8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Perencanaan Karir 2.1.1 Teori Perencanaan Karir
Williamson (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah
perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling jabatan yang
berpegang pada teori Trait-Factor. Frank Parsons menunjukkan tiga langkah
yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai yaitu : (1)
pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai
kelebihan dan kelemahan serta ciri-ciri lainnya. (2) pengetahuan tentang
keseluruhan tentang persyaratan yang harus dipenuhi sepaya dapat mencapai
sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang balas kerja dan kesempatan
untuk maju dalam berbagai bidang pekerjaan. (3) berfikir secara rasional
mengenai hubungan antara kedua kelompok fakta di atas. Jadi, langkah yang
pertama menggunakan analisis diri, langkah kedua memanfaatkan informasi
jabatan (vocational information), langkah yang ketiga menerapkan
kemampuan untuk berfikir rasional guna menemukan kecocokan antara
ciri-ciri kepribadian yang memiliki relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan
dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan tuntutan kualifikasi dan
kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Williamson (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) merumuskan pula
sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor Counseling : (a) setiap individu
memiliki sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi umum,
bakat khusus, taraf kretifitas, wujud minat serta keterampilan yang
bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu. Kemampuan dan
variasi potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits), yang telah agak
stabil sesudah masa remaja lewat dan dapat diidentifikasikan melalui tes-tes
psikologis. Data hasil testing memberikan gambaran deskriptif tentang
individualitas seseorang yang lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau
9 pada seseorang menunjukkan hubungan yang berlainan dengan kemampuan
dan ketrampilan yang dituntut pada sorang pekerja di berbagai bidang
pekerjaan. Juga wujud minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan
yang berlain-lainan denagn pola minat yang ditemukan pada orang berkarir
diberbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian dibutuhkan informasi
pekerjaan (vocatianal information), yang tidak hanya mendeskripsikan
tugas-tugas yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam
kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam
suatu bidang pekerjaan. (c) sesuai dengan pola berfikir pada butir b,
kurikulum suatu program studi menurut sejumlah kualifikasi tertentu. Siswa
akan belajar lebih mudah dan dengan hasil yang lebih memuaskan, kalau pola
kemampuan dan minatnya sesuai dengan pola kualifikasi tertentu yang
dituntut dari seseorang (maha) siswa yang mengikuti program studi tertentu.
Dengan demikian informasi pendidikan (educatian information) yang
dibutuhkan bukan hanya mendeskripsikan isi dari suatu program studi, tetapi
juga menggambarkan pola kualifikasi (human capacities) yang dituntut. (d)
setiap individu mampu, derkeinginan dan berkecenderungan untuk mengenal
diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berfikir baik-baik,
sehingga dia akan menggunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal
mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri secara
memuaskan.
Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa, tujuan dari
perencanaan karir ini adalah supaya siswa menempatkan diri dalam program
studi akademik dan lingkup non akademik, yang menunjang
perkembangannya dan semakin merealisasikan rencana masa depannya, atau
melibatkan diri dalam lingkup suatu jabatan yang diharapkan cocok baginya
dan memberikan kepuasan kepadanya. Jika kegiatan layanan penempatan jauh
lebih kompleks dan mencakup unsur-unsur (1) perencanaan masa depan, (2)
pengambilan keputusan, (3) pemasukan kesalah satu jalur akademik maupun
non akademik, program ekstrakulikuler, program persiapan jabatan, (4)
10 Semua aspek tersebut mencakup satu hal yaitu penempatan
(placement) yang merupakan salah satu komponen bimbingan. Ragam
bimbingan karir adalah suatu saluran realisasi komponen bimbingan ini dan
sesuai dengan perluasan bimbingan karir mencakup semua aspek
perkembangan jabatan. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa
penempatan adalah saling keterkaitan antara perencanaan jalur pendidikan
(formal dan non formal), perkembangan pribadi, pilihan jabatan dan gaya
hidup.
