• Tidak ada hasil yang ditemukan

content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2014"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

S

egala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia–Nya kami keluarga besar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara bersama-sama menyelesaikan Laporan Kinerja KESDM Tahun 2014 yang merupakan tahun terakhir pelaksanaan Rencana Strategis Kement-erian ESDM dan Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014.

Laporan Kinerja KESDM Tahun 2014 merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja berikut pelaksa-naan tugas dan fungsi KESDM dalam pencapaian visi dan misi Kementerian ESDM selama tahun anggaran 2014. Penyusunan Laporan Kinerja KESDM disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan sesuai Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Penyusunan Laporan Kinerja ini juga menunjukkan komitmen dan tekad yang kuat KESDM dalam melaksanakan misi organisasi yang berorientasi pada hasil, baik berupa output maupun outcome. Selain menyajikan capaian pelaksanaan misi organisasi, Laporan Kinerja ini juga menguraikan kegiatan baik yang telah ataupun belum terca-pai targetnya pada tahun anggaran 2014, yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis KESDM 2010 - 2014. Oleh karena itu, Laporan Kinerja KESDM tahun 2014 ini juga merupakan pengejawantahan prinsip transparansi dalam akuntabilitas kinerja organisasi yang merupakan perwujudan nyata dari penyelengaraan pemerintahan yang baik (good governance).

Selain itu, penyusunan Laporan Kinerja KESDM dimaksudkan sebagai sarana untuk menyampaikan pertanggung-jawaban kinerja kepada seluruh pemangku kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/in-dustri sektor ESDM) serta merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelan-jutan.

Sebagai tahun terakhir pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan dalam RPJM Nasional 2010 – 2014 dan Rencana Strategis KESDM 2010 – 2014, selain pelaksanaan program yang mendukung pertumbuhan (pro growth), penciptaan lapangan kerja (pro job), berbagai upaya juga dilakukan dalam rangka mengentaskan kemiskinan (pro poor), melalui kegiatan yang terus dilaksanakan, antara lain pembentukan Desa Mandiri Energi, penyediaan air bersih, peningkatan listrik perdesaan dan melanjutkan program Community Devel-opment dalam bentuk kegiatan yang ramah lingkungan (pro environment).

(6)

yang telah berhasil dicapai. Bahkan untuk beberapa Indikator Kinerja Utama (IKU), target dapat dilampaui secara signiikan.

Dengan berbagai indikator capaian yang dituangkan dalam laporan ini, Kementerian ESDM berharap dapat mem-berikan gambaran obyektif tentang kinerja organisasi selama satu tahun. Capaian kinerja ini akan digunakan sebagai salah satu masukan untuk kegiatan pada tahun berikutnya. Dengan demikian diharapkan kinerja pada masa mendatang akan menjadi lebih produktif, efektif dan eisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan maupun koordinasi pelaksanaannya dalam pembangunan sektor ESDM. Hal ini dilakukan untuk mencapai pembangunan sektor ESDM dalam rangka menuju sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam proses penyusunan Laporan Kinerja KESDM Tahun 2014 ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, Februari 2015

Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral,

(7)
(8)
(9)
(10)

I.1 Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional

Laporan Kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Tahun 2014 merupakan media perwujudan pertanggungjawaban atas pencapaian pelaksanaan visi dan misi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menuju good governance.

Selain itu, penyusunan Laporan Kinerja KESDM dimaksudkan sebagai sarana untuk menyampaikan

pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/ Daerah, pelaku/ industri sektor ESDM) serta merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Dalam pembangunan nasional, sektor ESDM berperan sebagai penjamin sumber pasokan bahan bakar dan bahan baku (energi, mineral dan batubara) yang didukung oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah. Sektor ESDM berpengaruh terhadap indikator iskal, moneter, dan sektor riil. Untuk iskal, sektor ESDM selain berkontribusi kepada penerimaan negara (revenue) tapi juga menimbulkan konsekuensi subsidi dalam upaya

mewujudkan harga energi yang terjangkau. Untuk moneter, komoditas ESDM yang bersifat administered price berpengaruh terhadap inlasi. Untuk sektor riil, secara timbal balik, sektor ESDM turut menumbuh kembangkan investasi. Semua menjadi landas gerak pembangunan nasional melalui four tracks yaitu pertumbuhan (pro-growth), penciptaan lapangan kerja

(pro-job), pemerataan pembangunan dengan orientasi

pengentasan kemiskinan (pro-poor), dan kepedulian terhadap lingkungan (pro-environment).

Berdasarkan Perpres 24 tahun 2010 tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara:

Tugas Kementerian ESDM adalah menyelenggarakan urusan di bidang energi dan sumber daya mineral dalam pemerintahan, untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Fungsi Kementerian ESDM antara lain: perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang energi dan sumber daya mineral; pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian ESDM; pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian ESDM; dan

(11)

kebijakan energi perlu dikembangkan secara nasional maupun koordinasi kebijakan dan strategi secara global agar dunia terhindar dari konlik terbuka dan peperangan akibat perebutan sumber energi.

Persoalan geopolitik dan faktor-faktor lain di luar faktor ekonomi seperti perubahan iklim dan pemanasan global ikut berpengaruh pada keadaan energi di tingkat global terutama terkait permintaan dan penawaran serta harga energi.

Dalam konteks nasional:

Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan permintaan energi di dalam negeri. Untuk memenuhinya maka pemerintah harus mengukur potensi energi, kapasitas riil, dan peluang ke depan yang dapat dikembangkan, baik minyak, gas, batubara, dan energi terbarukan. Selain itu, pemerintah perlu memiliki kebijakan nasional tentang energi dan implementasi kebijakan yang tepat yaitu menumbuhkan gaya hidup masyarakat dan bangsa yang eisien, intervensi teknologi untuk mengatasi masalah, dan policy atau kebijakan.

Konteks khusus yang bersifat situasional:

Meningkatnya harga minyak dunia berpengaruh dan berdampak penting terhadap APBN, subsidi, iskal, dan lain-lain. Masalah ini tidak hanya terkait dengan sisi ekonomi dan sisi iskal dari dampak kenaikan harga minyak dunia (crude oil) tetapi juga terkait dengan aspek politik, aspek sosial, dan aspek keamanan nasional.

a. Paradigma Pengelolaan Energi

Paradigma kebijakan pengelolaan energi perlu diubah dengan menjadikan energi sebagai modal pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: • pemanfaatan sumber daya energi diutamakan

untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri, baik kebutuhan jangka menengah maupun jangka panjang;

• pemanfaatan sumber daya energi sebagai sumber devisa atau ekspor dilakukan jika kebutuhan dan keamanan pasokan energi di dalam negeri dalam jangka panjang sudah terpenuhi;

• menetapkan besaran pertumbuhan energi yang rasional dan memastikan Pemerintah Pusat/ Daerah menyediakan alokasi anggaran yang cukup untuk pengembangan dan penguatan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Sektor ESDM tetap menjadi andalan dan berpengaruh dalam mendukung pembangunan dan perekonomian nasional, baik melalui sisi iskal, moneter maupun sektor riil. Disamping itu sektor ESDM juga memiliki peranan penting yaitu sebagai penjamin sumber pasokan (energi dan minerba) yang didukung oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah.

Dari sisi iskal, sektor ESDM berkontribusi terhadap penerimaan negara (revenue) tapi di sisi lain menimbulkan konsekuensi subsidi energi. Dari moneter, komoditas ESDM yang bersifat adminestered price akan berperan terhadap besaran/ dinamika inlasi nasional. Sedangkan dari sektor riil, secara timbal balik, sektor ESDM berperan terhadap tumbuhnya investasi dan di saat bersamaan juga membutuhkan investasi untuk berkembang.

I.2. Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan Enegi Nasional jangka panjang sampai dengan tahun 2050 dirumuskan oleh Dewan Energi Nasional yang diketuai oleh Presiden RI yang merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Kebijakan Energi Nasional dirumuskan melalui mekanisme Persidangan Dewan Energi Nasional (Sidang Anggota dan Sidang Paripurna yang dipimpin oleh Presiden RI selaku Ketua Dewan Energi Nasional). Kebijakan Energi Nasional tersebut telah mendapatkan persetujuan DPR-RI melalui Rapat Paripurna DPR-RI pada tanggal 28 Januari 2014.

