• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. dengan kedalaman tanah yang berbeda pada lahan tidur. Samarinda. Lama penelitian ini adalah selama 3 bulan terhitung dari Desember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. dengan kedalaman tanah yang berbeda pada lahan tidur. Samarinda. Lama penelitian ini adalah selama 3 bulan terhitung dari Desember"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

NOOR HUDA, Suksesi Gulma Pada Kedalaman Tanah di Lahan Tidur. (dibawah bimbingan Riama Rita Manullang).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan gulma dengan kedalaman tanah yang berbeda pada lahan tidur.

Penelitian ini dilaksanakan di areal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Lama penelitian ini adalah selama 3 bulan terhitung dari Desember 2007 sampai dengan Februari 2008. yang meliputi persiapan, pengamatan dan penulisan laporan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan gulma yang tumbuh dan teridentifikasi pada kedalaman 5 cm adalah Ageratum conyzoides, Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian Melastoma malabanthricum dan Solanum SP. Sedangkan pada kedalaman tanah 10 cm jenis gulma yang teridentifikasi adalah Ageratum conyzoides, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian, Melastoma malabanthricum dan Solanum SP. Dan pada kedalaman tanah 15 cm gulma yang teridentifikasi adalah Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian, Melastoma malabanthricum dan Solanum SP.

Jenis gulma yang paling dominan tumbuh di kedalaman 5 cm adalah Melastoma malabanthricum yaitu 30,0 dan untuk jenis gulma yang dominan tumbuh pada kedalaman 10 cm yaitu Melastoma malabanthricum yaitu 23,3 dan di kedalaman 15 cm jenis gulma yang dominan tumbuh adalah gulma jenis Keladi-keladian yaitu 26,6.

(6)

RIWAYAT HIDUP

NOOR HUDA, lahir pada tanggal 31 Oktober 1987 di Samarinda, Kalimantan Timur, anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan Jailani dan Jamilah.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 018 Samarinda Seberang. Lulus pada tanggal 11 Juni 1999, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Samarinda Seberang dan lulus pada tanggal 20 Juni 2002. Pada tanggal 20 Juli 2002 melanjutkan ke Sekolah Mene ngah Umum (SMU) Negeri 4 Samarinda Seberang dan lulus pada tanggal 1 Mei 2005. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2005 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Pengelolaan Hutan.

Pada tanggal 1 Maret sampai 22 April 2008 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Budiduta Agromakmur, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma ... 3

B. Penggolongan atau Klasifikasi Gulma ... 6

C. Tanah... 10

D. Pengertian Lahan Tidur ... 11

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 12

B. Alat dan Bahan... 12

C. Prosedur Penelitian... 13

D. Pengolahan Data ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 16

B. Pembahasan ... 17

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 23

B. Saran... 23 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Tata letak petak sampel dengan kedalaman 5 cm ... 27

2. Tata letak petak sampel dengan kedalaman 10 cm ... 28

3. Tata letak petak sampel dengan kedalaman 15 cm ... 29

4. Data perhitungan jumlah gulma kedalaman 5 cm.. ... 30

5. Data perhitungan jumlah gulma kedalaman 10 cm... 31

6. Data perhitungan jumlah gulma kedalaman 15 cm... 32

7. Gambar gulma yang dominan... 33

8. Jenis gulma yang teridentifiksi... 34

(9)

DAFTAR TABEL

No Tubuh utama Halaman

1. Frekuensi dan rata-rata jumlah gulma pada kedalaman 5 cm. ... 16 2. Frekuensi dan rata-rata jumlah gulma pada kedalaman 10 cm... ... 16 3. Frekuensi dan rata-rata jumlah gulma pada kedalaman 15 cm. ... 17

(10)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya maka Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam kegiatan penyelesaian Karya Ilmiah ini terdapat berbagai pihak yang telah membantu didalam penyelesaiannya, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil.

2. Ir. Budi Winarni, M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

3. Riama Rita Manullang, SP selaku dosen pembimbing. 4. Roby, SP selaku dosen penguji.

5. Seluruh staf dosen dan teknisi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak memberikan masukkan baik itu didalam proses belajar mengajar maupun di luar jam perkuliahan.

6. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu di dalam penyusunan Karya Ilmiah yaitu, Fidli, Asfauzi Syahrani, Heny, Itha, Aldo dan seluruh mahasiswa Budidaya Tanaman Perkebunan yang memberi motifasi kepada penulis.

Penyusunan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan bagi Penulis untuk menyelesaikan Studi Diploma III di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Penulis berharap agar Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis Kampus Sei Keledang, Juli 2008

(11)

I. PENDAHULUAN

Masalah gulma sebenarnya telah ada sejak manusia mengusahakan pertanian. Bahkan semasa manusia purba masih mengumpulkan bahan makanan dari tumbuhan, ia sudah harus berurusan dengan tumbuhan yang tidak mereka kehendaki, “gulma”, dan hanya mengambil tumbuhan (bagian dari tumbuhan) yang dapat di makan. Pada masa itu tumbuhan yang tidak dikehendaki ini hanya sekedar mempersulit usaha mendapatkan makanan saja dan dapat di atasi.

