• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYA ARSITEKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYA ARSITEKTUR"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

L

PERLINDUNGAN

LEMBAGA PE

LAPORAN PENELITIAN

AN HUKUM TERHADAP KARYA ARSIT

OLEH:

ROIDA NABABAN

PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOME 2006

SITEKTUR

(2)

ABSTRAKSI

PERLINDUNGAN HUKUM TER HADAP KARYA ARSITEKTUR

Sejak lahir sampai meninggal dunia manusia tidak pernah lepas dari karya arsitektur. Sehubungan dengan itu sering dijumpai karya arsitektur yang sangat mengecewakan terutama karya-karya yang merupakan tiruan dari bangunan-bangunan modern yang sudah ada dinegara Arab. Hal ini akan berdampak pada semakin menipis dan pudarnya arsitektur sebagai karya seni dari kebudayaan hal ini diikuti dengan pelanggaran berupa peniruan atas karya arsitektur yang dilakukan dengan menggambar ulang secara langsung suatu kenyataan bahwa perkemabangan pembangunan semakin maju sehingga membutuhkan perlindungan Hukum atas karya arsitektur.

Pengertian Arsitektur tidak dijumpai dalam Undang-undang hak cipta No. 19 Tahun 2002, namun menurut kamus umum dinyatakan bahwa Arsitektur adalah gaya atau bentuk bangunan seni dan ilmu merancang serta membuat kontruksi bangunan metode dan gaya kontruksi bangunan.

Untuk memperoleh data yang relepan dalam penelitian ini maka alat pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian perpustakaan dilakukan untuk memproleh bahan hukum sekunder berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku serta dokumen yang berkaitan dengan permasalahn selanjutnya melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam pihak arsitektur.

(3)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

member Rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun laporan penelitian yang

merupakan suatu karya bagi seorang Dosen dalam mengambangkan Keilmuannya di

Bidang Pendidikan.

Penelitian ini dengan Judul Perlindungan Hukum Terhadap Karya Arsitekrur

kiranya boleh bermanfaat bagi setiap orang, dan bilamana ada kritik dan saran demi

sempurnanya Penelitian ini Penulis sangat mengharapkan untuk lebih baiknya

Penelitian ini kedepan.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas saran dan kritik untuk

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Permasalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSATAKA 8

A. Pengertian Hak Cipta 8

B. Fungsi dan Sifat Hak Cipta 20

C. Pengertian Artisektur 23

D. Jenis-jenis Hak Cipta 29

E. Proses Pendaftaran Hak Cipta 32

BAB III METODE PENELITIAN 37

A. Ruang Lingkup Penelitian 37

B. Sumber Data 37

C. Metode Pengumpulan Data 38

(5)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 40 A. Bentuk Perlindungan Hukum Yang Diberikan Kepada Karya

Arsitektur 40

B. Bentuk-bentuk Karya Arsitektur Yang Dilindungi 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50

A. Kesimpulan 50

B. Saran 51

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sasaran utama pembangunan di Indonesia adalah terciptanta landasan yang

kuat bagi untuk tumbuhan berkembang atas kekuatan sendiri menuju masyarakat

yang adil berdasarkan Pancasila. Adapun titik beratnya adalah pembangunan

dibidang ekonomi dengan terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang, dimana

terdapat kemampuan dan kekuatan industry yang maju didukung oleh kekuatan dan

kemampuan yang tangguh. Perkembangan pembangunan berlansung cepat, terutama

dibidang Perekonomian baik ditingkat nasional maupun internasional. Ditandai

semakin bertumbunya berbagai sektor kegiatan usaha yang beraneka ragam menurut

spesialisasinya masing-masing. Salah satu ekor yang sangat dinamis adalah

investasi dibidang Hak atas Kekayaan Intelektual.

Dinamika ini perlu didukung dengan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan

berkembanya pertumbuhan dunia usaha. Keadaan yang kondusif bagi iklim

berusaha tidak mungkin dicapai apabila tidak diimbangi dengan perangkat hukum

bagi tercapainya kketeraturan dan ketertiban. Sama dengan pernyataan diatas

Perlindungan hukum yang efektif terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual khususnya

hak cipta merupakan konstribusi yang sangat berharga terhadap tumbuhnya iklim,

(7)

Hal ini akan mendorong kemajuan investasi atau penanaman modal dibidang hak

cipta yang sangat diperluan dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasiomnal,

yang bertujuan menciptakn masyarakat Indonesia yang adil, makmur, maju dan

mandiri berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dunia perdagang dewasa ini mengalami perkembangan yang demikian

pesat, tidak hanya mengangkut bidang industri, tetapi disamping itu dapat juga

berupa investasi dibidang Hak atas Kekayaan Intelektual. Hal ini dapat dilihat dengan

adanya arus globalisasi dibidang perdagangan dengan terbentuknya organisasi

perdagangan dunia (Agreement Establishing The Wold Trade Organization / WTO).

Penerimaan dan keikutsertaan bangsa Indonesia dalam persetujuan tentang

aspek-aspek dengan Hak atas Kekayaan Intelektual (Agreement On Trade Related Aspects

Of Intelektual Property Right Including Trade In Counter Felt Goods / Trips) yang

berlaku pada tanggal 1 January 1995 yang merupakan bagian dari persetujuan

pembentukan organisasi persagangan dunia, Tahun 1994 sebagaimana telah

disahkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Berlanjut dengan melaksanakan

kewajiban untuk menyelesaikan Peraturan Perundang-undangan nasional dibidang

Hak atas Kekayaan Intelektual, termasuk dalam ini Hak cipta dengan persetujuan

Internasional tersebut, dan terakhir dirubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun

2002 sebagaimana dimuat dalam Lembaran Negara RI Nomor. 4220.

(8)

miniatur dan seni gambar maket bangunan. Arsiteka dalah sebagai seorang perancang

suatu bangunan, sehingga disamping nyaman untuk digunakan juga indah dipandang

mata. Dengan kata lain suaru bangunan itu disamping harus memiliki syarat-syarat

teknis kontruksi juga memiliki nilai artistic tersendiri yang dihasilkan melalui

kreativitas Arsitek. Kedudukan untuk memenuhi permintaan jasa kontruksi, hal ini

ditandainya dengan semakin meningkatnya jumlah dan volume kegiatan kontruksi

yang beraneka ragam.

Perkembangan pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari peranan para

Arsitek dalam menghasilkan Karya-karya Hak cipta dibidang Arsitektur. Hal ini jelas

kita lihat, terutama dalam pembangunan aspek fisiknya yang terlihat dengan nyata

dan dengan semakin menjamurnya bangunan-bangunan yang indah dan megah

dengan gaya Arsitektur yang bervariasi atara yang satu dengan yang lainnya. Arsitek

dalam menghasilkan suatu Karya seni Arsitektur membutuhkan pengorbanan biaya,

waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Maka atas pengorbanannya itu perlu diberi

imbalan jasa atau penghargaan atas hasil karya mereka (Arsitek). Penghargaan atas

jasa yang dihasilkan oleh Arsitek ini diharapkan dapat memotivasi arsitek untuk

menghasilkan karya-karya arsitektur yang lebih bervariasi dan lebih baik mutunya.

Berangkat dari kenyataan yang disebut di atas maka perlindungan hukum

terhadap karya Arsitektur sangat dibutuhkan. Perlindungan ini diharpkan dapat

menjamin keamanan dan kenyaman pemilik karya arsitektur dalam pelaksanaan

dan penggunaan karya-karya yang telah dihasilkan, baik berupa gambar maupun

(9)

hasil karya Arsitektur adalah pelaksanaan hukum hukum melalui peraturan tentang

Hak cipta. Pengaturan tentang Hak cipta dibidang hukum Perdata termasuk dalam

bagian hukum benda. Khusus mengenai hukum benda terdapat pengaturan tentang

hak kebendaan dimana hak terhadap kekayaan yang timbul karena kemampuan

Intelektual manusia yang dalam hal ini hak cipta dikategorikan sebagai hak atas

kekayaan Intelektual berupa benda tidak berwujud. Pentingnya perlindungan hukum

terhadap kelangsungan dan eksisiten dari kepemilikan hak cipta karya Arsitektur

yang dijabarkan diatas perlu dilengkapi dengan Peraturan Perundang-undangan agar

pemilik karya cipata tersebut dapat mempertahankan dan mempergunakan hak

ekslusifnya dengan aman.

