1973 - 2003
1973 - 2003
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
( PPOK )
( PPOK )
PEDOMAN DIAGNOSIS
PEDOMAN DIAGNOSIS
&
&
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
DI INDONESIA
DI INDONESIA
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
2003
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
II DefinisiDefinisi 22
II
II Permasalahan Permasalahan di di Indonesia Indonesia 22 III
III Faktor RisikoFaktor Risiko 33 IV
IV Patogenesis Patogenesis dan dan Patologi Patologi 33 V
V Diagnosis Diagnosis 44
A
A Gambaran KlinisGambaran Klinis B
B Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang
4 4 5 5 VI
VI Diagnosis Diagnosis Banding Banding 66 VII
VII Klasifikasi Klasifikasi 77 VIII
VIII Penatalaksanaan Penatalaksanaan 88 A
A Penatalaksanaan Umum PPOKPenatalaksanaan Umum PPOK 1.
1. EdukasiEdukasi 2.
2. Obat - obatanObat - obatan 3.
3. Terapi oksigenTerapi oksigen 4.
4. Ventilasi mekanikVentilasi mekanik 5.
5. NutrisiNutrisi 6.
6. RehabilitasiRehabilitasi B
B Penatalaksanaan PPOK StabilPenatalaksanaan PPOK Stabil C
C Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi AkutPenatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut D
D Terapi PembedahanTerapi Pembedahan
8 8 8 8 10 10 12 12 13 13 15 15 15 15 17 17 20 20 24 24 IX IX Komplikasi Komplikasi 2525 X
X Keadaan KhususKeadaan Khusus 2525 A
A Persiapan Bedah pada PPOKPersiapan Bedah pada PPOK B
B Perjalanan Udara (Air Travel)Perjalanan Udara (Air Travel) C C VaksinasiVaksinasi 25 25 26 26 27 27 XI XI PencegahanPencegahan 2727 XII
XII Rujukan Rujukan ke ke Spesialis Spesialis Paru Paru 2727 XIII
XIII DiagnDiagnosis osis dan dan PenatPenatalaksalaksanaan anaan di di PuskePuskesmassmas 2727 A A DiagnosisDiagnosis B B PenatalaksanaanPenatalaksanaan 27 27 29 29
I. DEFINISI I. DEFINISI Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
disertai kerusakan dinding alveoli.
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
memenuhi kriteria PPOK.
II.
II. PERMASALAHAN PERMASALAHAN DI DI INDONESIAINDONESIA
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survai Kesehatan Rumah Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survai Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 5 sebagai penyebab Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia.
tersering kematian di Indonesia.
Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut : Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut :
•• Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %)Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %) •• Pertambahan pendudukPertambahan penduduk
•• Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun padamenjadi 63 tahun pada
tahun 1990-an tahun 1990-an
•• IndustrialisasiIndustrialisasi
•• Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambanganPolusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan
Di negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi, terdapat sejumlah besar penderita yang sembuh setelah Di negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi, terdapat sejumlah besar penderita yang sembuh setelah pengobatan TB. Pada sebagian penderita, secara
pengobatan TB. Pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala sesak terutama pada klinik timbul gejala sesak terutama pada aktiviti,aktiviti, radiologik menunjukkan gambaran bekas TB (fibrotik, klasifikasi) yang minimal, dan uji
radiologik menunjukkan gambaran bekas TB (fibrotik, klasifikasi) yang minimal, dan uji faal parufaal paru menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang
menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang tidak reversibel. Kelompok penderita tersebuttidak reversibel. Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori
dimasukkan dalam kategori penyakit Sindrom Obstruksi Pascatuberkulosis (SOPT).penyakit Sindrom Obstruksi Pascatuberkulosis (SOPT).
Fasiliti pelayanan kesehatan di Indonesia yang bertumpu di Puskesmas sampai di rumah sakit pusat Fasiliti pelayanan kesehatan di Indonesia yang bertumpu di Puskesmas sampai di rumah sakit pusat rujukan masih jauh dari fasiliti pelayanan
rujukan masih jauh dari fasiliti pelayanan untuk penyakit PPOK. Disamping itu kompetensi sumber dayauntuk penyakit PPOK. Disamping itu kompetensi sumber daya manusianya, peralatan standar untuk mendiagnosis PPOK seperti spirometri hanya terdapat
manusianya, peralatan standar untuk mendiagnosis PPOK seperti spirometri hanya terdapat di rumahdi rumah sakit besar saja, sering kali jauh dari jangkauan Puskesmas.
sakit besar saja, sering kali jauh dari jangkauan Puskesmas.
