• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFEKSI BEBERAPA RAS Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH YANG DITANAM PADA CEKAMAN KEKERINGAN Gunawan1 , I Made Sudantha2 , Farid Hemon2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INFEKSI BEBERAPA RAS Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH YANG DITANAM PADA CEKAMAN KEKERINGAN Gunawan1 , I Made Sudantha2 , Farid Hemon2"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram

INFEKSI BEBERAPA RAS Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH

YANG DITANAM PADA CEKAMAN KEKERINGAN

Gunawan

1

, I Made Sudantha

2

, Farid Hemon

2

1

Mahasiswa Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram

2

Pengajar Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram

Jl. Pendidikan No. 37 Mataram

1

e-mail: gunawannafisah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infeksi beberapa ras

Sclerotium rolfsii

pada tanaman

kacang tanah yang ditanam pada cekaman kekeringan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Mikrobiologi dan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Mataram, mulai bulan Januari - April

2016. Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan

faktorial dalam dua faktor yaitu faktor cekaman kekeringan (kondisi lengas tanah kapasitas lapang dan

kondisi cekaman kekeringan) dan faktor inokulasi beberapa ras

S. rolfsii,

yaitu r0 (tanpa infeksi

S.

rolfsii/

control, r1

(inokulasi

S. rolfsii

hasil isolasi dari tanaman kacang tanah di daerah Lombok Utara

Tanjung), r2 (inokulasi

S. rolfsii

hasil isolasi tanaman bunga hias Lili bakung, r3 (inokulasi

S. rolfsii

hasil isolasi tanaman kacang tanah di Desa Ta’a Kecamata

n Kempo, Kabupaten Dompu), r4 (inokulasi

S. rolfsii

hasil isolasi tanaman kacang tanah di daerah Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten

Bima). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing ras

S. rolfsii

memiliki tingkat infeksi yang

berbeda terhadap kerusakan tanaman kacang tanah yang ditanam pada kondisi cekaman kekeringan.

Ras yang paling tinggi tingkat infeksinya ditunjukkan oleh r4, dan disusul ras-ras lain secara

berturut-turut r3, r2, dan yang paling rendah tingkat infeksinya ditunjukkan oleh r1.

ABSTRACT

This study aimed to determine the infection of several races Sclerotium rolfsii on peanut plants

grown in drought stress. This research was conducted in Microbiology Laboratory and Greenhouse

Faculty of Agriculture, University of Mataram, from January to April 2016. The experiment was

designed using Randomized Complete Design (RAL) with factorial treatment in two factors namely

drought stress factor (soil moisture capacity condition and stress condition Drought) and the

inoculation factor of several race S. rolfsii, ie r0 (without S. rolfsii / control infection, r1 (inoculation

of S. rolfsii isolated from peanut plant in Lombok Utara Utara), r2 (inoculation S. rolfsii result of

plant isolation Ornament of Lili daffodil, r3 (inoculation of S. rolfsii result of isolation of peanut plant

in Ta'a Village of Kempo Subdistrict, Dompu Regency), r4 (inoculation of S. rolfsii result of isolation

of peanut plant in Teke Village District of Palibelo of Bima Regency). The result shows that each of the

S. rolfsii races has different rates of infection against damage to planted peanuts p There are drought

stress conditions. The highest races of infection are shown by r4, and then followed by other races

consecutively r3, r2, and the lowest level of infection is indicated by r1.

________________________________________________________________

Kata Kunci

:

S. rolfsii

, ras patogen, cekaman kekeringan, kacang tanah, infeksi

(2)

Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram

PENDAHULUAN

Salah satu komoditas tanaman pangan di

lahan kering adalah tanaman kacang tanah.

