PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI)
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV
I Pt Ariadi
1, Ndara T. Renda
2, Ni Wyn Rati
3,
123Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : putuariad69yahoo.com
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah populasi 110 siswa. Sampel penelitian ini adalah SD No. 1 Belega yang berjumlah 40 orang siswa dan SD No. 2 Belega yang berjumlah 40 orang siswa. Sampel diambil dengan cara random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Bentuk tes hasil belajar IPA yang digunakan adalah pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe GI dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh (tarithmetic3,135>
t
table
2,00
) dan di dukungoleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe GI yaitu 21,47 yang berada pada kategori baik dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 16,9 yang berada pada kategori cukup. Ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe GI dengan siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Jadi, model pembelajaran GI berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.
Kata-kata kunci : model pembelajaran (GI), model pembelajaran konvensional, hasil
belajar IPA
Abstrack
This research is purposed to determine the differences in the science learning result which significantly between the groups who take cooperative learning method; Group Investigation and the groups who take conventional learning method. The type of this research is Quasi Experiment. The populations of this research are all IV grade elementary school students in Belega village, Gianyar years of academic 2013/2014 with population 110 students. The sample of this research was Elementary School 1 Belega by total 40 students and Elementary School 2 Belega by total 40 students. Sample was taken by using random sampling.. Data that was gathered in this research is the result of science learning. The science learning test form that used in this research was multiple choices. Data was analyzed by using descriptive statistic and inferential statistic. The result of the learning shows that is a significant different of science learning result between student group who take Group Investigation and student group who take conventional learning. This fact indicated by (tvalue 3,135>
t
table
2,00
) and supportedby the difference of average score obtained between students that take Group Investigation, that is 21,47 that can be placed in good category than students that take conventional learning that obtain 16,9 that can be placed in enough category. It is mean
there are a significant different of student learning result between the students that used Cooperative learning method than the students that used conventional learning in IV grade elementary school students in Belega village. Summary, cooperative learning method; Group Investigation are influenced to the result in science learning.
Key words: learning model (GI), coventional learning model, science learning outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas kehidupan bangsa. Pendidikan memiliki peranan penting untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Kualitas bangsa Indonesia
tersebut dihasilkan melalui
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan Indonesia sampai saat ini masih ketinggalan jauh dibandingkan negara-negara lain di dunia. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah manusia yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan. Salah satu tujuan pendidikan adalah membahas pengetahuan dan ketrampilan yang dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional, di sebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Sumber Daya Manusia yang rendah, mengakibatkan kurang kompetitif kita dalam menghadapi persaingan era globalisasi. Menurut Degeng (dalam Astari, dkk., 2010:1) manusia yang dapat “hidup” di abad 21 adalah manusia yang kompetitif, cerdas, dan siap menghadapi perubahan. Oleh karena itu, dunia pendidikan mendapatkan sorotan yang sangat tajam untuk menciptakan SDM yang berkualitas.
“SDM yang berkualitas harus ditunjang dengan kemajuan pendidikan, kemajuan pendidikan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik” Menurut Sudrajat (dalam Astari dkk, 2010:1). Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Peningkatan SDM berkualitas salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu pendidikan IPA (Sismanto, 2007).
Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan IPA di Indonesia, yaitu: pengembangan
model-model pembelajaran IPA,
pengembangan media pembelajaran IPA, penataran bagi guru, penyediaan sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran IPA, dan pelatihan-pelatihan. Namun, hasil yang dicapai masih belum memenuhi harapan. Menurut TIMSS (Trends
International Mathematics and Sciences Study), lembaga yang mengukur hasil
pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan IPA peserta didik SD di Indonesia berada pada peringkat ke-32 dari 38 Negara (Nurhadi, 2004). Selain itu Laporan Pro-gramme For International
Student Assessment (PISA) 2003
menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei, untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran IPA masih perlu ditingkatkan, karena pembelajaran IPA memegang peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas SDM (Sismanto, 2007).
Sederet usaha yang dilakukan pemerintah ternyata belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan masih jauh dari harapan. Pada kenyataannya mutu pendidikan kita khususnya pada bidang studi IPA dalam dasa warsa terakhir hasil yang dicapai masih belum memuaskan. Hal yang sama terjadi di desa Belega kabupaten gianyar.