Pencatatan Departemen Kesehatan tidak mencantumkan PPOK sebagai penyakit yang
Pencatatan Departemen Kesehatan tidak mencantumkan PPOK sebagai penyakit yang dicatat. Karena itudicatat. Karena itu perlu sebuah Pedoman Penatalaksanaan PPOK untuk
perlu sebuah Pedoman Penatalaksanaan PPOK untuk segera disosialisasikan baik untuk kalangan medissegera disosialisasikan baik untuk kalangan medis maupun masyarakat luas dalam upaya pencegahan, diagnosis dini, penatalaksanaan yang rasional dan maupun masyarakat luas dalam upaya pencegahan, diagnosis dini, penatalaksanaan yang rasional dan rehabilitasi.
III.
III. FAKTOR FAKTOR RISIKORISIKO 1.
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih pentingterpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan : Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan : a.
a. Riwayat merokokRiwayat merokok
-- Perokok aktifPerokok aktif -- Perokok pasifPerokok pasif
-- Bekas perokokBekas perokok b.
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokokBrinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
-- Ringan Ringan :: 0-2000-200 -- Sedang :Sedang : 200-600200-600
-- Berat Berat :: >600>600
2.
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerjaRiwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja 3.
3. Hipereaktiviti bronkusHipereaktiviti bronkus
4.
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulangRiwayat infeksi saluran napas bawah berulang 5.
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesiadi Indonesia
IV.
IV. PATOGENESIS PATOGENESIS DAN DAN PATOLOGIPATOLOGI Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa
Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi,bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat
hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran ronggafibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik
udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenisdibedakan tiga jenis emfisema:
emfisema:
-- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenaiEmfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama
bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama
-- Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada parupada paru bagian bawah
bagian bawah
-- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakusnapas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat
alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleurapleura Obstruksi saluran napas pada PPO
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural i karena perubahan struktural padapada saluran napas kecil yaitu :
saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebabpenyebab utama obstruksi jalan napas.
utama obstruksi jalan napas.
Konsep patogenesis PPOK Konsep patogenesis PPOK
Perbedaan patogenesi
Perbedaan patogenesis asma s asma dan PPOKdan PPOK
V. DIAGNOSIS V. DIAGNOSIS Gejala dan tanda PPOK sangat be
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga rvariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Padaberat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan
pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi parutanda inflasi paru Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan : A.
A. Gambaran klinisGambaran klinis a.
a. AnamnesisAnamnesis -- KeluhanKeluhan
-- Riwayat penyakitRiwayat penyakit -- Faktor predisposisiFaktor predisposisi b.
b. Pemeriksaan fisisPemeriksaan fisis B.
B. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang a.
a. Pemeriksaan rutinPemeriksaan rutin b.
b. Pemeriksaan khususPemeriksaan khusus A.
A. Gambaran Gambaran KlinisKlinis a.
a. AnamnesisAnamnesis
-- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasanRiwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan -- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerjatempat kerja
-- Riwayat penyakit emfisema pada keluargaRiwayat penyakit emfisema pada keluarga
-- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara -- Batuk berulang dengan atau tanpa dahakBatuk berulang dengan atau tanpa dahak
-- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengiSesak dengan atau tanpa bunyi mengi b.
