• Tidak ada hasil yang ditemukan

askep pielonefritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "askep pielonefritis"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SISTEM PERKEMIHAN

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PIELONEFRITIS“

Dosen Pembimbing :H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes

Kelompok06 :

1. Fahmiatul Fununi (7311017) 2. Nurlaila Shofiana (7311026)

3. Aisyah (73110

4. Khoirul Umam (73110

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG, 2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Sistem Perkemihan

“Asuhan Keperawatanpada Pasien Dengan Pielonefritis” Di Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi S1 Keperawatan

Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum Tahun Pelajaran 2013/2014 Disusun Oleh : Kelompok06 : 1. Fahmiatul Fununi (7311017) 2. Nurlailai Sofiana (7311026) 3. Aisyah (73110 4. Khoirul Umam (73110

disetujui dan disahkan pada Desember2013

MENYETUJUI / MENGESAHKAN

Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing

(3)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah SISTEM PERKEMIHAN tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PIELONEFRITIS” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes selaku dosen pembimbing.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan para pembaca sehingga dapat membantu kearah perubahan yang lebih baik di kemudian hari.

Jombang, Desember 2013

(4)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN... BAB II KONSEP DASAR... BAB III P E N U T UP ... DAFTAR PUSTAKA...

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara yang benar).

Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis, prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitisakut (infeksivesika urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif.

Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.

Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.

(6)

1. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis? 2. Apa etiologi dari pielonefritis?

3. Bagaimana manifestasi klinis pielonefritis? 4. Apa saja klasifikasi pielonefritis?

5. Apas saja maca-macam pielonefritis

6. Bagaimana penatalaksanaan pielonefritis secara medis dan keperawatan? 7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pielonefritis?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa dalam memahami gangguan perkemihan khusunya tentang pielonefritis serta penatalaksanaannya. Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan keperawatan pielonefritis.

(7)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Definisi Pieloneritis

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karna infeksi yang dibawah darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis. (Sloane, 2003)

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002).

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograde aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002)

2.2. Klasifikasi

Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1) Pyelonefritis akut.

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru.20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. 2) Pyelonefritis kronik.

Pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat

(8)

merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang –ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

2.3. Etiologi

1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.

2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat

3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter.

4. Kehamilan 5. DM

6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

2.4. Manifestasi Klinis 1. Manifestasi Klinis Akut

Pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral ( CVA ), lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam urin. Selain itu, gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemih umumnya terjadi.

(9)

Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibody bakteri dalam urin. ( Selimut antibody bakteri dalam medulla renali; ketika bakteri diekskresikan kedalam urin, tesimunofluoresen dapat mendeteksi selimut antibody tersebut).

Ginjal pasien pielonefritis akut biasanya membesar disertai infiltrasi intersitisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak berfungsi. . Untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal parah atau memperbaikikondisi pasien, maka diberikan terpi suportifdan antibiotik.

2. Manifestasi Klinis Kronik

Pasien pielonefritis kronik biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda utama mencangkup keletihan, sakit kepala, nafsu makan rendah, poliuria, haus yang berlebihan dan kehilangan berat badan. . Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempinyai gejala yang spesifik. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif diginjal, pada akhirnya disertai gagal ginjal.

2.5. Patofsiologi

Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, streptocus fecalis, pseudomas aeruginosa, dan staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medulla mengembang dan multiple abses. Kalik dan pelvis gij juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghasilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul setelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degenerative dan menjadi kecil serta atripic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

1. Akut

Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau

(10)

karena infeksi streptococcus yang berasal dari darah (descending). Pylonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah kea rah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimur antibody bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.

2. Kronis

Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena factor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pielonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.

Pembagian pielonefritis.

Pielonefritis akut sering ditemukan pada wanita hamil, basanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena yang membesar.

2.6. Penatalaksanaan

Pasien pielonefritis akut berisiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parenterialdiberikan selama 24 sampai 48 jam sampai pasien afebris (suhu tubuh mengalami penurunan dibanding keadaan sebelumnya). Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedkit kritis akan afektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis.

Agen antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin., nitrofurantoin atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal

(11)

yang terganggu akan mempengaruhi ekskreasi agens antimikrobial dan kebutuhan pemantauan fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik bagi ginjal. a. Penatalaksanaan medis

Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007

• Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobia seperti trimethrobial-sulfamethoxazole ( TMF-SMZ, septra),gentamycin, dengan atau tanpa ampiciin, cephalosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.

• Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, dan meningkatkan

kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologo tambahan antispasmodic dan anticholinergicseperti oxybutynin (ditropan) dan propanthelinen (pro-banthine)

• Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007

• Mengkajiwayat obat-obatan, dan alergi.

