KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI JAWA BARAT
TRIWULAN I-2010
Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108
BANDUNG
Telp : 022 – 4230223
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.
Visi Kantor Bank Indonesia Bandung
Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Bank Indonesia Bandung
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda & lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut :
1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;
2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya;
3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya;
4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat;
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2010” ini akhirnya dapat
diselesaikan. Hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Jawa Barat pada triwulan
laporan memberi gambaran bahwa perekonomian Jawa Barat terindikasikan terus menunjukkan
perkembangan yang baik.
Prospek perekonomian global yang semakin menunjukkan perbaikan diperkirakan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat untuk tetap tumbuh tinggi, yaitu sebesar 5,8% (yoy)
pada triwulan I-2010. Angka perkiraan tersebut sedikit melambat apabila dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,1% (yoy). Walaupun demikian, perkiraan pertumbuhan
ekonomi di sepanjang tahun 2010 diperkirakan masih tetap lebih tinggi dibandingkan tahun 2009.
Dari sisi permintaan, tingginya pertumbuhan ekonomi didorong terutama oleh meningkatnya ekspor
dan investasi, sementara di sisi lain, konsumsi rumah tangga diperkirakan sedikit melambat. Dari sisi
penawaran, sektor industri pengolahan menunjukkan kinerja yang semakin membaik, terutama pada
subsektor alat angkutan, mesin, dan peralatannya. Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan
melambat, seiring turunnya produksi padi di Jawa Barat selama periode laporan.
Di sisi perkembangan harga, laju inflasi Jawa Barat masih cukup terkendali, yakni sebesar
2,99% (yoy). Faktor penyebab masih terkendalinya level inflasi Jawa Barat adalah membaiknya
ekspektasi pelaku usaha karena apresiasi nilai tukar rupiah dan terjaganya pasokan bahan kebutuhan
pokok masyarakat. Lancarnya distribusi beberapa komoditas strategis, terutama daging ayam ras, telur
ayam ras, ikan segar, dan sayur-sayuran turut berperan dalam terkendalinya harga barang/jasa secara
umum di Jawa Barat.
Sejalan dengan semakin membaiknya perekonomian, penyaluran pembiayaan dari perbankan
mulai menunjukkan peningkatan. Penyaluran kredit oleh perbankan Jawa Barat mencatat
pertumbuhan sebesar 24% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 17%. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga masih tumbuh
6,63% (yoy), walaupun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan perkembangan
tersebut, intermediasi perbankan di Jawa Barat mengalami peningkatan yang tercermin pada naiknya
angka Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 77% menjadi 83%. Di sisi lain, risiko kredit sedikit meningkat
seperti yang tercermin pada Non Performing Loan (NPL) Gross yang naik dari 3,37% di triwulan
IV-2009 menjadi 3,66% pada triwulan I-2010.
Selain itu, peningkatan dukungan pembiayaan yang bersumber dari APBN maupun APBD di
Jawa Barat diperkirakan turut membantu pemulihan perekonomian. Meningkatnya dukungan
keuangan pemerintah terhadap perekonomian terutama dalam bentuk program percepatan
pengadaan barang/jasa serta realisasi bantuan pendidikan dan kegiatan pendukung transmigrasi.
Seiring membaiknya perekonomian, kondisi ketenagakerjaan serta kesejahteraan di Jawa
Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain
berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor
Bank Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG Divre III Jawa Barat, Direktorat
Jenderal Pajak Jawa Barat I, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), PT. PLN Distribusi Jabar dan Banten,
PT. Angkasa Pura II, PT. Jasa Marga, PT. Kereta Api, serta PT Pelindo. Sehubungan dengan hal
tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.
Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku
ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat
baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.
Bandung, Mei 2010
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel... ix
Daftar Grafik... x
Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat... xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1
BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ... 7
1. Sisi Permintaan... 9
1.1.Konsumsi ... 10
1.2.Investasi ... 12
1.3.Ekspor ... 12
2. Sisi Penawaran... ... 15
2.1.Sektor Pertanian... 16
2.2.Sektor Industri Pengolahan... 18
2.3.Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 21
2.4.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 23
2.5.Sektor Bangunan/Konstruksi ... 25
2.6.Sektor Lainnya ... 26
Boks 1. Dampak ACFTA terhadap Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil ... 28
Boks 2. Survei Persepsi Konsumen (Rumah Tangga) terhadap ACFTA... 32
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 33
1. Perkembangan Inflasi ... ... 35
1.1.Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 36
Inflasi Tahunan... 36
a. Kelompok Bahan Makanan ... ... 37
b. Kelompok Sandang………... ... 37
c. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan... 37
Inflasi Triwulanan... .. 37
1.2.Inflasi Menurut Kota ... 38
Inflasi Tahunan... 38
a. Kota Bandung... 39
b. Kota Bekasi... 40
c. Kota Depok... 40
d. Kota Bogor. ... 40
e. Kota Cirebon. ... 41
f. Kota Sukabumi... 41
g. Kota Tasikmalaya... 42
Inflasi Triwulanan... .. 42
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi... ... 43
2.1.Fundamental... 43
a. Interaksi Permintaan dan Penawaran ... 43
b. Eksternal ... ... 44
c. Ekspektasi Inflasi ... ... 44
2.2.Non Fundamental... 45
a. Volatile Foods .... ... 45
b. Administered Price ... 46
Boks 2. Riset Pengaruh Struktur Pasar terhadap Pembentukan Harga Makanan dan Minuman di Jawa Barat. ... 47
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 53
1. Struktur Perbankan di Jawa Barat ... 55
2.2.Perkembangan Kredit dan Risikonya ... 58
Perkembangan Kredit ... 58
Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) ... 61
Kredit yang berlokasi Proyek di Jawa Barat ... 61
Risiko Kredit ... 62
3. Bank Umum Syariah... 64
4. Bank Umum yang Berkantor Pusat di Jawa Barat... 65
5. Bank Perkreditan Rakyat ... 65
BAB 4 KEUANGAN DAERAH... ... 67
1. APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 ... 69
2. Pendapatan Pemerintah di Jawa Barat... ... 70
2.1.Pendapatan Pemerintah Pusat di Jawa Barat ... 70
2.2.Pendapatan Pemerintah Provinsi ... 71
2. Belanja Daerah... ... 72
2.3.Belanja APBN di Jawa Barat ... 72
Belanja Dana Dekonsentrasi... 72
Belanja Dana Tugas Pembantuan... 73
Belanja APBN yang Berasal dari Pinjaman Luar Negeri... 74
2.4. Belanja APBD Provinsi Jawa Barat ... 74
Boks 3. Peningkatan Belanja Infrastruktur Provinsi Jawa Barat Tahun 2010... ... 75
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 77
1. Pengedaran Uang Kartal... 79
1.1.Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ... 79
1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... 80
1.3. Uang Palsu ... 81
2. Sistem Pembayaran Non Tunai... 81
2.1 Kliring Lokal... 81
2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)... 82
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH... 83
1. Ketenagakerjaan ... 85
Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat ... ... 85
2. Kesejahteraan... 86
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 89
1. Prospek Ekonomi Makro... 91
2. Prakiraan Inflasi ... 92
Faktor Fundamental ... ... 93
Faktor Non Fundamental ... 93
LAMPIRAN... 95