2.1.2 Jenis Perencanaan Karir
Menurut Winkel & Hastuti (2006) perencanaan yang matang menurut
pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka panjang
(long range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka
pendek (short rang goal). Secara idea, tujuan yang terakhir ini menjadi
tujuan intermediary yang semakin mendekatkan siswa kepada tujuan jangka
panjang. Gaya hidup (life style) yang ingin dicapai temasuk tujuan jangka
panjang misalanya, nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin direalisasikan
dalam hidup. Sertifikat, ijasah, dan kemampuan yang dipersiapkan untuk
memegang suatu rencana pekerjaan dimasa depan, termasuk tujuan dalam
jangka pendek.
Winkel & Hastuti (2006) mengemukakan kegunaan dari
paerencanaan karir diamsa depan adalah untuk meminimalkan kemungkinan
dibuat kesalahan yang berat dalam memilih alternati-alternatif yang ada.
Seandainya siswa hanya memikirkan tujuan jangka pendek saja, tanpa jelas
menghubungkan dengan suatu tujuan jangka panjang (karir dimasa depan)
terdapat kemungkinan bahwa suatu tujuan jangka pendek yang telah dicapai
tenyata tidak salaras dengan tujuan jangka panjang. Kematangan perencanaan
karir untuk jangka panjang juga tergantung dari corak pendidikan yang
diterima dari dalam keluarga.
Winkel & Hastuti (2006) menyatakan hasil dari perencanaan ialah
11 pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat atas dan lain pula dijenjang
perguruan tinggi dan pendidikan non formal. Namun kebanyakan pilihan itu
menyangkut tujuan jangka pendek, yang merupakan tujuan penunjang dari
tujuan jangka panjang. Setelah membuat keputusan siswa mendaftarkan diri
untuk diterima dalam suatu program akademik, suatu pendidikan latihan
prajabatan atau suatu program ekstrakulikuler. Siswa tersebut diterima atau
tidak dalam program yang dipilih , bukan keputusan siswa tersebut
melainkan keputusan dari instansi atau pejabat yang berwenang. Keputusan
ini akan semakin dimdahkan bila instansi yakin bahwa pilihan siswa telah
berfikir secara matang dan merupakan suatu hasil perencanaan, bukan
sekedar langkah yang mengawang-awang atau hanya mancoba saja.
2.1.3 Layanan Bimbingan Penempatan
Layanan bimbingan penempatan (placemant) merupakan salah satu
komponen bimbingan. Komponen ini mencakup semua usaha membentu
siswa dalam merencanakan masa depannya selama masih disekolah, dan
sesudah tamat dalam mengambil program studi tertentu sebagai studi lanjutan
atau langsung mulai bekerja. WS Winkel dan Sri Hastuti (2006) menyatakan
bahwa, tujuan dari layanan bimbingan penempatan ini adalah supaya siswa
menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup non-akademik,
yang menunjang perkembangannya dan semakain merealisasikan rencana
masa depannya, atau melibatkan diri dalam lingkup suatu jabatan yang
diharapkan cocok baginya dan memberikan kepuasasan kepadanya.
Penempatan dalam komponen bimbingan telah mengalami
perkembangan dari pengertian bantuan kepada siswa dalam memasuki jalur
studi ataupun dalam biang pekerjaan atau bisa disebut juga dengan bantuan
dalam menetapkan tujuan dan membuat pilihan yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan dalam hal studi akademik maupun non-akademik,
persiapan yang berkaitan dengan perencanaaan masa depan, bantuaan ini
termasuk realisasi dan implementasi dari seluruh rencana yang telah dibuat.
12 semula. Jika kegiatan layanan penempatan jauh lebih kompleks dan
mencakup unsur-unsur (1) perencanaaan masa depan; (2) pengambilan
keputuan; (3) pemasukan kesalah satu jalur akademik maupun non-akademik;
(4) pemantapan; (5) pengumpulan data dalam rangka penelitian terhadap
mereka yang sudah selesai sekolah.
Semua aspek tersebut mencakup satu hal yaitu penempatan
(placemant) yang merupakan salah satu komponen bimbingan. Ragam
bimbingan karir adalah suatu saluran realisasi komponen bimbingan ini dan
sesuai dengan perluasan bimbingan karir mencakup semua aspek
perkembangan jabatan. Schmidt (dalam WS Winkel & Sri Hastuti, 2006)
menyatakan bahwa penempatan adalah saling keterkaitan antara perencanaan
jalur pendidikan (akademik atau non-akademik) perkembangan pribadi,
pilihan jabatan dan gaya hidup.