Dengan membiarkan terjadinya pelanggaran terhadap hak cipta di bidang

karya Arsitektur disamping sangat merugikan bagi pemilik juga akan berdampak

pada lesunya daya kreativitas masyarakat. Hal ini terjadi karena dengan

pelanggaran-pelanggaran Hak Cipta Karya Arsitektur mengakibatkan pemilik tidak dapat

menikmati hasil jerih payahnya dengan leluasa. Perlindungan hukum yang ketat di

bidang Hak Cipta karya arsitektur dapat mendorong terciptanya persaingan yang

tangguh dan sehat bagi para Arsitek serta dapat meningkatkan kesejahteraan tidak

(10)

Pasal 56 ayat 1 dan2 Undang-undang Noomor. 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta menyebutkan; Bahwa pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti

rugi terhadap orang yang tidak berhak atas karya tersebut kepada Pengadilan Negeri

atas pelanggaran hak ciptanya dan memerintahkan penyerahan seluruh atau

sebahagian .pengahsilan yang diperoleh dari hasil pelanggaran-pelanggaran hak cipta

tersebut. Oleh karena itu hukum memberikan sejumlah kewenangan kepada yang

disebut dalam Undang-Undang, Dewan hak cipta yang terdiri dari wakil pemerintah,

Wakil organisai profesi dan anggota masyarakat yang memiliki kompetensi dibidang

Hak Cipta dalam memberikan penyuluhan dan pembimbing serta pembinaan hak

cipta.

Indonesia saat ini belum memiliki Peraturan Perundang-undangan yang

khusus mengatur tentang Perlindungan atas Karya Arsitektur. Adapun pengaturan

Karya Arsitektur ini terdapat pada Pasal 12 ayat 1 huruf g undang-undang Nomor. 19

Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Akan tetapi dalam Undang-undang ini tidak ada

pengaturan secara rinci yang mengatur tentang ruang lingkup dan batasan Arsitektur

itu sendiri. Undang-undang Hak Cipta hanya menyatakan bahwa Karya Arsitektur itu

dilindungi, tidak menjelaskan secara rinci bagaimana cakupan ruang lingkup dan tata

cara perlindungannya, misalnya di dalam Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta belum jelas atau strktur bangunan itu sendiri saja atau keduanya.

Pelanggaran yang nyata dapat diketahui khusunya di kota Medan adalah pelanggaran

(11)

langsung dengan mengganti nama penciptanya semula tetapi atas adanya pelanggaran

tersebut penyelesainnya tidak kepengadilan.

B. Pemasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan beberapata permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap karya

arsitektur

2. Bentuk-bentuk karya arsitetur bagaimanakah yang dikenal dalam hak cipta

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untukmengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap karya

Arsitektur

(12)

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah :

1. Bagi perguruan tinggi penelitian ini dapat memberikan masukan bagi

pendalaman dan pengembangan ilmu khusunya mengenai Hak Atas Kekayaan

Intelektual Karya-karya Arsitektur.

2. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi yang masih untuk diketahui.

3. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah bacaan, wawasan dan pengetahuan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hak Cipta

Dari segi sjarahnya konsepsi Perlindungan dibidang Hak Cipta mulai tumbuh

dengan jelas. Sejak diketemukannya mesi cetak di abad pertengahan di Eropa,

kebutuhan dibidang Hak Cipta ini timbul karena dengan musah diperbanyak secara

Mekanikal. Inilah yang pada awalnya menumbuhkan Copyright. Namun dalam

perkembangan selanjutnya isi dan lingkup Perlindungan tersebut memperoleh kritik

yang keras sebab, dianggap menikmati perlindungan yang semestinya. Para Filsuf

Eropa mempelopori kritik tersebut menggunakan Argumentasi bahwa karya-karya

cipta pada dasarnya, merupakan Repleksi pribadi, atau Altar ego dari Penciptanya.

Kemudian tumbuhlah konsep baru yakni,Author’s Ringh dan bukannya Copy Right.

Dalam perkembangan berikutnya, isi dan lingkup Pengaturan Hak cipta pada

dasarnya sudah sama, titik berat diletakkan pada Perlindungan Pencipta dan para

penerima hak cipta bahasa atau istilahhnya dapat seja berbeda.

Uraian yang telah disebutkan diatas dapat di artikan bahwa Perlindungan yang

diberikan kepada hasil dengan Penciptanya, bukan saja sekedar sebagai

penghormatan dan penghargaan terhadap hasil Karya cipta sesorang saja dibidang

(14)

arti sebgai hasil akhir melainkan sekaligus merupakan kebutuhan yang bersifat

Lahiriah dan Batiniah, baik Penciptanya maupun orang lain yang memerlukaannya.

Karena itu dibutuhkan perlindungan hukum yang memadai terhadap hasil ciptaan dan

penciptanya, dibisang Ilmu Pengetahan, Seni dan Satra.

Lahirnya undang-undang Hak Cipta di Indonesia, dimulai dari ke ikutsertaan

Indonesia dalam Konversi Internasional tentang Perlindungan Hak Citpa, karena

pada saat itu (Sebelum Konversi) Indonesia masih memakai ketentuan Perlindungan

Hak Cipta dalam bentuk Auterswet Belanda dari Tahun 1912 yang diumumkan

dalam Staatblad 1912 Nomor. 600 tgl 23 september 1912 yang dinyatakan berlaku

untuk Hindia Belanda sampai Tahun 1945 dan mulai tahun 1945 sampai tahun 1987.

Negara kita tidak mempunyai Undang-undang Hak Cipta yang jelas, namun setelah

adanya Seminar nasional tentang Hak Cipta yang dipelopori oleh ikatan Penerbit

Indonesia (IKAPI). Maka dirancanglah Undang-undang Hak Cipta dan disahkanlah

Undang-undang Hak Cipta yang baru dengan Nomor. 6 Tahun 1982, dan mulai efeftif

berlaku pada tanggal 12 April 1982. Hal ini dilakukan demi mendorong, dan

melindungi Penciptaan, Penyebarluasan hasil Karya Ilmu, Seni dan Sastra, serta

mempercepat pertumbuhan kecerdasan dan kehidupan bangsa Indonesia.

Setelah 23 Tahunn Indonesai memiliki Undang-undang Nomor. 6 Tahun 1982

tentang Hak Cipta sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor. 7 Tahun

1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor. 12 Tahun 1997, yang

selanjutnya disebut Undang-undang Hak Cipta (UUCH) namun melihat

(15)

pesatnya, sehingga memerlukan peningkatan Perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik

hak, terkait dengan tepat memperhatikan kepentingan masyarakat luas, maka

pemerintah memandang perlu untuk menyempurnakan dan mengganti

undang-undang Hak Cipta yang baru yakni Undng-undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta. Undang-undang Hak Cipta Nomor. 19 Tahun 2002 tersebut memuat

beberapa ketentuan baru antara lain mengenai; Data Base; merupakan salah satu

ciptaan yang dilindungi meningkatkan Sanksi Administrasi dan sanksi Pidana bagi

pelanggaran Hak Cipta atau Hak terkait, serta juga mengenai batas waktu proses

perkara Perdata dibilang Hak Cipta dan Hak terkait, baik di Pengadilan Niaga

maupun di Pengadilan Mahkamah Agung. Lahirnya Undang-undang yang baru ini

memberikan perlindungan Hukum Hak Cipta yang lebih, ditingkat dari peraturan

perundang-undangan yang sebelumnya, maksudnya adalah mewujudkan iklim yang

lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya semangat mencipta dibidang Ilmu

Pengetahuan, Seni dan Sastra yang diperlukan bagi pembangunan Nasional. Menurut

Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Hak Cipta Nomor. 19 Tahun 2002

berbunyi;

“Hak cipta adalah, Hak Ekslusif bagiPencipta atau penerima Hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau member izin untuk itu, dengan

tidak merugikan pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

(16)

Terdapat dua unsur penting yang terkadang dalam Pasal 1 angka 1 UUHC

(Undang-undang Hak Cipta) Nomor. 19 Tahun 2002 tersebut yaitu:

1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.

2. Hak moral dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apapun tidak

dapat ditingalkan dari padanya, Seperti mengumumkan Karyanya,

menetapkan Judul, mencamtumkan nama sebenarnya dan mempertahankan

keutuhan dan Integritas Ceritanya.

Hak Cipta merupakan Hak Ekslusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis

setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan

Perundang-undangan yang berlaku (Pasal 3 Undang-undang Hak Cipta Nomor.19

Tahun 2002). Yang dimaksud Hak Ekslusif adalah hak yang sama semata-mata

diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh

memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Dalampengertian

“Mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk juga kegiatan Menerjemahkan,

Mengadaptasi, Mengaransemen, Mengalihwujudkan, Menjual, Menyewakan,

Merekam dan Mengkomunikasikan Ciptaan kepada publik, dan menyiarkan,

melalui sarapan apapun.

Beritik tolak dari rumusan (Undang-undang Hak Cipta Nomor. 19 Tahun

(17)

a. Pencipta (Author) adalah:

1) Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas Inspirasinya

melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, Imajinasi,

Kecekatan, Ketrampilan, atau Keahlian yang dituangkan kedalam bentuk

yang khas dan bersifat pribadi.