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Permintaan (%) ... 10
Tabel 1.2. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli... 14
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat dari Sisi Penawaran (%)... 16
Tabel 1.4. Indikator Perhotelan di Jawa Barat... 22
Tabel 1.5. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat... 24
Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat... 24
Tabel 1.7. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (Juta Kwh)... 26
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)... 36
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)... 38
Tabel 2.3. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota (%)... 39
Tabel 2.4. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I-2010 (yoy, %)... 39
Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)... 39
Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)... 40
Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 40
Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 40
Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 41
Tabel 2.10. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 41
Tabel 2.11. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 42
Tabel 2.12. Inflasi Triwulanan Jawa Barat Menurut Kota (qtq,%)... ... 42
Tabel 2.13. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I-2010 (qtq, %)... 42
Tabel 2.14. Inflasi Tahunan Menurut Faktor Penyebab (yoy, %)... 43
Tabel 2.15. Inflasi Triwulanan Menurut Faktor Penyebab (qtq, %)... 43
Tabel 2.16. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan (yoy, %) ... 45
Tabel 2.17. Luas Lahan Pertanian yang Terkena Puso (Ribu Ha)... 46
Tabel 3.1. Posisi Kredit Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan I-2010... 60
Tabel 3.2. NPL Gross Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/ Kota... 63
Tabel 4.1. APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 dan 2010 ………... ... 69
Tabel 4.2. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Pusat di Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I………... ... 71
Tabel 4.3. Realisasi Penerimaan Pajak Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Rp Miliar) ... 71
Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat... 72
Tabel 4.5. Realisasi Dana Dekonsentrasi Jawa Barat di Lima Dinas Penerima Alokasi Anggaran Terbesar ... 73
Tabel 4.6. Realisasi Dana Tugas Pembantuan Jawa Barat di Lima Dinas Penerima Alokasi Anggaran Terbesar.... ... 73
Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung. ... 80
Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat ... 81
Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Barat ... 82
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy) ... 9
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ... 10
Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini... 11
Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi... 11
Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran... 11
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 11
Grafik 1.7. Pajak Kendaraan Bermotor ... 11
Grafik 1.8. Impor Barang Modal... 12
Grafik 1.9. Penjualan Semen di Jawa Barat... 12
Grafik 1.10. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat... 12
Grafik 1.11. Nilai Ekspor Jawa Barat... 13
Grafik 1.12. Volume Ekspor Jawa Barat... 13
Grafik 1.13. Nilai Ekspor TPT ... 13
Grafik 1.14. Volume Ekspor TPT... 13
Grafik 1.15. Nilai Ekspor Alat Telekomunikasi... 14
Grafik 1.16. Volume Ekspor Alat Telekomunikasi... 14
Grafik 1.17. Nilai Ekspor Mesin Elektrik ... 14
Grafik 1.18. Volume Ekspor Mesin Elektrik... 14
Grafik 1.19. Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli... ... 14
Grafik 1.20. Nilai Impor Jawa Barat ... 15
Grafik 1.21. Volume Impor Jawa Barat... 15
Grafik 1.22. Realisasi Kegiatan Dunia Usaha... 16
Grafik 1.23. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat... 17
Grafik 1.24. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat... 17
Grafik 1.25. Produksi Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat... 17
Grafik 1.26. Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat... 17
Grafik 1.27. Luas Panen Padi Jawa Barat... ... 18
Grafik 1.28. Realisasi Kegiatan Industri Pengolahan... 19
Grafik 1.29. Konsumsi Listrik Industri ... 19
Grafik 1.30. Penjualan Motor Nasional... 19
Grafik 1.31. Penjualan Mobil Nasional... ... 19
Grafik 1.32. Nilai Ekspor Kendaraan... 20
Grafik 1.33. Volume Ekspor Kendaraan ... 20
Grafik 1.34. Indeks Penjualan Eceran ... 22
Grafik 1.35. Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Cirebon ... 22
Grafik 1.36. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat... 23
Grafik 1.37. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat ... 23
Grafik 1.38. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran... 23
Grafik 1.39. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara ... 23
Grafik 1.40. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum ke Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... ... 25
Grafik 1.41. Posisi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)... 25
Grafik 1.42. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Konstruksi... 25
Grafik 1.43. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.... 26
Grafik 1.44. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa Dunia Usaha dan Sosial. 27 Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional... 35
Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional ... 35
Grafik 2.3. Inflasi Bulanan Jawa Barat dan Nasional... 36
Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan... ... 37
Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang... 37
Grafik 2.10. Perkembangan Kurs Rupiah... 44
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional... 44
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Barang dan Jasa Menurut Pengusaha di Jawa Barat... 44
Grafik 2.13. Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung... 45
Grafik 2.14. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung... 45
Grafik 3.1. Komposisi Aset Perbankan di Jawa Barat Triwulan I-2010... 55
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Bank Umum Konvensional di Jawa Barat berdasarkan Jenis Simpanan... 56
Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum Konvensional di Jawa Barat berdasarkan Jenis Valuta ... 56
Grafik 3.4. Perkembangan DPK Valuta Asing & Kurs Tengah Rupiah Terhadap USD ... 56
Grafik 3.5. Perkembangan DPK Bank Umum Konvensional di Jawa Barat berdasarkan Kelompok Bank ... 57
Grafik 3.6. DPK Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Triwulan IV-2009 berdasarkan Golongan Kepemilikan ... ... 57
Grafik 3.7. Perkembangan SBI Bank Umum Konvensional di Jawa Barat dan SBI Perbankan Nasional... 57
Grafik 3.8. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional di Jawa Barat ... 58
Grafik 3.9. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan... 58
Grafik 3.10. Perkembangan Pertumbuhan Kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan... ... 58
Grafik 3.11. Pangsa Kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan I-2010... . 59
Grafik 3.12. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Bank... 59
Grafik 3.13. Perkembangan Pertumbuhan Kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Bank... 59
Grafik 3.14. Perkembangan Kredit MKM Berdasarkan Skala Usaha ... ... 61
Grafik 3.15. Perkembangan Kredit MKM Berdasarkan Jenis Penggunaan... ... 61
Grafik 3.16. Perkembangan Kredit Lokasi Proyek dan Kredit Bank Pelapor... ... 61
Grafik 3.17. Perkembangan Jumlah Kredit Bermasalah Bank Umum Konvensional di Jawa Barat ... 62
Grafik 3.18. Perkembangan NPL Gross Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Bank... ... 62
