• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan V : Terwujudnya Pengurangan Beban Subsidi dan Listrik

MINYAK SOLAR (GAS OIL)

TOTAL 46,00 46,79 22,91% 58,24% 2,24% 7,20% 7,47% 1,94%

BENSIN (GASOLINE) RON 88

29,94%

52,87% 1,99%

6,41%7,14% 1,65%

MINYAK SOLAR (GAS OIL)

19,31% 0,00% 14,49% 15,84% 20,28% 30,07% MINYAK TANAH

Gambar 5.40 Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014

Tabel 5.53 Volume BBM Bersubsidi Tahun 2014 Gambar 5.41 Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, terdapat tiga kategori bahan bakar minyak yaitu:

a. BBM Tertentu adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi dan/atau bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu (spesiikasi), harga, volume, dan konsumen tertentu dan diberikan subsidi. (Solar dan Minyak Tanah)

b. BBM Khusus Penugasan adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi dan/ atau bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu (spesiikasi) tertentu, yang didistribusikan di wilayah penugasan (Premium di luar Jawa-Bali) dan tidak diberikan subsidi.

c. BBM Umumadalah bahan bakar yang berasal dan/ atau diolah dari Minyak Bumi dan/atau bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu (spesiikasi) tertentu (diluar angka 1 dan 2 di atas) dan tidak diberikan subsidi

Upaya pengurangan subsidi BBM yang telah dilakukan antara lain:

a. Pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM No 34 Tahun 2014 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis BBM Tertentu yang berlaku mulai tangga 18 November 2014. Perubahan harga jual eceran BBM tertentu menjadi :

Minyak tanah (kerosine) sebesar Rp 2500/liter

Bensin (gasoline) RON 88 sebesar Rp 8500/ liter

Minyak Solar (Gas Oil) sebesar Rp 7500/liter b. Pemberlakukan Peraturan Presiden Nomor 191

Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, perubahan menjadi :

• Subsidi bensin dihapus

• Minyak Solar (Gas oil) diberikan subsidi tetap Rp 1000/liter dengan harga jual eceran berluktuasi

• Harga minyak tanah (kerosine) sebesar Rp 2500/liter dengan besaran subsidi tetap seperti yang berlaku sebelumnya

3. Jumlah Subsidi LPG

Volume LPG bersubsidi merupakan salah satu asumsi makro yang besarannya ditetapkan melalui Undang- Undang APBN maupun Undang-Undang APBN-P. Sejauh ini, Pemerintah berupaya melakukan konversi

150

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah minyak tanah ke LPG yang bertujuan untuk:

(1). Melakukan diversiikasi pasokan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, khususnya minyak tanah untuk dialihkan ke LPG (2). Mengurangi penyalahgunaan minyak tanah

bersubsidi karena LPG lebih aman dari penyalahgunaan

(3). Melakukan eisiensi anggaran pemerintah karena penggunaan LPG lebih eisien dan subsidinya relatif lebih kecil daripada subsidi minyak tanah (4). Menyediakan bahan bakar yang praktis, bersih

dan eisien untuk rumah tangga dan usaha mikro Sesuai dengan Perpres No 104/2007 tentang tentang tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG Tabung 3 Kg, maka penerima paket perdana LPG 3 kg (sasaran konversi) adalah:

• Rumah tangga, yaitu konsumen yang mempunyai legalitas penduduk, menggunakan minyak tanah untuk memasak dalam lingkup rumah tangga dan tidak mempunyai kompor gas

• Usaha mikro, yaitu konsumen dengan usaha produktif milik perorangan yang mempunyai legalitas penduduk, menggunakan minyak tanah untuk memasak dalam lingkup usaha mikro dan tidak mempunyai kompor gas

Alasan penambahan volume LPG 3 Kg :

1. Pertumbuhan rumah tangga baru dan usaha mikro. Rata-rata kenaikan rumah tangga baru sebesar 2,7 juta rumah tangga baru (www.bps. go.id) dan rata-rata kenaikan usaha mikro sebesar 1,5 juta usaha mikro (www.depkop.go.id) dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan Januari

Tabel 5.54 Realisasi LPG 3kg per Provinsi Tahun 2014

PROVINSI JUMLAH (MT) PROVINSI JUMLAH (MT)

Bali 142.893 Kalimantan Utara 1.913

Bangka – Belitung 9.211 Kepulauan Riau 36.509

Banten 265.312 Lampung 129.730

Bengkulu 28.044 Nanggroe Aces Daruss 56.718

DI Yogyakarta 82.017 Nusa Tenggara Barat 53.911

DKI Jakarta 324.927 Riau 94.163

Gorontalo 17.936 Sulawesi Barat 15.674

Jambi 41.588 Sulawesi Selatan 178.954

Jawa Barat 1.115.483 Sulawesi Tengah 6.135

Jawa Tengah 731.947 Sulawesi Tenggara 10.147

Jawa Timur 956.411 Sulawesi Utara 42.425

Kalimantan Barat 82.402 Sumatera Barat 21.222 Kalimantan Selatan 40.642 Sumatera Selatan 168.122 Kalimantan Tengah 6.194 Sumatera Utara 260.367

Kalimantan Timur 76.816 Total 4.997.814

 

 

Untuk Kesejahteraan Rakyat

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

Gambar 5.43 Penjelasan SIMOL3K : Jalur Distribusi LPG 3 kg

Gambar 5.44 Peran SIMOL3K dan Distribusi Tertutup

   

2015 dengan pemakaian rumah tangga sebesar 8 kg/bulan/KK dan usaha mikro sebesar 17 kg/ bulan/UM untuk 2,7 juta KK baru dan 1,5 juta UM baru.

