• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral Melalui Model Value Clarification Technique (VCT) terhadap Hasil Belajar PKn dengan Mempertimbangkan Moral Judgement

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral Melalui Model Value Clarification Technique (VCT) terhadap Hasil Belajar PKn dengan Mempertimbangkan Moral Judgement"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

62

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Menurut Asmadinata (2012:194) penelitian eksperimen (ekperimental research) adalah

“pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab-akibat”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2011:11) penelitian eksperimen adalah

“metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

(treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor atau lebih yang sengaja ditimbulkan oleh penelitian dengan menyisihkan faktor-faktor lain. Jadi metode eksperimen sesuai dengan judul pada penelitian ini membandingkan dua variabel yaitu pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT dan hasil belajar PKn dengan mempertimbangkan kemampuan moral judgement siswa kelas 5 SD N Karangduren 01.

Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Research atau juga disebut sebagai eksperimen kuasi atau semu. Penelitian jenis

ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi sebenamya dalam keadaan yang memungkinkan untuk mengontrol dan/ atau memanipulasi semua variabel yang relevan (Asmadinata, 2012:207).

Desain eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Pretest-Posttest Control Group Design dimana kedua kelompok diberi pre-test

untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah diketahui kondisi kedua kelompok tersebut homogen atau seimbang, (O1 tidak berbeda dengan O3) maka kelompok

(2)

pembelajaran konvensional ceramah bervariasi. O2 adalah nilai post-test

kelompok eksperimen setelah dilakukan penerapan pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT. O4 adalah nilai post-test kelompok kontrol yang diajar

dengan menggunakan pembelajaran konvensional oleh guru kelas. Pengaruh

treatment adalah bila rata-rata nilai O2 lebih besar dari O4 dan perbedaannya

signifikan (Sugiyono, 2010:116).

Tabel 6

Desain Eksperimen Pretest-posttest Control Group Design

O1 X O2

O3 - O4

Sumber: Sugiyono 2010: 116

Deskripsi dari Tabel 6 adalah sebagai berikut:

O1: Nilai pre-test kelompok eksperimen untuk mengetahui kondisi awal

homogenitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

O3: Nilai pre-test kelompok kontrol untuk mengetahui kondisi awal

homogenitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2: Nilai post-test kelompok eksperimen setelah mengikuti pembelajaran

pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT.

O4: Nilai post-test kelompok kontrol setelah mengikuti pembelajaran

konvensional ceramah bervariasi yakni siswa kelas 5 SD Negeri Karangduren 02.

X: Perlakuan untuk kelompok eksperimen yaitu pada siswa kelas 5 SD Negeri Karangduren 01, pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT

3.1.2 Lokasi Penelitian

(3)

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Menurut (Sugiyono, 2011:2) variabel penelitian pada dasamya adalah sesuatu yang yang telah ditetapkan dalam penelitian untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Variabel penelitian dapat digolongkan menjadi dua yakni variabel independen dan variabel dependen.

3.2.1 Variabel Penelitian 3.2.1.1 Variabel Independen

Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas. Sugiyono (2011:4) menjelaskan variabel independen merupakan “variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau terikat”. Pada penelitian ini variabel independennya adalah pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT.

3.2.1.2 Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat. Sugiyono (2011:4) menjelaskan variabel dependen merupakan “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah hasil belajar PKn dengan mempertimbangkan moral judgement.

3.2.2 Definisi Operasional

3.2.2.1Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral melalui Model VCT

Pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT adalah pembelajaran PKn kelas 5 semester II pada kompetensi dasar 4.2 “Mematuhi

(4)

tentang nilai-nilai dalam keputusan bersama pada tiap kelompok dan beradu argumen dengan kelompok lain 5) Siswa melakukan diskusi tahap 2 untuk memantapkan jawaban dan mengklarifikasi prioritas dan keyakinan nilai moral dalam cerita dilematis moral tentang keputusan bersama (elaborasi), 6) penutup diskusi, siswa diberikan penguatan dan review hasil diskusi soal cerita dilematis moral tentang nilai-nilai dalam keputusan bersama (konfirmasi).