Grafik 3.19. Perkembangan NPL Gross Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan ... ... 62
Grafik 3.20. Perkembangan NPL Gross Bank Umum Konvensional di Jawa Barat Beberapa Sektor Ekonomi Utama ... 62
Grafik 3.21. Perkembangan NPL Gross Kredit MKM dan Total Kredit ... 64
Grafik 3.22. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah Di Jawa Barat... . 64
Grafik 3.23. Perkembangan Indikator Bank Umum yang Berkantor Pusat di Jawa Barat... 65
Grafik 3.24. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Jawa Barat... 66
Grafik 4.1. Tax Ratio dan Total Penerimaan Pajak di Provinsi Jawa Barat... 70
Grafik 4.2. Perkembangan Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat ... 70
Grafik 4.3. Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat dari Pinjaman Luar Negeri ... 74
Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat ... 79
Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung ... 81
Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan ... 85
Grafik 6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan ... 86
Grafik 6.3. Nilai Tukar Petani ... 87
Grafik 6.4. Indeks Pembangunan Manusia... 87
I. MAKRO
2008 2009 2010
INDIKATOR
Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
PDRB - harga konstan (Rp Miliar)* 74.020 72.980 73.390 77.680 78.560 77.200
- Pertanian 8.096 11.380 9.080 10.180 9.470 11.450
- Pertambangan & Penggalian 1.719 1.720 1.780 1.920 2.000 1.890
- Industri Pengolahan 35.083 31.590 32.940 33.400 34.440 33.280
- Listrik. Gas. dan Air Bersih 1.536 1.580 1.650 1.830 1.970 1.860
- Bangunan 2.603 2.330 2.460 2.680 2.830 2.550
- Perdagangan. Hotel. dan Restoran 14.711 14.250 14.980 16.660 16.820 15.450
- Pengangkutan dan Komunikasi 3.098 3.180 3.270 3.480 3.440 3.600
- Keuangan. Persewaan. dan Jasa 2.309 2.140 2.350 2.550 2.580 2.220
- Jasa 4.879 4.820 4.870 4.980 5.010 4.900
Pertumbuhan PDRB (yoy %)* 4,5 4,4 3,2 4,0 6,1 5,8
Ekspor-Impor** 2.430,58 2.967,76 3.119,55 3.459,90 3.637,59 2.200,05
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.057,99 4.063,09 4.681,69 5.053,79 5.306,40 3.292,02
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.767,00 1.434,01 1.921,40 1.727,67 1.998,84 1.033,95
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 2.627,41 1.095,33 1.562,14 1.593,88 1.668,81 1.091,98
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 621,75 193,08 246,97 272,10 250,90 199,41
Indeks Harga Konsumen*** 113,54 113,54 113,37 115,49 115,83 116,94
- Kota Bandung 112,70 112,82 112.66 114,51 115,08 116,05
- Kota Bekasi 112,71 118,25 112,43 114,41 114,88 116,33
- Kota Bogor 116,00 116,92 116,60 118,60 118,50 119,81
- Kota Sukabumi 114,32 116,23 116,64 118,10 118,31 119,03
- Kota Cirebon 117,18 118,25 118,30 121,25 122,00 122,44
- Kota Tasikmalaya 115,07 115,97 117,23 118,51 119,87 121,47
- Kota Depok 113,91 112,92 112,69 115,43 115,39 116,26
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)*** 11,11 7,45 3,13 1,87 2,02 2,99
- Kota Bandung 10,23 6,31 2,17 1,61 2,11 2,86
- Kota Bekasi 10,10 6,68 3,59 1,51 1,93 3,20
- Kota Bogor 14,20 6,17 2,57 2,24 2,16 2,47
- Kota Sukabumi 11,39 8,25 3,38 3,31 3,49 2,41
- Kota Cirebon 14,14 8,22 5,23 3,47 4,11 3,54
- Kota Tasikmalaya 12,07 9,18 6,91 2,99 4,17 4,74
- Kota Depok 11,70 N/A 6,87 1,33 1,30 2,96
Keterangan:
* Proyeksi KBI Bandung untuk Triwulan I-2010
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
A Bank Umum
1 Total Aset (Rp Triliun) 162,80 170,85 178,02 181,92 187,08
2 DPK (Rp Triliun) 123,03 126,97 129,53 133,28 131,19
- Tabungan (Rp Triliun) 41,63 45,06 47,31 53,05 49,68
- Giro (Rp Triliun) 27,48 27,61 27,14 25,32 25,79
- Deposito (Rp Triliun) 53,91 54,31 55,08 54,91 55,72
3 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek*) 167,13 171,39 174,16 177,76 181,00
- Investasi 24,28 24,25 24,74 26,43 27,59
- Modal Kerja 79,79 81,36 81,55 81,71 75,17
- Konsumsi 63,06 65,77 67,87 69,62 78,24
4 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 87,58 95,46 98,77 102,62 109,17
- Modal Kerja 39,39 44,00 44,95 46,68 47,49
- Investasi 9,18 9,50 9,69 10,36 11,88
- Konsumsi 39,02 41,96 44,13 45,58 49,80
5 - LDR (%) 71,19 75,18 76,25 77,00 83,22
6 Rasio NPL Gross (%) 3,99 3,91 3,82 3,37 3,66
7 Kredit MKM (triliun Rp) 66,18 71,97 75,29 78,04 83,41
8 Kredit Mikro (< Rp50 juta) (triliun Rp) 26,49 28,42 29,92 30,40 30,09
- Kredit Modal Kerja 4,48 5,26 5,79 5,99 5,95
- Kredit Investasi 0,46 0,56 0,57 0,57 0,60
- Kredit Konsumsi 21,56 22,60 23,57 23,84 23,54
10 Kredit Kecil (Rp50 juta s.d. Rp 500 juta) (triliun Rp) 22,04 24,97 26,42 27,24 31,69
- Kredit Modal Kerja 6,39 6,85 7,09 7,13 7,26
- Kredit Investasi 0,99 1,15 1,28 1,41 1,94
- Kredit Konsumsi 14,66 16,97 18,05 18,71 22,50
11 Kredit Menengah (Rp500 juta s.d.Rp5 miliar) (triliun Rp) 17,65 18,57 18,95 20,39 21,62
- Kredit Modal Kerja 12,66 13,46 13,67 14,77 14,95
- Kredit Investasi 2,73 2,83 2,89 2,99 3,54
- Kredit Konsumsi 2,26 2,28 2,38 2,64 3,13
12 Pangsa Kredit MKM 76% 75% 76% 76% 76%
13 Rasio NPL MKM gross (%) 3,69 3,62 3,60 3,23 3,47
B Bank Umum Syariah*)
1 Total Aset (Rp Triliun) 5,20 5,66 5,61 6,02 6,57
2 DPK (Rp Triliun) 4,03 4,49 4,38 4,63 5,79
- Giro (Rp Triliun) 0,33 0,34 0,40 0,37 0,43
- Deposito (Rp Triliun) 1,87 1,90 2,14 2,26 2,91
- Tabungan (Rp Triliun) 1,89 2,25 2,06 2,00 2,45
3 Pembiayaan (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 3,41 3,53 3,72 3,91 4,77
- Modal Kerja 1,86 1,89 2,07 2,06 2,39
- Investasi 0,54 0,55 0,57 0,58 0,66
- Konsumsi 1,01 1,09 1,19 1,27 1,72
4 - FDR 86,26 78,50 84,83 84,52
C BPR Konvensional
1 Total Aset (Rp Triliun) 6,21 6,49 6,67 7,06 7,33
2 DPK (Rp Triliun) 4,40 4,62 4,78 5,08 5,38
- Tabungan (Rp Triliun) 0,96 1,03 1,03 1,16 1,27
- Deposito (Rp Triliun) 3,44 3,59 3,75 3,93 4,11
3 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 4,49 4,59 4,72 4,81 4,98
- Modal Kerja 2,42 2,45 2,48 2,64 2,73
- Investasi 0,14 0,14 0,14 0,13 0,13
- Konsumsi 1,93 2,00 2,08 2,03 2,11
4 Kredit MKM (triliun Rp) 4,49 4,59 4,72 4,81 4,98
*) Posisi Februari 2010
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I
Transaksi Tunai
Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) 5,77 7,42 6,65 4,10 5,49
Inflow (Rp Triliun) 7,02 3,34 3,71 6,00 6,72
Outflow (Rp Triliun) 0,81 2,01 3,14 2,05 0,80
Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 118,24 76,42 178,98 113,19 150,41
Transaksi Non Tunai BI-RTGS
Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 130,57 138,64 159,53 147,18 157,56
Volume Transaksi BI-RTGS 188.863 196.533 232.945 238.919 236.283
Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 2,18 2,24 2,57 2,37 2,58
Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 3.148 3.170 3.757 3.854 3.873
Kliring
Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 9,94 10,38 10,64 11,70 10,76
Volume Perputaran Kliring 504.311 476.875 484.106 481.440 488.719
Rata-rata Harian Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 0,17 0,17 0,17 0,19 0,18
Rata-rata Harian Volume Perputaran Kliring 8.405 7.692 7.808 7.765 8.012
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2010 diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi, yaitu 5,8% (yoy), walaupun melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
Seiring membaiknya perekonomian global maupun domestik, kinerja perekonomian Jawa Barat pun terdorong untuk tumbuh relatif tinggi. Pada triwulan I-2010, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan sebesar 5,8% (yoy). Walaupun tumbuh relatif tinggi, pencapaian tersebut sedikit melambat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,1% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan selama tahun 2010 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2009, yaitu berada pada kisaran 5,3% s.d. 5,8%.
