• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKILAS TENTANG PLURALISME DI MALAYSIA DAN INDONESIA Asmawita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SEKILAS TENTANG PLURALISME DI MALAYSIA DAN INDONESIA Asmawita"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Penanggung Jawab

Pemimpin Redaksi

Tim Redaksi

Setting/ Layout

Keuangan

Sekretaris

Distributor Elga Sarapung

Amin Ma'ruf

Listia, Lian Gogali, Suhadi, Leo C. Epafras

Elga Sarapung

Sarnuji SR

Eko Putro Mardiyanto

Dian Mutianingrum

Susanto, Supriyanto

Diterbitkan oleh: Institut DIAN/ Interfidei.

Jl. Banteng Utama 59, Perum Banteng Baru Yogyakarta, 55581, Indonesia.

Phone/Fax.:0274-880149. E-mail:

dianinterfidei@yahoo.com; Website:

Http://www.interfidei.or.id.

Newsletter

interfidei

Daftar Isi

Newsletter Interfidei ini terbit 1 tahun sekali, sebagai media yang mengangkat isu-isu sosial keagamaan. Newsletter Interfidei menerima tulisan-tulisan dari kalangan manapun. Tulisan antara 3 - 5 halaman disertai biodata atau foto penulis. Pengutipan harap disebutkan sumbernya.

Sekilas tentang Pluralisme di Malaysia dan Indonesia:

Asm a wita

Quo Vadis KPPSI:

H. Aswa r Ha sa n

Toleransi dalan Berwarga Negara

Muh. Luq m a n Arifin

TANGGUNG JAWAB: Kunci Keseimbangan Antara Negara dan Agama, Sebuah Refleksi

Pd t. Minc e Pa ng e m a na n, S.Th

SEMPITNYA RUANG HIDUP PEREMPUAN DI ACEH

No rm a Susa nti RM

KORUPSI, UANG NEGARA, DAN DOSA: Sebuah Sharing Pengalaman

Sa m ue l Asse Ble ss

PENGALAMAN KANISAH ORTHODOX SYRIA DALAM KONTEKS MASYARAKAT INDONESIA

Y. Da ha b i a l-Fa m

Simbiose Negara dan Agama: Potret Kebingungan Eksistensial Pui Bubun

Yustinus Sa p to Ha rd ja nto

Wajah Syariat Islam Yang Diformalisasi:

Potret upaya otonomi khusus syariat Islam, menuju Sulsel “Serambi Madinah”

Zub a ir Um a m

Agama dan Negara: Perspektif Hak Asasi Manusia

MM. Billa h

Hubungan Agama dan Negara: Pandangan Agama Kristen

(2)
(3)

Pendahuluan pemerintah yang berkuasa pada saat itu sebagaimana pendapat Kuntowijoyo yang dikutip

ASYARAKAT plural dapat diartikan oleh Bachtiar Efendi (2002). Meskipun demikian

sebagaimana yang dipahami banyak memahami konflik yang terjadi di antara

M

orang adalah masyarakat yang terdiri kelompok-kelompok sosial di suatu masyarakat dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda terutama di Indonesia tidaklah cukup hanya latar belakang sosial dalam berbagai aspek sosial dengan menggunakan teropong pluralisme seperti adat-budaya, ras, bangsa dan atau agama berbasiskan pendekatan politik. Beberapa yang mempengaruhi cara-cara kehidupan pendekatan lainnya dapat digunakan bersamaan sosialnya. Meskipun hidup terpisah secara adat- untuk memahami konflik-konflik sosial yang budaya (seperti nilai, norma perilaku dan bahasa) pluralisme dianggap sebagai penyebabnya, namun kelompok-kelompok ini hidup bersama terutama untuk kasus-kasus konflik yang terjadi dalam satu kesatuan politik sehingga dikatakan di masyarakat Indonesia.

oleh Furnivall (Choo Keng Kun, 1985) Pada kesempatan ini penulis ingin “bercampur tetapi tidak bergabung”. menyajikan sekilas pengalaman Malaysia dalam Pluralisme dapat menjadi sesuatu memahami dan menangani konflik ras dengan kekuatan yang positif bagi suatu masyarakat atau menggunakan pendekatan politik ekonomi. bangsa, tetapi juga dapat menjadi sesuatu yang Penulis juga ingin menggunakan beberapa negatif yang mengancam kelangsungan hidup pendekatan dalam melihat permasalahan masyarakat atau bangsa tersebut. Paling tidak hal- pluralisme di Indonesia berdasarkan penalaman hal negatif yang ditimbulkan oleh pluralisme akan pengamatan penulis. Penulis harapkan tulisan ini mengganggu stabilitas sosial masyarakat atau nantinya dapat menjadi sumbangan pemikiran

bangsa tersebut. bagi peserta-peserta pertemuan Interfidei di masa

Menurut Kuntowijoyo toleransi positif mendatang. dan toleransi negatif yang dikembangkan dalam

masyarakat plural akan sangat mempengaruhi Pluralitas Masyarakat Malaysia

sifak komunikasi antar kelompok yang berbeda di Malaysia adalah contoh yang baik bagi suatu masyarakat. Maka dalam hal ini kebijakan sebuah masyarakat plural jika diartikan sebagai politik pemerintah atau penguasa berperan masyarakat majemuk seperti yang dikemukakan penting untuk mengembangkan salah satu dari oleh Choo Keng Kun (1985). Sejarah kehidupan bentuk toleransi tersebut. (Efendi, 2002). sosial masyarakat Malaysia menunjukkan bahwa Apabila pengertian di atas kita gunakan awal dari kehidupan sosial yang majemuk ini untuk melihat wajah pluralisme masyarakat adalah sistim politik ekonomi pemerintah British Indonesia di setiap penggal perjalanan sejarahnya ketika Tanah Melayu di bawah penjajahan maka tidak terlepas dari kebijakan politik Inggris. Meskipun pada masa sebelum penjajahan

SEKILAS TENTANG PLURALISME DI MALAYSIA DAN INDO NESIA

(4)

Inggris Tanah Melayu telah ditempati pendatang menetap di Tanah Melayu (Comber, 1985; dari Daratan Cina namun tidak terjadi mesalah Abdullah Yusuh, 1990).

yang mencolok di antara kelompok etnik Cina Toleransi orang Melayu tidak saja dengan masyarakat Melayu. Bahkan menurut dibidang politik seperti tersebut di atas tetapi juga Comber (Asmawita, 2000) telah terjadi asimilasi di bidang pendidikan dan ekonomi, namun budaya diantara ke dua kelompok masyarakat perbaikan kehidupan sosial terutama di bidang uyang berbeda bangsa tersebut. Hanya saja pada ekonomi tidak dirasakan oleh kaum Melayu. masa penjajahan Inggris, pemerintahan British Bahkan kaum melayu semakin tertinggal oleh mengkotak-kotakkan kawasan tempat tinggal kaum-kaum lainnya terutama Cina. Hal tersebut masyarakat berdasarkan ras yaitu bangsa Cina, disebabkan oleh sistem politik, ekonomi dan India dan Melayu. Keadaan ini menurut Ooi Jin- sosial pada masa penjajahan masih dipertahankan B a e ( A s m a w i t a , 2 0 0 0 ) m e n y e b a b k a n dan tidak banyak mengalami perubahan keterasingan kehidupan sosial satu sama lain di meskipun Tanah Melayu sudah merdeka (Jomo, antara ketiga rumpun bangsa tersebut. 1988).

Keterasingan kehidupan sosial di antara Ketidakseimbangan diantara kaum Cina suku bangsa yang berbeda tersebut berdampak dengan Melayu khususnya tidak hanya terlihat di kepada timbulnya rasa curiga, was-was dan tidak bidang ekonomi tetapi juga di bidang senang dari pihak kaum Melayu terhadap pembangunan wilayah. Kota-kota yang pendatang, khususnya terhadap orang-orang kebanyakan didiami oleh kaum Cina dan India Cina. Perasaan curiga tersebut muncul mengalami pembangunan yang pesat dengan disebabkan beberapa faktor di antaranya menurut infrastruktur dan fasilitas-fasilitas yang Jomo adalah jumlah orang-orang Cina yang mendukung terwujudnya kehidupan yang semakin banyak (Asmawita 2000) dan taraf modern. Sebaliknya di desa-desa yang didiami ekonomi orang-orang Cina yang jauh lebih baik oleh pribumi atau kaum Melayu tidak mengalami dibandingkan taraf ekonomi masyarakat Melayu pembangunan yang berarti (Ooi Jin-Bee, 1968). menurut Ooi Jin-Bae (Asmawita 2000) adalah Pertentangan yang bersifat ekonomi, akibat politik ekonomi pemerintah British yang sosial dan politik yang memang telah lama ada di berdasarkan kepada sistem kapitalisme yang telah antara kaum-kaum tersebut memuncak dan mendorong munculnya kelas ekonomi pedagang menyebabkan meletusnya peristiwa kerusuhan 13 yang banyak dikuasai oleh kaum Cina. Selain itu, Mei 1969. Peristiwa ini menyadarkan pemerintah faktor perbedaan agama dan adat istiadat turut bahwa politik ekonomi yang dijalankan selama mempertajam ketidaksenangan masyarakat ini membuat jurang kesejahteraan di antara kaum. Melayu terhadap orang-orang Cina. Hal ini berimbas kepada berkembangnya Setelah kemerdekaan, kerajaan Malaysia perbedaan-perbedaan pada aspek sosial lainnya melaksanakan pembangunan masih berdasarkan menjadi pemicu konflik di antara kaum-kaum kepada politik ekonomi yang dilaksanakan tersebut.

pemerintahan British yaitu atas dasar etnik/ras Menyadari keadaan tersebut, pemerintah bangsa. Akibatnya jurang kehidupan sosio- membentuk dasar sosio-ekonomi baru yang dapat ekonomi di antara kelompok masyarakat Cina dan menyeimbangkan keikutsertaan setiap kaum di masyarakat Melayu terus terjadi dan bahkan dalam biang ekonomi. Dasar ekonomi tersebut semakin terlihat dengan jelas. dinamakan dengan Dasar Ekonomi Baru (DEB). Pada saat yang sama masyarakat Melayu Dengan dasar tersebut pemerintah memperbaiki senantiasa diminta untuk toleransi terhadap keseimbangan ekonomi antara kaum, membasmi pendatang asing. Persekutuan Tanah Melayu kemiskinan dan mendorong rakyat pribumi agar tahun 1948, berdirinya United Malay National lebih banyak terlibat did alam sektor perdagangan Organisation dan Undang-undang Imigrasi tahun dan perindustrian (Fong, Chan Onn, 1991).