2) Orang yang merancang suatu ciptaan tetapi, diwujudkan oleh orang lain

dibawah pimpinan, atau pengawasan oran gyang merancang ciptaan

tersebur. Contohnya adalah, Himpunan karya tulis dalam 1 (satu) buku oelh

seorang Editor, maka Editor adalah Pencipta. Laporan penelitian yang

dipimpn oleh pimpinan proyek, maka pimpinan proyek adalah Pencipta.

Pada pembuatan Film itu adalah pencipta.

3) Orang yang membuat suatu Karya Cipta dalam hubungan kerja atau

berdasarkan pesanan.

Contoh : Karyawan pada suatu perusahaan, Pegawai Negeri Sipil pada

suatu Instansi pemerintah. Akan tetapi jika diperjanjikan lain,

maka pihak pemberi kerja dalam hubungan kerja atau

kedinasan adalah pemegang hak cipta.

4) Badan hukum, termasuk juga Instansi resmi misalnya Lembaga Penelitian

Indonesia, Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Departemen Kehakiman

(18)

Beberapa defenisi tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya secara

Konvensional yang digolongkan sebagai Pencipta adalah seorang yang melahirkan

suatu ciptaan untuk pertama kali, sehingga ia adalah orang pertama yang mempunyai

hak-hak sebagai, pencipta yang sebutan ringkas untuk kepraktisannya, disebut Hak

Pencipta dan lebih ringkasnya, disebut Hak Cipta.

b. Ciptaan (Work)

Menurut pasal 1 Undang-undang Hak Cipta Nomor. 19 Tahun 2002, yang

dimaksud dengan ciptaan adalah Hasil setiap Karya Pencipta yang menunjukkan

keaslian dalam lapangan lmu pengetahuan, Seni dan Satra, menunjukkan keaslian

artinya bukan tiruan atau jiplakan dari Ciptaan orang lain. Ciptaan itu bersifat

pribadi artinya berasal dari kemampuan Intelektual yang menyatu / menunggak

dengan diri pencipta. Pada dasarnya yang dilindungi UUHC Nomor. 19 Tahun 2002

adalah pencipta yang atas Inpirasinya dibidang Ilmu Pengetahuan, Seni dan Sastra.

Perlu ada keahlian Pencipta untuk dapat melakukan karya cipta yang dilindungi Hak

Cipta. Ciptaan yang lahir harus mempunyai benuk yang khas, dan menunjukkan

sebagai ciptaan seseorang atas dasar, kemampuan dan kreativitasnya yang

bersifat pribadi.

Berdasarkan bentuknya, Ciptaan diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Karya tulis beberapa : Buku, Program Komputer, Pamflet, Perwajahan

(Layout), Karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.

2) Karya lisan berupa : Ceramah Ilmiah dan Kuliah, Pidato dan Ciptaan lain

(19)

3) Karya alat peraga berupa : Alat Peraga, yang dibuat untuk kepentingan

Pendidikan dan Imu Pengatahuan.

4) Karya Seni Rupa berupa : Lukisan, Gambar, Ukiran, Kaligrafi, Pahatan,

Patung, Seni terapan berupa, Kerajinan Tangan.

5) Karya seni music berupa : Lagu atau Musik dengan atau tanpa Teks

termasuk Karawitan dan Rekaman Suara. Jelas bahwa Lagu dan Musik juga

dapat merupakan Ciptaan yang diberikan perlindungan Hak Cipta.

6) Karya tampilan dan Siaran berupa : drama, Tari (Koreografi), Pewayangan,

Pantomim, pertunjukan, Konser, Film.

7) Karya Seni Gambar berupa : Fotografi, sinematografi, Seni Batik, Peta dan

Arsitektur.

8) Karya Pengalihwujudan berupa : Terjemahan, Ssduran, Bunga Rampai dan

Karya Pengalihwujudan.

Sumber : (Undang-Undang Hak Cipta, Nomor. 19 Tahun 2002. Pasal 12)

c. Pemegang Hak Cipta

Setiap pencipta adalah Pemilik Hak Cipta kecuali jika diperjanjikan lain

dalam hubungan kerja.

Menurut Undang-undang Hak Cipta Psl 5-9, yang dimaksud dengan Pemegang hak

cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak

(20)

Menurut Vollmar, setiap mahkluk hidup mempunyai apa yang disebut wewenang

berhak, yaitu kewenangan untuk membezit (mempunyai) hak-hak dan setiap hak

tertentu subjek haknya sebagai pendukung hak tersebut.

Setiap ada hak tentu ada kewajiban. Setia pendukung hak dan kewajiban

disebut subjek hokum yang tersiri atas manusia (natuurlijk Person) dan badan

hukum (Rechtspersoon).

Mahadi (Hal. 7-11, Hak Milik Intelektual, Tahun 1997)menyebutkan. “Setiap ada

subjektentu ada objek, kedua-keduanya tidak lepas satu sama lain, melainkan ada

relasi (hubungan), ada hubungan antara yang satu dengan yang lain”. Selanjutnya

beliau mengatakan hubungan itu namanya eigendomreth atau hak milik.

Selanjutnya menurut Pitlo, sebagaimana dikutip oleh Mahadi (Hal. 300

UUHC No. 19 Tahun 2002) menyebutkan bahwa, “disatu pihak ada seseorang (atau

kumpulan orang / badan hukum) , yakni subjek hak , dan pada pihak lain ada benda,

yaitu objek hak.” Dengan kata lain kalau ada sesuatu hak maka haru ada benda, objek

hak, tempat hak itu melekat dan harus pula ada sesuatu hak maka harus ada benda,

objek hak, tempat hak itu melekat dan harus pula ada orang subjek yang mempunyai

hak itu. Jadi jika kita kaitkan dengan hak cipta, maka yang menjasi subjeknya ialah

pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau badan hokum, yang secara sah

memperoleh hak untuk itu. Yaitu dengan jalan pewarisan, hibah, wasiat atau pihak

lain dengan perjanjian, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 3 UHC Indonesia.

Sedangkan yang menjadi objeknya ialah benda yang dalam hal ini adalah hak cipta,

(21)

Selanjutngan siapa saja yang dimaksud dengan pencipta itu, dalam hal ini

Pasal 5 sampai dengan Pasal 9 UHC Indonesai memberikan jawaban sebagai berikut.

Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai pencipta adalah:

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar umum ciptaan pada Direktorat

jenderal; atau

b. Orang yan namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta

pada suatu ciptaan pasal 5 (1).

Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan bahan

tertulis dan tidak pemberitahuan siapa penciptanya, maka orang yang berceramah

dianggap sebagai pencipta ceramah tersebut, pasal 5 (2). Jika suatu ciptaan terdiri dari

beberapa bagian tersendiri yag diciptakan oleh dua orang atau lebih, maka yang

dianggap sebagai pencipa ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian

seluruh ciptaan itu, atau dalam hak tkidak ada orang tersebut yang dianggap sebagai

pencipta, adalah orang yang menhimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta

masing-masing atas bagian ciptaannya itu, pasal 6.

Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang dieujudkan dan dikerjakan oleh

orang lain dibawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, Pencptanya

adalah orang yang merancang, ciptaannya itu, pasal 7.

Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam

(22)

tidak mengurangi hak penciptaanya apabila penggunaan ciptaan itu diperkuas sampai

keluar hubungan dinas pasal 8 (1).

Ketentuan sebagaima dimaksud dalam ayat (1) beraku pula bagi ciptaan yang

dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas, pasal

8 (2). Jika suatu ciptaan dibuat salam hubungan kerja atau berdasarkan pedanan,

maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang

Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak, pasal 8 (3).

Yang dimaksud dengan Hubungan Dinas adalah Hubungan kepegawaian

antara pegawai negeri dengan instansinya, sedangkan hubungan kerja di lembaga

swasta, penjelasan pasal 8.

Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal daripadanya dengan

tidak menyebut sesorang sebagai pencipta, badan hukum tersebut dianggap sebagai

penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya, pasal 9.

Demikianlah kita lihat siapa-siapa yang dianggap sebagai pencipta menurut

Undang-undang Hak Cipta Indonesia (UUHC).

Selanjutnya mengenai Negara sebagai pemegang hak cipta, dalam hal itu

ketentuan Pasal 3 ayat (2) menyatakan; Bahwa hak cipta dapat beralih atau dialihkan

baik seluruh maupun sebagian karena:

a. Pewarisan.

b. Hibah.

c. Wasiat.

d. Perjanjian tertulis atau.

(23)

Pasal 10 ayat (4) menyebutkan, “Hak cipta yang dipegang oleh Negara

sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, diatur dengan peraturan Pemerintah.

Pasal 11 UHC Indonesia menyebutkan lasi satu sebab hak cipta itu dipegang

oleh Negara sebagai subjeknya yakni apabila suatu ciptaan tidak diketahui

penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan (belum dipublikasikan, penulis).

Namun Negara dalam hak ini memposisikan dirinya sebagai “pelindung” terhadap

hak yang dimiliki oleh penciptanya.