Produksi rata-rata kacang tanah secara

nasional lima tahun terakhir (2011-2015)

sebesar 13,02 ku/ ha dan khususnya di Nusa

Tenggara Barat (NTB) produksi rata-rata

kacang tanah pada periode yang sama masih

sebesar 14,27 kw/ha. Produksi ini tergolong

rendah dibandingkan dengan produksi hasil

budidaya secara intensif yang dapat mencapai

20

25 kw/ha (Badan Pusat Statistik NTB,

2016; Sumarno, 2003). Rendahnya produksi

kacang

tanah

ditingkat

petani

diduga

disebabkan

oleh

organisme

pengganggu

tanaman (OPT), dan keterbatasan ketersediaan

air. Kondisi kekurangan air pada tanaman

budidaya menentukan keberhasilan sistem

budidaya tanaman pangan. Kekurangan air

dapat

mempengaruhi

potensi

air

daun

menurun, pembentukan klorofil daun menjadi

terganggu (Alberte

et al.

1977). Defisit air

menyebabkan

bahan

baku

air

untuk

fotosintesis berkurang, sedangkan fotosintesis

menyebabkan distribusi fotosintat menjadi

terganggu. Berkurangnya hasil fotosintat

menyebabkan gugurnya bunga, polong dan biji

yang telah terbentuk (Sloane

et al.

, 1990).

Selain masalah defisit air, masalah

infeksi

oleh

patogen

menjadi

kendala

pengembangan kacang tanah, terutama infeksi

oleh jamur

Seclerotium rolfsii

(Departemen

Pertanian, 1991). Infeksi patogen dapat

menurunkan kuantitas dan kualitas hasil

kacang

tanah.

Menurut

Backman

dan

Brenneman (1997) penurunan hasil akibat

serangan

S. rolfsii

dapat mencapai 25-80 %.

Kondisi lahan kering yang sulit diterapkan

sistem pengairan, menyebabkan inokulum

cendawan sulit dihilangkan pada usaha tani

lahan kering, sehingga inokulum tetap tersedia

sepanjang musim tanam. Di lapangan cekaman

kekeringan dan infeksi oleh patogen

S. rolfsii

dapat muncul sebagai faktor pembatas secara

tunggal atau tidak bersamaan pada tanaman,

Tekanan oleh cekaman kekeringan dan infeksi

oleh patogen

S. rolfsii

pada tanaman sering

terjadi bersamaan pada waktu yang sama.

Respon tanaman terhadap cekaman kekeringan

dan infeksi oleh patogen

S. rolfsii

dapat

mengakibatkan kerusakan terutama pada level

molekuler,

seluler,

fisiologi

dan

level

morfologi

yang

mempengaruhi

produksi

tanaman (Atkinson and Urwin, 2012).

Serangan patogen

S. rolfsii

dapat

memberikan pengaruh penurunan hasil yang

dapat mencapai 25-80 % (Backman dan

Brenneman,

1997).

Ancaman

terhadap

penurunan

produksi

berkaitan

dengan

penanganan terhadap pengendalian serangan

patogen

S. rolfsii

yang menyerang tanaman.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan

tanaman kacang tanah rentan terhadap

penyakit busuk batang yang disebabkan oleh

patogen

S. rolfsii

. Selain memiliki kemampuan

beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang

tidak menguntungkan, patogen

S. rolfsii

mampu membentuk ras-ras fisiologis baru

yang

memiliki

karakter

yang

berbeda.

Munculnya berbagai ras-ras fisiologis baru

menjadi masalah utama dalam pengendalian

patogen ini di lapangan. Masing-masing

ras

memiliki kemampuan tumbuh dan tingkat

patogenisitas yang berbeda terhadap tanaman

inang.

Banyaknya

ras-ras

fisiologi,

menyebabkan sulitnya mengendalikan patogen

tanpa

memahami

lebih

jauh

tentang

beragamnya ras-ras fisiologi baru yang muncul

dari patogen

S. rolfsii

yang ada dengan sifat

dan karakteristik yang berbeda pula.

