KAJIAN BIAYA INDUKSI PERCABANGAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) FASE TANAMAN BELUM
MENGHASILKAN DI AFDELING II KEBUN SEI PUTIH
TUGAS AKHIR
SUCI ARDILAH 1001983 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN 2014
KAJIAN BIAYA INDUKSI PERCABANGAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) FASE TANAMAN BELUM
MENGHASILKAN DI AFDELING II KEBUN SEI PUTIH
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Diploma IV Pada Program Studi Budidaya Perkebunan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan
SUCI ARDILAH 1001983 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN 2014
Judul Tugas Akhir : KAJIAN BIAYA INDUKSI PERCABANGAN TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muel Arg) FASE TANAMAN BELUM MENGHASILKAN DI AFDELING II KEBUN SEI PUTIH
Nama : SUCI ARDILAH Nomor Induk : 1001983
Program Studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN
Menyetujui,
Guntoro, SP., MP Pembimbing
Mengetahui,
Ketua STIP-AP Ketua Program Studi
TIM PENGUJI TUGAS AKHIR
PEMBIMBING : Guntoro, SP., MP
PENGUJI : Saroha Manurung, SST
i
RINGKASAN
SUCI ARDILAH, 2014. Kajian Biaya Induksi Percabangan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel Arg) Fase Tanaman Belum Menghasilkan Di
Afdeling II Kebun Sei Putih telah dilaksanakan dibawah bimbingan Bapak Guntoro, SP., MP.
Induksi percabangan dapat mengurangi ketinggian tanaman, kerusakan tanaman akibat angin dan cenderung mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman. Induksi percabangan yang dapat diterapkan adalah dengan teknik pemangkasan daun (Clipping), penyanggulan (Folding) dan pemenggalan batang (Topping) (Siagian, 2009).
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Sei Putih PT. Perkebunan Nusantara III Afdeling II. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan Juni 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya pelaksanaan induksi percabangan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muel Arg) fase belum menghasilkan.Metode penelitian yang dilaksanakan adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data dan analisa deskriptif, yang dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai komponen biaya induksi percabangan.
Pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping pada tanaman karet tahun tanam 2010 seluas 18,70 Ha, dengan total biaya Rp 12.478.843,20 atau Rp 1.130,33/pohon dan Rp 666.667/Ha.
ii
RIWAYAT HIDUP
Suci Ardilah dilahirkan pada tanggal 25 Desember 1992 di Sei Putih Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Anak kedua dari empat bersaudara. Putri dari pasangan Basimin dan Sumini. Berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal antara lain :
1. Tamat pada tahun 2004, menemouh pendidikan sekolah dasar di SDN 101975 Sei Putih
2. Tamat pada tahun 2007, menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP YPAK Sei Karang
3. Tamat pada tahun 2010, menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Galang
4. Tahun 2010 melanjutkan ke Perguruan Tinggi STIP-AP (Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuna) Medan, penulis memilih program Budidaya Perkebunan
Penulis juga telah melaksanakan antara lain :
1. Praktek Kerja Lapangan (PKL I) pada tahun 2012 di PT Perkebunan III Kebun Sei Putih Afdeling II kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
2. Praktek Kerja Lapangan (PKL II) pada tahun 2013 di PT Asam Jawa kecamatan Torgamba
3. Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat (PPM) pada tahun 2014 di desa Lima Laras kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, karunia, serta nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sesuai waktu yang telah direncanakan serta tiada halangan yang berarti. Shalawat serta salam keharibaan Nabi besar Muhammad SAW semoga senantiasa tercurahkan kepada keluarga dan para sahabatnya serta kita semua sebagai hambanya.
Penulis mengambil judul tugas akhir Kajian Biaya Induksi Percabangan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel Arg) Fase Tanaman Belum Menghasilkan Di Afdeling II Kebun Sei Putih merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST) untuk Program Studi Budidaya Perkebunan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP) Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kedua orang tua saya Ayahanda Basimin dan Ibu saya Sumini, serta abang dan adik kandung saya yang telah banyak memberi motivasi, dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir, yaitu :
1. Bapak Ir.Sukirso, MS selaku Ketua STIPAP
2. Bapak Guntoro, SP., MP selaku Ketua Jurusan Program Studi sekaligus Pembimbung Tugas Akhir yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
iv
3. Teristimewa penulis ucapkan kepada seluruh keluarga saya yang telah banyak memberi doa serta semangat kepada penulis
4. Tersayang penulis ucapkan kepada pasangan saya Putra Harapanta Sembiring, SST yang telah memberikan kasih sayang dan
motivasinya
5. Terima kasih kepada Keluarga Besar PT. Perkebunan Nusantara III khususnya Kebun Sei Putih yang telah memberikan informasi yang berkaitan dengan penyusunan tugas akhir ini.
6. Kepada semua teman – teman saya BDP E, khususnya Gede, Agung, Sarwo, Ridwan, Refdi (Ten), Rizki, Iqbal, Reza, Rudi, Nike, Iting, Yani, Icha, dan lainya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
7. Kepada seluruh teman mahasiswa STIP-AP angkatan 2010
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan khususnya dalam budidaya perkebunan tanaman karet. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat.
Medan, 06 September 2014
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ……… i
RIWAYAT HIDUP ……….. ii
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ………. vii
DAFTAR GAMBAR ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix I. PENDAHULUAN ………. 1 A. Latar Belakang ……….……… 1 B. Rumusan Masalah …….………... 2 C. Tujuan Penelitian …….……… 3 D. Kegunaan Penelitian ……….………... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 4
A. Botani Dan Morfologi ………. 4
B. Potensi Produksi ………. 8
C. Pemeliharaan Tanaman ………... 11
D. Kerusakan Tanaman Akibat Angin ………. 14
E. Induksi Percabangan ……….... 16
III. METODOLOGI ………. 24
vi
B. Pelaksanaan Penelitian ……… 24
C. Pengamatan ………. 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 25
A. Informasi Umum ………. 25
B. Induksi Percabangan ………... 30
C. Realisasi Induksi Percabangan ……… 33
D. Pertumbuhan Lilit Batang ………. . 35
E. Beberapa Kendala Pelaksanaan Induksi Percabangan Dengan Cara Topping ………. 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 38
DAFTAR PUSTAKA ………. 39
vii
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Data Produksi Perkebunan Karet Di Indonesia ………... 10
2. Data Lokasi Penebaran Pupuk ……….. 12
3. Data Jumlah Curah Hujan Kebun Sei Putih ………. 27
4. Luas Areal kebun Sei Putih ……….. 30
5. Luas Areal Yang Diperlakukan Induksi Percabangan Dengan Cara Topping ……… 33
6. Realisasi Pelaksanaan Induksi Percabangan Di Kebun Sei Putih Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2013 ……. 34
7. Pertumbuhan Lilit Batang TBM Karet Tahun Tanam 2010 Afdeling II Kebun Sei Putih ………... 36
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Batang Tanaman Karet ……… 5
2. Daun Tanaman Karet ……… 6
3. Biji Tanaman Karet ………. 7
4. Clipping tanaman karet ……… 17
5. Tanaman karet setelah perlakuan clipping ……….. 17
6. Penyanggulan tanaman karet ……… 18
7. Pelaksanaan topping ……… 19
8. Topping tanaman karet ………. 20
9. Setelah perlakuan topping ……… 20
10. Rata – rata Hari Hujan Kebun Sei Putih Tahun 2010 – 2014 .. 28
11. Rata – rata Curah Hujan Kebun Sei Putih Tahun 2010 – 2014.. 29
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1. Luas Areal Kebun Sei Putih ……….. 42 2. Luas Areal Yang Diperlakukan Induksi Percabangan Dengan
Cara Topping Di Afdeling II Kebun Sei Putih ……... 43 3. Realisasi Pelaksanaan Induksi Percabangan Dengan Cara Topping
Di Afdeling II Kebun Sei Putih ………..… 44 4. Pertumbuhan Lilit Batang TBM Karet Tahun Tanam 2010 Afdeling
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup Internasional. Di Indonesia, merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara – negara lain dan negara asal tanaman karet itu sendiri.