Dari sisi permintaan, tingginya pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya kinerja ekspor dan investasi
Dari sisi permintaan, ekspor serta investasi di Jawa Barat merupakan faktor utama yang mendorong perekonomian untuk tumbuh relatif tinggi. Peningkatan ekspor dan investasi tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan eksternal seiring dengan pemulihan perekonomian global di tahun 2010, disamping permintaan domestik yang relatif masih kuat. Sementara itu, konsumsi rumah tangga mengalami sedikit perlambatan, sejalan dengan turunnya produksi padi akibat mundurnya masa panen raya.
Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh meningkat, sementara sektor pertanian dan PHR diindikasikan melambat
Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diperkirakan mampu tumbuh positif, seiring dengan mulai pulihnya permintaan terhadap produk-produk Jawa Barat, terutama dari sisi ekspor. Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan tumbuh melambat, akibat turunnya produksi padi pada periode laporan, dibandingkan produksi padi pada periode yang sama di tahun 2009. Walaupun demikian, produksi padi Jawa Barat sepanjang tahun 2010 diperkirakan masih relatif aman. Sejalan dengan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran diindikasikan mengalami perlambatan. Selain akibat ketiadaan stimulus seperti Pemilu, perlambatan pada sektor ini terjadi terutama pada subsektor perdagangan, terkait dengan turunnya produksi pertanian.
PERKEMBANGAN INFLASI
Laju inflasi tahunan Jawa Barat masih cukup terkendali
Secara tahunan, laju Inflasi Jawa Barat masih berada pada level yang terkendali meskipun meningkat tipis dari 2,02% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 2,99% pada triwulan I-2010. Relatif terkendalinya inflasi Jawa Barat terutama disebabkan oleh terjaganya pasokan bahan pangan, khususnya komoditas strategis seperti daging ayam ras, telur ayam ras, sayur-sayuran, dan ikan segar yang relatif baik dibandingkan tahun sebelumnya, walaupun sempat terjadi kenaikan harga beras yang cukup tinggi di awal periode laporan. Selain itu, pengaruh eksternal yakni apresiasi nilai tukar rupiah dan rendahnya inflasi dunia menyebabkan perbaikan ekspektasi harga pelaku usaha.
Secara triwulanan, laju inflasi mengalami kenaikan terutama akibat faktor non fundamental
Sementara itu, tekanan inflasi Jawa Barat secara triwulanan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sebagaimana pola musimannya, yakni dari 0,29% (qtq) menjadi 0,96%. Sumbangan kenaikan laju inflasi pada triwulan I-2010 terutama berasal dari sisi non fundamental, yaitu kenaikan harga volatile foods khususnya beras,serta harga BBM nonsubsidi yang dipicu oleh kenaikan harga minyak bumi di pasar dunia.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat
intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh indikator loan to deposit ratio (LDR) mengalami peningkatan. Di sisi lain, risiko kredit masih tetap terkendali meskipun mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan perbankan di Jawa Barat tersebut terutama didorong oleh kinerja bank umum konvensional yang membaik.
Pertumbuhan DPK melambat
Pertumbuhan DPK bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan I-2010 mengalami perlambatan. DPK yang berhasil dihimpun bank umum konvensional di Jawa Barat mencapai Rp131,18 triliun atau tumbuh 6,63% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (13,18%). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh melambatnya seluruh jenis simpanan baik giro, tabungan maupun deposito. Salah satu faktor dari melambatnya DPK diperkirakan merupakan indikasi dari penggunaan simpanan masyarakat di bank untuk membiayai kegiatan perekonomian.
Pertumbuhan kredit yang disalurkan mulai meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
Setelah empat triwulan sebelumnya mengalami perlambatan, pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan I-2010 mulai menunjukan peningkatan. Kredit yang disalurkan posisi Maret 2010 adalah sebesar Rp109,17 triliun. Secara tahunan, kredit tumbuh 24,65% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 17,49%. Begitu juga secara triwulanan, kredit tumbuh 6,38% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,90% (qtq). Peningkatan ini seiring dengan mulai membaiknya perekonomian Jawa Barat pada dua triwulan terakhir.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem pembayaran non tunai meningkat
Pada triwulan I-2010, transaksi sistem pembayaran di Jawa Barat menunjukkan peningkatan pada nilai transaksi khususnya sistem pembayaran non tunai. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia -
Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Jawa Barat, secara nominal mengalami peningkatan, meskipun secara volume turun dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah aliran uang masuk (inflow) ke KBI di wilayah Jawa Barat, secara triwulanan mengalami peningkatan, namun aliran uang keluar (outflow) mengalami penurunan. Nilai transaksi pembayaran melalui kliring di wilayah Jawa Barat mengalami penurunan, namun secara volume sedikit mengalami peningkatan.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Tingkat realisasi belanja pemerintah pada triwulan I-2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya
Baik tingkat realisasi APBD maupun APBN di Jawa Barat diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi APBD, realisasi belanja terbesar terutama untuk pos anggaran belanja barang/jasa dan pegawai. Sementara itu, kenaikan realisasi APBN yang disalurkan di wilayah Jawa Barat berupa dana tugas pembantuan untuk percepatan realisasi program transmigrasi dan dana dekonsentrasi untuk program pendidikan.
Penerimaan pajak baik pusat maupun provinsi di Jawa Barat meningkat
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat diindikasikan masih relatif baik
Tumbuh tingginya perekonomian domestik menyebabkan kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat juga diperkirakan terus membaik. Penyerapan tenaga kerja baru di Jawa Barat diperkirakan terus mengalami peningkatan, meskipun sebagian industri pengolahan terancam mengalami penurunan kinerja paska implementasi ACFTA.
Kondisi kesejahteraan di Jawa Barat diperkirakan juga terus membaik
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Jawa Barat juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, seperti kenaikan Nilai Tukar Petani. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat itu salah satunya didorong oleh bergeraknya kembali aktivitas perekonomian sejalan dengan pemulihan ekonomi global.
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2010 diindikasikan mengalami peningkatan
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II-2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,8% s.d. 6,2% (yoy). Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010 yang diperkirakan sebesar 5,8% (yoy). Akselerasi perekonomian tersebut didukung terutama oleh menguatnya permintaan di pasar domestik serta tingginya permintaan eksternal. Di sisi permintaan, peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi merupakan faktor utama yang mendorong tingginya pertumbuhan ekonomi. Sementara di sisi penawaran, ketiga sektor dominan di Jawa Barat tumbuh meningkat, seiring terus membaiknya permintaan serta panen raya padi.
Laju tahunan Jawa Barat pada triwulan I-2010 diperkirakan akan meningkat.
BAB 1.KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
,
BAB 1
KONDISI
Semakin membaiknya perekonomian global di awal tahun 2010 turut mendukung kinerja
perekonomian Jawa Barat untuk tumbuh relatif tinggi. Pada triwulan I-2010, perekonomian
Jawa Barat diperkirakan tumbuh 5,8% (yoy). Walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 6,1% (yoy), pertumbuhan pada triwulan laporan tersebut relatif lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan selama tahun 2009 yang tercatat sebesar 4,3%. Dilihat dari sisi
permintaan, tingginya pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan kinerja ekspor dan investasi,
seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi global. Namun demikian, melambatnya konsumsi rumah
tangga pada periode laporan, walaupun masih tumbuh cukup tinggi, merupakan faktor yang
mendorong terjadinya perlambatan perekonomian di Jawa Barat. Dilihat dari sisi penawaran,
perlambatan terutama dipicu oleh melambatnya sektor pertanian akibat turunnya produksi padi
selama triwulan I-2010. Di sisi lain, sektor industri pengolahan, sebagai sektor dominan di Jawa Barat,
mampu tumbuh meningkat, sehingga menjaga tingkat pertumbuhan Jawa Barat pada level yang
relatif tinggi.
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy)
5,7%
6,2%6,4%
7,3% 7,1%
4,7% 6,4%
4,5% 4,4%
3,2% 4,0%
6,1% 5,8%
0% 2% 4% 6% 8%
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*)
2007 2008 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat *) Proyeksi KBI Bandung
1.