(5)

tidak saja dibidang ekonomi, tetapi juga di masyarakat dari kelompok agama maupun suku berbagai bidang sosial lainnya. Sebagaimana lainnya. Mungkin dapat dikatakan bahwa disaksikan bahwa masyarakat Malaysia saat ini pluralisme dalam kehidupan sosial masyarakat tidak mudah terpancing dengan hal-hal yang dapat Indonesia dalam perspektif negatif mulai menimbulkan konflik terbuka diantara kaum- berkembang saat itu.

kaum yang mempunyai perbedaan yang jelas Ketakutan akan pluralisme yang dimaknai dalam bidang budaya maupun agama. dengan terpecah-belahnya kembali masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan memunculkan

Pluralitas Masyarakat Indonesia sikap penolakan oleh sebagian orang terhadap

Dapat dikatakan bahwa tidak banyak Piagam Jakarta, walau tujuh kata tersebut adalah perbedaan sejarah kehidupan sosial masyarakat untuk urusan umat Islam sendiri tanpa melibatkan Malaysia dengan kehidupan sosial masyarakat kaum lainnya. Penolakan tersebut akhirnya Indonesia sebelum dan pada masa penjajahan. menghasilkan hapusnya tujuh kata penting bagi Indonesia sejak lama telah menjadi masyarakat umat Islam itu pada awal perpolitikan Indonesia. plural. Kedatangan bangsa-bangsa asing dan Ketidakpuasan dan ketidakadilan pembagian menetap di berbagai wilayah nusantara telah wilayah kekuasaan di awal kemerdekaan membawa pengaruh besar terhadap perubahan menumbuhkan bibit-bibit perlawanan pada adat-budaya dan kepercayaan atau agama kelompok-kelompok yang mengusung nama masyarakat setempat. Selain itu, penghijrahan agama.

orang-orang dari suku dan wilayah tertentu ke Ketiakpuasan kelompok-kelompok wilayah lainnya di nusantara mempunyai andil tersebut mencetuskan pergolakan dan perlawanan besar dalam pembauran adat-istiadat dan bersenjata. Mulai saat itu dimensi agama terutama kebiasaan di antara suku-suku yang berbeda agama Islam dianggap rentan terhadap faktor

tersebut. perpecahan di dalam kehidupan berbangsa.

Berdirinya kerajaan Hindu dan Budha, Stigma terhadap kelompok-kelompok Islam mulai demikian pula kerajaan Islam merupakan proses berkembang. Kecirgaan dijadikan alasan untuk dari terjadinya pengaruh bangsa-bangsa asing itu. membatasi dan menekan kelompok-kelompok Demikian pula, adanya persamaan kosa kata tersebut. Selain itu terjadi juga tekanan-tekanan dengan makna yang sama serta kesamaan adat- terhadap suatu kelompok minoritas karena alasan-budaya diantara beberapa suku yang ada di alasan tertentu.

(6)

toleransi negatif yang akhirnya banyak lebar.

menimbulkan permasalahan pluralisme (Efendi, Perbedaan kehidupan sosial masyarakat

2002). miskin dengan yang kaya semakin jelas.

Dengan kerangka ini, toleransi harus Stereotype di kalangan kelompok-kelompok ditumbuhkan dan dikembangkan oleh kelompok berbeda ini tanpa disadari tumbuh subur. Apriori,

mayoritas terhadap kelompok minoritas. Dan prejedice dengan sendirinya muncul dan tentu saja yang dimaksud adalah toleransi umat mewarnai sikap masing-masing kelompok Islam sebagai kelompok mayoritas terhadap tersebut. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang kelompok-kelompok lainnya yang minoritas. memihak kepada konglomerat maupun kelompok Oleh karena kelompok mayoritas tertentu mempertajam dan memperluas sikap d i l a b e l k a n d e n g a n a g a m a , m a k a y a n g apriori dan prejudice di kalangan masyarakat. dimaksudkan dengan kelompok minoritas adalah Selain itu terbentuk pula kelompok-juga yang berlabelkan agama. Stigma yang kelompok masyarakat rantau. Pertumbuhan melekat pada agama Islam dan Kristen secara ekonomi yang menakjubkan di masa orde baru berlawanan sejak zaman penjajahan menyebabkan memberi peluang meningkatnya lapangan pengertian kelompok minoritas seterusnya lebih perniagaan bagi kalangan menengah. Kebanyakan dimaksudkan ke pada umat Kristiani. Hal ini mereka yang merantau ke daerah di luar daerahnya berpengaruh kepada kerangka pembahasan dan bergerak di bidang perniagaan meraih pluralisme yang mengarah kepada toleransi “kesuksesan”. Sebagaimana teori Grafitasi maka agama, dan aspek atau faktor-faktor lainnya mereka menjadi daya tarik bagi orang-orang lain menjadi tidak begitu penting serta tidak mendapat atau keluarga dikampungnya untuk mengadu perhatian yang layak. Ini menunjukkan bahwa nasib di tempat yang sama.

pendekatan penyelesaian masalah yang digunakan Persamaan suku, adat-kebiasaan, bahasa oleh pemerintah adalah penyederhanaan dan tempat asal bahkan persamaan keyakinan dan

permasalahan. agama di antara orang-orang rantau (pendatang)

Penyederhanaan masalah menggiring memunculkan solidaritas yang tinggi di antara kepada penyederhanaan penyelesaian masalah. mereka. Di pihak lain, perbedaan dengan Menuntut toleransi kelompok Islam secara terus- masyarakat setempat memunculkan perasaan in-menerus adalah penyelesaian yang termudah yang group dan out-group di kalangan pendatang dan dilakukan oleh pemerintah. Makna toleransipun masyarakat setempat. Pembauran yang selama ini jadi melebar. Berseberangan pendapat apalagi terjadi di antara pendatang dengan penduduk menentang dianggap intolerance atau tidak setempat mulai terusik oleh perasaan “kita atau toleran yang dengan mudah dikategorikan kepada kami” dan “mereka” (Soekanto, 2005). Perasaan subversif. Tuntutan toleransi ini kemudian tersebut terus dipupuk melalui interaksi sosial berimbas ke aspek-aspek kehidupan sosial yang teratur diantara pendatang melalui kelompok lainnya. Toleransi dalam kerangka mayoritas- paguyuban yang dibentuk oleh mereka. Perasaan minoritas ini terpusat kepada hak-hak minoritas itu bertambah kuat ketika perbedaan status sosial yang terus dituntut kepada umat Islam yang ekonomi serta perbedaan pada aspek-aspek sosial merupakan kelompok mayoritas, dengan alasan lainnya antara kebudayaan pendatang dengan kesatuan dan persatuan. kebanyakan masyarakat setempat begitu jelas. Pada saat yang sama pada masa orde baru Kebiasaan pemerintah/masyarakat mengkaitkan bermunculan kelompok-kelompok kepentingan tindakan kriminal yang dilakukan oleh individu lainnya. Politik pembangunan yang digunakan dari kelompok tertentu kepada label kelompok oleh pemerintah orde baru memunculkan tersebut, seperti “orang Cina, orang Kristen, orang kelompok-konglomerat dari kalangan pedagang Islam atau orang Batak”, mempertebal dan kelompok orang-orang kaya dari kalangan etnosentrisme di kalangan masing-masing yang mampu berkolaborasi dengan pusat-pusat kelompok dan menambah lebar jarak sosial di kekuasaan dan para konglomerat. Jurang antara antara kelompok-kelompok tersebut.

(7)

sumber penghasilan menjadi sangat berperan tersebut merupakan salah satu bentuk tidak ketika lapangan pekerjaan dan sumber menghargai pluralitas masyarakat. Hal ini bertolak penghasilan terutama di bidang perdagangan belakang dengan apa yang diberikan kepada banyak dikuasai oleh masyarakat pendatang. masyarakat keturunan Cina. Apakah dalam hal ini Keadaan ini menjadi lahan yang semakin subuh umat Islam harus kembali “bertoleransi”?

untuk tumbuhnya kecemburuan sosial terlebih lagi Kembali pengertian pluralisme dalam hal ketika sistem kekuasaan dijalankan berdasarkan ini menjadi bias. Penentangan ini justru nepotisme dan kolusi suku ataupun kekuatan uang. menunjukkan pemahaman pluralisme yang Bukan merupakan rahasia bahwa penerimaan dan a m b i v a l e n . M e m a n g m u n c u l b e b e r a p a penempatan pegawai negeri maupun swasta lebih kekhawatiran dengan diberlakukan perda syariah sering menggunakan pendektan tersebut. tersebut di antaranya juga datang dari kalangan Akibatnya muncul kelompok-kelompok umat Islam sendiri. Namun hal ini dapat kekuasaan berdasarkan suku, agama atau diantisipasi dengan menetapkan peraturan hubungan kepentingan. pelaksana secara cermat. Di sinilah letak peran Bagai api dalam sekam yang kemudian pemerintah agar peraturan atau undang-undang membara di mana-mana terutama di daerah- yang ada menjadi perekat semua komponen daerah yang rawan bibit-bibit perpecahan ketika bangsa dalam bingkai pluralisme yang adil.

euphoria kebebasan merebak di awal era

reformasi. Pertikaian antar kelompok, antar suku Pluralisme, Kekuatan atau Kelemahan

mulai muncul di beberapa daerah. Pluralitas masyrakat di berbagai belahan Kembali pemerintah menggunakan nusantara sebelumnya pernah berbaur menjadi penyelesaian masalah yang serupa dengan masyarakat yang integral. Gambaran tentang itu pemerintah sebelumnya. Menuduh agama, masih terlihat di berbagai daerah seperti umumnya terorisme dengan pengertian yang dipaksakan di Jawa dan di sebagian daerah di Sumatera seperti (oleh pemerintahan bangsa barat terutama Sumatera Barat dan Aceh.

