• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatnya investasi sektor ESDM Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalu

Hal ini dapat dilihat dari pencapaian kemajuan proyek-proyek seperti :

Sasaran 6. Meningkatnya investasi sektor ESDM Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalu

pencapaian 1 indikator kinerja sasaran. Berikut adalah Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya:

Total investasi sektor ESDM pada tahun 2014 mencapai US$ 33,06 miliar, realisasi investasi ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu sebesar US$ 38,44 miliar atau tercapai 86% dari target; dan jika dibandingkan dengan investasi tahun 2013 sebesar US$ 27,82 miliar, terdapat peningkatan investasi sebesar 18,83%.

Tidak tercapainya target investasi tahun 2014 ini antara

Tujuan II : Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor ESDM

Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:

Peningkatan jumlah produksi ESDM tidak dapat di lepaskan dari pertumbuhan jumlah investasi. Dengan demikian jelas bahwa untuk menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral secara merata dan berkesinambungan juga dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi.

Iklim investasi yang kondusif sangat penting bagi para pelaku usaha dan bagi Pemerintah sendiri, karena mayoritas investasi di sektor ESDM berasal dari pendanaan swasta. Sebagai gambaran, rencana investasi sektor ESDM tahun 2010-2014 diperkirakan sekitar Rp. 1.480 triliun. Mayoritas investasi sektor ESDM dilakukan dari Non-APBN yang terdiri dari swasta sekitar Rp. 1.016 triliun dan BUMN sekitar Rp. 384 triliun. Sedangkan porsi pendanaan Pemerintah dalam investasi tersebut hanya sekitar 5% atau Rp. 80,7 triliun. Kementerian ESDM selalu berperan dalam mendorong peningkatan aktiitas investasi di sektor ESDM. Nilai Investasi sektor ESDM sejak tahun 2005 hingga 2012 terus meningkat sekitar 67% dari US$ 11,9 miliar menjadi US$ 29,76 miliar.

Belum optimalnya investasi untuk pengembangan sektor energi dan sumber daya mineral, disebabkan antara lain oleh tumpang tindih wilayah pertambangan

Tabel 5.34 Indikator Kinerja Sasaran 6

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi

2014

Realisasi 2013

Capaian (%)

1 Jumlah Investasi Sektor ESDM : US$ Milyar 38,44 33,06 27,82 86,00

Jumlah Investasi sub sektor migas US$ Milyar 27,99 20,72 15,04 74,04

Jumlah Investasi bidang ketenagalistrikan US$ Milyar 4,66 4,30 4,31 92,27

Jumlah investasi bidang mineral batubara US$ Milyar 5,79 7,43 5,13 128,25

114

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah lain disebabkan karena kegiatan operasi sektor ESDM

mengalami kendala seperti masalah penerapan asas cabotage dan permasalahan tata ruang pada kegiatan migas. Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak tercapainya rencana investasi tahun 2013 disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I dan Tahap II yang tidak sesuai jadwal akibat adanya permasalahan-permasalahan seperti terlambatnya jaminan pemerintah terhadap pendanaan, pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya penerbitan DIPA SLA (Subsidiary Loan Agreement).

Namun berbeda dengan jumlah investasi sub sektor Minerba yang melebihi target pada tahun 2014 dikarenakan iklim investasi kondusif dan promosi investasi melalui kegiatan kerjasama bilateral, regional maupun multilateral baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan harapan.

Investasi sub sektor migas

Realisasi investasi minyak dan gas bumi di tahun 2014 sebesar 20.724,67 juta USD berasal dari sektor hulu sebesar 19.375,00 juta USD nilai tersebut didapat dari expenditure KKKS Produksi dan KKKS Non Produksi. ambar 5.26 Graik Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014

Gambar 5.27 Graik Realisasi Investasi Migas 2010 - 2014

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

Tidak tercapainya target investasi disektor hulu disebabkan oleh beberapa kendala berikut :

Terjadinya gangguan fasilitas produksi dan

oftaker, seperti kendala sumur dan fasilitas produksi, unplanned shutdown.

Terjadinya kemunduruan jadwal proyek onstream, seperti full scale Banyu Urip (MCL), Lapangan Bukit Tua (Petronas), Lapangan Kerendan (Salamander Energy Bengkanai), Lapangan Sampoerna (Tiara Bumi Persada).

Terjadinya masalah dalam operasional, seperti hasil pemboran tidak sesuai target, kendala teknis operasi produksi, keterlambatan pengadaan fasilitas dan peralatan produksi dll.