S
ISIP
ERMINTAANHampir seluruh komponen permintaan, selain konsumsi rumah tangga, mengalami
perbaikan pertumbuhan pada periode laporan (Tabel 1.1). Ekspor Jawa Barat meningkat relatif
tinggi, seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat internasional yang mampu mendorong
peningkatan permintaan luar negeri, khususnya untuk produk-produk unggulan Jawa Barat. Investasi
prospek perekonomian. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga mengalami sedikit perlambatan,
disebabkan oleh ketiadaan stimulus yang mampu mendorong perekonomian untuk tumbuh lebih
tinggi lagi, seperti persiapan Pemilu Legislatif pada periode yang sama di tahun 2009 silam.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Permintaan (%)
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*)
Konsumsi rumah tangga 8,0% 4,8% 7,8% 4,3% 7,1% 5,6% 8,0% 3,5% 3,4%
Konsumsi pemerintah -2,9% -14,5% 11,0% 5,0% 4,5% 7,0% 3,2% 1,1% 3,4%
Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,4% 8,5% 14,0% 7,9% 12,7% 4,4% -9,0% 0,2% 2,8%
Ekspor -14,2% -10,5% -20,8% -8,4% -13,7% -13,0% 9,5% 5,3% 32,6%
Impor -5,5% -14,3% -19,8% -3,9% -8,8% -2,8% 5,8% -8,2% 10,4%
PDRB 7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 5,8%
Komponen 2008 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (data s.d. triwulan IV-2009) *) Proyeksi BI Bandung
1.1. Konsumsi
Pada triwulan I-2010, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 3,4% (yoy) atau
mengalami sedikit perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
3,5%. Perlambatan konsumsi tersebut salah satunya disebabkan oleh turunnya produksi padi pada
triwulan laporan sebagai akibat dari mundurnya masa panen raya. Selain itu, perlambatan juga
disebabkan karena belum adanya stimulus yang secara signifikan mendorong konsumsi. Berbeda
dengan triwulan I tahun sebelumnya, yang tumbuh relatif tinggi akibat adanya stimulus berupa
persiapan kegiatan Pemilu Legislatif.
Perlambatan konsumsi rumah tangga ini
didukung pula oleh hasil survei yang dilakukan
Bank Indonesia (BI) Bandung. Rata-rata Indeks
Keyakinan Konsumen1
mengalami penurunan
dari sebesar 102,80 pada triwulan IV-2009
menjadi 92,37 pada triwulan I-2010 (Grafik
1.2). Namun demikian, IKK tersebut masih
lebih tinggi dibandingkan kondisi pada
periode yang sama di tahun 2009, yang
mengindikasikan pertumbuhan positif
konsumsi rumah tangga pada periode laporan. Penurunan nilai IKK pada triwulan I-2010 didorong
oleh penurunan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian durable goods (barang tahan
lama).
1
Hasil Survei Konsumen KBI Bandung
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
40 60 80 100 120 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100
Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini
25 50 75 100 125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
Penghasilan saat ini Pembelian durable goods Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung
Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi
40 60 80 100 120 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
Ekspektasi penghasilan Ekspektasi kondisi perekonomian Garis 100 Ekspektasi ketersediaan Lap. Kerja
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.
Perlambatan konsumsi rumah tangga juga
diindikasikan oleh melambatnya penjualan eceran
di Kota Bandung, sebagaimana tercermin dari
melambatnya Indeks Penjualan Eceran2
(Grafik
1.5). Selain itu, indikator lainnya perlambatan
konsumsi rumah tangga adalah perlambatan
konsumsi listrik rumah tangga dan penjualan
kendaraan bermotor di Jawa Barat, yang
tercermin dari perlambatan pertumbuhan
penerimaan daerah dari Pajak Kendaraan
Bermotor selama triwulan I-2010 (Grafik 1.6 dan
Grafik 1.7), dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Secara umum, pelaku usaha menyatakan bahwa terjadi perlambatan konsumsi domestik,
yang antara lain disebabkan oleh faktor low season.
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
0% 5% 10% 15% 20% 25% -800 1.600 2.400 3.200
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2008 2009 2010
% Juta kWh
Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten
Grafik 1.7. Pajak Kendaraan Bermotor
0% 5% 10% 15% 20% 0 200 400 600
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2009 2010
% Rp Miliar
Pajak Kendaraan Bermotor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Dispenda Provinsi Jawa Barat
Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran
-15 0 15 30 60 100 140 180
1 2 3 45 67 8 9 10 11 12 1 2 3 4 56 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
%
Indeks Penjualan Eceran Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
1.2. Investasi
Investasi diperkirakan mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I-2010, didorong oleh
optimisme pelaku usaha dalam memandang prospek perekonomian ke depan. Peningkatan
investasi tercermin dari impor barang modal yang masuk ke Jawa Barat pada triwulan I-2010 yang
menunjukkan peningkatan signifikan, yaitu lebih dari 200% dibanding periode sebelumnya, didorong
oleh tingginya impor produk alat angkutan untuk industri (Grafik 1.8). Sementara itu, investasi dalam
bentuk bangunan mengalami peningkatan sebagaimana tercermin pada tingginya pertumbuhan
penjualan semen di Jawa Barat selama triwulan I-2010 (Grafik 1.9).
Grafik 1.8. Impor Barang Modal
-100% 0% 100% 200% 0 10 20 30 40 50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy Ribu Ton
Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.9. Penjualan Semen di Jawa Barat
-20 -10 0 10 20 30 40 0 400 800 1.200 1.600 2.000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2007 2008 2009 2010 % Ribu Ton
Penjualan Semen Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia.
Kenaikan investasi tercermin pula dari
pembiayaan perbankan. Kredit yang
disalurkan perbankan di Jawa Barat untuk
investasi mengalami kenaikan yang relatif
besar, yaitu dari Rp10,4 triliun pada triwulan
IV-2009, menjadi Rp11,9 triliun pada
triwulan I-2010 (Grafik 1.10). Dibandingkan
periode yang sama tahun lalu, kredit tumbuh
29,4% (yoy), lebih tinggi dari periode
sebelumnya sebesar 12,4%.
0 10 20 30 40 0 4 8 12
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2007 2008 2009 2010 % Rp Triliun
Posisi Baki Debet Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), BI Bandung. Grafik 1.10 Posisi Penyaluran Kredit Investasi
oleh Bank Umum di Jawa Barat
1.3. Ekspor
Peningkatan ekspor merupakan salah satu faktor utama yang menopang perekonomian
Jawa Barat pada triwulan I-2010. Hal ini terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian global
yang mendorong peningkatan daya beli masyarakat internasional. Sementara itu, sejalan dengan
demikian, ekspor Jawa Barat diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan impor, sehingga
meningkatkan net ekspor Jawa Barat.
Peningkatan ekspor Jawa Barat tercermin dari kenaikan nilai maupun volume ekspor selama triwulan
I-2010 (Januari-Februari I-2010). Secara rata-rata, nilai ekspor Jawa Barat selama triwulan I-I-2010 tumbuh
23,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,2% (yoy).
Demikian juga halnya dengan volume ekspor, yang meningkat dari rata-rata 13,8% (yoy) menjadi
14,1% (yoy). Bahkan, pertumbuhan volume ekspor tersebut merupakan yang tertinggi di Jawa Barat
sejak tahun 2008. Kondisi tersebut menunjukkan sudah bergerak kembalinya ekonomi Jawa Barat
pasca krisis keuangan global sejak tahun 2008 silam.
