• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan industri jasa ( backward linkage) dan industri yang berbahan baku dar

Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor

Sasaran 14. Peningkatan industri jasa ( backward linkage) dan industri yang berbahan baku dar

sektor ESDM, antara lain pupuk (forward linkage)

Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel 5.64 berikut:

1. Peningkatan industri jasa penunjang

Sektor ESDM memberikan dampak backward linkage dan forward linkage. Keberadaan industri ESDM membentuk backward linkage, yaitu terciptanya industri yang mendukung kegiatan industri ESDM tersebut. Contoh dari industri tersebut antara lain industri material dan peralatan di Batam seperti pabrikasi pipa, platform, alat-alat berat dan lain-lain. Selain itu, adanya industri ESDM juga menghidupkan forward linkage dimana industri lain seperti pabrik pupuk, petrokimia, dan industri lainnya tumbuh dan berkembang karena keberadaan dan operasi industri ESDM.

Jumlah industri jasa penunjang minyak dan gas bumi

Salah satu unsur penting dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi adalah adanya usaha penunjang minyak dan gas bumi. Usaha penunjang migas berperan penting dalam berbagai kegiatan usaha minyak dan gas bumi dari sektor hulu hingga hilir. Dengan demikian keberadaannya sangat penting bagi berbagai pihak yang terkait, termasuk investor pada sub sektor minyak dan gas bumi.

Besarnya tingkat kebutuhan usaha penunjang migas nasional diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat memberikan efek berantai

(multiplier efect) bagi kegiatan perekonomian dalam negeri.

Hal tersebut tentunya memerlukan pengelolaan dan pembinaan terhadap badan usaha penunjang migas secara transparan, terbuka dan adil dengan lebih berpihak pada usaha jasa penunjang migas dalam negeri yang secara teknis memenuhi persyaratan modal, kompetensi dan kualiikasi. sehingga dapat menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna dan penyedia barang dan jasa dalam hak dan kewajiban. Bentuk pembinaan usaha penunjang migas yang dilakukan oleh Ditjen Migas adalah dengan surat keterangan terdaftar yang diberikan kepada badan usaha penunjang migas yang kompeten dan berkualiikasi serta memenuhi persyaratan teknis dan nonteknis.

Realisasi jumlah jasa penunjang migas pada tahun 2014 sbanyak 2224 perusahaan atau melebihi target sebanyak 1280 perusahaan atau 173,755% capaiannya. Jika dibandingkan tahun 2013 mengalami peningkatan dari sebesar 7,6% dari jumlah jasa penunjang pada tahun 2013 sebanyak 206 perusahaan.

Jumlah industri jasa penunjang Ketenagalistrikan

Badan usaha penunjang tenaga listrik saat ini dituntut untuk bekerja secara profesional, hal ini karena badan usaha penunjang tenaga listrik memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang usaha penyediaan tenaga listrik yang andal, aman dan akrab lingkungan.

Realisasi jumlah industri jasa penunjang ketenagalistrikan yang memiliki izin usaha jasa penunjang tenaga listrikyang diterbitkan pada tahun 2014sebanyak 32 badan usaha yang terdiri dari : 1 badan usaha konsultansi instalasi tenaga listrik, 2 badan usaha pengoperasian instalasi tenaga listrik, 3 badan usaha pemeliharaan instalasi tenaga listrik, 3 badan usaha pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik, 4 badan usaha sertiikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan dan 19 badan usaha

2010 2011 2012 2013 2014

AK

UNT

ABILIT

AS KINERJA

pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik. Dengan jumlah realisasi tersebut, target jumlah industri jasa penunjang ketenagalistrikan yang memiliki izin usaha jasa penunjang tenaga listrikpada tahun 2014 sebanyak 20 badan usaha telah tercapai.

Jumlah industri jasa penunjang mineral dan batubara

Usaha Jasa Pertambangan adalah usaha jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan. Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan bertujuan untuk :

a. menunjang kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan;

b. mewujudkan tertib penyelenggaraan usaha jasa pertambangan darn meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan;

c. mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lokal dalam usaha pertambangan melalui usaha jasa pertambangan dengan mewujudkan kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil; dan

d. memberikan nilai tambah dalam industri pertambangan melalui penyediaan kesempatan kerja, pemanfaatan komponen lokal, investasi sektor jasa usaha pertambangan dan pajak usaha jasa pertambangan.