Manakalah penciptanya diketahui kemudian hari Negara akanmenyerahkannya

kembali, jadi Negara berperan sebagai pelindung kepentingan hukum pencipta yang

tidak diketahuinya it. Ketentuan ini adalah merupakan penyesuaian dengan artikel

15 (4) Konvensi Bern. Namun khusus terhadap suatu ciptaan yang telah diterbitkan,

tetapi tidak diketahui penciptanya, atau pada ciptaan tersebut terdapat nama

samara penciptanya, maka penerbitlah yang memegang hak cipta tersebut, tetapi

untuk kepentingan hukum penciptanya.

Peristiwa seperti diuraikan diatas dapat saja terjasi. Khususnya pada masa

perang. Benyak pengarang yang merahasiakan namanya dan memunculkan nama

samarannya. Saat ini Indonesiapun banyak ditemui lagu-lagu (khususnya lagu daerah)

yang tidak diketahui dengan jelas penciptanya. Kesulitan dalam praktek penegakan

hukum justru ada pihak tertentu yang mengklaim sebagai penciptanya, pada hal

sesungguhnya bukanlah yang bersangkutan penciptanya. Akhirnya terjasi proses

(24)

Oleh karena itu, dalam keadaan seperi itu negaralah yan akan mengklaim,

untuk kepentingan pencipta yang sesungguhnya, walaupun pada akhirnya bisa saja

pencipta yang sesungguhnya itu tidak pernah dapat ditemukan oleh sesuatu sebab.

Dalam ketentuan sebelumnya, terhadap hak cipta yang tidak diketahui siapa

penciptanya, hak itu diambil oleh Negara.

Ternyata kemudian redaksi seperti itu tidak lagi ditemukan dalam

Undangan-undangan Nomor. 7 Tahun 1987 dan diteruskan dalam Undang-undang Nomor. 12

Tahun 1997 dan Undang-undangan sekaran (UU) no. 19 Tahun 20020. Alasan

penghapusannya adalah:

1. Sesuai denngan fisik hak cipta sebagai hak perorangan yang lebih bersifat pribadi

dan tidak berwujud seyogyanya memang tidak perlu ada ketentuan serupa itu

2. Sekiranya negara memang memerlukan, cukup ditempuh dengan cara mekanisme

yang lazim dikenal dengan “Copulsory Lisensing” yang sekarang dianut dan

diatur dalam Undang-undang hak cipta Indonesia terakhir.

3. Apabila sesuatu ciptaan memang memiliki arti penting antara lain bagi atau dari

segi kebijaksanaan di bidang pertahanan dan kemanan negara, untuk itu dapat

ditentukan pelanggaran untuk mengumumkan ciptaan tersebut.

Walaupun bukan pencipta, negara adalah pemegang Hak Cipta atas karya :

a. Peniggalan sejarah, prasejarah, dan benda budaya nasional

b. Hasil kebudayaan rakyat yangmenjadi milik bersama dipelihara dan dilindungi

(25)

c. Ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan

Didalm Pasal 1 UUHC (Undang-undang Hak Cipta), diadakan perubahan

untuk menegaskan status daripada hak cipta, jika pencipta karya pencipta tidak

diketahui dan juga belum diterbitkan atau tidak terbit seperti ,lazimnya dalam karya

tulis, karya music ciptaan tersebut belum diterbitkan dalam bentuk buku, atau belum

direkam. Dalam hal ini maka karya cipta yang bersangkutan dipegang oleh negara

untuk melindungi hak cipta bagi kepentingan penciptanya, sedangkan apabila karya

tersebut berupa karya tulis dan telah diterbitkan maka hak cipta dipegang oleh

penerbit. Penerbit juga dianggap pemgan hak cipta atau ciptaan yang diterbitkan

dengan menggunakan nama samara penciptanya.

B. Funsi dan Sifat Hak Cipta

Menurut pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta bahwa;

Hak cipta merupakan Hak Eksludif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis, setelah

suatu ciptaan dilahirkan tanpamengurangi pembatasan menurut peraturan

Prundang-undangan yang berlaku. Dalam konsep Hak Cipta tersimpul 3 (tiga) jenis hak khusus

(26)

1. Mengumumkan dan / atau memperbanyak ciptaan:

2. Memberikan izin kpada orng lain untuk mengumumkan dan / atau

memperbanyak ciptaanya.

3. Khusus atas Hak CIpta atas karya Sinematografi dan program computer,

memberi izin atau melarang orang lain tanpa persetujuan menyewakan

ciptaan tersebut.

(Sumber; Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun

2002).

Dari ke tiga jenis Hak Ekslusif dari pencipta ini, tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut peraturan Perundang-undangan dengan hak cipta,

antara lain: Kebebasan pengumuman Hak Cipta tidak boleh melanggar

pembatasan. Jadi yang dimaksud melanggat pembatasan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Kesulitan dan Ketertiban umum.

Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak beleh melanggat Kesusilaan dan

ketertiban umum. Contohnya : Penggunaan hak untuk mengumumkan atau

memperbanyak kalender bergambar wanita telanjang VCD, kebebasan Seks,

memperbanyak dan menyebarkan buku berisi ajaran yang memperbolehkan

(27)

2. Fungsi Sosial

Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh meniadakan atau fungsi sosial

Hak Cita. Fungsi sosial, member kesempatan kepada masyarakat

memanfaatkan ciptaan seseorang untuk kepentingan Pendidikan dan Ilmu

Pengetahuan, bahan pemecahan masalah, pembelaan perkaran di Pengadilan,

bagan ceramah, tetapi harus disebutkan sumbernya secara lengkap.

3. Pemberi Lisensi Wajib

Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh meniadakan kewenangan negara

untuk mewajibkan pemegang Hak Cipta member Lisensi (Compulsorylisencing)

kepada pihak lain untuk menerjemahkan atau memperbanyak Ciptaannya dengan

imbalan yang wajar.

(Sumber : Pasal 3 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002).

Menurut Pasal 3 Undang-undang Hak Cipta Nomor. 19 Tahun 2002 bahwa:

1. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak

2. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebahagian.

Karena; Pewarisan, Hibah, Wasiat , Perjanjian tertulis atau sebab-sebab yang

dibenarkan oleh peraturan Perundang-undangan.

Dari bunyi pasal tersebut pada ayat 1 adanya perkataan “dianggap sebagai

benda bergerak”, kalimat ini dianggap, tidak ada kepastian apakah sifat dari Hak

(28)

penjelasan Pasal 3 UUHC Nomor 19 Tahun 2002 yang mengatakan bahwa beralih

atau dialihkannya Hak Cipa idak dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus dilakukan

secara tertulis baik dengan maupun Akta Notaris. Hal ini akan menguatkan dugaan

bahwa Hak Cipta itu semakin lebih mendekati kepada sifat benda tidak bergerak.

Mariam Darus (hal. 4, Aspek HaKI, Tahun 1997) menyebutkan, “pengumyman

atas benda tetap (benda tidak bergerak) terjadi melalui pendaftaran, sedangkan benda

bergerak melalui penguasaan nyta. Jadi bila diteliti sesuai dengan uraian diatas maka

sifat dari Hak Cipta itu boleh dikatakan lebih tepat jika digolongkan kedalam banda

tidak bergerak”.

C. Pengertian Arsitektur

1. Gambaran Umum Tentang Arsitektur

Sama halnya dengan Seni Visual lainnya, Seni Arsitekturpun bertujuan untuk

memperoleh keindahan yang ideal dalam rangka memenuhi kebutuhanmanusia.

Keindahan dalam arsitektur merupakan nilai-nilai yang menyenangkan mata dan

pikiran. Sebenarnya apa yang disebut indah, sulit ditentukan ukurannya karena sifat

subjektisitasnya selalu akan muncul. Sesuatu indah bagi sesorang belum tentu

indah bagi orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilihat apabila seorang

seminar lukisan menggunakan warna sebagai medianya, maka seorang arsitek

menggunakan suatu bentuk tertentu yang dihasilkan oleh seorang Arsitek, dan akan

dapat mempengaruhi perasaan manusia. Selain dari bentuk, unsur-unsur lain juga

(29)

kenyamanan. Arsitektur pada umumnya didefinisikansebagai “Seni penciptaan ruang

dan bangunan untuk member wadah kepada kehidupan bersama”. Pengertian

ini membuat suatu penyempitan jangkauan terhadap arti Arsitektur itu sendiri. Ia

hanya diasosiasikan dengan penciptaan bangunan-bangunan dann ruang-ruangan

yang indah dan hanya sebagai tempat bagi kehidupan manusia itu.

Menurut Van Ramondt (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal. 26, Tahun 1997)

“Arsitektur adalah ruang tempat hisup manusia dengan berbahagia.

Istilah Arsitektur dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan sebagai

gaya atau bentuk bangunan, seni dan ilmu merancang serta membuat kontruksi

bangunan, metode dan gaya sustu kontruksi bangunan. Dengan kata lain merupakan

pengetahuan seni merancang ata mendesain bangunan.