Sejak manusia mengusahakan pertanian masalah gulma sebenarnya menjadi lebih besar, tetapi tidak pernah mendapat perhatian khusus seperti halnya masalah hama, penyakit atau tanah. Dalam perkembangan pertanian selanjutnya ternyata tanah mendapat perhatian yang lebih besar dan masalah gulma dengan pengerjaan tanah kelihatannya dapat diatasi, hal ini menyebabkan masalah gulma kurang mendapat perhatian. Tetapi sebenarnya masalah gulma adalah masalah besar dan kerugiannya ini timbulnya sedikit demi sedikit, tidak drastis atau spektakuler seperti hama atau penyakit, oleh karena itu tidak mudah di kenal. (Tjitsoedirjo,dkk.1984).

Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian, umumnya sebagian besar waktu dan biaya dipergunakan untuk menghadapi masalah gulma, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga muncul berbagai usaha pengendalian gulma mulai dari cara tradisional seperti menyiangi dan menebas sampai pengendalian gulma secara modern.

(12)

Gulma yang selalu tumbuh disekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Pengendalian gulma dilakukan pada saat tertentu yang bila tidak diberantas pada saat itu akan benar-benar menurunkan hasil akhir pertanaman. Pengendalian terhadap gulma yang berkembang luas dan sulit untuk di basmi secara menyeluruh, bila dikerjakan akan memakan biaya cukup mahal dan hasil pertanama n secara ekonomis tidak memadai (Moenandir, 1998).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui vegetasi gulma yang tumbuh pada kedalaman tanah 5, 10 dan 15 cm di lahan tidur.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gulma

Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. “Tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki”, hal itu dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik langsung atau tidak langsung, atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian/kegunaannya. Oleh karena itu batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan.

Berbicara tentang masalah identifikasi (dari kata”identik” yang artinya sama atau serupa dengan), maka kita tidak bisa lepas dari nama latin. Nama latin suatu gulma akan sangat berarti karena nama tersebut diterima di dunia internasional. Sebagai contoh; jika kita menyebut nama babadotan, ahli gulma India atau afrika atau bahkan yang terletak di pulau Jawa sering tidak

mengetahuinya. Tetapi dengan menyebut nama latinnya yaitu Ageratum conyzoides L, maka dapat dengan mudah mencari informasi dengan

memakai nama latin gulma tersebut.

Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru di olah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim; sedang pada perkebunan yang telah lama di tanami, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah

(14)

dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya jumlah individu dangat melimpah, tetapi jumlah jenis yang tidak begitu banyak (Sukman, Y. 1991).

Secara morfologi gulma yang digolongkan sebagai tumbuhan berdaun lebar biasanya tidak begitu sulit diidentifikasi jika telah diketahui sukunya. Hal ini disebabkan karena dalam suku gulma berdaun lebar tersebut umumnya perbedaan dalam marga sangat jelas. Lagi pula jumlah marga yang termasuk dalam suatu suku dalam kelompok ini tidak begitu banyak. Lain halnya dengan golongan rumput-rumputan atau golongan teki; perbedaannya dalam marga sering tidak jelas, apalagi gulma dari kelompok ini tidak ditemukan dalam keadaan berbunga.

Kehadiran gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian diantaranya adalah :

1. Penurunan hasil pertanian akibat persaingan dalam perolehan air, udara, unsur hara dan tempat hidup

2. Penurunan kualitas hasil misalnya biji tanaman tercampur dengan biji atau bagian gulma yang lain.

3. Menjadi inang hama dan penyakit misalnya gulma babadotan merupakan tumbuhan inang virus mozaik tembakau.

4. Membuat tanaman keracunan akibat senyawa racun (alelopati) yang dikeluarkan oleh gulma seperti zat phenol yang dikeluarkan alang-alang. 5. Menyulitkan pekerjaan di lapangan dan pengolahan hasil.

(15)

6. Bisa merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian. 7. Mengurangi jumlah dan kualitas air.

8. Menghambat lalu lintas air.

9. Menimbulkan pendangkalan perairan sehingga produksi ikan menurun. 10. Biaya produksi meningkat karena tenaga dan waktu pengerjaan tanah,

penyiangan dan pemeliharaan akan bertambah. 1. Sifat-sifat khusus gulma

Beberapa sifat-sifat khusus gulma adalah : a. Memiliki sifat tumbuh cepat.

b. Mempunyai daya saing yang kuat dalam perebutan faktor kebutuhan hidup.

c. Mempunyai daya berkembang biak yang tinggi secara vegetatif atau generatif.

d. Mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan.

e. Alat-alat perkembang biakan tersebar melalui angina maupun dengan bantuan hewan bahkan manusia.

f. Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim.

g. Berkembangbiak pada periode yang panjang. 2. Manfaat gulma

Manfaat gulma adalah :

(16)

b. Dapat dijadikan bahan makanan ternak. c. Dapat dijadikan bahan biokas.

d. Dapat dijadikan bahan industri. e. Dapat dijadikan bahan obat-obatan.

f. Dapat dijadikan bahan untuk medium penanaman jamur merang. g. Dapat dijadikan untuk atap

h. Dapat dijadikan bahan kayu bakar.

i. Dapat dijadikan bahan mulsa (penutup tanah).