b. Pemeriksaan fisisPemeriksaan fisis
PPOK dini umumnya tidak ada
PPOK dini umumnya tidak ada kelainankelainan •• InspeksiInspeksi
-- Pursed - lips breathing Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)(mulut setengah terkatup mencucu)
-- Barrel chest Barrel chest (diameter antero - posterior dan (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)transversal sebanding) -
- Penggunaan otot bantu napasPenggunaan otot bantu napas -- Hipertropi otot bantu napasHipertropi otot bantu napas -- Pelebaran sela igaPelebaran sela iga
-- PenampilanPenampilan pink puffer pink puffer atauatau blue bloater blue bloater •• PalpasiPalpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar •• PerkusiPerkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
ke bawah •• AuskultasiAuskultasi
-- suara napas vesikuler normal, atau melemahsuara napas vesikuler normal, atau melemah
-- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksapada ekspirasi paksa -- ekspirasi memanjangekspirasi memanjang
-- bunyi jantung terdengar jauhbunyi jantung terdengar jauh Pink puffer
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasanpursed - lips pursed - lips breathing
breathing Blue bloater Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer Pursed - lips breathing
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikapekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi COmengeluarkan retensi CO22yang terjadi sebagai mekanismeyang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO
tubuh untuk mengeluarkan retensi CO22yang terjadi pada gagal napas kronik.yang terjadi pada gagal napas kronik. B.
B. Pemeriksaan Pemeriksaan PenunjangPenunjang a.
a. Pemeriksaan rutinPemeriksaan rutin 1.
1. Faal paruFaal paru
•• Spirometri (VEPSpirometri (VEP11, VEP, VEP11prediksi, KVP, VEPprediksi, KVP, VEP11 /KVP /KVP
-- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEPObstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP11 /KVP ( % ). /KVP ( % ). Obstruksi : % VEP
Obstruksi : % VEP11(VEP(VEP11 /VEP /VEP11pred) < 80% VEPpred) < 80% VEP11% (VEP% (VEP11 /KVP) < 75 % /KVP) < 75 %
-- VEPVEP11merupakan parameter yang paling umum merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dandipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
memantau perjalanan penyakit.
--Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupunwalaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagialternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
dan sore, tidak lebih dari 20% •• Uji bronkodilatorUji bronkodilator
-- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.gunakan APE meter.
--Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEPVEP11atau APE < 20% nilai awal danatau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
< 200 ml
-- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabilUji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil 2.
2. Darah rutinDarah rutin Hb, Ht, leukosit Hb, Ht, leukosit 3.
3. RadiologiRadiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain Pada emfisema terlihat gambaran :
Pada emfisema terlihat gambaran : -- HiperinflasiHiperinflasi
-- HiperlusenHiperlusen
-- Ruang retrosternal melebarRuang retrosternal melebar -- Diafragma mendatarDiafragma mendatar
-- Jantung menggantung (jantung pendulum / Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance tear drop / eye drop appearance )) Pada bronkitis kronik :
Pada bronkitis kronik : •• NormalNormal
•• Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasusCorakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus b.
b. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)Pemeriksaan khusus (tidak rutin) 1.
1. Faal paruFaal paru
-- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF,Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
VR/KPT meningkat
-- DLCO menurun pada emfisemaDLCO menurun pada emfisema -- Raw meningkat pada bronkitis kronikRaw meningkat pada bronkitis kronik -- Sgaw meningkatSgaw meningkat
-- Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %Variabiliti Harian APE kurang dari 20 % 2.
2. Uji latih kardiopulmonerUji latih kardiopulmoner -- Sepeda statis (ergocycle)Sepeda statis (ergocycle) -- Jentera (treadmill)Jentera (treadmill)
-- Jalan 6 menit, lebih rendah dari normalJalan 6 menit, lebih rendah dari normal 3.
3. Uji provokasi bronkusUji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan
bronkus derajat ringan 4.
4. Uji coba kortikosteroidUji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison ataukortikosteroid oral (prednison atau
metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP11 pascabronkodilator > 20 % dan
pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikanterdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
faal paru setelah pemberian kortikosteroid 5.
5. Analisis gas darahAnalisis gas darah
Terutama untuk menilai : Terutama untuk menilai : -- Gagal napas kronik stabilGagal napas kronik stabil
-- Gagal napas akut pada gagal napas kronikGagal napas akut pada gagal napas kronik 6.
6. RadiologiRadiologi
-- CT - Scan resolusi tinggiCT - Scan resolusi tinggi
-- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang derajat emfisema atau bula yang tidaktidak terdeteksi oleh foto toraks polos
terdeteksi oleh foto toraks polos -- Scan ventilasi perfusiScan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru Mengetahui fungsi respirasi paru 7.
7. ElektrokardiografiElektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan. 8.
8. EkokardiografiEkokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan Menilai funfsi jantung kanan 9.
9. bakteriologibakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulng mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.
merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia. 10.
