• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010082 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010082 BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri

2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (2012) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau

keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan

dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang

lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan

diri sendiri.

Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek

kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu

untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya Hakim , (2000). Hal ini

bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala

sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk

pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa

memiliki kompetensi, yakni mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung

oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri

sendiri.

Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005),

(2)

Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada

kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

Branden dkk (dalam Walgito, 2000) mengatakan bahwa kepercayaan diri

adalah kepercayaan seseorang yang ada dalam dirinya. Individu yang mempunyai

kepercayaan diri dalam melakukan suatu kegiatan tanpa bertanya pada orang lain

apakah yang dikerjakan itu perlu atau tidak ia akan melakukan kegiatan itu, jika

seseorang mempunyai keyakinan bahwa apa yang akan dikerjakan itu sesuai

dengan apa yang ada dalam dirinya maka hal tersebut bakan dikerjkan tanpa

mempertimbangkan pihak lain.

Kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri sehingga

seseorang tidak mudah terpengaruh orang lain. Hal ini diungkapkan oleh Lauster

(dalam Ismayanti 2003). Didukung oleh hakim (2002), pengertian rasa percaya

diri secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang

terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut

membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam

hidupnya.

Penelitian Angelis (2003) mengenai percaya diri berawal dari tekad pada

diri sendiri, untuk melakukan segalanya yang kita inginkan dan kebutuhan dalam

hidup. Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri, sehingga kita mampu

menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.

Menurut Jacinta. F. Rini (2005) dari team e-psikologi, pengertian

kepercayaan diri adalah:

(3)

mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu

tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias

“sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya

beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki

kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri

sendiri.”

Berdasarkan pengertian tentang kepercayaan diri yang ada di atas maka

dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin

pada kemampuan diri sendiri yang timbul karena adanya sikap-sikap positif

terhadap kemampuannya sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan

orang lain guna mencapai tujuan hidupnya tanpa mudah terpengaruh oleh orang

lain.

2.1.2 Ciri-ciri Kepercayaan Diri

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disebutkan

ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri yaitu orang-orang yang mandiri, optimis,

aktif, yakin akan kemampuan diri, tidak perlu membandingkan dirinya dengan

orang lain, mampu melaksanakan tugas dengan baik dan bekerja secara efektif,

berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan yang dihadapi, mempunyai

pegangan hidup yang kuat, punya rencana terhadap masa depannya, mampu

mengembangkan motivasinya,mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungannya

(4)

Seperti telah dikemukakan diatas bahwa didalam uraian ini selain dikemukakan

ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang baik maka akan dikemukakan

pula tentang ciri-ciri orang yang kurang memiliki kepercayaan diri sebagai

perbandingan.

Lauster (2012) menyatakan bahwa rendahnya kepercayaan diri pada

seseorang menyebabkan orang menjadi ragu-ragu, pesimis dalam menghadapi

rintangan, kurang tanggung jawab, dan cemas dalam mengungkapkan

pendapat/gagasan.

Menurut Hakim (2002), ciri-ciri individu yang tidak memiliki kepercayaan

diri adalah: (1) mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat

kesulitan tertentu; (2) memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik

sosial, atau ekonomi; (3) sulit menetralisasi ketegangan di dalam suatu situasi; (4)

gugup dan kadang-kadang berbicara gagap; (5) memiliki latar belakang

pendidikan keluarga kurang baik; (6) memiliki perkembangan yang kurang baik

sejak masa kecil; (7) kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak

tahu bagaimana cara mengembangkan dirinya; (8) sering menyendiri dari

kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya; (9) mudah putus asa; (10)

cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah; (11) pernah

mengalami trauma; (12) sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah.

2.1.3 Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (Ghufron, 2010) ada beberapa aspek dari kepercayaan

diri sebagai berikut: (1) Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif

(5)

dilakukanya. (2) Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan

baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemauan. (3)

Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala

sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi

atau menurut dirinya sendiri. (4) Bertanggung jawab yaitu seseorang yang

bersedia untuk menanggung segala sesuatu yang menjadi konsekuensinya. (5)

Rasional dan realistis yaitu analisa tehadap suatu masalah, suatu hal, suatu

kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal sesuai dengan

kenyataan.

Menurut Lauster (2003) ada 4 aspek kepercayaan diri yaitu (1) Cinta diri.

Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta diri ini bukanlah sesuatu

yang dirahasiakannya bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan perilaku

seseorang untuk memelihara diri.(2) Pemahaman diri. Orang yang percaya diri

tidak hanya merenungi memikirkan perasaan dan perilaku sendiri. Orang yang

percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang

dirinya. (3) Tujuan hidup yang jelas. Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan

hidupnya, disebabkan punya pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan

tertentu dan tahu hasil apa yang bisa diharapkannya. (4) orang yang percaya diri

biasanya menyenangkan karena bisa melihat kehidupan dari sisi yang cerah serta

mencari pengalaman dan hasil yang bagus.

Menurut Thursan Hakim (2002) rasa percaya diri tidak muncul begitu saja

pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah

(6)

melalui proses: Pertama terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses

perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Kedua pemahaman

seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan

keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan

kelebihan kelebihannya. Ketiga pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap

kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri

atau rasa sulit menyesuaikan diri. Keempat pengalaman didalam menjalani

berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada

dirinya.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aspek-aspek dari rasa

percaya diri yaitu kemampuan yang dimiliki individu untuk mengembangkan diri,

berpikir realistis , tidak mudah putus asa, bertindak dengan tegas,selalu berpikiran

positif.

2.1.4 Karateristik Kepercayaan Diri

Berbagai karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri telah banyak diungkapkan oleh beberapa ahli. Menurut Lauster (2002) terdapat beberapa karakteristik untuk menilai kepercayaan diri individu, diantaranya: (1)Percaya kepada kemampuan sendiri, yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut. (2) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan secara mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Selain itu, mempunyai kemampuan untuk meyakini tindakan yang diambilnya tersebut. (3)Memiliki konsep diri yang positif, yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri sendiri. (4) Berani mengungkapkan pendapat, yaitu adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan perasaan tersebut.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa karateristik anak

(7)

bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif

dan berani mengungkapkan segala pendapatnya.

Guilford (Endang, 2000) mengemukakan karakteristik kepercayaan diri

yaitu, Pertama bila seseorang merasa adekuat yaitu bahwa ia dapat melakukan

segala sesuatu. Kedua bila seseorang merasa dapat diterima oleh kelompoknya.

Ketiga bila seseorang percaya sekali pada dirinya sendiri serta memiliki

ketenangan sikap, yaitu tidak gugup bila ia melakukan atau mengatakan sesuatu

secara tidak sengaja, dan ternyata hal itu salah. Dari beberapa karateristik

kepercayaan diri yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa orang yang

percaya diri selalu bersikap tenang dalam mengerjakan segala sesuatu karena

memiliki potensi dan kemampuan yang memadahi serta mampu menetralisir

ketegangan yang muncul dan mapu menyesuaikan diri dan berkomunikasi

diberbagai situasi. Selanjutnya, orang yang percaya diri juga didukung oleh latar

belakang pendidikan keluarga yang baik, memiliki pengalaman hidup serta selalu

bereaksi positif didalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap

tegar, sabar, tabah dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan sikap ini, adanya

masalah yang berat justru akan semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang.

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim (2002) sebagai berikut:

1). Lingkungan keluarga

Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Didalam keluarga juga ada ibu dengan anak maka disitulah proses komunikasi orang tua anak dapat terjalin.

(8)

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga dirumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya.

3). Pendidikan non formal

Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal. Secara formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari pandangan positif diri sendiri dan rasa aman.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kepercayaan diri terdapat 3 faktor diantaranya lingkungan

keluarga, pendidikan formal dan pendidikan non formal

Menurut Loekmono (1983) rasa percaya diri tidak terbentuk dengan

sendirinya melainkan berkaitan dengan seluruh kepribadian seseorang secara

keseluruhan. Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain di

sekitar lingkunganya dan semuanya itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya

diri. Dalam hal ini dapat dikatakan kepercayaan diri muncul dari individu sendiri

karena adanya rasa aman, penerimaan akan keadaan diri dan adanya hubungan

dengan orang lain serta lingkungan yang mampu memberikan penilaian dan

dukungan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri. Dukungan

yang ada serta penerimaan dari keluarga dapat pula mempengaruhi rasa percaya

diri dalam hal ini adalah remaja sebagai anggota keluarga. Orangtua mampu

memberikan nasehat, pengarahan, informasi kepada remaja dalam kaitannya

(9)

2.2 Komunikasi Orang Tua Dan Anak

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Menurut Raymond S.Ross (1974 dalam Rakhmat J., 2012) komunikasi

diartikan sebagai “ A transactional process involving cognitive sorting,

selecting,and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his

own experiences a mening or responses similar to that intended by the source

Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang

secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan

dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud

oleh sumber.

