• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONVERSI SISTEM INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONVERSI SISTEM INFORMASI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas : Take Home – Ujian Akhir Triwulan (Individu) Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Arief Imam Suroso, MSc (CS) Batas Penyerahan : 17 Januari 2015

KONVERSI SISTEM INFORMASI

Disusun oleh : Andi Susanto (P056133392.52E) http://blogstudent.mb.ipb.ac.id/members/andi52e PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 2 1.1. LatarBelakang ...2 1.2. Tujuan Penulisan ...4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5 3.1) Sistem Informasi dan Teknologi Informasi ...5 BAB IV PEMBAHASAN ... 13 4.1) Contoh Kasus Konversi/Upgrade Sistem web check in Garuda Indonesia yang bermasalah pada Tahun 2010 ... 13 BAB V KESIMPULAN ... 18 5.1 KESIMPULAN ... 18 DAFTAR PUSTAKA ... 19

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Perkembangan sistem informasi saat ini begitu pesat seiring waktu berjalan, bahkan begitu banyak orang diseluruh dunia bergantung pada teknologi yang terus berkembang. Salah satunya perkembangan sistem informasi yang berbasis pada komputer dan juga berbasis pada jaringan. Keterkaitan antara komputer dan jaringan merupakan satu kesatuan yang terorganisasi dimana sebuah system informasi menjadi kesatuan yang diimplementasikan.

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan yang jelas bekerja bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan. Sistem informasi adalah kombinasi dari people, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber-sumber data, prosedur dan kebijakan yang terorganisasi dengan baik yang dapat menyimpan, mengadakan lagi, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam suatu organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan) dan data yang disimpan (sumber daya data). Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sistem informasi memberikan peran yang sangat penting dalam dunia bisnis sehingga seringkali orang menggunakan keunggulan sistem informasi yang ia gunakan sebagai kunci strategi bisnis. Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibat bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan

(4)

pesaingnya. Disamping itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik. Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data). Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system). Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan dalam mendesain sistem baru. Pemanfaatan sistem informasi dalam pengelolaan perusahaan saat ini merupakan kebutuhan penting. Sistem informasi adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi untuk mendukung operasi dan manajemen. Sistem informasi yang sering digunakan adalah interaksi antara orang, proses algoritmik, data dan teknologi. Pengertian ini tidak hanya merujuk pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi namun juga untuk menggambarkan bagaimana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.

Sering kali dalam melakukan updating sistem informasinya organisasi melakukan kesalahan dalam melakukan pengalihan dari suatu sistem lama ke sistem baru (konversi sistem) hal ini tentunya dapat berakibat fatal bagi organisasi. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam konversi sistem informasi dapat terjadi apabila tidak dilakukan langkah-langkah awal dengan tepat sebelum dilakukan konversi. Adapun hal yang perlu dilakukan sebelum proses konversi yaitu 1) Proses perencanaan dan permodelan, meliputi analisa kebutuhan dan design, 2) konstruksi, meliputi penyusunan kode dan pengujian 3) Pemrograman dan pengetesan perangkat lunak (software), meliputi kegiatan : Developmental (error testing per modul oleh programmer), Alpha testing (error testing ketika sistem digabungkan dengan interface user oleh software tester), dan Beta testing (testing dengan lingkungan dan data sebenarnya). Dengan memperhatikan hal-hal tersebut sebelum konversi dilakukan akan mampu meminimalisir kesalahan dalam melakukan konversi sistem.

(5)

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:

a) Menganalisa mengetahu pendekatan yang dilakukan dalam rangka mengkonversi sistem informasi

b) Membahas contoh penerapan konversi sistem informasi dalam perusahaan.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1) Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

Konversi sistem merupakan tahapan yang harus dilalui agar dapat mengoperasikan sistem baru dalam rangka menggantikan sistem yang lama atau proses pengubahan dari sistem lama ke sistem baru yang biasanya dilakukan dalam rangka mempermudah kerja dan mengupdate sistem menjadi lebih baik. Tingkat kesulitan dan kompleksitas dalam proses konversi dari sistem lama ke sistem baru tergantung pada sejumlah faktor.

Jika sistem baru merupakan paket perangkat lunak terbungkus (canned) yang akan berjalan pada komputernya yang baru, maka konversi akan relatif lebih mudah.

