• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Lokasi Dan Kondisi Halte Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Lokasi Dan Kondisi Halte Di Kota Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkotaan seperti pada umumnya mempunyai pertumbuhan penduduk relatif

tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

terhadap kebutuhan akan adanya sarana penunjang untuk memperlancar kegiatan

manusia saat pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi meningkat. Oleh sebab itu

penyelenggaraan transportasi lalu lintas dan angkutan jalan perlu dilakukan secara

berkeseimbangan dan terus ditingkatkan agar lebih luas menjangkau pelayanan

kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesar-besarnya kepentingan umum,

kelestarian lingkungan dan kemampuan masyarakat. Salah satu pelayanan yang

diberikan berupa pelayananterhadap kelancaran transportasi bagi pemakai jalan,

khususnya penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung yang berupa penyedia terminal,

tempat parkir, trotoar, zebra cross dan halte. Sehingga memberikan kenyamanan bagi

pemakai jalan dan diharapkan maslah-masalah yang di timbulkan oleh pemakai jalan

dapat diminimalkan.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi di wilayah

perkotaan, maka kebutuhan akan angkutan umum juga meningkat. Hal ini di

sebabkan karena penduduk perkotaan mempunyai tingkat kehidupan yang tinggi

dengan mobilitas yang besar. Untuk itu sudah saatnya perencanaan dan pengelolaan

manajemen perkotaan di tata dengan lebih baik, karena perencanaan dan pengelolaan

yang kurang tepat tidak akan mengarah pada kebaikan tetapi justru dapat

(2)

Di Kota Medan, 90% angkutan umum berupa mobil penumpang umum dan

bukan bus. Hal ini memicu beberapa pengemudi untuk menaikkan/menurunkan

penumpang di sembarangan tempat, sehingga halte tidak lagi berfungsi sebagai mana

mestinya. Sistem pelayanan angkutan umum (angkutan kota) yang masih

menggunakan jenis angkutan berkapasitas kecil (8-12 seat) dan bus kecil dengan

kapasitas 12-16 seat dan pola prilaku masyarakat menggunakan kendaraan di Kota

Medan sangat memprihatinkan.

Menurut Morlok, E.K (1984), prioritas melaju di jalan raya seharusnya

diberikan kepada angkutan umum, dan bukan kepada kendaraan pribadi. Prioritas

tersebut dimaksudkan untuk mengangkut orang dalam jumlah besar, dalam waktu

singkat.

Dinas Perhubungan Darat (1996) menjelaskan pengertian halte adalah tempat

pemberhentian kendaraan penumpang umum untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Menurut (Vuchic, 1981) halte

berfungsi menaikkan dan menurunkan penumpang yang memiliki tanda dan

informasi mengenai pelayanan. Dan sebagai pendukung dalam mewujudkan sistem

transportasi yang efektif dan efisien.

Halte diperlukan keberadaannya di sepanjang rute angkutan umum. Dimana

angkutan umum tersebut harus melalui tempat yang telah ditetapkan untuk

menaikkan dan menurunkan penumpang agar perpindahan penumpang lebih mudah

dan gangguan terhadap lalu lintas dapat di minimalkan (PP RI No.41 Th 1993).

Karena biasanya, disepanjang rute inilah keberadaan calon penumpang memberi

(3)

Tempat perhentian yang ada dikota medan termasuk dalam tempat henti

dengan perlindungan (halte). Menurut teori lokasi, fasilitas harus berlokasi pada

tempat-tempat yang memeiliki kemudahan untuk dicapai. Terkait dengan halte, halte

harus ditempatkan pada tempat-tempat yang memiliki kemudahan untuk dicapai,

yaitu pada lokasi pertemuan dengan kendaraan lain (persimpangan) untuk

mengurangi jarak berjalan kaki penumpang yang akan beralih moda dan pada lokasi

dimana penumpang yang menunggu angkutan umum harus terlindung dari gangguan

lalulintas (Vuchic, 1981).

Peraturan pemerintah RI No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (pasal 8)

menyebutkan, bahwa angkutan umum kota harus melalui tempat-tempat yang telah

ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, maka halte harus

disediakan disepanjang rute angkutan kota agar perpindahan penumpang menjadi

lebih mudah. Selain itu halte juga disediakan agar dalam proses perpindahan

penumpang tidak menggangu kenyamanan pengguna jalan lainnya, dan untuk

meminimalkan konflik yang biasa terjadi di setiap persimpangan.

Penempatan halte disepanjang rute kendaraan harus sesuai dengan peraturan

yang berlaku, yang telah ditetapkan oleh dinas lalu lintas jalan raya, dan digunakan

sesuai kegunaannya. Karena keadaan halte tersebut diabaikan, maka keberadaannya

justru merupakan penyebab utama kemacetan lalu lintas di jalur tempat halte itu

berada. Selain itu apabila pemanfaatannya kurang maksimal, maka keberadaan halte

justru menjadi penyebab rusaknya keindahan kota.