Indonesia merupakan Negara dengan luas areal karet terbesar dan produksi kedua terbesar di dunia. Luas areal karet Indonesia pada tahun 2010 mencapai 3,5 juta ha dengan total produksi mencapai 2,7 juta ton. Namun produktivitas perkebunan karet Indonesia masih rendah yaitu rata – rata nasional baru sekitar 986 kg/ha/th apabila dibandingkan dengan produktivitas kebun Negara – Negara
produsen karet alam dunia seperti India (1.784 kg/ha/th), Vietnam (1.699 kg/ha/th), Thailand (1.712 kg/ha/th) dan Malaysia (1.073 kg/ha/th)
(Anonim, 2012).
Peningkatan produktivitas tanaman karet sangat ditentukan bagaimana cara didalam upaya pemeliharaanya. Dari segi pertumbuhan banyak tanaman karet yang masa pertumbuhannya terganggu bahkan berakhir dengan kematian sebelum tanaman tersebut memasuki usia penderesan ( 5 – 25 tahun). Pada bagian ujung tanaman karet mudah dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan membentuk cabang yang tidak simetris yang sangat berbahaya bila ada angin kencang. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak perkebunan dalam
2
mengatasi hal tersebut dengan cara melakukan penunasan dan induksi percabangan.
Induksi percabangan dapat mengurangi ketinggian tanaman, kerusakan tanaman akibat angin dan cenderung mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman. Induksi percabangan yang dapat diterapkan adalah dengan teknik pemangkasan daun (Clipping), penyanggulan (Folding) dan pemenggalan batang (Topping) (Siagian, 2009)
B. Perumusan Masalah
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman dengan pertumbuhan seperti ini pertumbuhan batang lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap, selain itu bagian ujung mudah dibengkokan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk menjadi tidak simetris. Keadaan cabang seperti ini akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila diterpa angin kencang. Oleh karena itu perlu dilakukannya induksi percabangan. Induksi percabangan dapat dilaksanakan dengan cara pemangkasan tangkai daun (Clipping), penyanggulan (Folding), dan pemenggalan batang (Topping) (Siagian, 2009).
Induksi percabangan dengan cara penyanggulan dilakukan pada tanaman masih muda (berumur 10 – 12 bulan) dengan menutupi pucuk paling atas dengan lipatan – lipatan daun dibawahnya. Pemangkasan tangkai daun (Clipping) dilakukan dengan cara membuang daun untuk merangsang tumbuhnya
3
mata – mata yang berada dibawah ketiak daun yang dipotong. Pemenggalan batang (Topping) dilakukan pada ketinggian 2,8 – 3 meter.
Induksi percabangan dilaksanakan berdasarkan teknis dan anggaran biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, Peneliti akan mengkaji biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan induksi percabangan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui jenis induksi percabangan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) fase belum menghasilkan
2. Untuk mengetahui biaya pelaksanaan induksi percabangan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) fase belum menghasilkan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang kajian biaya induksi percabangan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) fase belum menghasilkan sehingga pelaku bisnis dapat mengefisiensi biaya.
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Dan Morfologi Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 meter. Batang tanaman karet biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengannama lateks.
1. Akar
Tanaman karet termasuk berakar tunggang. Perakaran tanaman karet alam menyebar secara ekstensif, oleh karena itu memerlukan drainase yang baik. Akar tanaman karet mampu menetrasi tanah hingga kedalaman 1 meter. Banjir yang sering melanda tanaman karet dapat merusak perakaran tanaman karet (Anonim, 1997)
2. Batang
Percabangan batang tanaman karet dimulai sejak bibit berumur satu tahun sesudah masa tanam. Kayu karet bila dipotong bewarna putih kekuningan. Dari lapisan kulit terluar (peri – peri) hingga menuju pusat kayu terdiri dari lapian kulit terluar, lapisan gabus, kulit keras dan kulit lunak. Kulit lunak ini sebagian besar terdiri dari atas pembuluh ayak yang vertikal dan pembuluh lateks. Pembuluh lateks merupakan modifikasi dari pembuluh ayak (sieve tubes). Sieve tubes atau pembuluh ayak merupakan bagian dari pembuluh angkut floem. Pembuluh lateks tersebut tumbuh dari lapisan kambium. Pembuluh lateks tersusun secara memanjang (longitudional). Pembuluh lateks berbentuk tabung memutar
5
melingkari batang dengan sudut kemiringan 3,50 arah vertical. Oleh karena itu, pada pengambilan cairan lateks pada pohon karet, dilakukan penyayatan sadap miring. Penyayatan dimulai dari sebelah kiri atas mengarah kesebelah kanan bawah (Anonim, 1997)
Gambar 1. Batang tanaman karet 3. Daun
Daun tanaman karet adalah trifolia dengan tangkai daun yang panjang, serat daun tampak jelas dan bersifat kasar. Daun baru tanaman karet bewarna merah tua, selanjutnya berangsur – angsur akan berubah menjadi hijau tua. Perkembangan semenjak daun muncul hingga masak memerlukan waktu 36 hari, dengan rincian 18 hari digunakan untuk perkembangan daun hingga mencapai ukuran maksimal, sedangkan sisa harinya digunakan untuk pematangan daun dengan diakhiri perubahan warna daun menjadi hijau tua (Anonim, 1997)
6
Gambar 2. Daun tanaman karet
Tanaman karet secara regular merontokkan daun – daunnya (deciduous). Rontoknya daun – daun ini hanya terjadi pada bulan tertentu. Biasanya rontok terjadi pada bulan kering. Apabila terjadi rontok daun maka produksi lateks akan berkurang (Anonim, 1997)
4. Bunga
Tanaman karet memiliki bunga yang tumbuh menggerombol pada bagian ketiak daun. Bunga betina terletak diujung tangkai. Bunga karet mekar bersamaan dengan tumbuhnya daun karet setelah masa kemarau. Proporsi bunga jantan lebih banyak daripada bunga betina. Bunga jantan hanya memiliki waktu mekar selama satu hari kemudian rontok. Bunga betina mekar selama 3 – 4 hari pada waktu yang sama masih terdapat bunga jantan yang belum rontok, sehingga penyerbukan dapat terjadi. Dikarenakan fase tumbuh bunga jantan dan bunga betina yang berbeda waktu, maka hanya beberapa bunga betina yang mampu menghasilkan buah.