2.1.4 Teori Perkembangan Karir Donald Super
Donald Super (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) mencanangkan
sutu pendangan tentang perkembangan karir yang berlingkup luas, karena
perkembangan karir siswa itu mencakup beberapa faktor. Faktor tersebut
sebagian terdapat pada diri individu sendiri dan sebagian terdapat dari
lingkungan hidupnya, yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan
bersama-sama membentuk proses perkembangan karir seseorang.
Perencanaan karir merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada
individu seperti kebutuhan, sifat-sifat kepribadian serta kemampuan
intelektualdan banyak faktor dari luar individu., seperti taraf kehidupan sosial
ekonomi keluarga, variasi tuntutan dan lingkungan kebudayaan dan
kesempatan/kelonggaran yang muncul. Akan tetapi, faktor yang paling
terpenting adalah dariindividu sendiri. Unsur dasar dalam pandangan Donald
Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan
yang akan dilakukan (perencaan karir) dan jabatan yang akan dilakukan.
Gambaran diri menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan
13 mencapai kepuasan atau sukses. Dengan demikian, individu mewujudkan diri
dalam gambaran suatu bidang pekerjaan yang paling memungkinkan untuk
mengekprsikan dirinya sendiri, misal seseorang siswa memandang diringa
sebagai orang yang berkemampuan tinggi dan rela mengorbankan dirinya,
serta dibesarkan dalam keluarga yang telah mencetak beberapa dokter,
akhirnya membentuk gambaran diri yang membenyangkan dirinya sendiri
sebagai dokter yang ulung dan ulet.
Donal Super membagi tahap perkembangan karir menjadi lima,
tahapan perkembangan karir dibagi berdasarkan usia seseorang yaitu dari
seseorang lahir sampai dengan masa pensiunnya. Berikut ini adalah proses
perkembangan karir Donald Super dibagi menjadi lima tahap (Winkel & Sri
Hastuti, 2006) yaiyu :
1) Pertumbuhan (Growth), yaitu dari saat lahir sampai umur kurang lebih 15
tahun, dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas,
sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur
gambaran diri.
2) Fase Eksplorasi (Exploration) dari umur 15 tahun sampai dengan umur
24 tahun, dimana seseorang memikirkan berbagai alternatif karir tetapi
belum mengambil keputusan yang mengikat.
3) Fase pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai dengan 44 tahun,
dimana seseorang berusaha untuk memantapkan diri melalui seluk beluk
pengalaman yang telah diperoleh.
4) Fase pembinaan (Maintenance) dari umur 45 sampai 64 tahun, dimana
seseorang sudah dewasa menyesuwaikan diri dalam bentuk penghayatan
jabatannya.
5) Fase kemunduran (Decline) bila seseorang memasuki masa pensiun dan
harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.
Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya
sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu karir yang
tampak dalam tugas-tugas perkembangan karir. Pada masa tertentu dalam
14 Perencanaan karir garis besar masa depan (crystalization) 14-18 tahun yang
terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi
kehudupannya. Penentu (specification) antara tahun 18-24 tahun, yang
bercirikan mengarah diri kepada bidang pekerjaan tertentu dan menemuinya.
Pemantapan (estabilishment) antara umur 24-35 tahun, yang bercirikan
mampu memegang suatu pekerjaan tertentu. Pengakaran (consilidation)
sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun, yang bercirikan mencapai
status tertentu dan memperoleh senioritas.
Donald Super dalam (Winkel & Sri Hastuti, 2006) mengembangkan
konsep kematangan vokasional (career, maturity, vocational maturity) yang
menunjukkan pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas
perkembangannnya. Indikasi yang relevan dalam kematangan vokasional
adalah :
1) Kemampuan membuat rencana
2) Kerelaan memikul tanggung jawab
3) Serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang
dipertimbangkan dalam membuat suatu perencanaan.
Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan
karir dan konseling karir yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang
gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pengangan bagi seorang
tenaga pendiri bila meracangkan pendidikan karir dan bimbingan karir, yang
membawa siswa kepemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia
kerja, selaras dengan tahap perkembangan karir tertentu. Dengan demikian
program pendidikan karir di SD, SMP, dan SMA harus bertujuan secara
berangsur-angsur mengangkat siswa kepemahaman diri dan pengolahan
informasi yang lebih tinggi dan matang.
