• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTEMUAN KE 12 Reg JUAL BELI YANG DILARANG & PRINSIP-PRINSIP PERBANKAN SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTEMUAN KE 12 Reg JUAL BELI YANG DILARANG & PRINSIP-PRINSIP PERBANKAN SYARIAH"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERTEMUAN KE 12 Reg

JUAL BELI YANG DILARANG

&

(2)

AQAD-AQAD MUAMALAH MALIYAH

TIJARI

(Komersil)

TABARRU’ (Tolong menolong) Syirkah (Bagi Hasil) Bai’ (Jual Beli) Ijarah (Sewa) Ju’alah (Imbalan) Ijarah Jasa Ijarah wa Iqtina (muntahiya bi tamlik) Benda Salam Murabahah/BBA Isthisna Sharf Bai’ Mutlaq Dhamanah Amanah Wakalah Kafalah Hawalah Rahn Qard Wadiah Mudharabah Muqayyadah Musyarakah Mutlaqah Muzara’ah Musaqot ةيلاملا ةلماعملا دوـقـع

(3)

Ma

ysir

Tanpa akad/melalui permainan

Gh

arar

Memakai akad namun tidak jelas

Ri

ba

Tambahan yang men-zhalim-i

B

athil

Usaha-usaha maksiat

N

ajash

Permainan harga melalui berpura-pura menawar

I

htikar

Permainan harga dengan cara menimbun

Gh

ish

Menyembunyikan informasi tentang barang/jasa

T

adlis

Mengambil keuntungan dg cara mencampur aduk

B

ai’ al Mudhthar

Harga dimainkan akibat emergency (eksploitasi)

I

krah

Harga dimainkan dg tekanan/paksaan

G

habn

Over Pricing

Wahyu Allah SWT :

“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu” ( QS. Ar Rahmaan : 09)

Falsafah :

Imam Ghazali dalam Al Arba’in fi Ushuluddin menegaskan wajibnya mengikuti Sunnah Nabi secara menyeluruh demi merealisasikan Law of Balance (At-Tawaazun)

(4)

MAYSIR

رسيملا

Semua bentuk perpidahan harta ataupun barang dari satu

pihak kepada pihak lain tanpa melalui jalur akad yang

telah digariskan Syariah, namun perpindahan itu terjadi

melalui permainan, seperti taruhan uang pada

permainan kartu, pertandingan sepak bola, pacuan kuda,

pacuan greyhound dan seumpamanya.

Mengapa dilarang? Karena (1) permainan bukan cara untuk

mendapatkan harta/keuntungan (2) menghilangkan

keredhaan dan menimbulkan kebencian/dendam (3)

tidak sesuai dengan fitrah insani yang berakal dan

disuruh bekerja untuk dunia dan akhirat.

(5)

GHARAR

ررــغلا

Sesuatu yang tidak jelas dan tidak dapat dijamin atau dipastikan

kewujudannya secara matematis dan rasional baik itu

menyangkut barang (goods), harga (price) ataupun waktu

pembayaran uang/penyerahan barang (time of delivery).

Contohnya: jual beli mangga yang masih pentil dan berada di

pohonnya, karena pihak pembeli tidak dapat memastikan

berapa banyak buah mangga masak yang nanti berhasil di

panennya dan kapan buah-buah tersebut dapat di panen.

Juga: masuk ke kolam pancing dengan membayar sejumlah uang

tertentu yang tidak jelas peruntukannya, apakah bayaran atas

servis tempat atau juga untuk ikan yang berhasil ditangkap si

pemancing.

(6)

RIBA اــبرلا

Riba: Pertukaran sesama barang ribawi dengan kadar

yang berbeda. Perbedaan itulah yang disebut riba.

Akad pinjam meminjam dimana si pemilik dana memberi

syarat kepada si peminjam untuk membayar lebih dari

jumlah uang yang dipinjamkan, sehingga dengan cara

ini si pemilik dana dapat menangguk tambahan uang

atas dana yang dipinjamkan tanpa harus bersusah

payah berniaga untuk mendapat keuntungan atau

bekerja untuk mendapatkan upah.