2.2.2 Komunikasi Orang Tua dan Anak

Dalam kehidupan seorang manusia tinggal dengan keluarga dan

bermasyarakat, mereka perlu memiliki keterampilan berkomunikasi agar dapat

terjalin hubungan secara lancar dengan orang lain, lebih-lebih orang tua dengan

remaja (Fadhillah, 2001). Dalam melaksanakan hubungan antar manusia ini sudah

jelas diperlukan adanya komunikasi agar dapat saling tukar menukar informasi.

Selanjutnya Fadhilah (2001), juga mengungkap bahwa komunikasi merupakan

salah satu penentu harmonis tidaknya hubungan antara orang tua dengan anak

atau remaja akan mempengaruhinya kemudian. Melalui komunikasi, remaja

remaja dapat menemukan dirinya sendiri, mengembangkan konsep diri dan dapat

menetapkan hubungan. Hubungan orang tua dengan anaknya akan menetukan

(10)

Pendapat Fadhilah (2001) orang tua yang telah gagal dengan anak

remajanya apabila semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak

remajanya namun semakin jauh jaraknya dengan mereka, serta apabila orang tua

selalu gagal untuk memotivasi anak remajanya untuk bertindak, atau dengan kata

lain komunikasi antara 2 orang tidak efektif. Menyadari hal tersebut maka

pentingnya komunikasi tersebut.

Menurut De Vito (2011), komunikasi adalah bagian dari kehidupan

manusia itu sendiri dimana sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan

lingkungannya.

Dari beberapa defisini dapat disimpulkan bahwa komunikasi orang tua dengan

anaknya adalah hubungan antar manusia untuk saling tukar menukar informasi

sebagai salah satu penentu harmonis tidaknya hubungan antara orang tua dan anak

remajanya. Sedangkan kualitas komunikasi orang tua anak dapat diartikan tingkat

baik buruknya suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang baik secara lisan

maupun tulisan, secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk

merubah tingkah laku orang lain.

2.2.3 Aspek-aspek Komunikasi

Laswell (1999) menjabarkan aspek-aspek pokok dari komunikasi yaitu ada keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, empati, dan kesediaan untuk mendengar.

a. Keterbukaan

Keterbukaan membantu mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai, isi pikiran dan perasaan orang lain. Keterbukaan ini berarti mengungkapkan reaksi atau tanggapan situasi yang sedang dihadapi, serta memeberikan informasi tentang masa lalu yang berguna untuk memahami tanggapan tersebut. Perasaan tidak aman karena takut mengecewakan dan mendapat penolakan dari orang yang dicintai menjadi penghalang munculnya sikap terbuka.

b. Kejujuran

(11)

dan meredakan kemarahan dalam komunikasi. Namun untuk mendapatkan kesan yang baik, orang enggan mengungkapkan yang sebenarnya.

c. Kepercayaan

Menaruh kepercayaan tanpa menaruh kecurigaan akan membantu memperlancar tercapainya tujuan komunikasi.

d. Empati

Empati merupakan kemampuan untuk berfikir dan merasakan hal yang sesuai dengan apa yang dirasa orang lain. Empati berarti berusaha menempatkan diri pada keadaan orang lain baik secara intelektual dan emosi.

e. Kesediaan untuk mendengar

Mendengarkan merupakan suatu proses aktif yang membutuhkan konsep dan dilakukan pemahaman terhadap stimulus untuk memberi feedback (umpan balik), dengan demikian mendengarkan lawan bicara dan meresponnya maka dialog akan berjalan lurus.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aspek-aspek

dalam komunikasi yaitu adanya keterbukaan antara orang tua dan anaknya,

kejujuran, empati dan kesediaan untuk mendengarkan

2.2.4 Remaja

Menurut Hurlock (1999) remaja adalah Adolescence berasal dari kata latin

adolescere yang berarti remaja, yang mengandung arti tumbuh memiliki arti yang

luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan

pendapat ahli lain Chaplin (2002), masa remaja adalah periode antara pubertas

dan kedewasaan. Usia remaja antara 12 sampai 21 tahun untuk anak gadis yang

lebih cepat matang daripada anak laki-laki yang berusia 13 sampai 22 tahun untuk

anak laki-laki.

Menurut Havigurst (dalam Hurlock, 1999) seseorang remaja menghadapi

tugas-tugas perkembangan (development tasks). Dalam akhir periode

perkembangan remaja, remaja dituntut untuk semakin matang dan dapat

memenuhi tugas perkembangan tersebut pada umumnya, periode ini dialami oleh

(12)

sederajat dan mahasiswa. Klarifikasi usia menurut Hurlock (1994) masa remaja

awal mulai usia 13 sampai 17 tahun dimana pada usia itu merupakan masa yang

penuh pertentangan dalam hubungan keluarga, dan pada saat inilah hubungan

keluarga buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap manusia, terlebih selama

masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak

percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk mendapatkan rasa

aman. Lebih-lebih karena masa remaja berada pada posisi tengah atau peralihan

yaitu setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa.