B. Penggolongan atau Klasifikasi Gulma Gulma dapat digolongkan berdasarkan atas

1. Menurut budidaya

a. Gulma obligat ialah gulma yang hanya dijumpai di daerah yang sudah ada campur tangan manusia, misalnya di lahan pertanian, desa, kota dan lain- lainnya.

b. Gulma fakutatif ialah gulma yang dijumpai di dalam hutan alamiah dan di daerah yang belum atau yang sudah ada campur tangan manusia.

2. Berdasarkan habitatnya

a. Gulma darat (terastrial weeds)

Tumbuhan ini hidup dan berkembang di darat, meliputi gulma semusim, dua musim dan gulma menahun. Contoh :

1) Amaranthus spinosus 2) Eupatorium odoratum

(17)

b. Gulma air (aquatic weeds)

Gulma ini pertumbuhan dan persyaratan hidupnya harus berada di daerah perairan. Gulma ini dibedakan menjadi :

1) Terapung dipermukaan air. 2) Tenggelam dalam air.

3) Dari dasar timbul ke permukaan

c. Gulma yang menumpang pada tumbuhan lain (aerial weeds)

Golongan gulma ini adalah efifit, hemiprasit dan hiperprasit yang telah dibicarakan pada tumbuhan tinggi parasit.

3. Menurut daur hidup gulma

a. Gulma semusim (annual weeds), ialah gulma yang dapat hidup selama daur hidupnya kurang dari 1 tahun, kemudian gulma akan mati. Contohnya Setaria sp dan Amarantus sp.

b. Gulma dua musim (bi-annual weeds), ialah gulma yang hanya tumbuh di daerah sub tropika pada dua musim. Contohnya Aretium sp dan Circium vulgar.

c. Gulma tahunan (parennial weeds), ialah gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau hampir tidak ada batasnya. Contohnya Cynodon dactylon dan Imperata cylindrical.

4. Menurut morfologi dan respon terhadap herbisida gulma

a. Gulma rerumputan (gresses weeds) ialah gulma yang berdaun pita yang berasal dari keluarga poaceae(graminiae). Contohnya Imperata cylindrica.

(18)

b. Gulma berdaun lebar ( broad leaves ) ialah gulma yang berdaun lebar yang berasal dari tumbuhan berkeping dua (dikotil dan paku-pakuan). Berbagai macam gulma dari ordo dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Contohnya Ageratum conyzoides dan Amaranthus spinosus.

c. Gulma tekian (sedges) ialah gulma yang berasal dari keluarga cyperaceae. Contohnya Cyperus iris dan Cyperus rotundus. Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.

d. Gulma pakisan (ferm) ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan. Contohnya Dicranopteris liniearis dan Lygodium flexuosum.

Gulma juga merupakan suatu tumbuhan yang membutuhkan syarat hidup yang sama dengan tumbuhan lain. Sebagian dari gulma ini termasuk ke dalam tumbuhan yang bersistem pembuluh (vascular plants) yang terdiri dari : 1. Tracheophyta

2. Bryophyta (lumut- lumutan)

3. Tallophyta (algae dan fungi) yang tidak berpembuluh

Perkembangan gulma ditinjau dari segi mekanis perkembangannya adalah sangat efisien dan bila diperhatikan jauh lebih efisien dari tanaman budidaya yang diusahakan. Para ahli telah berusaha menge ndalikan gulma

(19)

Hal ini dikarenakan sifat efisien telah didapat dari seleksi alam dan adanya penyesuaian ekologis.

Gulma berkembang biak dapat secara generatif (biji) maupun secara vagatatif. Secara umum gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak, bahkan dapat menghasilkan lebih dari 40.000 biji dalam satu musim. Sebagai contoh dalam hal ini adalah jajagon (Echinochloa crussgalli).

Gulma tahunan lebih efisien perkembangbiakannya dari pada gulma semusim karena gulma ini dapat dengan biji atau hanya secara vegetatif. Contoh : Teki dan alang-alang, kedua spesies gulma ini produksi biji tidak banyak, tetapi dapat tumbuh dengan cepat melalui umbi atau rhizoma.

Perkembangan secara generatif hanya diperuntukkan untuk gulma kelas angiospermae dan gymnospermae. Pembungaan yang terjadi pada gulma semusim lebih kurang lima minggu setelah perkecambahan dan selanjutnya periode ini berjalan lambat diikuti dengan pemasakan biji. Gulma yang berkembang biak secara generatif dan kekurangan unsur hara biasanya waktu berbunga lebih awal. Dengan tersedianya faktor-faktor tumbuh seperti air, cahaya, unsur hara dan ruang tumbuh dalam periode awal yaitu mulai berkecambah sampai terjadi pembungaan menjadi faktor sangat penting dalam pembungaan (Sukman, Y. 1991).