2.1.5 Aspek-aspek Perencanaan Karir
Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana
terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman tentang
15 informasi yang relevan dan menafsirkan makna bagi dirinya sendiri dan
membuat pilihan-piliahan yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu kanselor harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang
relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan
bimbingan karir dalam bentuk kelompok maupun individual.
Donald Super (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) mengemukakan
beberapa faktor yang diperlukan dalam membuat perancanaan karir siswa :
a) Informasi tentang diri sendiri yaitu meliputi data tentang : (1)
kemampuan intelektual, (2) bakat khusus dibidang studi akademik, (3)
minat-minat baik yang besifat luas maupun lebih khusus, (4) hasil belajar
dari berbagai bidang studi inti, (5) sifat-sifat kepribadian yang
mempunyai relefansi terhadap suatu program studi akademik, suatu
program latihan prajabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani
berbicara dan bbertindak, kooperatif, sopan dan dapat diandalakan,
bijaksana, rajin, berpotensi, rapi tekun, toleran, tahan dalam situasi yang
penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan berwatak baik, (6) perangkat
kemahiran kognitif, seperti kemampuan mengatur arus pikiran sendiri
dalam menghadapi suatu permasalahan, kemampuan menguraikan secara
lisan dan tertulis, kemampuan mengatur dirinya sendiri, memampuan
memahami dan berbicara asing dan kemampuan menghadap orang lain,
(7) nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masa depan, (8) bekal berupa
keterampilan khusus yang dimiliki dalam bidang administrasi/tata usaha,
kesenian, olahraga, mekanik, serta koordinasi motorik, yang senuanya
sangat relefan bagi program perencanaan karir yang diinginkan, (9)
kesehatan fisik serta mental, (10) kematangan vokasional.
b) Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam lingkup
informasi tentang gambaran diri sendiri yang sebenarnya termasuk data
sosial. Namun, keadaan keluarga sebagai lingkungan hidup yang palng
bermakna bagi individu yang sehari-hari bersama keluarga ikut
berpengarug besar terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan
16 pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laiki-laki dan
perempuan, (3) harapan keluarga untuk masa depan anak, (4) taraf sosial
ekonomi kehiduapan keluarga, (5) gaya hidup dan suasana keluarga, (6)
taraf pendidikan orang tua, (7) sumber konflik orang tua dan anak, (8)
status perkawinan, (9) siapa yang tinggal dirumah selain orang tua sendiri
dan kakak adik.
Konsep diri merupakan benang merah dalam menciptakan satu
kesatuan yang terpadu dan seluruh proses perkembangan karir, termasuk
perencanaan karir dan pengambilan keputusan. Penilaian siswa terhadap
diri sendiri tentang kemampuan intelektual, bakat khusus dibidang studi
akademik dan berbagai keterampilan khusus mempunyai relevansi
terhadap perencanaan karir siswa, karena jika siswa telah menilai
gambaran tentang dirinya sendiri maka siswa cenderung berperilaku
sesuai dengan persepsinya.
c) Informasi tentang lingkunya hidup yang relevansi bagi perencanaan karir,
khususnya informasi pendidikan (education information) dan informasi
jabatan (vocational information), yang bersama-sama dikenal dengan
informasi karir (career information). Pemberian informasi ini bertujuan
agar siswa mempunyai pemehaman tentang jenis-jenis pekerjaan yang
ada didalam masyarakat, mengenai informasi-informasi jenis-jenis
pendidikan kelanjutan studi dan mengenai prospek informasi pekerjaan
yang dibutuhkan masyarakat dimasa depan.
2.1.6 Langkah-langkah Dalam Perencanaan Karir
Konselor dalam membantu siswa membuat perencanaan karir siswa
tidaklah mudah, karena konselor harus mempertimbangkan beberapa aspek
yang ada didalam diri siswa. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan
beberapa tantangan konselor dalam membantu perencanaan karir siswa yaitu
:
17 2) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran
tentang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak dimengerti
oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja.
3) Harus menghindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinan
konseli akan berhasil atau gagal dalam mengambil suatu jalur. Setelah
siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri
sendiri dan tentang lingkungan hidupnya, dia tetap bebas memilih.
4) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang cocok
bagi konseli dan akan memuaskan baginaya. Maka dapat dianggap
bijaksana jika seorang siswa membuat beberapa alternative dalam urutan
prioritas : pilihan pertama, kedua dan seterusnya.
5) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar keinginan
saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut pandang yang
diinginkan, juga harus ditinjau dari sudut pandang apakah dimungkinkan,
dan dapat membaa hasil yang diharapkan seandainya dipilih.
2.2 Cooperative Learning Tipe Group Investigation
2.2.1 Pengertian Group Investigation
Menurut Huda (2011) Group investigation adalah suatu metode
pembelajaran yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan ini lebih
menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan
tehnik-tehnik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar
demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa
mempunyai kebebasan untuk memilih matei yang akan dipelajari sesui
dengan topik yang sedang dibahas. Suprijono (2011) mengemukakan bahwa
dalam penggunaan metode Group Investigation maka setiap kelompok akan
bekerja untuk melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka
pilih.
Sesuai dengan pengertian-pengertian tersebut maka dapat diketahui
maka pembelajaran dengan metode Group Investigation adalah pembelajaran
18 serta motivasi siswa untuk belajar. Kondisi ini ternyata sejalan dengan apa
yang dikemukakan Narudin (2009) group Investigationn merupakan salah
satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya
dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
2.2.2 Langkah-langkah Group Investigation
Menurut Slavin (2011) dalam group investigation siswa perlu bekerja
dalam 6 tahap. Guru perlu mengadaptasikan pedoman-pedoman ini dengan
latar belakang, umur, dan kemampuan siswa. Enam tahapan dalam group
investigation yaitu :
Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid kedalam kelompok.
a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik
yang telah mereka pilih.
c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan.
Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
Para siswa merencanakan bersama mengenai :
a) Apa yang kita pelajari?
b) Bagaimana kita mempelajarinya?
c) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)
19 Tahap 3: Melaksanakan investigasi
a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisi data, dan membuat
kesimpulan.
b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan
kelompoknya.
c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis
semua gagasan.
Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir.
a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka membuat presentasi mereka.
c) Wakil-wakil keompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir.
a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam
bentuk.
b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran siswa
secara aktif.
c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.
Tahap 6: Evaluasi.
a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,
mengani tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka.
b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
20 2.2.3 Kelebihan dan kekurangan Group Investigation
Metode Group investigation memanglah suatu rancangan mengenai
pola pembelajaran aktif melalui investigasi kelompok yang terorganisir
dengan baik. Namun, metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan
(Robert E. Slavin, 2011), seperti di bawah ini:
1) Kelebihan Group Investigation
a) Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan
inkuiri kompleks.
b) Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya
benar-benar diserap dengan baik.
c) Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja
sama dengan siswa lain.
d) Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif)
dan group process skill (managemen kelompok).
e) Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun
di luar sekolah.
f) Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan.
g) Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling
menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih
mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa
berguna untuk orang lain.
h) Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam
mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif.
2) Kelemahan Group Investigation
a) Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit.
b) Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para
siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara
sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak
turut aktif.
21 d) Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas
menjadi mudah ribut.
e) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
f) Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik
investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi
guru yang kurang kesiapannya.
2.3 Penelitian yang Relevan
Berkaitan dengan penelitian ini penelitian yang dilakukan oleh Afifah
(2005) tarhadap siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis
dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007. Dalam perencanaan karir pada
peserta didik kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan
Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007 termasuk dalam kategori efektif
dengan persentase keberhasilan 81,99%. Ada Pengaruh yang signifikan
antara metode Group Investigation terhadap perencanaan karir pada siswa
kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun
pelajaran 2006/2007.
Penelitian Listiana (2006) meneliti Tentang Keefektifan Metode
Group Investigation dan perencanaan karir SMA Negeri 1 Kudus
menemukan bahwa metode Group Investigation efektif untuk perencanaan
karir peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai Z=4,264 > nilai Z = 1,94.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H0 = Terdapat peningkatan perencanaan karir siswa dengan menggunakan
metode Group Investigation.
Ha = Tidak terdapat peningkatan perencanaan karir siswa dengan