Unsur pemerasan dan ketidak adilan sangat jelas dapat

dilihat dan dirasakan dalam akad pinjam meminjam

ribawi ini.

(7)

BATHIL

لـطابلا

Akad jual beli ataupun kemitraan untuk mendapatkan

keuntungan ataupun penghasilan, namun barang yang

diperdagangkan ataupun projek yang dikerjakan adalah

jenis barang atau kegiatan yang bertentangan dengan

prinsip-prinsip Syariah seperti kemitraan untuk

memproduksi narkotika yang dipasarkan untuk umum

ataupun mendirikan usaha casino atau cabaret tempat

dansa-dansi.

Meski transaksinya melengkapi semua rukun dan syarat,

namun tetap dinyatakan tidak sah secara hukum dan

agama (diyanatan wa Qadaan).

(8)

GHABN

نبـغلا

Ghabn: adalah dimana si penjual memberikan tawaran

harga diatas rata-rata harga pasar (market price)

tanpa disadari olehpihak pembeli. Ghabn ada dua

jenis yakni: Ghabn Qalil (Negligible) dan Ghabn

Fahish (Excessive). Ghabn Qalil: adalah jenis

perbedaan harga barang yang tidak terlalu jauh

antara harga pasar dan harga penawaran dan masih

dalam kategori yang dapat dimaklumi oleh pihak

pembeli. Ghabn Fahish adalah perbedaan harga

penawaran dan harga pasar yang cukup jauh

bedanya.

Dr. Anas az Zarqa mengatakan: 5% untuk barang

keperluan harian, 10% untuk harga hewan ternak

dan 20% untuk harga property (rumah dan

bangunan).

(9)

NAJASH

شـجـنلا

Dimana sekelompok orang bersepakat dan bertindak

secara berpura-pura menawar barang dipasar dengan

tujuan untuk menjebak orang lain agar ikut dalam

proses tawar menawar tersebut sehingga orang ketiga

ini akhirnya membeli barang dengan harga yang jauh

lebih mahal dari harga sebenarnya.

Larangan Rasul saw: “..Janganlah kamu meminang

seorang gadis yang telah dipinang saudaramu, dan

jangan menawar barang yang sedang dalam

penawaran

saudaramu;

dan

janganlah

kamu

bertindak berpura-pura menawar untuk menaikkan

harga..”

(10)

IKRAH

هارـكلإا

Segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak untuk

melakukan suatu akad tertentu sehingga menghapus komponen

mutual free consent. Jenis pemaksaan dapat berupa acaman

fisik atau memanfaatkan keadaan seseorang yang sedang butuh

atau the state of emergency.

Imam Ibnu Taimiyah ra mengatakan bahwa dalam keadaan darurat

(state of emergency) seseorang yang memilik stock barang yang

dibutuhkan orang banyak harus diperintahkan untuk menjualnya

dengan harga pasar, jika dia enggan melakukannya pihak

berkuasa dapat memaksanya untuk melakukan hal tersebut

demi menyelamatkan nyawa orang banyak. (Majmu al Fatawa,

vol. 29 hal.300).

(11)

IHTIKAR

راـكـتـحلإا

Adalah menumpuk-numpuk barang ataupun jasa yang

diperlukan masyarakat dan kemudian si pelaku

mengeluarkannya sedikit-sedikit dengan harga jual

yang lebih mahal dari harga biasanya dengan tujuan

untuk mendapatkan keuntungan lebih cepat dan

banyak. Para ulama tidak membatasi jenis barang dan

jasa yang ditumpuk tersebut asalkan itu termasuk

dalam kebutuhan essential, maka Ihtikar adalah

dilarang.

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang menimbun

(barang & jasa kebutuhan pokok) maka telah

melakukan suatu kesalahan.”