3.2.2.2 Hasil Belajar PKn dengan Mempertimbangkan Moral Judgement

Hasil belajar PKn dengan mempertimbangkan moral judgement adalah besarnya skor tes mata pelajaran PKn siswa kelas 5 semester II pada kompetensi

dasar 4.2 “Mematuhi keputusan bersama” yang diperoleh dari 10 butir soal pilihan ganda dan 20 butir soal uraian cerita dilematis moral.

3.3 Unit Penelitian

Unit penelitian terdiri atas siswa kelas 5 SD Negeri Karangduren 01 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 35 (tiga puluh lima) siswa dan siswa kelas 5 SD Negeri Karangduren 02 sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 21 (dua puluh satu) siswa. Sehingga jumlah keseluruhan dari unit penelitian adalah 56 (lima puluh enam) siswa.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1.1Tes

Menurut Nurkancana dan Sumartana (dalam Herry Sanoto, 2014:155) pengertian tes adalah sebagai berikut:

(5)

3.4.1.2Observasi

Menurut Asmadinata (2012:220) observasi (observation) atau pengamatan merupakan “suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran benar-benar sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Observasi dilakukan untuk mengukur tingkat keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional ceramah bervariasi pada kelompok kontrol.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

3.4.2.1Butir Soal Tes

Dalam penyusunan butir-butir soal tes harus mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI. Oleh sebab itu, maka sebagai langkah awal dalam membuat butir soal tes perlu menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu, berikut kisi-kisi soal tes untuk mengukur hasil belajar dengan mempertimbangkan moral judgemet siswa kelas 5 SD Negeri Karangduren 01 dan 02 pada Kompetensi Dasar 4.2 “Mematuhi

(6)

Tabel 7

Kisi-Kisi Butir Soal Tes

Stándar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator soal Bentuk Soal Nomor Soal

(7)
(8)

diajukan.

Mampu

mengidentifikasi nilai

persamaan hak yang terdapat dalam cerita dilematis moral.

Uraian 11 dan 16

Mampu

mendeskripsikan masalah dilematis yang terdapat dalam cerita dilematis moral bertopik persa-maan hak.

Uraian 12 dan 17

Mampu menentukan tindakan penyelesaian masalah yang harus dilakukan tokoh utama dalam cerita dilematis moral bertopik persa-maan hak.

Uraian 13 dan 18

Mampu menjelaskan alasan yang logis dengan

pertimbangan moral tentang tindakan penyelesaian masalah yang diajukan.

(9)

3.4.2.2Lembar Observasi

Sebelum penerapan pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT dan pembelajaran konvensional ceramah bervariasi, terlebih dahulu disusun kisi-kisi yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan lembar observasi pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT serta pembelajaran konvensional ceramah bervariasi yang digunakan sebagai tolok ukur apakah pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan langkah-langkah atau sintak yang telah disusun berdasarkan standar proses. Berikut kisi-kisi observasi penerapan pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT dan pembelajaran konvensional ceramah bervariasi:

Mampu menilai tindakan yang dilakukan oleh tokoh pendukung lain dalam cerita dilematis moral bertopik persamaan hak.

(10)

Tabel 8

Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru

Penerapan Pembelajaran Kognitif Moral melalui Model VCT

Kegiatan Indikator Deskripsi Kegiatan

Pra

Kesesuaian pembelajaran kognitif moral melalui model VCT terhadap materi menghargai dan melaksanakan keputusan bersama.

Menyiapkan peserta didik

Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Kegiatan pendahuluan

Apersepsi Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

Menyampaikan tujuan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Menyampaikan uraian kegiatan

Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan inti Penyajian dilema moral (Eksplorasi)

Guru mengenalkan siswa tentang cerita dilematis moral.

Guru melakukan kegiatan tanya jawab kepada siswa tentang pengalaman kasus dilematis yang pernah dialami.

Guru menjelaskan tata cara penyelesaian kasus dilematis moral dengan pendekatan pengelompokan fakta yang terjadi dalam suatu kasus.