Amerika Serikat), pemerintah menyelesaikan Dalam perjalanan bangsa Indonesia masalah dengan sebatas dialog antar tokoh agma kemudian, masyarakat Indonesia mengalami dan dengan pendekatan represif, tanpa perubahan sosial. Masyarakat Indonesia memikirkan penyelesaian akar permasalahan mengarah ke pluralisme yang dibentuk oleh sistem

secara serius. politik ekonomi pemerintah pada saat itu. Terdapat

(8)

Nasionalisme hanya bisa tumbuh dan menguat Satu Kajian Kes Terhadap Penyesuaian

apabila ada faktor-faktor pemersatu di antara Sosial Pekerja Kilang Indonesia di Kawasan

kelompok sosial yang saling berbeda. Sebelum ini Pulau Pinang dan Sungai Petani Kedah. bahasa Indonesia adalah salah satu faktor tersebut Tesis Majister. Pulau Pinang, Pusat selain sistem pendidikan nasional yang baik dan Penyelidikan Dasar, Universiti Sains adil. Perean pemerintah adalah memperkuat Malaysia.

faktor-faktor tersebut melalui kebijakan yang Choo Keng Kun (1985), Masyarakat Majemuk ditetapkannya. Nasionalisme tidak bisa tumbuh Semenanjung Malaysia. Dalam Masyarakat

berakar apabila dengan menghilangkan Malaysia. (Zuraina Majid, ed.), P. 53 Edisi II, keberagaman yang ada secara paksa. Integrasi Universiti Sains Malaysia bagi pihak Pusat sosial harus tumbuh secara alamiah seperti Pengajian Sains Kemasyarakatan Universiti sebelum ini pernah terjadi. Peran pemerintah Sains Malaysia.

dalam hal ini adalah menyediakan fasilitas yang Comber, L. (1985) Peristiwa 13 Mei Sejarah

dapat mendukung dan mempermudah terjadinya Perhubungan Melayu-Cina. (Terjemahan proses integrasi sosial. Sistem politik ekonomi Asyaari, O.H.). Malaysia: International Book yang berkeadilan dan seimbang merupakan faktor Service.

penting dalam membangun negara dan Efendi (2002). Menyoal Pluralisme di Indonesia. masyarakat yang kuat dan demokratis berdasarkan Dalam Living Together in Plural Societies,

pluralisme sebagai sebuah kekuatan. Pengalaman Indonesia-Inggris. (Raja Juli Antoni, ed.),.p. 222-239. Yogyakarta,

Kesimpulan Pemuda Muhammadiyah, British Council

Sudah saatnya membuang pandangan dan Pustaka Pelajar.

bahwa permasalahan sosial yang timbul adalah Fong, Chan Onn. (1991). Dinamo Ekonomi Baru

disebabkan oleh pluralisme khususnya perbedaan Struktur dan Peluang Pelaburan di Malaysia. agama. Tetapi sudah saatnya melihat akar Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka permasalahan sosial yang ada lebih kepada sistem Kementrian Pendidikan Malaysia.

politik ekonomi yang diterapkan pemerintah dan Jomo. (1988). Pembangunan Ekonomi dan Kelas

sistem kehidupan sosial yang berdasarkan kepada S o s i a l d i S e m e n a n j u n g M a l a y s i a.

kolusi dan nepotisme. (Terjemahan Syamsul Bahriah Ku Ahmad,

Pemahaman dan penerapan pluralisme ed.)., Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan yang salah dalam kehidupan bermasyarakat, Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. berbangsa dan bernegara selama ini sehingga Nurudin. (2004). Sistem Komunikasi Indonesia, menimbulkan banyak permasalahan sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

menuntut pemerintah untuk mengubah atau Ooi Jin-Bee (1968), Bumi, Penduduk dan

memperbaiki kebijakan politiknya terutama Ekonomi di Tanah Melayu. Kuala Lumpur: politik ekonomi. Pemerintah juga dituntut untuk Dewan Bahsa dan Pustaka Kementrian memfasilitasi terwujudnya integritas sosial dan Pelajaran Malaysia.

nasionalisme dengan memperluas ruang publik Sumartana, Th. (2002 a). Beberapa Isu dan atau keikutsertaan masyarakat dalam setiap Tantangan Masyarakat Plural. Dalam Living

keputusan politik pemerintah. Selain itu Together in Plural Societies, Pengalaman

pemerintah berkewajiban memfasilitasi muncul Indonesia-Inggris. (Raja Juli Antoni, ed.), P. dan berkembangnya toleransi positif di kalangan 2 4 9 - 2 7 0 . Y o g y a k a r t a , P e m u d a masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok Muhammadiyah, British Council dan Pustaka sosial yang berbeda. Dalam hal ini mungkin Pelajar.

Indonesia bisa belajar dari Malaysia.[] Sumartana, Th. (2002 b). Pluralism, Conflicts, and Inter-Religious Dialogues in Indonesia.

Da-Rujukan lam Commitment of Faiths: Identity,

Plurali-Asmawita, (2000). Hubungan Sosial Pekerja ty, and Gender. (Th. Sumartana., Et.al., Eds).,

(9)

ETELAH tuntutan aspirasi penegakan masa lalu tersebut. Menurut hemat penulis, syariat Islam di Sulawesi Selatan yang anggapan ini terlalu gegabah dan sangat dipelopori oleh KPPSI (Komite Persiapan menyederhanakan masalah. Tampil atau

S

Penegakan Syariat Islam) bergulir bagaikan bola terpilihnya Aziz sebagai Ketua Tanfidziyah salju, maka orangpun banyak bertanya tentang KPPSI adalah bukan semata karena ia putra siapa, apa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa Qahhar Mudzakkar. Sosok ini, telah alama dikenal sebenarnya KPPSI itu hadir, sehingga begitu terutama oleh kalangan aktivis generasi muda sangat diperhitungkan, dan diperbincangkan dari Islam karena ketokohannya ketika menjadi aktivis dari berbagai sudut pandang secara pro dan kontra HMI (pernah menjadi Ketua HMI cabang oleh berbagai kalangan. M a k k a s a r ) . S e t e l a h l e p a s d a r i d u n i a Untuk mendapatkan jawaban secara kemahasiswaan ia memilih bergerak di dunia terperinci di seputar pertanyaan tentang siapa, apa, dakwah dan pendidikan dengan mengabdi di mengapa bagaimana dan untuk apa KPPSI pesantren. Bahwa penerimaan masyarakat berjuang, hingga saat ini belum ada jawaban menjadi begitu luas terhadap KPPSI karena sangat secara resmi yang tertuju pada publik. Olehnya itu, dipengaruhi oleh ketokohan Aziz di bawah sehubungan dengan usainya Kongres Umat Islam bayang-bayang Qahhar Mudzakkar, tentunya itu II yang sempat diwarnai/dicederai dengan sudah merupakan realitas sosial yang tak dapat peledakan bom, maka pada kesempatan ini, dipungkiri. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa penulis yang terlibat aktif selaku Sekjen Lajnah “ t o k o h m i s t e r i u s ” y a n g d i c a p s e b a g a i Tanfidziyah KPPSI Pusat, merasa perlu pemberontak (Qahhar Mudzakkar) ternyata mengemukakan analisis pandangan pribadi, yang mendapat tempat yang sangat baik di hati sanubari diharapkan dapat menjadi penjelas atas berbagai mayoritas masyarakat Sulsel.

bias persepsi ataupun aneka penilaian miring Tapi harus dikemukakan di sini bahwa

terhadap KPPSI. Aziz bukanlah satu-satunya tokoh di KPPSI.

Dengan kata lain, menurut penulis selaku Terdapat sejumlah nama tokoh intelektual dan pribadi, jawaban yang dapat diketahui oleh publik ulama yang sangat respek dan berperan aktif di di seputar pertanyaan tersebut di atas, adalah KPPSI yang sangat berpengaruh terhadap

sebagai berikut: penerimaan masyarakat terhadap KPPSI. Mereka

Pertama, tentang siapa saja orang-orang adalah tokoh yang kapasitas dan integritasnya

yang terlibat dan terikat secara aktif berjuang di tidak diragukan lagi seperti; Prof.Dr. A. Rahman KPPSI. Mungkin tidak terlalu salah jika ada Basalamah, Prof.Dr. Muin Salim, Prof.Dr. Ahmad anggapan bahwa penggerak utama dari KPPSI Ali, Prof.Dr. Mansyur Ramli, Prof.Dr. Ide Said, adalah Abdul Aziz Qahhar, putra tokoh DI/TII Prof.Dr. Jalaluddin Rahman, Ir.H. Nur Abdul Qahhar Muzakkar. Karena itu, ada sebagian Abdurrahman, dan lain-lain. Mereka adalah tokoh orang mengidentikkan KPPSI dengan sejarah cendekiawan, dan akademikus. Di samping itu

Q UO VADIS KPPSI

H. Aswar Hasan*

(10)

dukungan penuh dari dua tokoh ulama kharismatik mendesak diberi otonomi khusus, tidak untuk K.H. Sanusi Baco, LC,. K.H. Jamaluddin Amin, merdeka. Sebab, telah menjadi kesepakatan dan Kiai kondang K.H. Bakry Wahid memberi KPPSI bahwa perjuangan syariat Islam di Sulsel legitimasi yang sangat kuat bagi umat. Di luar dari dilakukan dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan mereka ini tentu terdapat sejumlah nama yang tak Republik Indonesia). Olehnya itu, jangan sampai sempat disebut satu persatu. terjadi penjungkir-balikkan logika sejarah

Kedua, apa itu KPPSI dan apa yang perjuangan, dimana Aceh dan Papua yang mau

diperjuangkan. KPPSI adalah lembag perjuangan merdeka tetapi kemudian dapat diselesaikan penegakan syariat Islam bagi segenap komponen dengan pemberian otonomi khusus. Nah, jika umat Islam secara perorangan maupun Sulsel yang kemudian menuntut secara legal kelembagaan yang istiqamah terhadap upaya- konstitusional otonomi khusus, lantas tidak upaya penegakan syariat Islam. Bersifat tansiq diberikan dengan tanpa alasan yang jelas dan (aliansi), tidak sebagaimana halnya suatu memuaskan, jangan sampai justru melebar dan organisasi yang bersifat permanen, karenanya semakin jauh menjadi tuntutan merdeka.

sekadar berfungsi sebagaimana layaknya Sesungguhnya, tuntutan otonomi khusus kepanitiaan, untuk maksud khusus, yaitu tegaknya Sulsel untuk syariat Islam, adalah merupakan syariat Islam. Dalam membangun kebersamaan sebuah ujian demokrasi bagi NKRI. Jika RI gerakan, akan selalu berkoordinasi terhadap m e m i l i k i k o m i t m e n u n t u k m e l a k u k a n lembaga-lembaga keislaman berdasarkan ikatan demokratisasi, maka pemberian otonomi khusus persaudraan (ukhuwah Islamiyah) dalam rangka kepada daerah, tidak harus berhenti pada Aceh dan

tegaknya syariat Islam. Papua. Jangan sampai daerah-daerah sudah

KPPSI bermaksud menyatukan segenap bergolak, baru kemudian muncul tawaran politik umat Islam, guna berjuang menegakkan syariata dari pusat. Olehnya itu, Pemerintah pusat sudah Islam agar dapat menjadi sumber rujukan dalam harus lebih proaktif membaca fenomena daerah. kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan Sudah bukan saatnya lagi, menungu baru bereaksi, bernegara di wilayah Sulsel yang berotonomi dengan politik tambal sulam yang justru menjadi

secara khusus. pintu disintegrasi bangsa.

