• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS TOKOH AGAMA LULUSAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM PERSPEKTIF QS. AL BAQARAH [2]:129: STUDY KASUS DI KELURAHAN MEDOKAN AYU RUNGKUT SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUALITAS TOKOH AGAMA LULUSAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM PERSPEKTIF QS. AL BAQARAH [2]:129: STUDY KASUS DI KELURAHAN MEDOKAN AYU RUNGKUT SURABAYA."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS TOKOH AGAMA LULUSAN PERGURUAN TINGGI

AGAMA ISLAM PERSPEKTIF QS., AL-BAQARAH [2]:129

(Study kasus di Kelurahan Medokan Ayu-Rungkut Surabaya)

SKRIPSI

Oleh:

SITI CHOTIJAH NIM. D01212059

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Siti Chotijah, NIM. D01212059, 2016. Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam Perspektif Qs., Al-Baqarah [2]:129 (Study

Kasus di Kelurahan Medokan Ayu – Rungkut Surabaya). Skripsi Jurusan

pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Islam menghendaki para Ulama untuk selalu berada di barisan terdepan sebagai imam yang memberikan contoh dan pedoman kepada lingkungan manusia dengan segenap ilmunya, mengingat beratnya tanggung jawab para ulama itu, maka ukuran terpenting adalah bukanlah menyangkut dengan ilmunya saja, tetapi terutama rohaniyahnya yang dapat tercerminkan dari kepribadiannya, wataknya, akhlaknya dan istiqomahnya pada segenap kelakuannya, apalagi tentang amalan-amalan, ukuran ini di titik beratkan kepada seorang ulama untuk memenuhi kriteria sebagai predikat ulama tersebut.

Permasalahan yang di kaji dalam skripsi ini adalah bagaimana Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam di Kelurahan Medokan Ayu Rungkut Surabaya dan bagaimana Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam perspektif Qs., Al-Baqarah [2]:129 di Kelurahan Medokan Ayu Rungkut Surabaya. Tujuannya mengetahui Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam persepktif Qs., Al-Baarah [2]:129 di Kelurahan Medokan Ayu Rungkut Surabaya.

Dalam penelitian skripsi ini menggunakan metode Kualitatif dengan jenis penelitian Deskriptif yang dimaksudkan untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat penelitian berlangsung, yaitu tentang Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam perspektif Qs., Al-Baqarah [2]:129 di Kelurahan Medokan Ayu Rungkut Surabaya. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data diperoleh dari Ketuan RT, Wakil RT, Tokoh Agama dan warga masyarakat Mdokan Ayu yang terkait.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam bila di tinjau menurut Qs., Al-Baqarah [2]:129

hampir sempurna sesuai dengan do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim yang memohon utusan dengan kriteria yang telah disebutkan pada Qs., Al-Baqarah [2]:129. Dengan demikian terwujudlah sosok Tokoh Agama atau Ulama sebagai pewaris para Nabi untuk meneruskan perjuangan Nabi sebagai da’i penyiar Agama Islam, Pemimpin Rohani, Pengemban Amanah Allah, Pembina Umat, dan Penegak Kebenaran.

Kata Kunci: Tokoh Agama dan Kajian Qs., Al-Baqarah [2]:129

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...iii

MOTTO ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Batasan Masalah ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 13

G. Definisi Operasional ... 15

(7)

BAB II LANDASAN TEORI ... 18

A. Tinjauan Tentang Kualitas Tokoh Agama ... 18

1. Kualitas ... 18

2. Pengertian Tokoh Agama ... 19

3. Peranan Ulama ... 21

4. Pendidikan Agama Islam ... 33

B. Seputar Qs., al-Baqarah [2]:129 ... 48

1. Definisi Al-Qur’an ... 48

2. Qs., al-Bqarah [2]:129 ... 48

3. Arti Mufrodat ... 51

4. Asbabun Nuzul ... 51

5. Kajian Tafsir Qs., al-Baqarah [2]:129 ... 53

C. Kualitas Tokoh Agama Perspektif Qs., al-Baqarah [2]:129 ... 67

BAB III ANALISIS OBYEK PENELITIAN ... 72

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 72

1. Letak Geografis Kelurahan Medokan Ayu ... 72

2. Monografi Kelurahan Medokan Ayu ... 72

B. Kualitas Tokoh Agama Lulusan PTAI di Kelurahan Medokan Ayu 76 BAB IV ANALISIS KUALITAS TOKOH AGAMA LULUSAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM PERSPEKTIF QS., AL-BAQARAH [2]:129 DI KELURAHAN MEDOKAN AYU ... 99

A. Analisis Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam Perspektif Qs., Al-Baqarah [2]:129 di Kelurahan Medokan Ayu ... 99

1. Kemampuan (Maharoh) ... 99

(8)

BAB V PENUTUP ... 144

A. Kesimpulan ... 144

B. Saran- Saran ... 145

C. DAFTAR PUSTAKA ... 147

(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 ... 73

TABEL 2 ... 73

TABEL 3 ... 74

TABEL 4 ... 75

TABEL 5 ... 75

TABEL 6 ... 80

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat adalah sekumpulan individu yang terdiri dari kelompok-kelompok yang

mengadakan hubungan (interaksi) satu sama lain dan saling mempengaruhi untuk memenuhi

kebutuhannya yang terikat oleh nilai dan norma yang telah disepakati bersama untuk

menciptakan keseimbangan, keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat.

Hubungan interaksi dan interrelasi ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu

sendiri sebagai makhluk social dan tidak lain tujuannya adalah terciptanya keteraturan social

pada masyarakat tersebut. Menurut Ritzer dalam perskpektif teori fungsionalisme struktural

masyarakat merupakam suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang

saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.1 Keteraturan sosial merupakan suatu

kondisi masyarakat dinamis, dimana sendi-sendi kehidupan bermasyarakat berjalan secara tertib

dan teratur. Sehingga tujuan kehidupan kemasayarakat dapat dicapai secara berdaya guna dan

berhasil guna. Untuk menciptakan keteraturan sosial tersebut, maka diperlukan adanya sistem

pengedalian sosial yang disepakati dan ditaati oleh seluruh anggota masyarakat agar perilaku

penyimpangan-penyimpangan dalam masyarakat bisa diminimalisir.

System pengendalian sosial ini bersumber dari nilai-nilai dimasyarakat tersebut yang

menjadi acuan atau pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku di masyarakat yang akan

membentuk norma-norma dalam masyarakat yaitu norma kesopanan, kesusilaan, hukum, dan

agama. Lebih jauh disebutkan pengendalian sosial ini bertujuan untuk mengembalikan

keserasian-keserasian yang pernah mengalami gangguan dan untuk memberikan sangsi pada

1

(11)

2

warga masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Untuk

menjaga stabilitas sosial tersebut terhadap perubahan sosial, Manhiem mengatakan bahwa, ada

beberapa faktor yang menentukan yaitu: pengendalian sosial dan wewenang, adat istiadat,

hukum, prestise dan kepemimpinan. Dari beberapa faktor diatas, prestise dan kepemimpinan

dalam masyarakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya dimasyarakat.

Prestasi merupakan kualitas pribadi seseorang dalam masyarakat (kharisma) dalam

menciptakan keteraturan sosial. Biasanya, hal ini terjadi pada masyarakat yang relatife tidak

bergolak dimana kemungkinan terjadinya konflik sangat sedikit. Dalam kaitannya dengan

prestise/kharisma, Tokoh Agama/spiritual memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan

masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena Tokoh Agama memiliki otoritas baik dalam

mengeluarkan fatwa dengan hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah agama maupun

arahan-arahan bagaimana bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama yang

nantinya akan menciptakan keserasian dan stabilitas (keteraturan sosial) dimasyarakat.

Sehubungan dengan peranan Tokoh Agama tersebut, Geertz menjelaskan bahwa

keyakinan keagamaan menetapkan tatanan tertib dan memberika makna bagi dunia dengan

referensi pada wilayah transidental (berdasarkan kerohanian).2

Gejala yang serupa juga terjadi dimasyarakat Kelurahan Medokan Ayu Rungkut.