Guru menyampaikan kasus dilematis moral. Tugas mandiri

(Elaborasi)

Guru meminta siswa secara individu menganalisis cerita dilematis moral.

Guru meminta siswa mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam kasus dilematis moral.

Guru meminta siswa menyusun skala prioritas nilai moral pada nilai-nilai yang telah diidentifikasi serta alasan penentuan skala prioritas.

Diskusi

kelompok kecil (Elaborasi)

(11)

mendasarinya.

Siswa menyusun laporan kelompok. Diskusi pleno

tahap pertama (Elaborasi)

Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya.

Setiap satu kelompok selesai melaporkan hasil diskusi, guru memberikan kesempatan 2 kelompok yang lain untuk menanggapi, begitu seterusnya sampai semua kelompok selesai melaporkan.

Sekretaris mencatat hal-hal yang penting dalam tanggapan kelompok.

Diskusi pleno tahap kedua (Elaborasi)

Guru sebagai moderator diskusi memfasilitasi generalisasi nilai moral yang disepakati oleh semua kelompok.

Jika ada kelompok yang tidak setuju dengan generalisasi, guru memberikan kesempatan untuk menyampaikan alasan dan meminta kelompok lain untuk menanggapi.

Sekretaris mencatat hasil diskusi nilai yang telah disepakati oleh semua kelompok.

Jeda waktu untuk diskusi kelompok kecil sebagai persiapan diskusi pleno hierarki nilai moral yang akan dilakukan.

Guru memfasilitasi diskusi penyusunan hierarki nilai moral yang disampaikan oleh tiap kelompok beserta alasan yang mendasarinya.

Sekretaris mencatat hierarki moral yang telah disepakati.

Berdasarkan hierarki nilai moral yang disepakati, berarti sudah dapat dipastikan mana nilai yang paling penting dan mana tidak perlu.

Diskusi keputusan akhir berdasarkan skala hierarki nilai untuk menentukan tindakan moral dalam kasus dilematis.

Penutup diskusi (Konfirmasi)

Guru memberikan tanggapan dan mereview semua alasan yang telah disampaikan oleh semua kelompok

(12)

Guru memberikan penguatan atas tindakan penyelesaian dalam kasus dilematis moral.

Guru memberikan apresiasi atas keaktifan siswa dalam berdiskusi dan memotivasi siswa yang masih belum aktif.

Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru meminta siswa untuk terus berlatih dalam menganalisis dan menyusun skala prioritas nilai moral dalam kasus-kasus dilematis.

Kegiatan penutup

Membuat rangkuman/ kesimpulan

Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang cerita dilematis moral beserta tindakan penyelesaiannya.

Refleksi Guru memberikan penilaian secara klasikal tentang diskusi kelompok yang telah dilakukan.

Umpan balik Guru memberikan soal evaluasi.

(13)

Tabel 9

Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru

Penerapan Pembelajaran Konvensional Ceramah Bervariasi untuk Membelajarkan Cerita Dilematis Moral

Kegiatan Indikator Rumusan

Pra-Guru menyusun pokok-pokok informasi cerita dilematis moral yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Guru menyiapkan beberapa teks cerita dilematis moral sebagai media pembelajaran. Guru menetapkan metode ceramah bervariasi dengan diskusi dan tanya jawab sebagai metode untuk membelajarkan cerita dilematis moral.

Kegiatan pendahuluan

Menyiapkan peserta didik

Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Apersepsi Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

Menyampaika n tujuan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Menyampaika n uraian kegiatan

Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan inti Pendidik menjelaskan pokok-pokok informasi (Eksplorasi)

Guru menjelaskan tentang pengertian cerita dilematis moral beserta contoh yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.

Guru menjelaskan cara penyelesaian kasus dilematis moral.

Guru memberikan kasus dilematis moral kepada siswa untuk dikerjakan bersama-sama dengan guru sebagai contoh penyelesaian kasus.

Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang.

Guru memberikan soal yang beragam kepada masing-masing kelompok.