Sebagaimana diketahui bahwa Negara RI Ketiga, mengapa KPPSI memperjuangkan saat ini sedang melakukan demokratisasi caa syariat Islam? Syariat Islam diperjuangkan oleh pengelolaan negara melalui tata pemerintahan KPPSI karena sudah menjadi kewajiban keimanan daerah dengan undang-undang otonomi daerah dimana bagi masyarakat Sulsel secara fiqhi

No.22/Tahun 1999. Tetapi namun demikian, waqiah (kaedah hukum kontekstual berdasarkan karena Undang-undang Otonomi Daerah tersebut ruang dan waktu), menjadi urgen untuk tidak memberi kewenangan mengatur soal memperjuangkan syariat Islam. Betapa tidak, peradila dan Agama, dan masih menjadi karena daerah Sulsel yang mayoritas terdiri atas kewenangan pusat, maka salah satu jalan bagi suku Bugis, Makassar dan Mandar, sejak dahulu daerah untuk memperoleh kewenangan tersebut, telah menjadikan Islam sebagai bagian yang tak adalah dengan meminta/ menuntut undang- terpisahkan dalam kehidupan masyarakatnya.

undang otonomi khusus. Ajaran Islam dianggap sebagai pokok keyakinan

Pemberian otonomi khusus kepada keagamaan. Bahkan, dalam jaman kerajaan dulu, daerah-daerah di Indonesia, sampai saat ini, masih Islam telah resmi menjadi agama kerajaan dan terbatas pada Aceh dan Papua. Hal itu disebabkan menjadi peraturan yang mengikat ke segenap adanya ancaman disintegrasi. Otonomi khusus penjuru negeri. Dengan kata lain, syariat Islam bukanlah sasaran mereka, tetapi merdeka. Namun telah menjadi hak historis bagi masyarakat Sulsel. akhirnya mereka mau menerima otonomi khusus, Sementara itu, hingga saat ini, wilayah sebagai bentuk penyelesaian politik. Meskipun Sulsel telah diklaim dengan istilah ‘Serambi masih ada diantaranya yang menolak dan tetap Madinah’, dimana Aceh adalah ‘Serambi

ingin merdeka. Mekkah’, yang saat ini telah resmi menerapkan

(11)

ini, ikon emosional tersebut, semestinya berjalan memperjuangkan tegaknya syariat Islam melalui beriring, atau setidaknya berurut, ataupun berkait. otonomi khusus?

Dengan kata lain, jika Aceh diberi otonomi khusus KPPSI meyakini bahwa syariat Islam untuk melaksanakan syariat Islam, maka mengapa adalah solusi krisis multidimensional yang saat ini

tidak untuk Sulsel. mendera bangsa Indonesia.

Tapi di atas segalanya, perjuangan Dari sejak Indonesia merdeka, ideologi penegakan syariat Islam adalah tuntutan aqidah pembangunan yang selalu dijiwai oleh

bagi setiap muslim. komunisme (periode Soekarno) kapitalisme

Keempat, bagaimana cara KPPSI (periode Soeharto) dan nasionalisme (periode

memperjuangkan otonomi khusus Sulsel untuk Habibie, Abdurrahman Wahid hingga Megawati)

tegaknya syariat Islam? semuanya justru tidak membawa bangsa

Telah menjadi komitmen aktivis KPPSI Indonesia jauh lebih baik. Sementara itu, Islam untuk senantiasa berjuang secara konstitusional sebagai syariat, tidak diberi peluang sedikitpun sesuai prosedure hukum yang berlaku, dengan untuk mengatur bangsa ini, kecuali yang cara demokratis, dan tetap dalam bingkai NKRI. menguntungkan secara material, yaitu masalah

Adapun strategi yang ditempuh, yaitu zakat dan haji.

denan bertumpu pada fakta mayoritas umat Islam Menghadapi problematika bangsa yang Sulsel sebagai inspirasi dan aspirasi politik yang begitu kompleks, dimana sedang dibelit denan berhak diakomodir untuk dijadikan sebagai problema keadilan, keamanan, dan kesejahteraan, keputusan politik yang mengikat dan mengatur maka tidak bisa tidak, bangsa ini, khususnya sebagaimana ajaran Islam yang diyakininya. masyarakat Sulse, yang mayoritsa muslim harus Berdasarkan strategi itu, maka dibuatlah program segera ditata berdasarkan syariat Islam. Betapa kegiatan dalam bentuk gerakan dakwah politik tidak, karena sebagaimana tujuan syariat Islam (al dan politik dakwah di parlemen, diiringi dengan Makasid Syariah) seperti yang dikemukakan As tarbiah serta jihad dengan segala potensi di semua Syaikh Dr. Yusuf Al Qardawi adalah untuk

sektor. menerapkan keadilan, menciptakan keamanan,

K e s e m u a p r o g r a m t e r s e b u t , l a l u serta menggapai kesejahteraan, berdasarkan disosialisasikan, dikonsolidasikan, hingga tercipta prinsip Islam, yaitu sebagai pembawa rahmat bagi kristalisasi, yang sewaktu-waktu dapat seluruh umat manusia, hingga pada alam semesta. dimobilisasi dalam bentuk tabligh akbar ataupun Berdasarkan jawaban penjelasan terhadap jenis aksi lainnya, berupa amar ma’ruf nahyi kelima pertanyaan di seputar KPPSI tersebut, m u n k a r . P a d a p r i n s i p n y a , d a l a m maka penulis secara pribadi yang banyak mengoperasionalisasikan program tersebut, menggeluti masalah KPPSI selaku Sekjen, KPPSI senantiasa mensinergikan pendekatan optimis dan yakin bahwa Insya Allah KPPSI akan struktural politik dan kultural sosiologis dalam menjadi tumpuan harapan umat yang suatu saat rangka revitalisasi dan aktualisasi syariat Islam dapat mengantar ke gerbang mesyarakat sejahtera secara aspiratif dan aplikatif menuju legitimasi dan damai yang diridhohi Allah, seperti yang institusionalisasi Islam sebagai ajaran yang dimaksud dalam Al-Qur’an; Baldtun thayyibatun

membawa rahmat. warabbun ghafuur. Semoga![]

(12)

ERBEDAAN dalam setiap masyarakat fenomena kunci sebab hakekat berdemokrasi memang bagian dari sebuah kehidupan dalam sebuah negara bangsa ada pada

P

dimana unsur-unsur yang ada di dalamnya transformasi nilai dari heterogenitas teritorial, mempunyai perbedaan dan kecenderungan yang sosial (SARA), budaya, ke dam bentuk berupaya ia tonjolkan, sehingga itu bagian homogenitas poltitik sebagai kosensus untuk fenomena yang tidak dapat dipungkiri karena berada bersama-sama dalam sebuah bangsa demi sikap itu dapat menimbulkan ketegangan terhadap mencapai tujuan bersama yang di dalamnya ada aktor-aktor sejarah yang ada di dalamnya sehingga hak dan kedudukan yang sama, ada saling malahan kadang menimbulkan ekses negatif, tapi pengakuan terhadap keberadaan masing-masing yang terpenting dari pada itu adalah dibutuhkan elemen. Perbedaan dalam bentuk heterogenitas sifat toleransi yang harus kita bangun bersama tersebut hanya akan menjadi sebuah potensi karena dengan sikap arif dan bijaksana ini kolektif jika telah terwujud dalam konsensus masyarakat akan damai sentaosa, perbedaan tujuan hidup bersama dengan jaminan tak akan ada agama, etnis, suku, warna, daerah tidak bisa negasi terhadap salah satu unsur. Ketika terjadi disangkal karena itu merupakan hikmah dari pengingkaran terhadap salah satu unsur, diciptakannya kita semua. “pemberontakan nilai” akan terlihat lewat Dalam hal ini Windan sebagai sebuah berbagai ekspresi yang fenomenanya kini nampak kumpulan kecil dari masyarakat mencoba di Indonesia.

berdialog dengan masyarakat yang berbeda-beda,

baik menghadirkan nara sumber dari pemeluk Arti penting sebuah perekat

agama-agama lain, juga kajian-kajian yang ada di Di tengah dinamika politik dan nuansa dalamnya, baik itu mengusung faham Intrfaith pencarian jati diri tatanan berdemokrasi di atau gender, dan tak lupa baru-baru ini semua Indonesia, saat ini sangat berpotensi melahirkan santri windan mengadakan studi banding di UGM prototipe politik yang berciri keindonesiaan tanpa (Universitas Gadjah Mada) Jogjakarta tepatnya di harus mengadopsi tatanan politik yang telah ada fakultas Interfaith yang di mana unsur-unsur yang pada negara lain jika ruang yang ada tetap saling ada di dalamnya dari berbagai pemeluk agama memberi pintu dan pengakuan untuk menghindari bahkan kajian seperti ini termasuk dari kursus phobia krisis identitas. Dengan adanya yang diadakan di ponpes Almuayyad windan. kemungkinan kerenggangan yang ada dapat Indonesia sebagai bangsa yang majemuk diantisipasi, sehingga dibutuhkan sebuah pengikat ini memang memberikan pelajaran berharga bagi sosial politik yang dapat menjadi faktor kohesi warganya untuk bagaimana bersikap lebih santun yang mampu memberi ruang terhadap identitas menghadapi perbedaan yang ada ini, sejarah sekaligus melangengkan entitas Indonesia.

kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai hasil

bahu-membahu dari kekuatan kemajemukan yang Demokratisasi

dimiliki oleh bangsa ini. Dalam hal prinsip dasar Semangat masyarakat paska orde baru ini demokrasi, kemajemukan menjadi sebuah memang mendorong adanya tindakan yang

TO LERANSI DALAM BERWARG A NEG ARA

(13)

berupaya merefresentasikan keinginan masing- mudah, jadi dibutuhkan kerja ekstra dan kerjasama masing sekelompok walaupun disadari atau tidak bersama antar warga, karena tanpa adanya proaktif memang dampak pengekangan yang terjadi atau respon positif dari warga yang lain akan selama orde baru cukup menutup dan memenjara cukup menghambat proses terjadinya proses ini, apresisasi kemerdekaan mereka yang sehingga tak tapi keyakinan penulis bahwa suatu saat akan heran bermunculan pemaknaan arti demokrasi terwujud dalam masyarakat yang sadar akan nilai-secara bebas, walaupun ini juga wajar-wajar saja, nilai yang baik, sebab manusia membawa sifat karena baru mengenal arti demokrasi. kefitrahan yang telah dibawanya sejak lahir yang Sikap yang perlu kita pupuk adalah dimana ia merupakan pemberian penciptanya, keharmonisan antar warga negara untuk menjalin sehingga ada harapan akan terciptanya masyarakat kebersamaan bersama guna melanggengkan yang penuh kedemokrasian yang bersumber dari kesatuan dan persatuan bangsa sebab dengan sikap hati nurani bukan lahir dari pemaksaan atau faktor demikian, lebih menjalin terwujudnya nilai-nilai dari luar, dimana kalaulah kesadaran itu tumbuh yang kita idam-idamkan bersama dimana untuk dan berkembang dari jiwa mereka masing-masing mewujudkan itu harus dimotori para elit-elit nilai itu lebih langgeng dan awet karena muncul politik, agamawan dan semua elemen yang ada dari nurani.

tanpa perlu mengkaitkan dengan hal apapun, tapi Dengan penuh harap, suatu saat nanti yang terpenting adalah sikap positif dalam semua akan muncul generasi yang menjunjung tinggi kondisi, lebih bijak daripada konfrontasi, dialog nilai-nilai kebersamaan, nilai yang luhur, tumbuh daripada anarkis itu yang perlu kita bina bersama. dan terpencar dari lubuk hati, nilai yang menjaga

(14)

ETIKA bencana tsunami melandan Aceh kita dihentar untuk masing-masing berbuat banyak orang secara perseorangan sesuatu bukan karena ajaran agama saja atau

K

maupun berkelompok, baik organisasi tuntutan sebagai warga negara, tetapi dengan pemerintah maupun swasta (termasuk Gereja) dan berpedoman pada satu prinsip, seperti: Apa yang LSM berdatangan memberi bantuan secara dapat kita buat yang berarti dan bermakna bagi langsung ataupun tidak langsung baik itu buah banyak orang? Dan apa yang dapat kita buat dan pikiran, pendapat, tenaga, maupun materil; seperti berarti dari sudut iman dan keyakinan kita?

bahan-bahan pangan, pakaian dan bantuan Pemikiran seperti ini sangat memberi arti lainnya. Hal ini menyatakan kesungguhan mereka pada pandangan yang benar terhadap relasi untuk mewujudkan kesejahteraan warga negara agama-negara. Dengan kedewasaan warga negara sebagai tanggung jawab hidup. Ketika bencana sebagai insan yang agamis memberi jalan keluar gempa bumi tektonik memporak-porandakan pada masalah-masalah yang sentral dalam hidup Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 24 Mei manusia itu sendiri. Karena itu hubungan yang lalu - merampas ketenangan, kebahagiaan bahkan dimaksud di sini adalah hubungan tanggung mengakibatkan korban jiwa (tercatat ribuan jiwa). jawab. Mengapa demikian? Tanggung jawab Banyak orang datang dengan tanpa mempedulikan disini bukan hanya untuk orang-orang khusus waktu, biaya, mengabdikan diri sebagai relawan (seperti pemerintah saja), tetapi juga warganya membantu mereka yang ada di posko-posko yang nota bene adalah juga penganut agama. Atau “pedui” korban bencana. Hal ini menyatakan bukan hanya orang-orang yang punya kedudukan, kepedulian dan tanggung jawab mereka sebagai kehormatan, jabatan, dan kekayaan, tetapi seluruh manusia yang berperikemanusiaan dan beragama. elemen dalam agama dan negara itu sendiri. Kunci dari sikap dan tindakan ini adalah tanggung Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak jawab warga negara dan kesadaran sebagai orang dapat dipisahkan. Sebab, apa yang menjadi

yang beragama. harapan bangsa yang berdasar pada Pancasila dan

Sebagai warga negara yang baik dan Undang-Undang Dasar 1945, itu juga menjadi bertanggungjawab memang pertama-tama harus harapan dari ajaran agama-agama yang ada.

menjadi insan beragama yang dewasa, dalam arti Sebagaimana itu dipraktekkan oleh orang-mengamalkan kehidupan beragama secara orang seperti di India dengan keragaman agama bersungguh-sungguh sebagai suatu kenikmatan dan budaya, di Thailand, di Filipina, di Amerika hidup beragama, sekaligus bersimpati dan empati Latin, demikian juga di Indonesia, khususnya sehingga orang lain juga menikmati kehidupan orang-orang Minahasa. Di Minahasa ada

1

semboyan yang jadi moto orang Minahasa beragamanya, bersikap toleran. Dengan demikian

TANG G UNG JAWAB:

Kunc i Ke se im b a ng a n Anta ra Ne g a ra d a n Ag a m a

Se b ua h Re fle ksi

Pdt. Mince Pangemanan, S.Th

1

(15)

diungkapkan oleh seorang Pahlawan Nasional pelayananNya ketika Farisi datang kepadaNya (Dr. Sam Ratulangi) bahwa: “SI TOU TIMOU d a n m e n c o b a i N y a Ye s u s d e n g a n t e g a s TUMOU TOU”, yang artinya manusia hidup menjawabnya: “Berikanlah kepada Kaisar apa untuk menghidupkan orang lain. yang wajib kamu brikan kepada Kaisar dan kepada Di balik ungkapan itu terkandung makna Allah, apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” bahwa setiap manusia punya tanggung jawab (Mrk.12:17).

terhadap orang lain (sesamanya). Bagian ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai tanggungjawab bukan hanya kepada

Perspektif Alkitab sesamanya tetapi kepada Allah dan pada

Kejadian 2:15 mengatakan bahwa “Tuhan bangsanya 9pemerintah sebagai wakil Allah) A l l a h m e n g a m b i l m a n u s i a i t u d a n dimana ia hidup, tinggal dan bergaul. Di sini Yesus menempatkannya dalam taman Eden untuk mempraktekkan tanggung jawab secara horizontal

2

mengusahakan dan memelihara taman itu”. dan vertikal, atau dalam bahasa Donal Krybill, Selanjutnya dalam kejadian 2:18 dinyatakan Yesus mempraktekkan pola bawah dan pola atas. bahwa: “Tidak baik jika manusia itu hidup Intinya dalam dua bagian itu Yesus mengharapkan sendiri”. Sebab Allah sungguh tahu bahwa adanya keseimbangan. Adapun nilai-nilai yang manusia pada dasarnya tidak akan berbahagia, ditonjolkan Yesus dalam soal tanggung jawab tidak akan sejahtera apabila manusia hidup sendiri adalah:

saja. Manusia membutuhkan manusia lainnya * Meruntuhkan sekat-sekat primordial dan dalam tatanan satu komunitas yang ada. Manusia feodal yang kaku dan statis

m e m b u t u h k a n m a n u s i a l a i n n y a u n t u k * Menumbuhkan kesadaran yang saling

3

berkembang dan bertumbuh. Ini merupakan awal mengerti dan mempercayai.

mula manusia harus bertanggung jawab atas hidup * Membuka hubungan yang saling menerima

yang dipercayakan Allah. kelebihan dan kekurangan yang lain.

Demikian saat Abraham keluar dari tanah * Memberi kesempatan untuk upaya yang kelahirannya menuju tanah perjanjian. Ia terbaik bagi orang lain.

bertanggung jawab terhadap apa yang tuhan Allah

percayakan kepadanya sebagai suatu bangsa yang Tanggung Jawab dan Pluralisme

kecil, yang kemudian menjadi bangsa yang bear Manusia hidup membutuhkan orang lain, (Kej. 12: 1-9). Selanjutnya kita tahu bahwa Daud ini merupakan kenyataan yang tidak dapat oleh karena tanggungnya yang sungguh, ia dipilih dibantah atau ditiadakan. Di manapun kita berada, Allah untuk menjadi raja Israel yang ke-2 kita masing-masing akan berjumpa dengan orang menggantikan Saul (2 Samuel 5: 1-5). Juga lain dengan latar belakang yang berbeda-beda. anaknya Salomo berjaya dimasanya karena Apakah itu sukunya, atau bangsa dan bentuk

4

kesungguhannya bertanggung jawa terhadap apa rambutnya, bahasanya bahkan agamanya. Dalam yang dipercayakan Allah kepadanya, baik bagi lingkungan gereja yang ada di Indonesia, hal ini bangsa maupun bagi umat Israel (I Raja-Raja 3: 1- sangat jelas terasa. Menurut pastor Drs. Yong

5

15). Ohoitimur, MA, kesadaran pluralisme itu berakar

Demikian juga dengan Tuhan Yesus dalam secara mendalam pada fakta bahwa kita hampir karya keselamatanNya bagi dunia bahkan sampai tidak dapat meloloskan diri dari orang-orang yang mati disalib. Dan dimana akhir hidupnya Ia tidak seagama dengan kita. Apakah itu dalam berharap supaya para murid dapat meneladani pengalaman sosial, di tempat pekerjaan, di pusat teladan tanggung jawabNya (Yoh. 17). Dalam keramaian, di rumah makan, di sekolah dan

2

Dinal Krybill, Kerajaan Yang Sungsang (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hlm. 6-16. 3

Bandingkan pemahaman ini dengan ungkapan Emmanuel G. Singgih Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 167-171.