Tanaman karet dapat menyerbuk sendiri atau menyerbuk secara silang. Sesudah terjadi penyerbukan, hanya sebagian kecil saja bunga betina yang
7
menjadi buah. Sekalipun dengan penyerbukan buatan, tidak lebih dari 5% bunga yang tumbuh menjadi buah (Anonim, 1997)
5. Buah karet
Buah karet memiliki ruang yang berbentuk setangah bola. Jumlah ruang biasanya tiga sampai enam. Garis tengah buah 3 – 5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang – ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami. Biji – bijian yang terlontar, kadang – kadang sampai jauh akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung.
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga sampai enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak – bercak berpola yang kilas (Anonim, 1997).
8
Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
B. Potensi produksi
Salah satu kunci sukses agribisnis karet alam adalah produktivitas tanaman yang tinggi dalam satu siklus ekonomi (35 – 40 ton/ha). Produksi tanaman karet dalam kg per hektar per tahun merupakan fungsi dari poduksi per pohon, jumlah hari sadap per tahun dan jumlah pohon yang disadap per hektar. Pohon yang disadap perhektar merupakan salah satu faktor yang menentukan capaian produksi pertahun. Pada beberapa perkebunan terutama di Sumatera Utara, penurunan jumlah pohon disadap akibat gangguan / serangan angin sangat signifikan, sehingga produktivitas tanaman rendah (Anonim, 2008).
Parameter lingkungan khususnya iklim dapat mempengaruhi produksi tanaman karet. Curah hujan yang terlalu tinggi diatas 4000 mm mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman karet per pohon. Parameter hari hujan pada frekuensi kurang dari 190 – 200 hari hujan per tahun cenderung mengakibatkan
9
produktivitas tanaman karet per hektar lahan kemudian menurun setelah melampaui 200 hari hujan, hal ini terkait pula dengan lama penyinaran matahari (Anonim, 2008).
Produktivitas per pohon karet dengan produktivitas per hektar lahan tanaman karet agak berbeda parameter iklim yang mempengaruhinya. Jika produktivitas perpohon dipengaruhi langsung oleh curah hujan maka produktivitas per hektar lahan sebetulnya dipengaruhi langsung oleh lamanya penyinaran matahari, hal ini diduga karena kepadatan populasi tanaman karet turut berpengaruh dalam keefektifan dan efisiensi fotosintesis tanaman karet. Produksi karet menurun dengan semakin banyaknya hari hujan setahun (Anonim, 2008).
Siklus musim mempengaruhi produksi tanaman karet. Puncak produktivitas tertinggi tanaman karet terjadi pada awal musim kemarau yaitu pada bulan Mei dan puncak terendah produksi terjadi pada akhir musim kemarau dan awal musim hujan yaitu pada bulan Agustus, September dan Oktober atau disingkat bulan hujan ASO (Anonim, 2008). Perkembangan luas dan produksi tanaman karet tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.
10
Tabel 1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan dan Produksi perhektar Tanaman Karet (2008 – 2013)
Tahun Uraian PR P PS Total
2008 Luas (Ha) 2.374.615 205.449 188.614 2.768 Luas (%) 85,77 7,42 6,81 100,00 Total Produksi (Ton) 2.173.616 276.809 300.861 2.751.286 Produksi/ha (kg) 915,36 1.347,34 1.595,11 993,72 2009 Luas (Ha) 2.325.563 199.369 183.798 2.708.730 Luas (%) 85,85 7,36 6,79 100,00 Total Produksi (Ton) 1.942.298 238.656 259.393 2.440.347 Produksi/ha (kg) 835,19 1.197,06 1.411,29 900,92 2010 Luas (Ha) 2.382.295 203.199 187.229 2.772.723 Luas (%) 85,92 7,33 6,75 100,00 Total Produksi (Ton) 2.179.061 266.326 274.349 2.719.736 Produksi/ha (kg) 914,69 1.310,67 1.465,31 980,89 2011 Luas (Ha) 2.368.819 229.924 175.639 2.792.382 Luas (%) 85,48 8,23 6,29 100,00 Total Produksi (Ton) 2.359.811 302.370 328.003 2.990.184 Produksi/ha (kg) 988,68 1.315,09 1.867,48 1.070,84 2012*) Luas (Ha) 2.405.939 230.795 177.681 2.814.415 Luas (%) 85,49 8,20 6,31 100,00 Total Produksi (Ton) 2.360.997 325.827 353.552 3.040.376 Produksi/ha (kg) 981,32 1.411,76 1.989,81 1.080,29 2013 **) Luas (Ha) 2.455.447 235.341 189.030 2.879.818 Luas (%) 85,26 8,17 6,56 100,00 Total Produksi (Ton) 2.470.737 339.636 369.924 3.180.297 Produksi/ha (kg) 1.006,23 1.443,17 1.956,96 1.104,34 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (Siagian, 2013)
Keterangan : PR = Perkebunan rakyat, P = Pemerintah, PS = Perkebunan Swasta *) : angka sementara, **) : Angka Estimasi
11
C. Pemeliharaan Tanaman
Kualitas tanaman menghasilkan ditentukan oleh pemeliharaan fase belum menghasilkan. Pemeliharaan yang perlu dilakukan untuk tanaman karet yaitu: 1. Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh sendiri secara alami dan tidak dikehendaki oleh manusia. Di perkebunan karet gulma dapat menimbulkan banyak kerugian karena:
Menyaingi tanaman karet untuk mendapatkan air, unsur hara, udara, cahaya dan ruang atau tempat tumbuh
Menghambat pertumbuhan tanaman karet, terutama tanaman muda Memperpanjang masa tanaman belum menghasilkan 2 sampai 3 tahun Menurunkan produksi hingga 3.250 kg karet kering per hektar per tahun Meningkatkan biaya pemeliharaan
Ada beberapa jenis gulma yang berperan sebagai tumbuhan inang penyakit tanaman karet
Menjadi tempat perlindungan atau persembunyian berbagai hama tanaman karet (Anonim, Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa).