Menurut Eko Budiharjo (hal. 40, Tahun 1997) dalam bukunya yang

berjudul Arsitektur Berbicara Tentang Arsitektur Indonesia, pengertian

“Arsitektur meiliki makna yang lebih luas meliputi pembangunan lingkungan binaan

(Bluit Environment) yang merupakan bagian dari lingkungan semesta yang telah

dibuat oleh manusia untuk menopang kehidupannya”, yang berarti mencakup

segala Ruang Bangunan, dan Prasarana dan yang dibentuk oleh manusia. Arsitektur

yaitu suatu seni untuk mendesain bangunan sehingga mempunyai nilai

Keindahan/Estetika. Keindahan adalah nilai-nilai yang menyenangkan mata, pikiran

(30)

Kemudian dalam buku Eko Budiharjo (hal. 56, Tahun 1987) yang berjudul

Menuju Arsitektur Indonesia, menyetakan, “Keindahan bentuk, lebih banyak

bebicara mengenai sesuatu yang lebih nyata yang terdiri dari Keterpasuan, Proporsi,

Keseimbangan, Skala dan Irama. Sedangkan keindahan ekspresi bersifat abstrak

terdiri dari, Syarat urut-urutan karakter, Gaya dan Warna”. “Keindahan itu bukanlah

sesuatu yang bisa dicapai hanya dengan usaha fisik, tetapi harus juga disertai dengan

usaha batin. Ini terkesan terekspresikan apakah Arsitektur adalah seorang

arsitek-arsitek diartikan sebagai ahli bangunan, ahli perancang (Pendesain) bangunan atau

pakar Arsitek. Dengan kata lain iala orang yang mempergunakan keahliannya

untuk mengerjakan perancanaan dan pengawasan bangunan. Demikian juga halnya

dengan Arsitek sebagai pihak yang menyandang suatu profesi, dapat memberikan

nasehat atau jasa-jasa yang berhubungan dengan perencangan Pengawasan, yag

dipercayai oleh pemberi tugas.

Arsitekrut adalah selaku pihak professional ang merancang pekerjaan untuk

kepuasan dan keberuntungan para investor, yang didalamnya terdapat perpaduan

kecakapan teknik dan kematangan etik yang diperoleh melalui Pendidikan,

Pengalaman dan displin yang harus disertai pula Mental, Etik dan Moral, yang kuat

tidak hanya sekedar mencari nafkah, tetapi juga mem[ertaruhkan kualitas dan harkat

pribadinya. Tidak ada suatu seni yang begitu dngan kehidupan sehari-hari kita

manusia, selain daripada Arsitektur. Untuk musik saja seorang harus pergi

(31)

atau radio. Untuk menikmati suatu karya satra, sesorang harus mmbaca dengan tekun,

dan utk menikmati atau melihat lukisan harus pergi ke museum, sepanjang

tahun bahkan hayatnya. Jelas bahwa Arsitek mempunyai kedudukan dan peranan

penting dalam masyarakat.

Arsitektur sebagai suatu karya Seni hanya bisa tercapai dengan sukungan

masyarkat luas, berbeda dengan karya seni lukis atau patung. Dari rumusan diatas

dikatakan bahwa Arsitektur merupakan suatu karya manusia. Berarti sesungguhnya

Arsitektur tidak dapat dinilaihanya sebagai Seni suatu bangunan saja, tetapi harus

selalu berada dalam lingkungan, atau konteks dan/atau topic manusia itu sendiri.

Suatu karya Arsitektur ini dapat dinilai atau empunyau nilai apabila karya tersebut

telah dan sudah berfungsi yaitu bukan pada saat karya tersebut selesai secara fisik.

Arsitektur dikatakan suatu keindahan adalah sebagai tahap awal, selanjutnya arsitek

hanya dapat menggugah bagaiman hasil rancanganya dan akan ditanggapi olej

masyarakat, apakah dinilai atau tidak.

Dalam penjelasan Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, yang

dimaksud dengan arsitektur antara lain meliputi : Seni Gambar Bangunan, Seni

Gambar Miniatur dan Seni Gambar Maket.

b. Hak dan Wewenang

(32)

1. Hak milik yaitu : meliputi semua Sketsa-sketsa, Gambar-gambar rancangan,

syarat-syarat dan rancangan anggran biaya yang asli tetap menjadi milik Arsitek.

2. Hak mewujudkan rancangan yaitu :

a) Dengan membayar segala sesuatu yang menyangkut pembuatan rancangan

tersebut satu kali. Perwujudan rancangan tersebut, dengan tidak melakukan

perubahan apapun harus dengan persetujuan Arsitek.

b) Arsitek tidak boleh memberikan hak perwujudan rancangan kepada pihak ke

3, dengan atau tanpa perubahan apapun, setelah hak dan perwujudannya

pernah diberikan kepada pemberi tugas.

3. Tanda nama

a) Arsitek berhak membubuhkan tanda tan gan nama atau tanda pengenal pada

perwujudan dan rancangannya asalkan pembubuhan itu tidak merusak

pandangan atau kegunaan perwujudan itu.

b) Arsitek berhak membuat atau menyuruh membuat gambar-gambar dan

sebagainya serta untuk menyiarkan, mempertunjukkan dan memperbanyak.

Selain hak yang dimiliki Arsitek, terdapat juga wewenang dalam setiap

penugasannya yaitu wewenang untuk merubah rancangan seperti mengadakan

(33)

c. Perangcang Arsitek

Kelebihan manusia hidup didunia dibandingkan dengan mahkluk lainnya ialah

karena manusia itu dianugerahi kemampuan, untuk berfikir dengan kemampuan itu

manusia dapat mempertahankan hidupnya, bahkan mampu membangun hidupnya,

menjadi suatu yang sangat berarti bagi dirinya, maupun mahkluk lain dalam

menuju keharmonisan. Untuk itu perlu adanya intregasi antara alam, manusia, dan

berfikir dalam satu lingkungan yang ideal, langkah yang dapat dicapai ke arahh itu

dengan perancang atau desain. Indonesia sebagai negara berkembang, posisi kegiatan

desain antara kemajuan teknologi dengan pertumbuhan ekonomi, perancang cukup

berperan dalam menciptakan suatu kondisi sosial dari suatu masyarakat yang

harmonis.

Kata design dalam kamus Indonesia-Inggris, dari John M. Echols (Kamus

Hukum, 1976) berarti, “Potongan, Metode, Tujuan, Rencana sedangkan dalam

kamus Webter adalah, “Gagasan awal, rancangan, Perencanaan, pola, susunan,

rencana proyak, hasil yang tepat, pikiran, maksud, kejelasan dan seterusnya.”

Perancang adalah menemukan komponen fisik yang benar dari sebuah fisik;

(Muhammad Djumhana, R. Djubaedilah, hal. 52-55, Tahun 1987): 1. Menemukan komponen fisik yang benar dari sebuah fisik.

2. Merupakan aktifitas pemecahan problem yang langsung.

(34)

5. Lompatan imajinasi, dari fakta-fakta sekarang paada

kemungkinan-kemungkinan yang akan datang.

6. Hasil pemecahan optimal dari kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya dari

suatu keadaan tertentu.

7. Sebuah aktifitas yang Krearif, dan yang membawa ke dalam sesuatu yang

baru dan berguna serta tidak ada sebelumnya.

Perencanaan suatu kegiatan umum dilakukan dalam waktu proses yang

panjang dimulai sejak usaha melahirkan ide, atau Gagasan sampai wujud gagasan,

yang menjasi keinginan atau tujuan semula.

D. Jenis-jenis Hak Cipta Yang Dilindungi

Mengingat Hak Cipta sebagai suatu Kaya yang dapat menjadi kekayaan

bidang Seni dan Sastra dalam perkembangan dibidang Perdagangan, Imdustri, dan

Investasi yang sedemikian pesat maka perlu diberikan perlindungan agar pencipta

lebih semangat untuk membuat ciptaan yang baru, sehingga tercipta iklim persaingan

yang sehat dalam pelaksanaan pembagunan nasional.

M. Syamsudin (Jurnal Hukum, hal. 42-44, Tahun 2004) mengatakan perlindungan hukum mengacu kepada norma-norma hukum, bai tertulis maupun

tidak tertulis yang mengatur hubungan antara manusia, dalam berbagai aspek

kehidupan yang bertujuan untuk menjaga ketentraman dan ketertiban hidup

masyarakat, member perlindungan terhadap hak dan kepentingan manusia, dan

(35)

perlindungan terhadap hasil Karya Cipta manusia dapat dijadikan dasar untuk

perlindungan Hak Cipta:. Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh

Undang-undang, guna mencegah terjadinya pelanggarab, dalam hal ini Hak Cipta,

dan jika terjadi pelanggaran maka pelanggaran tersebut harus diproses secara hukum,

dan bila terbukti melakukan pelanggaran, ia akan dijatuhkan hukuman sesuai dengan

ketentuan Undang-undang tersebut.