(12)

GHISH

شـغلا

Withholding Relevant Information. Menyembunyikan fakta-fakta

yang seharusnya diketahui oleh pihak yang terkait dalam akad

sehingga mereka dapat melakukan kehati-hatian (prudent)

dalam melindungi kepentingannya sebelum terjadi transaksi

yang mengikat.

Dalam Common Law akad seperti ini dikenal dengan sebutan

Akad Uberrime Fidae Contract dimana semua jenis informasi

yang seharusnya diketahui oleh pelanggan sama sekali tidak

boleh disembunyikan. Jika ada salah satu informasi berkenaan

dengan subject matter akad tidak disampaikan, maka pihak

pembeli dapat memilih opsi membatalkan transaksi tersebut.

(13)

BAY’ AL MUDTARR

رـطـضـملا عـيـب

Adalah jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak dalam

keadaan sangat memerlukan (in the state of emergency)

sehingga sangat mungkin terjadi eksploitasi oleh pihak yang

kuat sehingga terjadi transaksi yang hanya menguntungkan

sebelah pihak dan merugikan pihak lainnya.

Jual butuh: adalah merupakan contoh klasik yang sering terjadi di

tengah-tengah masyarakat sehingga pihak penjual – karena

sangat memerlukan uang cash – terpaksa harus menjual

asetnya dengan harga yang jauh dari harga pasar. Sangat

dikuatirkan bahwa unsur kerelaan dalam transaksi seperti ini

tidak wujud pada pihak penjual sehingga tidak mencerminkan

transaksi ‘An Taradin Minkum’

كننك مارنر ننع

yang sesuai

dengan prinsip Syariah.

(14)

TADLIS

سيلدتلا

Tadlis: adalah tindakan seorang peniaga yang sengaja

mencampur barang yang berkualitas baik dengan barang

yang sama berkualitas buruk demi untuk memberatkan

timbangan dan mendapat keuntungan lebih banyak

Tindakan “oplos” yang hari ini banyak dilakukan termasuk

kedalam kategori tindakan tadlis ini.

Rasullah saw sering melakukan ‘inspeksi mendadak’ ke

pasar-pasar untuk memastikan kejujuran para pelaku pasar-pasar dan

menghindari konsumen dari kerugian.

(15)

JUAL BELI YANG DILARANG DALAM ISLAM

(Fiqh Islami Wa Adillatuh, vol.4, p.500)

1. Sebab Legal Capacity: (Baligh, Aqil, Free Consent, Legally Permitted)

a) Bay’ al Majnun (Jual Beli Orang Gila, Pingsan, Mabuk dan Sedang Fly karena

obat narkotika)

b) Bay’ al Shabiy (Jual Beli Anak Kecil yang belum Mumayyiz/Minor. Tidak Sah

menurut Syafii dan Maliki dan Mauquf menurut Hanafi. Sesuai keterangan Surah an-Nisa 4:6)

c) Bay’ al A’ma (Jual Beli Orang Buta. Hukumnya Sah menurut Jumhur jika objek

disebut dengan sempurna karena dianggap sudah ada ridho; tidak Sah menurut Syafii karena tidak dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, maka seolah objek transaksi majhul).

d) Bay’ al Mukrah (Jual Beli Orang Terpaksa atau dipaksa. Menurut Hanafi

Mauquf; dan tidak mengikat menurut Maliki sehingga dia (penjual/pembeli) memiliki hak Khiyar untuk membatalkan ataupun meneruskan transaksi).

e) Bay’ al Fuduli (Jual Beli Wakil Secara Lebih; Hukumnya Sahih Mauquf atas izin

pemilik sebenarnya menurut pendapat Maliki dan Hanafi; Sayafii dan Hanbali mengatakan tidak sah, karena dia bukan sebagai pemilik sebenarnya dan tidak sah seseorang menjual sesuatu yang bukan miliknya).

f) Bay’ al Mahjur ‘Alayh (Jual Beli Orang Sakit, Muflis, Safih)

(16)

1. Sukar diserahterimakan. Onta yang melarikan diri; jual janin tanpa menjual

induknya; jual beli habl al hablah janin yang belum dilahirkan dan madhamin yaitu jual beli anak yang masih dalam benih induk pejantannya.