2. Pemupukan
Pemupukan tanaman karet berarti memberikan atau menyediakan makanan untuk tanaman karet. Pada dasarnya pemupukan bertujuan untuk:
Meningkatkan petumbuhan tanaman
Menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman Meningkatkan dan mempertahankan produksi
12
Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit Mempertahankan kesuburan tanah serta menjaga kelestariannya
Berikut lokasi penebaran pupuk dapat di lihat pada tabel 2. Tabel 2. Lokasi Penebaran Pupuk
No Umur tanaman (bulan) Lokasi penebaran pupuk
1 2 bulan setelah tanam
Disebar di piringan pohon, pupuk ditabur mulai dari jarak 20 cm s/d 60 cm dari pohon 2 5 bulan setelah tanam Jarak 25 cm s/d 70 cm
3 8 bulan setelah tanam Jarak 30 cm s/d 75 cm
4 12 bulan setelah tanam Jarak 35 cm s/d 80 cm 5 15 bulan setelah tanam Jarak 35 cm s/d 85 cm 6 18 bulan setelah tanam Jarak 40 cm s/d 90 cm 7 24 bulan setelah tanam Jarak 45 cm s/d 100 cm 8 25 – 35 bulan setelah tanam
Disebar pada jalur tanam mulai dari jarak 90 cm s/d 165 cm dari barisan pohon
9 37 – 48 bulan setelah tanam Jarak 100 cm s/d 175 cm 10 ≥ 49 bulan setelah tanam Jarak 120 cm s/d 195 cm Sumber : Pusat Penelitan Perkebunan Sembawa
3. Pengendalian hama dan penyakit
Penyakit karet banyak menimbulkan kerugian di perkebunan karet rakyat. Kerugian ekonomis yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga dari biaya yang dikeluarkan untuk upaya pengendaliannya. Oleh karena itu, perlu guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut. Penyakit dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya, yaitu:
a. Penyakit sangat penting adalah penyakit yang menimbulkan kerugian ekonomis cukup berarti, seperti: jamur akar putih, mouldy rot, kanker garis, brown bast, jamur upas, gugur daun Oidium dan Colletotrichum.
13
b. Penyakit penting adalah penyakit yang menimbulkan kerugian ekonomis secara terbatas, seperti: gugur daun Corynespora, Helminthosphorium, Phytophthora, kanker bercak, nekrosis kulit, kanker lump dan jamur akar merah.
c. Penyakit kurang penting adalah penyakit yang menimbulkan kerusakan tetapi tidak mengakibatkan kerugian yang ekonomis yang cukup berarti, seperti: Guynardia, Fusicoccum, Cylindrocladium, penyakit akar cokelat, penyakit akar hitam, Botriodiplodia. (Balai Penelitian Sungei Putih, 2012).
Jenis – jenis hama pada tanaman karet belum menghasilkan, yaitu:
Rayap, pengendalian hama rayap dilakukan dengan cara mencegah rayap memperoleh jalan masuk ke dalam tanaman inang dan mengurangi jumlah rayap yang berada di lokasi tanaman dan membuat tanaman itu sendiri memiliki ketahanan terhadap serangan rayap.
Uret, pengendaliannya yaitu dengan mengumpulkan uret yang disekitar tanaman yang terserang dan dimatikan.
Babi hutan, pengendalian babi hutan dengan cara sanitasi, fisik, biologi, dan kimiawi (Anonim, 2003)
D. Kerusakan Tanaman Akibat Angin
Angin merupakan gejala alam yang dapat membahayakan dan memberikan manfaat bagi tanaman. Angin dapat menyebabkan patah cabang, patah batang, tumbang dan merusak perdaunan tanaman. Angin juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena memberikan pengaruh negatif terhadap proses fisiologi tanaman, erosi tanah, peningkatan resiko polusi udara,
14
hama, penyakit dan api. Pengaruh positif angin terutama terhadap penyebaran serbuk sari dan penyerbukan. Akan tetapi, angin yang terlalu kencang umumnya lebih banyak memberikan pengaruh negatif daripada pengaruh positif bagi kondisi tanaman. (Karyudi, 2000)
Kerusakan tanaman karena angin dipengaruhi oleh kondisi tanaman dan kondisi anginnya sendiri. Kerusakan yang diakibatkan oleh angin mungkin disebabkan oleh beberapa alternatif sebagai berikut:
Pohon terlalu tinggi Pohon tidak lentur Tajuk terlalu berat
Arah barisan tanaman menimbulkan kontak yang besar terhadap arah angin Sedangkan dari faktor anginnya sendiri, hal – hal yang dapat menimbulkan kerusakan tanaman adalah:
Kecepatan angin terlalu besar
Arah angin yang dominan sehingga tanaman tidak memungkinkan melakukan streamlining atau tidak mendapat ventilasi yang baik (Karyudi, 2000)
Kerusakan tanaman akibat angin pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu patah cabang, patah batang, dan tumbang.
1. Patah Cabang
Patah cabang biasanya terjadi pada pertautan antara cabang dan batang. Pohon yang menderita patah cabang umumnya memiliki pertajukan sebagi berikut:
15
Tajuk terbentuk sangat tinggi
Cabang samping terlalu berat dengan sudut sempit terhadap batang utama Hilangnya dominasi batang utama pada bagian bawah atau pertengahan tajuk
dan sebagai gantinya terbentuk sejumlah cabang sekunder 2. Patah Batang
Kerusakan akibat angin berupa patah batang merupakan gejala umum yang terjadi pada daerah jalur angin yang kuat. Kombinasi antara kecepatan angin tinggi, tajuk tanaman berat dan batang lemah akibat penyadapan merupakan faktor utama yang menyebabkan kerusakan patah batang. Ketahanan klon terhadap patah batang bervariasi, secara umum klon – klon yang memilki tajuk yang berat lebih peka terhadap patah batang daripada klon – klon yang memiliki tajuk yang ringan. Klon – klon yang peka terhadap patah batang antara lain adalah GYT 577, PR 228 dan LCB 1320.
3. Tumbang
Pada pohon – pohon yang memiliki akar tunggang dangkal karena lapisan keras (hard parn) dangkal atau terserang penyakit jamur akar putih
(Rigidoporus lignosus) umumnya tumbang jika terkena terpaan angin yang terlalu kencang (Karyudi, 2000).
E. Induksi percabangan
Kemampuan tanaman pada waktu muda untuk membentuk percabangan tergantung dari jenis klon. Beberapa klon tertentu lebih cepat membentuk percabangan, tetapi letak percabangan tidak sesuai dengan yang diinginkan (Siagian, 2009).