Presiden RI selaku Ketua Dewan Energi Nasional, dalam Sidang Paripurna Dewan Energi Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2012 menekankan tiga permasalahan sektor energi yang dihadapi saat ini, yaitu:

Dalam konteks global:

Pada tahun 2045, penduduk dunia yang akan mencapai 9 miliar jiwa menyebabkan peningkatan permintaan bangsa-bangsa di dunia terhadap energi sehingga memerlukan tambahan energi sebesar 60-70% dari energi yang dihasilkan dunia saat ini.

Di sisi lain, energi akan menjadi sumber pertentangan dan sumber konlik yang dapat menimbulkan krisis di dunia. Oleh karena itu,

RINGKASAN EK

SEK

(12)

• pemanfaatan energi secara eisien di semua sektor; • akses masyarakat terhadap energi secara adil dan

merata;

• pengembangan kemampuan teknologi, industri dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia; • terciptanya lapangan kerja; dan

• terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

d. Sasaran Kebijakan Energi Nasional

Sumber energi dan/atau sumber daya energi ditujukan untuk modal pembangunan guna sebesar-besar kemakmuran rakyat, dengan cara mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi nasional, penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja.

Sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi primer dan energi inal adalah sebagai berikut:

a. terpenuhinya penyediaan energi primer pada tahun 2025 sekitar 400 MTOE, dan pada tahun 2050 sekitar 1.000 MTOE;

b. tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita pada tahun 2025 sekitar 1,4 TOE, dan pada tahun 2050 sekitar 3,2 TOE;

c. terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025 sekitar 115 GW, dan pada tahun 2050 sekitar 430 GW;

d. tercapainya pemanfaatan listrik per kapita pada tahun 2025 sekitar 2.500 KWh, dan pada tahun 2050 sekitar 7.000 KWh.

Untuk pemenuhan penyediaan energi dan pemanfaatan energi sebagaimana dimaksud di atas, diperlukan pencapaian sasaran kebijakan energi nasional sebagai berikut:

a. terwujudnya paradigma baru bahwa sumber

energi merupakan modal pembangunan nasional; b. tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1

(satu) pada tahun 2025 yang diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi;

c. tercapainya penurunan intensitas energi inal sebesar 1 (satu) persen per tahun sampai dengan tahun 2025;

d. tercapainya rasio elektriikasi sebesar 85 (delapan puluh lima) persen pada tahun 2015 dan mendekati sebesar 100 (seratus) persen pada tahun 2020;

e. tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga infrastruktur energi sesuai penetapan besaran

pertumbuhan ekonomi baik pusat maupun daerah.

b. Proyeksi Kebutuhan Energi Sampai Dengan 2050

Kebijakan Energi Nasonal (KEN) menuju tahun 2050 adalah kebijakan Energi yang menjabarkan pasal 33 ayat 3 UUD’45 yang telah dituangkan di Undang Undang Energi No. 30 tahun 2007 yaitu kebijakan untuk menuju kemandirian dan ketahanan energi nasional yang berdaulat. KEN telah disusun berdasarkan asas kemanfaatan, rasionalitas, eisiensi berkeadilan, peningkatan nilai tambah, keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup, ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional. Tujuan pengelolaan energi sendiri seperti dicantumkan pada Bab II pasal 3, diantaranya: (i) tercapainya kemandirian pengelolaan energi nasional, (ii) terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri, pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dan peningkatan devisa Negara, (iii) terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelenjutan, (iv) tercapainya akses masyarakat yang tidak mampu, (v) tercapainya pengembangan kemampuan industri dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia, (vi) terciptanya lapangan kerja dan (vii) terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

c. Tujuan Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan energi nasional disusun sebagai pedoman untuk memberi arah pengelolaan energi nasional guna mewujudkan kemandirian energi dan ketahanan energi untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan. Kemandirian energi dan ketahanan energi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dicapai dengan berpedoman pada:

• sumber daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata tetapi sebagai modal pembangunan nasional;

• kemandirian pengelolaan energi;

• ketersediaan energi dan terpenuhinya kebutuhan sumber energi dalam negeri;

(13)

Untuk mewujudkan pengelolaan energi nasional disusunlah arah dan pokok Kebijakan Energi Nasional sampai dengan tahun 2050, dengan dua tahapan pencapaian yaitu periode sampai dengan tahun 2025 ditekankan untuk mendukung pembangunan Indonesia menjadi negara kekuatan ekonomi baru sejalan dengan RPJPN dan periode 2025 – 2050 ditekankan untuk mencapai ketahanan energi nasional guna mendukung pembangunan Indonesia menjadi negara maju.

Arah dan pokok Kebijakan Energi Nasional disusun dalam sepuluh bagian, yaitu:

1. Ketersediaan Energi Untuk Kebutuhan Nasional; 2. Prioritisasi Pengembangan Energi;

3. Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional; 4. Cadangan Penyangga Energi Nasional; 5. Konservasi dan Diversiikasi Energi; 6. Lingkungan dan Keselamatan; 7. Harga, Subsidi dan Insentif Energi;

8. Infrastruktur, Akses Masyarakat dan Industri Energi;

9. Penelitian dan Pengembangan Energi; 10. Kelembagaan dan Pendanaan;

I.3 Kinerja Sektor ESDM

Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM yang mencakup pada tahun 2015 sebesar 85 (delapan puluh lima)

persen;

f. tercapainya bauran energi primer yang optimal; g. pada tahun 2025 peran energi baru dan energi

terbarukan paling sedikit 23 (dua puluh tiga) persen, dan pada tahun 2050 paling sedikit 31 (tiga puluh satu) persen sepanjang keekonomiannya terpenuhi;

h. pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25 (dua puluh lima) persen, dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20 (dua puluh) persen; i. pada tahun 2025 peran batubara minimal 30 (tiga

puluh) persen, dan pada tahun 2050 minimal 25 (dua puluh lima) persen;

j. pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22 (dua puluh dua) persen, dan pada tahun 2050 minimal 24 (dua puluh empat) persen.

e. Arah Kebijakan Energi Nasional

Arah Kebijakan Energi Nasional adalah dengan menekan laju konsumsi energi nasional sehingga pada tahun 2025, konsumsi dapat ditekan sebesar 33,85% dari skenario business as usual (BAU) atau menurun dari 5.100 SBM menjadi 3.200 SBM.

Bauran energi juga diubah dengan lebih mengutamakan peranan energi baru terbarukan dan menurunkan ketergantungan akan energi fosil. Peranan energi baru terbarukan akan ditingkatkan hingga mencapai 23%.

Gambar 02 – Arah Kebijakan Energi s.d. 2025

RINGKASAN EK

SEK

(14)

nasional. Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi setidaknya 30% terhadap penerimaan negara. Minyak dan gas bumi masih merupakan penghasil penerimaan negara terbesar. Pada tahun 80-an, komoditi migas merupakan sumber utama bagi penerimaan negara, dimana kontribusinya bahkan mencapai lebih dari 70%. Penerimaan dan kontribusi migas terhadap APBN tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi dan harga minyak. Sejak pertengahan tahun 90-an produksi minyak bumi, yang merupakan energi habis pakai, mulai menurun.

Namun demikian, seiring dengan optimisme dan kerja keras, meskipun produksi minyak nasional relatif menurun, realisasi penerimaan migas selalu melebihi dari target yang ditetapkan setiap tahunnya. Dengan proporsi produksi migas yang selalu jauh lebih besar dibandingkan dengan komoditi lainnya di sektor ESDM, maka realisasi total penerimaan sektor ESDM juga selalu lebih tinggi dari targetnya.