Di sektor hilir realisasi investasi pada tahun 2014 berasal dari investasi dibidang pengangkutan dan penyimpanan darat dan laut serta sektor-sektor niaga yang tumbuh, disamping itu juga terdapat pengembangan jaringan distribusi PGN di Semarang, Jawa Bagian Barat, Sumatera Tengah, Jawa Bagian Timur, Penyelesaian dan Pembangunan Terminal Penerima

LNG dan Mini LPG, Pembangunan Pipa Kepodang – Tambak Lorok dll. Sampai dengan Desember 2014, investasi hilir migas mencapai 1,349.67 juta USD kurang dari target tahun 2014 adalah sebesar 2,036.13. Hal ini dikarenakan terdapatnya kendala penyelesaian beberapa proyek hilir migas seperti Kilang Mini LPG (Kilang Sekayu), dll.

Penyelesaian Permasalahan Investasi

Fasilitasi investasi FSRU ke BKPM

Justiikasi teknis terkait bidang usaha Pengadaan Gas Alam dan Buatan melalui Regasiikasi LNG menjadi gas dengan menggunakan Floating Storage Regasiication Unit (FSRU) PT. PGN LNG Indonesia

Penyelesaian Masalah Cabotage

-

Evaluasi pelaksanaan Permenhub No. Pm 48 Tahun 2011 untuk kapal asing jangka waktu berlakunya berakhir sampai dengan 31 Desember 2014

tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing untuk Kegiatan Lain yang tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang dan/atau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri Ditjen Migas selama tahun 2014 melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan investasi migas antara lain dengan cara :

1. Penerbitan Informasi Peluang Investasi Migas, dengan menerbitkan beberapa publikasi diantaranya: buku peluang invetasi dalam industri migas, lealet peluang investasi hulu, lealet peluang investasi hilir, lealet pelayanan investasi migas terpadu dan peta informasi kegiatan usaha

migas di Indonesia

2. Promosi Investasi Migas, dengan menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk seminar maupun pameran, baik di dalam maupun luar negeri melalui penyebarluasan data, informasi dan peluang usaha pada kegiatan migas di Indonesia. Seperti : Pameran promosi investasi pada acara The 38th IPA Convention & Exhibition, 21 -23 Mei 2014, Jakarta Convention Center, dan Pameran Promosi Investasi pada Indonesian Oil and Gas Seminar, 2 Oktober 2014, Jumeirah, Persatuan Emirat Arab (UAE)

3. Peningkatan Pelayanan Investasi Migas Terpadu, dengan melakukan Pemeliharaan Sistem

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

Manajemen Pelayanan Investasi Migas Terpadu Berbasis Web, Resertiikasi ISO 9001:2008 pelayanan investasi migas, Pengelolaan Sarana Pelayanan Investasi Migas Terpadu

4. Peningkatan Pengunaan Produksi Dalam Negeri, dengan:

Menetapkan Keputusan Dirjen Migas tentang Pedoman Penyusunan Buku Apresiasi Produk Dalam Negeri

Menetapkan Keputusan Dirjen Migas tentang Pedoman Veriikasi TKDN dan Kualiikasi Veriikator TKDN pada Kegiatan Usaha Hulu Migas

Menyusun Buku Apresiasi Produksi Dalam Negeri (APDN) sebagai acuan dalam pengadaan barang/ jasa dan pengendalian barang operasi pada kegiatan usaha migas

Melakukan Audit Kemampuan Produk dalam Negeri

Melakukan Audit Penggunaan Produk Dalam Negeri

Investasi sub sektor ketenagalistrikan

Pada tahun 2013 realisasi investasi sektor Ketenagalistrikan mencapai Rp 43,14 Triliun atau 4,31 miliar USD (kurs 1 USD = Rp. 10.000), sedangkan tahun 2014 ini investasi sektor Ketenagalistrikan mencapai Rp 53,75 Triliun atau 4,30 miliar USD (kurs 1 USD = Rp. 12.500). Walaupun meleset dari target yang diperkirakan yaitu Rp 58,26 Triliun atau 4,66 miliar USD (kurs 1 USD = Rp. 12.500), angka ini lebih besar dibandingkan jumlah investasi pada tahun sebelumnya. Persentase realisasi investasi tahun 2014 adalah sebesar 92,27%. Tidak tercapainya rencana investasi tahun 2014 disebabkan

oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I dan Tahap II yang tidak sesuai jadwal. Hal ini diakibatkan adanya permasalahan-permasalahan seperti terlambatnya jaminan pemerintah terhadap pendaan, pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya penerbitan DIPA SLA.