Berdasarkan

uraian

diatas,

maka

penelitian telah dilakukan yang bertujuan

untuk mengetahui tingkat infeksi dari beberapa

ras patogen

S. rolfsii

pada tanaman kacang

tanah pada kondisi cekaman kekeringan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian

Universitas Mataram dan rumah plastik

dilahan

percobaan

Badan

Pelaksana

(3)

Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram

Kehutanan Kota Mataram, BP3K Kecamatan

Mataram yang terletak di Kelurahan Pagutan

Timur, yang dilaksanakan mulai bulan Januari

sampai April 2016.

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain: benih kacang tanah,

isolat jamur

S. rolfsii,

PDA. Alat-alat yang

digunakan adalah alat di Laboratorium (open,

timbangan analitik), alat di lapangan dan alat

tulis menulis.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan penataan perlakuan secara faktorial

yaitu: Faktor satu (1) adalah perlakuan

Ta’a, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu),

r4 (inokulasi

S. rolfsii

hasil isolasi

S. rolfsii

dari tanaman kacang tanah di daeerah Desa

Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima).

Perlakuan merupakan kombinasi dari kedua

faktor, yang diulang tiga (3) kali sehingga

didapatkan 30 unit percobaan (

polybag

).

Penyediaan Media Tanam, Penanaman dan

Pemeliharaan Tanaman

Media tanam yang digunakan adalah

tanah yang diambil dari penanaman padi.

Tanah dikeringkan, kemudian diayak dan

dimasukan dalam

polybag

seberat 10 kg/

polybag

Benih

kacang

tanah

yang

digunakan adalah galur yang berasal dari

hasil iradiasi sinar gamma hasil penelitian

Prof. Dr. Ir. A. Farid Hemon. Sebelum benih

dimasukan ke dalam lubang tanam, terlebih

dahulu setiap lubang tanam ditaburi Furadan

3G, setiap

polybag

dibuat 2 lubang tanam

dan tiap-tiap lubang tanam ditanam satu

biji benih kacang tanah kemudian ditutup

dengan tanah halus.

Pemeliharaan

tanaman

meliputi

kegiatan pemupukan, penyiangan, pengairan,

dan pengendalian hama dan penyakit.

Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk

majemuk NPK Ponska sebanyak 75 kg per

hektar atau 3,2 g per

polybag

. Penyiangan

dilakukan dengan membersihkan tanaman dari

gangguan gulma. Pemberian air dilakukan

berdasarkan keriteria perlakuan cekaman

kekeringan

yang

telah

ditentukan.

Pengendalian hama dilakukan secara mekanis

dengan mengambil hama pada tanaman

dengan tangan dan dengan menggunakan

pestisida kimiawi Demolish 18 EC.

Perlakuan Cekaman Kekeringan

Semua

tanaman

disiram

sampai

kapasitas lapang dari awal tanam sampai

umur 15 hari setelah tanam (hst). Kapasitas

lapang ditentukan dengan menyiram air pada

media tanam sampai jenuh yang ditunjukkan

dengan menetesnya air pada lubang aerasi

dasar

polybag

. Perlakuan cekaman kekeringan

diberikan mulai tanaman berumur 16 hari

setelah tanam sampai 85 hari setelah tanam

(hst). Pada saat tanaman memasuki umur 15

hst, sebagian tanaman tidak mengalami

cekaman kekeringan (tanaman dalam kondisi

lengas tanah kapasitas lapang) dan sebagian

yang lain dipelihara dalam kondisi cekaman

kekeringan

sebagai

akibat

pengurangan

pemberian air. Tanaman yang mengalami

cekaman kekeringan disiram dengan air

sampai kapasitas lapang setiap 4-7 hari sekali

(sehari setelah ada 70% gejala layu pada

daun). Gejala layu mulai terjadi ketika

kandungan air tanah mencapai < 60-70%

dari

kapasitas lapang, yang dihitung berdasarkan

selisih berat jumlah air yang disiramkan untuk

mencapai kapasitas lapang dan saat tanaman

mulai layu. Perlakuan cekaman kekeringan

diberikan sampai tanaman berumur 85 hari.