Graik di atas menunjukkan bahwa trend realisasi penerimaan sektor ESDM dalam 4 tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif . Hal ini menunjukkan bukti bahwa sektor ESDM masih mempunyai peran yang besar dalam penerimaan APBN (dimana Minyak dan gas bumi masih merupakan komoditi primadona). Pada tahun 2014, penerimaan migas sebesar 89,5% antara lain: pasokan energi dan mineral, penerimaan

sektor ESDM, investasi, Subsidi, dan pembangunan daerah. Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari kegiatan atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM, penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.

Laporan Kinerja KESDM Tahun 2014 merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan Rencana Strategis KESDM Tahun 2010-2014, oleh sebab itu disamping melaporkan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) Tahun 2014, dalam Laporan Kinerja Tahun 2014 ini juga berisi perbandingan capaian kinerja dengan periode sebelumnya.

Pada Tahun 2014 ini, telah dilaksanakan berbagai upaya dalam rangka pelaksanaan kebijakan ESDM. Hasil‐hasil capaian strategis dari berbagai kegiatan Kementerian ESDM selama kurun waktu tersebut diuraikan, sebagai berikut:

Penggerak Perekonomian Nasional

Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian

278.4 301.6 305.6 320.3

2011 2012 2013 2014

107.3 122.2 140.4

35.4

2011 2012 2013 2014

0.43 0.74

0.87 0.75

2011 2012 2013 2014

1.89

0.87 0.99 1.10

2011 2012 2013 2014

1 MIGAS

2 MINERBA* 4 Lain-lain

3 EBT

388.0

425.4 447.9 357.5

2011 2012 2013 2014

5 TOTAL

(Rp Triliun)

(15)

Dari sisi jumlah, subsidi BBM dari target 46 ribu KL teralisasi 46,79 ribu KL, atau lebih tinggi 1,04% dari target. Untuk LPG dari target 5.013 ribu MT terealisasi 4.997 atau mencapai 99,68% dari target.

Untuk subsidi listrik, realisasi tahun 2013 sebesar Rp 89,6 triliun lebih tinggi dari target Rp 87,2 triliun. Namun apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 yang sebesar Rp. 100,2 triliun. Hal ini disebabkan adanya kenaikan kenaikan tarif dasar listrik yang dapat menekan jumlah subsidi.

dari total penerimaan sektor ESDM atau Rp320,25 triliun berasal dari penerimaan migas, dan selebihnya Rp35,4 triliun dari pertambangan umum (9,9%), Rp0,75 triliun dari panas bumi (0,2%), dan Rp1,1 triliun dari penerimaan lainnya (0,3%).

Nilai investasi sektor ESDM secara relatif meningkat. Realisasi investasi pada tahun 2014 sebesar US$ 33,06 miliar meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar US$ 27,82 miliar. Walaupun realisasi investasi meningkat dibandingkan tahun 2013, namun bila dibandingkan dengan target pada tahun 2014 masih belum tercapai. Tidak tercapainya target investasi tahun 2014 antara lain disebabkan karena beberapa kegiatan operasi sektor ESDM mengalami kendala baik teknis maupun administrasi.

Berkurangnya Subsidi Energi Sehingga Mengurangi Beban APBN

Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM dan listrik guna mengurangi beban APBN. Pada tahun 2014 realisasi subsidi energi sebesar Rp 239,99 triliun dibawah target yang sebesar Rp. 246,49 triliun. Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga BBM yang dapat menekan jumlah subsidi.

Gambar 0.4 Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014

Gambar 0.5 Subsidi Energi 2011 - 2014

5.0 5.6 4.3 4.3

2011 2012 2013 2014

18.7 19.6 15.0

20.7

2011 2012 2013 2014

0.10 0.31 3.34

0.61 2011 2012 2013 2014

3.41 4.26 5.13 7.43

2011 2012 2013 2014

1 LISTRIK

2 MIGAS 4 MINERBA

3 EBT

27.2 29.8

27.8 33.1

2011 2012 2013 2014

(16)

tersebut, dilakukan upaya antara lain pembangunan pembangkit listrik dengan program 10.000 MW tahap I, 10.000 MW tahap II dan IPP.

Kapasitas terpasang pembangkit listrik tahun 2014 ditargetkan sebesar 48.635 MW. Pada realisasinya, kapasitas terpasang pembangkit tahun 2014 mencapai 48.274,6 MW atau 99,26% terhadap target tahun 2014. Pada tahun 2014 ini produksi mineral relatif baik yaitu mencapai 586,3 Juta ton, capaian ini lebih rendah dari jumlah produksi mineral yang ditargetkan yaitu sebesar 825,5 Juta atau capaian kinerja sebesar 71,02%. Sebaliknya dengan produksi batubara, Pertumbuhan produksi batubara selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan tren yang positif setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa batubara juga mempunyai peranan penting dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional, karena secara langsung juga meningkatkan penerimaan Negara. Pada tahun 2014 ini Produksi batubara pada ditargetkan sebesar 421 juta ton. Pada realisasinya, produksi batubara tahun 2014 mencapai 458 juta ton atau capaian kinerja sebesar 108,79% terhadap target tahun 2014.

Pembangunan Daerah

Disamping sebagai kontributor penting terhadap penerimaan nasional, sektor ESDM juga turut mendukung pembangunan daerah, beberapa Penjamin Sumber Pasokan Energi

Untuk mendukung peningkatan kebutuhan energi nasional yang terus bertumbuh maka dibutuhkan adanya peningkatan produksi energi dan sumber daya mineral secara berkelanjutan. Produksi minyak sejak tahun 2011 terus menurun dengan decline rate sekitar 3 persen per tahun. Pada tahun 2014, produksi minyak terus menurun mencapai sebesar 794 ribu barel per hari. Sedangkan produksi gas bumi pada tahun 2014 sebesar 1.221 ribu BOEPD.

Meskipun demikian, kemampuan produksi gas bumi ini belum dapat memenuhi kebutuhan gas bumi yang terus meningkat. Upaya pengembangan lapangan gas baru cenderung menemukan cadangan yang mengecil pada mayoritas temuan lapangan gas. Sementara, upaya pengembangan infrastruktur gas bumi masih sangat terbatas.

Terkait dengan energi domestik, permintaan kebutuhan energi listrik meningkat tiap tahunnya. Kebutuhan listrik selalu melebihi dari kapasitas terpasang yang ada. Krisis ekonomi 1998/1999, memiliki dampak sangat luas bagi pembangunan ketenagalistrikan. Krisis tersebut, menyebabkan tidak adanya investasi yang masuk dan pertumbuhan kapasitas pembangkit terhambat. Bahkan proyek-proyek IPP pun menjadi terhenti. Untuk mengejar pertumbuhan kebutuhan

1,508 1,455 1,441

1,221 902

860 825

794

2011 2012 2013 2014

Minyak Bumi Gas Bumi

Minyak Bumi

61% Gas

Bumi 39%

2014

(Rp Triliun)

(17)

dan biomassa. Target Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN dan Non BBN pada tahun ini 2014 sebanyak 50 DME, realisasi sebanyak 54 DME atau capaian 108%. Realisasi tersebut diperoleh dari 29 berbasis BBN dan 25 berbasis Non BBN.

3. Jumlah sumur bor daerah sulit air.

Program pembangunan daerah lainnya, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah program penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah dalam di daerah sulit air. Program tersebut dilakukan sejak tahun 1995 melalui pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini.

Pada tahun 2014 Kementerian ESDM menargetkan sebanyak 200 titik/lokasi titik bor yang dapat direalisasikan 199 titik atau capaian 99,5%, dengan hasil jumlah debit air/tahun 1.425.960 liter/jam, dan jumlah peruntukan 190.128 jiwa atau rata-rata setiap sumur bor mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk 960 orang.

Meningkatnya Kemampuan Pemanfaatan Energi Terbarukan

Ketergantungan terhadap kebutuhan energi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, sedangkan kemampuan ketersediaan sumberdaya energi diantaranya adalah program listrik pedesaan, program

Desa Mandiri Energi (DME) dan penyediaan air bersih (pemboran air tanah).