10. Kadar alfa-1 antitripsinKadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda), defisiensiusia muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
VI.
VI. DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDINGBANDING •• AsmaAsma
•• SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan
•• PneumotoraksPneumotoraks •• Gagal jantung kronikGagal jantung kronik
•• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis,Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda.
diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda.
Perbedaan asma, PPOK dan SOPT Perbedaan asma, PPOK dan SOPT
Asma
Asma PPOKPPOK SOPTSOPT Timbul pada usia muda
Timbul pada usia muda ++++ -- ++
Sakit mendadak Sakit mendadak ++++ -- --Riwayat merokok Riwayat merokok +/-+/- ++++++ --Riwayat atopi Riwayat atopi ++++ ++
--Sesak dan mengi berulang
Sesak dan mengi berulang ++++++ ++ ++
Batuk kronik berdahak
Batuk kronik berdahak ++ ++++ ++
Hipereaktiviti bronkus Hipereaktiviti bronkus ++++++ ++ +/- +/-Reversibiliti obstruksi Reversibiliti obstruksi ++++ -- --Variabiliti harian Variabiliti harian ++++ ++ --Eosinofil sputum Eosinofil sputum ++ -- ?? Neutrofil sputum Neutrofil sputum -- ++ ?? Makrofag sputum Makrofag sputum ++ -- ?? VII. KLASIFIKASI VII. KLASIFIKASI Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP11dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikandan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikan
kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP11
Klasifikasi Klasifikasi Penyakit
Penyakit GejalaGejala SpirometriSpirometri
RINGAN RINGAN
SEDANG SEDANG
-- Tidak ada gejala waktu istirahat atau Tidak ada gejala waktu istirahat atau bila eksersaisbila eksersais -- Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi gejala Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi gejala ringan padaringan pada
latihan sedang (mis : berjalan cepat, naik tangga) latihan sedang (mis : berjalan cepat, naik tangga)
-- Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi mulai Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi mulai terasa padaterasa pada latihan / kerja ringan (mis : berpakaian)
latihan / kerja ringan (mis : berpakaian) -- Gejala ringan pada istirahatGejala ringan pada istirahat
VEP > 80% prediksi VEP > 80% prediksi VEP/KVP < 75% VEP/KVP < 75% VEP 30 - 80% VEP 30 - 80% prediksi VEP/KVP < prediksi VEP/KVP < 75% 75%
BERAT BERAT
-- Gejala sedang pada waktu istirahatGejala sedang pada waktu istirahat -- Gejala berat pada saat istirahatGejala berat pada saat istirahat -- Tanda-tanda korpulmonalTanda-tanda korpulmonal
VEP1<30% prediksi VEP1<30% prediksi VEP1/KVP < 75% VEP1/KVP < 75% VIII. PENATALAKSANAAN VIII. PENATALAKSANAAN A.
A. Penatalaksanaan umum PPOKPenatalaksanaan umum PPOK Tujuan penatalaksanaan :
Tujuan penatalaksanaan : -- Mengurangi gejalaMengurangi gejala
-- Mencegah eksaserbasi berulangMencegah eksaserbasi berulang
-- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paruMemperbaiki dan mencegah penurunan faal paru -- Meningkatkan kualiti hidup penderitaMeningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi : Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi : 1.
1. EdukasiEdukasi
2.
2. Obat - obatanObat - obatan
3.
3. Terapi oksigenTerapi oksigen 4.
4. Ventilasi mekanikVentilasi mekanik 5.
5. NutrisiNutrisi 6.
6. RehabilitasiRehabilitasi
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga penatalaksanaannonreversibel, sehingga penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2) penatalaksanaan pada PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2) penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.
eksaserbasi akut. 1.
1. EdukasiEdukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti danmenyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari
reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuanedukasi atau tujuan pengobatan dari asma.
pengobatan dari asma.
Tujuan edukasi pada pasien PPOK : Tujuan edukasi pada pasien PPOK : 1.
1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatanMengenal perjalanan penyakit dan pengobatan 2.
2. Melaksanakan pengobatan yang maksimalMelaksanakan pengobatan yang maksimal 3.
3. Mencapai aktiviti optimalMencapai aktiviti optimal 4.
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang pada setiapberlanjut secara berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat diberikan di kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena
intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktumemerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasanketerbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan
aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk salah satu cara untuk meningkatkanmeningkatkan kualiti hidup pasien PPOK.
kualiti hidup pasien PPOK.
