-16); fungsi Torah Mosha hanya menegaskan secara Tertulis apa yang Lisan sudah ada tersirat dalam jiwa semua umat manusia.
Dan perlu diketahui bahwa Torah itu bukan Iman.
Torah - : (TOH-rah) Torah. Kata Torah muncul dari akar kata yarah artinya "memanahkan anak panah " atau "menuju tetap sasaran." Penggunaan tepatnya, kata itu berarti "pengajaran" atau "perintah." Dalam kitab Tanakh, Torah menunjuk kepada 5 kitab Mosha. Torah aktualnya sendiri menunjuk kepada Sefer Torah, atau gulungan suci Torah. Khumash adalah bentuk kitab dari Torah, biasanya dibagi-bagi kedalam 54 unit literatur kecil yang disebut parashiot (nama dari tiap parashah datang dari suatu kunci kata dari bagian itu). Kata Torah adalah lebih baik dipahami sebagai "pengajaran" atau "pemahaman" dari pada istilah "hukum" atau “Syariat.”
Iman (Emunah - , baca, “eh-moo-NAH”) Kata Kunci: Iman. Kesungguhan; Keteguhan hati; Kesetiaan; Berpegang teguh (Keluaran 17:2. Ulangan 32:4). Ucapan singkatnya, emunah itu mengacu kepada seorang pribadi, inti hati mereka, keyakinan dalam keberadaan dan kehadiran Alaha Sejati Yang Maha Esa.
Dari kedua kata tersebut di atas kembali lagi kita harus menegaskan bahwa Iman dan Torah dua hal yang berbeda, tetapi satu keterkaitan integral yang tak terpisahkan. Orang bisa saja beriman tapi belum tentu menjalankan Torah, tetapi orang melakukan Torah pastilah karena beriman kepada Alaha!
Jadi kalau Paulus mengatakan kita harus berangkat dahulu dari Iman bukan dari Torah, ini ada kaitannya dalam sejarah latar belakang dimana kaum Farisi (Kis.15:5) yang mengacau Iman Nasrani memaksakan harus menjalankan Torah dahulu agar menjadi pengikut Yeshua. Berbeda dengan kaum Yahudi yang memang Torah itu sudah nafas hidupnya, sejak bayi Yahudi lahir mereka sudah diserahkan menurut ketetapan Torah barulah mereka dididik dalam Iman Torah-isme (Ulangan 6:4-9).
Tidak ada kesalahan dalam pengajaran rabbi Shaul kepada kaum Goyim, sebab dia harus berbicara dengan menggunakan analogi Iman Abraham sebab kaum Goyim tidak mengenal Torah sebelumnya. Bahkan dia melarang kaum Goyim terburu-buru menjalankan semua aspek keagamaan Yudaisme kepada jemaah Kolose (Kolose 2:16-19), tidaklah mungkin siswa Taman Kana-kanak diberi pelajaran Universitas tingkat
calaon doktoral! Tetapi bukan berarti kaum Goyim nantinya tidak menjalankan Torah, tetapi harus proses bertahap (tidak instan) seperti yang diputuskan dalam Sidang Rasuliah Yerusalem: “Sebab hal itu merupakan kesepakatan Ruakh Ha’Kodesh dan kami (Rasul-rasul), agar jangan lagi ditanggungkan beban yang lebih sulit, kecuali perkara-perkara yang perlu saja pada waktu ini. (Kis.15:28)
Jadi tulisan Paulus harus diketahui letak latar belakang dia menuliskan Surat Kiriman itu dari konteks Paulus itu seorang Rabbi Yahudi bukan pendeta Kristen! Paulus sudah pasti menekankan topik “Iman” (Emunah) lebih dahulu kepada kaum Goyim sebab mereka itu masih polos tidak tahu menahu tentang Torah sama sekali, itulah sebabnya dia memakai analogi tentang Abraham, Sarah dan lainnya yang berangkat dari Iman. Jika Paulus berbicara kepada kaum Yahudi pastilah bicaranya seputar Torah lebih dahulu seperti pembelaannya di mana dia dituding menghapuskan Torah. Di sini letak permasalahannya bukan masalah Torah itu berlaku atau tidak bagi orang yang yang percaya Yeshua, tetapi pendekatan tehnis Rabbinik kepada kaum Goyim yang tak mengenal Torah. Dan jika Paulus berbicara Torah itu disebabkan pembelaannya atau penegasannya bahwa dia tidaklah menghapus Torah jika bertemu kaum Yahudi.