Capaian kinerja pendukung pembangunan daerah adalah sebagai berikut:

1. Program Listrik Pedesaan

Pembangunan daerah juga dilakukan melalui program listrik perdesaan (lisdes), yaitu melalui pembangunan Gardu Distribusi dan Jaringan Distribusi. Pada tahun 2014, realisasi pembangunan jaringan distribusi dapat melampaui dari target yang ditetapkan yaitu 9.542,62 kms atau 142% dari target sebesar 6.713,93 kms. Demikian pula dengan pembangunan gardu distribusi, di tahun 2014 realisasi juga melebihi target, yaitu sebesar 180,93 MVA atau 121% dari target sebesar 148,89 MVA.

2. Desa Mandiri Energi

Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya

Gambar 0.7 Realisasi Produksi Ekspo DMO Batubara Tahun 2011 - 2014

353.0

(18)

Untuk menghasilkan produk yang tidak kalah bersaing baik dalam segi kompetensi, mutu, harga dan jangka waktu penyerahan barang/peralatan, maka dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi di bidang pertambangan.

Penggunaan barang dan jasa dalam negeri ditujukan untuk menekan biaya produksi dan menumbuhkan ekonomi lokal, Dengan meningkatkan pengunaan barang dan jasa dalam negeri diharapkan industri pertambangan akan lebih banyak dapat menampung tenaga kerja.

Salah satu cara yang dilakukan dalam meningkatkan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri, Ditjen Minerba menghimbau agar instansi terkait yang membawahi langsung pembinaan industri produksi dalam negeri dapat menjalin kerjasama yang baik dalam upaya peningkatan volume dan jenis produksi dalam negeri yang dipasok kedalam industri pertambangan di Indonesia.

Pencapaian kinerja Tahun 2014 mengenai Persentase pemanfaatan barang dalam negeri untuk sub sektor migas mencapai 54% dan untuk sub sektor mineral dan batubara sebesar 76,7%.

Kemampuan Pengungkapan dan Pemanfaatan Potensi ESDM

Kegiatan eskplorasi dan eksploitasi ESDM bukanlah pekerjaan yang mudah sebab umumnya potensi di sektor ini berada di dalam perut bumi. Oleh sebab itu, dituntut kemampuan penguasaan teknologi yang tinggi. Terkait dengan hal ini maka pemerintah konvensional dari waktu ke waktu mengalami

penurunan akibat ekploitasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Menimbang bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan yang terbatas, maka perlu adanya kegiatan diversiikasi atau penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversiikasi energi dilakukan melalui upaya pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), seperti panas bumi, tenaga air, energi surya, energi angin, biomassa, dan energi nuklir. Dengan memanfaatkan EBT, ketergantungan akan penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar fosil.

Pada tahun 2014, lokasi pembangunan infrastruktur bidang energi baru terbarukan semakin meningkat sebanyak 124 lokasi, dengan rincian jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang panas bumi 2 lokasi, bidang digester biogas 21 lokasi, bidang PLTMH 14 lokasi, dan bidang PLTS (Terpusat) 87 lokasi.

Pemberdayaan Kapasitas Nasional

Terwujudnya pemberdayaan nasional salah satu indikator kinerjanya adalah penggunaan kandungan lokal (produk dalam negeri). Penggunaan produksi dalam negeri untuk menggantikan barang impor tidak bisa dilakukan sekaligus, namun perlu dilakukan upaya terus-menerus sejak sekarang agar target pencapaian kandungan lokal secara maksimum dapat dicapai.

Tabel 0.1 Jumlah Lokasi pembangunan Infrastruktur Energi terbarukan

Pemberdayaan Kapasitas Nasional

No Indikator Jumlah Lokasi

1. Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang Panas Bumi 2 2. Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang Digester Biogas 21 3. Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTMH 14 4. Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS (Terpusat) 87

(19)

melalui berbagai indikator kinerja sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini:

Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan Gas Bumi Melalui Pipa

Sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Undang Undang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang tugas pokok dan fungsi Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (BPH Migas), adalah melakukan pengawasan terhadap

Usaha Niaga Umum dan terbatas pemegang izin usaha penyediaan dan pendistribusian BBM Non PSO terealisasi 101 badan usaha dari target sebanyak 75 badan usaha.

Terwujudnya Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik dan Peningkatan Kualitas SDM

Salah satu komitmen utama pemerintah yang dituangkan dalam RPJM 2004-2009 adalah perwujudan

pemerintahan yang baik (Good Governance).

Keberhasilan hal ini dapat digambarkan melalui berusaha untuk meningkatkan kemampuan

pengungkapan dan pemanfaatan potensi ESDM guna meningkatkan jumlah produksi yang akhirnya akan menjamin ketersediaan pasokan ESDM dalam negeri secara berkesinambungan.

Selanjutnya, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi ESDM harus didukung dengan penyediaan basis data yang baik (misalnya berupa data usulan WKP, peta geologi, data dan informasi mitigasi), produk penelitian dan pengembangan (misalnya berupa paten dan hak cipta, makalah dan pilot plant serta demo plant). Oleh sebab itu, capaian kinerja sasaran ini juga digambarkan

pelaksanaan penyediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan pengangkutan Gas Bumi melalui pipa, dalam suatu pengaturan agar ketersediaan dan distribusi BBM yang ditetapkan Pemerintah dapat terjamin di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta meningkatkan pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri.

Pada tahun 2014 jumlah Badan Usaha yang mendapatkan Nomor Registrasi Usaha (NRU) dari BPH Migas sebanyak 51 badan usaha dari target 15 badan usaha atau capaian 340%. Dan untuk jumlah Badan

Tabel 0.2 Indikator Kinerja Pengungkapan Pemanfaatan Potensi ESDM

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

1. Jumlah peta geologi yang dihasilkan Peta 820 595 72,5%

2.

Jumlah wilayah keprospekan, potensi, dan

status sumber daya geologi (panas bumi,

batubara, Shale Gas, Bitumen padat, dan

mineral)

Lokasi

80 82 102,5%

3.

Jumlah gunung api yang dipantau untuk

kegiatan gunung api aktif tipe A dari Pos

Pengamatan Gunung Api

Gunung Api

70 70 100%

4. Jumlah usulan Paten, Hak Cipta, dan litbang

inovasi

Usulan Paten/

Hak Cipta 20 26 130%

5. Jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan oleh

media yang terakreditasi

Makalah

67 98 146,3%

6.

Jumlah Pilot Plant/Demo Plant atau Rancang

(20)

diantara sasaran strategis tersebut memperoleh nilai capaian lebih dari 100 persen. Namun demikian, masih terdapat beberapa IKU yang masih belum mencapai target yang ditentukan. Kedepannya Kementerian ESDM akan senantiasa terus berupaya dan bekerja lebih keras lagi untuk menyempurnakan langkah-langkah strategis melalui penajaman berbagai program dan kegiatan, sehingga hasil pembangunan sektor ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu, guna menciptakan birokrasi yang efesien dan efektif, Kementerian ESDM berkomitmen untuk melaksanakan reformasi birokrasi secara komprehensif.

berbagai indikator antara lain dalam pengelolaan keuangan negara, jumlah rancangan peraturan perundang-undangan sektor ESDM yang diselesaikan, dan jumlah unit Eselon I yang akuntabilitasnya meningkat. Sedangkan untuk peningkatan kualitas SDM indikatornya antara lain jumlah SDM yang ditingkatkan kemampuannya dan jumlah penyelenggaraan diklat dalam setahun. Berikut adalah capaian kinerja dari indikator tersebut.

Berdasarkan evaluasi internal atas Laporan Kinerja KESDM dapat disimpulkan secara umum pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2014 telah sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

1. Opini BPK terhadap laporan keuangan

KESDM

Jenis Opini WTP WTP 100%

2. Jumlah rancangan peraturan perUUan

sektor ESDM yang diselesaikan

Rancangan 25 53 212%

3. Jumlah unit eselon I yang akuntabilitas

kinerjanya meningkat

Unit 2 8 400%

4. Jumlah unit eselon I yang telah

melaksanakan Diagnostic Assesment

terhadap unsur SPIP

Unit 2 8 400%

5. Jumlah SDM yang ditingkatkan

kemampuannya

Orang 3.202 3.704 115,6%

6. Jumlah penyelenggaraan diklat dalam

setahun

Diklat 512 659 128,7%

(21)

KATA PENGANTAR

PEJABAT ESELON I DI LINGKUNGAN KESDM

RINGKASAN EKSEKUTIF

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional

1.2.