16
Induksi percabangan dalam jangka pendek untuk mempersingkat masa TBM, sedangkan dalam jangka panjang merupakan salah satu usaha untuk menekankan kerugian sebagai akibat kerusakan oleh angin.
1. Jenis – jenis induksi percabangan
Induksi percabangan dapat dilakukan dengan pemangkasan daun (clipping), penyanggulan (folding), dan pemenggalan batang (topping).
a. Pemangkasan daun (clipping)
Pemangkasan daun dilakukan dengan cara memotoong tangkai daun pada payung daun teratas dan disisakan 3 – 4 tangkai daun yang paling ujung. Pemangkasan daun dilakukan pada saat payung daun teratas masih berwarna kuning kemerahan sampai dengan hijau muda yang dimulai pada ketinggian 2,8 meter diatas pertautan okulasi (Siagian, 2009).
17
Gambar 5. Tanaman karet setelah perlakuan Clipping b. Penyanggulan (folding)
Penyanggulan adalah suatu teknik perlakuan dalam rangka pengelolaan percabangan pada TBM karet yang bertujuan merangsang pertumbuhan cabang dan daun, menekan pertumbuhan batang kearah atas (longitudional), meningkatkan pertumbuhan lilit batang (transversal). Penyanggulan dilakukan dengan cara melipat daun dewasa pada payung teratas secara berkelompok (6 sampai dengan 8 helai daun) kearah pucuk tanaman menyerupai sanggul, kemudian lipatan tersebut diikat dengan tali karet. Dengan demikian titik tumbuh pada pucuk terminalnya mati sehingga batang utama menjadi tidak dominan (Siagian, 2009).
18
Gambar 6. Penyanggulan Tanaman Karet c. Pemenggalan batang (topping)
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,8 – 3 meter, lebih kurang 5 cm diatas mahkota daun teratas. Pemenggalan batang sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan, menggunakan gunting pangkas yang tajam dan tangga berkaki tiga (Siagian, 2009).
19
Gambar 7. Pelaksanaan topping
20
Gambar 9. Setelah perlakuan topping
2. Pelaksanaan induksi percabangan a. Pemangkasan Tangkai Daun (Clipping)
Sebagian helai daun pada payung teratas yang cukup tua (berumur 1,5 – 2 tahun) dipotong hingga tangkai daun sehingga hanya menyisakan 3 – 4 helaian daun yang letaknya paling ujung saja. Dua sampai tiga minggu kemudian tunas cabang akan tumbuh. Pelihara cabang yang bertingkat agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang dan serangan jamur upas (Pangudijatno, 1983).
21
Tanaman karet belum menghasilkan yang tingginya telah mencapai lebih kurang 250 cm dan belum membentuk percabangan, disanggul dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Mengukur tanaman dengan tongkat mal setinggi 250 cm, apabila tingginya telah melebihi tongkat mal, maka tanaman siap disanggul.
2. Siapkan tangga kaki tiga untuk mempermudah pekerja dalam penyanggulan.
3. Melipat daun dewasa pada payung teratas secara berkelompok ( 6 – 8 helaian daun ) kearah ujung menyerupai sanggul. Lipatan kemudian
diikat dengan karet gelang atau tali raffia.
4. 2 – 3 minggu pasca penyanggulan biasanya tanaman sudah membentuk percabangan.
5. Membuka ikatan sanggulan setelah 4 minggu pasca penyanggulan.
6. Penyanggulan dilakukan pada musim hujan dan payung teratas dalam keadaan tua.
c. Pemenggalan batang (Topping)
Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan topping, yaitu:
Memenggal batang pada ketinggian 2,8 - 3 meter, lebih kurang 5 cm diatas mahkota daun tua teratas pada bagian batang yang berwarna coklat menggunakan gunting pangkas yang tajam dan tangga berkaki tiga.
Setelah topping, olesi luka dengan parafin untuk meminimalisai kebusukan pucuk pada musim hujan dan transpirasi pada musim kemarau.
22
Setelah cabang terbentuk lakukan penunasan ringan pada cabang – cabang yang timbul dengan menyisakan 3 cabang yang simetris sehingga tajuk menjadi seimbang.
Topping sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan untuk meminimalisasi tingkat kegagalan pertumbuhan tunas karena penguapan tanaman.
3. Efektifitas induksi percabangan
Pelaksananan induksi percabangan dapat mempercepat pembentukan percabangan, jumlah cabang, lilit batang.
a. Persentase pohon bercabang
Keberhasian induksi cabang dengan pemotongan tangkai daun (clipping) adalah rendah, tetapi lebih mudah pelaksanaanya dan lebih sedikit membutuhkan tenaga dibandingkan dengan penyanggulan. Dalam pelaksanaanya, induksi cabang dengan pemangkasan tangkai daun tidak memerlukan keahlian yang khusus sedangkan penyanggulan memerlukan pelatihan. Didalam penyanggulan pelipatan dan pengikatan daun yang tidak sempurna menutupi titik tumbuh, dapat mengakibatkan tidak terbentuknya cabang (Siagian, 1993)
Disamping itu, keterlambatan membuka karet gelang pengikat dapat menghambat pertumbuhan tunas apikal dan akhirnya cabang utama yang diharapkan sebagai leader tidak muncul. Sebaliknya tumbuh cabang – cabang disamping yang dikhawatirkan dapat menyebabkan posisi tajuk tidak seimbang. b. Jumlah cabang
23
Jumlah cabang yang terbentuk lebih banyak dengan cara penyanggulan. Hal ini dikarenakan penghambatan dominasi apikal jauh lebih sempurna dibandingkan dengan pemangkasan tangkai daun (Siagian, 1993).
c. Lilit batang
Semakin banyak jumlah cabang yang terbentuk (pada perlakuan penyanggulan), semakin besar pula pertumbuhan lilit batangnya
tetapi tidak berbeda dengan pertumbuhan lilit batang dengan perlakuan pemangkasan daun
Jika seandainya pohon – pohon belum berhasil membentuk cabang dengan cara induksi penyanggulan dan pemangkasan tangkai daun, tindakan lain yang akan dilakukan adalah pemenggalan batang (topping) (Siagian, 1993).
24
III.
METODOLOGI
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Afdeling II Kebun Sei Putih PT. Perkebunan Nusantara III, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian mulai bulan Maret 2014 sampai dengan Juli 2014.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan dengan metode pengumpulan data dan analisa deskriftif, yang dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai komponen biaya induksi percabangan.
C. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Mengumpulkan data mengenai informasi umum kebun
2. Jenis induksi percabangan tanaman karet belum menghasilkan 3. Mengumpulkan data standart norma tenaga
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Informasi Umum 1. Lokasi Kebun
Perkebunan Sei Putih terletak di Desa Sei Putih Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang terbagi atas beberapa Desa yakni : Sei Putih, Sei Karang, Galang Suka, Tanjung Gusti, Petumbukan, Tanjung Purba, Kotangan, Galang Barat, Pulau Tagor dan Desa Titi Besi ± 3 s/d 10 km. Kebun Sei Putih berbatasan dengan Desa yakni:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sei Karang 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galang Barat 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pulau Tagor 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Purba
Titik Koordinat Kebun Sei Putih
BT 98º 52’ 57”
LS 3 º 24’ 34”
Sudut NE 160 º
Ketinggian 37,5 – 112,5 mdpl 2. Hasil Perkebunan
Komoditas yang dihasilkan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sei Putih terfokus pada 2 jenis tanaman, yaitu Karet dan Kelapa Sawit. Untuk jenis
26
3 – 4 tahun untuk tanaman kelapa sawit, sementara usia produktifnya bisa mencapai 25 tahun.
PT. Perkebunan Nusantara Kebun Sei Putih adalah salah satu kebun yang memasok produksi Tandan Buah Segar ke salah satu pabrik kelapa sawit yang ada di PT. Perkebunan Nusantara III yaitu Pabrik Kelapa Sawit Rambutan dengan jumlah produksi 6.406.207 Kg s/d Desember 2013 dari luasan tanaman kelapa sawit 306,10 ha dan menghasilkan karet kering dengan jumlah produksi 3.125.180 Kg s/d Desember 2013 dari luas 1.955,23 ha.
3. Data Jumlah Curah Hujan Kebun Sei Putih Tahun 2011 - 2013
Curah hujan merupakan salah satu faktor lingkungan yang membatasi produktivitas karet. Tanaman karet tumbuh ideal pada wilayah yang memilki curah hujan 2000 - 2500 mm/tahun dengan 1 - 2 bulan kering (Daslin, 2003). Berikut data jumlah curah hujan Kebun Sei Putih dapat di lihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Jumlah Curah Hujan Kebun Sei Putih, Tahun 2011 - 2013
Bulan 2011 2012 2013 Jumlah Rata - Rata
MM H.H MM H.H MM H.H MM H.H MM H.H Januari 209 7 72,5 6 245 9 633,5 26 158,37 6,5 Februari 63 4 35 2 178 12 315 20 78,75 5 Maret 282 12 73 7 33 2 484 26 121 6,5 April 49 2 372 12 215 10 761 29 190,25 7,25 Mei 158 4 322 12 155 8 834 33 208,5 8,25 Juni 150 4 81 3 102 6 519 22 129,75 5,5 Juli 170 5 199 7 186 7 737 28 184,25 7 Agustus 217 11 148 5 232 15 719 38 179,75 9,5 September 161 8 256 15 412 14 917 43 229,25 10,75 Oktober 340 18 245 15 393 22 1.092 66 273 16,5 Nopember 240 13 347 14 244 12 1.141 54 285,25 13,5 Desember 221 11 158 11 363 15 886 44 221,5 11 Jumlah 2.260 99 2.308,5 109 2.758 132 9.038,5 429 2.259,62 107,25 Rata- Rata 188,33 8,25 192,38 9,08 229,83 11 753,21 35,75 188,30 8,94
27
Jumlah hari hujan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 99 hari dimana jumlah hari hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebanyak 18 hari, dan jumlah hujan yang terendah terdapat pada bulan April sebanyak 2 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 2.260 mm dimana jumlah curah hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebanyak 340 mm dan jumlah curah hujan terendah pada bulan April sebanyak 49 mm.
Jumlah hari hujan pada tahun 2012 yaitu sebanyak 109 hari dimana jumlah hari hujan yang tertinggi terdapat pada bulan September sebanyak 15 hari dan juga bulan Oktober sebanyak 15 hari juga, dan jumlah hujan yang terendah terdapat pada bulan Februari sebanyak 2 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2.308,5 mm dimana jumlah curah hujan yang tertinggi terdapat pada bulan April sebanyak 372 mm dan jumlah curah hujan terendah pada bulan Februari sebanyak 35 mm.
Jumlah hari hujan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 132 hari dimana jumlah hari hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebanyak 22 hari, dan jumlah hujan yang terendah terdapat pada bulan Maret sebanyak 2 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 2.758 mm dimana jumlah curah hujan yang tertinggi terdapat pada bulan September sebanyak 412 mm dan jumlah curah hujan terendah pada bulan Maret sebanyak 33 mm.
Selama periode 4 tahun yaitu tahun 2010 – 2014 jumlah rata – rata hari hujan yang jatuh dalam 1 tahun adalah selama 107,25 hari. Apabila diperhatikan dari bulan ke bulan rata – rata hari hujan yang sebanyak pada bulan Oktober yaitu 16,5 hari dan yang paling rendah pada bulan Februari yaitu sebanyak 5 hari.
28
Selama periode 4 tahun 2010 – 2014 jumlah rata – rata curah hujan yang jatuh dalam 1 tahun adalah selama 2.259,62 mm. Apabila diperhatikan dari bulan ke bulan maka rata – rata curah hujan yang terbanyak jatuh pada bulan Nopember yaitu 285,25 mm dan yang paling rendah jatuh pada bulan Februari yaitu sebanyak 78,75 mm.
Pola sebaran hari hujan dan curah hujan disajikan pada gambar 10 dan 11.
Gambar 10. Rata – Rata Hari Hujan Kebun Sei Putih Tahun 2010 – 2014 0
5 10 15 20
29
Gambar 11. Rata – rata Curah Hujan Kebun Sei Putih Tahun 2010 - 2014 4. Luas Areal
Data luas areal PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sei Putih dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4. Luas areal Kebun Sei Putih
Afdeling
Luas Areal (ha)
Total (Ha) Karet Sawit I 633,51 - 633,51 II 632,18 - 632,18 III 399,20 306,10 705,3 IV 661,67 - 661,67 Total 2.326,56 306,10 2.632,66
Dari tabel 4 terlihat bahwa Kebun Sei Putih memiliki 4 Afdeling yaitu Afdeling I komoditi karet dengan luas 633,51 ha, Afdeling II komoditi karet dengan luas 632,18 Ha, Afdeling III komoditi karet dengan luas 399,20 Ha dan
0 50 100 150 200 250 300
30
komoditi sawit dengan luas 306,10 Ha, sedangkan Afdeling IV komoditi karet dengan luas 661,67 Ha. Luas seluruh kebun Sei Putih 2.632,66 Ha.
Peneliti melaksanakan penelitiannya di Afdeling II, pada tanaman karet tahun tanam 2010 seluas 18,70 Ha.