Jika konversi memanfaatkan perangkat lunak terkustomisasi baru, database baru, perangkat komputer dan perangkat lunak kendali baru, jaringan baru dan perubahan drastis dalam prosedurnya, maka konversi menjadi agak sulit dan menantang. Metode yang dapat digunakan untuk mengkonversi sistem Ada empat metode, yaitu : 1. Konversi Langsung (Direct Conversion) 2. Konversi Paralel (Parallel Conversion) 3. Konversi Bertahap (Phase-ln Conversion) 4. Konversi Pilot {Pilot Conversion)

Adapun rincian dari masing-masing sistem tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Konversi Langsung (Direct Conversion)

Konversi ini dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya dengan sistem baru. Konversi langsung adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem lama,

(7)

yang kadang-kadang disebut pendekatan cold turkey. Apabila konversi telah dilakukan, maka tak ada cara untuk balik ke sistem lama. Asumsi dari penggunaan sistem ini diantaranya adalah : 1. Data sistem yang lama bisa digantikan sistem yang baru 2. Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai. 3. Sistem yang bau bersifat kecil atau sederhana atau keduanya. 4. Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara sistem – sistem tersebut tidak berarti. Kelebihan dari sistem konversi langsung ini yaitu sistem ini relatif murah, namun memiliki resiko kegagalan yang cukup besar. Gambar 1. Konversi Langsung 2. Konversi Paralel (Parallel Conversion)

Konversi Paralel adalah suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak untuk beberapa période waktu. Pada konversi ini, sistem baru dan sistem lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui masa tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama, maka sistem lama segera dihentikan. Kelebihan dari sistem ini yaitu merupakan pendekatan yang paling aman sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah merupakan cara yang paling mahal, karena pemakai harus menjalankan dua sistem sekaligus. Besarnya biaya dikeluarkan untuk penduplikasian fasilitas-fasilitas dan biaya personel yang memelihara sistem rangkap tersebut.

SISTEM LAMA SISTEM BARU PEMOTONGAN

(8)

Gambar 2. Konversi Paralel 3. Konversi Bertahap (Phase-In Conversion)

Konversi ditakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama dengan sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali dengan yang lama. Jika tak terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi untuk mengganti modul-modul lama yang lain. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya semua sistem lama akan tergantikan oleh sistem baru. Kelebihan dari sistem konversi ini yaitu kecepatan perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber-sumber pemrosesan data dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama période waktu yang luas. Sedangkan kelemahannya yitu keperluan biaya yang harus diadakan untuk mengembangkan interface temporer dengan sistem lama, daya terapnya terbatas, dan terjadi kemunduran semangat di organisasi, sebab orang-orang tidak pernah merasa menyelesaikan sistem.

Sistem konversi ini dianggap lebih aman daripada konversi langsung. Dengan metode Konversi Phase-in, sistem baru diimplementasikan beberapa kali, yang secara sedikit demi sedikit mengganti yang lama. la menghindarkan dari risiko yang ditimbulkan oleh konversi langsung dan memberikan waktu yang banyak kepada pemakai untuk mengasimilasi perubahan. Untuk menggunakan metode phase-in, sistem harus disegmentasi.

SISTEM LAMA

SISTEM BARU PEMOTONGAN

(9)

Gambar 3. Konversi Bertahap

4. Konversi Pilot (Pilot Conversion)

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi tertentu yang diperlakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka akan diperluas ke tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya dan risiko yang rendah. Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasilah yang mencoba mengembangkan sistem baru. Kalau metode phase-in mensegmentasi sistem, sedangkan metode pilot mensegmentasi organisasi. Gambar 4. Konversi Pilot Konversi File Total Jika file sistem baru dan file sistem lama berada pada media yang bisa dibaca komputer, maka bisa dituliskan program sederhana untuk mengkonversi file dari format lama ke format baru.

Umumnya pengkonversian dari satu sistem komputer ke sistem yang lain akan melibatkan tugas-tugas yang tidak bisa dikerjakan secara otomatis.

PEMOTONGAN TOTAL

(10)

Rancangan file baru hampir selalu mempunyai field-field record tambahan, struktur pengkodean baru, dan cara baru perelasian item-item data (misalnya, file-file relasional).