Peran dan Posisi Kementerian ESDM Sebagai Regulator

1.3.

Tugas dan Fungsi KESDM

BAB II RPJM 2010 – 2014

2.1.

Kondisi Umum

2.2.

Visi dan Misi Pembangunan Nasional

2.3.

Prioritas, Sasaran dan Arah Kebijakan Pembangunan Nasional

2.4.

Peran Sektor ESDM dalam RPJMN 2010 - 2014

2.5.

Strategi dan Arah Kebijakan

BAB III PERENCANAAN STRATEGIS

3.1.

Visi dan Misi

3.2.

Tujuan dan Sasaran Strategis

3.3.

Indikator Kinerja Utama

BAB IV RENCANA KINERJA

4.1.

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014

4.2.

Kebijakan dan Strategi Tahun 2014

4.3.

Rencana Kinerja Tahun 2014

BAB V AKUNTABILITAS KINERJA

5.1.

Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013

5.2.

Capaian Indikator Kinerja Utama

5.3.

Capaian Kinerja Tujuan Strategis

(22)

BAB VI PENUTUP

6.1.

Capaian Kinerja Utama

6.2.

Capaian Kinerja Sasaran Strategis

6.3.

Komitmen Langkah Perbaikan ke Depan

LAMPIRAN:

1.

Penetapan Kinerja Tahun 2014

2.

Pengukuran Kinerja Tahun 2014

229

233

233

237

239

239

249

12.

(23)

Tabel 0.1.

Jumlah Lokasi pembangunan Infrastruktur Energi terbarukan

Tabel 0.2.

Indikator Kinerja Pengungkapan Pemanfaatan Potensi ESDM

Tabel 0.3.

Indikator Kinerja Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Peningkatan

Kualitas

SDM

Tabel 1.1.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil KESDM Tahun 2014

Tabel 1.2.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kementerian ESDM Tahun 2014 Menurut

Tingkat

Pendidikan

Tabel 2.1.

Sasaran Pembangunan Nasional Sektor ESDM

Tabel 3.1.

Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.2.

Indikator Kinerja Utama

Tabel 4.1.

Tujuan 1: Terjaminnya pasokan energi dan bahan baku domestik

Tabel 4.2.

Tujuan 2: Meningkatnya investasi sektor ESDM

Tabel 4.3.

Tujuan 3: Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan

Negara

Tabel 4.4.

Tujuan 4: Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam

Pembangunan daerah

Tabel 4.5.

Tujuan 5: Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan

Listrik

Tabel 4.6.

Tujuan 6: Peningkatan peran penting sektor ESDM dalam peningkatan

Surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor

Tabel 4.7.

Tujuan 7: Terwujudnya peningkatan efek berantai/ketenagakerjaan

Tabel 5.1.

Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2014

Tabel 5.2.

Perbandingan Jumlah WKP Panas Bumi yang Telah Ditetapkan per

Tahun

Tabel 5.3.

Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2014

Tabel 5.4.

Perbandingan Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2010-2014

Tabel 5.5.

Perbandingan Realisasi Produksi Biodiesel Tahun 2010-2014

Tabel 5.6.

Perbandingan Realisasi Produksi Biogas Tahun 2010-2014

Tabel 5.7.

Realisasi Rasio Elektriikasi 2010 – 2014

Tabel 5.8.

Perbandingan Realisasi Desa Mandiri Energi 2009-2014

Usulan WKP Panas Bumi Tahun 2014

Daftar Usulan Rekomendasi Wilayah Kerja CBM

Usulan WIUP Batubara Tahun 2014

Usulan WIUP Mineral Logam dan Bukan Logam Tahun 2014

Tabel 5.9.

Indikator Kinerja Sasaran 1

xiv

xv

xvi

8

8

16

27

34

46

47

48

48

48

48

49

55

59

62

63

64

65

69

73

74

74

75

75

81

DAFTAR TABEL

D

AFT

(24)

Tabel 5.10.

Prognosa dan Realisasi Minyak Bumi Tahun 2010 - 2014

Tabel 5.11.

Lifting Minyak Bumi Tahun 2014 (Des’13 – Nov’14)

Tabel 5.12.

Prognosa dan Realisasi Gas Bumi Tahun 2010 - 2014

Tabel 5.13.

Lifting Gas Bumi Tahun 2014 (Des’13 – Nov’14)

Tabel 5.14.

DMO Tahun 2014 (sesuai Kepmen ESDM No.2901.K/30/MEM/2013)

Tabel 5.15.

Daftar Badan Usaha Pengolahan Hasil Olahan

Tabel 5.16.

Time Schedule Pembangunan Kilang Mini

Tabel 5.17.

Indikator Kinerja Sasaran 2

Tabel 5.18.

Indikator Kinerja Sasaran 3

Tabel 5.19.

Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTPTahun 2010 s.d 2014

Tabel 5.20.

Kapasitas Terpasang PLT Biomassa Tahun 2014

Tabel 5.21.

Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2010 s.d 2014

Tabel 5.22.

Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTS Tahun 2010 s.d 2014

Tabel 5.23.

Indikator Sasaran 4

Tabel 5.24.

Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga Tahun 2014

Tabel 5.25.

Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik PLN dan IPP Per-Pulau

Tabel 5.26.

Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2010 s.d 2014

Tabel 5.27.

Jumlah Lokasi Pembangunan Infrastruktur EBT

Tabel 5.28.

Perbandingan Pembangunan Infrastruktur Bidang Panas Bumi Tahun

2010 s.d 2014

Tabel 5.29

Perbandingan pembangunan infrastruktur bidang Digester Biogas

dari tahun 2010 - 2014

Tabel 5.30.

Pembangunan Infrastruktur Bidang Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Hidro

(PLTMH)

Tabel 5.31.

Perbandingan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PLTMH

Tahun 2010 – 2014

Tabel 5.32.

Perbandingan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PLTS Tahun

2010 – 2014

Tabel 5.33.

Indikator Kinerja Sasaran 5

Tabel 5.34.

Indikator Kinerja Sasaran 6

Tabel 5.35.

Tabel 5.35 Realisasi Nilai Investasi Periode Tahun 2010 – 2014

Tabel 5.36.

Investasi Sub Sektor EBT Tahun 2014

Tabel 5.37.

Indikator Kinerja Sasaran 7

Tabel 5.38.

Penerimaan Negara Sub Sektor Migas Tahun 2014

Tabel 5.39.

Perkembangan penerimaan negara subsektor migas

tahun 2010 – 2014

Tabel 5.40.

Realisasi PNBP Sub Sektor Minerba 2009-2014

Tabel 5.41.

Indikator Kinerja Sasaran 8

Tabel 5.42.

Realisasi Dana Bagi Hasil Periode 2010-2014

Tabel 5.43.

Realisasi Dana Community Development (Comdev) 2009-2014

(25)

Tabel 5.44.

Realisasi CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014

Tabel 5.45.

Pelaksana CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014

Tabel 5.46

Realisasi Jaringan Distribusi, Gardu Distribusi, serta Program Instalasi

Listrik Gratis Kepada Nelayan dan Rakyat Tidak Mampu tahun 2014

Tabel 5.47.

Perbandingan Realisasi Desa Mandiri Energi 2009-2014

Tabel 5.48.

Lokasi Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN

Tabel 5.49.

Lokasi Desa Mandiri Energi (DME) berbasis Non BBN - PLTMH

Tabel 5.50.

Lokasi Desa Mandiri Energi (DME) berbasis Non BBN – PLTS Terpusat

Tabel 5.51.

Indikator Kinerja Sasaran 9

Tabel 5.52.

Subsidi Energi Tahun 2013 - 2015

Tabel 5.53.

Volume BBM Bersubsidi Tahun 2014

Tabel 5.54.

Realisasi LPG 3kg per Provinsi Tahun 2014

Tabel 5.55.