(20)

C. Tanah

Dalam definisi ilmiah tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam dipermukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara dan merupakan media tumbuhnya tanaman. Tanah (soil) berbeda dengan lahan (land) karena lahan meliputi tanah berserta faktor- faktor fisik lingkungannya seperti lereng, hidrologi, iklim dan sebagainya. Tanah tersusun dari empat bahan utama yaitu ; bahan mineral, bahan organik, air dan udara (Hardjowigeno, H, S 2003).

Menurut Buckman, dkk (1982) tanah terdiri atas dua profil yaitu : a. Lapisan atas profil (topsoil), umumnya cukup banyak mengandung bahan

organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan akumulasi bahan organik, tebal lapisan atas topsoil adalah 0 – 25 cm.

b. Lapisan bawah profil (subsoil), yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik. Warnanya lebih muda, lebih terang dan lebih padat.

Menurut Sarief (1986) peranan tanah adalah sebagai berikut : 1. Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.

2. Tanah sebagai gudang tempat unsur- unsur hara yang diperlukan tanaman. 3. Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.

4. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

(21)

D. Pengertian lahan tidur

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi pertanian adalah terjadinya konversi lahan subur yang cenderung semakin cepat. Sebagai contoh, lahan sawah yang beralih penggunaannya untuk keperluan non pertanian seperti industri, pemukiman, jalan dan lain- lain diperkirakan 30.000 Ha setiap tahun. Padahal wilayah lahan subur tersebut pada umumnya telah tersedia infrastruktur yang memadai sehingga dapat mempengaruhi produksi pertanian.

Di beberapa lokasi telah terjadi konversi lahan dan pemanfaatan lahan di lokasi lainnya ternyata masih belum optimal. Data statistik menunjukkan bahwa hingga tahun 1991 masih terdapat 0,7 juta Ha lahan sawah dan 7,8 juta Ha lahan kering yang belum diusahakan secara optimal dan terlantar. Bersamaan dengan itu pada lahan yang telah dimanfaatkan ternyata intensitas pertanamannya masih relatif rendah yaitu di sawah 130% dan di lahan kering 52%.

Lahan- lahan yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian produktif dapat dikategorikan sebagai lahan tidur (Karama, dkk. 1994). Sebagai contoh lahan- lahan yang pernah dibuka untuk pertanian atau diambil kayunya untuk keperluan industri lalu tidak digunakan lagi atau terlantar. Kondisi lahan tersebut umumnya terbuka atau telah ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan yang tidak produktif seperti alang-alang, semak belukar dan lain-lain.

(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di areal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Sampel yang di ambil berasal dari lahan tidur yang berlokasi di Rapak Dalam Jln. K.H. harun Nafsi RT. 19 Kecamatan Samarinda Seberang. Lama penelitian ini adalah selama 3 bulan terhitung dari Desember 2007 sampai dengan Februari 2008. yang meliputi persiapan, pengamatan dan penulisan laporan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Cangkul 2. Gembor 3. Kamera 4. Karung 5. Label plastik 6. Parang.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Air

(23)

C. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan tanah

a. Tanah yang diambil berasal dari areal lahan tidur dengan 3 sampel yang berbeda.

b. Tanah digali sesuai perlakuan pada 3 sampel berbeda.

c. Tanah yang di ambil beratnya masing- masing kurang lebih 20 kg d. Tanah galian dipisahkan sesuai dengan kedalaman masing- masing. e. Tanah yang diambil dari masing- masing perlakuan digemburkan

terlebih dahulu.

f. Kemudian dimasukkan ke dalam karung dan di beri label sesuai perlakua n masing- masing.

2. Penyiapan bak pengamatan

a. Penyiapan 9 bak penumbuh gulma yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan. Ukuran bak pengamatan dengan P = 100 cm, l = 50 cm dan T = 20 cm

b. Tiap bak pengamatan dibagi dalam 10 petak contoh dengan menggunakan tali yang masing- masing berukuran 25 cm x 20 cm. 3. Penyemaian benih gulma

Tanah dari masing- masing perlakuan dimasukkan ke dalam bak pengamatan yang sesuai dengan label masing- masing perlakuan.

(24)

4. Pemeliharaan tanaman a. Penyiraman

Tanah disiram secara kontinu 1 – 2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca.

b. Penggemburan tanah

Penggemburan dilakukan setiap 1 minggu sekali untuk menjaga airase dan drainase tanah agar tetap baik.

D. Pengambilan dan Pengolahan Data 1. Pengambilan data

a. Identifikasi jenis gulma

Identifikasi jenis gulma dilakukan pada bak pengamatan untuk tiap-tiap perlakuan. Identifikasi dilakukan dengan cara membandingkan gulma tersebut dengan meterial yang telah diidentifikasi, konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan, mencari sendiri melalui buku atau membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia.

b. Frekuensi

Jumlah petak contoh dalam persen yang memuat jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat dalam bak pengamatan.

Penelitian di susun dalam 3 perlakuan dimana tiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari :

(25)

100% contoh petak gulma jenis memuat yang contoh petak ?

?

?

T1 = Tanah pada kedalaman 0 – 5 cm T2 = Tanah pada kedalalam 5 – 10 cm T3 = Tanah pada kedalaman 10 – 15 cm 2. Pengolahan data

a. Frekuensi Gulma (%)

Untuk menghitung persentase perkecambahan benih gulma dengan menggunakan rumus persentase perkecambahan menurut Tjitrosoedirdjo, dkk (1984), yaitu :

% frekuensi =

b. Untuk menghitung nilai rataan gulma dengan menggunakan rumus rataan menurut N ugroho, dkk (2001) yaitu :

M = n x

?

Dimana : M = Rata-rata

? x = Jumlah wakil dari ukuran n = Banyaknya ukuran

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian didapat frekuensi dan rata-rata jumlah gulma yang tumbuh di setiap kedalaman yang berbeda, ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Frekuensi dan rata-rata jumlah gulma pada kedalaman 5 cm. Petak

No. Jenis gulma

1 2 3 x

1. Ageratum conyzoides 10% - - 3,3

2. Coemtecea lappacea 10% - 20% 10,0

3. Croton hirtus 20% - 10% 10,0

4. Cyperus kyllingia Endl - 20% 20% 13,3

5. Keladi-keladian 10% 30% 30% 23,3

6. Melastoma malabanthricum 30% 30% 30% 30,0

7. Solanum SP 30% 20% - 16,6

Jenis gulma yang dominan pada kedalaman 5 cm adalah gulma Melastoma malabanthricum dengan rata-rata jumlah tumbuh yaitu 30,0 dan rata-rata jumlah gulma yang tumbuh paling sedikit yaitu Ageratum conyzoides dengan rata-rata 3,3.

Tabel 2. Frekuensi dan rata-rata jumlah gulma pada kedalaman 10 cm. Petak

No. Jenis gulma

1 2 3 x

1. Ageratum conyzoides 20% 20% 10% 16,6

2. Coemtecea lappacea - - - -

3. Croton hirtus 20% - 20% 13,3

4. Cyperus kyllingia Endl - 20% - 6,6

5. Keladi-keladian - 20% 30% 16,6

6. Melastoma malabanthricum 30% 30% 20% 23,3

7. Solanum SP 30% 10% 20% 20,0

Jenis gulma yang dominan pada kedalaman 10 cm adalah gulma Melastoma malabanthricum dengan rata-rata jumlah tumbuh yaitu 23,3 dan

(27)

rata-rata jumlah gulma yang tumbuh paling sedikit yaitu Cyperus kyllingia Endl dengan rata-rata jumlah tumbuh 6,6.

Tabel 3. jenis dan frekuensi (%) gulma pada kedalaman 15 cm. Petak No. Jenis gulma

1 2 3 x

1. Ageratum conyzoides - - - -

2. Coemtecea lappacea - 20 10 10,0

3. Croton hirtus - 20 10 10,0

4. Cyperus kyllingia Endl 20 - 10 10,0

5. Keladi-keladian 30 30 20 26,6

6. Melastoma malabanthricum 20 20 30 23,3

7. Solanum SP 20 10 - 10,0

Jenis gulma yang dominan pada kedalaman 15 cm adalah gulma Keladi-keladian dengan rata-rata jumlah tumbuh yaitu 26,6 dan rata-rata jumlah yang tumbuh paling sedikit yaitu Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl dan Solanum SP dengan rata-rata jumlah tumbuh sama yaitu 10,0.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan gulma yang tumbuh dan teridentifikasi pada kedalaman 5 cm adalah Ageratum conyzoides, Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian Melastoma malabanthricum dan Solanum SP. Sedangkan pada kedalaman tanah 10 cm jenis gulma yang teridentifikasi adalah Ageratum conyzoides, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian, Melastoma malabanthricum dan Solanum SP. Dan pada kedalaman tanah 15 cm gulma yang teridentifikasi adalah Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian, Melastoma malabanthricum dan Solanum SP.

(28)

Sebelum lahan tidur dibersihkan dan diambil sampel tanahnya ada beberapa vegetasi gulma yang tumbuh antara lain Solanum SP, Keladi-keladian, Imperata cylindrical L dan Cyperus kyllingia Endl

Adapaun ciri-ciri dari masing- masing gulma tersebut adalah 1. Ageratum conyzoides

Ageratum conyzoides memiliki batang bulat, tegak hingga 90 cm, berbulu, bercabang, semusim. Buku dan bagian yang muda berbulu. Daun berhadapan, bundar telur, segitiga hingga bundar telur atau belah ketupat hingga bundar telur, ujung lancip, pinggirnya bergerigi. Perbungaan bongkol, mengelompok berwarna putih ampai keunguan. Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 2100 mdpl.