Tanaman

selanjutnya

diberikan

kondisi

(4)

Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram

Inokulasi Biakan beberapa Ras

S. rolfsii

Patogen

S. rolfsii

yang digunakan

adalah isolat hasil koleksi dari tanaman kacang

tanah yang berasal dari Kabupaten Dompu,

Kabupaten Bima, Kabupaten Lombok Utara

dan isolat dari tanaman bunga Lili Bakunng

Biakan murni 4 Ras isolat

S. rolfsii

masing-masing diperbanyak dengan media Potato

Dextrose Agar (PDA). Isolat

S. rolfsii

di

kulturkan sampai berumur 6 hari setelah

ditumbuhkan dan kultur inilah yang akan

digunakan untuk inokulasi tanaman kacang

tanah. Biakan murni beserta media agar

dipotong-potong dengan menggunakan

cook

boren

ukuran 5 ml untuk mendapatkan ukuran

biakan yang seragam. Inokulasi tanaman

dilakukan pada tanaman berumur 20 hari

setelah tanam, pada saat tanaman mengalami

cekaman kekeringan atau pada tanaman

kondisi

lengas

tanah

kapasitas

lapang.

Inokulasi beberapa Ras

S. rolfsii

disesuaikan

dengan perlakuan. Perlakuan tanpa infeksi r0

dilakukan tanpa infeksi

S. rolfsii.

Perlakuan r1

dilakukan dengan menyiramkan langsung

larutan hasil suspensi biakan

S. rolfsii

r1

langsung pada pangkal batang tanaman.

Perlakuan r2 dilakukan dengan menyiramkan

langsung larutan hasil suspensi biakan

S.

rolfsii

r2 langsung pada pangkal batang

tanaman. Perlakuan r3 dilakukan dengan

menyiramkan langsung larutan hasil suspensi

biakan

S. rolfsii

r3 langsung pada pangkal

batang tanaman. Perlakuan r4 dilakukan

dengan menyiramkan langsung larutan hasil

suspensi biakan

S. rolfsii

r4 langsung pada

pangkal batang tanaman.

Analisis Data

Data yang diperoleh pada hasil uji

dirumah plastik dilakukan analisis statistik

menggunakan analisis varians (ANOVA) pada

taraf nyata 5 %, kemudian jika terdapat beda

nyata pada faktor satu dan faktor dua maka

dilakukan uji lanjut menggunakan Uji Beda

Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman kacang tanah ditanam pada

kondisi cekaman kekeringan yang kemudian di

inokulasi dengan beberapa ras

S. Rolfsii.

Berdasarkan hasil analisis varian bahwa

masing-masing ras

S. rolfsii

memberikan

pengaruh yang nyata pada parameter tinggi

tanaman 30 hst, Jumlah daun 90 hst, Jumlah

cabang 60 hst, dan Jumlah cabang 90 hst

namun tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap parameter jumlah daun 60 hst (tabel

1). Berdasarkan data pada tabel 1 tentang

parameter 1(tinggi tanaman 30 hst) hasil ini

menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang

berbeda yang ditunjukkan oleh data tersebut

lebih dipengaruhi oleh kondisi cekaman

kekeringan dibandingkan dengan infeksi

S.

rolfsii ,

hal ini terlihat dari tinggi tanaman

terendah terdapat pada perlakuan tanpa

inokulasi

S. rolfsii

bila dibandingkan dengan

tanaman yang di inokulasi oleh masing-masing

ras

S. rolfsii.

Hal tersebut senada dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Harjadi

(1988) dan Soesanto (2013), menyatakan

bahwa

cekaman

lingkungan

(cekaman

kekeringan dan infeksi patogen

S. rolfsii

)

merupakan bagian dari faktor pembatas yang

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan

hasil tanaman. Khususnya pada kondisi

cekaman kekeringan dapat mempengaruhi

kemampuan melakukan pembelahan dan

pemanjangan sel sehingga proses pertumbuhan

dan perkembanga tanaman menjadi terhambat

dan produksi tanaman menjadi menurun.

