BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ) tertinggi yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%. Sementara, lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS (menurut sumber: www.wawasandigital.com). Servicitis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi lebih parah sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy, untuk kepastian tidak ada karsinoma. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga pada akhirnya pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.
Serviks adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genetalia internal, dalam hubungan ini seorang nulipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman. Pada multipara dengan ostium uteri eksternum sehingga lebih rentang terjadinya infeksi oleh berbagai kuman-kuman yang masuk dari luar ataupun oleh kuman endogen itu sendiri. Jika seviks sudah infeksi maka akan mempermudah pula terjadinya infeksi pada alat genetalia yang lebih tinggi lagi seperti uterus, tuba atau bahkan sampai ke ovarium dan karena itu fungsi genetalia sebagai alat reproduksi bisa terganggu/bahkan tidak bisa difungsikan. Oleh karena itu diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui bagian dari alat genetalia wanita, dan pada makalah ini penulis membahas mengenai servisitis.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi servicitis ?
2. Apa klasifikasi dari servisitis ? 3. Apa etiologi dari servisitis ? 4. Apa tanda dan gejala servisitis ? 5. Jelaskan patofisiologi dari servisitis ? 6. Bagaimanakah phatway dari servicitis ? 7. Apa sajakah komplikasi dari servicitis ? 8. Apa sajakah penatalaksanaan dari servisitis ? 9. Bagaimanakah cara mencegah servicitis ?
10.Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien servisitis ? C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan servisitis. 2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi dan klasifikasi servisitis. b. Dapat mengetahui etiologi servisitis.
c. Dapat menjelaskan tanda dan gejala servisitis. d. Dapat menjelaskan patofisiologi servisitis. e. Dapat menjelaskan penalalaksanaan servisitis.
f. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan servisitis.
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI 1. PENGERTIAN
Servisitis adalah infeksi pada serviks uteri. Servisitis yang akut sering dijumpai pada infeksi hubungan seksual sedangkan yang bersifat menahun dijumpai pada
sebagian besar wanita yang pernah melahirkan. Servisitis adalah infeksi pada mulut rahim (Manuaba, 2009).
Servisitis (peradangan serviks) pada wanita sering sekali disertai gatal atau rasa seperti terbakar sewaktu berkemih (Corwin, 2009).
Servisitis/ Endoservisitis adalah inflamasi mukosa dan kelenjar serviks yang dapat terjadi ketika organisme mencapai akses ke kelenjar servikal setelah hubungan seksual, aborsi, manipulasi intrauterin, atau persalinan (Smeltzer, 2008).
Servisitis adalah radang dari selaput lendir canalis servicalis (Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980).
2. KLASIFIKASI a. Servisitis Akut
Servisitis akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
Servisitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Servisitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Servisitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat
peradangan.
b. Servisitis Kronik
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
1) Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
2) Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah. 3) Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis servisitis kronis.
Servisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah servisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, servisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan.
Namun, servisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas. (Prawirahardjo, 2008)
3. ETIOLOGI
a. Menurut Ida Ayu Manuaba, 2010 :
Sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksual.
b. Menurut Price, 2005 :
Disebabkan oleh kuman C. Trachomatis dan N. Gonorrhoeae, T. Vaginalis, C. Albicans.
c. Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
1) Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen. 2) Sekunder terhadap kolpitis.
3) Tindakan intra dilatasi dll. 4) Alat-alat atau obat kontrasepsi. 5) Robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectroption/ extropin
4. TANDA DAN GEJALA
a. Menurut Suzanne C. Smeltzer, 2008 :
1) Keluarnya bercak darah/ pendarahan, perdarahan pascakoitus. 2) Leukorea (keputihan).
3) Serviks kemerahan
4) Sakit pinggang bagian sakral. 5) Nyeri abdomen bawah. 6) Gatal.
7) Sering terjadi pada usia muda dan seseorang yang aktif dalam berhubungan seksual.
8) Gangguan perkemihan (disuria) dan gangguan menstruasi.
9) Pada servisitis kronik biasanya akan terjadi erosi, suatu keadaan yang ditandai oleh hilangnya lapisan superfisial epitel skuamosa dan pertumbuhan
berlebihan jaringan endoserviks.
b. Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
1) Fluor berat biasanya kental/purulent dan kadang-kadang berbau.
2) Sering menimbulkan erosio (erythroplaki) pada portio, yang nampak sebagai daerah yang merah menyala.