Investasi sub sektor mineral dan batubara

Meskipun kondisi global yang sedang dilanda resesi ekonomi, tetapi pertumbuhan yang positif ditunjukan oleh industri pertambangan dengan tingginya tingkat kepercayaan dari investor untuk menanamkan modalnya di kegiatan usaha pertambangan di Indonesia. Hal ini tercermin dari pertumbuhan investasi bidang mineral dan batubara mencatatkan trend pertumbuhan positif selama lima tahun terakhir rata- rata pertumbuhan sebesar 24,3%/tahun.

Target investasi yang dicanangkan tahun 2014 subsektor mineral dan batubara sebesar USD 5,126.25 juta, sampai dengan akhir Desember Tahun 2014 didapatkan bahwa nilai investasi subsektor mineral dan batubara sebesar USD 7,429.87 juta, dengan kata lain investasi subsektor mineral dan batubara mengalami peningkatan sebesar 144,93% dari target yang dicanangkan. Adapun nilai investasi yang didapatkan berasal dari rekapitulasi investasi KK, PKP2B, IUP BUMN diantaranya PT Timah, PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan PT Antam, Tbk serta Ijin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT).

Pencapaian target investasi di Sub Sektor Mineral dan Batubara pada tahun 2014 dikarenakan iklim investasi

Tabel 5.35 Realisasi Nilai Investasi Periode Tahun 2010 – 2014

Perusahaan

Realisasi

2010

2011

2012

2013

2014

KK

1.479,00

1.235,54

1.536,39

1,520.00

1.739,32

PKP2B

764,4

958,09

1082,45

625.25

875,35

IUP BUMN

38,3

232

557,49

73.89

199,77

IUJP

904,82

986,67

1088

1,717.02

4.615,43

SMELTER

1,190.10

0

Jumlah

3.186,52

3.412,30

4.264,33

5,126.25

7,429.87

kondusif dan promosi investasi melalui kegiatan kerjasama bilateral, regional maupun multilateral baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan harapan sehingga mendatangkan investor-investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, terlebih dengan kebijakan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menekankan kegiatan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan pemurnian dalam negeri.

Untuk meningkatkan investasi sub sektor minerba pada Tahun 2014 telah dilaksanakan berbagai cara, yaitu: a. Melakukan berbagai promosi dan melakukan

kerjasama bilateral, regional dan multilateral; Kegiatan kerjasama luar negeri yang dilakukan, baik itu mulitilateral maupun bilateral antara lain:Terdapat 4 (empat) jenis Kerjasama Bilateral meliputi: Indonesia – Thailand Energy Forum (ITEF); Indonesia – Japan Coal Policy Dialogue (IJCPD); Indonesia – Norwegia Bilateral Consultation;

Indonesia – Iraq Joint Working Group On Energy And Mineral Resources. Selanjutnya terdapat 3 (tiga) jenis Kerjasama regional meliputi: ASEAN Forum On Coal (AFOC); ASEAN Senior Oicial Meeting on Minerals (ASOMM) & ASOMM +3;Senior Oicials Meeting on energy (SOME); ASEAN Ministerial On Energy Meeting (AMEM); ASEAN +3 Energy Security Forum; The 5th Meeting Of Committee Of The Whole For ASEAN Economic Community (APEC MTF). Serta 2 (dua) jenis Kerjasama Multilateral yaitu: China – ASEAN Mining Cooperation Forum & Exhibition;APEC Mining Task Force (MTF).

b. Memberikan kepastian hukum bagi investor; Mengingat kepastian hukum adalah salah satu prasyarat investasi, maka Ditjen Minerba untuk Tahun 2014 telah menyusun regulasi berkaitan dengan pengelolaan sumber daya mineral dan batubara. Berikut daftar regulasi yang telah diterbitkan sepanjang tahun 2014 antara lain:

1. Peraturan Menteri ESDM; Permen ESDM No. 1 Tahun 2014

Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri

Permen ESDM No. 7 Tahun 2014

Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Permen ESDM No. 10 Tahun 2014

Tata Penyediaan dan Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang

Permen ESDM No. 11 Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Rekomendasi

Tahun 2014 Pelaksanaan Penjualan Mineral Ke Luar Negeri Hasil

Pengolahan dan Pemurnian Permen ESDM No. 14

Tahun 2014

Jadwal Retensi Arsip Substantif Mineral dan Batubara Kementerian ESDM

2. Peraturan Direktur Jenderal Mineral Dan Batubara; Perdirjen Nomor 698

K/30/DJB/2014

Pedoman Persetujuan Hak Akses Dalam Penyediaan Dan Pelayanan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara

Perdirjen Nomor 480 K/30/DJB/2014

Tata Cara Penetapan Harga Patokan Batubara Jenis Tertentu dan Batubara Untuk Keperluan Tertentu

Perdirjen Nomor 481 K/30/DJB/2014

Tata Cara Penetapan Surveyor Untuk Verifikasi Analisa Kualitas dan Kuantitas Penjualan Batubara

Untuk Kesejahteraan Rakyat

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

Perdirjen Nomor 861K/30/DJB/2014

Tata Cara Evaluasi Permohonan Rekomendasi Persetujuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan Mineral Logam

Perdirjen Nomor 432 K/30/DJB/2014

Bentuk dan Isi Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Tahun 2014 Perdirjen Nomor 714

K/30/DJB/2014

Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Rekomendasi Eksportir Terdaftar Batubara

Perdirjen Nomor 216 K/30/DJB/2014

Tata Cara Permohonan Pertimbangan Teknis Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara

3. Keputusan Dirjen Mineral dan Batubara; 3. Keputusan Dirjen Mineral dan Batubara; Kepdirjen Nomor 479.K/30/DJB/2014

Biaya Produksi Untuk Penentuan Harga Batubara Tahun 2014

Kepdirjen Nomor 215.K/30/DJB/2014

Penetapan Standar Pelayanan Pada Jenis Pelayanan Perizinan di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

4. Surat Edaran Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara. 4. Surat Edaran Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara.

Edaran Nomor 01 E/30/DJB/2014

Persyaratan Rekomendasi Untuk Mendapatkan Pengakuan Et- Produk Pertambangan

Edaran Nomor 02 E/30/DJB/2014

Persyaratan Rekomendasi Untuk Mendapatkan Pengakuan ET-Produk Pertambangan Mineral Logam Hasil Pengolahan Edaran Nomor 04

E/30/DJB/2014

Pembinaan dan Pengawasan Penataan Perizinan Di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi

Edaran Nomor 05 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pasca Berlakunya E/37/DJB/2014 PP No. 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM No. 1 Tahun 2014 Edaran Nomor 06

E/36/DJB/2014

Pedoman Persetujuan Laporan Hasil Eksplorasi dan Studi Kelayakan Mineral dan Batubara

Edaran Nomor 08 E/30/DJB/2014

Kewajiban Peningkatan Tahap Kegiatan Bagi Pemegang Kontrak Karya dan Perpanjian Karya Pengusahaan Batubara

• • • • • • • • •

c. Menerapkan pelayanan terpadu dengan sistem pelayanan satu pintu;

Salah satu cita-cita reformasi adalah dengan diterapkannya good governance. Salah satu makna yang terkandung dalam tata pemerintahan yang baik (good governance), sebagaimana yang tersarikan dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, adalah bahwa negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung

terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima. Oleh sebab itu, instansi pemerintah dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian informasi bagi masyarakat, dan juga penyelenggaraan pemerintahan yang lebih efektif.

Pada dasarnya, unsur pelayanan publik meliputi transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas publik. Ketiga sumbu utama tersebut telah secara

komprehensif mengatur kewajiban badan/pejabat publik untuk memberikan akses informasi yang terbuka dan eisien kepada publik. Badan-badan publik diwajibkan untuk semakin transparan dalam menyampaikan informasi pelayanan publik. Dalam semangat untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara secara konsisten terus berupaya mengembangkan Ruang Pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu (RPIIT) sebagai wadah pelaksanaan

pelayanan terpadu satu pintu. Melalui Instruksi Direktur Jenderal Mineral dan Batubara nomor 01 I/30/DJB/2014, RPIIT menyelenggarakan beberapa perizinan mineral dan batubara sebagai berikut:

Sertiikat Clean and Clear (C&C);

Rekomendasi Pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar (ET) Produk Pertambangan;

Rekomendasi Surat Persetujuan Ekspor (SPE);

Pertimbangan Teknis Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH);

Rekomendasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

• • •

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP);

Surat Keterangan Terdaftar (SKT);

Izin Prinsip Pengolahan dan/atau Pemurnian;

Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus Pengangkutan dan/atau Penjualan;

Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian;

Persetujuan Perubahan Status Perusahaan PMA menjadi PMDN atau PMDN menjadi PMA;

Persetujuan Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan;

Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan;

Persetujuan Perubahan Direksi dan Komisaris; Gambar 5.29 Halaman utama situs resmi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Persetujuan Perubahan Investasi dan Sumber Pembiayaan; dan