Menurut L.J,Taylor yang dikutip oleh Muhammad Djumhana (hal. 56,

Tahun 1997) yang dilindungi Hak Cipta adalah, “Ekspresinya dari sebuah ide, jadi

buka melindungi idenya itu sendiri. Jadi ciptaan yang mendapat perlindungan dalam

sesorang yang telah dituangkan dalam bentuk nyata atau terwujud yang dapat dilihat

atau dibaca.

Hukum dengan hak cipta dengan jelas mengatur ciptaan apa saja yang

termasuk dalam lingkup perlindungan Hak Cipta. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 12

ayat (1) Undnag-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tantang Hak Cipta. Yang dilindungi

Hak cipta yaitu ciptaan dalam bidang Ilmu Pengetahuan, Seni dan Sastra, yang

mencakup:

a) Buku, Program Komputer, Pmamflet, Perwajahan (Lay Out), Karya tulis yang

diterbitkan dan semua hasil karya Karya tulis lainnya;

b) Ceramah, Kuliah, Pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

(36)

e) Seni rupa dalam segala bentuk seperti; Seni lukis, Gambar, Seni Ukir, Seni

Kaligrafi, Seni pahat, Seni patung, Kolase dan Seni terapan.

f) Arsitektur

g) Peta,

h) Seni Batik,

i) Fotografi,

j) Sinematografi,

k) Terjemahan, tafsir, Saduran bunga rampau, Database dan Karya lain dari

Pengalihwujudan.

Terhadap ciptaan yang dilindungi diatas terhadao juga pembatasa dalam

penggunaan jangka waktu perlindungan atau mada keberlakuan Ciptaan tersebut,

seperti tercermin dalam Undang-undang Hak Cipta. Mas berlaku Hak Cipta

berlansung selama hidup pencipta dan berlangsung terus hingga 50 (lima puluh)

tahun setelah pencipta meninggal dunia yaitu atas ciptaan berupa:

a) Buku, pamlet, dan semua hasil Karya tulis lainnya;

b) Drama atau drama musical, tari koreografi.

c) Segala bentuk Seni rupa, seperti Seni Lukis, seni pahat dan seni patung.

d) Seni batik.

e) Lagu music dengan atau tanpa tek.

f) Arsitektur.

(37)

h) Alat peraga

i) Peta

j) Terjemahan, Tfsir, saudara dan Bunga Rampai.

Masa berlaku hak cipta berlangsung selama 50 tahun sejak diumumkan pertama

kali yaitu atas ciptaan berupa:

a) Program Komuter.

b) Sinematografi.

c) Database.

d) Fotografi.

e) Karya hasil pengalihwujudan.

f) Perwajahan Karya tulis (sejak pertamakali diterbitkan)

Disamping Perlindungan Hak Cipta yang dilihat berdasarkan janka waktunya,

ada terdapat Aspek khusu yang lain pada Hak Atas Kekayan Intelektual yang

dijasikan dasar untuk melindungi Hak Cipta seseorang. Yaitu Hak Moral (Moral

Right).

Hak normal adalah, yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi

penciptaatau penemu. Hak moral melekat pad pribadi Pencipta, apabila Hak Cipta

dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak dapat dipisahkan dan

pencipta atau pemilik karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadii menunjukkan

(38)

E. Proses Pendaftaran Hak Cipta.

Permohonan pendaftaran Hak cipta tidak jauh berbeda dengan pendaftaran

Hak atas Milik Intelektual yang lainnya. Seperti, Hak Merek, Indikasi Geografis,

Rahasia Dagang dan lain-lain, dimana permohonan pendaftaran Hak Cipta diajukan

kepada Dirjen Haki Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia dimana

tempat permohonan berdomisili.

Adapun sayarat-sayarat yang harus diengkapi dalam permohonan tersebut adalah:

a. Tanggal, Bulan dan Tahun

b. Nama lengkap, Kewarganegaraan, dan Alamat Pemoho;

c. Nama Lengkap dan alama kuasa (bila melalui kuasa);

d. Jenis ciptaan yang dimohonkan untuk didaftar;

e. Nama negara dan tanggal permintaan Hak Cipta yang pertama kali dalam hal

permohonan diajukan dengan prioritas.

Dalam permohonan Pendaftaran Hak Cipta Permohonan wajib melampirkan

a. Surat pernyataan diatas kertas bermaterai cukup ditanda tangani oleh pemohon

(bukan kuasa), yangmenyatakan bahwa ciptaan yang dimohonkan adalah

miliknya;

b. Surat kuasa khusus (apabila melalui kuasa);

c. Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau foto copynya yang dilegalisasi

(39)

d. 24 lembar etikat Hak Cipta (empat lemba dilekatkan pada formulir

permohonan)

e. Foto Copy pemohon;

f. Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia (dalam hal

permohonan dengan prioritas);

g. Bukti pembayaran biaya permohonanRp.

45.000,-h. Jika ciptaanmenggunakan bahasa asing atau huruf yang tidak lazim dalam bahasa

Indonesia, dilengkapi dengan terjemahan/padanannya dalam Bahasa

Indonesia;

i. Izin dari yang berhak/berwenang dalam hal ciptaan memerlukan izin yang

(40)

PERMINTAAN PENDAFTARAN HAK CIPTA *Tgl Masuk : * Untuk Permintaan Hak Cita : *No Agenda : * Tgl Penerima Permintaan :

Nama Kewarganegaraan dan Alamat :

Pemilik Hak Cipta :

Nama dan Alamat Kuasa :

Alamat Yang Dipilih Di Indonesia (diisi untuk pemilik Hak Cipta yang )

Tidak bertempat tinggal di Indonesia :

Nama Negara dan tanggal Permintaan Pendaftaran hak cipta yang pertama Kali (diisi untuk permintaan pendaftaran Yang diajukan dengan hak prioritas) :

Bentuk Catatan : Gina Ciptan :

Kelas Barang / Jasa : Jenis Barang / Jasa :

*Diisi Oleh Kantor Hak Cipta ……… Tgl ………

Pemilik Kuasa

(41)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Dengan inimenyatakan bahwa ciptaan : ……….

Yang dimintakan untuk didaftarkan adalah benar ciptaan /milik saya dan tidak menitu

ciptaan orang lain baik untuk seluruhnya maupun pada pokoknya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat

dipergunakan sebagaiman mestinya:

……….

Pemilik Merk

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penyusunan skripsi inimateri pembahasannya yakni membahas

perlindungan Hak Atas kekayaan Intelektual. Khususnya dalam hal ini Hak Cipta

karya Arsitektur. Adapun ruang lingkup dari penulisn ini akan dibatasi yaitu

membahas tentang bagaimana dibentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap

karya Arsitektur, dan Bentuk-bentuk Karya Arsitektur yang bagaiman yang

dilindungi oleh hak cipta. Hal ini dimaksud untuk mempermudah penulis dan

pembaxa lainnya dalam memhami dan mempelajari tujuan dan maksud penelitian ini.

B. Sumber Data

Data penelitian ini sumber data yang dipergunakan adalah, sumber data

Primer yang diperoleh lansung dari lapangan dan sumber data Sekunder yang

diperoleh dari berbagai peraturan Perundang-undangan, Buku-buku Ilmiah, Media

Massa dan Informasi lainnya (Internet).

data sekunder dari sudut kekuatan mengingatkan dapat digolongkan menjadi:

1. Bahan Hukum Primer Yaitu : Bahan-bahan hukum yang mengikay seperti

KUHPerdata Peraturan Pemerintah, Staatblad dan yang lainnya yang berguna

(43)

2. Bahan HukumSekunder yaitu : yangmemberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, misalnya Rancangan Undang-undang, Hasil penelitiaan, Hasil

Karya dari Kalangan Hukum dan seterusnya.

3. Bahan Hukum Tertier yaitu: Bahan Hukum penunjang yang mencakup bahan

yang member petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum perimer

dan bahan hukum sekunder yaitu berupa; Kamus, Majalah, Surat Kabar dan

Media informasi lainnya.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dilakukan dengan studi keputusan yaitu dilakukan

dengan memilih berbagai pustaka, seperti peraturan perundang-undangan yang

berlaku, hasil-hasl seminar, buku-buku ilmiah, dan dokumen yangberkaitan dengan

objek penelitian.

Selanjutnya untuk mendukung data-data dari kepustakaan maka dilakukan

wawacanra dengan pihak –pihak yang terkait dengan hak cipta karya Arsitektur

seperti bapak Immanuel Timoti dari Asosiasi Arsitek Indonesia (AAI), Dina Sitepu

(44)

D. Analisa Data

Semua data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, untuk selanjutnya akan

dilakukan pengolahan data, dengan menggunakan metode deduktif (yang umum ke

khusus) ditarik suatu kesimpulan dari data yang tekag selesai tersebut yang kemudian

(45)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk Perlindungan Hukum Yang Diberikan Kepada Karya Arsitektur

Ditinjau dari Undang-undang Hak Cipta Nomor. 19 Tahun 2002

Didalam Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta tidak

terdapat pengaturan yang lebih khusus tentang perlindungan Hak Cipta Karya

Arsitektur.