2. Tidak diketahui harga atau barangnya. Saya jual kepada anda barang yang ada

dalam karung ini.

3. Tidak diketahui sifat barangnya. Saya jual salah satu baju yang ada di rumah saya. 4. Kualitas barang dan kuantitas harga tidak jelas. Saya membeli barang ini dengan

harga sekarang.

5. Tidak diketahui tempo pelaksanaannya. Saya jual kepada anda barang ini jika

Zayid telah datang.

6. Dua penjualan dalam satu penjualan. Menjual satu barang dengan salah satu dari

dua harga. Saya jual baju ini Rp100,- kontan atau Rp200,- tangguh, kemudian serta merta transaksi itu mengikat tanpa pilihan salah satu dari keduanya.

7. Jual beli dari seseorang yang tidak dapat dijamin keselamatannya, seperti dari

orang sakit yang dalam pertandingan.

8. Bay’ al Hasha’ yakni jual beli tongkat yang ditangan, jika jatuh maka jual beli

mengikat.

9. Bay’ al Munabazah. Saling melempar pakaian antara A dan B, ketika barang

dilempar maka jual beli mengikat.

10. Bay al Mulamasah. Mana barang yang disentuh, maka terjadi jual beli

(17)

2. Sebab “SHIGHAT”

a) Bay’ al Mu’athot=Ambil Bayar (Cash and Carry)

b) Bay’ Bil Murasalah atau Rasul=Melalui Surat atau Agent c) Jual Beli Orang Bisu melalui isyarat yang dimengerti d) Jual Beli dengan orang yang absen dari majlis aqad e) Jual Beli yang tidak sesuai dengan ijab-qabul

3. Sebab “MA’QUD ‘ALAYH”

a) Bay’ al Ma’dum: Madhamin, Malaqih, Habl Hablah

b) Bay’ Ma’juz al Taslim (Sukar diserah terimakan): burung di udara; ikan dlm air c) Bay’ al Kali bil Kali (Bay’ al Dayn Nasiatan)

d) Bay’ al Gharar Ghayr al Yasir (al Fahish) e) Jual beli Najis atau Mutanajjis

f) Jual beli air. Sah yang dimiliki dan berada dalam tempat terpelihara. Zahiriah: jual beli air sama sekali tidak dibolehkan

(18)

h. Jual beli objek yang tidak ada di majlis akad atau tidak dapat dilihat. Pembeli memiliki hak khiyar al ru’yah. Jual beli dengan menyebut sifat ada lima syarat:

a) Objek berada terlalu jauh seperti Andalusia atau Afrika b) Objek berada terlalu dekat dengan pihak bertransaksi c) Penyebut sifat barang harus orang lain bukan penjual

d) Semua sifat yang berhubungan dengan barang harus disebut

e) Penjual tidak boleh meminta pembayaran kontan kecuali jika objeknya pasti tidak ada berubah seperti tanah dan bangunan. Jika sifat-sifat ternyata sesuai dengan objeknya, maka transaksi mengikat dan jika tidak pembeli memiliki hak khiyar.

i. Jual sesuatu yang belum diterima (di pegang tangan). Sesuatu yang dapat

dipindahkan tidak sah dijual sebelum diterima tangan.

j. Jual Buah atau Tanaman yang belum tampak atau tumbuh karena masuk dalam kategori ma’dum. Apabila sudah tampak atau tumbuh namun dengan syarat

dibiarkan sampai masak atau besar, maka tidak sah dan fasid menurut Hanafi, batil menurut jumhur. Apabila langsung dipetik atau dituai, maka sah menurut ijma ulama.