Dapat disimpulkan pengertian remaja adalah masa peralihan antara

kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, seperti

pertumbuhan organ-organ tubuh, perkembangan seksual, perkembangan sosial

yang ditandai kurang interaksi dan komunikasi dengan orang tua yang

menyebabkan seseorang remaja tidak bisa memiliki tingkat kepercayaan diri

tinggi.

2.2.5 Pengaruh Komunikasi terhadap Kepercayaan diri

Anak yang dimaksudkan disini adalah remaja. Menurut Hurlock (1994),

masa remaja awal merupakan masa yang penuh dengan pertentangan dalam

hubungan dengan keluarga, dan pada saat itulah hubungan keluarga berada pada

titik rendah. Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada

setiap manusia terlebih selama remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan

perempuan sangat tidak percaya diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk

mendapatkan rasa aman terlebih pada anak perempuan cenderung lebih dekat

(13)

mengemukakan bahwa kebanyakan unsur-unsur yang membentuk atau

menhambat perkembangan rasa percaya diri seseorang dberasal dari dalam pribadi

individu itu sendiri, tetapi ada juga berasal dari norma dan pengalaman keluarga.

Melalui komunikasi remaja dapat menemukan dirinya sendiri dan dapat

menetapkan hubungan remaja dengan lingkungan. Pengaruh orang tua dengan

anak remajanya akan menetukan kualitas orang tersebuthal ini didukung oleh

rakhmat (2002) bahwa komunikasi menentukan kualitas hidup kita karena

komunikasi menyentuh segala aspek hidup kita.

2.3 Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Siska, Sudardjo, dan Esti tahun 2006 (UGM), pada

mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi (UKRIM) menghasilkan

koefisien korelasi sebesar r = - 0,725 dengan P < 0,01 yang berarti ada hubungan

yang negative signifikan antara kepercayaan diri dengan komunikasi

interpersonal. Berarti semakin rendah kepercayaan diri, maka semakin tinggi

komunikasi interpersonalnya dan juga sebaliknya. Hasil penelitian lain yang

relevan adalah dengan hasil penelitian Hermadi Fajar arifin dengan judul

penelitian pengaruh kepercayaan diridengan komunikasi interpersonal yaitu

dengan koefisien regresi 0.572 , dengan p < 0.05 (2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Jawa Pos tahun 2001 tentang percaya diri,

menunjukkan bahwa setengah dari responden yang berjumlah 420 siswa SMA /

SMK dan Perguruan Tinggi mengaku pernah mengalami rasa rendah diri

disebabkan kekurangan dalam hal tampilan fisiknya yaitu sekitar 33,9 % karena

(14)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka, dapat diajukan suatu

hipotesis atau dugaan sementara mengenai “Pengaruh Komunikasi Orang Tua –

Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa” yaitu :

“ Ada pengaruh yang signifikan Antara Komunikasi Orang Tua-Anak terhapat

kepercayaan diri Remaja.”

Ho : r x y ≤ 0 : Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara

Kualitas Komunikasi Orang tua-anak terhadap kepercayaan di Remaja.

Hi : r x y ≥ 0 : Artinya ada pengaruh yang signifikan antara Kualitas

Referensi

Dokumen terkait

[r]

5' Lampiran v : Tugas merrgajar closen junrsarr Perrcliclikan Teknik Sipil clan perencanaan Fakultas Teknik universitas Negeri yogyakarta semester Genap zo14/zo1,s. 6'

 Anak mengungkapkan kalimat sederhana  Anak membedakan ciptaan tuhan  Anak membuat kolase dari kulit salak  Anak menulis dengan rapi.  Anak membuat tenda-tenda mainan

[r]

Dari hasil analisis perkembangan perubahan struktural yang dilihat dengan menggunakananalisis trend linier dapat diketahui trend perubahan struktural untuk sektor pertanian

3ahwa dalam rangka pelaksanaan tugas pendidikan dan pengajaran Semester Qenap20l2l20l3, Fakultas Tekuik Universitas Negeri Yogyakarta, perlu menetapkan Tugas Mengajar

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran, Kami Panitia Pengadaan Kegiatan Pembangunan Ruang Kelas Sekolah, Kegiatan Pembangunan Taman, Lapangan Upacara dan Fasilitas Parkir serta

[r]