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita.
pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah 1.
1. Pengetahuan dasar tentang PPOKPengetahuan dasar tentang PPOK 2.
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnyaObat - obatan, manfaat dan efek sampingnya 3.
3. Cara pencegahan perburukan penyakitCara pencegahan perburukan penyakit 4.
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)Menghindari pencetus (berhenti merokok) 5.
5. Penyesuaian aktivitiPenyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioriti Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioriti bahan edukasi sebagai berikut :
bahan edukasi sebagai berikut : 1.
1. Berhenti merokokBerhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkanwaktu diagnosis PPOK ditegakkan 2.
2. Pengunaan obat - obatanPengunaan obat - obatan -- Macam obat dan jenisnyaMacam obat dan jenisnya
-- Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )
-- Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selangwaku tertentu atau kalau perluWaktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selangwaku tertentu atau kalau perlu saja )
saja )
-- Dosis obat yang tepat dan efek sampingnyaDosis obat yang tepat dan efek sampingnya 3.
3. Penggunaan oksigenPenggunaan oksigen
-- Kapan oksigen harus digunakanKapan oksigen harus digunakan -- Berapa dosisnyaBerapa dosisnya
-- Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigenMengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen 4.
4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigenMengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen 5.
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pePenilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannyangelolaannya Tanda eksaserbasi :
Tanda eksaserbasi :
-- Batuk atau sesak bertambahBatuk atau sesak bertambah -- Sputum bertambahSputum bertambah
-- Sputum berubah warnaSputum berubah warna 6.
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasiMendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi 7.
7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitiketerbatasan aktiviti
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke pokok Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu
permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikanitu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan
berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka
merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOKpanjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel
Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit : Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit : Ringan
Ringan
-- Penyebab dan pola penyakit Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibelPPOK yang ireversibel
-- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhentiMencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti merokok
merokok
-- Segera berobat bila timbul gejalaSegera berobat bila timbul gejala Sedang
Sedang
-- Menggunakan obat dengan tepatMenggunakan obat dengan tepat
-- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi diniMengenal dan mengatasi eksaserbasi dini -- Program latihan fisik dan pernapasanProgram latihan fisik dan pernapasan Berat
Berat
-- Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadiInformasi tentang komplikasi yang dapat terjadi -- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasanPenyesuaian aktiviti dengan keterbatasan -- Penggunaan oksigen di rumahPenggunaan oksigen di rumah
2.
2. Obat - obatanObat - obatan a.
a. BronkodilatorBronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikanketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (
diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release slow release ) atau obat berefek panjang () atau obat berefek panjang ( long long acting
acting ).).
Macam - macam bronkodilator : Macam - macam bronkodilator : -- Golongan antikolinergikGolongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator jugaberat, disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (
mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).maksimal 4 kali perhari ). -- Golongan agonis beta - 2Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat
dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknyapemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.untuk mengatasi eksaserbasi berat. -- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
Kombinasi kedua golongan obat ini
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karenaakan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan
kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.mempermudah penderita. -- Golongan xantinGolongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus
mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasiatau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
eksaserbasi akut.
Penggunaan jangka panjang diperlukan p
Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.emeriksaan kadar aminofilin darah. b.
b. AntiinflamasiAntiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsibentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitubila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP
c.
c. AntibiotikaAntibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :: -- Lini ILini I :: amoksisilinamoksisilin
makrolid makrolid
-- Lini IILini II:: amoksiamoksisilisilin dann dan asam klavulasam klavulanatanat
sefalosporin sefalosporin kuinolon kuinolon makrolid baru makrolid baru Perawatan di Rumah Sakit : Perawatan di Rumah Sakit : dapat dipilih
dapat dipilih
-- Amoksilin dan klavulanatAmoksilin dan klavulanat
-- Sefalosporin generasi II & III injeksiSefalosporin generasi II & III injeksi -- Kuinolon per oralKuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas ditambah dengan yang anti pseudomonas -- Aminoglikose per injeksiAminoglikose per injeksi
-- Kuinolon per injeksiKuinolon per injeksi
-- Sefalosporin generasi IV per injeksiSefalosporin generasi IV per injeksi d.
d. AntioksidanAntioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.digunakan N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
pemberian yang rutin e.
e. MukolitikMukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.pemberian rutin. f.
f. AntitusifAntitusif
Diberikan dengan hati - hati Diberikan dengan hati - hati
Gejala
Gejala Golongan ObatGolongan Obat Obat & KemasanObat & Kemasan DosisDosis Tanpa gejala
Tanpa gejala Tanpa obatTanpa obat Gejala intermiten
Gejala intermiten ( pada waktu aktiviti ) ( pada waktu aktiviti )
Agonis ß
Agonis ß22 Inhalasi kerja cepatInhalasi kerja cepat Bila perluBila perlu Gejala terus menerus
Gejala terus menerus AntikolinergikAntikolinergik Ipratropium bromidaIpratropium bromida 20 µgr 20 µgr 2 - 4 semprot 2 - 4 semprot→→ 3 - 4 x/hari 3 - 4 x/hari Inhalasi Agonis ß Inhalasi Agonis ß22 kerja cepat kerja cepat Fenoterol Fenoterol 100µgr/semprot 100µgr/semprot 2 - 4 semprot 2 - 4 semprot → →3 - 4 x/hari3 - 4 x/hari salbutamol salbutamol 100µgr/semprot 100µgr/semprot 2 - 4 semprot 2 - 4 semprot → →3 - 4 x/hari3 - 4 x/hari Terbutalin Terbutalin 0,5µgr/semprot 0,5µgr/semprot 2 - 4 semprot 2 - 4 semprot → →3 - 4 x/hari3 - 4 x/hari Prokaterol Prokaterol 10µgr/semprot 10µgr/semprot 2 - 4 semprot 2 - 4 semprot → →3 x/hari3 x/hari Kombinasi
20µgr+salbutamol 20µgr+salbutamol 100µgr 100µgr→→persemprotpersemprot → →3 - 4 x/hari3 - 4 x/hari
Pasien memakai Inhalasi Pasien memakai Inhalasi agonis ß
agonis ß22kerjakerja
Inhalasi Agonis ß Inhalasi Agonis ß22 kerja lambat ( tidak kerja lambat ( tidak dipakai untuk dipakai untuk eksaserbasi ) eksaserbasi ) Formoterol 6µgr, Formoterol 6µgr, 12µgr/semprot 12µgr/semprot 1 - 2 semprot 1 - 2 semprot→→ 2 x/hari tidak 2 x/hari tidak melebihi 2 x/hari melebihi 2 x/hari Atau Atau
timbul gejala pada waktu timbul gejala pada waktu malam atau pagi hari malam atau pagi hari
salmeterol salmeterol 25µgr/semprot 25µgr/semprot 1 - 2 semprot 1 - 2 semprot→→ 2 x/hari tidak 2 x/hari tidak melebihi 2 x/hari melebihi 2 x/hari Teofilin
Teofilin Teofilin Teofilin lepas lepas lambatlambat Teofilin/ aminofilin 150 Teofilin/ aminofilin 150 mg x 3 - 4x/hari mg x 3 - 4x/hari 400 - 800mg/hari 400 - 800mg/hari 3 - 4 x/hari 3 - 4 x/hari Anti oksidan
Anti oksidan N asetil sisteinN asetil sistein 600mg/hr600mg/hr Pasien tetap mempunyai
Pasien tetap mempunyai gejala dan atau terbatas gejala dan atau terbatas dalam aktiviti harian dalam aktiviti harian meskipun mendapat meskipun mendapat pengobatan bronkodilator pengobatan bronkodilator maksimal maksimal Kortikosteroid oral Kortikosteroid oral (uji kortikosteroid ) (uji kortikosteroid ) Prednison Prednison Metil prednisolon Metil prednisolon 30 - 40mg/hr 30 - 40mg/hr selama 2mg selama 2mg Uji kortikosteroid Uji kortikosteroid memberikan respons memberikan respons positif positif Inhalasi Inhalasi Kortikosteroid Kortikosteroid Beklometason 50µgr, Beklometason 50µgr, 250µgr/semprot 250µgr/semprot 1 - 2 semprot 1 - 2 semprot → →2 - 4 x/hari2 - 4 x/hari Budesonid 100µgr, Budesonid 100µgr, 250µgr, 250µgr, 400µgr/semprot 400µgr/semprot 200 - 400µgr 200 - 400µgr→→ 2x/hari maks 2x/hari maks 2400µgr/hari 2400µgr/hari Sebaiknya pemberian Sebaiknya pemberian kortikosteroid inhalasi kortikosteroid inhalasi dicoba bila mungkin untuk dicoba bila mungkin untuk memperkecil efek samping memperkecil efek samping
Flutikason Flutikason 125µgr/semprot 125µgr/semprot 125 - 250µgr 125 - 250µgr→→ 2x/hari maks 2x/hari maks 1000µgr/hari 1000µgr/hari 3.