Pemberian Angka Pengenal Impor Produsen (API-P)

Pada sepanjang tahun 2014, RPIIT menerima dan melayani sejumlah kurang lebih 21.100 pengunjung baik itu yang berkepentingan dalam mendapatkan informasi, pencetakan peta, mengambil produk perizinan, ataupun mengajukan permohonan perizinan. Sedangkan jumlah permohonan perizinan yang lengkap dan diterima mencapai kurang lebih 3.400 permohonan dengan rata-rata 16 permohonan masuk setiap harinya.

d. Memberikan data dan informasi yang benar dan akurat kepada calon investor;

Berbagai kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor pertambangan mineral dan batubara menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan informasi subsektor mineral dan batubara menjadi demikian pesat. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang, dan informasi publik merupakan sarana dalam upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi. Dalam rangka menunjang

penyampaian infromasi kepada publik, maka Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) senantiasa terus mengembangkan konten-konten yang dihadirkan melalui situs resmi www.minerba.esdm.go.id. Publik dapat memantau perkembangan informasi subsektor mineral dan batubara seperti diantaranya proil Ditjen Minerba berita atau kegiatan yang diselenggarakan oleh Ditjen Minerba, seluruh informasi terkait dengan perizinan, dan produk hukum.

Pemberian informasi kepada publik tidak hanya diberikan melalui situs resmi. Ruang Pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu (RPIIT) dikembangkan salah satunya sebagai tempat publik mendapatkan informasi subsektor pertambangan mineral dan batubara. Dalam rangka mengefektifkan penyampaian informasi perizinan, Ditjen Minerba telah pula mengembangkan sistem pelacakan secara on-line (e-tracking system) yang dapat diakses publik pemohon perizinan dari manapun.

Investasi sub sektor Energi Baru dan Terbarukan Jumlah investasi di bidang energi baru terbarukan pada tahun 2014 terealisasi sebesar US$ 611 juta atau dengan kata lain capaian kinerja sebesar 66,63% dibandingkan target US$ 917 juta. Berikut adalah jumlah investasi sub sektoe energi baru terbarukan pada tahun 2014 Tabel 5.36 Investasi Sub Sektor EBT Tahun 2014

NO KEGIATAN INVESTASI Rencana 2014 (dalam Juta USD)

Realisasi 2014 (dalam Juta USD)

1 PT PGE 317,00 269,82 2 Chevron Geothermal Salak & Derajat 53,40 23,77 3 Star Energi Geothermal Wayang Windu 12,00 4,87 4 Geodipa Energi Dieng & Patuha 39,90 35,05 5 PLN Tulehu & Ulumbu 6,45 3,30 6 SUPREME ENERGY RANTAU DEDAP 76,40 83,30 7 SUPREME ENERGY RAJABASA 46,39 10,98 8 SUPREME ENERGY MUARA LABOH 21,16 12,04 9 SARULLA 316,80 150,00 10 Medco Energi Geothermal 0,86 11 PT. Star Energy Geothermal Halmahera 0,29 12 PT. Tangkuban Perahu Geothermal Power 3,10 13 PT. Sorik Marapi Geothermal Power 13,15 14 PT. Sintesa Banten Geothermal 0,34

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi setidaknya 30% terhadap penerimaan negara.

Seiring dengan optimisme dan kerja keras, meskipun produksi minyak nasional relatif menurun, realisasi penerimaan migas selalu melebihi dari target yang ditetapkan setiap tahunnya. Dengan proporsi produksi migas yang selalu jauh lebih besar dibandingkan dengan komoditi lainnya di sektor ESDM, maka realisasi total penerimaan sektor ESDM juga selalu lebih tinggi dari targetnya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kini sumber energi baru terbarukan juga mulai menghasilkan penerimaan negara sebagai alternatif pengganti migas.

Penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk dividen dari BUMN di sektor ESDM, pajak dari pengusahaan sektor ESDM terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB serta usaha pertambangan KP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati.

Jenis-jenis penerimaan yang terangkum dalam Indikator tujuan dari penerimaan negara sektor ESDM berasal dari sub-sektor minyak dan gas, pertambangan umum, energi baru terbarukan (panas bumi), jasa penelitian dan pengembangan, kegiatan di Badan Diklat dan BPH Migas. Dalam rangka mewujudkan peningkatan penerimaan negara sektor ESDM, ditetapkan 1 (satu) sasaran sebagai berikut

Sasaran 7. Terwujudnya peran penting sektor ESDM