4

Pdt.J. Matheos, M.Th, Persahabatan: Jendela Kudus Pekerjaan Misi - Materi Seminar Hamba-Hamba Tuhan di Kutai Barat Kalimantan Timur, September 2005

5

(16)

lingkungan pendidikan dan seterusnya. Singkat beberapa tenaga lainnya berusaha untuk kata pembaruan sosial antara orang-orang yang memotifasi gereja yang sementara bertumbuh dan berbeda agama sudah menjadi pengalaman biasa warga lainnya untuk bergiat dalam banyak hal. dalam masyarakat kita. Dengan demikian Selain itu membangun hubungan antar agama perbedaan-perbedaan antara agama dianggap yang hidup, tinggal, dan bergaul di tempat itu. wajar dan patut dihormati. Namun demikian, Hal ini merupakan kepedulian GMIM mengapa beberapa tahun terakhir ini justru sering terhadap kepentingan bangsa. Memang diakui dalam perbedaan ini muncul konflik-konflik yang upaya ini cukup menantang. Didapati oleh penulis, di dalamnya bermuatan SARA seperti kasus di kiprah pemerintah di daerah ini untuk agma-Ambon, Poso dan beberapa tempat di Indonesia. agama yang ada cukup membanggakan, dimana Realitas berbangsa yang demikian melahirkan setiap tahun ada subsidi dari pemerintah yang pertanyaan reflektif: sejauhmanakah tanggung diberikan kepada agama-agama yang ada di jawab dan kesadaran dalam keragaman itu daerah tersebut, baik Kristen sebagai agama direalisasikan? (Bagian ini agak etis-teologis, tapi mayoritas tetapi juga agama lain seperti Islam dan tanggung, sedang yang di bawah ini mungkin bisa kebudayaan setempat (agama suku).

dipertimbangkan. Namun demikian, upaya itu masih

GMIM sebagai bagian kecil dari aliran terbilang belum menyentuh titik harapan. agama-agama di Indonesia dlam kirahnya di Mengapa? Karena hal ini baru dinikmati oleh tengah bangsa Indonesia yang majemuk ini orang-orang tertentu, kelompok tertentu. Selain berusaha untuk sedapat mungkin luwes, terbuka adanya tantangan dengan terbatasnya transportasi, untuk membangun dan dibangun. Wujud ini sarana prasarana yang mengakibatkan lambatnya terlihat dalam program-program kerja dan perkembangan yang ada. Ditambah lagi tatanan pelayanan baik ke dalam maupun keluar. Bahkan untuk menjembatani antara agama dan budaya lebih jauh daripada itu sebagai gereja yang setempat oleh pemerintah belum dipahami secara menyadari kemajemukan itu, GMIM bekerjasama benar. Metode dan pendekatan hubungan antara dengan pemerintah bahkan pemerintah terlibat agama dan pemerintah yang ada masih terlihat langsung dalam pelayanan, baik secara materil kaku. Artinya, masih perlu dicari cara dan metode tetapi juga motifasi lainnya. Artinya ada hubungan pendekatan yang tepat.

yang saling menguatkan dan seimbang. Dapat

dilihat dalam kegiatan-kegiatan yang ada, yakni Implikasi Tangung Jawab Antara Agama dan

keterlibatan para pejabat pemerintah- yang nota Negara dalam Perspektif Injil

bene adalah warga GMIM-- sebagai Diaken atau Dalam relasi agama-agama di Indonesia, Presbiter (Penatua dan Syamas sebutan di GMIM) secara khusus di GMIM dan juga di wilayah atau keberadaan dalam komisi-komisi kerja dan pelayanan penulis (Kalimantan Timur), trkesan kepanitiaan-kepanitiaan kegiatan gereja. kuat bahwa kunci dari relasi tersebut adalah Kiprah GMIM sebagai bagian dari aliran kesadaran mengenai tanggung-jawab terhadap agama-agama yang ada di Indonesia, GMIM kehidupan bersama. Tetapi disadari, bahwa dalam bekerjasama dengan gereja-gereja lokal yang ada realitas, relasi agama-negara bukanlah persoalan di Sulawesi Utara dan juga dengan agama-agama mudah. Karena justru terjadi kecenderungan lain yang ada untuk membangun bangsa dan antara agama-negara untuk saling memanfaatkan negara. Juga dengan mengutus utusan-utusan demi kepentingan masing-masing, bukan untuk gereja dalam banyak bidang yang telah memberi kepentingan kehidupan bersama di Indonesia. sumbangsih yang cukup besar bagi negara dalam Wajar jika dalam beberapa kasus, relasi yang kaitan kerjasama dengan daerah-daerah lain. demikian justru melahirkan kecenderungan untuk GMIM terbilang konsisten dengan bersikap eksklusif, puritanissi agama, konflik kebersamaan bersama gereja-gereja lain dengan solidaritas, konflik kepatuhan dan konflik mengutus tenaga utusan geeja seperti yang dialami kewenangan ideologis, yang justru mengaburkan oleh penulis diutus ke Kalimantan Timur selama 2 relasi agama dan negara.

(17)
(18)

AAT latihan menari Hudoq, untuk merupakan ekspresi ritual agama suku atau

2 3

animisme adalah cerita masa lalu. Berulangkali persiapan acara Pakeno' Tawai ; Pui Bubun

Pui Bubun menegaskan bahwa itu adalah tarian

S

selalu menunjukkan sikap tidak serius dan

jaman mereka kafir dulu. Namun kini kebiasaan tak henti tertawa geli pada waktu latihan

yang sudah ditinggalkan ini justru dihidup-berlangsung. Dan akhirnya saat acara itu

hidupkan lagi untuk menunjang kebijakan dilaksanakan Pui Bubun tidak diikutsertakan.

4

Ketika ditanya kenapa bersikap demikian? Pui pemerintah dalam bidang wisata kebudayaan . Bubun yang sudah 30 tahun tidak lagi menarikan Pada titik inilah muncul kebingungan dalam diri terian itu mengungkapkan bahwa ada perasaan Pui Bubun, karena itu dulu merupakan tarian campur aduk dalam dirinya, dia merasa gembira ritual, berkaitan dengan pemujaan kepada roh-roh

5

bahwa tarian itu ditarikan lagi, tetapi sekaligus tertentu , dan jika itu ditarikan lagi pada saat ini merasa geli (lucu). Dulu tarian Hudoq ditarikan maka tidak lebih dari sekedar tontonan belaka. dalam kaitan dengan ritual tertentu, ritual 'jaman Perasaan campur-aduk dalam diri Pui kafir' katanya. Dan setelah Pui Bubun menjadi Bubun, mewakili perasaan dari banyak anggota Kristen maka tari-tarian yang berkaitan dengan komunitas Dayak Kenyah yang kini tersebar di ritual dulu hampir tidak ada lagi karena dianggap pelbagai pelosok Kalimantan Timur, saat tidak sesuai dengan ajran Kristen. berhadapan dengan perubahan spektrum Baginya, Hudoq yang 'nampaknya' dilarang pandangan pemerintah terhadap identitas kultural baik oleh institusi negara dan agama karena orang-orang Dayak. Dayak adalah sebuah label

1

.Artikel ini ditulis berdasar pada pengalaman perjumpaan dengan komunitas Dayak Kenyah di Desa Long Anai dan Sungai Bawang, dua desa budaya di Kabupaten Kutai Kartenegara

2

Acara Pakeno' Tawai merupakan acara reuni dari Suku Dayak Kenyah ex (apa maksudnya bekas) Apokayan yang saat ini tersebar di berbagai wilayah Kalimantan Timur. Pada tahun 2005 acara ini dilaksanakan di desa Long Anai, kabupaten Kutai Kartanegara.

3

Pui Bubun, saat ini dikenal sebagai Dukun Kampung di Long Anai. Perempuan berumur 67 tahun ini mengatakan bahwa praktek perdukunan yang dia lakukan sekarang terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi perempuan (layaknya seorang bidan). Modusnya adalah dengan pemijatan dan pemberian jamu-jamuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Saat dima untuk bercerita tentang ritual dan doa-doa dukun Kenyah di masa lalu, dia tak mau lagi menceritakannya. Dengan tegas dia mengatakan 'Kami sekarang ini sudah Kristen'.

4

Pada tahun 1991 atas prakarsa elite masyarakat Dayak yang melakukan pendekatan pada pemerintah daerah, maka Gubernur Kaltim pada saat itu memulai penetapan 'Desa Budaya', desa Long Mekar menjadi pioneer untuk menunjukkan identitas dayak 'otentik'. Identitas yang diharapkan bisa menjadi jendela pandang ke pedalaman Kalimantan Timur. Contoh desa lain yang ditetapkan menjadi desa budaya (Dayak Kenyah) adalah Sungai Bawang dan Long Anai.

5

Hudoq dulu ditarikan dalam hubungan dengan penanaman padi, sehingga tabu bagi orang untuk menarikan disaat atau kesempatan lainnya. Topeng yang dipakai dalam tarian ini melambangkan roh-roh jahat seperti babi, tikus dan burung-burung yang akan menganggu tanaman padi. Dengan demikian tarian ini dimaksudkan untuk mengusir atau menakut-nakuti roh-roh jahat agar tidak mengganggu tanaman padi.

SIMBIO SE NEG ARA DAN AG AMA:

1

Po tre t Ke b ing ung a n Eksiste nsia l

Pui Bub un

(19)

kolektif yang dipakai untuk menyebut suku-suku momentum 'Ganyang Malaysia' maka pemerintah,

6

angkatan bersenjata dan 'agama resmi' bekerja bangsa asli yang mendiami Borneo (Kalimantan) .

sama untuk melakukan 'peng-agama-an atas Deskripsi tentang Dayak juga diberikan oleh

komunitas Dayak. Pui Bubun menyebut nama banyak orang luar (peneliti) dimana sering

Mayor Manoppo dari Manado yang melakukan digambarkan sebagai 'Manusia liar Borneo yang

'peng-kristen-an' saat mereka di Apokayan dulu. legendaris' dan 'Pemburu kepala dari Borneo'.