Pendidik memberi tugas kepada

(14)

para peserta diskusi kelompok dengan menjawab soal beserta alasan tindakan penyelesaian yang diajukan.

Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

Kelompok yang tidak maju diberikan kesempatan bertanya, menyanggah atau menanggapi jawaban teman mereka yang presentasi.

Guru meminta siswa membuat laporan kelompok akhir yang telah disusun berdasarkan tenggapan dan pendapat kelompok lain.

Guru menjelaskan tentang pendalaman nilai dalam menyelesaikan soal dilematis moral. Guru menjelaskan jawaban siswa yang masih salah dan memberikan penguatan atas jawaban yang sudah benar/sesuai.

Guru meminta siswa untuk terus berlatih dalam menyelesaikan kasus dilematis moral. Guru memberikan apresiasi atas kegiatan diskusi yang telah dilakukan siswa dan memotivasi siswa yang masih belum aktif. Kegiatan

penutup

Membuat rangkuman/ kesimpulan

Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang cerita dilematis moral beserta tindakan penyelesaiannya. Refleksi Guru memberikan penilaian secara klasikal

tentang diskusi kelompok yang telah dilakukan.

Umpan balik Guru memberikan soal evaluasi.

(15)

Tabel 10

Kisi-Kisi Observasi Respon Siswa

No. Aspek Observasi Pelaksanaan

Ya Tidak 1. Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh

antusias.

2. Siswa aktif bertanya dan menanggapi dalam kegiatan diskusi pleno.

3. Siswa dapat menerima pendapat teman pada saat diskusi pleno.

4. Siswa bekerja sama dengan teman satu kelompok.

5. Siswa melaksanakan kegiatan diskusi dengan tertib dan serius.

6. Siswa mampu mempertahankan nilai yang benar/sesuai. 7. Siswa mampu merumuskan hierarki nilai pada saat diskusi

pleno.

8. Siswa dapat menerima generalisasi nilai yang menjadi kesepakatan.

9. Siswa jujur dan tertib dalam mengerjakan soal evaluasi. 10 Siswa melaksanakan kegiatan diskusi yang fair.

3.5 Teknik Analisis Data 3.5.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2010:173) bahwa instrumen yang valid berarti “alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid”. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sambas dan Maman (2007) mengatakan bahwa suatu instrumen dimungkinkan memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu melalui sebuah uji coba. Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah dengan mencari koefisien corrected item to total correlation. Menurut Sugiyono (2010: 178) korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya > 0,3 maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

Validitas instrumen dapat dihitung menggunakan bantuan Software Statistical Product Andservice Solution (selanjutnya ditulis SPSS) versi 22 dengan

(16)

atau tidak, dapat dilihat pada output hasil penghitungan, apabila nilai koefisien kurang dari 0,3 maka item soal tersebut tidak valid dan tidak boleh digunakan. 3.5.2 Uji Reliabilitas

Selain pengujian validitas terhadap instrumen, juga dilakukan pengujian reliabilitas. Menurut Sugiyono (2010:173) bahwa instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Metode pengambilan keputusan pada uji reliabilitas menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2010:32) bahwa reliabilitas < 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Instrumen yang dapat dikatakan reliable apabila alpha > 0,6. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan SPSS

versi 22 yaitu dengan cara Analyze — Scale — Reliability Analyze. 3.5.3 Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi agar simpulan yang diambil tidak menyimpang. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil belajar yang berasal dari kedua kelas sampel berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas bertujuan untuk menentukan teknik analisis data yang tepat. Jika data berdistribusi normal berskala data interval atau rasio maka dapat digunakan teknik analisis data Parametrik. Jika data berdistribusi tidak normal maka dapat digunakan teknik analisis data Non Parametrik. Uji normalitas dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov Z.

(17)

3.5.4 Uji Prasyarat Penelitian (Uji Homogenitas)

Uji prasyarat digunakan agar nantinya penelitian berjalan sesuai dengan prosedur penelitian yang ada. Dalam penelitian eksperimen jenis Quasi Eksperimental ini, yang menjadi salah satu persyaratan pokok adalah homogenitas

varians atau tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kelas kontrol maupun

kelas eksperimen. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu untuk dilakukan uji prasyarat yang ditindaklanjuti melalui uji homogenitas varians.