3) Pada pemeriksaan ini speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulent keluar dari canalis servicalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.
4) Dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
5) Pada servisitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam selaput lendir yang merah, karena infeksi bintik-bintik ini disebut ovulo nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cervix/karena radang.
5. PATOFISIOLOGI
Peradangan terjadi pada serviks akibat kuman pathogen aerob dan anaerob, peradangan ini terjadi Karena luka bekas persalinan yang tidak di rawat serta infeksi karena hubungan seksual. Proses peradangan melibatkan epitel serviks dan stoma yang mendasarinya. Inflamasi serviks ini bisa menjadi akut atau kronik (Manuaba, 2010).
Masuknya infeksi dapat terjadi melalui perlukaan yang menjadi pintu masuk saluran genetalia, yang terjadi pada waktu persalinan atau tindakan medis yang menimbulkan perlukaan, atau terjadi karena hubungan seksual (Manuaba, 2009). 6. PHATWAY
6 Luka bekas persalinan
& keguguran
Aktivitas seksual tinggi
7 Tidak dirawat
Infeksi luka
Kerusakan jaringan
Infeksi hubungan seksual
Penurunan proteksi terhadap bakteri
Barier fisiologi terganggu
Kerusakan jaringan
Kuman aerob&anaerob masuk ke serviks
Pasangan tidak tetap
Merusak epitel serviks & stoma
Penurunan aktivitas seksual Kesehatan menurun Pelepasan histamin SERVISITIS Inflamasi serviks Pasien sering bertanya Kurang informasi Defisit Pengetahuan Disfungsi Seksual Sulit hamil Kuman aerob&anaerob masuk ke serviks
7. KOMPLIKASI
a. Menurut Smeltzer, 2008 : Jika tidak diobati, infeksi tersebut dapat meluas ke dalam uterus, tuba fallopi dan rongga pelvis. Jika wanita hamil terinfeksi, maka dapat terjadi lahir mati, kematian neonatal, dan persalinan prematur.
b. Menurut Prawirahardjo, 2008: Infertilitas.
c. Menurut Supriyadi, 1994: pembentukan kista Nabothi. 8. PENATALAKSANAAN
a. Menurut Smeltzer, 2008 :
Pengobatan harus mencakup upaya preventif dan kuratif. Mencegah infeksi gonorea dan klamidia dengan menggunakan kondom dan spermisida dan menghindari hubungan seksual dengan pasangan non-monogami, atau seseorang yang mempunyai rabas penis, mengurangi angka kejadian endoservisitis dan penyakit hubungan seksual.
Pengobatan ditujukan untuk menghilangkan kedua organisme, biasanya dengan amoksilin yang diikuti dengan terapi tetrasiklin. Jika klamidia saja yang diobati, terapi biasanya mencakup tetrasiklin, doksisiklin, atau azitromisin.
b. Menurut Wiknjosastro, 2005:
Pengobatan yang baik ialah dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi atau krioterapi terjadi nekrosis jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan sehat. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh ke dalam kanalis servikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian
8
nyeri Ruam/lesi
Respons garukan
besar mukosa endo serviks. Pada laserasi serviks yang agak luas perlu dilakukan trakhelorafia. Dan apabila terjadi sobekan dan infeksi yang sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks. Akan tetapi pemendekan serviks dapat mengakibatkan abortus. Jika terjadi kehamilan, sehingga pembedahan yang akhir ini sebaiknya dilakukan pada wanita yang tidak ingin hamil lagi.
c. Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
1) Antibiotika terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
2) Kalau cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta (AgNO3) 10% dan irigasi.
3) Servisitis kronik (yang tak mau sembuh) dapat dioperasi dengan cara konisasi. Pada servisitis yang disebabkan oleh etropion dapat dilakukan plastik/amputasi.
4) Erosio dapat disembuhkan dengan AgNO3 10% / albathyl yang menyebabkan nekrosis epitel silindris dengan harapan kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.