Berdasarkan hasil penelitian pada

umur 30 hst infeksi patogen

S. rolfsii

belum

memberikan efek yang dominan terhadap

kerusakan tanaman inang. Efek dominan dari

infeksi masing-masing ras patogen

S. rolfsii

(5)

Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram

inokulasi dengan masing-masing ras

S. rolfsii

(r1, r2, r3, dan r4).

Pengaruh

beda

nyata

yang

ditunjukkan pada beberapa parameter jumlah

daun 90 hst, jumlah cabang 60 hst, dan jumlah

cabang 90 hst diatas dimana nilai tertinggi

ditunjukkan oleh perlakuan r0 dan nilai

terrendah ditunjukkan oleh perlakuan r3 dan

r4. Adanya pengaruh beda nyata sebagaimana

yang ditunjukkan pada parameter jumlah daun

90 hst, jumlah cabang 60 hst, dan jumlah

cabang 90 hst (tabel 1) menunjukkan bahwa

patogen

S. rolfsii

dapat memberikan pengaruh

negatif terhadap perkembangan beberapa

organ tanaman seperti batang, daun dan

polong (Sudarma, 2014). Selanjutnya hasil

penelitian menunjukkan bahwa masing-masing

ras

S. rolfsii

memiliki kemampuan tumbuh dan

tingkat patogenisitas yang berbeda terhadap

tingkat kerusakan tanaman kacang tanah

(Hemon, 2006). Pendapat tersebut sejalan

dengan hasil penelitian ini tentang hasil

analisis konsentrasi asam obsalat pada

masing-masing ras

S. rolfsii

yang digunakan

menunjukkan adanya perbedaan antara ras

yang satu dengan ras lainya, secara

berturut-turut r1= 5,73 g r2= 7,85 g. r3= 28,4 g, dan

r4= 30,63 g. Untuk mematikan jaringan

tanaman inangnya, patogen ini akan

mengeluarkan

asam oxalic, polygalactuonase

dan sellulase

yang bersifat toksit bagi tanaman

(Sudantha,

2014).

Pendapat

lain

juga

mengemukakan hal yang sama bahwasannya

asam obsalat yang disekresikan oleh cendawan

S. rolfsii

dapat meningkatkan virulensi pada

tanaman inang sehingga dapat mematikan

jaringan tanaman (Backman dan Brenneman,

1997; Cessna

et al.,

2000).

Tabel 1.

Rerata hasil pengamatan beberapa parameter pada ras

S. Rolfsii

Ras

S. rolfsii

Parameter

1

**)

2

**)

3

**)

4

**)

5

**)

r0

27,17 c*)

54,40 a*)

61,04 a*)

6,92 a*)

7,63 a*)

r1

30,25 b

48,58 a

53,67 b

5,79 b

6,71 a

r2

30,16 b

53,92 a

49,88 b

6,67 a

7,08 a

r3

29,51 b

49,15 a

38,56 c

6,23 a

5,77 ab

r4

32,01 a

49,40 a

20,40 d

6,15 a

3,31 b

Keterangan: *)Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan

uji BNJ 5%. **) 1 = Tinggi tanaman 30 hst (cm), 2 = Jumlah daun 60 hst (helai), 3 = Jumlah daun 90 hst (helai), 4

= Jumlah cabang 60 hst (batang), dan 5 = Jumlah cabang 90 hst (batang).