(19)

4. Jual Beli Dilarang: Karena Sifat, Syarat atau Larangan Syariat.

a) Jual Beli ‘Urbun (Dengan Uang Muka). Jika tidak terjadi transaksi, maka uang

muka tidak akan dikembalikan kepada calon pembeli. Fasid menurut Hanafi; Batil menurut Syafii dan Maliki. Jika uang muka dikembalikan, maka boleh menurut jumhur.

b) Jual Beli ‘Aynah. Yaitu dua pihak yang seolah melakukan jual beli, namun

sebenarnya hanya untuk mendapatkan “uang cash” bagi pihak pertama, dan “tambahan pengembalian” bagi pihak kedua, bukan tujuan untuk mendapatkan barang (objek transaksi).

c) Jual Beli Ribawi, Baik Riba Nasiah ataupun Riba Fadl

d) Jual Beli Barang Haram seperti Khamar, Khinzir, Bangkai, Patung dan

seumpamanya karena larangan Rasulullah saw dalam hadis riwayat Imam Bukhari.

e) Jual Beli Orang Kota dengan Orang Pedalaman yang belum mengetahui

keadaan harga barang di kota. Larangan Nabi saw: “Biarkanlah orang melakukan transaksi jual beli dengan bebas, sehingga memberikan rizki kepada sebagian mereka melalui sebagian yang lain.” (Naylul Awtar, 5/164).

(20)

(6). Talaqqi al-Rukban.

Menjumpai rombongan atau kafilah pembawa barang perniagaan dan membelinya di tengah jalan sebelum sampai di pasar. Hak ini dilarang Rasulullah saw, sesuai sabdanya: “Janganlah kalian menjumpai rombongan di tengah jalan dan membeli barang mereka, dan janganlah pula orang kota memborong barang dari orang pedalaman (sebelum sampai di pasar).” (Naylul Awtar, 5/164).

Larangan ini tidaklah menjadikan transaksi yang terjadi hukumnya fasad, karena bisa menjadi sah jika sudah dilakukan khiyar al-ghabn, seperti dilanjutkan Rasul saw dalam hadisnya: “..Maka pemilik barang dalam transaksi tersebut berhak mendapatkan khiyar (opsi) jika mereka telah sampai di pasar.”

(7).Jual beli Haadirun Libadin : Jual beli dimana datang membawa barang yang ingin dijual dengan harga cash, kemudian

datang orang untuk membeli dengan harga yang lebih tinggi tetapi dengan harga kredit.

(8) Jual beli Muzabanah : Jual beli barang yang masih basah ditukar dengan yang kering dengan timbangan dan takaran

yang sama. Contoh : jual kurma basah dengan kurma kering dengan timbangan yang sama.

(9) Jual Beli An-Najash.

Dengan kesepakan penjual, seseorang menawar harga barang yang didisplay dengan harga lebih tinggi untuk menjebak pihak ketiga yang berada di sekitar tempat tersebut sehingga penjual akan mendapat margin yang lebih tinggi. Hukumnya, menurut jumhur ulama, adalah sah namun penjualnya berdosa dan pihak pembeli berhak mendapatkan hak khiyar al-ghabn.

Adapun jual beli MUzayadah (Lelang) secara terus terang adalah dibolehkan, karena tidak ada pihak yang dijebak dan dirugikan.

(10). Jual Beli Waktu Azan Jumat Dikumandangkan.

Hukumnya Makruh Tahrim menurut Hanafi dan Sahih namun Haram menurut Syafii. Batal (Fasakh) menurut Maliki; Tidak Sah menurut Hanbali.

(11). Jual Anggur Untuk Diproduksi Jadi Minuman Keras.

Hukumnya sahih makruh sepanjang memenuhi rukun dan syaratnya, namun pelakunya berdosa karena nawaitu yang salah. Contoh lain: menjual senjata yang akan digunakan untuk mencelakakan orang lain; menjual jaring untuk menangkap hewan di tanah haram waktu haji; menjual kayu untuk dijadikan sebagai patung atau benda permainan lainnya yang tidak bermanfaat.