Berdasarkan hasil observasi awal di sekolah dasar di desa Belega Kec. Belahbatuh Kab. Gianyar bahwa masih rendah prestasi belajar IPA. Hal ini dapat terlihat dari hasil nilai ulangan umum murni yang diperoleh siswa. Berikut ini pada tabel
1 disajikan nilai rata-rata ulangan umum murni yang diperoleh siswa kelas IV Sekolah Dasar di desa Belega Kec. Belahbatuh Kab. Gianyar khusus untuk mata pelajaran IPA.
Tabel 1 Nilai Rata-Rata Ulangan Umum Semeter I Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di desa Belega Kec. Blahbatuh Kab. Gianyar untuk Mata Pelajaran IPA Tahun Pelajaran 2013/2014 No Keterangan Kelas SD1 SD 2 SD 3 1 Nilai Rata-rata 75 70 65 2 Daya Serap 75% 70% 65% 3 Ketuntasan 70% 68% 45% 4 Nilai Tertinggi 86 80 72 5 Nilai Terendah 50 42 30
(Sumber Dokumentasi SD di desa Belega kabupaten Gianyar 2013/2014)
Indikator tersebut menunjukkan suatu bukti bahwa perjalanan reformasi pendidikan di Indonesia ternyata belum mampu secara maksimal meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Gianyar. Mencermati lebih jauh temuan hasil penelitian dari Faiz, Rosyada (dalam Ekaria, 2013) dan hasil pembelajaran di kelas terkait rendahnya kualitas pendidikan, tentunya ada sesuatu hal yang menyebabkan mengapa pendidikan belum menunjukkan hasil yang memuaskan padahal disatu sisi pemerintah sudah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal di SD Desa Belega, mengenai penyebab rendahnya mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan IPA adalah kurangnya variasi model pembelajaran yang inovatif yang dilakukan oleh guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Di samping itu faktor dari lingkungan di kelas juga mempengaruhi seperti lingkungan belajar yang kurang kondusip dan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil pelajaran IPA masih rendah.
Berdasarkan beberapa masalah yang telah dipaparkan di atas, perlu dilakukan inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam mata pelajaran IPA. Inovasi yang
dimaksud adalah berupa perubahan cara berpikir, melalui model pembelajaran yang inovatif agar tercapainya mutu pendidikan IPA. Perubahan pola berpikir konvensional menuju pola pikir yang inovatif serta perubahan peran guru yang awalnya sebagai transmiter menjadi fasilitator. Trianto (2009:28) menyatakan bahwa “Pola pikir inovatif yang dimaksud adalah pola pikir yang berdasarkan atas paham konstruktivisme. Prinsip utama konstruktivisme adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa sedangkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang ada di dalam benaknya”.
Puger (2011:137) menyatakan, Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu struktur organisasional yang mana satu kelompok siswa mengejar tujuan akademik melalui usaha bersama dalam kelompok kecil, menarik kekuatan, dan bantuan masing-masing yang lainnya dalam melengkapi tugas. Model ini menganjurkan hubungan yang saling menunjang, keterampilan komunikatif yang baik, dan kemampuan berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi.
Lie (dalam Putra 2012:12) menyatakan “model pembelajaran kooperatif mempunyai lima unsur penting yaitu, (1) saling
ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok”. Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut maka, dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigations (GI) Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas IV di Desa Belega Kec. Belahbatuh Kab. Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka yang menjadi tujuan pokok penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di Desa Belega Kec. Belahbatuh Kab. Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu karena tidak semua
variabel dapat dikontrol secara ketat. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Nonequivalent post tes only
control group design.
Diberikan perlakuan eksperimental berupa penerapan Model Pembelajara
Group Investigation (GI) pada kelas
eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Kedua kelompok tersebut, sama-sama diberikan
Post-tes (pengamatan akhir).
Penelitian ini dilaksanakan di SD sedesa Belega, kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Objek penelitiannya adalah siswa kelas IV semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Group
Infestigation (GI) dengan kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD sedesa Belega tahun 2013/2014.
Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian (Agung, 2012:47). Dalam penelitian ini, populasi adalah semua siswa kelas IV SD di Desa Belega yang berjumlah 110 siswa yang terbagi menjadi tiga kelas, distribusi populasi dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Distribusi Populasi Penelitian
No. Nama sekolah Kelas L P Jumlah
1 SD N 1 Belege IV 15 25 40
2 SD N 2 Belege IV 17 23 40
3 SD N 3 Belege IV 13 17 30
Total 110
(Sumber Dokumentasi SD di Desa Belega 2013/2014)
Untuk menetukan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik random sampling, tehnik random dilakukan dengan cara pengundian. Sampel yang dirandom dalam hal ini adalah kelas. Kelas yang dirandom merupakan kelas dalam jenjang yang sama. Kelas-kelas tersebut adalah kelas IV dari masing-masing SD di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kab. Gianyar yang setara. Untuk mengetahui
setara atau tidak, terlebih dahulu dilakukan uji kesetraan dengan menggunakan uji-t varians. Dari hasil uji-t yang dilakukan didapat seluruh kelas dari masing-masing SD setara. Dari Tiga SD yang ada di desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dilakukan random untuk menentukan kelas yang akan digunakan sebagai eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil random didapat dua kelas yang akan
digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu, SDN 1 Belega dan SDN 2 Belega. Kedua kelas tersebut dirandom kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas kontrol belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil random didapat kelas IV pada SDN 1 Belega sebagai kelas eksperimen dan kelas IV SDN 2 Belega Sebagai kelas Kontrol.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan berupa tes pilihan ganda dengan jumlah soal 35 butir soal. Sebelum digunakan tes tersebut diadakan uji instrumen untuk menentukan kelayakan sebuah tes. Uji instrumen meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji coba instrumen dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara empirik apakah instrumen hasil belajar layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Tes hasil belajar diuji cobakan terlebih dahulu kepada kelas V di SD N 2 Belega, kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, kemudian dianalisis dengan uji validitas, reliabilitas, tinggkat kesukaran dan daya beda tes. Hasil uji validitas didapat 30 butir layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji-t. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, median, modus dan standar deviasi. Mean, median, modus dan standar deviasi hasil belajar IPA siswa selanjutnya disajikan dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah menapsirkan sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji-t didunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Rumus uji-t yang digunakan adalah polled varians (n1 ≠n2
dan varians homogen dengan db =n1 +n2 –
2).
Sebelum menggunakan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat hipotesis. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dengan chi-kuadrat dan uji homogenitas varians denga uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari model pembelajaran kooperatif tipe GI pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui mean kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada mean kelompok kontrol. Kemudian data hasil belajar IPA kelas eksperimen disajikan dalam bentuk kurva poligon seperti gambar 1.
Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
Sesuai dengan hasil perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa skor rata-rata (M) diperoleh 21,47 dengan standar deviasi (SD) diperoleh 3,679. Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian
besar skor cenderung tinggi.
Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 .12 -14 15 -17 18 -20 21 -23 24 -26 27 -29 Fr e ku e n si Ab solut ( f) Kelas Interval
berada di bawah rata-rata. Berdasarkan hasil análisis data bahwa mean hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif GI nilai rata-rata siswa yaitu Mean = 21,47, maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan Model Pembelajaran GI pada kategori baik, yaitu pada rentangan skor 20,42 < X ≤ 26,25 sebanyak 13 orang atau 38,24%.
Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol yang
mengikuti model pembelajaran
konvensional disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Kurva poligon data hasil belajar IPA pada kelompok Kontrol.
Sesuai dengan hasil Perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa skor rata-rata (M) diperoleh 19,9 dengan standar deviasi (SD) diperoleh 4,061. Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor
cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Berdasarkan hasil análisis data bahwa mean hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional dengan nilai rata-rata siswa yaitu Mean = 16,9 maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran Konvensional pada kategori cukup, yaitu pada rentangan skor 14,59 < X ≤ 20,42 sebanyak 18 orang atau 52,94%. Uji Prasyarat Analisis Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model Pembelajaran GI dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, maka dilakukan pengujian terhadap H0. Sebelum uji hipotesis, terlebih
dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan homogenitas terhadap data hasil belajar IPA siswa.