Menurut Penelitian (Sudianto, B.U, 2003) jarak halte dari persimpangan

minimal 45 m, jarak tersebut dirasakan para pengguna halte dan pengemudi angkutan

(4)

berjalan kaki pada tidak mungkin berkeringat baik pagi, siang, maupun sore hari.

Dan angkutan umum tidak bisa berhenti lama (ngetem) pada halte sebab ruang pada

jarak tersebut tidak memungkinkan untuk berhenti lama menunggu penumpang di

halte.

Dalam penelitian (Harry Lubis dkk, 2005) menyatakan pengguna angkutan

umum lebih sering tidak menggunakan dalam menunggu angkutan umum, rendahnya

kesadaran penumpang angkutan umum untuk menggunakan halte disebabkan

kurangnya jumlah halte pada titik-berhenti angkutan umum

Dimensi halte di Kota Medan sangat beragam, ini menggambarkan tidak

adanya kordinasi dari pihak pemerintah tidak menerapkan standar untuk dimensi

halte di Kota Medan. Penempatan halte disepanjang rute kendaraan harus sesuai

dengan peraturan yang berlaku, yang telah ditetapkan oleh dinas lalu lintas jalan

raya, dan digunakan sesuai kegunaannya. Karena keadaan halte tersebut diabaikan,

maka keberadaannya justru merupakan penyebab utama kemacetan lalu lintas di jalur

tempat halte itu berada. Selain itu apabila pemanfaatannya kurang maksimal, maka

keberadaan halte justru menjadi penyebab rusaknya keindahan kota.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Untuk itu perlulah kiranya

dikaji ulang, mengenai keberadaan halte di koridor-koridor utama Kota Medan. Baik

dari segi fisik halte maupun lokasi penempatannya. Sehingga keberadaan halte dapat

memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan umum, dan

bukannya menjadi salah satu hambatan bagi perkembangan Kota Medan di masa

(5)

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan dari penulisan Proposal tugas akhir ini adalah untuk menganalisa

kondisi dan lokasi perletakan halte di Kota Medan sebagai suatu sarana untuk

memperlancar kegiatan transportasi.

b. Manfaat dari penelitian ini ditunjau dari :

• aspek akademis adalah untuk mengaplikasikan teori yang selama ini

dipelajari pada masa perkuliahan kedalam pemecahan suatu permasalahan,

khususnya permasalahan dibidang transportasi yang berkaitan dengan sarana

dan prasarana transportasi perkotaan. Selain itu penulisan tugas akhir ini

dapat memperdalam pengetahuan penulis khususnya dibidang transportasi

yang berkaitan dengan perencanaan dan pemodelan transportasi.

• Ditinjau dari aspek praktisi maka penulisan tugas akhir ini adalah

diharapkannya dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi pihak-pihak

yang terkait untuk meningkatkan keberadaan dan kondisi halte sehingga

mamfaat dari keberadaan halte di Kota Medan dapat tercapai dengan optimal.

1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian dan pembahasan tugas akhir ini permasalahan lokasi dan

kondisi halte di Kota Medan mengacu pada Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat

Perherntian Kendaraan Penumpang Umum oleh Direktur Jenderal Perhubungan

Darat (1996).

Dalam penelitian ini daerah penelitian di bagi menjadi lima koridor. Koridor

(6)

kota-kota sekitarnya, yaitu jalan-jalan yang menghubungkan kota-kota medan ke kota-kota-kota-kota

sebagai berikut :

i. Koridor I : Medan - Belawan

ii. Koridor II : Medan - Binjai

iii. Koridor III : Medan - Pancur Batu

iv. Koridor IV : Medan - Tanjung Morawa

v. Koridor V : Medan – Tembung

Halte yang di analisa adalah halte yang berada pada daerah penelitian dengan

cara menghitung seluruh halte yang berada di sepanjang jalan yang merupakan

koridor utama. Dalam hal ini di dapatkan jumlah semua halte yang ada disetiap

koridor utama adalah 45 buah. Agar perolehan besarnya sampel penelitian

proporsional terhadap besamya jumlah populasi pada kawasan studi yang diteliti,

maka penarikan sampel dilakukan secara Proportionate stratified random sampling

(Sampel acak bertapis berimbang)

Metode ini membagi populasi kedalam lima koridor utama, dimana jumlah

halte dalam setiap koridor dapat di lihat pada Tabel berikut, sampel yang akan

digunakan untuk penelitian sebanyak 30% dari total jumlah halte, yaitu sebanyak 15

sampel.(Prosedur sampel acak sederhana dalam buku Metode Penelitian modul 3-5

Aria Jalil dkk). Jumlah sampel yang diambil pada setiap koridor ditentukan secara

berimbang. Yaitu dengan menggunakan rumus:

Proporsi = Jumlah Halte Tiap Koridor

Total Jumlah Halte

x 100%

(7)

Dalam penelitian ini tidak dilakukan wawancara dengan pengguna maupun

pengemudi angkutan umum untuk melihat pendapat tentang lokasi dan kondisi halte

di Kota Medan.