Indikator Kinerja Sasaran 10

Tabel 5.56.

IIndikator Kinerja Sasaran 11

Tabel 5.57.

Tenaga Kerja Nasional Sub Sektor Migas Tahun 2010 - 2014

Tabel 5.58.

Indikator Kinerja Sasaran 12

Tabel 5.59.

Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) Sub Sektor Migas

Tabel 5.60.

Jumlah Tenaga Kerja Pada Perusahaan Pertambangan

Tahun 2010 - 2014

Tabel 5.61.

Pengendalian Impor Barang Operasi Perminyakan Tahun 2012 - 2014

Tabel 5.62.

Realisasi Masterlist KK dan PKP24 Periode Tahun 2010-2014

Tabel 5.63.

Indikator Kinerja Sasaran 13

Tabel 5.64.

Indikator Kinerja Sasaran 14

Tabel 5.65.

Program Prioritas Nasional KESDM

Tabel 5.66.

Indikator Kinerja Sasaran 1 Penunjang

Tabel 5.67.

Realisasi Anggaran Tahun 2014

Tabel 5.68.

Program Prioritas Nasional KESDM

Tabel 5.69.

Program Prioritas Nasional KESDM

Tabel 5.70.

Indikator Kinerja Sasaran 2 Penunjang

Tabel 5.71.

Nilai Evaluasi LAKIP pada Eselon I di Lingkungan KESDM

Tabel 5.72.

Indikator Kinerja Sasaran 3 Penunjang

Tabel 5.73.

Indikator Kinerja Sasaran 4 Penunjang

Tabel 5.74.

Capaian Kinerja Pengungkapan Sumber Daya Geologi Tahun 2014

Status Potensi Panas Bumi Tahun 2014 (Awal Desember)

Tabel 5.75.

Perkembangan Status Potensi Energi Panas Bumi Tahun 2010 – 2014

Tabel 5.76.

Rekapitulasi Status Neraca Sumber Daya dan Cadangan

Tabel 5.77.

Mineral Logam Strategis Tahun 2014

Tabel 5.78.

Tabel Capaian Hasil Penyelidikan/Penelitian Konservasi Sumber Daya

Geologi

2014

Tabel 5.79.

Data Pemetaan Geologi Gunung api

(26)

Tabel 5.80.

Data Pemetaan KRB Gunung api

Tabel 5.81.

Indikator Kinerja Sasaran 5 Penunjang

Tabel 5.82.

Penyelenggaraan Diklat Berdasarkan Bidang Diklat Tahun 2014

Tabel 5.83.

Peserta Diklat Berdasarkan Bidang Diklat Tahun 2014

Tabel 5.84.

Diklat Hemat Listrik dan Air Tahun 2014

Tabel 5.85.

Diklat Pengawasan dan Perizinan Tambang Tahun 2014

Tabel 5.86.

Diklat Pengembangan Tambang Bawah Tanah Tahun 2014

Tabel 5.87.

Diklat Pengawasan Ketenagalistrikan Tahun 2014

Tabel 5.88.

Diklat Penunjang Kebijakan KEBTKE Tahun 2014

Tabel 5.89.

Diklat Peningkatan Produksi Migas Tahun 2014

Tabel 5.90.

Diklat Pendukung Kebijakan Konversi BBM ke BBG Tahun 2014

Tabel 5.91.

Diklat Mitigasi Bencana Geologi Tahun 2014

Tabel 5.92.

Diklat Unggulan Geologi Tahun 2014

Tabel 5.93.

Diklat Berdasarkan Pengembangan Ekonomi Wilayah Strategis

Tahun

2014

Tabel 5.94.

Diklat Responsif Gender Tahun 2014

Tabel 5.95.

Diklat Pendukung Kebijakan Reformasi Birokrasi KESDM Tahun 2014

Tabel 5.96.

SDM Badan Diklat ESDM yang Ditingkatkan Kemampuannya

Tahun

2014

Tabel 5.97.

Penyusunan dan Penyempurnaan Dokumen Standar Diklat

Tahun

2014

Tabel 5.98.

Indikator Kinerja Sasaran 6 Penunjang

Tabel 5.99.

Kuota dan Realisasi Volume Penyaluran Jenis BBM Tertentu Tahun 2014

Tabel 5.100.

Indikator Kinerja Sasaran 7 Penunjang

Tabel 5.101.

Volume Gas Bumi yang Diniagakan Melalui Pipa

Tabel 5.102.

Realisasi Volume Gas Bumi yang Diniagakan Setiap Badan Usaha

Tabel 5.103.

Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa

Tabel 5.104.

Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa

Setiap Badan Usaha

Tabel 5.105.

Indikator Kinerja Sasaran 8 Penunjang

Tabel 6.1.

Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2014

Tabel 6.2.

Ringkasan Capaian Strategis Tahun 2014

206

208

209

210

211

211

213

213

214

214

215

215

215

215

216

218

219

220

220

221

223

224

224

225

(27)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 0.1.

Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional

Gambar 0.2.

Arah Kebijakan Energi s.d. 2025 \

Gambar 0.3.

Penerimaan Negara Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014

Gambar 0.4.

Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014

Gambar 0.5.

Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014

Gambar 0.6.

Produksi Minyak dan Gas Bumi Tahun 2011 - 2014

Gambar 0.7

Realisasi Produksi Ekspo DMO Batubara Tahun 2011 - 2014

Gambar 1.1.

Lingkup Sektor ESDM

Gambar 1.2.

Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional

Gambar 1.3.

Landasan Hukum Pelaksanaan Kebijakan Sektor ESDM

Gambar 1.4.

Pengelolaan Sub Sektor Migas

Gambar 1.5.

Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan

Gambar 1.6.

Pengelolaan Sub Sektor Mineral dan Batubara

Gambar 1.7.

Struktur Organisasi KESDM

Gambar 1.8.

Diagram Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral

Tahun

2014

Gambar 1.9.

Diagram Jumlah PNS KESDM Menurut Tingkat Pendidikan

Gambar 3.1.

Isu Strategis Terkait Pengelolaan ESDM

Gambar 3.2.

Hubungan antara Tujuan Strategis

Gambar 3.3.

Pemetaan Tujuan dan Sasaran

Gambar 3.4.

Indikator Kinerja Utama KESDM

Gambar 4.1.

Kebijakan Energi dan Sumber Daya Mineral

Gambar 4.2.

Peta Cekungan Hidrokarbon Indonesia

Gambar 4.3.

Peta Cekungan Batubara dan CBM Indonesia

Gambar 5.1.

Gambaran Tahapan Laporan Kinerja

Gambar 5.2.

Graik Signature Bonus

Gambar 5.3.

Peta Wilayah Kerja Panas Bumi

Gambar 5.4.

Graik Produksi Batubara dan Peruntukannya

Gambar 5.5.

Bahan Baku Bioethanol

Gambar 5.6.

Bahan Baku Biodiesel

Gambar 5.7.

Graik Realisasi Penyaluran BBM Subsidi

Gambar 5.8.

Graik Realisasi Penyaluran LPG Tahun 2010-2014

Gambar 5.9.

Peta Sebaran Rasio Elektriikasi di Indonesia

Gambar 5....

Peta Usulan Wilayah Kerj Panas Bumi Daerah Cubadak-Talu,

Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat

(28)

Gambar 5....

Peta Usulan Wilayah Kerj Panas Bumi Daerah Cubadak-Talu,

Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat

Gambar 5....

Wilayah Prospek CBM di Kec. Batusoppang, Kalimantan Timur

Gambar 5....

Wilayah Prospek CBM di Daerah Srijaya Makmur, Musirawas Utara

Gambar 5....

Peta Indek Potensi Mineralisasi Fe-Cu-Pb-Zn di Kabupaten Solok

Gambar 5.10.

Graik Perkembangan Lifting Minyak Bumi 2010 - 2014

Gambar 5.11.

Graik Realisasi Produksi, Lifting dan Stok Minyak Bumi Tahun 2014

Gambar 5.12. Graik Perkembangan Lifting Gas Bumi 2010 - 2014

Gambar 5.13. Graik Produksi Batubara Tahun 2014

Gambar 5.14.