9. PENCEGAHAN Menurut Reeder, 2011 :
a. Jagalah kebersihan pribadi (personal hygine)
b. Setelah BAK keringkan genetalia eksternal dan perineum secara menyeluruh. Bersihkan dari arah depan ke belakang setelah berkemih dan defekasi.
c. Ganti pembalut setiap 1-4 jam setiap hari.
d. Kenali pasangan seksual (riwayat menderita PMS/ infeksi genetalia).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN
Data Subjektif a. Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup
b. Identitas (Nama, umur, Agama, Alamat, pendidikan) : Penyakit servisitis ini umumnya sering terjadi pada usia muda dan seseorang yang aktif dalam berhubungan seksual (Smeltzer, 2008).
c. Keluhan utama
Perempuan dengan servisitis pergi berobat dengan keluhan gatal yang disebabkan oleh infeksi C. albicans (Price, 2005). Keputihan banyak, kental dan berbau, perdarahan, serviks kemerahan, nyeri kencing, sakit pinggang.
d. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga. Apakah pasien sedang hamil, atau dalam masa menopause.
e. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi. Serta tanyakan gaya hidup seperti merokok, alkohol, gizi buruk, stres, keletihan serta penggunaan obat-obatan, kateterisasi yang sering dan adanya cedera lahir pada vagina dapat menyebabkan servisitis
f. Riwayat Obstetri
Tanyakan dan periksa apakah pasien sedang hamil. g. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
h. Riwayat KB
Tanyakan apakah pasien pernah menggunakan KB AKDR seperti IUD (Prawirahardjo, 2008).
i. Riwayat psikososial
Biasanya pasien servisitis ini akan merasa cemas akan keadaan dirinya dan keadaan kesehatannya. Dan Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit radang serviks. Oleh karenanya perlu dukungan dari keluarga.
j. Data Sosial Ekonomi
Servisitis menyerang wanita dari kalangan sosial ekonomi manapun. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran : compos mentis
2) TTV masih dalam keadaan normal. Suhu mengalami peningkatan selama beberapa hari kemudian turun (Bobak, 2005).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umunya dilakukan dengan teknik head to toe. Untuk kasus servisitis pemeriksaan lebih spesifik pada :
Palpasi abdomen : nyeri abdomen bawah (Price, 2005).
Palpasi serviks : nyeri tekan gerak serviks (CMT) pada palpasi adalah tanda klasik tidak saja untuk servisitis tetapi juga PID (Price, 2005).
Genetalia (Price, 2005) :
1) Inspeksi : tampak keputihan yg banyak berwarna putih kekuningan dan berbau.
2) Inspekulo : dapat dilihat keputihan yg kental keluar dari kanalis servikalis, berbau, warna putih kekuning- kuningan, Pada portio tampak adanya erosi.
(1) Penampilan vulva (a) Eritema (b) Edema
(2) Penampilan sekret vagina (a) Sekret abu-abu.
(b) Encer seperti air/kental. 11
(3) Penampilan serviks : eritematosa dan dengaan/ sekret purulen (Price, 2005).
c. Pemeriksaan Diagnostik/ laboratorium
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD UNPAD pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada servisitis antara lain :
1) Pemeriksaan Pap Smear /uji Pap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini kelainan-kelainan yang ada di leher rahim atau untuk menilai sel-sel leher rahim.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil getah serviks kemudian diperiksa di laboratorium.
2) Biakan Serviks
Memberikan diagnosis bakteriologi spesifik bila diiduga gonore atau bila terlihat secret purulen
3) Kolposkopi
Dilakukan bila ada kecurigaan di daerah leher rahim dengan cara di teropong. Alat koloskopi terdiri atas dua alat pembesaran optic yang ditempatkan pada penyangga yang terbuat dari besi.
Kolposkopi dilengkapi dengan layar tv. Maka pasien bisa melihat hasil peneropongan tersebut dari layar tv. Pemeriksaan ini juga disertai alat mengambil jaringan yang di curigai tersebut. Pemeriksaan ini sering dianjurkan untuk evaluasi lesi serviks yang mencurigakan atau apusan sitologi abnormal.
4) Biopsi Adalah pengangkatan dan pemeriksaan jaringan leher rahim untuk tujuan diagnose. Jaringan diambil dengan semacam alat/jepitan. Selanjutnya jaringan yang telah diambl tersebut dikirim ke laboratorium.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman: gatal berhubungan dengan gejala terkait penyakit (misalnya: iritasi, nyeri, gatal).
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan respons tubuh pada agen tidak efektif (sifat infeksi, jaringan eritema, gatal).
c. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh (proses penyakit).
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan (bercak perdarahan pasca koitus, leukorea).
a. Kurang pengetahuan mengenai obat, pencegahan, prognosis, dari kondisi
b. berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap infeksi dan sumber-sumber, serta kesalahan terhadap interpretasi.