Seringkali, selama konversi file, kita perlu mengkonstruksi prosedur kendali yang rinci untuk memastikan integritas data yang bisa digunakan setelah konversi itu.

Dengan menggunakan klasifikasi file berikut, perlu diperhatikan jenis prosedur kendali yang digunakan selama konversi:

1. File Master

Ini adalah file utama dalam database. Biasanya paling sedikit satu file master diciptakan atau dikonversi dalam setiap konversi sistem.

2. File Transaksi

File ini selalu diciptakan dengan memproses suatu sub-sistem individual di dalam sistem informasi. Akibatnya, ia harus dicek secara seksama selama pengujian sistem informasi. 3. File Indeks File ini berisi kunci atau alamat yang menghubungkan berbagai file master. File indeks baru harus diciptakan kapan saja file master yang berhubungan dengannya mengalami konversi. 4. File Tabel

File ini dapat juga diciptakan dan dikonversi selama konversi sistem. File tabel bisa juga diciptakan untuk mendukung pengujian perangkat lunak. 5. File Backup

Kegunaan file backup adalah untuk memberikan keamanan bagi database apabila terjadi kesalahan pemrosesan atau kerusakan dalam pusat data. Oleh karenanya, ketika suatu file dikonversi atau diciptakan, file backup harus diciptakan.

(11)

Konversi File Gradual

Beberapa perusahaan mengkonversi fiie-fiie data mereka secara gradual (sedikit demi sedikit). Record-record akan dikonversi hanya ketika mereka menunjukkan beberapa aktivitas transaksi.

Record-record lama yang tidak menunjukkan aktivitas tidak pernah dikonversi. Metode ini bekerja dengan cara berikut:

1. Suatu transaksi diterima dan dimasukkan ke dalam sistem.

2. Program mencari file master baru (misalnya file inventarisasi atau file account receivable) untuk record yang tepat yang akan di update oleh transaksi itu. Jika record tersebut telah siap dikonversi, berarti peng-update-an record telah selesai.

3. Jika record tersebut tidak ditemukan dalam file master baru, file master lama diakses untuk record yang tepat, dan ditambahkan ke file master baru dan di update.

4. Jika transaksi tersebut adalah record baru, yakni record yang tidak dijumpai pada file lama maupun file baru (misalnya, pelanggan baru), maka record baru disiapkan dan ditambahkan ke file master baru.

Pengalihan Sistem Informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal, terjadi karena :

1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan system yang baru. 2. system baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur

dalam pelaksanaanya, sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan system baru justru mempersulit kinerja yang sudah ada.

3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.

4. Tidak ada komunikasi yang baik diantara vendor sebagai penyedia IT dengan perusahaan sebagai pengguna, sehingga system baru yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna.

(12)

harus dilakukan agar perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak membutuhkan teknologi tersebut.

6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.

7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses kerja), kultural (perilaku, mind set, komitment) dan politikal (munculnya isu efisiensi karyawan/PHK, sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang peranti TI itu sendiri.

Langkah-langkah yang dilakukan agar kesalahan alih system informasi dapat dihindari:

1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang ingin dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.

2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus segera di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.

3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi

(13)

keberhasilan atau kegagalan proyek pengembangan dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis informasi, dapat mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan mengambil empat langkah berikut :

ü menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan mereka.

ü Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis dan penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.

ü Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.

ü

Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi kebutuhan mereka

(14)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1) Contoh Kasus Konversi/Upgrade Sistem web check in Garuda Indonesia yang bermasalah pada Tahun 2010

PT. Garuda Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Dengan memiliki posisi sebagai perusahaan maskapai penerbangan terbesar dan hendak masuk ke dalam jajaran maskapi besar di dunia, maka GI melakukan perubahan dari teknologi informasi yang dipergunakannya dulu. Sistem ini mengintegrasikan 3 proses dari aktivitas yang ada di perusahaan GI yakni sistem yang memonitor pergerakan pesawat,sistem yang memonitor pergerakan para awak kabin, dan sistem yang memonitor jadwal penerbangan. sistem ini bernama IOCS (integrated Operational control system)

Proses migrasi sistem dari sistem lama ke baru tidak berjalan dengan baik, hal ini terjadi tepatnya pada tanggal 19 November 2010 pukul 10.00 – 14.00. yang mengakibatkan terjadinya kekacauan pada kegiatan operasional GI. Hal itu mengakibatkan kerugian bagi GI baik dari segi finansial maupun image terhadap masyarakat.