B. Induksi Percabangan 1. Tujuan induksi percabangan
Beberapa jenis klon lambat membentuk percabangan yang disebabkan oleh sifat dominasi apikal sangat kuat. Dominasi apikal mendorong pertumbuhan tunas lateral sehingga menyebabkan tanaman tinggi/kurus. Untuk tanaman seperti itu diperlukan induksi percabangan. Tujuan induksi percabangan yaitu untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang dan mengurangi kepekaan pohon terhadap angin (Siagian, 2009).
2. Ketentuan perusahaan tentang induksi percabangan fase TBM
Pekerjaan induksi percabangan pada fase TBM di Kebun Sei Putih Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara III dilakukan pada saat tanaman karet berumur 3 tahun. Menurut Nurhawaty Siagian (1993), syarat tehnik induksi cabang yang ideal adalah sebagai berikut:
1. Dapat dilakukan sedini mungkin pada tanaman muda 2. Tidak menimbulkan stress bagi tanaman
3. Tidak menghambat pertumbuhan tunas apikal sehingga tetap ada batang utama yang lebih dominan sebagai leader
4. Pelaksanaan mudah
31
6. Dapat menambah lilit batang, dan
7. Membentuk cabang normal dalam jumlah banyak (minimal 3 sampai 4 cabang)
Menurut Nurhawaty Siagian (1993), bahwa induksi cabang dengan cara penyanggulan memenuhi semua syarat tehnik ideal induksi cabang kecuali no 4, sedangkan induksi cabang dengan pemotongan tangkai daun hanya memenuhi syarat no 1 – 4. Induksi cabang dengan cara penyanggulan lebih banyak memenuhi syarat (sempurna) dibandingkan dengan induksi cabang dengan cara pemotongan tangkai daun. Jika seandainya pohon – pohon belum berhasil membentuk cabang dengan cara induksi cabang penyanggulan dan pemotongan tangkai daun, tindakan lain yang akan dilakukan adalah pemenggalan (topping).
Di Kebun Sei Putih hanya melakukan induksi percabangan dengan cara topping. Menurut Nurhawaty Siagian (1993), keberhasilan cara pemenggalan (topping) untuk menginduksi cabang sangat tinggi, tetapi stress yang
ditimbulkannya relatif lebih berat dan pohon tidak simbang karena cabang – cabang lateral menjadi dominan.
Berikut tahap – tahap pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping di Kebun Sei Putih.
a. Cara kerja topping (pemenggalan batang) di Kebun Sei Putih
Topping / pemenggalan dilakukan pada ketinggian >280 cm dari pertautan okulasi, dimana batang telah berkulit coklat dengan demikian akan tumbuh tunas pada ketinggian ± 280 cm
32
Pemenggalan dilakukan dengan gergaji serong dengan menggunakan tangga berkaki tiga
Irisan penyerongan berbentuk lancip (miring) dan ditutupi dengan parafin cair atau shell otina compound
b. Prestasi kerja
Pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping dengan menggunakan tenaga manusia menggunakan gergaji serong dan parafin. Prestasi kerja induksi percabangan di Kebun Sei Putih adalah 12 pohon/Hk.
c. Waktu pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping
Pelaksanaan topping di kebun Sei Putih dilaksanakan pada semester II Bulan Oktober sampai Bulan Desember setelah tanaman berumur 3 tahun. Pelaksanaan topping dikerjakan oleh pemborong.
3. Blok – blok yang dilakukan induksi percabangan
Adapun tahun tanam dan luas areal yang diperlakukan induksi percabangan di Kebun Sei Putih Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara III dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Luas areal yang diperlakukan induksi percabangan dengan cara topping Tahun 2013
Tahun Tanam
Umur (Tahun)
Klon Blok Luas (Ha) Jumlah Pohon
2010 3 N.33 G.6 2,55 1.499
H.6 8,10 4.780
I.6 8,05 4.761
33
Dari tabel 5 dilihat bahwa tanaman karet diperlakukan induksi percabangan dengan cara topping saat berumur 3 tahun. Pada tanaman karet tahun tanam 2010 hanya terdiri klon N.33, dengan luas seluruh blok 18,70 Ha dan jumlah pohon 11.040 pohon.
C. Realisasi Induksi Percabangan
Induksi percabangan dengan cara topping di Kebun Sei Putih dilaksanakan pada saat tanaman berumur 3 tahun, pada semester ke II bulan Oktober sampai Desember yang dikerjakan oleh pemborong dengan norma 12 pohon/Hk, dengan tarif Rp 13.564/Hk sudah termasuk biaya alat dan bahan. Berikut biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping pada tahun 2013 dapat di lihat pada tabel 6.
34
Tabel 6. Realisasi Pelaksanaan Induksi Percabangan di Kebun Sei Putih Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2013
Bulan Blok Luas (Ha) Jumlah Pohon Total Biaya (Rp) Biaya/ Pohon (Rp) Biaya/Ha (Rp) Oktober G.6 2,55 1.499 1.694.364,67 1.130,33 664.457 Nopember H.6 8,1 4.780 5.402.977,40 1.130,33 667.034 Desember I.6 8,05 4.761 5.381.501,13 1.130,33 668.509 Total 18,7 11.040 12.478.843,20 3.390,99 2.000.000,44 rata - rata 4.159.614,40 1.130,33 666.667 x max 5.402.977,40 1.130,33 668.509 x min 1.694.364,67 1.130,33 664.457
Ket : Norma = 12 pohon/HK Tarif = Rp 13.564/HK
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan pada tanaman karet tahun tanam 2010 sebesar Rp 12.478.843,20, biaya tertinggi pada bulan Nopember di blok H.6 sebesar Rp 5.402.977,40 dan biaya terendah pada
Bulan Oktober di blok G.6 sebesar Rp 1.694.364,67 dengan rata – rata biaya per bulan sebesar Rp 4.159.614,40. Rata – rata biaya yang dikeluarkan per hektar
sebesar Rp 666.667/Ha dan rata – rata biaya per pohon sebesar Rp 1.130,33/pohon.
35
Biaya induksi percabangan dengan cara topping pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Biaya induksi percabangan tahun 2013
Dari gambar 12 dapat diketahui bahwa biaya tertinggi pada blok H.6 sebesar Rp 5.402.977,40. Hal ini karena areal pada blok H.6 lebih luas dibandingkan dengan blok – blok lain yaitu seluas 8,10 Ha. Biaya terendah pada blok G.6 sebesar Rp 1.694.364,67, dikarenakan areal pada blok G.6 hanya seluas 2,55 Ha.
D. Pertumbuhan Lilit Batang
Menurut Nurhawaty (2009), tujuan induksi percabangan adalah untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang dan mengurangi kepekaan pohon terhadap angin. 0.00 1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00 4,000,000.00 5,000,000.00 6,000,000.00 G.6 H.6 I.6 Total Biaya (Rp) BLOK B I A Y A (Rp)
36
Pengamatan perkembangan lilit batang TBM karet di Kebun Sei Putih dilaksanakan tiap semester dengan rotasi 2x setahun. Berikut data pertumbuhan lilit batang tanaman karet tahun tanam 2010 dapat di lihat pada tabel 7.