Graik Produksi Batubara Nasional Periode 2010 – 2014

Gambar 5.15.

Graik Supply Demand BBM di Indonesia

Gambar 5.16.

Perkembangan Kapasitas Kilang Minyak Indonesia

Gambar 5.17.

Graik Supply – Demand BBM dan Rencana Pembangunan Kilang

Gambar 5.18.

Graik Total Produksi LPG untuk Kebutuhan Dalam Negeri

Gambar 5.19.

Kilang LPG dan LNG di Indonesia

Gambar 5.20.

Graik Produksi LNG Nasional

Gambar 5.21.

Graik Realisasi Penyaluran Gas Pipa untuk Pupuk Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.22.

Pembangunan Jaringan Gas Bumi utnuk Rumah Tangga

Gambar 5.23.

Rasio Elektriikasi Tahun 2014

Gambar 5.24.

PLTS Terpusat Karang Asam Bali

Gambar 5.25.

Graik Intensitas Energi Primer (EP) dan Energi Final (EF)

Gambar 5.26.

Graik Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014

Gambar 5.27.

Graik Realisasi Investasi Migas 2010 - 2014

Gambar 5.28.

Jenis pelayanan di RPIIT

Gambar 5.29.

Halaman utama situs resmi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Gambar 5.30.

Tracking Perizinan Minerba

Gambar 5.31.

Graik Penerimaan Negara Migas Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.32.

Graik Pertumbuhan PNBP Periode 2010 - 2014

Gambar 5.33.

Perkembangan dan Target Mix Pembangkit Listrik 2008-2014

Gambar 5.34.

Dana Bagi Hasil Pertambangan Umun 2010 - 2014

Gambar 5.35.

Proses Penyetoran PNBP Sub Sektor Pertambangan Umum

Gambar 5.36.

Graik Anggaran dan Realisasi Program Pengembangan Masyarakat

2010 – 2014 dan Rencana 2015

Gambar 5.37.

Kegiatan Pemboran Air Tanah

Gambar 5.38.

Rumah Genset dan Penampungan Air

Gambar 5.39.

Peta Sebaran Lokasi Penyediaan Sarana Air Bersih Melalui

Pengeboran Air Tanah Dalam di Daerah Sulit Air Tahun 2014

Gambar 5.40.

Graik Realisasi Volume BBM Bersubsidi Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.41.

Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014

Gambar 5.42.

Graik Volume LPG Tahun 2010 - 2014

(29)

Gambar 5.43.

Penjelasan SIMOL3K : Jalur Distribusi LPG 3 kg

Gambar 5.44.

Peran SIMOL3K dan Distribusi Tertutup

Gambar 5.45.

Roadmap Subsidi Listrik 2010 - 2014

Gambar 5.46.

Graik Jumlah Impor BBM Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.47.

Graik Jumlah Impor BBM Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.48.

Graik Jumlah Impor Minyak Mentah Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.49.

Graik Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap Pada

Perusahaan Pertambangan Tahun 2010-2014

Gambar 5.50.

Graik TKDN Sub Sektor Migas

Gambar 5.51.

Prosentase Local Content Minerba Periode 2010-2014

Gambar 5.52.

Graik Proporsi jumlah IUJP dan SKT yang diterbitkan oleh Ditjen

Minerba Tahun 2014

Gambar 5.53.

Graik Jumlah Perusahaan Jasa Lokal/Nasional Tahun 2011 - 2014

Gambar 5.54.

Kontribusi pajak dari usaha jasa pertambangan lokal/nasional

Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.55.

Nilai Pembelanjaan Lokal dan Nasional usaha jasa pertambangan

Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.56

Diagram Persentase Pemberitaan 2014

Gambar 5.57.

Wilayah Kegiatan Interpretasi Geologi Berbasis Data Penginderaan

Jauh

T.A.

2014

Gambar 5.58.

Peta Interpretasi Geologi Berbasis Inderaan Jauh Skala 1:50.000

Lembar

Payakumbuh

Gambar 5.59.

Peta Geologi Regional Skala 1:50.000 Lembar Binuang

Gambar 5.60.

Wilayah Kerja Pemetaan Geokimia T.A. 2014

Gambar 5.61.

Peta Geologi Kuarter Lembar Lamongan dan Sekitarnya

Gambar 5.62.

Peta Geomorfologi Lembar Bojonegoro

Gambar 5.63.

Peta Seismotektonik Regional Pulau Bali

Gambar 5.64.

Peta Seismotektonik Patahan Aktif Karangasem

Gambar 5.65.

Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Manokwari

Gambar 5.66.

Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami Sumbawa Besar

Gambar 5.67.

Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi Cianjur

Gambar 5.68.

Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar 1820-Lumbis, P. Kalimantan

Gambar 5.69.

Peta Lembar Manna (Pagar alam), Bengkulu

Gambar 5.70.

Diagram Perbandingan Peningkatan Status Potensi dan

Penambahan Daerah Prospek Panas Bumi Baru Tahun 2009 - 2014

Gambar 5.71.

Status Tahapan Penyelidikan Potensi Panas Bumi Status 2014

Gambar 5.72.

Diagram Perbandingan Status Potensi dan Penambahan Daerah

Keprospekan Panas Bumi Baru Tahun 2008-2013

Gambar 5.73.

Diagram Sumber Daya Batubara hasil Penyelidikan Tahun 2012-2014

Gambar 5.74.

Penampang Kedalaman Lintasan A

(30)

Gambar 5.75.

Penampang Kedalaman Lintasan A

Gambar 5.76.

Diagram Perubahan Nilai Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.77.

Sumber Daya Batubara Tambang Dalam Indonesia, 2014

Gambar 5.78.

Diagram Nilai Sumber Daya Coalbed Methane Tahun 2010-2014

Gambar 5.79.

Penambahan Bitumen Padat 2012-2014

Gambar 5.80.

Status Bitumen Padat Indonesia 2010-2014

Gambar 5.81.

Model 3 Dimensi Tipe Endapan Mineralisasi dan Penampang Daerah

Ulu Suliti, Solok Selatan 2014

Gambar 5.82.

Penambahan Sumber Daya Mineral Logam Strategis Tahun 2014

Gambar 5.83.

Diagram Penambahan Sumber Daya Hipotek Bukan Logam Tahun 2014

Gambar 5.84. Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam Tahun 2010 - 2014

Gambar 5.85. Statistik Komoditi pasir kuarsa, lempung, felspar, marmer, batu gamping,

dan granit tahun 2010 – 2014

Gambar 5.86. Statistik Komoditi zeolit, kaolin, bentonit dan dolomite

tahun 2010 – 2014

Gambar 5.87. Penyelidikan Mineral Ikutan dan Unsur Tanah Jarang Daerah Bekas

Tambang di Daerah Pengapit, Kab. Sambas, Kalbar

Gambar 5.88.

Lokasi Cekungan Sumatera Tengah Beserta Ketersediaan Data

Gambar 5.89. Diagram Perbandingan Penyelenggaraan Diklat Tahun 2010 – 2014

Gambar 5.90. Diagram Perbandingan Peserta Diklat Tahun 2010 – 2014

Gambar 5.91.

Alumni Diklat TPL Penggunaan LPG 3 Kg dan Pengendalian

Penggunaan BBM Tahun 2011 – 2013

Gambar 5.92. Graik Peserta Per Bidang Diklat Berdasarkan Gender Tahun 2014

Gambar 5.93. Graik Realisasi dan Prognosa Jenis BBM Tertentu Tahun 2010-2014

Gambar 5.94. Graik Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Setiap

Badan

Usaha

Gambar 5.95. Graik Perbandingan Realisasi Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa

197

197

198

198

198

198

199

199

200

201

202

203

205

205

208

208

210

217

222

(31)

PEND

AHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah

KESDM 2014

PENDAHULUAN

(32)

1.1. Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional

Kementerian ESDM merupakan Kementerian yang memiliki lingkup tugas cukup luas, setidaknya mencakup 4 bidang strategis yaitu: bidang migas, bidang ketenagalistrkan, bidang mineral dan batubara, dan bidang energi baru, terbarukan dan konservasi energi. Berbeda halnya dengan negara lain seperti di Arab Saudi misalnya, dimana lingkup tugas ESDM dikelola oleh lebih dari 1 (satu) Kementerian, dan bahkan di India dikelola oleh 6 Kementerian.