Keseluruhan penduduk Medokan Ayu mayoritas bergama islam, biasanya tokoh masyarakat dan

tokoh agama yang paling dihormati adalah Ulama dan Guru Agama sebagai sosok yang memiliki

kharisma (prestise) dalam masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut, situasi dan kondisi ini juga terjadi di Medokan Ayu,

dimana tokoh masyarakat dan tokoh agama yang berlatar belakang pendidikan agama islam

2

(12)

3

seperti ustadz dan ustdzah mempunyai peran dan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku

dan kepribadian masyarakat. Sebab, hampir semua kegiatan kemasyarakatan sebelumnya terlebih

dahulu meminta pendapat atau fatwa dari para tokoh agama. Selain memberikan pendapat dan

fatwa dalam hal penyebaran agama islam ustadz dan ustadzah juga memiliki peran yang sangat

besar. Peran tersebut antara lain dapat dilihat usaha ustadz dan ustadzah melakukan dakwah

ukhuwah islamiyah dengan membentuk jadwal-jadwal kelompok pengajian. Disamping itu,

ustadz dan ustadzah ini selain mengajar dirumahnya juga menerima undangan dari masyarakat

untuk pengajian atau acara-acara tertentu. Karena peranan ustadz dan ustadzah di masyarakat

adalah sebagai Tokoh Agama sekaligus sebagai tokoh adat masyarakat Medokan Ayu. Ini

disebabkan sebagian besar ritual, adat istiadat bercorak agama islam. Inilah tugas yang diemban

oleh seorang ustadz dan ustadzah sebagai Tokoh Agama dan tokoh masyarakat.3 Akan tetapi

berbicara tentang kualitas Tokoh Agama pada zaman sekarang sangatlah minim kualitasnya.

Kebanyakan diantara mereka hanya mengutamakan title sebagai Tokoh Agama atau tokoh

masyarakat tanpa mementingkan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tuntunan Tokoh

Agama yang berlatar belakang pendidikan agama islam.

Problem solving terhadap kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan terutama dalam

menjawab tantangan yang ada di Kelurahan Medokan Ayu. Salah satunya adalah Al-Quran, yang

merupakan kitab suci pedoman hidup bagi manusia, Allah SWT berfirman:

ِف َبْيَر ا ُباَتِكْلا َكِلَذ

( َنِقَتُمْلِل ىًدُ ِهي

٢

)

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”

Al-Quran mutlak menjadi sumber utama sebagai rujukan dalam mengarungi kehidupan

ini, termasuk salah satunya adalah sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.

3

(13)

4

Maka dalam skripsi ini penulis mencoba menganalisis salah satu ayat dari surat

al--Baqarah yakni ayat 129, yang berbunyi:

َباَتِكْلا ُمُهُمّلَعُ يَو َكِتاَيآ ْمِهْيَلَع وُلْ تَ ي ْمُهْ نِم اوُسَر ْمِهيِف ْثَعْ باَو اَنَ بَر

َكَنِإ ْمِهيّكَزُ يَو َةَمْكِْْاَو

( ُميِكَْْا ُزيِزَعْلا َتْنَأ

٩٢١

)

“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan

membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang

Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”

Maka dalam skripsi ini bertujuan menganalisis tentang “Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam Perspektif Qs., al-Baqarah [2]:129” (study kasus Kelurahan Medokan Ayu- Rungkut Surabaya ).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas, maka muncullah beberapa

permasalahan yaitu :

1. Bagaimana kualitas Tokoh Agama lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam di

Kelurahan Medokan Ayu ?

2. Bagaimana kualitas Tokoh Agama menurut Qs., al-Baqarah [2]:129 ?

3. Bagaimana kualitas Tokoh Agama lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam di

Kelurahan Medokan Ayu perspektif Qs., al-Baqarah [2]:129 ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini

adalah mengetahui kualitas Tokoh Agama lulusan Perguruan Tinggi agama islam perspektif Qs.,

al-Baqarah [2]:129 study kasus di Kelurahan Medokan Ayu Rungkut Surabaya, adapun manfaat

(14)

5

1. Manfaat teoritis

Dari penelitian skripsi ini, maka secara teoritis diharapkan akan memperoleh pengetahuan

tentang kajian Qs., al-Baqarah [2]:129 dari beberapa kitab tafsir sebagai acuan tentang kualitas

tokoh agama yang lulusan Perguruan Tinggi agama islam di kelurahan medokan ayu.

2. Manfaat praktis

Setelah manfaat teoritis dari skripsi ini diperoleh, maka manfaat praktisnya diharapkan

akan dapat dijadikan tuntunan atau sumber informasi bagi seluruh Tokoh Agama serta tokoh

masyarakat yang mengemban amanah dalam memimpin masyarakat secara optimal.

D. METODOLOGI PENELITIAN

Pada dasarnya penelitian merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan secara

sistematis dan terencana untuk menyelesaikan suatu masalah, untuk itu dalam penelitian ini,

penulis akan menggunakan beberapa cara untuk mengkajinya, adapun cara itu meliputi sebagai

berikut :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian Lapangan yaitu usaha yang dilakukan penulis dalam rangka memperoleh data

primer dan sekunder dengan pihak-pihak yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian

ini.

2. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan

kualitatif dan adapun metode yang dipakai adalah deskriptif analisis. Melalui metode tersebut

diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran mengenai makna dari kenyataan atau

fakta yang relevan yaitu dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

(15)

6

Pendekatan ini digunakan karena masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu

memperoleh pemahaman tentang Kualitas Tokoh Agama Lulusan Perguruan Tinggi agama Islam

perspektif Qs., al-Baqarah [2]:129 Di Kelurahan Medokan Ayu Rungkut Surabaya.

Penelitian dengan menggunakan metode Deskriptif Kualitatif. Menurut Suharsimi

Arikunto yaitu, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud

mengumpulkan informasi, mengenai status gejala yang ada yaitu gejala menurut apa adanya pada

saat penelitian dilakukan. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis penelitian kualitatif deskriptif.4

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan metode dokumentasi sebagai cara untuk mengumpulkan data peninggalan tertulis.

Seperti arsip-arsip, teori buku, kitab, yang berhubungan dengan pokok penelitian.5 Adapun

sumber data yang bersifat dokumen atau arsip dipergunakan sumber dokumenter, untuk

mendapatkan tentang gambaran umum kondisi lokasi penelitian, jumlah penduduknya serta

pengklasifikasian penduduk menurut kelompok umur, mata pencaharian, agama, tingkat

pendidikan, dan sarana peribadatan yang ada di Kelurahan Medokan Ayu.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah mencari tahu atau mengumpulkan data-data tertulis

sesuai dengan pembahasan, adapun data tersebut meliputi :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian sebagai

sumber informasi yang dicari. Data ini juga disebut dengan data tangan pertama.6 Atau data

langsung yang berkenaan dengan obyek riset. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Bina Aksara, 2000), h. 23

5

S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 181

6

(16)

7

dalam penelitian ini sudah tentu harus berhubungan dengan orang-orang yang mengerti dan

mendalami masalah tersebut. Dengan demikian sember-sumber data yang penulis maksudkan

untuk mendapatkan data adalah :

 Ketua RT 02 Kelurahan Medokan Ayu

 Wakil RT 02 Kelurahan Medokan Ayu

 Masyarakat RT 02 Kelurahan Medokan Ayu

Sumber data dalam penelitian ini :

1) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung

kepada pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Melakukan penelitian hanya dengan

observasi sudah jelas tidak akan mungkin mendapatkan data yang seobyektif mungkin,

banyak peristiwa yang tidak diketahui latar belakangnya, hanya dengan pengamatan

saja. Oleh karena itu diperlukan adanya metode wawancara dengan pihak-pihak yang

dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga dengan

demikian, apa yang belum jelas dari pengamatan, peneliti dapat menanyakan dengan

wawancara. Wawancara disebut juga dengan quisioner lisan, adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interview).