Grafik 1.11. Nilai Ekspor Jawa Barat
-20% -10% 0% 10% 20% 30% 1.000 1.250 1.500 1.750 2.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.12. Volume Ekspor Jawa Barat
-50% -25% 0% 25% 50% 300 600 900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Peningkatan realisasi ekspor terjadi pada mayoritas produk ekspor unggulan Jawa Barat, meliputi
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), alat telekomunikasi, mesin elektrik, serta kendaraan bermotor. Setelah
pada triwulan sebelumnya tumbuh rata-rata 6,2% (yoy), nilai ekspor TPT pada triwulan I-2010 tumbuh
meningkat 14,8%. Demikian juga halnya dengan nilai ekspor alat telekomunikasi, yang tumbuh
meningkat dari rata-rata 17,1% (yoy) selama triwulan IV-2009 menjadi tumbuh 37,2%. Serupa
dengan TPT dan alat telekomunikasi, nilai ekspor mesin elektrik juga mengalami kenaikan
pertumbuhan, yaitu dari rata-rata tumbuh 16,7% (yoy) melonjak menjadi tumbuh 55,5%.
Grafik 1.13. Nilai Ekspor TPT
-30% -20% -10% 0% 10% 20% 0 100 200 300 400 500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
(yoy) USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.14. Volume Ekspor TPT
-20% -10% 0% 10% 20% 30% 0 25 50 75 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
(yoy) Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Grafik 1.15. Nilai Ekspor Alat Telekomunikasi -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 100 200 300 400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.16. Volume Ekspor Alat Telekomunikasi -30% 0% 30% 60% 90% 120% 150% 180% 0 5 10 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.17. Nilai Ekspor Mesin Elektrik
-40% -20% 0% 20% 40% 60% 0 50 100 150 200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.18. Volume Ekspor Mesin Elektrik
-40% -20% 0% 20% 40% 60% 0 10 20 30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Peningkatan ekspor didorong oleh meningkatnya perekonomian di negara-negara maju. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan ekspor tertinggi yang terjadi pada ekspor Jawa Barat adalah ke Asia,
Amerika, serta Eropa. Apabila dilihat lebih detail, peningkatan terjadi terutama pada negara-negara
maju yang merupakan mitra dagang utama Jawa Barat, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Cina, serta
Singapura, seiring dengan peningkatan perekonomian pada keempat negara tersebut. ACFTA pun
disinyalir merupakan faktor pendorong peningkatan ekspor Jawa Barat ke Cina, hingga mampu
tumbuh rata-rata sebesar 83% (yoy) selama triwulan I-2010 (Januari s.d. Februari 2010).
Grafik 1.19. Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli
0 300.000 600.000 900.000 1.200.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2008 2009 2010
USD Ribu
Asia
Amerika
Eropa
Australia
Afrika
Sumber: Bank Indonesia
Tabel 1.2. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli
Benua Pertumbuhan
Tw.IV-2009
Pertumbuhan Tw.I-2010*)
Afrika 12,4% 18,8%
Amerika -0,7% 16,9%
Asia 7,2% 29,4%
Australia & Oceania 0,7% -8,1%
Eropa 3,3% 18,8%
Sumber: Bank Indonesia
Peningkatan ekspor Jawa Barat tersebut sesuai dengan hasil liaison Bank Indonesia Bandung terhadap
perusahaan besar berorientasi ekspor (bergerak di industri TPT, alas kaki, dan alat angkutan, mesin,
dan peralatan), yang menyatakan adanya peningkatan permintaan ekspor selama Januari dan Februari
2010 dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun belum sepenuhnya pulih dari krisis. Sementara
itu, peningkatan ekspor yang signifikan dirasakan oleh produsen furniture rotan, dimana permintaan
dari negara-negara di Amerika dan Eropa sudah mulai menunjukkan peningkatan.
Sejalan dengan ekspor, impor Jawa Barat juga mengalami peningkatan, baik dari sisi nilai maupun
volume (Grafik 1.20 dan Grafik 1.21). Peningkatan tersebut diperkirakan sejalan dengan mulai
pulihnya aktivitas perekonomian di Jawa Barat, yang selanjutnya membutuhkan impor yang lebih
besar, baik sebagai bahan baku maupun bahan penolong pada proses produksi yang dilakukan.
Grafik 1.20. Nilai Impor Jawa Barat
-80% -40% 0% 40% 80% 120% 160%
0 250 500 750 1.000 1.250 1.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2009
USD Juta
Nilai Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.21. Volume Impor Jawa Barat
-100% -50% 0% 50% 100%
0 100 200 300 400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2009
Ribu Ton
Volume Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
2.
S
ISIP
ENAWARANPeningkatan kinerja sektor industri pengolahan mampu mempertahankan laju pertumbuhan
ekonomi Jawa Barat pada level yang relatif tinggi. Walaupun demikian, melambatnya sektor
pertanian serta PHR mendorong terjadinya perlambatan pada triwulan laporan (Tabel 1.3). Sektor
pertanian mengalami perlambatan pada periode laporan, akibat turunnya produksi padi selama
triwulan I-2010, didorong oleh mundurnya masa panen padi di beberapa daerah sentra produksi padi.
Sementara itu, sektor PHR juga melambat, akibat tidak adanya faktor stimulus pada periode laporan,
seperti persiapan Pemilu Legislatif yang terjadi pada triwulan I tahun lalu. Di sisi lain, sektor industri
pengolahan, yang masih menjadi kontributor utama PDRB Jawa Barat, diperkirakan tumbuh positif,
setelah tiga triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif. Perkiraan tersebut salah satunya
diindikasikan dari pergerakan nilai SBT masing-masing sektor dominan di Jawa Barat pada triwulan
I-20103
, yang masih menunjukkan angka positif. Secara keseluruhan, nilai SBT pada triwulan I-2010
Grafik 1.22. Realisasi Kegiatan Dunia Usaha
-20 -10 0 10 20 30
Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2007 2008 2009 2010 SBT
Total Seluruh Sektor
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Industri Pengolahan
PHR
Sumber: Bank Indonesia Bandung
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat
Dari Sisi Penawaran (%)
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*)
Pertanian 34,8% -2,0% -3,5% -11,2% 2,7% 9,7% 3,3% 16,9% 0,6%
Pertambangan & Penggalian -15,3% -15,9% -8,8% 2,4% 1,0% 4,6% 10,9% 16,1% 9,9%
Industri Pengolahan 5,5% 9,5% 10,5% 10,8% 4,3% -1,6% -1,2% -1,8% 5,3%
Listrik, Gas, & Air Bersih 4,7% 5,4% 3,7% 3,3% 4,5% 11,0% 22,6% 27,9% 18,0%
Bangunan / Konstruksi 2,1% 1,2% 13,4% 19,2% 3,9% 8,5% 2,4% 8,7% 9,4%
PHR 3,6% 2,8% 6,1% -0,8% 6,5% 6,8% 12,4% 14,4% 8,4%
Pengangkutan & Komunikasi 0,5% 7,0% 3,5% 0,7% 7,7% 11,1% 10,5% 11,2% 13,2%
Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan -1,8% 3,5% 8,6% 9,9% 2,5% 4,3% 5,0% 11,8% 3,7%
Jasa-jasa 1,1% -0,1% 2,4% 3,8% 2,7% 4,0% 3,4% 2,8% 1,7%
PDRB 7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 5,8% 2010 2009
Sektor 2008
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Keterangan: *) Proyeksi BI Bandung
2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan I-2010. Perlambatan
tersebut terjadi karena adanya penurunan produksi padi, yang merupakan kontributor utama sektor
pertanian di Jawa Barat. Selama triwulan I-2010, produksi padi di Jawa Barat4
tercatat sebesar 3,4 juta
ton, lebih rendah dibandingkan produksi pada periode yang sama di tahun 2009 yang mencapai 3,7
juta ton, atau turun 6,6% (yoy) (Grafik 1.23). Penurunan produksi tersebut terjadi akibat menurunnya
luas panen padi, yaitu dari sekitar 656 ribu hektar pada triwulan I-2009, menjadi 586 ribu hektar pada
periode yang sama di tahun 2010 yang disebabkan antara lain oleh mundurnya masa panen padi di
Grafik 1.23. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat
-50% 0% 50% 100% 150% -500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
% Ton
Produksi Padi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Grafik 1.24. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat
-50% 0% 50% 100% 150% -50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
% Ha
Luas Panen Padi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Penurunan produksi juga terjadi pada tanaman pangan lainnya, meliputi jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar (Grafik 1.25). Produksi tanaman pangan tersebut selama
Januari s.d. Februari 2010 tercatat sekitar 632 ribu ton, atau mengalami penurunan 2% (yoy).
