• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PANCASILA PADA MASA BELANDA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PANCASILA PADA MASA BELANDA.docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.

Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diamanatkan oleh dosen penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan Hubungan Pancasila dan UUD 1945. Amin.

Sukabumi, Oktober 2017

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Penulisan...2 BAB II PEMBAHASAN

A. Pancasila dalam Konteks Zaman Penjajahan ...3 B. Arti Penting Nilai Pancasila...9 C. Nilai-nilai Pancasila pada masa Penjajahan Belanda...11 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...13 B. Saran...13

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merupakan suatu fakta historis yang sukar dibantah, bahwa sebelum tanggal 1 Juni 1945 yang disebut sebagai tanggal “lahirnya” Pancasila Ir. Soekarno yang diakui sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak pernah berbicara atau menulis tentang Pancasila, baik sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar negara. Dalam pidato yang beliau sampaikan tanpa konsep pada tanggal tersebut, yang mendapat berkali-kali applause dari para anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), beliau menjelaskan bahwa gagasan tentang Pancasila tersebut terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam sebelumnya. Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan Dr Radjiman Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI, tentang apa dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Lima dasar atau sila yang beliau ajukan itu beliau namakan sebagai filosofische grondslag.

Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya Negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.

(4)

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas diantaranya meliputi: 1. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa penjajahan?

2. Apakah arti penting/fungsi Pancasila?

3. Nilai pancasila dalam masa penjajahan belanda

C. Tujuan Penulis

Adapun tujuan penulis adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila, selain itu juga ada beberapa tujuan diantaranya :

1. Mengetahui lebih jauh tentang pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada zaman penjajahan dan perumusan pancasila. 2. Mengetahui lebih jauh arti penting/fungsi dari Pancasila

4. Mengetahui Nilai pancasila dalam masa penjajahan belanda

(5)

PEMBAHASAN

A. Pancasila dalam konteks zaman penjajahan

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu kala.

Masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam di Indonesia menandai dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Bagaimana agama merubah kehidupan dan pandangan masyaraat dapat dilihat pada sistem sosial- ekonominya. Penyelenggaraan perdagangan di kota-kota pelabuhan menimbulkan komunikasi terbuka, sehingga terjadi mobilitas sosial baik horisontal maupun vertikal serta perubahan gaya hidup dan nilai-nilai. Masa kejayaan kerajaan Majapahit pada waktu rajanya Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan Budha. Majapahit melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang menulis buku Negara Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat istilah “Pancasila”, sedangkan empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang didalamnya tercantum seloka persatuan nasional “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda namun satu juga. Pada tahun 1331 Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya. Dengan berjalannya waktu, kekuasaan pusat dengan agama Hindu-Budha mengalami kemerosotan bersamaan dengan disintregasi politik dan degenerasi kultural. Akibatnya terciptalah kondisi yang baik bagi suatu perubahan.

(6)

berdagang, namun lama-kelaman mulai menunjukan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka pada tahun 1511. Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri, kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compaignie) yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’.

Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.

Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai kompeni tahun 1667 dan timbullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasa. Demikian kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan Armada dari Minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat sambutan yang hangat. perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa.

(7)

Dorongan akan cinta tanah air ini yang menimbulkan semangat untuk melawan penindasan belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di antara mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan terebut senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat.

Pada awal Kebangkitan Nasional abad XX dipanggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan dunia timur, di Indonesia kebangkitan nasional(1908). Banyak muncul pergerakan nasional seperti: 1. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908 merupakan

pelopor pergerakan nasional, yang dipelopori oleh dr.Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo. Gerakan ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan kekuatan sendiri. lainnya. Mulailah perjuangan bangsa Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai penggerak kebangkitan nasional yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.

Dan masih banyak pergerakan nasional lainnya yang bermunculan saat itu.

(8)

masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang saudara tua bangsa Indonesia”.

Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, memberikan hadiah ulang tahun kepada bangsa indonesia yaitu kemerdekaan tanpa syarat setelah panghancuran Nagasaki dan Hirosima oleh sekutu. Janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi Tiosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat dan beranggotakan 60 orang yang berasal dari pulau Jawa,Sumatra, Maluku, Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa, Cina dan Arab yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI adalah membahas dasar negara.

Sidang BPUPKI pertama (29 Mei – 1 Juni 1945) dengan pembicaranya adalah Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno. Mereka semua berpidato guna membahas tentang rancangan usulan hukum dasar negara.

Sidang BPUPKI pertama terdapat usulan-usulan sebagai berikut: a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)

Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara sebagai berikut:

Secara Lisan

(9)

2. Peri kemanusian 3. Peri Ketuhanan

4. Peri kerakyatan (permusyawaratan, peerwakilan, kebijaksanaan) 5. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).