Hasil Uji Normalitas Sebaran data
Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Jika berdistribusi normal maka uji hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat disajikan hasil uji normalitas sebaran data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil belajar IPA No Kelompok Data Hasil belajar
IPA
2
χ
Nilai Kritis dengan TarafSignifikansi 5% Status
1 Post-test Eksperimen 4,9580 9,488 Normal
2 Post-test Kontrol 3.0252 9,488 Normal
Kriteria pengujian, jika
2hit
2tabdengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1),
maka data berdistribusi normal. Sedangkan, jika
2hit
2tab, maka datatidak berdistribusi normal. Berdasarkan
0 2 4 6 8 10 12 14 16 .10 -12 13 -15 16 -18 19 -21 22 -24 25 -27 Fr e ku e n si Ab solut ( f) Kelas Interval
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh
2hit hasil post-test kelompok eksperimen adalah4,9580 dan
2tab dengan taraf signifikansi5% dan db = 5 adalah 9,488. Hal ini berarti,
hit
2
hasil hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih kecil dari
2tab (tab
hit 2
2
), sehingga data hasil belajar IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan,
2hit hasil hasilbelajar IPA kelompok kontrol adalah 3.0252 dan
2tabdengan taraf signifikansi 5% dan db = 5 adalah 9,488. Hal ini berarti,
2hit hasilhasil belajar IPA kelompok kontrol lebih kecil dari
2tab (
2hit
2tab), sehinggadata hasil hasil belajar IPA kelompok kontrol berdistribusi
normal
.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians antar kelompok bertujuan untuk memeriksa kesamaan varians antar kelompok perlakuan Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung <
Ftabel. Rekapitulasi hasil uji homogenitas
varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 5 di bawah ini
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan kontrol
Sumber Data Fhit Ftab dengan Taraf
Signifikansi 5% Status
Post-test Kelompok Eksperimen
dan Kontrol 1,30 1,71 Homogen
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa diperoleh Fhitung = 1,30
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5%
serta dk pembilang = 40-1= 39 dan dk penyebut = 40-1= 39 adalah 1,71, ini berarti Fhitung < Ftabel sehingga data homogen.
Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat
analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus separated varians. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel,
dimana ttabel diperoleh dari tabel distribusi t
pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan db = n1 + n2 – 2. Rangkuman hasil analisis uji-t ditunjukkan pada Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji-t
Kelompok Varians n Db thitung ttabe Kesimpulan Eksperimen 13,538 40 78 7,159 2,000 thitung > ttabel H1 diterima Kontrol 16,496 40
Berdasarkan tabel rangkuman analisis di atas menunjukkan bahwa thitung
7,159 dan ttabel = 2,000 untuk db = n1 + n2 –
2 = 78 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, karena
thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya, terdapat terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Konvensional dan siswa
yang mengikuti Model Pembelajaran GI pada siswa kelas IV SD di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t, diketahui nilai thitung =
dengan db = n1 + n2 – 2 = 20 + 19 – 2 = 37 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai t-tabel = 2,042. Dari hasil perhitungan tersebut pada taraf signifikansi 5% diketahui thitung > t¬tabel, ini berarti bahwa
hasil penelitian adalah signifikan terhadap hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh adanya perlakuan pada kegiatan pembelajaran dan proses penyampaian materi. Dalam model pembelajaran Kooperatif tipe group investigation memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan pengetahuannya di dalam pembelajaran.
Model pembelajaran Kooperatif tipe group investigasion dalam pembelajaran IPA, tidak lepas dari substansi bidang IPA itu sendiri. Bidang IPA adalah disiplin ilmu yang tidak hanya berisi produk keilmuwan berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori tetapi juga memuat proses bagaimana produk itu diperoleh. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh tidak cukup hanya dengan transfer pengetahuan lewat berbagai aktivitas berpikir. Proses konstruksi pengetahuan nampaknya lebih terkondisikan dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation.