Kalau dilihat dari jenisnya, maka metode wawancara dapat dibedakan menjadi :

 Interview bebas, yang mana pewawancara bebas menanyakan apa saja yang harus

dikumpulkan. Dalam hal ini pewawancara tidak menggunakan pedoman

 Interview terpimpin, yang mana pewawancara membawa sederet pertanyaan

(17)

8

Yang menjadi subyek atau responden dalam wawancara ini adalah Ketua RT 02, Tokoh

Agama yang lulusan PTAI, dan Masyarakat di Kelurahan Medoakn Ayu. Model wawancara

diatas adalah semi stuctured, dalam hal ini, maka mula-mula interview menanyakan serentetan

pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek

keterangan lebih lanjut.

2) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dimana penelitian dilakukan secara langsung

oleh penulis pada objek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata

dalam pembahasan masalah ini. Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan dan dengan sistematika fenomena yang diselidiki.7 Menurut Winarno,

metode Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan

pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti,

baik pengamatan itu dilakukan pada situasi sebenarnya maupun yang dilakukan pada

situasi khusus yang diadakan.8

Dalam penelitian ini observasi yang digunakan ialah observasi pastisipan, ialah peneliti

hadir langsung untuk meneliti obyek penelitian. Adapun yang di observasi atau yang diamati

oleh peneliti pada penelitian ini adalah :

 Keadaan masyarakat di kelurahan Medokan Ayu

 Kualitas Tokoh Agama lulusan PTAI di Kelurahan Medokan Ayu

Yang menjadi responden atau subyek pada saat observasi adalah : Ketua RT 02, Tokoh

Agama, dan Masyarakat.

7

Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1970), h. 139

8

(18)

9

3) Metode Dokumentasi, Dokumentasi dapat diartikan sebagai aktifitas penelitian

terhadap dokumen-dokumen, data-data tertulis dan sebagainya. Metode dokumentasi

adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa

catatan-catatan, buku-buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain-lain.9

Menurut Surachman, metode dokumentasi adalah sebagai laporan tertulis dari suatu

peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan perkiraan terhadap peristiwa dan ditulis dengan

sengaja untuk menyimpan dan meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.10

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa metode dokumentasi adalah suatu metode

yang dilakukan dengan jalan mencatat data-data atau catatan resmi pada berbagai sumber-sumber

yang terkait dengan penelitian ini.

b. Sumber Data Sekunder

Adapun data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain atau tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Dalam hal ini data sekundernya adalah

buku-buku yang membantu penulis untuk melengkapi isi serta interpretasi dari kitab-kitab maupun

buku dari sumber data primer.

4. Metode Analisis Data

Verifikasi data niscaya dilakukan agar mendapatkan data – data yang benar – benar valid

untuk bahan penelitian. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa sumber data dalam

penelitian ini adalah ayat-ayat Al –Qur’an, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

ilmu tafsir. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

9

Suharsimi Arikunto, h. 131

10

(19)

10

a. Metode Maudhu’i

Yaitu mengumpulkan ayat yang mengenai satu maudhu’/artikel/judul/factor/topic tertentu

dengan memperhatikan masa turun dan asbabun an-nuzul ayat. Serta dengan mempelajari

ayat-ayat tersebut dengan cermat dan mendalam, dengan memperhatikan hubungan ayat-ayat yang satu

dengan ayat yang lain di dalam menunjuk suatu permasalahan, kemudian menyimpulkan

masalah yang dibahas dari dilalah ayat-ayat yang ditafsirkan secara terpadu.11

b. Metode komparasi

Yaitu membandingkan ayat –ayat al-qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan

redaksi, serta factor –faktor yang mempengaruhinya.12

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan cara Berfikir Deduktif, yaitu

mengambil kesimpulan dari penyajian atau fakta – fakta umum menuju pada kesimpulan yang

bersifat khusus.13 Metode ini penulis gunakan untuk mengambil kesimpulan dari berbagai

informasi dan keterangan dalam hal ini berupa hal – hal yang berkaitan dengan al –Qur’an surat

Al-Baqarah [2]:129.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena instrumen

sangat menentukan bagi lancarnya dan validnya hasil penelitian. Yang dimaksud dengan

instrumen penelitian adalah : “alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode”.

Untuk memudahkan dan mempelancar peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti

menggunakan beberapa instrumen atau alat penelitian, sehingga memudahkan peneliti dalam

11Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudhu’I Pada Masa Kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), h 70 12

Ibid, h 69

(20)

11

melakukan penelitian. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan suatu metode,

masing-masing dari metode tersebut mempunyai alat atau instrumen.

Disamping juga peneliti menyiapkan dan menggunakan alat tulis menulis serta bolpoint

atau alat penghapus dan juga buku catatan sebagai tempat mencatat sementara hasil penelitian.

Jadi, untuk memperoleh data, peneliti menggunakan suatu metode, masing-masing dari metode

tersebut mempunyai alat atau instrumen seperti :

a. Untuk metode observasi, peneliti menggunakan pedoman observasi

b. Untuk metode wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview)

c. Untuk metode dokumentasi, peneliti menggunakan pedoman dokumentasi sesuai

dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

E. BATASAN MASALAH

Peneliti mengambil objek penelitian di Kelurahan Medokan Ayu, karena di Kelurahan

tersebut terdiri dari beberapa Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), agar peneliti ini

menjadi terfokus, maka peneliti mengambil sampel pada Kelurahan Medokan Ayu RT 02 RW

11 Rungkut Surabaya

F. TINJAUAN PUSTAKA

Topic kajian tentang tokoh agama sejak dulu sampai sekarang terus menerus diperhatikan,

baik dari kalangan pakar ilmu tokoh agama atau tokoh masyarakat. Perhatian ini tidak bisa

terlepaskan dari peran pentingnya tokoh agama itu sendiri. Dasar pertimbangan utama dan

bersifat umum adalah berupa pengembanan amanah dan kualitas dari tokoh agama itu sendiri

yang berlangsung secara interaktif yang melibatkan berbagai komponen yang saling konsisten

satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan .

(21)

12

Paciran kab. Lamongan tentang teologi islam”. Didalam skripsi tersebut dijelaskan seputar

teologi yang berarti kepercayaan atau ketuhanan menurut pemaham tokoh agama.

Kedua, skripsi Siti Munawaroh nim: C02209094 “Analisis hukum islam terhadap

pandangan tokoh agama tentang jual beli mahar “benda pusaka”. Didalam skripsi ini lebih

menuju pada bidang fiqih tentang hukum munakahat seputar mahar menurut pandangan tokoh

agama.

Ketiga, skripsi Elis Nuzliaul Fitriyah, “Pendapat tokoh agama terhadap jual beli ASI dikelurahan Wonorejo Rungkut Surabaya dalam tinjauan hukum islam. Didalam skripsi ini juga

menfokuska pada bidang fiqih tentang jual beli ASI menurut pendapat tokoh agama.

Dari ketiga judul skripsi diatas hanya menjelaskan seputar pendapat tokoh agama dalam

bidang fiqih, ketauhidan, tanpa sedikitpun menyinggung tentang kualitas akan Tokoh Agama itu

sendiri.

Untuk membedakan skripsi ini dengan yang lain, penulis menfokuskan Kualitas Tokoh

Agama Lulusan PTAI yang akan dibahas dalam skripsi ini hanya berpedoman pada Qs.,

al-Baqarah [2]:129 yang berisikan :

1. Didalam mengatur masyarakat, apakah Tokoh Agama tersebut pernah membacakan

ayat-ayat Allah dengan mengkaji, menggali dan mengungkap makna yang terkandung

didalamnya

2. Apakah Tokoh Agama tersebut pernah mengajarkan Al-Quran pada masyarakat

Kelurahan Medokan Ayu

3. Apakah Tokoh Agama tersebut pernah mengajarkan hadist nabi pada masyarakat

Kelurahan Medokan Ayu

(22)

13

meningkatkan spiritual masyarakat Kelurahan Medokan Ayu. Padahal di Al-Qur’an sangat banyak sekali tentang acuan-acuan atau norma-norma yang harus diterapkan

oleh Tokoh Agama sekaligus menjadi tokoh masyarakat itu, tapi penulis hanya

menspesifikkan pada Qs., al-Baqarah [2]:129 saja agar lebih mudah untuk difahami.

G. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalah fahaman judul skripsi ini, maka penulis memberikan

istilah-istilah yang digunakan dalam judul ini.

1. Kualitas

Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.

2. Pendidikan Agama Islam

Agama islam yang dimaksud dalam skripsi ini adalah Pendidikan Agama Islam.

Menurut Marimba adalah bimbinan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama.14

Adapun jika dirangkai tokoh agama yang lulusan Perguruan Tinggi agama islam

yang dimaksud dan yang ditekankan dalam pembahasan skripsi ini adalah segala etika,

perilaku atau tingkah laku tokoh agama berkaitan dengan norma-norma yang berlangsung

dalam proses keteraturan social masyarakat dan memberi pengajaran pendidikan agama

islam pada masyarakat. Dalam skripsi ini penulis mengambil dan menekankan

pembahasan pada Qs., Al-Baqarah [2]:129 sebagai acuan sumber berfikir pokok.

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten serta mendapatkan

gambaran yang utuh maka penulis menyusun sistematika pembahsan yang berisi :

14

(23)

14

BAB pertama, tentang Pendahuluan yang meliputi latar belakang, penegasan masalah ,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka, metodologi penulisan serta

sistematika penulisan.

BAB kedua, tentang Kualitas Tokoh Agama lulusan Perguruan Tinggi agam islam di

Kelurahan Medokan Ayu, disini terdapat 3 sub bab. Adapun sub bab yang pertama tentang

kualitas tokoh agama lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam, yaitu seputas tokoh agama dan

pendidikan agama islam. Adapun sub bab kedua tentang seputar Qs., al-Baqarah[2]:129 .

Adapun sub bab ketiga tentang kualitas tokoh agama perspektif Qs., al-Baqarah [2]:129

BAB ketiga, tentang analisis obyek penelitian, berisikan dua sub bab. Adapun sub bab

yang pertama tentang gambaran umum lokasi penelitian. Sub bab kedua tentang Kualitas Tokoh

Agama lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam di kelurahan Medokan Ayu.

BAB keempat, tentang Analisis Tokoh Agama lulusan Perguruan Tinggi agama islam

dikelurahn medokan ayu perspektif Qs., al-Baqarah [2]:129, berisikan hanya satu sub bab.

Adapun sub bab pertama tentang analisis kualitas Tokoh Agama lulusan Perguruan Tinggi

agama islam di Kelurahan Medokan Ayu perspektif Qs., al-Baqarah [2]:129

BAB kelima, tentang Penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran. Kemudian Daftar

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG KUALITAS TOKOH AGAMA

1. Kualitas

Kualitas/mutu diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat

atau taraf ; mutu.17 Dengan kata lain keunggulan yang dimiliki oleh seseorang atau

kelompok. Kualitas atau mutu mula-mula digunakan oleh Plato dan Aristoteles untuk

menyatakan esensi suatu benda atau hal dan merupakan atribut yang membedakanya

dengan benda/hal lainnya.18 Adapun dalam kamus Webster New World Dictionary,

pengertian kualitas yaitu The degree of excelent of a thing.19 Pengertian mutu dapat

dilihat dari dua segi yaitu segi normatif dan segi deskriptif.

a. Segi Normatif

Mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan kriteria intrinsic dan ekstrinsik.

Berdasarkan kriteria intrinsik kualitas pendidikan merupakan produk pendidikan yaitu

manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Sedangkan kriteria ekstrinsik,

pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik yaitu tenaga kerja yang terlatih.

b. Segi Deskriptif

17

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h. 533

18

Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 33

19

(25)

19

Mutu ditentukan berdasarkan kenyataannya semisal hasil prestasi belajar.

Menurut Nurkholis, menyebutkan bahwa kualitas memiliki dua konsep yang

berbeda antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut sesuatu (barang)

disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna.20 Dalam

konsep relatif, kualitas bukanlah tujuan akhir, melainkan alat ukur atas produk

akhir dari standar yang telah ditentukan.

2. Pengertian Tokoh Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tokoh diartikan sebagai orang

yang terkemuka/terkenal, panutan.21 Tokoh adalah orang yang berhasil

dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental dan mempunyai

pengaruh pada masyarakat sekitarnya serta ketokohannya diakui secara

;mutawatir”. Dari batasan ini, tokoh harus mencerminkan empati indicator, yaitu :

a. Berhasil dibidangnya, istilah berhasil menunjuk pencapaian tujuan

tertentu. Orang yang berhasil adalah orang yang mencapai

tujuan-tujuan tertentu (baik tujuan-tujuan jangka pendek maupun jangka panjang)

berdasarkan potensi yang dimiliki dan aktivitas yang dilakukan sesuai

dengan bidang yang digelutinya.

b. Mempunyai karya-karya yang monumental, sebagai tokoh agama, ia

harus mempunyai karya-karya yang dapat diwariskan kepada generasi

berikutnya, lebih berupa karya tulis maupun karya nyata dalam bentuk

fisik maupun non fisik yang dapat dilacak jejaknya. Artinya karya itu

20

Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, : Teori, Mode dan Aplikasi, (Jakarta: Grafindo, 2003) hlm. 67

21

(26)

20

masih dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah bahwa itu

merupakan karya sang tokoh.

c. Mempunyai pengaruh terhadap masyarakat, artinya segala pikiran dan

aktivitas sang tokoh betul-betul dapat dijadikan rujukan dan panutan

oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sesuai

dengan bidangnya.

d. Ketokohannya diakui secara mutawatir, artinya dengan segala

kekurangan dan kelebihan sang tokoh, sebagian besar warga

masyarakat memberikan apresiasi positif dan mengidolakannya

sebagai orang yang pantas menjadi tokoh atau ditokohkan untuk

menyelesaikan berbagai persoalan sesuai dengan bidangnya.

Dengan indicator seperti itu, maka seseorang yang layak untuk dijadikan

subyek yaitu studi tokoh adalah orang yang popular dimasyarakatnya, minimal

bertaraf regional (skala propinsi), lebih-lebih apabila sang tokoh itu berkaliber

nasional atau bahkan internasional.

Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh, kita dapat melihat karya dan

aktivitasnya, misalnya tokoh berskala regional dapat dilihat dari segi apakah ia

menjadi pengurus organisasi atau pemimpin lembaga ditingkat regional, atau

tokoh dalam bidang tertentu yang banyak memberikan kontribusi pada

masyarakat regional, dengan pikiran dan karya nyata yang semuanya itu

mempunyai pengaruh yang signifikan bagi peningkatan kualitas masyarakat

regional. Disamping itu, ia harus mempunyai keistimewaan tertentu yang berbeda

(27)

21

dibidangnya. Dengan kualifikasi seperti itu, maka ketokohan seseorang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah.22

Sedangkan Tokoh Agama adalah orang yang memiliki atau mempunyai

kelebihan dan keunggulan dalam bidang keagamaan. Dikatakan kelebihan dan

keunggulan bidang keagamaan karena ia memiliki pengetahuan dalam keagamaan

diatas manusia pada umumnya.

Tokoh Agama merupakan barisan terdepan dalam mengatasi kebobrokan

Sumber Daya Manusia. Rusaknya Sumber Daya Manusia merupakan tanggung

jawab ulama Tokoh Agama. Segala kehidupan manusia terutama yang berkaitan

dengan masalah moralitas dan religious tokoh Agama lah sebagai tiangnya.

Jadi yang dimaksud Tokoh Agama disini adalah beberapa orang yang

memiliki atau mempunyai keunggulan dan kelebihan dalam bidang keagamaan

diantaranya adalah ulama.