Tabel 7. Pertumbuhan Lilit Batang TBM Karet Tahun Tanam 2010 Afdeling II Kebun Sei Putih
Umur
Pertumbuhan lilit batang (cm) Semester I Juni Semester II Desember Selisih TBM 1 2011 8,55 10,20 - TBM II 2012 19,71 23,63 11,11 TBM III 2013 25,98 28,57 6,27 TBM IV 2014 36,02 * 10,04 Rata – rata 9,14
Ket: * Data belum ada
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rata – rata pertumbuhan lilit batang tanaman karet tahun tanam 2010 sebesar 11.17 cm/tahun. Sedangkan normal
rata – rata pertumbuhan lilit batang sebesar 8,76 cm/tahun (Tim Pengembangan Materi LPP, 2012).
Berdasarkan data yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping di Kebun Sei Putih Afdeling II pada tanaman karet tahun tanam 2010, pelaksanaan induksi cabang
dengan cara topping seluas 18,70 Ha, jumlah pokok yang ditopping 11,040 pohon, biaya yang dikeluarkan seluruhnya Rp 12.478.843,20 signifikan
dengan pertumbuhan lilit batang tanaman karet sebesar 9,14 cm/tahun. Sedangkan normal rata – rata pertumbuhan lilit batang sebesar 8,76 cm/tahun (Tim Pengembangan Materi LPP, 2012).
37
E. Beberapa kendala pelaksanaan Topping
Beberapa kendala yang terjadi di Kebun Sei Putih dalam pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping adalah sebagai berikut :
Hari hujan, karena saat hujan pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping tidak dapat dikerjakan dan harus menunggu batang tanaman karet sampai kering untuk mengurangi resiko terjatuh karena licin.
Sulitnya mencari tenaga kerja yang terlatih yang dapat mempengaruhi keberhasilan induksi percabangan dengan cara topping.
Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping di Kebun Sei Putih adalah: Pekerjaan dilaksanakan pada saat batang tanaman karet dalam keadaan kering Mempersiapkan tenaga kerja yang terlatih dengan cara memberikan
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Induksi cabang yang dilaksanakan di Kebun Sei Putih menggunakan induksi cabang dengan cara topping.
2. Pelaksanaan induksi percabangan dengan cara topping pada tanaman karet tahun tanam 2010 seluas 18,70 Ha, dengan total biaya Rp 12.478.843,20 atau Rp 1.130,33/pohon dan Rp 666.667/Ha.
B. Saran
Untuk keberhasilan pohon bercabang, dalam pelaksanaan induksi percabangan perlu pengawasan dan menggunakan SDM yang terlatih agar tidak terulang kembali pelaksanaan induksi percabangan guna mengefisiensi biaya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Sapta Bina Usaha Tani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa
Anonim. 1997. Pedomam Pengelolaan Budidaya Tanaman Karet. Vademicum PT Perkebunan Nusantara XII (Persero). Jawa Timur
Anonim. 2003. Pedoman Pengamatan Dan Organisme Pengganggu Tanaman Karet. Direktorat Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian. Jakarta
Anonim. 2008. Produksi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Di Daerah Bercurah Hujan Tinggi Di Kabupaten Bogor. (Maret 2008). Diperoleh 30 November 2013, dari http://io.ppijepang.org/olod/article.php?id=242
Anonim. 2012. Laporan Tahunan 2012. Pusat Penelitian Karet. Sei Putih
Balai Penelitian Sungei Putih. 2012. Warta Perkaretan, No 2, Vol 29 Tahun 2010. Diperoleh 27 November 2013, dari http://balitsp.com/category/warta/ Daslin, Aidi dan Azwin Anas. 2003. Produktivitas, Mutu Lateks Dan Kayu Dari
Berbagai Klon Karet Unggul Generasi IV. Acara Dan Ringkasan Makalah. Pusat Penelitian Karet Sei Putih
Karyudi. 2000. Pemenggalan Tajuk Tanaman Karet Menjelang Buka Sadap Untuk Mengurangi Kerusakan Tanaman Akibat Angin. Dalam Warta Pusat Penelitian Karet,Vol 19, No. 1-3. Pusat Penelitian Karet Sei Putih
Pangudijatno, G. 1983. Kriteria Penilaian Teknis Kemampuan Lahan Untuk Budidaya Karet. Buletin Perkaretan. Balai Penelitian Sungei Putih
Pusat Penelitian Karet. 2009. Seri Buku Saku. Pemeliharaan Tanaman Karet Belum Menghasilkan. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sungei Putih
Siagian, N. 1993. Induksi Percabangan Tanaman Karet. Buletin Perkaretan, Nomor 1 – 3. Sei Putih
Siagian, N. 2009. Pemeliharaan Tanaman Karet Belum Menghasilkan. Seri Buku Saku. Pusat Penelitian Karet
Siagian, R. 2013. 182 Tahun Perkebunan Di Indonesia (1830 – 2012). Yayasan Cempaka Kencana. Yogyakarta
41
Tim Pengembangan Materi LPP. 2012. Buku Pintar Mandor (BPM). Tanaman Karet. LPP Press. Yogyakarta
42
Lampiran 1. Luas areal kebun Sei Putih
AFDELING
Luas Areal (ha)
Total (Ha) KARET SAWIT I 633,51 - 633,51 II 632,18 - 632,18 III 399,20 306,10 705,3 IV 661,67 - 661,67 Total 2.326,56 306,10 2.632,66
43
Lampiran 2. Luas areal yang diperlakukan induksi percabangan dengan cara topping
Tahun Tanam Umur (Tahun) Klon Blok
Luas (Ha) SPH Jumlah Pohon 2010 3 N.33 G.6 2,55 600 1.499 H.6 8,10 4.780 I.6 8,05 4.761 Jumlah 18,7 11.040
44
Lampiran 3. Realisasi Induksi Percabangan di Kebun Sei Putih Afdeling II
Tahun Tanam Luas (Ha) Norma phn/HK
Rotasi Bulan (pohon) Harga/HK
(Rp) Total Biaya (Rp) 1.Thn 1.Smt Okto Nop Des 2010 18,70 12 1 1 1.499 4.780 4.761 13.564 12.478.843,20
45
Lampiran 4. Pertumbuhan Lilit Batang TBM Karet Tahun Tanam 2010 Afd II Kebun Sei Putih
Umur Pertumbuhan lilit batang (cm) Semester I Juni Semester II Desember TBM 1 2011 8,60 10,20 TBM II 2012 19,71 23,63 TBM III 2013 25,98 28,57 TBM IV 2014 36,02 *