Proses pembelajaran konvensional, guru masih berusaha memindahkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa. Guru menjelaskan materi secara urut, kemudian siswa diberi kesempatan
untuk bertanya dan mencatat. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan cara menjawabnya. Kemudian guru membahas soal yang diberikan dengan meminta beberapa siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Di akhir pembelajaran guru membantu siswa untuk merefleksi kembali materi yang telah dipelajari kemudian memberikan pekerjaan rumah (PR). Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa duduk dengan tenang dan memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru sulit mengetahui pemahaman siswa karena siswa yang belum mengerti cenderung malu untuk bertanya. Situasi pembelajaran tersebut cenderung membuat siswa pasif dalam menerima pelajaran, sehingga daya pikir siswa tidak berkembang secara optimal. Kondisi ini cenderung membuat siswa tidak termotivasi mengikuti pembelajaran, pemahaman konsep kurang mendalam, dan sulit mengembangkan keterampilan berpikirnya. Hal ini menyebabkan rendahnya prestasi belajar IPA siswa.
Dengan adanya kesesuaian antara hakikat pembelajaran IPA dengan pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation, maka wajar kalau terdapat perbedaan prestasi belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dengan prestasi belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas, tampaknya hasil penelitian yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada dan didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh melengkapi penemuan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa.
Temuan hasil penelitian tersebut diatas sesuai dengan temuan Wardana (2013) hasil penelitiannya menujukan model pembelajaran Group Investigation
(GI) berbantuan asesmen proyek
memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar IPA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Relevansi dengan penelitian ini sama-sama meneliti tentang model
pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). Hasil penelitian Suma (2013) menunjukan bahwa model pembelajaran GI Berbantuan Sosial Budaya memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan Hasil Belajar IPS dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional. Relevansi dengan penelitian ini sama-sama meneliti tentang model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dengan siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Desa Belega Kecamatan Belahbatuh Kabupaten Gianyar. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan
bahwa penerapan model model
Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran IPA kedepannya. Oleh karena itu disarankan kepada sekolah yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar IPA, disarankan untuk menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam pembelajaran IPA di
sekolah tersebut. Kepada siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Kepada guru untuk menerapkan model dan pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar seperti menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation sebagai alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kepada peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam bidang IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang
dialami, diantaranya masalah waktu pelaksanaan penelitian dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A Gede., 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Buku Ajar.
Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA.
Astari, Anik Putu, dkk. 2010. Pengaruh
Model Pembelajaran Kuantum dan Setting Kooperatif Terhadap Hasil
Belajar. Program Kreatifitas
Mahasiswa (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNDIKSHA
.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indinesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
---. 2005. Peraturan Pemerintah RI No.
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Ekaria Windhari, I Gusti Ayu. 2012.
Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe BBL (Brain-Based
Learning) dan GI (Group
Investigation) Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Jurusan
PGSD, FIP UNDIKSHA
Nurhadi., Yasin, B., & Senduk, A.G. 2004.
Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Puger, I Gusti Ngurah. 2011.
Pengembangan Program
Mengenai Aplikasi Metode
Pembelajaran Kooperatif Model
Jigsaw dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Biologi Siswa
Sekolah Menengah Pertama
(SMP) . Jurnal Sains Dan teknologi
vol. 11.
Putra, Maharta Dodik I Pt. 2012. Pengaruh
Model Pembelajaran JIGSAW II dan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika pada Siswa Kelas V SD di Desa Tinga-tinga Tahun Pelajaran
2011-2012. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP UNDIKSHA.
Sismanto. 2007. “Menakar Integrasi IPA dalam KTSP”. Yersedia pada
http://reseachengines.com-/0707sismanto.html. Diakses 11 Nopember 2012.
Suma, dkk. 2001. Penerapan Eksperimen
Terbuka Terbimbing dalam
Pembelajaran Fisika Dasar pada
Mahasiswa TPB Jurusan
Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja. Laporan Penelitian.
Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Trianto, 2007. Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wardana, I.W. 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Group
Investigation (Gi) Berbantuan
Asesmen Proyek Terhadap
Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013 Sekolah Dasar di Gugus III
Tampaksiring Kabupaten
Gianyar. Skripsi (tidak
diterbitkan). Singaraja: Undiksha
Warpala, I W. S. 2006. Pengaruh Pendekatan Pembalajaran dan Strategi Belajar Kooperatif Yang Berbeda Terhadap Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPA SD.
Malang: Universitas Negeri Malang