Arsitektur merupakan salah satu karya yang dilindungi, melalui Undang-undang Hak

Cipta sebagaima karya-karya lainnya yang dicantumkan dalam pasal 12 ayat (1)

huruf g Undang-undang Nomor. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Oleh karena itu,

terhadap Arsitektur ini jug adapt juga berlaku semua aturan umum yang juga berlaku

untuk karya lainnya, kecuali disebutkan secara khusus tidak berlaku . dalam

penjelasan Pasal 12 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta, ini ditegaskan bahwa karya Arsitektur dalam pengertian Undang-undang

diartikan sebagai karya yang meliputi antara lain: seni gambar bangunan, Seni

Gambar Miniatur, dan Seni Gambar Maket Bangunan. Sebagai perbandingannya,

Negara-negara peserta konversi Berne melindungi karya Arsitektur, yang meliputi

karya dua Dimensi yaitu, Gambar rencana dan Model bangunan, dan karya Tiga

(46)

apa yang dilindungi. Sedangkan menurut Undang-undang Hak Cipta tidak memuat

Terminologi yang pasti dari pengertian Arsitektur itu sendiri, apakah Arsitektur yang

dilindungi itu berupa denah, apakah tampak dari suatu bangunan, apakah juga

termasuk struktur dari suatu bangunan, bahkan elemen-elemennya seperti pintu,

jendela, kamar, lantai, taman dan lain-lain. Jadi perumusan yang terdapat dalam

penjelasan Pasal 12 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta masih belum jelas serta memerlukan pengertian dalam penerapannya untuk

dilaksanakan.

Adanya pengaturan yang lebih memadai dari Arsitektur, maka perlindungan

yang diberikan melalui Undang-undang Hak Cipta akan dapat menjamin Hak

Ekonomi dari para Arsitek, karena akan tertutup kemungkinan adanya sumber

peniruan baik dari gambar maupun struktur bangunan itu sendiri. Seorang Arsitek

tidak hanya dilarang meniru-niru atau menggunakan gambar yang dibuat

berdasarkan karya Arsitek lain sehingga menimbulkan Inspirasi baginya untuk

merencanakan dan / atau membuat bangunan yang sama ampir sama. (Bintang

sanusi, Bandung 1998 hal. 90).

Hasil wawancara dengan “Timoti (Arsitek)”. Bahwa adanya aturan yang

terdapat dalam Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, bahwa

pemilik bangunan dilarang untuk mengubah atau menambah bangunan yang

menggunakan karya Arsitektur. Terhadap larangan melakukan perubahan dikaitkan

dapat merusak karya arsitektur semula tidak lagi sesuai untuk dipakai sebagai

(47)

Saja melakukan perubahan atau penambahan bangunan tanpa persetujuan dari

arsiteknya dan tidak ada larangan untuk itu atau bangunan suatu pelanggan.

Dalam pandangan pemilik bangunan sebagai konsumen karya arsitektur

tersebut, larangan yang sebutkan diatas yaitu, larangan melakukan perubahan

tarhadap karya arsitektur dengan harus terlebih dahulu meminta izin atau persetujuan

dari arsiteknya adalah kurang menguntungkan bagi mereka dan dalam prakteknya

para arsitek inti sendiri menyadari akan hal demikian. Dalam hal ini juga

Undang-undng Hak Cipta mengatur, bahwa pengambilan suatu ciptaan diperbolehkan dengan

adanya itikat baik dalam memperoleh ciptaan tersebut dan semata-mata untuk

keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk suatu kegiatan komersil dan / atau untuk

kepentingan berkaitan dengan komersial san sepanjang tidak merugikan kepentingan

yang wajar si pencipta.

Undnag-undang hak cipta tidak secara tegas, mengatur defenisi dari suatu

pelanggaran akan tetapi dengan merujuk peraturan-peraturan yang terdapat dalam

Undang-undang Hak Cipta, mengenai batasan dan / atau ruang lingkup dari hak-hak

yang dimiliki oleh seorang pencipta atau pemegang hak cipta, maka pelanggaran hak

cipta menurut ketentuan Undang-undang Hak Cipta adalah, setiap tindakan yang

berupa perbuatan-perbuatan yang dilakukan terhadap hak-hak khusu dari pencipta

atau pemegang hak cipta yang diatur dalam ketentuan Undang-undang Hak Cipta

(48)

undang-1. Secara langsung mengcopy rencana-rencana yang dilindungi hak cipta.

2. Menggunakan struktur bangunan yang dilindungi hak cipta.

3. Mengganti struktur bangunan yang dibangun dengan rencana yang dilindungi

hak cipta untuk menciptakan rencana-rancana lainnya.

Di Medan, ketiga bentuk pelanggaran tersebut diatas dapat atau pernah terjadi,

khusus dalam hal mengamati struktur bangunan dengan rencana menciptakan rencana

lainnya seperti yang disebutkan diatas, merupakan suatu hal yang wajar terjadi.

Untuk lebih jelasnya, bentuk pelanggaran yang dapat atau pernah terjasi khusunya di

kota Medan adalah berupa:

1. Menggabar ulang desain yang dibuat oleh seseorang arsitek dengan

mengganti nama arsiteknya;

2. Pencantuman atau penggantian nam pencipta atas karya arsitektur dalam arti

menggunakan desain seseorang dengan pencantuman namanya tanpa

mengcopynya;

3. Mengambil sebagai kecil atau sebagian besar idea tau gagasan dari karya

Arsitektur seseorang; dan

4. Mengamati suatu bangunan dari suatu daerah dan / atau tempat tertentu,

kemudian mewujudkan kembali bangunan tadi di tempat lain.

(49)

Diantara para arstitek tidak mempermasalahkan pendaftaran Hak Cipta

ataupun upaya untuk melakukan tindakan sehubungan dengan penjiplakan,

pengubahan dan peniruan dikalangan Arsitek dianggap sebagai suatu yang biasa dan

tidak perlu dibesar-besarkan. Berdasarkan hal tersebut, apabila seorang Arsitek

mendaftarkan hasil karya Arsitekturnya, maka ia dianggap egois dan dianggap

melakukan monopoli.

Dari sisi UUHC sendiri, sisrim pendaftaran yang bersifat deklaratif juga

menjadi faktor pendukung para Arsitek tidak mendaftarkan hasil karya Arsitekturnya.

Berdasarkan sistim tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa pendaftaran bukan

merupakan suatu kaharusan bagi pencpta atau pemegang hak cipta, sebagaimana

tersirat didalam penjelasan Pasal 35 ayat (4) UUHC Nomor. 19 Tahun 2002,

melainkan bersifat bebas dan tidak memaksa. Hak cipta timbul secara otomatis

setelah ide pencipta dituangkan dalam karya cipta yang berwujud. Misalnya dalam

Karya Seni Arsitektur, hal ini berarti bahwa suatu ciptaan, baik yang terdaftar

maupun yang tidak terdaftar akan tetap dilindungi oleh Undang-undang, pendaftaran

tidak merupakan bukti pemilikan suatu hak cipta, pendaftaran hak cipta akan

bermanfaat untukmembuktikan kebenaran pihak yang dianggap sebagai pencipta

yang sebenarnya apabila terjadi sengketa kasus di Pengadilan, dalam kata lain dapat

dikemukakan bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh pencipta dijadikan sebagai

(50)

singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda pidana sedikit Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah)

atau pidana penjara paling lama 7 tahun (tuju tahun) dan / atau denda paling banyak

Rp.5000.000.000 (lima milyar rupiah) sebagaimana yangdisebutkanpasal 72

Undang-undang Hak Cipta.

Disamping itu, Undang-undang Hak Cipta mencantumkan ketentuan baru

mengenai putusan sementara Pasal 60 ayat 1 untuk mencegah kerugian yang lebih

besar bagi pemegang hak yang hak ciptanya dilanggar oleh pihak lain. Putusan

sementara ini dapat dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga berdasarkan permintaan pihak

yang haknya dilanggar yang bertujuan untuk :

a. Mencegah masuknya barang-barang yang diduga hasil pelanggran hak

cipta.

b. Menyimpan bukti-bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta.

c. Meminta pihakyang haknya dilanggar untuk membawa bukti-bukti

kepemilikan atas hak cipta dan hak terkait.