Penurunan tersebut juga disebabkan oleh berkurangnya luas panen, yaitu dari sekitar 116 ribu hektar
pada periode yang sama di tahun 2009, menjadi 106 ribu hektar pada periode laporan (Grafik 1.26).
Grafik 1.25. Produksi Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat
-50% 0% 50% 100% 150% -100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
% Ton
Produksi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Grafik 1.26. Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat
-100% 0% 100% 200% 300% -20.000 40.000 60.000 80.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
% Ton
Luas Panen Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Angka Ramalan dari publikasi BPS Jawa Barat memperkuat perkiraan adanya perlambatan pada sektor
pertanian di Jawa Barat, khususnya padi (Grafik 1.27). Luas panen padi pada subround I (periode
Januari s.d. April 2010) diperkirakan mencapai 820 ribu hektar, lebih rendah dibandingkan pencapaian
pada periode yang sama di tahun 2009 yang sebesar 861 ribu hektar. Dibandingkan triwulan
sebelumnya, perkiraan luas panen pada subround I-2010 tersebut menunjukkan penurunan
Grafik 1.27. Luas Panen Padi Jawa Barat
1.83 0.42
0.76 0.64
1.80 0.32
0.64 0.84
1.95 0.35
0.74 0.86
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Total Jan-Des
III Sep-Des
II Mei-Ags
I Jan-Apr
Juta Ha Subround
2010 (ARAM I-2010) 2009 (Angka Sementara 2009) 2008 (Angka Tetap) 2007
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Sementara itu, dampak banjir terhadap produksi padi di Jawa Barat hingga Maret 2010 relatif tidak
signifikan. Luas lahan padi yang terkena banjir pada periode laporan tercatat sebesar 13.768 hektar,
sementara lahan yang puso tercatat seluas 3.030 hektar. Dampak tersebut masih jauh lebih rendah
dibandingkan kondisi pada periode yang sama di tahun 2009, dimana lahan yang terkena banjir
adalah seluas 42.855 hektar dengan lahan yang mengalami puso seluas 14.697 hektar. Pemerintah
daerah telah melakukan beberapa tindakan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah banjir
tersebut, diantaranya adalah:
1. Memantau jumlah dan lokasi daerah yang mengalami banjir dan longsor sehingga dapat
dilakukan upaya penanganan dengan cepat.
2. Membagikan benih yang berasal dari Cadangan Benih Nasional (CBN) dan Bantuan Langsung Bibit
Unggul (BLBU) kepada petani yang lahannya mengalami puso.
3. Mengoptimalkan penggunaan alat-alat pasca panen seperti pengering padi dan terpal di
kelompok tani.
4. Mengendalikan hama melalui pengiriman Tim Pengendali Hama Provinsi dan memberikan
pendampingan kepada kelompok tani, karena bencana banjir berpotensi menimbulkan hama yang
lebih banyak.
2.2. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan, terutama didorong oleh
perbaikan kondisi perekonomian global dan domestik yang mendorong kenaikan
permintaan. Setelah mengalami kontraksi selama tiga triwulan berturut-turut, sektor industri
pengolahan diperkirakan tumbuh positif pada triwulan I-2010, yaitu sebesar 2,5% (yoy), sejalan
dengan kenaikan konsumsi listrik untuk industri di Jawa Barat selama periode yang sama (Grafik 1.29).
Peningkatan industri terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja subsektor alat angkutan, mesin,
khususnya akibat meningkatnya permintaan domestik. Sementara itu, subsektor dominan lainnya,
yaitu tekstil, barang kulit, dan alas kaki, diperkirakan juga mengalami kenaikan pertumbuhan, yang
didorong oleh meningkatnya permintaan eksternal terhadap produk TPT Jawa Barat, dan terjaganya
daya beli di pasar domestik.
Grafik 1.28. Realisasi Kegiatan Industri Pengolahan -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2007 2008 2009 2010 SBT
Industri Pengolahan Tekstil, barang kulit, dan alas kaki
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.29. Konsumsi Listrik Industri
0% 10% 20% 30% 40% -2.000 4.000 6.000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2008 2009 2010
% Juta kWh
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten
Peningkatan kinerja subsektor alat angkutan, mesin, dan peralatannya didukung oleh meningkatnya
penjualan kendaraan bermotor secara nasional, baik motor maupun mobil (Grafik 1.30 dan 1.31).
Bahkan, penjualan mobil secara nasional diperkirakan mampu mencetak pertumbuhan tertinggi sejak
tahun 2008. Walaupun dibayangi tantangan di sisi penjualan sehubungan kenaikan harga jual
kendaraan bermotor sebagai dampak kenaikan pajak kendaraan dan bea balik nama, namun
produsen kendaraan masih menyatakan optimisme terhadap produksi serta penjualan produknya.
Adapun peningkatan penjualan kendaraan bermotor tersebut terus terjadi seiring membaiknya situasi
perekonomian domestik serta kemudahan perbankan dalam menyalurkan kredit kepemilikan
kendaraan bermotor.
Gambar 1.30. Penjualan Motor Nasional
-30% 0% 30% 60% 90% 0 600.000 1.200.000 1.800.000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*) 2007 2008 2009 2010 Unit
Penjualan Motor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Keterangan: *) Prediksi Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia
Gambar 1.31. Penjualan Mobil Nasional
-40% 0% 40% 80% 0 60.000 120.000 180.000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*) 2007 2008 2009 2010 Unit
Penjualan Mobil Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Selain peningkatan permintaan domestik, industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya juga
semakin membaik akibat meningkatnya permintaan eksternal terhadap produk kendaraan asal Jawa
Barat. Setelah selama 1 tahun tumbuh negatif, baik nilai maupun volume ekspor kendaraan (road
vehicle) mengalami pertumbuhan positif yang relatif tinggi selama triwulan I-2010 (Grafik 1.32 dan
Grafik 1.33).
Gambar 1.32. Nilai Ekspor Kendaraan
-75% -50% -25% 0% 25% 50% 75%
0 20 40 60 80 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 1.33. Volume Ekspor Kendaraan
-75% -50% -25% 0% 25% 50% 75%
0 5 10 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Optimisme terhadap prospek positif di industri alat angkutan, mesin, dan kendaraannya mendorong
salah satu produsen kendaraan bermotor, General Motors, untuk berencana menghidupkan kembali
PT General Motors AutoWorlds Indonesia di Pondok Ungu, Bekasi. Pabrik tersebut dipersiapkan untuk
memproduksi mobil serbaguna (Multi Purpose Vehicle/MPV) berkapasitas tujuh penumpang. Selain
untuk konsumsi domestik, hasil produksi pabrik tersebut juga akan diekspor, terutama ke wilayah
ASEAN. Investasi terbesar yang akan dilakukan adalah berupa peremajaan mesin-mesin perakitan,
sementara bangunan dan gedung hanya membutuhkan renovasi kecil. Selain itu, PT Dirgantara
Indonesia (DI) telah menerima pesanan pembuatan komponen tailboom (ekor) dan fuselage (turbin)
untuk hellikopter terbaru milik Eurocopter di Perancis. Produksi dimulai pada Januari 2010 dan
diperkirakan selesai pada Oktober 2010. PT DI ditargetkan mampu menjadi pemasok utama
komponen berbagai perusahaan dirgantara dunia. Kondisi serupa juga terjadi pada PT PINDAD yang
berpeluang besar untuk menerima pesanan 32 panser dari Malaysia. Saat ini, PT PINDAD masih
mengikuti proses tender, dengan pesaing perusahaan dari Perancis dan Korea Selatan.