Saat itu banyak orang Dayak mau menjadi Kristen Sebutan dayak memang erat dengan hal yang

karena siapapun yang tidak menganut 'agama memilukan, mirip seperti sebuah ejekan. Pada

resmi' akan dianggap komunis, dan anggapan jaman sebelum kemerdekaan sebutan dayak

komunis atau kafir akan menyulitkan bagi mreka berarti seseorang yang menyimpang dari

norma-dalam hidup bermasyarakat dan berurusan dengan norma umum (norma Islam dan Penjajah

pemerintah. Negara (melalui aparatnya) dan Belanda). Dayak berarti kotor, kafir, tidak tahu

'agama resmi' saat itu bekerja sama untuk aturan, buah, gila, terbelakang dan tidak

melakukan 'kolonisasi baru' atas masyarakat berbudaya. Saking konyolnya bahkan ada yang

Dayak, kedua institutusi ini bersatu dalam proyek mengidentifikasi bahwa Dayak adalah orang liar

'modernisasi' atas masyarakat Dayak. Dengan dari Borneo yang berekor. Pandangan yang salah

menjadi manusia modern (mendukung proyek dan minor (stereotype) yang tertancap selama

pembangunan dan beragama resmi), maka ratusan tahun terus bertahan dan menjadi virus

k o m u n i t a s D a y a k k e h i l a n g a n j a n t u n g sampai masa-masa kemerdekaan (bahkan saat

kehidupannya, entah dlam wujud kekayaan ini).

kultural-spiritual, intelektual, sosial maupun aset Di mata pemerintah, komunitas Dayak

7

dalam konteks pembangunan dianggap sebagai sumberdaya alamnya (tanah dan hutan) . Dan suku terasing, pengembara, tidak berbudaya, 'Kristen' kemudian menjadi penanda (identitas)

8

perambah hutan, peladang berpindah dan lain- baru bagi orang Dayak.

Identitas baru sebagai orang beragama lain. Oleh sebab itu mereka menjadi objek proyek

(agama resmi yang diakui oleh negara) dan 'modernisasi' dari pemerintah yang bertujuan

sebagian telah hidup dalam lingkungan-untuk merubah pola pemukiman mereka, pola

lingkungan yang teratur dengan struktur pertanian dan merubah budaya 'animisme'

pemerintahan desa, akses pada sistem dinamisme' yang dianggap merupakan halangan

perdagangan (warung dan toko), jalan, sarana bagi pembangunan nasional. Pada sekitar tahun

kesehatan dan lain-lain, ternyata belum mampu 60-an, terutama sesudah masa-masa G 30 S/PKI,

menghapus gambaran buruk (strereotype) atas Kalimantan terutama yang berada di sekitar garis

masyarakat Dayak baik dari sisi pemerintah perbatasan Malaysia dari sisi pertahanan

maupun masyarakat pada umumnya. Kedekatan dipandang merupakan 'jalan masuk' bagi para

dengan padi beserta 'kosmologi' budidayanya penyusup untuk menyebarkan ideology

m e m b u a t m a s y a r a k a t D a y a k t e t a p

Komunisme. Dan dengan memanfaatkan 9

mempertahankan sistem perladangan berpindah.

6

Ratusan suku yang mendiami Borneo (Kalimantan) digolongkan dalam kelompok besar Dayak karena memiliki persamaan unsur-unsur kebudayaan seperti penampilan fisik, model pemukiman (rumah panjang), tradisi lisan, adat, struktur sosial, persenjataan, teknologi budidaya pertanian dan ekstraksi sumberdaya alam dan kosmologi.

7

Sebelum tahun 50-an umumnya orang Dayak hidup dalam rumah panjang. Kini pemukiman seperti itu menjadi amat langka. Lewat proyek resettlement mereka dipindahkan dalam pemukiman rumah-rumah pribadi. Hilangnya rumah panjang berarti hilang juga jantung kebudayaan Dayak karena disana berlangsung proses pendidikan (transfer) dari orang tua ke anak-anak tentang kebudayaan, adat-istiadat, nilai-nilai sosial, sejarah keberadaan, dan lain-lain.

8

Orang Dayak Kenyah mulai menganut Kristen pada masa penjajahan Belanda (kira-kira tahun 1935), namun perkembangan yang pesat terjadi pada saat pergolakan Indonesia vs Malaysia dan masa sesudah pemberontakan G 30 S/PKI. Mulai saat itu agama Kristen-lah yang menjadi penentu identitas khas Dayak. Orang Dayak yang masuk Kristen tetap diakui sebagai orang Dayak, dengan demikian orang Dayak yang memeluk agama Islam (Muslim) tak layak lagi dianggap Dayak. Mereka kemudian akan berafiliasi dengan suku lain yang identik dengan Muslim yaitu Banjar atau Kutai (Melayu).

9

(20)

Perilaku ini dipandang sebagai biang kerusakan sumber kekayaan baik alam, sosial maupun dan kebakaran hutan. Maka banyak komunitas kultural dari masyarakat Dayak.

Dayak di pedalaman 'disingkirkan' mendekat ke Menengok secara lebih dalam dibalik relung arah pusat pemerintahan. Padahal dengan hati Pui Bubun, tersembunyi sikap diam dalam tersingkirnya komunitas Dayak dari hutan, maka menghadapi ayunan bandul kebijakan 'orang luar' akan lebih mudah bagi pemerintah untuk atas eksistensi hidupnya. Namun 'ketertindasan' menyerahkan pengelolaan (eksploitasi) hutan yang hampir permanen akhirnya memunculkan pada perusahaan pemegang HPH. k e s a d a r a n k r i t i s d a l a m d i r i n y a u n t u k Dalam posisi seperti ini komunitas Dayak mempertanyakan 'eksistensinya' sebagai orang

10 11

sebagai komunitas asli di Kalimantan terus Dayak yang juga adalah orang Kristen. 'lestari' termarjinalkan dari sisi sosial, budaya, Pertanyaan eksistensial semacam ini perlu ekonomi dan politik. Mereka selalu berada dalam dijawab dengan tujuan utama agar orang-orang posisi subordinat dibawah kepemimpinan macam Pui Bubun tidak hidup dalam 'Melayu' dan suku-suku migrasi lainnya. Sikap kebingungan. Dengan semakin melemahnya masyarakat Dayak sendiri turut berkontribusi rezim orde baru (dan diikuti oleh masa reformasi) terhadap proses marjinalisasi ini, dalam maka kontrol dan dominasi negara atas komunitas permenungan Paulus Flores dikatakan bahwa asli (indigenous) menjadi melemah, terbukalah orang Dayak suka berbagi kemujuran dengan kesempatan bagi masyarakat asli untuk sesama, merasa semua kebutuhan disediakan oleh melakukan 'perlawanan' atas perlakuan negara alam, jujur dan polos sehingga gampang termakan (beserta aparatus lainnya). Muncullah berbagai kata-kata manis, tidak pandai menawarkan diri, kelompok yang berbasis komunitas Dayak untuk pasif menunggu orang lain menemukan melakukan 'revitalisasi'. Sayang tidak semuanya kelebihannya, cinta damai dimana siapa yang (sebagaimana kelompok-kelompok serupa pada dianggap musuh adalah yang menyerang secara komunitas lain) mempunyai visi, idiology dan fisik dengan demikian serangan diplomatis dan misi yang jelas. Revitalisasi dalam artian sempit manipulasi tidak dianggap musuh. Sikap cinta adalah untuk membawa masyarakat Dayak agar damai terlihat dari sedikitnya minat orang Dayak bisa berperan dalam wilayah politik praktis menjadi angkatan bersenjata. Berkelahi hanya d e n g a n m e n d u d u k i j a b a t a n - j a b a t a n d i terpaksa dilakukan dalam situasi terdesak, pemerintahan. Maka label 'Dayak' kini terpojok atau sudah keterlaluan dengan demikian diperebutkan sebagai kendaraan politik. kekerasan amat dipantangkan oleh adat. Rasa Akibatnya ini berpotensi untuk menimbulkan hormat yang tinggi kepada alam ditunjukkan perselisihan di antara mereka sendiri, mengingat dengan tidak mengolah atau mengeksploitasi alam komunitas Dayak adalah komunitas plural (terdiri secara berlebihan, mereka mengambil sesuai atas berbagai sub-suku). Dalam kondisi seperti ini

12

dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Kelebihan maka baku cungkil sangat mungkin akan terjadi d a n s e k a l i g u s k e l e m a h a n i n i l a h y a n g dan justru akan dimanfaatkan oleh pihak lain dimanfaatkan baik oleh elemen negara maupun untuk menghambat kemajuan dan pemerdekaan elemen lainnya untuk menguras habis sumber- komunitas Dayak itu sendiri. Kelompok (bisa juga

10

Istilah masyarakat asli (indigenous people) nampaknya selalu dihindari oleh pemerintah. Pemerintah lebih sukamenyebut sebagai

masyarakat tradisional (adat) atau bahkan diplesetkan menjadi 'vulnerabel people' dengan istilah masyarakat pedalaman terasing dst. Sebutan ini dimaksudkan untuk menghindari konsekuensi di belakang masing-masing istilah. Sebutan masyarakat atau orang asli membawa konsekuensi 'property right' atas tanah, hutan, air, dan segala sesuatu yang ada dalam lingkup geografis masyarakat itu tinggal. Sementara sebutan tradisional dan embel-embel di belakangnya (jika dikaitkan dengan pembangunan atau modernitas) maka akan mendudukan pemerintah sebagai 'dewa penolong' untuk mengangkat mereka dari kondisi itu. Dan 'property right' masyarakat atas kekayaan kultural, sosial, intelektual dan SDA dipindahkan ke tangan pemerintah.

11

Dugaan (klaim. Penyamaan) Dayak adalah Kristen, sesungguhnya bermasalah. Afiliasi suku dan agama akan membuat pembangunan solidaritas dan soliditas sosial-kultural sesama Dayak menjadi sulit untuk dilakukan karena terbentengi oleh afiliasi yang sama. Orang Dayak yang kemudian memeluk Islam akan kehilangan kesukuannya, dengan demikian praktis orang yang menyebut diri sebagai Kutai ( di Kalimantan Timur), Banjar (di Kalimantan Selatan) dan Melayu (di Kalimantan Barat) kemungkinan besar bernenek moyang sama yaitu salah satu sub suku dari Dayak Besar. Kasus ini tidak berlaku untuk suku Dayak Paser (di kab. Penajam Paser Kaltim), yang tidak menghilangkan Dayak-nya ketika masuk Islam.