Uji homogenitas varians bertujuan untuk menentukan apakah varian kedua kelompok homogen atau tidak. Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau berbeda. Jika kedua kelompok siswa mempunyai varians yang sama maka dapat dilakukan pemberian tindakan (treatment) pada kelompok eksperimen yaitu dengan pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT.

Metode pengambilan keputusan pada uji homogenitas menurut Priyatno (2010: 114) yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data yang di uji adalah homogen. Jika signifikansi < 0,05 maka data yang di uji tidak homogen. Pengujian homogenitas varians dapat dilakukan dengan bantuan SPSS versi 22 dengan langkah-langkah: Analyze - Comparemean - Oneway Anowa.

3.5.5 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada nilai post-test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji hipotesis dilakukan

setelah data nilai post-test dari kelompok yang telah dilakukan uji prasyarat penelitian yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat efektivitas antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang signifikan setelah dilakukan tindakan berupa penggunaan pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT pada kelompok eksperimen, adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat perbedaan tingkat efektivitas antara pembelajaran berbasis kognitif

(18)

judgement siswa kelas 5 SD N Karangduren 01 Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

H0: Tidak terdapat perbedaan tingkat efektivitas antara pembelajaran berbasis

kognitif moral melalui model VCT dengan pembelajaran konvensional ceramah bervariasi terhadap hasil belajar PKn dengan mempertimbangkan moral judgement siswa kelas 5 SD N Karangduren 01 Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametik, yaitu menggunakan uji-t atau

T-test Independent. Menurut Priyatno (2010:99) bahwa menganalisis hasil output

pada Independent Sample Test adalah sebagai berikut:

a. Pengujian dilakukan sebelum Independent Sample Test yakni uji asumsi varian (uji Levene's) untuk mengetahui apakah varian sama atau berbeda, jika varian

sama maka uji-t menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Jika signifikansi > 0,05 maka memiliki varian yang sama. Jika signifikansi < 0,05 maka memiliki varian yang berbeda. b. Melihat tabel Independent Sample Test pada T-test for Equality of Means pada

sig (2-tailed), jika signifikansi > 0,05 maka tidak ada perbedaan. Jika

Gambar

Tabel 7 Kisi-Kisi Butir Soal Tes
Tabel 8 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru
Tabel 9 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru
Tabel 10

Referensi

Dokumen terkait

A hypothesis that some groups are the same with respect to some characteristic, or that several treatments are the same with respect to some outcome, or that

Selama Praktik Kerja Lapangan berlangsung penulis sebagai penstudi mempelajari proses serta teknik digital forensic sehingga digital evidence bisa diakui secara

Finish struktur adalah penutup atau pelapisan pada bagian/struktur utama dari sebuah bangunan. Finish Plafon Finish plafon adalah penutup atau pelapisan pada plafon dari

The user interface of PDFStego is shown in Figure 4. From Figure 4, the kind of PDF files which are presented by the above section are regarded as cover-texts, and var- ious media

Untuk masalah kesehatan anak ”Z” yang mengalami kurang gizi,ibu merasa takut dengankondisi tersebutsehingga ibu tidak mau lagi untuk membawa ke posyandu.karena ibu merasa anaknya

Sensor non-fotografik berupa scanner menerima pantulan dari satu wilayah sangat sempit pada permukaan bumi (instanteous field of view/IFOV = medan pandang sesaat) yang masuk ke

Kesimpulan dari asuhan kebidanan secara komprehesif pada Ny “S” dengan kehamilan normal (Usia &gt; 35 tahun) yaitu proses asuhan kebidanan komprehesif dari

Struktur histologi hati mencit (M. musculus L.) jantan yang diberi paparan kebisingan 12 jam/hari (perbesaran 100x, pewarnaan HE). kongesti pada vena