Dicantumkan putusan sementara dalam Undang-undang Hak Cipta

merupakan suaut kemajuan dalam bidang hokum hak cipta di Indonesia. Selain itu

pencantuman putusan sementara ini merupakan penjelasan terhadap ketentuan

TRIPS, apabila terjadi penyelesaian kasus pelanggaran hak cipta di Pengadilan yang

memerlukan proses waktu yang lama, maka Hakim dapat menetapkan putusan

sementara yang bertujuan untuk mencegah kerugian yang lebih besar dari pemegang

(51)

Sejak masih berlaku sistim detik biasa hingga sistim delik aduan yang berlaku

saat ini, jarang sekali terjadi kasus pelanggaran hak cipta. Secara jelas dapat

dikemukakan bahwa masih sangat jarang kasus pelanggaran hak cipta Arsitektur

dibawah kepengadilan, selain melalui jalur pengadilan, maka sengketa kasus hak

cipta pun dapat diselesaikan melalui jalur arbitrase atau alternative penyelesaian

sengketa sebagaimana diatur di dalam pasal 65 Undang-undang Hak Cipta Tahun

2002. Cara penyelesaian sengketa melalui jalur arbitrase dapat ditempuh, dengan cara

: Konsultasi, Negoisasi, Mediasi, Konsilidasi atau penelitian ahli.

Undang-undang Hak Cipta telah menetapkan jangka waktu perlindungan bagi

Karya Arsitektur, yaitu selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima

puluh) Tahun, setelah pencipta meninggal dunia sebagaiman diatur didalam pasal 29

ayat (1) Undang-undang Hak Cipta Nomor. 19 Tahun 2002. Sementara itu untuk

karya Arsitektur yang dimiliki 2 (dua) orang atau lebih, diberikan perlindungan hak

cipta selama hidup pencipta yang meninggal dunia, paling akhir dan berlangsung

hingga 50 (lima puluh) Tahun, sesudahnya apabila karya seni Arsitektur ini dimiliki

dan dipegang oleh badan hokum, maka jangka waktu yang diberikan adalah selama

(52)

B. Bentuk-bentuk Karya Arsitektur Yang Dilindungi Oleh Perundang-Undang

Hak Cipta Nomor. 19 Tahun 2002

Hak cipta karya Arsitektur sebagai suatu karya yang dapat menjadi kenyataan

dibanding Seni dan Sastra, dalam perkembangan dibanding perdagangan, industri dan

investasi yang sedemikian pesat maka, perlu diberikan perlindungan agar pencipta

lebih bersemangat untuk melanjutkan usahnya dan untuk membuat Ciptaan yang

baru, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat dalam pelaksanaan

pembangunan nasional.

Perlindungan hokum merupakan upaya yang diatur oleh Undang-undang, guna

mencegah terjadinya pelanggaran dalam hal ini Hak Cipta, dan jika terjadi

pelanggaran maka pelanggaran ia akan dijatuhi hukuman sesai dengan ketentuan

undang-undang berlaku.

Untuk menjamin kepastian hukum terhadap pemegang hak cipta karya

arsitektur, dianjurkan untuk melakukan pendaftaran karyanya tersebut ke Dirjen

HKI (Hak Milik Intelektual), karena dengan pendaftaran juga akan diketahui dengan

tepat tentang siapa pemilik dari hak atas karya cipta yang bersangkutan, dan akan

dilakukan pencatatan pula bila karya cipta itu dialihkan. Dengan pendaftaran

kepemilikan atas karya cipta itu, secara umum khalayak ramai akan mengetahui siapa

yang mempunyai kewenagan kebendaan atas karya cipta yang bersangkutan. Ini

merupakan salah satu proses penting dalam bidang hokum benda yang pada

kenyataannya menyangkut permasalahan tentang siapa pemiliknya, terjawab secara

(53)

Menurut ketentuan Perundang-undangan, “Setiap Hak Kekayaan Intelektual

wajib didaftarkan”,tegasnya bahwa Undang-undang akan melindungi setiap Hak atas

Intelektual seseorang yang telah didaftar, dan apabila tidak didaftarkan maka

dianggap tidak mempunyai kepastian hokum secara formal. Pasal 35 Undnag-undang

Nomor. 19 Tahun 2002 tantang hak cipta menyatakan, bahwa pendaftaran ciptaan

harus dicatat didaftar umum ciptaan, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal,

dan dapat dilihat oleh setiap orang serta tidak adanya suatu kewjiban untuk

mendaftarkan hak cipta.

Hak cipta timbul secara otomatis sejak atau pada saat pencipta menuangkan

idea tau gagasannya dalam suatu bentuk yang nyata, hal ini dapat dilihat dalam

penjelasan pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang hak

cipta yang menyebutkan bahwa pendaftaran ciptaan bukanlah suatu kaharusan bagi

pemegang hak cipta, hal ini terjadi pada suatu ciptaan baik yang terdaftar maupun

yang tidak terdaftar tetap dilingdungi.

Saat ini di Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang

khusu mengatur tentang perlindungan karya arsitektur. Apapun pengaturan karya

arsitektur ini, masih diatur didalam pasal 12 ayat (1) huruf g undang-undang Nomor.

19 Tahun 2002 tentang hak cipta. Akan tetapi dalam Undang-undang ini tidak

mengatut secara rinci ruang lingkup dan batasan Arsitektur itu sendiri, akan

(54)

bentuk-bentuk Arsitektur yang dilindungi adalah :

a. Seni Gambar Bangunan

b. Seni Gambar Miniatur

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah penulisan menguraikan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan :

1. Bentuk perlindungan hokum terhadap Hak Cipta karya Arsitektur belum cakup,

dimana didalam ndang-undang Nomor. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta tidak

ada ditentukan kriteria atau batasan-batasan, yang dapat dilindungi sebagai

pedoman dalam berpraktek bari para Arsitek. Didamping itu dalam

Undang-undang ini tidak disebutkan baaimanakah kategori Karya Arsitektur mempunyai

nilai keaslian (Originaly). Belum memadainya pengaturan Hak Cipta atas karya

Arsitektur dapat member peluang bagi para arsitek melakukan peniruan atas

Karya orang lain, yang terkadang banyak dilakukan dengan tanpa

mempertimbangkan segi-segi ke Arsitekturnya, yang pada akhirnya akan banyak

bangunan-bangunan sebagai hasil dari karya Arsitektur yang sangat

mengecewakan, karena tidak dapat menunjukkan jati diri local dari

daerah-daerah tertentu.

2. Bentuk-bentuk karya arditektur yang dilindungi oleh Undang-undang Nomor. 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta, tidak ada menjelaskan secara rinci.

(56)

B. Saran

1. Perlu dilakukan penyempurnaan terhadap ketentuan hak cipta atas karya

arsitektru yangmengatur tentang batasan dari karya arsitektur yang mana yang

dilindung, sebab arsitektur itu sendiri dari banyak komponen-komponen seperti;

Cara, struktur dan sebagainya. Untuk itu perlu dibuat peraturan pelaksanaan

terhadap Karya CIpta Arsitektur.

2. Perlu dilakukan wajib daftar terhadap semua hak cipta khusunya karya cipta

arsitektur dan dimana didalam pendaftaran dijelaskan apa-apa saja yang didaftar

(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bintang, Sanusi, 1998, Hukum Hak Cipta, PT. Citra aditya Bahkati, Bandung.

2. Budiarjo, Eko, 1987, Arsitek Berbicara Tentang Arsitektur Indonesia, Alumni

Bandung

1987, Menuju Arsitektur Indonesia, Alumni Bandung.

3. Djumhanan Muhammad dan Djubaedillah. R, 1997, Hak Milik intelektual

Bandung. (Sejarah Teori danPrakteknya di Indonesia), PT. Raja Grafindo

Persada Jakarta

4. Sembiring, Sentosa, 2002, Prosedur Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan

Intelektual Di Bidang Hak Cipta dan Merek, CV. Yrama Widya Bandung.

5. Widjaya, Gunawan, 2001, Sari Hukum Bisnis Rahasia Dagang PT. Raja

Grafindo Persada Jakarta.

6. Soenadhar Taryana, SH. 1996, Perlindungan Hak Milik Intelektual di

Negara-negara Asean, SinarGrafika, Jakarta.

7. Saidin, S.H.,M.Hum., Aspek Hkum Hak Kekayaan Intelektual, 1997, PT. Raja

Grafindo persada, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

tetapi bersifat aplikatif dan mampu menyelesaikan beberapa masalah yang dihadapi oleh para peternak dalam hal penyediaan pakan sepanjang tahun, pemberian pakan

Perkembangan dunia teknologi terutama dalam perkembangan computer, dimana komputer dapat berfungsi sebagai penyedia informasi bagi para pemakai komputer. Setiap pemakai

[r]

Didalam program tersebut mengacu pada kode barang, yang apabila user salah memasukkan kode tersebut otomatis barang yang akan diinput tidak dapat tampil. Jadi para user

[r]

Penulis sekiranya dapat memberikan alternatif pilihan dalam pengaturan lampu lalu lintas tersebut sehingga dapat mengurangi kemacetan pada suatu

Ibu bidan Isnaningsih sebagai bidan desa Polobogo, terima kasih karena telah membantu penulis untuk mendapatkan informasi mengenai data-data ibu-ibu menyusui

Dalam kutipan diatas dijelaskan bahwa cara guru memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran adalah dengan melakukan suatu pendekatan belajar aktif atau