Adapun Tokoh Agama yang peneliti maksud disini adalah Para Tokoh

Agama Sarjana Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam, peluang untuk mengabdi

dan berperan serta di masyarakat kebutuhan akan Tokoh Agama sarjana amat

banyak, semakin rusak suatu masyarakat akan semakin dibutuhkan pula peran

ulama‟, sebagai pewaris para nabi untuk mengingatkan mereka ke jalan yang

benar, untuk tetap dapat melayani kebutuhan masyarakat akan ilmu agama islam

maka Tokoh Agama lulusan Perguruan Tinggi harus berusaha memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

22

(28)

22

a. Mampu berbahas arab, minimal mampu membaca kitab klasik.

Kemampuan ini diperlukan untuk menggali sendiri ilmu pengetahuan

agama islam yang tersimpan didalam kitab-kitab berbahasa arab yang

jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah.

b. Menguasai ilmu agama secara luas dan mendalam serta menguasai

perbedaan –perbedaan faham yang pernah ada dikalangan umat islam

mengenai beberapa masalah (politik budaya, agama, dsb).

c. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam sehingga dapat

dijadikan teladan perilaku bagi orang lain yang mengikutinya.

d. Berwawasan global, melihat seluruh permukaan bumi ini sebagai

tempat pengabdian kepada Allah dan siap untuk bekerja dimana saja di

muka bumi, juga selalu mengikuti perkembangan dunia.

e. Menguasahi bahasa asing lain, minimal bahasa inggris, agar dapat

berkomunikasi dengan menyampaikan pesan islam kepada orang asing.

Penguasaan bahasa asing lain juga akan memudahkan mereka

memperluas wawasan keilmuannya.

f. Mengikuti perkembangan kemajuan iptek sehingga ia dapat

berkomunikasi secara lancar dengan warga masyarakat yang kini sudah

hidup sehari-hari dengan iptek.

g. Menguasai ilmu berkomunikasi yang diperlukan untuk menyampaikan

pesan islam secara tepat sesuai dengan sasaran dakwahnya.23

23

(29)

23

3. Peranan Ulama‟

a. Peran Ulama

Ketika membicarakan Agama, praktis ada dua hal yang berbeda yang

sedang dibicarakan, aspek pertama adalah mengenai nilai-nilai moralitas, yang

terkandung dalam ajaran-ajaran yang disampaikan Agama. Sedangkan aspek yang

kedua, mengenai institusi social keagamaan sebagai penyokong berjalannya

kehidupan beragama.

Untuk membangun peran ulama guna menjawab problem pengembangan

Sumber Daya Manusia yang makin akut di Indonesia, peranan ulama menjadi

sangat penting sebagai pendorong bangkitnya terbentuknya yang moralitan dan

yang berkompeten. Dari segi ini, ulama mestinya dapat dipertimbangkan sebagai

salah satu agen dalam mengembangkan kepribadian, bergandengan tangan dengan

gerakan Sumber Daya Manusia baik pihak pemerintah dalam hal ini pemerintah

Kota Surabaya maupun kalangan masyarakat lain.

Namun seringkali ketika membahas tentang peranan ulama, diskursus yang

diperdebatkan bisa bergeser dari kejernihan karena peranan ulama pada kondisi

saat sekarang bukan dianggap sebagi juru kunci terhadap terbentuknya

kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam, akan tetapi dianggap sebagai biang

hancurnya kepribadian muslim. Debat seringkali berputar pada pertanyaan, cukup

strategiskah ulama menjadi salah satu pilar untuk mendorong pengembangan

(30)

24

b. Sifat dan Tugas Ulama‟

Para ulama ini senantiasa terbawa akan sifat ilmu pengetahuan agama yang

di kuasainya juga dari belajar dan di amalkannya secara istiqamah terhadap Allah

Swt dan mereka ini umumnya mempunyai sifat-sifat yang utama, yaitu

sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur‟an yang berupa firman Allah Swt tentang

ini, yaitu : (Q.S Fathir : 28):

ِِداَبِع ْنِم َللا ىَشَْ اََِإ َكِلَذَك ُُناَوْلَأ ٌفِلَتُُْ ِماَعْ نأاَو ّباَودلاَو ِسالا َنِمَو

ُ ٌروُفَغ ٌزيِزَع َللا نِإ ُءاَمَلُعْلا

ٕٛ

َ

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang

mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.

Dengan demikian bisa dipahami, ulama ialah mereka yang benar-benar

ahli dalam hal agama Islam dan ilmu-ilmu ke-Islaman serta bertakwa kepada

Allah SWT. Sebagai manifestasi dari pengalaman ilmu yang dimilikinya.24

Adapun ulama yang kami maksud disini adalah bukanlah ulama dunia tapi

ulama akhirat. Yang dimaksud "Ulama Dunia" atau dengan istilah "Ulama-Su‟u",

ialah: mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk mendapatkan

kepuasan duniawi, menjadikannya sebagai tangga untuk mencapai pangkat dan

kedudukan saja. Sehubungan dengan hal itu, Rasulullah SAW. Bersabda:

ملعب ها عف ي م ماع ةمايقلا موي اباذع سا لادشا نا

24

(31)

25

"Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya pada hari hari kiamat nanti, ialah yang mempunya ilmu tetapi Allah tidak memberi manfa'at kepadanya dengan ilmunya itu"

Sedangkan yang disebut Ulama Akhirat ialah mereka yang tidak

menggunakan ilmu pengetahuannya untuk mencari keuntungan dunia. Ukuran

minimal derajat seorang Ulama itu, ialah: ia harus mengerti bahwa dunia itu

rendah dan hina, dan mengetahui pula bahwa hal-hal yang bersifat dunia itu

mudah binasa. Juga harus menyadari keagungan dan derajatnya. Ia pun harus

menginsafi, bahwa dunia dan akhirat adalah saling berlawanan seperti dua orang

yang bermadu, apabila si suami sedang mencintai isteri yang satu, maka isteri

yang lainnya marah, demikian pula sebaliknya. Atau seperti dua buah daun

neraca, apabila yang sebelah naik, maka sebelahnya lagi turun. Atau seperti timur

dan barat, apabila mendekati yang satu, maka berarti menjauh dari yang lain. Atau

seperti dua buah gelas, yang satu penuh berisi air dan yang satunya lagi kosong,

seberapa air itu dituangkan kedalam gelas yang kosong iti sehingga menjadi

penuh, maka gelas yang asalnya penuh berisi air itu menjadi kosong pula.

Oleh karena itu seorang ulama harus memiliki syarat-syarat tertentu

diantaranya:

a. Memahami Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah serta ulumuddin lainnya.

b. Memiliki kemampuan memahami situasi dan kondisi serta dapat

mengantisipasi perkembangan masyarakat dan dakwah Islam.

c. Mampu memimpin dan membimbing umat dalam melaksanakan

kewajiban "Hablum min-Allah, Hablum min-annas dan Hablum

(32)

26

d. Mengabdikan seluruh hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah

SWT.

e. Menjadikan pelindung, pembela dan pelayan umat (Waliyul mukminin)

f. Menunaikan segenap tugas dan kewajibannya atas landasan iman dan

taqwa kepada Allah SWT, dengan penuh rasa tanggung jawab.

g. Berakhlak mulia, ikhlas, sabar, tawakal dan istiqamah. Berkepribadian

siddiq, amanah, fatonah, dan tabliqh. Menunaikan segala perkara yang

dicinta dan meninggalkan segala perkara yang dibenci oleh Allah SWT.

h. Tidak takut selain kepada Allah SWT

Fungsi ulama adalah meneruskan tugasnya para Nabi dan Rasul untuk

memberikan penerangan kepada umat manusia tentang ajaran agama yang

berketuhanan yang Maha Esa, hal ini sebagaimana di jelaskan Allah Swt dengan

firman-Nya dalam Al-Qur‟an, yaitu : (Q.S Al-Ahdzab : 45-46):

ُ اًريِذَنَو اًرّشَبُمَو اًدِاَش َكاَْلَسْرَأ انِإ ِِلا اَه يَأ اَي

ٗ٘

َ

“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa

kabar gemgira dan pemberi peringatan,”

ُ اًرُِم اًجاَرِسَو ِِنْذِإِب ِللا ََِإ اًيِعاَدَو

ٗٙ

َ

“Dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk Jadi

cahaya yang menerangi.”