12

(21)

individu) petualang politik dan ekonomi tak segan baik bagi pihak pemerintah, lembaga keagamaan juga menjual label 'Dayak' untuk mendekati para dan komunitas warga di Kalimantan Timur untuk investor dan penguasa demi kepentingannya memperdayakan komunitas Dayak sebagai bagian sendiri, tak peduli sekalipun harus melanggar hak integral bumi Kalimantan Timur. Dibandingkan milik atas tanah adat dan sumberdaya lainnya. dengan daerah-daerah lain kondisi Kalimantan Mereka melalui ketrampilan bicaranya tampil Timur saat ini relatif lebih kondusif. Namun jika sebagai pembela kebudayaan dan masyarakat pemerintah dan masyarakatnya terlena terhadap Dayak, akibatnya masyarakat terbius dan dengan kondisi ini maka sesungguhnya tengah menabung mudah digerakkan untuk mendukung kepentingan persoalan yang suatu saat bisa meledakkan orang Dayak tertentu tanpa kaitan dengan sentimen-sentimen sosio-kultural dan politik yang kepentingan substantif masyarakat Dayak pada bisa memancing konflik komunal. Bumi

umumnya. Kalimantan Timur yang kaya raya ini, selama

Strategi 'kotor' juga masih digunakan oleh berpuluh tahun lebih dijarah oleh para pengusaha pemerintah dengan mengumpulkan tokoh, tokoh HPH, dan kini kembali dikerubungi oleh investor adat dan para elit Dayak lewat pembentukan yang berniat membuat lubang-lubang raksasa 'Lembaga Masyarakat Adat'. Lembaga yang untuk mengeruk Batubara yang dulu tersembunyi sesungguhnya difungsikan sebagai 'broker' antara dibawah bekas rimbunnya hutan. Fakta di pemerintah dan masyarakat Dayak. Simbol- berbagai daerah lain menunjukkan bahwa simbol budaya, seni, adat dan budaya ditebarkan masyrakat lokal yang merasa 'di-dzolim-i' karena dan dipertahankan dimana-mana, tetapi kehilangan kekuasaan atas kekayaan alamnya dan sesungguhnya hanya dimanipulasi oleh para mengalami kehancuran budaya mulai melakukan penguasa. Seni dan kebudayaan Dayak aksi-aksi 'memberontak'. Dan cara yang paling dipromosikan sebagai komoditas industri dengan gambpang adalah dengan melakukan mobilisasi 'janji surga' bahwa masyarakat akan mendapat kultural. Apabila mobilisasi kultural ini dilakukan nilai tambah dan keuntungan untuk meningkatkan serampangan dengan bendera identitas kultural taraf hidupnya. Tetapi disisi sebaliknya diam-diam lewat afiliasi agama maka akan berpotensi untuk tangan penguasa terus mencaplok tanah adat yang menumbuhkan 'rasisme kultural'. Jika sudah merupakan basis kehidupan masyarakat Dayak demikian perilaku dan semangat untuk untuk kemudian diserahkan atau dikonversi bagi menyingkirkan atau mengusir identitas kultural p r o y e k H P H , H T I , P e r k e b u n a n d a n lainnya tinggal menunggu waktu saja.

Pertambangan. Janji revitalisasi kebudayaan dari Dukungan dan dorongan dari pemerintah pemerintah sesungguhnya hanyalah bentuk atas 'identitas kultural' komunitas Dayak dalam tawaran kompensasi atas proyek-proyek area kepariwisataan hendaknya diikuti dengan pemerintah yang akan dilakukan di tanah kebijakan lain berkaitan dengan hak-hak kultrural masyarakat Dayak, kompensasi yang sebenarnya mereka atas tanah dan lingkungan hidupnya (aset tidak banyak menolong kehidupan masyarakat kehidupan). Tanpa pengakuan yang jelas dan tegas karena hanya dalam rupa 'menggalakkan' atas hak tanah ulayat bagi masyarakat Dayak serta kebudayaan lewat pembentukan desa budaya, sistem pertanian mereka maka komunitas Dayak

13

t r a d i s i o n a l a k a n s e l a l u t e r a n c a m o l e h sanggar-sanggar seni, tari dan lain-lain.

penyingkiran dan penggusuran sehingga akan Ketidakseriusan dan kegelian Pui Bubun

14

dalam latihan tari Hudoq. Merupakan tantangan tumbuh menjadi komunitas nomadic. Kondisi ini

13

Baru-baru puncak acara Kwangkai di desa Jahab, Kabupaten Kutai Kertanegara yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2006, ditunda sehari menjadi tanggal 29 Mei karena Pimpinan Kantor Pariwisata (sebagai leading sector) tidak bisa hadir. Acara adat suku Dayak Benuaq yang nampaknya masuk dalam agenda event pariwisata ini ternyata menyisakan hutang sekitar 40 juta untuk panitia pelaksananya. Entah siapa sesungguhnya diuntungkan oleh acara ini, tapi yang jelas dalam salah satu sambutan, seorang tokoh Dayak marah karena banyak sekali dana diserap untuk sektor keamanan. Ditenggarai para oknum aparat tidak hanya mengutip uang keamanan selama proses pelaksanaan kegiatan (satu bulan penuh) tetapi juga meminta jatah makan dan minum tiap malamnya. Dari sini jelas terlihat bahwa konsepsi pembangunan Kalimantan Timur pasca SDA dengan mengedepankan wisata budaya sama sekalitidak punya strategi, konsep dan implementasi yang jelas di lapangan.

14

(22)
(23)

TONOMI Khusus untuk Tegaknya 91,11% setuju. Ditempuh secara struktural Syariat Islam di Sulawesi Selatan”. 58,67%, secara kultural 32,44% dan sisanya Demikian tema Kongres Umat Islam I 8,89% berpendapat masih perlu pengkajian ulang

O

yang diselenggarakan pada tanggal 21-23 Oktober dan abstein”. (KPPSI, Ikhtiar Menuju 2000 bertempat di Asrama Haji Sudiang Makasar. Darussalam, Pustaka Ar-Rayhan, 2005 h. Xxiii). Seturut dengan pelaksaan kongres ini dibentuklah Upaya untuk menunjukkan bahwa

tansiq, wadah aliansi perjuangan syariat Islam masyarakat Sulsel menginginkan pemberlakuan

yang disebut Komite Perjuangan Penegakan syariat Islam tetap berlanjut. Berbagai kabupaten Syariat Islam (KPPSI). Selanjutnya, pada 29-31 didesak oleh KPPSI untuk mengeluarkan berbagai Desember 2001 kembali digelar Kongres Umat aturan-aturan yang berbasis keagamaan. Islam II bertempat di Asrama Haji Sudiang dengan Kabupaten Bulukumba merupakan yang paling tema, “Otonomi Khusus Penegakkan Syariat awal dengan empat peraturan daerah (perda) yang Islam, Solusi Krisis Multidimensial”. Beberapa disahkan DPRD Bulukumba. Pertama, perda No. keputusan dari kongres II ini, antara lain, Usulan 03 tahun 2002 tentang Larangan, pengawasan, Rancangan Undang-undang Otonomi Khusus Penertiban, Peredaran dan Penjualan Minuman pemberlakuan Syariat Islam di Sulsel. Terakhir, Beralkohol, kedua, perda No. 02 tahun 2003 pelaksanaan Kongres Umat Islam III yang tentang Pengelolaan Zakat Profesi, Infaq dan diselenggarakan di Bulukumba pada tanggal 26- Shadaqah, ketiga, perda No. 05 tahun 2003 tentang 28 Maret 2005. Hasilnya antara lain, mendesak Berpakaian Muslim dan Muslimah, keempat, pemprov Sulsel untuk merekomendasikan perda No. 06 tahun 2003 tentang Pandai Baca Al-pemberlakuan otonomi khusus untuk menembus quran bagi siswa dan calon Pengantin.

birokrasi di tingkat pusat, serta agenda penerbitan Fenomena perdaisasi syariat Islam tidak Perda-perda syariat Islam bagi kabupaten/ kota hanya terjadi di Bulukumba, belakangan beberapa sebagai langkah awal penegakan SI di tengah kabupaten telah mengikuti jejak Bulukumba, ketidakpastian otonomi khusus. misalnya, kabupaten Maros dan Takalar telah Tidak cukup disitu, KPPSI juga mengeluarkan empat perda yang sama, bahkan melakukan jajak pendapat di 24 kabupaten/kota materi perdanya pun hampir semuanya mirip. (di Sulselkah?) tentang pemberlakuan syariat Diikuti kabupaten Enrekang dengan tiga perda Islam kepada Bupati/Walikota/DPRD/kabupaten syariat Islam minus perda zakat. Beberapa serta tokoh agama dan tokoh masyarakat. kabupaten lain juga dalam proses rancangan perda Hasilnya, “meskipun pemahaman SI sangat (raperda), seperti, kabupaten Bone, Pangkep, bervariasi bahkan ada yang belum memahami Kotamadya Pare-pare, kotamadya Palopo dan dengan baik, umumnya merespon dengan baik, kotamadya Makasar. Satu-satunya kabupaten

WAJAH SYARIAT ISLAM YANG DIFO RMALISASI*

Po tre t up a ya o to no m i khusu sya ria t Isla m , m e nuju Sulse l

“ Se ra m b i Ma d ina h”

Zubair Umam**

*Tulisan ini telah dimuat pada majalah Syir’ah Jakarta, edisi Juni 2006

Referensi

Dokumen terkait

Ini berdasarkan perhitungan lebar yang dibutuhkan untuk satu sepeda adalah 1,5 m dan lebar untuk dua orang pejalan kaki minimal 1,5 m dengan demikian jalur ini pada taman

Penduduk Kabupaten Aceh Barat terdiri dari berbagai suku bangsa yang telah mengalami asimilasi dalam kurun waktu yang cukup lama. Selama periode waktu 2001–2003 jumlah

Tahap pelaksanaan memberikan perlakuan media poster pada kelas eksperimen dengan Project Based Learning dan tanpa media poster pada kelas kontrol yang

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Niela Putri (2012) yang menyatakan bahwa remaja yang berasal dari keluarga konservatif

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat penyesuaian diri siswa lulusan SD terhadap pelajaran bahasa

, pola pengelolaan hutan produksi yang sesuai dengan preferensi pemangku kepentingan adalah pola pengelolaan hutan produksi multikultur/agroforestri berbasis pemberdayaan

insrumen / kuesioner yang telah dilakukan pada tanggal 15 Januari 2015 untuk mendapatkan data mengenai kepuasan pengguna layanan internet yang disediakan olah

Berdasarkan penelitian di Jalan Lingkar Weleri, Kabupaten Kendal, percepatan partikel tanah akibat beban kendaraan terendah adalah motor, dengan nilai 0,001497 m/s 2 ,