1.5 Metodologi

a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Medan, khususnya halte yang berada pada

koridor-koridor utama di Kota Medan

b. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibagi menjadi lima koridor utama, dan difokuskan untuk melihat

Kondisi dan penyebaran lokasi halte yang ada di Kota Medan.

c. Sumber Data

Pengambilan data yang digunakan adalah dengan melakukan studi analisis

terhadap permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan halte.

a. Studi Pustaka

Merupakan rujukan dari sejumlah buku-buku yang berkaitan dengan

studi ini

b. Pengumpulan Data

- Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung sebelum dilakukannya

survei ke lapangan. Data-data sekunder pada penelitian ini

diperoleh dari Departemen Perhubungan Kotamadya Medan. Data

sekunder yang diperlukan dalam penelitian adalah : Data Jaringan

(8)

fungsi dari jalan tersebut Dan Data Penduduk yang diperlukan

untuk mengetahui kepadatan penduduk (Population Density) pada

wilayah studi.

- Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dilapangan dengan cara :

• Pengamatan

Dengan pengamatan pada beberapa halte diperoleh data mengenai

permasalahan yang ada pada halte, selain itu diamati juga kondisi

fisik halte tersebut.

• Dokumentasi

c. Populasi dan Sampel

• Populasi

Adapun yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh halte yang berada

pada koridor-koridor utama di Kota Medan.

• Sampel

Penarikan sampel menggunakan metode proporsionate stratified random

sampling (sampel acak berlapis berimbang).

d. Jumlah Sampel

Dari pedoman umum penarikan sampel menurut Jalil Aria dkk (1997),

sampel yang diambil sebanyak 30% dari populasi yang ada, dimana dalam

penelitian ini adalah jumlah populasi halte seluruhnya.

e. Analisis Data

Untuk menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka

(9)

Analisi deskriptif adalah menggambarkan sejumlah data yang diperoleh

dalam penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel frekuensi serta

melakukan interpretasi sesuai dengan permasalahan penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Studi efektifitas penggunaan halte di kota Medan ini, dibagi menjadi beberapa bagian

yang akan dibahas sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan

meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metodologi dan sistematika penulisan yang

akan di pakai dalam penelitian ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi uraian-uraian teori yang dijadikan dasar dalam pembahasan

dan penganalisaan masalah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi langkah-langkah penelitian berupa sistematika penentuan

sampel dan lokasi studi.

BAB IV : PENYAJIAN DAN PENGOLAHAN DATA

Berisi analisis mengenai data-data yang telah dikumpulkan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah

(10)

`

Gambar diagram alir (Flow Chart) Penelitian Hipotesa :

Kondisi dan lokasi halte di Kota Medan yang kurang diperhatikan keadaannya menjadi penyebab penggunaan

halte tidak optimal

Pengumpulan Data

Data Primer

1. Lokasi halte, seperti : • Jarak antara halte • Tata letak halte • Tipe halte 2. Kondisi halte, seperti :

• Rancang bangun halte • Fasilitas halte

Data Sekunder

• Data jaringan jalan moda transportasi • Data lainnya yang berhubungan dengan

penelitian

• Peraturan-peraturan yang berlaku • Studi pustaka yang mendukung

Pembahasan / Pengolahan Data

Analisa Data

• Metode Analisa Deskriptif

Kesimpulan dan Saran

Kecukupan Data

Hasil

Tujuan Penelitian

Menganalisa kondisi dan lokasi halte di Kota Medan sebagai suatu sarana untuk

Gambar

Gambar diagram alir (Flow Chart) Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

diperhatikan mengingat bagaimana kondisi lingkungan bencana yang biasanya sulit untuk dijangkau. Untuk hal ini komunikasi menjadi hal mendasar yang diperlukan

Selain itu seiring dengan perkembangan fotografi di Kota Medan, banyak terdapat komunitas-komunitas fotografi di Medan, diantaranya adalah Medan Photography Club,

Kurang diperhatikannya pencahayaan di dalam perancangan interior sport center di Universitas Telkom menjadi masalah yang harus diperhatikan untuk dapat mendukung pelaku

Penggunaan metode Life Cycle Cost ( LCC ) digunakan untuk mengetahui umur optimal suatu mesin dan juga untuk mengetahui jumlah maintenance crew yang optimal dari

PT.Papyrus Sakti masih belum tepat sasaran dan masih kurang maksimal dalam menangani cacat Bonding atau kemungkinan identifikasi dugaan penyebab cacat Bonding yang

Dalam penelitian ini penulis meneliti apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Pedagang Pasar Pacar Keling dalam

Apa saja permasalahan yang terjadi di Sekretariat Daerah Kota Pariaman terkait jadwal pelaksanaan kegiatan yang bisa menjadi penyebab ketidaksesuaian

Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara adalah salah satu kota yang.. menjadi