Maka berdasarkan ayat di atas, maka terdapat lima tugas pokok yang

menjadi kewajiban para Nabi-Nabi dan Rasul-Nya, yang mana dengan sendirinya

secara otomatis dan seiring waktu menjadi beban yang di pikul pula oleh para

(33)

27

1. Syaahidan (menjadi saksi), maksudnya memberikan bimbingan kepada

umat untuk dalam kehidupan di dunia ini apalagi untuk kehidupan akhirat.

2. Mubasysyiraan (pembawa berita gembira), maknanya selalu ia

menggambarkan kepada hari depan yang baik dan yang mengandung

semangat pengharapan atau optimis, selalu menanamkan keyakinan

kepada umat bahwa mereka tak ubahnya seperti seorang petani yang giat

menanam dan memelihara tanamannya agar menerima hasil yang baik

nantinya ketika panen.

3. Nadziiran (pemberi peringatan), artinya selalu memberikan peringatan

kepada umat, bahwa jalan yang terbentang di hadapan manusia hanya dua

perkara, pertama jalan yang lurus dan di seberang jalan tersebut pulau

kebahagiaan yang kekal dan abadi, kedua jalan bengkok yang di ujung

jalan tersebut terletak kebinasaan dan kehancuran.

4. Daa’iyan (Penyeru ajaran), maksudnya bertindak sebagai da‟i sebagai pembawa risalah berupa da‟wah untuk mengajak dan mengingatkan umat

untuk mengikut kepada jalan yang lurus, yaitu jalan kebenaran hanya

kepada Allah Swt saja.

5. Siraajan muniiran (Cahaya penerang), artinya berlaku sebagai penerang

atau pelita yang memancarkan cahaya yang terang benderang kepada alam

sekelilingnya, sebagai manusia yang menjadi suri tauladan bagi para umat.

c. Fungsi dan Kewajiban Ulama

(34)

28

a) Memimpin dan menegakkan pelaksanaan "Iqomatuddin"

menanamkan dan memperkuat aqidah Tauhidullah serta

membebaskan manusia dari kemusyrikan. Mengatur dakwah

islamiyah terhadap semua lapisan / golongan masyarakat.

Menyelenggarakan dan mengembangkan dakwah, islamiyah,

ta'lim, tarbiyah, tazkiyah, dan hikmah secara menyeluruh dan

sempurna.

b) Membina persatuan dan kesatuan dalam menunaikan

tugas-tugas atau kewajiban "Iqomatuddin ".

2) Pengkajian Islam dan pengembangannya

a) Senantiasa menggali ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah

b) Menemukan dan mengemukakan gagasan baru yang Islam

untuk memperbaiki/meningkatkan kualitas hidup dan

kehidupan masyarakat.

c) Perlindungan pembelaan terhadap Islam dan umat Islam.25

Dalam buku Mencari Ulama Pewaris Nabi karangan Umar Hasyim

menjelaskan bahwa ada enam fungsi, peranan, dan tanggung jawab ulama

diantaranya:

a. Sebagai da‟i penyiar agama islam

b. Sebagai pemimpin rohani

c. Sebagai pengemban amanah Allah

d. Sebagai pembina ummat

25

(35)

29

e. Sebagai penuntun ummat

f. Sebagai penegak kebenaran26

d. Tugas Ulama

Ulama adalah ahli waris para Nabi, oleh karena itu, sesuai dengan tugas

kenabian dalam mengembangkan Al-Qur'an ada empat tugas utama yang harus

dijalankan oleh ulama.

Pertama, menyampaikan ajaran Al-Qur'an sesuai dengan firman Allah

SWT, dalam surah Al-Maidah ayat 67 :

ُللاَو َُتَلاَسِر َتْغلَ ب اَمَف ْلَعْفَ ت َْم ْنِإَو َكّبَر ْنِم َكْيَلِإ َلِزْنُأ اَم ْغّلَ ب ُلوُسرلا اَه يَأ اَي

ُ َنيِرِفاَكْلا َمْوَقْلا يِدْهَ ي ا َللا نِإ ِسا لا َنِم َكُمِصْعَ ي

ٙٚ

َ

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Kedua, menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, sesuai dengan firman Allah

SWT, dalam surah al-Nahl ayat 44 :

َفَ تَ ي ْمُهلَعَلَو ْمِهْيَلِإ َلّزُ ن اَم ِسا لِل ََّّ بُتِل َرْكّذلا َكْيَلِإ اَْلَزْ نَأَو ِرُبزلاَو ِتاَّ يَ بْلاِب

َنوُرك

ُ

ٗٗ

َ

“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan

kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,”

Ketiga, memutuskan perkara yang dihadapi masyarakat, sesuai dengan

fisman Allah SWT, dalam surah al-Baqarah ayat 213:

26

(36)

30

َباَتِكْلا ُمُهَعَم َلَزْ نَأَو َنيِرِذُْمَو َنيِرّشَبُم َّّيِب لا ُللا َثَعَ بَ ف ًةَدِحاَو ًةمُأ ُسا لا َناَك

ِيِف اوُفَلَ تْخا اَميِف ِسا لا ََّْ ب َمُكْحَيِل ّقَْْاِب

ْنِم ُوُتوُأ َنيِذلا اِإ ِيِف َفَلَ تْخا اَمَو

َنِم ِيِف اوُفَلَ تْخا اَمِل اوَُمآ َنيِذلا ُللا ىَدَهَ ف ْمُهَ ْ يَ ب اًيْغَ ب ُتاَّ يَ بْلا ُمُهْ تَءاَج اَم ِدْعَ ب

ُ ٍميِقَتْسُم ٍطاَرِص ََِإ ُءاَشَي ْنَم يِدْهَ ي ُللاَو ِِنْذِإِب ّقَْْا

ٕٖٔ

َ

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”

Analoginya tugas para Nabi dan Rasul yang di uraikan dalam Al-Qur‟an

itu, maka fungsi dan tugas para ulama adalah sangat berat sekali, boleh di katakan

untuk sekarang ini adalah para ulama-lah yang bertanggung jawab untuk

mengembangkan dan mempertahankan syi‟ar serta memelihara kelangsungan

hidup agama pada segenap umat manusia, ulama adalah ulil amri yang terkemuka

dan tidak ada pertikaian faham tentang ini, kaum ulama-lah yang mempunyai

kebahagiaan terbesar dalam mengurus hal-hal yang bersangkutan dengan umat

Islam, ulama-lah yang sewajib-wajibnya untuk memegang pekerjaan yang amat

terbesar ini dalam lingkungan umat, ulama-lah yang bertanggungjawab

memikirkan maju mundurnya Islam di lingkungan umat manusia.

Islam menghendaki para ulama untuk selalu di barisan depan sebagai

imam yang memberi contoh dan pedoman kepada lingkungan manusia dengan

(37)

31

timbul pula pertanyaan, yaitu apakah kriteria untuk memberikan predikat ulama

kepada seseorang? Ukuran yang terpenting adalah dalam soal ini bukanlah

menyangkut dengan ilmunya saja, tetapi terutama adalah kemantapan

rohaniyahnya yang dapat tercerminkan dari kepribadiannya, wataknya, akhlaknya

dan istiqamah pada segenap kelakuannya, apalagi tentang amalan-amalan, ukuran

ini di titik beratkan kepada seseorang ulama untuk memenuhi kriteria sebagai

predikat ulama tersebut, dan seseorang ulama harus mempunyai ketakutan dan

ketundukan kepada Allah Swt seperti yang tersebut dalam Al-Qur‟an

sebagaimana pada Surah Fathir di atas, dalam hubungan mengenai tuntasnya

pembahasan ini, maka terdapat beberapa patokan tentang ulama yang terbagi tiga

jenis ulama, yaitu :

1. Alim pada sisi Allah Swt dan alim pada sisi umat manusia yang tampak

melaksanakan perintah-perintah-Nya secara taat dan sesuai dengan

Al-Qur‟an, As-Sunnah dan Al-Hadist Shahih Rasulullah Saw serta

mengikuti pada kelakuan para sahabat umat Rasulullah Saw (atsar-atsar)

perbuatannya para sahabat Rasulullah Saw dalam menganut agama Islam

di lingkungan masyarakat dan juga faham dan mengetahui batas-batas

dan kewajiban-kewajiban yang di perintahkan Allah Swt.