Industri TPT diperkirakan juga mengalami peningkatan pada triwulan I-2010, sebagaimana tercermin
dari hasil survei kegiatan dunia usaha industri TPT di Jawa Barat. Kenaikan tersebut didorong terutama
oleh membaiknya permintaan luar negeri, seperti tercermin dari kenaikan ekspor produk TPT (lihat
Grafik 1.13 dan Grafik 1.14). Adapun peningkatan permintaan ekspor terutama berasal dari pasar
tradisional, akibat membaiknya perekonomian negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa
Barat. Dilihat dari produknya, jenis produk TPT yang mengalami peningkatan permintaan terutama
terjadi pada produk garmen. Di sisi lain, ekspansi perusahaan TPT Jawa Barat ke pasar non tradisional,
negara-negara tersebut. Oleh karena itu, peningkatan mediasi perbankan sangat diharapkan oleh para
pelaku usaha.
Produk kain polyester dan garmen telah mencapai kestabilan penerimaan order dan menunjukkan
peningkatan ekspor. Sementara itu, ekspor garmen ke Amerika Serikat dan Eropa terus mengalami
peningkatan pada triwulan I-2010, meskipun belum kembali ke kondisi normal. Perusahaan
menerapkan strategi menurunkan harga jual dan margin keuntungan demi menjaga kesinambungan
produksi dan penjualan. Produsen pakaian dan perlengkapan anak juga mengalami kenaikan
penjualan karena perusahaan telah mendapatkan target buyer di luar negeri yang cukup potensial,
yaitu dari negara-negara di Eropa, khususnya Jerman.
Sementara itu, pemberlakuan ACFTA diperkirakan dapat membawa dampak positif dan negatif
terhadap industri TPT di Jawa Barat. Dampak positif yang mungkin terjadi adalah berupa harga bahan
baku yang lebih murah, sementara dampak negatifnya adalah berupa penurunan penjualan di pasar
domestik (lihat Boks 1. Dampak ACFTA terhadap Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil). Selain itu,
dampak positif lainnya adalah kemungkinan relokasi industri TPT Cina ke Indonesia, terutama Jawa
Barat, didorong oleh relatif masih rendahnya upah buruh di Indonesia. Selain itu, Cina menawarkan
pula mesin tekstilnya dengan harga lebih murah dibandingkan harga mesin Eropa atau Amerika
Serikat. Berdasarkan hasil survei, produsen kain tidak terlalu khawatir akan implementasi ACFTA,
karena penjualan kain akan diarahkan ke segmen produk dengan kualitas lebih tinggi untuk kalangan
menengah ke atas. Berkaitan dengan pasar domestik, beberapa strategi telah dijalankan oleh
pelaku usaha untuk mempertahankan pangsanya, antara lain dengan melakukan ekspansi penjualan
ke seluruh wilayah Indonesia, semakin aktif melakukan kegiatan promosi, memberikan potongan
harga kepada konsumen, serta melakukan komunikasi intensif dengan pihak distributor (seperti
departement store) untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan selera pasar terkini.
Industri elektronik diperkirakan juga menunjukkan peningkatan. Sejumlah perusahaan elektronik
berencana menjadikan Indonesia, khususnya Jawa Barat, sebagai basis produksi elektronik, antara lain
Toshiba yang menjadikan Cikarang sebagai basis produksi TV LCD. Terdapat beberapa faktor yang
mendorong ekspansi di Indonesia, seperti ketersediaan tenaga kerja yang besar, biaya produksi yang
relatif kompetitif, serta pasar produk elektronik di dalam negeri yang sangat prospektif. Berdasarkan
hasil survei, ekspor produk elektrik di tahun 2010 menunjukkan peningkatan, sebagai akibat
pengalihan pasar dari domestik, yang dikhawatirkan mengalami penurunan akibat implementasi
ACFTA, ke pasar luar negeri, dengan tujuan untuk meningkatkan omzet penjualan.
2.3.
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan tumbuh pada level yang relatif tinggi,
meskipun melambat bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terjadi
akibat beberapa faktor. Turunnya produksi padi pada triwulan laporan karena mundurnya masa panen
raya diperkirakan berdampak terhadap penurunan volume perdagangan komoditas pertanian.
adanya stimulus yang mampu mendorong kinerja sektor PHR di Jawa Barat untuk tumbuh lebih tinggi
lagi, sebagaimana halnya saat persiapan penyelenggaraan Pemilu pada triwulan I-2009. Disamping itu,
belum tibanya puncak panen raya pada sebagian besar daerah di Jawa Barat mengakibatkan aktivitas
perdagangan, terutama di wilayah pedesaan, belum mampu mendorong kinerja sektor PHR secara
keseluruhan.
Terdapat beberapa indikasi melambatnya subsektor perdagangan eceran, diantaranya adalah
perlambatan dari indeks Penjualan Eceran serta penurunan Indeks Pembelian Durable Goods (barang
tahan lama) selama triwulan I-2010 (Grafik 1.34). Kedua indikator tersebut mengindikasikan adanya
perlambatan pada subsektor perdagangan eceran. Sementara itu, melambatnya subsektor
perdagangan besar salah satunya tercermin dari turunnya arus bongkar muat di Pelabuhan Cirebon
selama triwulan I-2010 (Grafik 1.35). Tercatat sekitar 796 ribu ton muatan melalui Pelabuhan Cirebon
selama Januari s.d. Maret 2010, lebih rendah dibandingkan muatan pada periode yang sama di tahun
2009 yang tercatat sekitar 1.003 ribu ton.
Grafik 1.34. Indeks Penjualan Eceran
-15 0 15 30
60 100 140 180
1 23 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 34 5 6 7 89 10 11 12 1 23
2008 2009 2010
%
Indeks Penjualan Eceran Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Bandung
Grafik 1.35. Arus Bongkat Muat di Pelabuhan Cirebon
0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010
ton
Sumber: PT Pelindo II
Sementara itu, perlambatan pertumbuhan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di Jawa Barat
mengindikasikan melambatnya subsektor hotel pada triwulan I-2010 (Tabel 1.4). Kunjungan
wisatawan mancanegara diperkirakan tidak banyak berubah, tercermin dari stabilnya angka jumlah
wisman yang masuk ke Jawa Barat melalui Bandara Husein Sastranegara dan Muarajati (Grafik 1.36).
Dilihat dari kebangsaannya, terjadi peningkatan jumlah wisman yang berkebangsaan Malaysia, yaitu
dari sebelumnya memiliki pangsa 78% dari keseluruhan wisman, meningkat menjadi 84% (Grafik
1.37).
Tabel 1.4. Indikator Perhotelan di Jawa Barat
2010
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
Hotel Bintang 42,31 41,40 40,03 40,45 43,65 43,10 46,93 49,67 48,16 22,8% 10,3% Hotel Non
Bintang 24,54 25,24 25,18 27,13 24,96 28,08 27,40 32,35 31,65 19,3% 26,8%
Hotel Bintang &
Non Bintang 36,01 31,22 32,84 33,87 35,23 36,75 37,33 42,75 42,85 26,2% 21,6%
Pertumbuhan Tw.I-10 (yoy) Tingkat Hunian
Kamar
2008 Pertumbuhan
Tw.IV-09 (yoy) 2009
Sumber: BPS Provinsi Jabar
Grafik 1.36. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3
2008 2009 2010
orang
Husein Sastranegara Muarajati Total
Sumber: BPS Provinsi Jabar
Grafik 1.37. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat
Malaysia 84% Singapura 8% Eropa 2% Amerika
1% Lainnya5%
Sumber: BPS Provinsi Jabar
Data penyaluran kredit perbankan Jawa Barat juga
tu