Pada hakikatnya Yahudi dan Goyim adalah pelaku Torah. Kaum yahudi keturunan sudah dibesarkan dalam Torah sejak masa bayi sehingga, mereka tidak perlu lagi diajar masalah Iman kepada Alaha karena sudah diajar sejak dari bayi dan sudah diserhakan kepada Alaha sejak dalam kandungan mereka, sepanjang siklus hidup seorang keturunan Yahudi memang berada dalam siklus Torah, lalu untuk apa lagi diajar tentang bagaimana beriman seperti kepada Bangsa-bangsa lain? Orang Yahudi keturunan cukup diajar bahwa apa yang mereka lakukan semua aspek Yudaisme itu tersimpul dalam Mesias, yakni Yeshua Mshikha. Itu saja bagi mereka tidak ada lainnya!
Misi yang sulit itu adalah kepada kaum Goyim yang harus diajar dari titik A sampai Z, harus bertahap sesuai proses kematangan rohaniah mereka (Ibrani 5:11-14; 6:2). Tidak ada satu orang rasul pun yang memaksakan Torah kepada kaum Goyim, tetapi mereka diajar secara bertahap masalah pokok-pokok Iman lebih dahulu dan coba perhatikan asas pengajaran Shahadat dibawah ini:
(1) Pengakuan Iman Rasuli (Thn. 70 M)
Aku percaya pada Alaha, sang Bapa Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.
Dan pada Yeshua sang Mshikha, Anak TunggalNya, Maran kita: Dia yang dikandung oleh Ruakh Ha-Qodesh, dilahirkan dari Perawan Miriam, menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan; Dia turun ke dalam alam Sheol. Pada hari ketiga Dia bangkit kembali dari mati; Dia naik ke sorga, dan duduk di sebelah kanan Alaha sang Bapa Mahakuasa; dari sana Dia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati.
Aku percaya pada Ruakh Ha-Qodesh; Jemaat Kudus Sejagat; Persekutuan Ha-Qadoshim (Orang–orangKudus); pengampunan dosa-dosa; kebangkitan tubuh; dan hidup kekal. +Amin.
Catatan:
Pengakuan Iman Rasuliah diadopsi dalam misi penjangkuan jiwa-jiwa Goyim oleh Para Rasul Mshikha (Shlykhim) dlam artian Injil untuk “sejagat” (katolik, am, atau universal) yang dicangkokkan kepada Suku Jemaat Yerusalem.
Kita melihat di sini tidak ditekankan masalah Torah dan lainnya, sebab kaum Goyim tidak mengenal Alaha Israel secara rinci dan tidak punya sejarah keterkaitan langsung antara Alaha dan umat Israel. Itulah sebabnya Rasul-rasul masih dalam tahap memberikan pelajaran tahap SEKOLAH DASAR (SD).
Selanjutnya berbeda jauh kepada kaum Yahudi Nasrani Yerusalem, dalam Shahadat tidak perlu lagi mengakui siapa Alaha sang Pencipta Alam Semesta ini, semua kaum Yahudi dari mulai anak-anak sampai orang tua renta mengenalNya.
(2) Shahadat Sefasha (Thn. 100 M):
1) Aku menyataan diriku hamba dari Adonay Alhym
2) Aku menyatakan diriku hamba yang menyembah sang Esa dan hanya Yahuah Alhym yang adalah YaHUshuaH ha’Mashyakh.
3) Aku menyatakan diriku hamba yang menjagai Iman Terkudus kami dari serangan musuhnya.
4) Aku menyatakan tekadku berpegang teguh pada keyakinan terhadap Alhym Yang Esa yang dikenal melalui sang Bapa, Putra dan Roh Kudus, tiga Aspek [Qnumas] Alahota Esa Maha Kuasa.
5) Aku menyatakan keyakinanku terhadap sang Putra dari Alhym, YaHUshuaH ha’Mashyakh, Putra tunggal Alhym.
6) Aku menyatakan keyakinanku pada nubuatan Moshah dan kebenaran Torah yang diberikan melalui dirinya.
7) Aku menyatakan keyakinanku terhadap Sabda Tertulis Alhym Kitab Suci yang diberikan kepada Moshah dan Nabi-nabi dan pada Beshura (Injil) dari YaHUshuaH ha’Mashyakh ben Alhym.
8) Aku menyatakan keyakinanku pada Api Sabda Alhym (Aisha d’Miltha).
9) Aku bertekad bulat sebagai hamba Alhym tidak akan pernah mengijinkan Api yang dipercayakan kepadaku menjadi padam selama ada nafas dalam ragaku.
10) Aku menyatakan perlawananku terhadap mereka yang merampas semua yang kudus di Tanah Suci.