Dalam pembangunan nasional, sektor ESDM berperan sebagai penjamin sumber pasokan bahan bakar dan bahan baku (energi dan minerba) yang didukung oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah. Sektor ESDM berpengaruh terhadap indikator iskal, moneter dan sektor riil. Untuk iskal, sektor ESDM berkontribusi kepada penerimaan negara (revenue) tapi juga menimbulkan konsekuensi subsidi dalam upaya mewujudkan harga energi yang terjangkau. Untuk moneter, komoditas ESDM yang bersifat administered price berpengaruh kepada inlasi. Untuk sektor riil, secara timbal balik, sektor ESDM menumbuhkan investasi dan sekaligus membutuhkan investasi. Semua menjadi landas gerak pembangunan nasional melalui four tracks yaitu pertumbuhan (pro-growth), penciptaan lapangan kerja (pro-job), pemerataan pembangunan dengan orientasi pengentasan kemiskinan (pro-poor), dan kepedulian terhadap lingkungan (pro-environmen).

Peran Kementerian ESDM tersebut juga dilaksanakan berdasarkan landasan hukum yang sudah sesuai dengan hirarki. Dimulai dari landasan konstitusional yaitu UUD 1945 pasal 33 ayat 2, 3 dan 5, kemudian landasan kebijakan nasional yaitu RPJP dan landasan operasional yang terdiri dari 5 Undang-undang dan peraturan turunannya sebagai amanat dari peraturan yang lebih tinggi dan/atau dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan negara.

Gambar 1.1

Lingkup Sektor ESDM

Gambar 1.2

Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional

PENDAHULUAN

nal

erian

nya

gas, dan

an dan

egara

gkup atu)

(33)

PEND

AHULUAN

1.2 Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional Sebagai Regulator

1.2.1 Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Migas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan pembuat kebijakan pada bidang hulu-hilir migas. Untuk regulator keselamatan dan usaha penunjang hulu-hlir migas dilakukan oleh Ditjen Migas sebagai perangkat Menteri ESDM. Disamping itu, regulator usaha hulu migas juga dilakukan oleh Ditjen Migas.

Sedangkan untuk hilir migas, pelaksanaan regulasi dilakukan oleh Ditjen Migas dan BPH Migas. Ditjen Migas melakukan regulasi hilir yaitu untuk bahan bakar lain (BBL) dan gas bumi non-pipa. Sedangkan pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dilakukan oleh BPH Migas.

Pada tingkat mikro hulu migas, terdapat pelaku usaha yaitu Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap seperti Gambar 1.2

Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional

Gambar 1.3

Landasan Hukum Pelaksanaan Kebijakan Sektor ESDM

USAHA PENUNJANG MIGAS

Gambar 1.4

(34)

Pertamina, Chevron, Medco dan badan usaha migas lainnya yang disebut sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas, terdapat BPMIGAS yang berperan dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Kontrak Kerja Sama oleh KKKS.

Selain itu, terdapat juga badan usaha yang bergerak dalam usaha penunjang migas. Badan usaha tersebut yaitu pabrikasi peralatan dan melakukan jasa-jasa seperti konsultansi, G & G, pemboran, inspeksi teknis, litbang, dikLat dan jasa-jasa lainnya.

1.2.2 Lembaga Pengelolaan Sub Sektor

Ketenagalistrikan

Pada sub sektor ketenagalistrikan, Menteri ESDM melakukan kebijakan, regulasi keteknikan dan regulasi bisnis pada tataran makro.

Sedangkan pada tingkat mikro, pengusahaan ketenagalistrikan dilakukan oleh PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) yang meliputi pembangkitan, transmisi dan distribusi termasuk pemasaran/penjualan Terkait aspek korporasi, PLN berada di bawah Kementerian Negara Badan Usaha Gambar 1.5

Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan

Gambar 1.6 Pengelolaan Sub Sektor Mineral dan Batubara

DESDM

BUMS (IPP, KOPERASI, BUMD, DLL) KEMENTERIAN NEGARA BUMN

* Meliputi pemasaran / penjualan

KESDM

Tanggungjawab pengelolaan lintas Kabupaten dan/atau berdampak regional

Perda

KABUPATEN / KOTATanggungjawab pengelolaan di Wilayah

Kabupaten/KotaPerda

PELAKU USAHABUMN / BUMD

Badan Usaha Lain

Pemerintah c.q. DESDMPenetapan Kebijakan dan PengaturanPenetapan Standar dan Pedoman

Pengelolaan existing kontrak pertambanganTanggungjawab pengelolaan minerba berdampak

nasional dan lintas provinsiPembinaan dan Pengawasan

(35)

PEND

AHULUAN

Milik Negara. Sedangkan terkait aspek regulasi dan kebijakan, PLN berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

1.2.3 Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Mineral dan Batubara

Berdasarkan UUD 1945 pasal 33 ayat (3) bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan demikian kepemilikan sumber daya alam dikelola oleh negara yang dalam hal ini pemerintah bertindak melakukan pengelolaan terhadap seluruh sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia. Pemerintah cq. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan penetapan kebijakan dan pengaturan, penetapan standar dan pedoman, pengelolaan eksisting kontrak pertambangan, tanggung jawab pengelolaan, pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan pertambangan mineral, batubara dan panas bumi.

Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan melalui Peraturan Daerah Provinsi untuk wilayah lintas kabupaten dan/ atau berdampak regional (dekonsentrasi) dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota di wilayah kabupaten/

kota (desentralisasi), sedangkan hak pengusahaan dilakukan oleh pelaku usaha seperti BUMN, BUMD maupun pelaku usaha lainnya.

1.3 Tugas dan Fungsi KESDM

1.3.1 Tugas dan Fungsi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dibentuk berdasarkan Surat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Sesuai Peraturan Presiden tersebut, tugas pokok dan fungsi kementerian ESDM seperti dibawah ini.

Dalam menyelenggarakan fungsinya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai kewenangan:

1. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan secara makro di bidangnya;

2. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

3. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertiikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;

4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

KEMENTERIAN ESDM

Tugas:

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang energi dan sumber daya mineral dalam Pemerintah untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan Pemerintah Negara

Fungsi:

Dalam melaksanakan tugas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang energi dan sumber daya mineral;

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

3. Pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Daerah; dan

Gambar

Gambar 1.1yang lebih tinggi dan/atau dalam rangka melaksanakan
Gambar 1.8 Diagram Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2014
Tabel 1.2Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kementerian ESDM Tahun 2014 Menurut Tingkat Pendidikan
Gambar 3.2 – Hubungan antara Tujuan Strategis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari makalah ini adalah terdapat beberapa metode dan teknik dalam upaya meningkatkan profesional guru IPA yang berkaitan dengan tugas -tugas keguruannya guna

Peramalan data menggunakan metode Radial Basis Function Neuron Network akan digunakan untuk memprediksi harga minyak mentah dunia untuk jangka waktu 5 hari ke depan,

Untuk kasus-kasus dimana sampel darah untuk pemeriksaan kuantitatif obat tidak bisa dilakukan pemeriksaan langsung ke laboratorium maka darah harus disimpan pada

Bagian sebelumnya memperlihatkan daftar aktivitas perusahaan dan biaya yang terkait serta aktivitas yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah bagi perusahaan, untuk itu,

Pengukuran kinerja dimaksud digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam rangka menilai keberhasilan pelaksanaan

Westminster Abbey is a Gothic monastery church that is the traditional place of coronation and burial site for English monarchs. Neither a cathedral nor a parish church,

Maka berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi yang terjadi di Jawa Tengah

Sampai saat ini belum ada data yang membandingkan gambaran klinis lamanya hematuri dan Lower Urinary Tract Symptoms pada penderita kanker kandung kemih