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa perlakuan beberapa ras

S. rolfsii

memberikan pengaruh yang beda nyata

terhadap beberapa parameter yang diamati

seperti berat berangkasan kering akar, jumlah

polong isi, berat kering polong isi, dan skor

gejala infeksi. Tabel 2 menunjukan bahwa

nilai paling rendah pada semua parameter

yang diamati ditunjukan oleh perlakuan r4 jika

dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

S.

rolfsii

r4 yang digunakan pada penelitian ini

memberikan pengaruh negatif yang sangat

signifikan terhadap penurunan nilai hasil

pengamatan pada beberapa parameter yang

diamati. Rendahnya hasil yang ditunjukkan

oleh perlakuan r4 menunjukkan tingginya

tingkat kerusakan tanaman akibat infeksi ras

tersebut. Hal ini sesuai dengan skor gejala

infeksi yang menunjukkan r4 memiliki skor

gejala infeksi tertinggi dari ras lain. Perbedaan

nyata yang ditunjukan oleh masing-masing ras

(6)

Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram

Tabel 2. Rerata hasil pengamatan beberapa parameter pada beberapa ras

S. Rolfsii

Keterangan: *) Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan

uji BNJ 5%. **)A = Berat berangkasan kering akar (g), B = Jumlah polong isi, C = Berat kering polong isi (g), dan

D = Skor gejala infeksi.

Pada penelitian ini juga dilakukan

analisis konsentrasi asam obsalat dari

masing-masing ras yang digunakan. Hasil analisis

menunjukkan

bahwa

masing-masing

ras

memberikan konsentrasi asam obsalat yang

berbeda, yang mana konsentrasi asam obsalat

berbanding lurus terhadap skor gejala infeksi

pada tanaman

inang. Hubungan antara

kosentrasi asam obsalat dengan skor gejala

infeksi pada tanaman kacang tanah lebih lanjut

dapat

dijelaskan

pada

Gambar

1.

.

Gambar 1. Grafik perbandingan kandungan asam obsalat dan skor gejala infeksi masing-masing 4 ras S. rolfsii

Gambar 1 menunjukkan konsentrasi

asam obsalat berbanding lurus dengan skor

gejala

infeksi,

Artinya,

semakin

besar

konsentrasi asam obsalat yang disekresikan

oleh patogen

S. rolfsii

maka tingkat kerusakan

tanaman kacang tanah menjadi semakin tinggi.

Konsentrasi asam obsalat tertinggi ditunjukkan

oleh r4 sebesar 30,63 g, dengan skor gejala

infeksi yang ditimbulkan sebesar 4,67, r3

dengan konsentrasi asam obsalat sebesar 28,4

g dan skor gejala infeksi yang ditimbulkan

sebesar 4,13, r2 konsentrasi asam obsalat

sebesar 7,85 g dengan skor gejala infeksi yang

ditimbulkan sebesar 2,88 g, dan r1 dengan

konsentrasi asam obsalat sebesar 5,73 g dan

skor gejala infeksi yang ditimbulkan sebesar

1,79.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan

maka dapat diambil kesimpulan bahwa

masing-masing ras

S. rolfsii

yang digunakan

dalam

penelitian

ini

memiliki

tingkat

efektifitas patogenitas yang berbeda terhadap

kerusakan tanaman kacang tanah yang ditanam

pada kondisi cekaman kekeringan. Ras

S.

rolfsii

yang digunakan dalam penelitian ini

memiliki tingkat infeksi yang berbeda secara

Ras

S. rolfsii

Parameter

A

**)

B

**)

C

**)

D

**)

r0

1,66 a*)

6,50 a*)

5,65 a*)

0,00 e*)

r1

1,65 a

7,98 b

6,69 b

1,79 d

r2

1,55 a

6,19 a

5,90 ab

2,88 c

r3

1,47 a

2,54 c

1,99 c

4,13 b

(7)

Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram

berturut-turut dari yang tingkat infeksi yang

paling tinggi sampai pada tingkat terendah

adalah sebagai berikut: ras yang paling tinggi

daya infeksinya ditunjukkan oleh r4, kemudian

r3, r2, dan yang paling rendah ditunjukkan

oleh r1.

DAFTAR PUSTAKA

Alberte RS, Thomber JP, Fiscus EL, 1977.

Water stress effect on the content

and organization of chlorophyll and

bundle sheath chloroplast of maize.

Plant Physiol. 59:351-352.

Atkinson , NJ dan Urwin, PE, 2012. The

interaction of plant biotic and abiotic

stresses: from genes to the field.

http://jxb.oxfordjournals.org/content

/early/2012/03/29/jxb. ers100.full).

21 Desember 2015.

Backman PA, Brenneman TB, 1997. Stem-rot.

In : Burelle NK, Porter DM, Kabana

RR, Smith DH, Subrahmanyam P,

(Ed.).

Compedium

of

peanut

disease.

American

Phytopathological Society, St. Paul,

MN.

Badan Pusat Statistik, 2015. Nusa Tenggara

Barat Dalam Angka Tahun 2015.

Cessna SG, Sears VE, Dickman MB, Low PS,

2000. Oxalic acid, a pathogenesis

faktor for

Sclerotinia sclerotiorum

,

suppresses the oxidative burst of the

host plant. The Plant Cell.

12:2191-2199.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2014.

Laporan data Capaian Produksi

Komuditas Utama Tanaman Pangan

tahun

2013

.

Kementrian-RI

Derektorat

Jenderak

Tanaman

Pangan. Jakarta April 2014.

Harjadi, S.S. dan Yahya, S, 1988. Fisiologis

Stres

Lingkungan.

PAU

Bioteknologi

Institut

Pertanian

Bogor.

Hemon AF, 2006. Efektifitas seleksi in vitro

berulang

untuk

mendapatkan

plasmanutfah kacang tanah toleran

kekeringan dan resisten terhadap

penyakit busuk batang

S. rolfsii

.

Disertasi

Doktor

Sekolah

Pascasarjana IPB, Bogor.

Sloane RJ, Patterson RP, Carter TE, 1990.

Field drought tolerance of soybean

plant

introduction.

Crop

Sci.

30:118

124.

Soesanto L, 2013. Penyakit Karena Jamur,

kompedium

penyakit-penyakit

kacang tanah. Yogyakarta. Graha

Ilmu.

Sudantha, I. M, 2014. Patogen Tumbuhan

Tular Tanah dan Pengendaliannnya.

Arga Puji Press, 2014.

Sudarma, I. M, 2014. Penyakit Tanaman

Kacang Tanah (

Arachis hipogaea

L.) Gaha Ilmu. Yogyakarta.

Sumarno, 2003. Tehnik Budidaya Kacang

Tanah. Sinar Baru Algensindo.

Yusnita, Sudarsono. 2004. Metode inokulasi

dan respon ketahanan 30 genotipe

kacang tanah terhadap penyakit

busuk

batang

akibat

infeksi

Gambar

Tabel 1. Rerata hasil pengamatan beberapa parameter pada ras S. Rolfsii
Gambar 1.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian pada [5], Riccardo Marino (2009) telah mengidentifikasi suatu kelas taklinear fase non-minimum yang mana stabil dengan suatu kontrol dinamik output

Untuk itu dilakukan penelitian mengenai kinerja dan efisiensi energi penyulingan minyak nilam dengan metode uap dan air dengan sistem kohobasi dan non kohobasi

Meskipun kompensasi finansial bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja akan tetapi diakui bahwa sebagai salah satu faktor penentu yang

maka pada siklus II ini peneliti telah giat memperbaiki perencanaan yang ada agar dalam pelaksanaannya di kelas nanti dapat berjalan lancar dan sesuai harapan. Yang

Penelitian relevan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Melisa Dwi Wulansari (2013) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Maket dalam Pembelajaran

Berdasarkan data tanggal lahir dan informasi lainnya yang ada di dalam database setiap warga, sistem komputer akan dengan mudah memilih warga yang sudah

Dugaan subdivisi genetik pada populasi ikan ini juga didukung oleh data frekuensi ha- plotipe; frekuensi dua jenis haplotipe yang pa- ling sering muncul (ABA dan ABB), pada po-

Landsat memiliki banyak saluran (multispektral) yang mampu membedakan vegetasi mangrove dan bukan mangrove berdasarkan karakteristik spektralnya. Tujuan dari penelitian ini