2. Pembagian paket perdana tahun 2014 sebanyak 776.723 paket perdana yang dilaksanakan pada akhir tahun 2014, sehingga kegiatan isi ulang LPG Tabung 3 Kg (reill) dilaksanakan pada tahun 2015 dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan Januari 2015 dengan pemakaian 8 kg/bulan/KK untuk 776.723 KK.

3. Rencana pembagian paket perdana tahun 2015 sebanyak 1,163,261 paket perdana yang direncanakan untuk dilaksanakan pertengahan tahun 2015, sehingga kegiatan isi ulang LPG Tabung 3 Kg (reill) dilaksanakan pada pertengahan tahun 2015 dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan Juli 2015 dengan pemakaian 8 kg/ bulan/KK untuk 1,163,261 KK.

4. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menggunakan LPG 3 kg

5. Peningkatan jumlah usaha mikro

6. Perubahan budaya masyarakat dalam rangka penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan. Kebijakan volume dan subsidi LPG Tabung 3 Kg: 1. Sistem Monitoring LPG Tabung 3 Kg (SIMOL3K)

a. SIMOL3K Singkatan dari Sistem Monitoring LPG 3 Kg adalah suatu Sistem Aplikasi Komputer dengan tujuan untuk Monitoring Penyaluran LPG 3 Kg dari Agen ke Pangkalan. Sistim komputer ini berbasis sistim server Pertamina dan dirancang untuk mengintegrasikan sistem pendukung lainnya sesuai kebutuhan, seperti MySAP, MSDS, dll. b. Kegiatan SIMOL3K meliputi :

Veriikasi Pangkalan à Survai, cek langsung ke Pangkalan

• Standarisasi Penomoran Pangkalan LPG • Penyiapan Sistem Aplikasi SIMOL3K • Sosialisasi dan Pelatihan kepada Agen

LPG 3 kg

• Penyiapan USER ID Agen LPG 3 Kg dan Akses ke aplikasi SIMOL3K

• Penyiapan Logbook Pangkalan • Penyiapan Spanduk, Stiker untuk

ditempatkan di Agen, Pangkalan/ Outlet/SPBU

• Sablon ketentuan pengguna LPG 3 kg

pada Tabung LPG 3 kg

c. Perpaduan SIMOL3K (supply side) dengan Distribusi Tertutup (demand side) akan mampu mengendalikan distribusi LPG PSO. 2. Rayonisasi pendistribusian LPG

3. Penyesuaian harga patokan dan harga jual eceran LPG Tabung 3 Kg. Alasan penyesuaian harga patokan LPG Tabung 3 Kg adalah kenaikan UMP, TDL, peningkatan biaya perkapalan mengingat jangkauan distribusi yang semakin luas dan peningkatan biaya pengadaan seiring meningkatnya volume LPG Tabung 3 Kg.

SEMULA : HARGA PATOKAN = HIP-LPG 3 Kg + 68,64 USD/MT + 1,88% HIP-LPG 3 Kg + Rp 1.750,-/kg

MENJADI : HARGA PATOKAN = HIP-LPG 3 Kg + 77,70 USD/MT + 2,99% HIP-LPG 3 Kg + Rp 2.301,-/kg

4. Subsidi Listrik

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 07 tahun 2010 tentang Tarif tenaga listrik yang disediakan oleh perusahaan perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara, diatur mengenai tarif dasar listrik per golongan pelanggan dan tarif tenaga listrik bagi pelanggan listrik prabayar.

Dimana, didalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini, tarif yang diberlakukan masih berada jauh dari tarif keekonomian sehingga Pemerintah terus berusaha agar tarif tenaga listrik yang disediakan memiliki nilai keekonomian. Untuk mencapai tarif tenaga listrik yang mencapai nilai keekonomian, dibutuhkan inovasi baru dalam pemberian subsidi listrik. Inovasi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Diversiikasi penggunaan bahan bakar non BBM untuk pembangkit;

2. Pemberian Subsidi listrik bagi golongan pelanggan yang tidak mampu;

3. Mendorong penurunan Biaya Pokok Penyediaan. Untuk dapat mewujudkan subsidi listrik yang tepat sasaran dengan menentukan jenis golongan pelanggan yang seharusnya mendapatkan subsidi listrik dan memisahkan dengan pelanggan yang mampu. Kondisi saat ini, seluruh golongan pelanggan

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

mendapatkan subsidi listrik. Kedepannya nanti diharapkan subsidi listrik dapat diberikan hanya untuk golongan pelanggan yang tidak mampu. Mengenai menurunnya besaran subsidi listrik yaitu Pemerintah bersama PT PLN (Persero) melakukan langkah-langkah upaya penurunan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik. Tarif Tenaga Listrik (TTL) disesuaikan secara bertahap menuju harga keekonomian, pada Tahun 2014 diharapkan mencapai Nilai Keekonomian. Di tahun 2014, untuk pelanggan mampu akan diterapkan Automatic Tarif Adjustment. Subsidi listrik hanya diperuntukkan bagi pelanggan tidak mampu. Margin usaha PT PLN (Persero) diperlukan untuk investasi sarana penyediaan tenaga listrik.

Sedangkan untuk meningkatkan efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan harga biaya pokok penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi

listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi dapat dikurangi dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat.

Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat berluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang iskal. Kenaikan harga bahan bakar yang melampaui harga normal seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan iscal sustainability.

Sedangkan untuk meningkatnya efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan biaya pokok penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi

PERTIMBANGAN