3. INTERVENSI
a. Gangguan rasa nyaman: gatal berhubungan dengan gejala terkait penyakit (misalnya: iritasi, nyeri, gatal).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien lebih nyaman. Kriteria hasil : serviks kembali normal, gatal berkurang/ bahkan hilang, mengurangi menggaruk alat genitalia, tidak terlihat gelisah.
No Intervensi Rasional
1 Identifikasi sumber, lokasi, dan tingkat ketidaknyamanan (Observasi intensitas gatal dan perluasan kulit).
Menentukan bagian dari tindakan dan intervensi.
2 Jaga kebersihan kulit dan gunakan air hangat untuk mandi.
Merileksasi daerah yang terganggu.
2 Anjurkan peningkatan cairan dan berkemih dengan menggunakan rendam
duduk hangat.
Membantu mencegah statis; kehangatan merilekskan perinium dan
meatus urinarius untuk memudahkan berkemih.
3 Berikan informasi tentang Supaya lebih kering dan mencegah 13
tindakan higiene seperti sering mandi, dan
Sering mengganti pakaian dalam.
kerusakan kulit.
4 Setelah BAK keringkan genetalia eksternal dan perineum secara menyeluruh. Bersihkan dari arah depan ke belakang setelah berkemih dan defekasi.
Membantu menjaga area genital tetap kering atau bersih;
Dan meminimalkan pertumbuhan organisme secara cepat.
5 Kolaborasi pemberian obat anti histamin.
Mengatasi rasa gatal dan merupakan obat yang efektif untuk menghasilkan tidur yang nyenyak. (NANDA Internasional, 2013)
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan respons tubuh pada agen tidak efektif (sifat infeksi, jaringan eritema, gatal).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri yang dirasakan pasien berkurang bahkan hilang.
Kriteria hasil : alat genetalia (serviks) tidak memerah, lendir berkurang, sutu tubuh turun/ kembali normal, wajah tidak tampak gelisah.
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat nyeri; bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor dan daerah iritasi.
Merencanakan perawatan
selanjutnya yang tepat. 2 Pertahankan posisi senyaman
mungkin bagi pasien.
Membantu meminimalkan
pergerakan yang membuat reaksi rasa sakit.
3 Instruksikan pada pasien untuk mengkonfirmasikan kepada perawat jika terasa nyeri pada daerah yang gatal.
Perbaikan prosedur pegobatan untuk mengurangi nyeri.
5 Berikan aktivitas pengalihan Memfokuskan kembali perhatian pasien, meningkatkan perilaku yang 14
positif dan kenyamanan. 6 Kolaborasi pemberian
antibiotik dan analgesik.
mempercepat proses penyembuhan. Analgesik bekerja pada pusat otak lebih tinggi untuk menurunkan persepsi.
(NANDA Internasional, 2013) (Wilkinson, 2006) c. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi. Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi, ttv normal, genetalia kembali normal.
No Intervensi Rasional
1 Kaji terhadap/gejala infeksi (mis., peningkatan suhu, nadi,
jumlah sel darah putih, bau).
Menentukan intervensi selanjutnya.
2 Pantau suhu, nadi, pernapasan. Perhatikan adanya menggigil/
laporkan anoreksia/ malaise.
Peningkatan tanda vital menyertai infeksi, perubahan gejala menunjkkan perubahan kondisi
pasien. 3 Pertahankan kebijakan mencuci
tangan dengan baik.
Menurunkan risiko kontaminasi silang.
4 Demonstrasikan /anjurkan pembersihan area genetalia yag
benar setelah berkemih dan defekasi, dan sering mengganti
pembalut (bila menstruasi).
Pembersihan melepaskan kontaminan urinarius/fekal.
Penggantian pembalut menghilangkan media lembab yang
menguntungkan pertumbuhan bakteri.
5 Kolaborasikan pemberian obat antibiotik
Meminimalkan pertumbuhan cepat kuman/ antigen.
(NANDA Internasional, 2013), (Wilkinson, 2006),(Doenges, 2001) 15
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh (proses penyakit).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami disfungsi seksual.
Kriteria hasil : mengungkapkan kenyamanandengan identitas seksualnya.
No Intervensi Rasional
1 Berikan waktu dan privasi untuk membahas permasalahan seksual pasien.
Pasangan mengerti adanya suatu masalah yang menghalangi kegiatan seksual.
2 Ingatkan pasien/ pasangan akan kemungkinan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas seksual.
agar pasien tidak terkejut dalam melakukan hubungan seksual.