(21)

(12). Jual Beli Ibu (Induk) dipisahkan dari anaknya yang masih kecil.

Larangan Rasulullah saw untuk menjual ibu (hamba sahaya) secara dipisahkan dari putra atau putrinya yang masih kecil. Rasul saw bersabda: “Barangsiapa yang memisahkan antara ibu dengan anaknya, maka Allah akan pisahkan dia dari kekasihnya pada hari kiamat.” (HR Ahmad dan Tirmizi dari Abu Ayyub ra/Naylul Awtar, 5/161).

(13). Jual Beli atas belian orang lain.

Misalnya sudah terjadi transaksi jual beli yang mengandung hak khiyar untuk pembeli, kemudian dalam masa khiyar tersebut datang orang ketiga dan berkata kepada pembeli: “batalkan transaksi anda, dan saya akan menjual barang serupa dengan harga yang lebih murah; atau dengan barang yang lebih baik” Atau Pembelian atas Pembelian. Orang ketiga datang kepada penjual dan berkata: “Batalkan transaksi anda dengan orang kedua, dan saya akan membeli dengan harga yang lebih tinggi. Atau Penawaran atas Penawaran, meskipun kedua belah pihak belum melakukan akan.

Hukumnya adalah haram dan yang melakukannya menanggung dosa karena larangan Nabi saw: “Janganlah kamu membeli atas belian saudaramu.” (HR Ahmad dari Ibnu Umar ra/Naylul Awtar, 5/167).

(14). Jual Beli Bersyarat.

Jual beli fasid hukumnya jika disertai dengan syarat fasid pula dan syarat tersebut tidak sejalan dengan tuntutan akad dan tidak dianjurkan syariat, juga tidak biasa dilakukan orang, namun syarat tersebut hanya memberi manfaat untuk salah satu pihak saja. Contoh seseorang membeli bahan kain dengan syarat dijahitkan oleh penjual menjadi baju.

(15). Mengumpulkan Akad Jual Beli dengan salah satu dari enam akad berikut: Ju’alah, Sharf, Musaqat, Syarikat, Nikah dan Qiradh (Mudharabah).

(22)

PERTEMUAN 13 dan 14

• Pertemuan 13

• Setor Hafalan Segera

• task

• Pertemuan 14

• Quiz

interview

berdasarkan

kemampuan pendalaman materi

mahasiswa

• Materi yang berhubungan dengan

materi yang sudah diberikan

• Baca Quran, SDM Bank Syariah,

Marketing

Bank

Syariah,

Operasional Bank Syariah

Referensi

Dokumen terkait

terjadinya transaksi jual beli online antara penjual dan pembeli di

bahwa jual beli yang dilakukan oleh orang buta adalah sah, apabila. orang buta itu mempunyai

Ketentuan mengenai hak dan kewajiban penjual dan pembeli tersebut diatas, berlaku juga dalam transaksi jual beli secara elektronik, walaupun antara penjual dan pembeli tidak

An-Taradhin Minkum tersebut adalah keridhaan dalam jual beli terletak pada akad, penjual menyerahkan barang dan pembeli menyerahkan uangnya, baik ada

Melihat beberapa keunggulan dan resiko yang terjadi terhadap transaksi jual beli barang elektronik di pasar malam Wonokromo, pembeli yang datang merupakan pembeli

Ketentuan mengenai hak dan kewajiban penjual dan pembeli tersebut diatas, berlaku juga dalam transaksi jual beli secara elektronik, walaupun antara penjual dan pembeli

Khiyar aib adalah khiyar jual beli yang memperbolehkan bagi pembeli suatu barang untuk membatalkan akad jual beli dikarenakan terdapat cacat pada barang yang dibeli, baik cacat itu

Sedangkan menurut Hukum Ekonomi Syariah mengenai pelaksanaan khiyar dalam jual beli tanah kavling bahwa praktek pelaksanaan jual belinya sudah sesuai hukum Islam tetapi mengenai hak