2. Alim pada sisi Allah Swt, tetapi tidak alim dalam melaksanakan

perintah-perintah Allah Swt, artinya dia takut dan tunduk kepada Allah Swt, tetapi

tidak mengetahui dan melaksanakan urusan-urusan yang di perintahkan

(38)

32

3. Alim terhadap perintah-perintah Allah Swt tetapi tidak alim pada sisi

Allah Swt, artinya dia mengetahui atas ilmu agama dan segala

batas-batas dan kewajiban-kewajiban yang di tentukan Allah Swt, tetapi tidak

tunduk dan tidak terlalu patuh kepada Allah Swt dalam hal ketaatan,

artinya ia tidak istiqamah menerapkan pengetahuannya tersebut pada

dirinya sendiri, namun ia mengetahui dan faham akan segala seluk beluk

ilmu agama dan ketuhanan.

Jadi untuk ukuran dan tolok ukur bagi seseorang ulama yang terbaik

adalah ada pada point nomor satu di atas, yaitu ia patuh dan taat serta taqwa dan

faham segala hal tentang ilmu agama dan di terapkannya secara perilaku hidupnya

sehari-hari secara rutin atau istiqamah, berapa banyak para ulama yang pintar, tapi

tidak mempunyai watak, tidak berpendirian teguh, mudah di pengaruhi dan di

atur-atur penguasa yang dzalim serta lalai, jadi ilmunya yang banyak dan luas

tentang agama tidak bermanfaat dan suatu kesalahan bagi dirinya sendiri, apalagi

ilmunya erat kaitannya dengan bid‟ah, makin parah dan umat yang mengikut

padanya akan kian melenceng pemahaman agama dan ibadahnya.

Ulama yang baik adalah hanya memikirkan persoalan akhirat saja

walaupun dia hidup di dunia ini dan beramal secara ikhlas siang dan malam, ia

hanya butuh bekerja hanya sekedar untuk keperluan hidup dan dia tahu itu di

perintahkan Allah Swt juga, pantang mengemis dan pantang menerima pemberian

dari penguasa yang tidak jelas sumber sesuatu tersebut apakah halal atau haram,

dia tahu setiap sesuatu hal yang haram masuk keperutnya maka semua ibadahnya

(39)

33

tidak akan dekat penguasa kecuali hal yang sangat darurat dan hanya jika

menyangkut akan kemaslahatan kehidupan agama saja.

Ulama yang baik adalah selalu ikhlas dalam setiap tindak perbuatan, dia

beramal dan beribadah kepada Allah Swt pada setiap kesempatan dalam

kehidupannya, karena setiap gerak laku hidup ada amalnya dan itu berfaedah

mendulang pahala, sebab hal ini dia sangat faham, membimbing keluarganya,

handai taulan, teman dan sahabat serta masyarakat sekitar yang membutuhkan

petuah dan ilmunya, sifatnya selalu pasif jika tentang persoalan syari‟at agama, ia

menyampaikan hanya secara sekedar saja, tidak berlebihan dan hanya sebatas

ilmu, ilmu dia ilmukan, amal dia amalkan, itulah ulama yang selalu memenuhi

terlebih dahulu tentang kewajiban haq pertama kepada Allah Swt, dirinya dan

umat manusia sekitarnya, prinsipnya berpegang teguh pada kalam illahi, yaitu

(Q.S Asy-Syuura : 20):

ِِتْؤُ ن اَيْ ندلا َثْرَح ُديِرُي َناَك ْنَمَو ِِثْرَح ِِ َُل ْدِزَن ِةَرِخآا َثْرَح ُديِرُي َناَك ْنَم

ُ ٍبيِصَن ْنِم ِةَرِخآا ِِ َُل اَمَو اَهْ ِم

ٕٓ

َ

“Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya

suatu bahagianpun di akhirat.”

Demikian pula pada riwayat perkataan Rasulullah Saw tentang hal ini,

yaitu : riwayat dari Abu Hurairah Ra, ia berkata bahwasanya Rasulullah Saw

bersabda : “Barang siapa menuntut ilmu tidak mengharap dengan ilmu itu

(40)

34

hajad keduniaan, lagipula ia tidak akan mendapatkanbau syurga besok pada

hari kiamat.”(H.R Muttafaqun‟alaihi).

Apabila menyusahkan kamu sebab tidak adanya orang-orang mengharap

kepadamu, maka hal itu kembalikan kepada ilmu Allah Swt pada dirimu, jika

tidak memuaskan kamu ilmunya, maka musibah akan menimpamu itu lebih berat

sebab tidak adanya kepuasanmu akan ilmu-Nya daripada musibah yang

menimpamu dengan adanya cercaan yang menyakitkan dari mereka.

Bilamana ada orang yang merasa di susahkan sebab banyaknya orang yang

tidak mau mengikuti kepadanya atau sebab banyaknya orang yang menyoroti

dirinya pribadinya dengan berbagai cercaan dan cemo‟ohan, maka hal itu

janganlah bersedih hati, kembalikan semuanya itu kepada Allah Swt dan

bersabarlah serta tetaplah istiqamah dalam segala tindak laku dan perbuatan hanya

karena Allah Swt semata.

4. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi umat manusia, khususnya

kaum muslimin untuk mengembangkan fitrah keagamaan. Disamping

mengembangkan dan mengoptimalkan potensi keagamaan, pendidikan agama

islam juga menjadi pegangan hidup yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadist.

Agar umat manusia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk

(41)

35

mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.27

Sementara dalam GBPP Pendidikan Agama Islam yang disadur oleh Muhaimin ,

menjelaskan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha sadar dalam siswa

untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan Agama

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan

tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat demi terwujudnya persatuan nasional.28 Sementara

menurut Zakiyah Darajat, pendidikan agama islam adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta

menjadikan sebagai pandangan hidup (way of life).29 Secara garis besar,

pendidikan agama islam merupakan usaha bimbingan dan mengarahkan peserta

didik melalui teransformasi ilmu dengan mengoptimalkan aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan sangat penting dalam pelaksanaan pendidikam secara fundamental,

tujuan pendidikan adalah suatu pedoman tentang pencapaian dari proses yang

telah dilakukan. Setelah itu, perumusan pendidikan menjadi titik fokus dari

pelaksanaan pendidikan, agar sesuai dengan yang dicita-citakan dan memberi

penilaian pada usaha-usahanya. Penilaian dibutuhkan, semata-mata untuk

27

Ahmad Khalili, Islam Jawa, (Malang:UIN Malang Press, 2008), h. 29

28

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifan PAI di sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2002). Cet 2. H. 75-76

29

(42)

36

mengetahui kelemahan dan kelebihan dari usaha yang telah dilakukan, agar

menjadi lebih baik.