3 Libatkan pasangan seksual dalam konseling sebanyak mungkin.
mengurangi permasalahan dalam keluarga terutama dalam hala seksualitas.
(NANDA Internasional, 2013), (Wilkinson, 2006)
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan (bercak perdarahan pasca koitus, leukorea).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan klien dapat teratasi.
Kriteria hasil : pasien mengatakan perasaannya sudah mulai tenang, tidak insomnia, wajah tidak tegang, pasien mengerti/mengetahui keadaan tubuh dan penyakitnya.
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien. mengetahui kondisi pasien dan untuk menentukan problem solving yang tepat 2 Berikan problem solving yang tepat
sesuai dengan penyebab kecemasan.
agar kecemasan pasien dapat diatasi dengan tepat
3 Berikan cara-cara untuk mengurangi kecemasan dengan
mengurangi kecemasan pasien.
cara menjelaskan perkembangan penyakit.
4 Jelaskan pada klien tentang penyebab penyakitnya, hal-hal yang dapat memperburuk keadaan penyakitnya, Prosedur perawatan dan pengobatan serta hal-hal yang harus dipatuhi klien selama mengalami perawatan.
penjelasan yang ringkas dan jelas mengenai penyakitnya, penyebab penyakit dan prosedur pengobatan, memberikan pengertian pada klien sehingga persepsi yang keliru dan membingungkan dapat dihindari dengan demikian kecemasan klien dapat berkurang.
5 Motivasi klien agar mau mengekspresikan perasaannya secara verbal.
Dengan mengekspresikan perasaan diharapkan klien merasa sedikit lega
telah mengungkapkan masalahnya sehingga akan mengurangi kecemasan
klien. (NANDA Internasional, 2013), (Wilkinson, 2006)
f. Kurang pengetahuan mengenai obat, pencegahan, prognosis, dari kondisi berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap infeksi dan sumber-sumber, serta kesalahan terhadap interpretasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mengerti/ memahami tentang penyakitnya.
Kriteria hasil : tidak apatis, tidak terlihat bingung, mengikuti perintah/intruksi yang telah dijelaskan/dianjurkan.
No Intervensi Rasional
1 Kaji pengetahuan pasien dan pemahaman tentang proses penyakit. Berikan informasi dan perbaikan kesalahan konsep kebutuhan.
Membantu dalam kebutuhan-kebutuhan khusus dan mengklarifikasi informasi sebelumnya.
2 Berikan informasi tentang tanda dan gejala yang mengindikasikan kondisi yang semakin buruk dan intruksikan
pemberian informasi dapat membantu pasien memahami hal-hal
yang tidak diketahui. 17
kapan klien memberi tahu perawat. 3 Diskusikan bentuk transmisi infeksi
khusus, bila dibutuhkan.
Memberikan informasi untuk membantu klien membuat keputusan
relatif terhadap perubahan gaya hidup atau perilaku.
4. Beritahu pasien serta keluarga untuk menghidari faktor pencetus penyakitnya.
Screening perlu ditingkat untuk menghindari faktor pencetus.
(NANDA Internasional, 2013), (Wilkinson, 2006), (Doenges, 2001)
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Servisitis (peradangan serviks) pada wanita sering sekali disertai gatal atau rasa seperti terbakar sewaktu berkemih (Corwin, 2009).
Servisitis/ Endoservisitis adalah inflamasi mukosa dan kelenjar serviks yang dapat terjadi ketika organisme mencapai akses ke kelenjar servikal setelah hubungan seksual, aborsi, manipulasi intrauterin, atau persalinan (Smeltzer, 2008). disebabkan oleh kuman-kuman seperti :
1. Trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme.
2. Aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococcus, e. Coli dan stapilococus.
Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma dan dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. Servisitis terbagi atas :
1. Servisitis akut 2. Servisitis kronik
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unpad Bandung.1984.Obstetri Patologi.Bandung : CV. Lubuk Agung.
Bobak, Irene M.2005.Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E.Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2.2001.Jakarta : EGC. Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
NANDA Internasional.2013.Diagnosa Keperawatan 2012-2014.Jakarta : EGC.
Price, Slyvia A. dan Lorraine M. Wilson.2005.Patofisiologi Edisi 6 Volume 2.Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Volume 3.Jakarta : EGC.
Reeder, dkk.2011.Keperawatan Maternitas Volume 2 Edisi 18. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3 Cetakan 7.Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.