2. Coemtecea lappacea

Coemtecea lappacea merupakan rumput berumpun, tegak hingga 125 cm, tahunan. Daun bundar telur bingga bundar panjang, dasarnya bundar tidak simetris, ujungnya lancip, permukaan bagian atas berbulu panjang, tulang utama berjarak lebar, tulang cabang menonjol pada kedua permukaan daun. Perbungaan bulir, bercabang. Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat agak terlindung hingga 1200 mdpl.

3. Croton hirtus

Croton hirtus memiliki batang tegak hingga 90 cm, berambut panjang dan kaku, semusim. Daun berseling, bundar telur hingga belah ketupat, pinggirnya berigi, kedua permukaannya berbulu, daun yang tua sering kemerahan. Perbungaan berbentuk tanda, berwarna putih, daun pelindung

(29)

berbagi tiga, dua bagian yang samping ujungnya membengkak membentuk kalenjer yang berwarna kuning. Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat terbuka hingga 500 mdpl.

4. Cyperus kyllingia Endl

Cyperus kyllingia Endl merupakan teki-tekian, tegak hingga 55 cm, berimpang, tidak berumbi, tahunan. Daun berbentuk garis dan kaku, pada pangkalnya bwerwarna kemerahan. Perbungaan berbentuk bongkol, terdapat di ujung berwarna putih berkembang biak dengan biji dan rimpang. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1300 mdpl. (Mulyadi,F. 2006) 5. Keladi-keladian

Keladi-keladian merupakan tumbuhan terna menahun dengan umbi agak bulat dan berakar di ujungnya. Bentuk helaian daun biasanya seperti hati dengan ujung yang meruncing dan berwarna hijau. Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 1000 mdpl. Perbungaan tongkol, seludang 30 cm panjangnya, bagian dalam berwarna merah tua hingga ungu, bagian bunga steril ditutupi dengan rudimen menjarum berwarna merah tua. (Anonim, 2007)

6. Melastoma malabanthricum

Melastoma malabanthricum merupakan semak berkayu, berbatang tegak hingga 2 m, bercabang, berwarna ungu, tahunan. Daun berhadapan, lanset, pinggir rata, kedua permukaan agak berbulu. Perbungaan mengelompok, berwarna lembayung, berbunga pada bulan tertentu. Buah buni, jika sudah tua daging buah ungu. Nerkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat terbuka hingga 2000 mdpl. (Mulyadi,F. 2006)

(30)

7. Solanum SP

Solanum SP memiliki batang yang berkayu dan berduri serta bercabang, berdaun lebar, buahnya bulat kecil dan akarnya serabut. Dapat tumbuh pada ketinggian 1000 mdpl. Gulma jenis ini memiliki siklus hidup tahunan dan dapat hidup di daratan tinggi maupun rendah. Gulma ini berkembang biak dengan biji (generatif), tumbuhnya berumpun dengan ketinggian mencapai kurang lebih 2,5 m (Anonim, 2007)

Dari semua jenis gulma yang teridentifikasi Melastoma malabanthricum adalah gulma yang paling dominan tumbuh pada kedalaman tanah 5 cm dan 10 cm sedangakan pada kedalaman tanah 15 cm jenis gulma yang paling dominan tumbuh adalah jenis keladi-keladian.

Dari semua perlakuan sampel tanah yang diambil dengan kedalaman 5, 10 dan 15 cm memungkinkan perkembangan gulma dapat tumbuh dengan subur, hal ini dikarenakan pada kedalaman tersebut masih termasuk ke dalam tanah topsoil sehingga unsur hara yang tersedia di dalam tanah masih sangat tinggi. Penyebab gulma Melastoma malabanthricum menjadi lebih dominan tumbuh dikedalaman 5 cm dan 10 cm diduga karena kemampuan gulma ini bersaing dalam merebut unsur hara lebih tinggi dibandingkan dengan gulma-gulma lainnya, selain itu Melastoma malabanthricum memiliki batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan gulma-gulma yang lainnya .

Jenis gulma yang paling dominan yang tumbuh di kedalaman 5 cm adalah Melastoma malabanthricum yaitu 30,0 dan jenis gulma yang paling sedikit tumbuh ialah Ageratum conyzoides yaitu 3,3 sedangkan untuk jenis

(31)

gulma yang dominan tumbuh pada kedalaman 10 cm yaitu Melastoma malabanthricum yaitu 23,3 dan jenis gulma yang paling sedikit tumbuh adalah Croton hirtus yaitu 10,0 dan di kedalaman 15 cm jenis gulma yang dominan tumbuh adalah gulma jenis Keladi-keladian yaitu 26,6 dan jenis gulma yang paling sedikit tumbuh yaitu jenis Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl dan Solanum SP yaitu 10,0.