• Monitor vital sign

• Melakuka pmeriksaan fisik

• Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien

• Mngumulkan specimen urin segar untuk urinalisis

• Memantau input dan output cairan

• Mengevaluasi hasil teslaoratorium (BUN, creatinin,serum electrolytes)

• Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan, karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat pn berkecil hati

(12)

1) Whole blood : Pemeriksaan darah engkap

2) Urinalisis: Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus)

3) USG dan Radiologi : Membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya

4) BUN 5) Creatinin

6) Serum electrolytes

2.8. Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan

infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar kreatinin serum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang.

2.9. Komplikasi.

Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut.

 Nekrosis papilla ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medulla akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papilla ginjal, terutama pada penderita diabetes militus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

 pielonefritis terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan system kaliks mengalami supresi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.

 abses perinefrik pada waktu infeksi mencapai kapsula gimjal, dan meluas kedalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan

(13)

pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai-urea, yang mengakibatkan terbentuknya batu).

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

1. Identitas

Wanita mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

2. Keluhan utama

Pasien mungkin mengeluh nyeri panggul, disuria, demam 3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih. Demam menggigil. 4. Riwayat penyakit masa lalu

Mungkin pasien sebelumnya terkena penyakit obstruksi traktus urinarius, tumor kandung kemih, batu urinarius, infeksi saluran kemih.

(14)

5. Riwayat penyakit keluarga

Mungkin keluarga pasien ada yang terkena penyakit pielonefritis sebelumnya, atau terkena penyakit infeksi saluran kemih.

6. Pola kebiasaan sehari-hari a. Pola nutrisi

Makan : anoreksia b. Pola eliminasi

BAB : mungkin tidak ada gangguan atau kelainan BAK : disuria dan poliuria

c. Pola kebiasaan

Mungkin mengalami gangguan karena nyeri pada panggul, malaise 7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Tekanan darah : meningkat Nadi : normal/meningkat Respirasi : normal/meningkat Temperature : meningkat.

b. Musculoskeletal : Kelemahan otot/ malaise c. sIntegument : pucat ,odema

B. Diagnose keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat gangguan viseral ginjal

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun traktus urinarius lain.

(15)

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

d. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien.

e. Kurangnya pengetahuan tantang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. Intervensi

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat gangguan viseral ginjal.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil

 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tanda vital dalam batas normal

No Intervensi Rasional

1. Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.

pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan

ketidaknyamanan secara langsung.

2. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.

klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot.

3. Observasi tanda-tandavital untuk menentukan intervensi selanjutnya.

4. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.

untuk membantu klien dalam berkemih.

5. Berikan perawatan perineal untuk mencegah kontaminasi uretra 6. Berikan alnalgesik sesuai analgesic dapat memblok lintasan

(16)

kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya.

nyeri.

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun traktus urinarius lain.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola eliminasi dalambatas normal (3-4x/hari).

kriteria standar

 Pola eliminasi normal (3-4x/hari)

No Intervensi Rasional

1. Ukur dan catat urin setiap kali berkemih.

untuk mengetahui adanya perubahan warna dan mengetahui input/output. 2. Anjurkan untuk berkemih setiap

2-3 jam.

untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.

3. Palpasi kandung kemih setiap4 jam.

untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih 4. Bantu klien kekamar kecil,

memakai pispot/urinal

untuk memudahkan klien dalam berkemih.

5. Awasi pemeriksaan laboratorium peninggian BUN mengidikasi disfungsi ginjal.

BAB V PENUTUP

(17)

5.1. Kesimpulan

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karna infeksi yang dibawah darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis.

Terdapat 2 klasifikasi pielonefritis, yakni: Pielonefritis Akut dan Pielonefritis kronis. Berdasarkan tanda gejala yang biasa ditemukan pada pasien pielonefritis adalah mengalami demam dan menggigil, nyeri panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral ( CVA ), lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam urin. Selain itu, gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemih umumnya terjadi.

DAFTAR PUSTAKA Silvy, A Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC

(18)

Sjamsuhidjajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI

Referensi

Dokumen terkait

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

Servisitis akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan

Nyeri otot terjadi akibat beberapa hal, yaitu: digunakan berulang (repetitif) dalam waktu lama, digunakan dalam posisi Nyeri otot terjadi akibat beberapa hal, yaitu: digunakan

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal napas kronik, gagal. napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang, dan

Apabila orang itu dapat infeksi berulang oleh infeksi virus Dengue yang berlainan maka akan menimbulkan reaksi yang berbeda, terutama konsistensi Retikoloindotel dan

Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar.. Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan

Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti

Pada masa sekarang terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA (Infeksi Saluran Napas Bawah Akut) akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan