• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP HIV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAP HIV"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

1

1.. TTooppiikk :: HHIIVV//AAIIDDS S ddaallaam m KKeehhaammiillaann 2

2.. SSaassaarraann :: PPaassiieen n ddi i UURRJ J hhaammiil l 1 1 RRSSUUD D ddrr. . SSuuttoommo o SSuurraabbaayyaa 3

3.. TTeemmppaatt :: URURJ J HHaammiil l 1 1 RRSSUUD D ddrr. . SSuuttoommoo, , SSuurraabbaayyaa 4

4.. HHaarrii//ttaannggggaall :: SSeellaassaa/ / 119 9 JJuulli i 22001111 5

5.. PPuukkuull :: 0088..0000--0088..3300

1. Tujuan 1. Tujuan 1.1

1.1 Tujuan Tujuan umumumum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang

Setelah mengikuti penyuluhan tentang HIV/AIDS dalam Kehamilan selama kurangHIV/AIDS dalam Kehamilan selama kurang lebih 30 menit

lebih 30 menit diharapkan ibu dapat mengerti dan waspada terhadap diharapkan ibu dapat mengerti dan waspada terhadap HIV/AIDS danHIV/AIDS dan dapat mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan

dapat mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-harisehari-hari.. 1.2

1.2 Tujuan Tujuan KhususKhusus

Setelah mendapat penyuluhan, keluarga pasien

Setelah mendapat penyuluhan, keluarga pasien mampu:mampu: -- KelKeluaruarga ga dapdapat at menmenjeljelasaskan kan penpengergertiatian n HIVHIV

-- KelKeluaruarga ga dapdapat at menmenjeljelasaskan kan penpenyebyebab ab HIHIVV

-- KelKeluaruarga dga dapapat mat menjenjelaelaskaskan tan tanda nda dan dan gejgejala ala HIVHIV

-- KeluKeluarga arga dapadapat met menjelnjelaskaaskan can cara pra penulenularan aran HIV HIV dari dari ibu ibu ke ake anaknak -- KelKeluaruarga dga dapapat mat menjenjelaelaskaskan pen penatnatalaalaksaksanaanaan HIn HIVV

-- KelKeluaruarga ga dapdapat at menmenjeljelasaskan kan penpencegcegahaahan Hn HIVIV 2. Materi

2. Materi 1.

1. PePengngerertitian Han HIVIV 2.

2. PePenynyebebab ab HIHIVV 3.

3. TaTandnda daa dan Gen Gejajala Hla HIVIV 4.

4. Cara Cara penupenularalaran HIV n HIV dari dari ibu ibu ke anke anakak 5.

5. PePenanatatalalaksksananaaaan n HIHIVV 6.

(2)

3. Metode

1. ceramah dan tanya jawab 4. Media

Leaflet dan karton 5. Jadwal Penyuluhan

NO. TOPIK WAKTU KEGIATAN

PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA 1. Pembukaan oleh pembawa acara 08.00-08.05 Pembukaan, perkenalan diri, menyampaika n tujuan dan materi yang akan disampaikan Mendengarkan 2. Penyampaian materi oleh moderator dan penyaji 08.06-08.20 Memperhatika n 3. Sesi tanya  jawab oleh moderator dan penyaji 08.21-08.30 Membuka sesi tanya jawab dan menjawab pertanyaan dari peserta Mengajukan pertanyaan 4. Penutupan acara oleh pembawa acara 08.30-08.35 Menutup acara penyuluhan Mendengarkan 6. Pengorganisasian

1. Pembimbing Institusi : - Sunarsih, Dip. MW., S. Pd., M. Kes. - Dwi Purwanti, S. Kp., S. ST., M. Kes.

2. Pembimbing Klinik : Tutik Indarti, Amd. Keb. 3. Pembawa Acara : Meilinda Ulifatus Soleha

 Tugas :

- membuka acara penyuluhan

(3)

- menutup penyuluhan

4. Moderator : Milda Milanda

 Tugas :

- mengatur jalannya penyuluhan - menyampaikan judul materi - membacakan CV dari pemateri

5. Penyaji : Luthfi Rizki Fitriana  Tugas :

- memberikan dan menjelaskan materi yang disampaikan - menjawab pertanyaan dari peserta

6. Notulen : Mita Oktavia Sari  Tugas :

- mencatat semua peserta yang hadir - mencatat pertanyaan peserta

- menyimpulkan penjelasan dan jawaban dari hasil penyuluhan

7. KEGIATAN EVALUASI 1. Struktural

- peserta hadir di tempat penyuluhan

- penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di URJ Hamil 1 RSUD dr. Sutomo SBY - pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

- tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai

2. Proses

- masing-masing mahasiswa bekerja sesuai tugas

- peserta antusias terhadap materi penyuluhan serta peserta yang terlihat aktif  dalam penyuluhan 75% dari seluruh jumlah peserta yang hadir

(4)

3. Hasil

Peserta mengikuti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu sesuai dengan tujuan khusus, peserta memahami dan dapat menjelaskan kembali tentang:

1. Pengertian HIV 2. Penyebab HIV

3. Tanda dan Gejala HIV

4. Cara penularan HIV dari ibu ke anak 5. Penatalaksanaan HIV

6. Pencegahan HIV 4. Antisipasi masalah

- Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan)

fasilitator dapat menstimulasi dengan cara berulang dengan pemberi materi dalam membahas materi yang diberikan

- Pertanyaan yang sekiranya tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya dilakukan konfirmasi pada anggota organisasi lainnya

(5)

MATERI PENYULUHAN

HIV/AIDS DALAM KEHAMILAN 1. Pengertian

HIV atau Human Immunedeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak kekebalan tubuh manusia.

HIV adalah adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh untuk melawan penyakit yang

datang.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam

bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.

Acquired: didapat, bukan penyakit keturunan Immune : sistem kekebalan tubuh

Deficiency: kekurangan

Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV) (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).

Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang

pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai

kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat

intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari

(6)

individu yang terinfeksi virus tersebut. . Etiologi

Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ; 1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO,

2003)

2. Hubungan seksual yang bergantiganti pasangan

3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.

4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin

dengan orang yang terinfeksi HIV.

5. Orang yang melakukan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HfV, berarti setiap

orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang

terkontaminasi.

MANIFESTASI KLINIS

 Yang tampak dibagi menjadi dua, yaitu: 1. manifestasi klinis mayor:

a. demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan

b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus c. Penurunan berat badan lebih dari l0% dalam 3 tiga bulan

d. TBC

2. Manifestasi Klinis Minor

a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan

(7)

c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh

d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh 4. Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak

Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS

sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi

pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau

pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya

hidup. Berdasarkan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01%

sampai 0,7%. Apabila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan

bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan jika gejala AIDS sudah tampak jelas

maka kemungkinannya akan meningkat mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan ini

dapat terjadi dalam 3 periode: 1. Periode kehamilan

Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen,

makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh

HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:

a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta

(8)

b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu

c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun

d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi

untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak. 2. Periode persalinan

Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal alau kontak antara

kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.

Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.

Factor yang mempengaruhi tingginya resiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah : lama robeknya membran

a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya) b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu

misalnya, episiotomi.

c. Anak pertama dalam kelahiran kembar 3. Periode Post Partum

Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data

penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar rc-15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:

(9)

berisiko dibanding dengan pemberian campuran

b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi

payudara lainnya

c. Lamanya pemberian AS| makin lama makin besar kemungkinan infeksi d. Status gizi ibu yang buruk

Strategi pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya dikenal dengan nama

Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTC) antara lain : 1. Pelayanan kesehatan ibu yang komprehensif 

2. Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela 3. Pemberian obat antiretroviral

4. Konseling tentang HIV dan makanan bayi serta pemberian susu formula sebagai pengganti ASI

5. Persalinan aman dengan section cesaria, sebelum ketuban pecah dan sebelum kontraksi

5. Penatalaksanaan

 The American College of Obstetricians and Gynaecologists (AGOG) dan USPHS menganjurkan konseling, edukasi dan Uji saring HIV sebagai bagian perawatan antepartum

yang dilakukan secara rutin dan sukarela oleh ibu hamil dengan risiko tinggi infeksi HIV

dan ibu hamil dengan HIVIAIDS (IHDHA). Dalam konseling dan edukasi, perlu dukungan

psikososial ibu supaya tidak takut dan percaya diri mengenai status HIV dan kehamilannya,

tentang perjalanan alami HIV, cara penularan dan pencegahan perinatal serta keuntungan

(10)

Antiretrovirus (ARV)

Pemberian kombinasi ARV merupakan penatalaksanaan baku IHDHA tanpa memandang status kehamilan, sama seperti pemberian ARV pada ODHA karena telah dipertimbangkan farmakokinetiknya dan tidak terbukti membberikan efek teratogenik pada janin dan bayi jika diberikan setelah umur kehamilan 14 minggu. Pada pencegahan penularan HIV perinatal (PHP), baik ACOG maupun WHO

menganjurkan kombinasi ARV untuk menekan replikasi virus secara cepat sampai batas yang tidak dapat dideteksi; sehingga diharapkan PHP, tidak terjadi,

mengurangi kejadian resistensi dan

memberi kesempatan perbaikan imunitas ibu.

Pemberian kombinasi ARV mulai diberikan pada IHDHA yang memiliki CD4 < 500/mm atau kepadatan virus > 10.000/ml dengan atau tanpa gejala klinis; sedangkan

pemberian ZDV tunggal dapat dilakukan jika CD4> 500/mm dan kepadatan virus 4 000

-l0.000/ml dengan dosis 100 mg 5 kali sehari yang dimulai setelah trimester I sampai masa

persalinan. Pada saat mulai persalinan (kala I), ZDV diberikan secara intravena 2 mg/kg BB

dalam I jam, dan diteruskan I ml/kg BB/jam sampai pengikatan tali pusat bayi; kemudian

diikuti dengan pemberian ZDV oral pada bayi setelah berumur 12 jam dengan dosis 2

ml/kg BB/6 jam selama 6 minggu. Semua ARV diberikan setelah trimester I (14 minggu

umur kehamilan) untuk menghindari beberapa efek teratogenik. Namun, jika ibu sedang

menjalani pengobatan ARV dan kemudian hamil, pengobatan tersebut dilanjutkan sebab

penghentian, ARV akan mengakibatkan rebound pheno-menon jumlah virus. Pada beberapa

penelitian berskala besar, ZDV terbukti menurunkan PHP dari 22,6% menjadi 7,6% jlka

(11)

diberikan selama antepartum, intrapartum dan postpartum. Tidak didapatkan perbedaan

yang bermakna pada efek samping dan toksisitas ZDV dibandingkan plasebo, kecuali

anemia pada bayi yang hilang setelah ZDV dihentikan; sedangkan kelainan kongenital tidak

lebih tinggi dari populasi umum. Oleh sebab itu, ADV sebaiknya ada pada setiap regimen

kombinasi karena terbukti menurunkan PHP. Sekarang sedang dilakukan penelitian

penggunaan ZDV oral jangka pendek untuk mencegah PHP. Jika berhasil dan dapat

dijadikan protokol, diharapkan akan menurunkan kejadian PHP lebih banyak lagi; mengingat biaya lebih murah, kepatuhan lebih tinggi dan jangkauan lebih luas dibandingkan dengan penggunaan ZDV jangka panj ang.

Penelitian di Afrika oleh Wiktor dkk dan Dabis dkk serta di Thailand oleh Shafter dkk, pemberian ZDV jangka pendek memperlihatkan penurunan PHP 38-50% walaupun air

susu ibu masih tetap diberikan. Di sini, ZDV oral baru diberikan pada umur kehamilan 36

minggu dengan dosis 300 mg 2 kali sehari sampai masa persalinan (kala I), kemudian 300

mg 3 jam sekali dari kala I sampai kala IV dan diteruskan dengan 300 mg 2 kali sehari

selama 7 hari postpartum; sedangkan bayi diberikan ZDV oral setelah berumur 12  jam

dengan dosis 2 ml/kg BB/6 jam selama 6 minggu 6. Pencegahan

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa

(12)

dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut

yaitu:

1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan, dan untuk bayi yang baru dilahirkan

Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga  jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk

menularkan

HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara

yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada

bayi 2-3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine

dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil.