Dari semua jenis gulma yang diamati dari semua kedalaman tanah yang diambil jenis gulma yang paling dominan tumbuh adalah Melastoma malabanthricum. Menurut Anonim (2007) Melastoma malabanthricum dapat hidup liar di tepi jalan, di tanah terbiar (lahan tidur). Tumbuhan ini tahan terhadap panas sehingga dapat hidup di tanah yang kering dan tidak subur. Melastoma malabanthricum termasuk golongan termasuk tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-cabang sekunder. Gulma ini menjadi masalah diperkebunan, kehutanan dan saluran pengairan. Perkembangbiakannya secara generatif (biji).

Gulma keladi-keladian dominan tumbuh dikedalaman 15 cm dikarenakan tanah yang diambil untuk sampel adalah tanah yang berada dekat dengan lingkungan populasi gulma keladi-keladian yang tekstur tanahnya lembab dan sedikit terlindung dari sinar matahari. Keadaan lingkungan seperti ini memungkinkan gulma yang tumbuh akan sama dengan lingkungan sekitarnya.

Faktor-faktor klimatik yang menentukan pertumbuhan, reproduksi dan distribusi gulma terdiri dari cahaya, temperatur, air, angin dan aspek-aspek

(32)

musiman dari faktor-faktor tersebut. Gulma yang umum terdapat pada tanah dataran tinggi dan tidak terdapat pada daerah dataran rendah. Melastoma malabanthricum merupakan gulma yang dapat tumbuh pada kondisi kekurangan air dan lahan kurang subur. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru di olah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim; sedang pada perkebunan yang telah lama di tanami, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi

relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah (Sukman, Y. 1991).

(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pene litian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis gulma yang dapat teridentifikasi pada kedalaman tanah 5 cm adalah Ageratum conyzoides, Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian, Melastoma malabanthricum dan Solanum SP. Pada kedalaman tanah 10 cm gulma yang teridentifikasi adalah

Ageratum conyzoides Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian, Melastoma malabanthricum dan Solanum SP. Sedangkan

gulma yang teridentifikasi pada kedalaman tanah 15 cm adalah Coemtecea lappacea, Croton hirtus, Cyperus kyllingia Endl, Keladi-keladian Melastoma malabanthricum dan Solanum SP

2. Gulma Melastoma malabanthricum merupakan gulma yang paling dominan tumbuh di lahan tidur dengan kedalaman tanah 5 cm dan 10 cm sedangkan gulma keladi-keladian merupakan gulma yang paling dominan tumbuh pada lahan tidur dengan kedalaman tanah 15 cm.

B. Saran

1. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan bagi para petani didalam mengolah tanah untuk berkebun maupun berladang melihat jenis-jenis gulma yang ada dilahan tersebut agar tidak menjadikan persaingan unsur hara bagi tanaman yang dibudidayakan.

(34)

2. Perlu adanya penelitian lebih lanj ut untuk mengetahui jenis gulma yang berada di keadaan tanah yang lebih dalam dari 5 cm, 10 cm dan 15 cm. 3. Penulis merasa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang besifat membangun demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Herba Terbaik Abad Ini. Jakarta.

Buckman, dkk. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Hardjowigeno, H, S. 2003. Ilmu Tana h. Akamedika Pressindo. Jakarta

Karama, dkk. 1994. Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Berwawasan Lingkungan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III Buku I. Puslitbang Departemen Tanaman.

Moenandir. 1998. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers. Jakarta

Mulyadi, F. 2006. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting Pada Tanaman Perkebunan. Poltanesa. Samarinda

Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sukman, Y. 1991. Gulma dan Teknik Pengendalian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(36)
(37)

Lampiran 1. Tata letak petak sampel dengan kedalaman 5 cm

Petak 1 Petak 2 Petak 3

S Kk Mm S Ac Kk

S S S S Mm Mm

Mm Mm Mm Ch Mm S

Ac Ch Ch Mm Ck S

(38)

Lampiran 2. Tata letak petak sampel dengan kedalaman 10 cm

Petak 1 Petak 2 Petak 3

Mm S Ck Ac Ch Mm

S S Kk Kk Kk Ch

Mm Ch Mm Mm Mm S

Ch Mm S Ck Kk Ac

(39)

Lampiran 3. Tata letak petak sampel dengan kedalaman 15 cm

Petak 1 Petak 2 Petak 3

Ac Kk Ch Kk Kk Cl Mm Kk Mm Kk Ac Mm S Ch S Ac Ch Ck S Ac Cl Kk Ck Ck Kk Mm Kk Mm Mm Keterangan : Ac = Ageratum conyzoides Cl = Coemtecea lappacea Ch = Croton hirtus

Ck = Cyperus kyllingia Endl Kk = Keladi-keladian

Mm = Melastoma malabanthricum S = Solanum SP

(40)

Lampiran 4. Data perhitungan jumlah gulma kedalaman 5 cm Petak 1 Petak 2 S = 100% 30% 10 3 ? ? S = 100% 20% 10 2 ? ? Kk = 100% 10% 10 1 ? ? Kk = 100% 30% 10 3 ? ? Mm = 100% 20% 10 2 ? ? Mm = 100% 30% 10 3 ? ? Ac = 100% 10% 10 1 ? ? Ac = 100% 0% 10 0 ? ? Ch = 100% 20% 10 2 ? ? Ch = 100% 0% 10 0 ? ? Ck = 100% 0% 10 0 ? ? Ck = 100% 20% 10 2 ? ? Cl = 100% 10% 10 1 ? ? Cl = 100% 0% 10 0 ? ? Petak 3 S = 100% 0% 10 0 ? ? Kk = 100% 20% 10 2 ? ? Mm = 100% 30% 10 3 ? ? Ac = 100% 0% 10 0 ? ? Ch = 100% 10% 10 1 ? ? Ck = 100% 20% 10 2 ? ? Cl = 100% 20% 10 2 ? ?