Secara Tertulis

1. Ketuhanan yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradap

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

b) Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)

Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:

1. Paham kebangsaaan

2. Warga Negara berhak tunduk kepada Tuhan dan supaya setiap saat ingat kepada Tuhan

3. Sistem badan permusyawaratan

4. Ekonomi Negara bersifat Asia Timur Raya

5. Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya

Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, keadilan rakyat.

c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusanya yaitu:

1. Nasionalisme(kebangsaan Indonesia) 2. Internasionalisme dan peri kemanusiaan

(10)

4. kesejahteraan social

5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945) dalam siding ini membahas Dasar Negara. Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan populer disebut dengan “panitia sembilan” yang anggotanya mencapai suatu hasil baik yaitu suatu persetujuan antara golongan islam dengan golongan kebangsaan.

Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan dasar negara sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan.

(11)

Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.

Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar diganti dengan istilah undang-undang dasar. Keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang bentuk negara republik dan luas wilayah negara baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya yang sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia. Susunan Undang Undang Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian yaitu :

1. Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia atas Penjajahan Belanda

2. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila Pancasila sebagai dasar falsafah negara tidak boleh menjadi ideologi yang beku sehingga seluruh komponen bangsa terutama para intelektual muda dapat memberikan ide-ide baru dan kreatif untuk merevitalisasi Pancasila dalam realitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Pasal-pasal Undang Undang Dasar.

B. Arti penting/fungsi pancasila

Menurut Moerdiono (1995/1996) menunjukkan adanya 3 tataran nilai dalam ideology Pancasila.

(12)

rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.

2. Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR.

3. Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara perseorangan.

Fungsi dari Pancasila: 1. Sebagai Dasar Negara

(13)

3. Sebagai filter/penyaring

Sebagai penyaring budaya-budaya luar yang masuk, menyaring baik dan buruknya.

4. Sebagai pandangan hidup

Sebagai pedoman tingkah laku berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat 5. Sebagai kepribadian bangsa

Sebagai cirri khas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain

6. Sebagai cita-cita dan tujuan bangsa

Pancasila memuat cita-cita dan tujuann nasional 7. Sebagai perjanjian luhur bangsa

Pancasila telah disepakti oleh para pendiri bangsa 8. Sebagai jiwa bangsa

Sebagai penggerak dinamika bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya

C. Nilai Pancasila pada Masa Penjajahan Belanda

Nilai-nilai Pancasila pada saat penjajahan Belanda berupa perlawanan-perlawanan oleh rakyat diberbagai wilayah nusantara sebagai akibat praktek-praktek Belanda yang dirasa membuat penderitaan bagi rakyat Indonesia.

Masa penjajahan Belanda bermula setelah Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan. Belanda yang pada awalnya ingin mencari rempah-rempah akhirnya mempunyai rencana untuk menguasai dan memiliki seluruh kekayaan Indonesia.

Maka berbagai politik licikpun dijalankan oleh bangsa Belanda, praktek-praktek tersebut antara lain:

(14)

2. Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politiknya dengan licik di Indonesia, yaitu dengan menguasai Makasar (1667) yang menimbulkan perlawanan dari rakyat Makasar (Hasanudin), Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso), Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII tidak mampu meruntuhkan kekuatan kompeni pada saat itu. Demikianlah Belanda pada awalnya menguasai daerah yang strategis dan kaya akan hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.

3. Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia .Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain: Patimura di Maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol di Minangkabau dan seterusnya.

4. Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban kepada rakyat yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.

(15)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jati diri bangsa mengandung nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya nilai-nilai ini telah dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala.

Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan dan pandangan hidup, diharapkan tujuan pendidikan Pancasila akan dapat terwujud. Masyarakat Indonesia yang memahami Pancasila dengan baik, mereka tidak hanya mengetahui makna Pancasila, mereka juga harus menjalankannya dengan baik.

Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri. Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam barisan negara-negara di dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan tiga setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah penjajajahan itu sendiri.

B. Saran

(16)

merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia, manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.

Oleh karena itu, pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk itu, perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila

Pngin materi kebidanan yang lain

(17)

DAFTAR PUSTAKA

http://gustianipangesti.blogspot.com/pancasila-dalam-konteks-sejarah.html http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Ketuhanan YME, Kebangsaan persatuan Indonesia, rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh hikamt kebijaksanaan dalam permusyawaratan

Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai ke tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenaran nya, kebaikannya,

Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia,

Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang

Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat

NILAI-NILAI INTI PANCASILA MEMBENTUK KONFIGURASI BUDAYA KETERPADUAN MENYELURUH Ketuhanan Yang Maha Esa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang

Lima sendi utama penyusun pancasila merupakan ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

-Alinea ke-1 “Kemanusiaan” Pancasila ke-2 -Alinea ke-2 “Persatuan” Pancasila ke-3 -Alinea ke-3 “Ketuhanan” Pancasila ke-1 -Alinea ke-4 “Kerakyatan dan Keadilan sosial” Pancasila