Dilihat dari permaslahan pada bidang TI yang terjadi maka terdapat komponen – komponen Sistem informasi yang mengalami masalah, hal ini dapat dilihat dalam mind map seperti pada gambar di bawah ini.

(15)

Masalah Sistem Informasi di IOCS PT. Garuda Indonesia Tbk. Tentang IOCS milik Garuda Indonesia tersebut:

· Sistem ini merupakan gabungan sistem yang memantau pergerakan pesawat, penjadwalan awak kabin, dan manajemen penumpang

· Sistem IOCS ini berharga US$ 1.5 juta (update: sebelumnya tertulis US$15 juta) [1]

· Sistem IOCS ini menangani 81 pesawat, 580 pilot, 2000 awak kabin and 2000 penerbangan per minggu [3]

· Pada tanggal 19 November 2010, selama 4 jam sistem tidak bisa diakses [8]

Kondisi selama sistem IOCS tersebut gagal berjalan:

· Jadwal kru pesawat yang kacau, jadwal pilot yang bertabrakan, sampai-sampai ada pilot yang sedang sakit mendapat jadwal menerbangkan pesawat [9]

· Pada tanggal 21 November 2010, terjadi delay masal penerbangan Garuda

· Pada tanggal 22 November 2010, penerbangan ke Medan, Batam, Pangkal Pinang and Padang dibatalkan [3]

(16)

· Pada tanggal 23 November 2010, sejumlah 13 jadwal penerbangan dibatalkan [4]

· Pemesanan tiket ditutup dari tanggal 22-24 November 2010

· 5000 jemaah haji terlantar di Arab Saudi [5] – Update: Menurut Direktur Operasi Garuda, keterlambatan disebabkan terbatasnya pintu keberangkatan di bandara [14]

· Pada tanggal 25 November 2010, penerbangan kembali normal [6]

Penyebab Kegagalan

Kesalahan dalam sistem IOCS ini belum diinvestigasi secara menyeluruh. Sehingga pernyataan penyebab kegagalan sistem ini masih bersifat spekulasi. Berikut beberapa spekulasi penyebab kegagalan sistem ini:

· Terjadi ketidak sinkronan data dalam migrasi dari sistem lama ke sistem baru. Hal ini mengakibatkan jadwal awak kabin menjadi kacau [2]

· Sebuah kabel copot menyebabkan sistem tidak berjalan dengan baik [8]

· Setelah dilakukan audit terhadap sistem IT, diketahui ada cable data center di kantor pusat yang terkelupas [10]

· Adanya aplikasi atau pengguna sistem yang mengirimkan data secara masif ke perangkat communication controller sehingga membuat sistem hang[13]

· Operator hanya memasukkan data terbaru itu ke sistem baru. Padahal, seharusnya data krusial itu dimasukkan ke dalam sistem lama maupun ke IOCS.[13]

Kerugian

Jumlah kerugian belum bisa dipastikan jumlahnya, namun yang pasti cukup besar. Berikut adalah potensial kerugian yang dialami oleh Garuda Indonesia:

· Garuda Indonesia mengaku hanya mengeluarkan uang 220 juta untuk kompensasi kepada penumpang [7]. Namun bila dilihat dari banyaknya

(17)

penerbangan yang tertunda atau batal, kemungkinan nilai kompensasi akan bertambah

· Nama baik Garuda tercoreng akibat peristiwa ini, sehingga bisa berpengaruh terhadap IPO yang akan dilakukan [11]

· Bertambahnya budget iklan permohonan maaf di media-media nasional

· Hilangnya potensial pendapatan karena batalnya penerbangan

· Potensial kerugian akibat adanya tuntutan di pengadilan oleh penumpang yang jadwalnya tertunda atau dibatalkan

Kemiripan Kasus Garuda dan Comair

Walaupun kasus Garuda ini masih diinvestigasi, namun kasus ini memiliki beberapa kemiripan dengan kasus Comair. Berikut beberapa persamaan kasus Garuda Indonesia dan Comair:

· Kedua perusahaan mengalami masalah pada sistem penjadwalan

· Sebelum sistem tersebut gagal, Comair dan Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan yang mendapat banyak penghargaan karena manajemennya bagus

· Kegagalan sistem terjadi pada waktu peak season. Comair gagal pada bulan Desember, ketika banyak penumpang yang ingin liburan Natal dan akhir tahun. Garuda Indonesia gagal karena melakukan migrasi pada siang hari dan pada bulan-bulan peak season [12].