(41)

Lampiran 5. Data perhitungan jumlah gulma kedalaman 10 cm Petak 1 Petak 2 S = 100% 30% 10 3 ? ? S = 100% 10% 10 1 ? ? Kk = 100% 0% 10 0 ? ? Kk = 100% 20% 10 2 ? ? Mm = 100% 30% 10 3 ? ? Mm = 100% 30% 10 3 ? ? Ac = 100% 20% 10 2 ? ? Ac = 100% 20% 10 2 ? ? Ch = 100% 20% 10 2 ? ? Ch = 100% 0% 10 0 ? ? Ck = 100% 0% 10 0 ? ? Ck = 100% 20% 10 2 ? ? Cl = 100% 0% 10 0 ? ? Cl = 100% 0% 10 0 ? ? Petak 3 S = 100% 20% 10 2 ? ? Kk = 100% 30% 10 3 ? ? Mm = 100% 20% 10 2 ? ? Ac = 100% 10% 10 1 ? ? Ch = 100% 20% 10 2 ? ? Ck = 100% 0% 10 0 ? ? Cl = 100% 0% 10 0 ? ?

(42)

Lampiran 6. Data perhitungan jumlah gulma kedalaman 15 cm Petak 1 Petak 2 S = 100% 20% 10 2 ? ? S = 100% 10% 10 1 ? ? Kk = 100% 30% 10 3 ? ? Kk = 100% 30% 10 3 ? ? Mm = 100% 20% 10 2 ? ? Mm = 100% 20% 10 2 ? ? Ac = 100% 10% 10 1 ? ? Ac = 100% 0% 10 0 ? ? Ch = 100% 0% 10 0 ? ? Ch = 100% 20% 10 2 ? ? Ck = 100% 20% 10 2 ? ? Ck = 100% 0% 10 0 ? ? Cl = 100% 0% 10 0 ? ? Cl = 100% 20% 10 2 ? ? Petak 3 S = 100% 0% 10 0 ? ? Kk = 100% 20% 10 2 ? ? Mm = 100% 30% 10 3 ? ? Ac = 100% 20% 10 2 ? ? Ch = 100% 10% 10 1 ? ? Ck = 100% 10% 10 1 ? ? Cl = 100% 10% 10 1 ? ?

(43)

Lampiran 7. Gambar gulma yang dominan

Melastoma malabanthricum

(44)

Lampiran 8. Jenis gulma yang teridentifikasi

Ageratum conyzoides Cyperus kyllingia Endl

Coemtecea lappacea Melastoma malabanthricum

Croton hirtus Solanum SP

(45)

Lampiran 9. Pengambilan sampel tanah

Pengambilan tanah untuk sampel

Gambar

Tabel 2. Frekuensi dan rata-rata jumlah gulma pada kedalaman 10 cm.
Tabel 3. jenis dan frekuensi (%) gulma pada kedalaman 15 cm.

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan mengenai dasar sistem pengolahan lahan pertanian dalam Alquran belum pernah ada. Sejauh yang diketahui, selintas jurusan Ilmu Al-Qu‟an dan Tafsir hanya ada

Hasil penelitian ini adalah: pertama, kekuasaan dalam konsep dasar etika politik berorientasi kepada kebaikan dan kesejahteraan sosial; kedua, konsep kekuasaan yang dikemukakan

Peserta didik yang mampu mengerjakan soal-soal uraian terstruktur memiliki ketuntasan belajar R batas KKM, yaitu 60% (2) kesulitan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal uraian

Hasil analisa nilai OR 24.571 dapat disimpulkan bahwa remaja yang pengetahuannya baik mempunyai peluang 24,571 kali berisiko dibandingkan dengan remaja yang pengetahuan

Seleksi Pernyataan Tidak Diterima Fotocopy Ijazah, SKHUN, NISN Informasi Daftar Ulang Pernyataan siswa diterima Informasi Daftar Ulang Formulir Pendaftaran Terisi Fotocopy

Dari penelitian mengenai penempatan implan gigi pada hasil pemeriksaan radiografi periapikal yang telah direncanakan sebelum dan setelah pemasangan gigi dengan pemeriksaan

Para penganut po!iteisme ini memiliki kecencle-rungan memilih dewa-clewa yang mereka percayai untuk diangkat, dilebihkan, clan diutamakan, yang dianggap sebagai Yang Maha