Perumusan tujuan pendidikan agama Islam tidak lepas dari tujuan hidup

manusia, walaupun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan

hidup/keinginan-keinginan lainnya. Munzir Hitami memaparkan bahwa, tujuan

pendidikan agama Islam dikelompokkan menjadi tiga macam yakni:30

Tinjauan yang bersifat teologik, yakni kembali kepada Tuhan.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT :

وُعَجْرُ ت ِْيَلِإ ُُ ْمُكيِيُُْ ُُ ْمُكُتيُِ ُُ ْمُكاَيْحَأَف اًتاَوْمَأ ْمُتُْكَو ِللاِب َنوُرُفْكَت َفْيَك

َن

ُ

ٕٛ

َ

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”31

ذَك َنيِذلا َرِسَخ ْدَق

اََ تَرْسَح اَي اوُلاَق ًةَتْغَ ب ُةَعاسلا ُمُهْ تَءاَج اَذِإ ََح ِللا ِءاَقِلِب اوُب

ُ َنوُرِزَي اَم َءاَس اَأ ْمِِروُهُظ ىَلَع ْمَُراَزْوَأ َنوُلِمَُْ ْمَُو اَهيِف اَْطرَ ف اَم ىَلَع

ٖٔ

َ

“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan Pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan Kami, terhadap kelalaian Kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah,

Amat buruklah apa yang mereka pikul itu.”32

Tinjauan yang bersifat aspiratif, yakni kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT :

ًةََسَح اَيْ ندلا ِِ اَِتآ اَ بَر ُلوُقَ ي ْنَم ْمُهْ ِمَو

ِرا لا َباَذَع اَِقَو ًةََسَح ِةَرِخآا َِِو

30

Munzir Hitami, Mengonsep Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2004), h. 36

31

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h.6

32

(43)

37

ُ

ٕٓٔ

َ

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami

kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"33

Tinjauan yang bersifat direktif, yakni menjadi makhluk pengabdi kepada

Tuhan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

ُ ِنوُدُبْعَ يِل اِإ َسْنإاَو نِْْا ُتْقَلَخ اَمَو

٘ٙ

َ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.”34

Paparan diatas menunjukkan bahwa, tujuan pendidikan agama Islam yaitu

membimbing dan mengarahkan individu untuk menjadi abdi Tuhan yang kembali

kepadaNya dengan bahagia. Tujuan pendidikan agama Islam tersebut selaras

dengan pandangan hidup setiap muslim. Dengan menanamkan keimanan dan

ketaqwaan yang kuat, diharapkan kaum muslim mampu menjalankan tugasnya

sebagai pengabdi Allah SWT. Pengabdian ini ditempuh melalui beribadah kepada

Allah SWT serta memanfaatkan dan memelihara alam semesta secara bijaksana.

Adapun menurut Mansur dalam bukunya, bahwa tujuan pandidikan

agama Islam itu berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa

aspek, diantaranya adalah:

a. Tujuan dan tugas hidup manusia; tujuan diciptakan manusia adalah untuk

Allah SWT, sementara indikasi tugasnya berupa ibadah dan khalifah fi

al-ardh.

33

Ibid., h. 39

34

(44)

38

b. Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia; fitrah al-hanif (rindu akan

kebenaran dari Tuhan).

c. Tuntutan masyarakat; pelestarian nilai-nilai budaya, mengantisipasi

perkembangan dan tuntutan dunia yang serba modern.

d. Dimensi kehidupan ideal Islam; keseimbangan dan keserasian antara

hidup di dunia maupun hidup di akhirat.35

Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani yang dikutip oleh

Achmadi, bahwa tujuan pendidikan agama Islam memiliki empat ciri pokok:

a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.

b. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar

(subyek didik), dan semua aspek perkembangan masyarakat.

c. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara

unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.

d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan

yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan,

memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara

individu, masyarakat dan kebudayaan dimana-mana dan

kesanggupannya untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.36

Sementara menurut Samsul Nizar, adapun aspek-aspek tujuan pendidikan

yang perlu dikembangkan dalam pendidikan agama Islam, meliputi:

35

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 330-332

36

(45)

39

a. Pengembangan hendaknya berorientasi pada tujuan dan tugas manusia

‟abd dan khalifah fi al-ardh.

b. Pengembangan berorientasi pada sifat dasar (nature) manusia. Pola

pendidikan harus mampu mengembangkan fitrah insaniah sesuai dengan

kapasitas yang dimilikinya.

c. Pengembangan berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman.

Tuntutan ini berupa pelestarian nilai budaya yang telah melembaga dalam

kehidupan bermasyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan

kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan akselerasi

dunia modern.

d. Orientasi kehidupan ideal Islami yang mampu menyeimbangkan dan

memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi.37

Sedangkan menurut Muhaimin, bahwa pendidikan agama Islam bertujuan

untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, pengamalan peserta

didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.38 Titik fokus dari tujuan pendidikan

agama Islam yakni menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

sebagaimana fitrah dasar manusia. Keimanan dan ketaqwaan merupakan dasar

utama dalam pandangan hidup manusia yang nantinya akan menjadi arah dalam

menjalankan kehidupan. Hal ini mendorong proses pendidikan agama Islam

harus mengoptimalisasikan kognitif, afektif dan psikomotorik guna membentuk

37

Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 174-175

38

(46)

40

kepribadian muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.

Secara keseluruhan, tujuan pendidikan agama Islam ialah meningkatkan

religuisitas peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik

dengan memperhatikan keselarasan tugas manusia sebagai khalifah fil ardh,

potensi, serta tuntutan masyarakat. Indikasinya adalah peningkatan keimanan

bukan sebatas pemahaman dan sering melaksanakan ajaran-ajaran Islam saja,

melainkan mampu mewarnai kehidupan dengan nilai-nilai Islam. Dengan

demikian, pendidikan agama Islam bukan sebatas berwawasan keagamaan, akan

tetapi mempunyai nilai pragmatis yang lebih luas.

Peningkatan religuisitas manusia merupakan inti dari pendidikan agama

Islam. Dari prespektif ini, berkembanglah pola pikir dalam masyarakat, bahwa

pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak dini walaupun dalam

lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan, bahwa iman berperan sebagai penerang

dari ilmu yang mengantarkan pada kearifan (hikmah, wisdom). Sebagaimana

dalam firman Allah SWT:

ُركذَي اَمَو اًرِثَك اًرْ يَخ َ ِِوُأ ْدَقَ ف َةَمْكِْْا َتْؤُ ي ْنَمَو ُءاَشَي ْنَم َةَمْكِْْا ِِْؤُ ي

اِإ

ُ ِباَبْلأا وُلوُأ

ٕٜٙ

َ

“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran

dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman

Allah).”39

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi pendidikan agama Islam ialah memelihara dan mengembangkan

39

(47)

41

fitrah dan sumber daya insani yang ada pada peserta didik menuju kepada

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam yang

diridhai Allah SWT. Maksudnya, dapat mengembangkan wawasan, jati dirinya,

kreativitasnya, mengintegrasikan nilai-nilai insaniah dan ilahiyah yang dapat

menompang dan memajukan kehidupannya baik individu maupun sosial di dunia

dan akhirat.40 Adapun fungsi pendidikan agama Islam yang terpenting adalah

merubah (transform) potensi-potensi menjadi kemahiran-kemahiran yang dapat

dinikmati oleh manusia. Selain itu, mampu memindahkan nilai-nilai budaya

bernafaskan Islam yang berpadu (integreted), tidak bertentangan satu sama lain

(unified) untuk menciptakan masya

Gambar

TABEL 2  ......................................................................................................
  TABLE III JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA

Referensi

Dokumen terkait

Secara rinci nilai itu tersebut diperoleh dari unsur-unsur cerpen yaitu pemilihan tema dengan rata-rata nilai 297 berpredikat sangat baik/ sangat mampu, penggunaan alur

1) Memperluas wawasan mengenai copula sebagai suatu metode alternative yang dapat menggabungkan beberapa distribusi marginal menjadi distribusi bersama. 2) Mengetahui salah

Latihan forehand drive dengan metode high variability drills mempunyai pengaruh yang lebih baik daripada metode low variability drills terhadap kemampuan forehand

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Perlakuan pelumpuran 2 kali dengan pemberian kapur satu kali setara 50 g pot -1 memperoleh nilai tertinggi pada

a) Suara (sound), dibedakan pula menjadi media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). b) Visual, dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis, dan symbol

Data yang ingin diperoleh oleh peneliti adalah pelaksanaan penguatan pendidikan karakter melalui budaya sekolah, penanaman nilai karakter peserta didik yang nampak dalam

Dari hasil penelitian mengenai atribut produk yang diinginkan konsumen, dapat disimpulkan ada 4 atribut yang merepresentasikan keinginan konsumen terhadap produk

Siswa melakukan tata-cara menulis dengan menggunakan etika yang baik dalam Siswa melakukan tata-cara menulis dengan menggunakan etika yang baik dalam tata bahasanya, sesuai dengan