· Sistem penjadwalan tersebut tidak mempunyai backup. Kalaupun ada sistem backup tidak berjalan maksimal.

Lesson Learned

Walaupun penyebab kegagalan sistem IOCS ini masih bersifat spekulasi, beberapa pelajaran yang bisa kita ambil yaitu:

· Change Management Plan sangatlah penting. Mungkin Change

Management Plan untuk migrasi ini telah dibuat, namun terbukti gagal total. Terbukti dengan sikap reaktif dan lambatnya antisipasi terhadap kegagalan sistem yang baru ini.

(18)

· Ketidaktahuan operator dalam memasukkan data ke sistem juga menunjukkan gagalnya Change Management Plan.

· IT Risk Management sangatlah penting. Manajemen risiko seharusnya

sudah termasuk dan mendasari pembuatan Change Management Plan. Ketiadaan atau gagalnya sistem backup menandakan risiko tidak dimanage dengan baik.

· Migrasi seharusnya dilakukan pada saat load minimal, sehingga bisa meminimalisasi dampak migrasi tersebut. Dalam kasus ini Garuda melakukan migrasi pada saat peak season sehingga dampak yang ditimbulkan meluas. Waktu yang tepat untuk melakukan migrasi seharusnya bisa diidentifikasi bila IT Risk Management dilakukan dengan baik.

· Jangan menyepelekan fase migrasi data. Dimana kesalahan utama dalam proyek TI, biasanya sumber daya yang dipersiapkan dalam migrasi data sangat sedikit. Contoh kesalahannya yaitu memberikan tugas kepada junior developer untuk melakukan migrasi data.

(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

a) Metode yang dapat digunakan untuk mengkonversi sistem Ada empat metode, yaitu Konversi Langsung (Direct Conversion), Konversi Paralel (Parallel Conversion), Konversi Bertahap (Phase-ln Conversion) dan Konversi Pilot {Pilot Conversion)

b) Pemilihan pendekatan konversi sistem informasi sangat tergantung kondisi internal dan kebutuhan perusahaan.

c) Pada studi kasus PT Garuda Indonesia yang gagal melakukan migrasi sistem pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa change management plan (persiapan yang menyeluruh) terkait migrasi sistem perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya mengingat resiko yang ditimbulkan dapat sangat besar.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

O'Brien. J. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta. https://themostwowpartner.wordpress.com/2013/02/26/permasalahan-komponen-sistem-informasi-pada-migrasi-sistem-pt-garuda-indonesia/ https://lintaka.wordpress.com/2010/11/25/garuda-integrated-operational-control-system-iocs-garuda-case-part-2/ http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/23/garuda-indonesia-kita-patut-bangga-sekaligus-patut-prihatin-473430.html

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Sistem Informasi yang baru menyebabkan perubahan di organisasi. sering ditolak oleh manusia dalam

Pendekatan Konversi – proses tentang pengambilan informasi dari satu sistem lama untuk menggantikan suatu sistem yang baru, dapat secara manual dan/atau metode otomatis..

Untuk keperluan analisis termodinamika atau perhitungan parameter kinerja sistem konversi energi RGTT200K, maka sistem konversi energi tersebut dimodelkan menggunakan

proses konversi data yang baik merupakan hal yang penting karena data yang diformat atau disusun dengan tidak tepat sering dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama

Untuk keperluan analisis termodinamika atau perhitungan parameter kinerja sistem konversi energi RGTT200K, maka sistem konversi energi tersebut dimodelkan menggunakan

proses konversi data yang baik merupakan hal yang penting karena data yang diformat atau disusun dengan tidak tepat sering dilaporkan sebagai salah satu penyebab

Menginterprestasikan Input Setelah organisasi menggunakan berbagai aturan dan siklus untuk menginterprestasikan input baru dalam lingkungan informasinya, organisasi ini

Dengan meningkatnya pengungkapan kesalahan sistem informasi dan penyalahgunaan (fraud) elektronik, maka lingkungan organisasi memerlukan pengendalian yang