Berdasarkan Permen ESDM No.28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Permen ESDM No.24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permen ESDM No.28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaran Usaha Jasa

Pertambangan Mineral dan Batubara, pelaku usaha jasa pertambangan wajib mendapatkan Ijin Usaha Jasa Pertambangan untuk usaha jasa pertambangan dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) untuk usaha jasa pertambangan non inti dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

Usaha jasa pertambangan dikelompokkan menjadi, yaitu:

1. Usaha Jasa Pertambangan: Usaha jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan.

2. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti: Usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang memberikan pelayanan jasa dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan meliputi: bidang-bidang di luar usaha jasa pertambangan.

Pencapaian indikator kinerja Jumlah industri jasa penunjang sub sektor pertambangan umum (mineral dan batubara) pada tahun 2014 telah melampaui target sebesar 128% dari rencana sebesar 800 perusahaan. Tercapainya target ini dimungkinkan karena adanya beberapa upaya yang telah dilakukan yaitu:

• Meningkatkan pengawasan dan membuat surat teguran terhadap perusahaan pertambangan dalam penggunaan perusahaan jasa pertambangan, khususnya dalam hal persyaratan untuk mengikuti tender/lelang.

• Meningkatkan pembinaan terhadap perusahaan jasa pertambangan dari aspek teknis, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan dan lingkungan, serta bimbingan tentang pemenuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

• Pembinaan kepada perusahaan jasa pertambangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha jasa dalam aspek teknis, K3 dan lingkungan. Khusus aspek keselamatan pertambangan, dari tahun ke tahun, usaha jasa mempunyai peran yang jauh lebih besar dibanding dengan perusahaan pertambangan dalam hal kecelakaan tambang. Data statistik menunjukkan bahwa hampir 90% kecelakaan menimpa usaha jasa pertambangan, dan sisanya sekitar 10% menimpa perusahaan pertambangan, sehingga pembinaan dan bimbingan terhadap aspek keselamatan pertambangan ini layak menjadi prioritas.Dengan kagiatan ini dapat diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan aspek teknis, K3 pertambangan, dan lingkungan oleh perusahaan Gambar 5.52

Graik Proporsi jumlah IUJP dan SKT yang diterbitkan oleh Ditjen Minerba Tahun 2014

170

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah jasa pertambangan mineral dan batubara.

• Melakukan penyederhanaan dalam persyaratan dan pemrosesan perizinan berdasarkan hasil evaluasi terhadap proses perizinan baik IUJP dan/ atau SKT secara berkelanjutan.

• Penyederhanaan persyaratan permohonan ijin ini ditujukan untuk memudahkan para perusahaan jasa pertambangan calon pemegang IUJP ataupun SKT untuk mendapatkan ijin baik ijin baru maupun perpanjangan, dan untuk menhindarkan perusahaan pemohon dari kesalahan-kesalahan pada dokumen, sehingga dapat mempercepat proses evaluasi oleh evaluator.

• Penyederhanaan persyaratan yang dimaksud untuk permohonan ijin IUJP dan SKT baru dan perpanjangan, serta untuk permohonan rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA).

Seiring dengan program pemerintah untuk menggalakkan penggunaan sumber-sumber lokal/ nasional, baik barang maupun jasa, maka Ditjen Mineral dan Batubara selalu mengupayakan peningkatan jumlah usaha jasa pertambangan lokal dan nasional. Dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan jasa lokal/nasional yang berusaha di bidang pertambangan minerba, maka akan meningkatkan daya saing para perusahaan jasa lokal/nasional untuk

mendapatkan pekerjaan pada kegiatan pertambangan mineral dan batubara. Data statistik mineral dan batubara Ditjen Minerba, menunjukkan adanya peningkatan jumlah perusahaan jasa lokal/nasional yang berusaha di bidang pertambangan minerba Tahun 2011 – 2014 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.Puncak peningkatan jumlah perusahaan jasa pertambangan local/nasional terjadi pada tahun 2013 yaitu 1.151 perusahaan.Jumlah ini sedikit menurun pada tahun 2014 yaitu 1.025 perusahaan disebabkan oleh resesi global yang berakibat pada lesunya industri pertambangan di dalam negeri dibanding tahun 2013. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pertumbuhan jumlah usaha jasa pertambangan memberikan nilai tambah dalam industri pertambangan melalui penyediaan kesempatan kerja, pemanfaatan komponen lokal, investasi sektor jasa usaha pertambangan dan pajak usaha jasa pertambangan.Pada tahun 2010 – 2014 tercatat adanya pertumbuhan positif untuk ketiga aspek tersebut.

Data Tahun 2010 - 2014 menunjukkan tren pertumbuhan positif jumlah tenaga kerja di perusahaan jasa pertambangan, dimana daya serap tenaga kerja selalu bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini tidak lepas dari peningkatan kemampuan dari calon-calon tenaga kerja lokal.Kontribusi pajak juga mengalami peningkatan yang