Hal ini mengurangi keberhasilan ARV yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini

 juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.

2. Penanganan obstetrik selama persalinan

Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko

(13)

dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai

resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan

luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan

sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faklor lain. 3. Penatalaksanaan selama menyusui

Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa

+ 14% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.

Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku

berisiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun

pasangannya. Adapun caranya adalah : A: Anda jauhi hubungan seks

B : Bersikap saling setia dengan pasangan

C: Cegah dengan memakai kondom setiap melakukan hubungan D: Dihindari pemakaian jarum suntik bebas

E: Edukasi atau pelatihan (HIV/AIDS, NAPZA life skill, dll)

7. Daftar Pustaka

Bobak, et.all. 2005 Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Nursalam dan NInuk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.  Jakarta: Salemba Medika

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan Ed. 3 Cetakan 7. Iakarta: Yayasan Bina

(14)

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

 Yasmine, Swabina F. 2007. Anak dan HIV/AID,S. Di akses dari

http://www.nabble.com/-sastra-pembebasan-OPlNl%3A-Anak-dan-Hlv-AlDs-p10435179.html. Pada tanggal 2

April 2011 pukul 17.00 WIB

Anonimous. 2008. Pencegahan Penularan HIV/AIDS Pada lbu HamiL Diakses dari http://www.odhaindonesia.org/index.php?option:com_content&task:view&id:4 pada tanggal 2 April 2011 pukul 20.00 WIB

Anonimous. 2008. Penularan HIV/AIDS kepada Bayi Bisa Dicegah. Di akses dari http://www.aids-rspiss.com pada tanggal 2 April 2011 pukul 15.00 WIB

Anonimous. 2010. PMTCT Mencegah Penularan HIY dari Ibu ke Bayi. Di akses dari http:/lpmtct.bikinsitus.com pada tanggal 2 April 2011 pukul 20.00 WIB

(15)

PENYULUHAN PRAKTIK PROFESI  JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO DI URJ HAMIL I RSUD dr. SOETOMO SURABAYA

Ruang : URJ HAMIL I Nama Observer :

No. Hal yang diobservasi

Baik Cukup Kurang Keterangan

1. Persiapan - Ruang PKRS -LCD,Laptop,lea flet, absensi, quesioner - Undangan - Tepat waktu 2. Moderator -Salam -Menjelaskan tujuan -Kontrak waktu -Mengendalikan  jalannya PKRS 3. Penyaji - Sistematis - Cara penyampaian - Atraktif  - Tanggap situasi 4. Fasilitator - Penjelasan mudah dipahami 5. Peserta - Antusiasme

(16)

- Pemahaman materi

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan hematokrit disebabkan oleh tingginya infeksi virus sehingga jumlah viral load dalam darah meningkat yang menyebabkan meningkatnya nilai hematokrit

Penularan virus hepatitis B (VHB) biasanya melalui darah atau cairan tubuh seperti air liur, cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran darah orang sehat.. Ini

Transmisi virus Ebola masuk ke dalam tubuh manusia ialah dengan kontak langsung dari darah, sekret tubuh, organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang

Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi.. Dengan memasuki sel T4 , virus

Viral load monitoring Viral load monitoring is the measurement of either; HIV-1 RNA in a patient’s plasma; the number of virus particles in a patient’s blood particles/mL62 or even

Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi Virus Hepatitis B, seperti darah, cairan Miss V, dan air mani.. Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh,

Infeksi HIV dalam kehamilan dengan terapi antiretroviral optimal selama kehamilan akan meningkatkan proporsi wanita dengan viral load yang rendah 100.000 copies/ml maka terdapat risiko

Virus HIV terdapat dalam cairan tubuh manusia seperti pada darah, cairan sperma, cairan yang dihasilkan oleh vagina, dan cairan tubuh lainnya dari penderita.. Jika tidak ditangani