3. Terapi OksigenTerapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakanmenyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ -organ lainnya.
organ lainnya. Manfaat oksigen Manfaat oksigen -- Mengurangi sesakMengurangi sesak -- Memperbaiki aktivitiMemperbaiki aktiviti
-- Mengurangi hipertensi pulmonalMengurangi hipertensi pulmonal -- Mengurangi vasokonstriksiMengurangi vasokonstriksi -- Mengurangi hematokritMengurangi hematokrit
-- Memperbaiki fungsi neuropsikiatriMemperbaiki fungsi neuropsikiatri -- Meningkatkan kualiti hidupMeningkatkan kualiti hidup
Indikasi Indikasi
-- PaoPao22< 60mmHg atau Sat O< 60mmHg atau Sat O22< 90%< 90%
-- PaoPao22diantara 55 - 59 mmHg atau Sat Odiantara 55 - 59 mmHg atau Sat O22> 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P> 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan,
pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea sleep apnea , penyakit paru, penyakit paru lain
lain
Macam terapi oksigen : Macam terapi oksigen :
-- Pemberian oksigen jangka panjangPemberian oksigen jangka panjang
-- Pemberian oksigen pada waktu aktivitiPemberian oksigen pada waktu aktiviti
-- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadakPemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak -- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napasPemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang rawat ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang
rawat ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumahdirawat di rumah dibedakan :
dibedakan :
-- Pemberian oksigen jangka panjang (Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term Oxygen Therapy Long Term Oxygen Therapy = LTOT )= LTOT ) -- Pemberian oksigen pada waktu aktivitiPemberian oksigen pada waktu aktiviti
-- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadakPemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila tidur Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila tidur atau sedang aktiviti, lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal atau sedang aktiviti, lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering terjadi bila penderita tidur.
sering terjadi bila penderita tidur.
Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan meningkatkan Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan meningkatkan kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah
kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse oksimetri.atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90%.
Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90%. Alat bantu pemberian oksigen
Alat bantu pemberian oksigen -- Nasal kanulNasal kanul
-- Sungkup venturiSungkup venturi -- SungkupSungkup rebreathing rebreathing -- SungkupSungkup nonrebreathing nonrebreathing
Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi analisis gas Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi analisis gas darah pada waktu tersebut.
darah pada waktu tersebut. 4.
4. Ventilasi MekanikVentilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada
napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napaspasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah. kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah. Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara :
Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara : -- ventilasi mekanik dengan intubasiventilasi mekanik dengan intubasi
-- ventilasi mekanik tanpa intubasiventilasi mekanik tanpa intubasi Ventilasi mekanik tanpa intubasi Ventilasi mekanik tanpa intubasi
Ventilasi mekanik tanpa intubasi digunakan pada PPOK dengan gagal napas kronik dan dapat Ventilasi mekanik tanpa intubasi digunakan pada PPOK dengan gagal napas kronik dan dapat digunakan selama di rumah.
digunakan selama di rumah.
Bentuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah
Bentuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah Nonivasive Intermitten Positif Pressure Nonivasive Intermitten Positif Pressure (NIPPV)(NIPPV) atau
NIPPV dapat diberikan dengan tipe ventilasi : NIPPV dapat diberikan dengan tipe ventilasi : -- Volume control Volume control
-- Pressure control Pressure control -
- Bilevel positive airway pressure (BiPAP)Bilevel positive airway pressure (BiPAP) -
- Continous positive airway pressure (CPAP)Continous positive airway pressure (CPAP)
NIPPV bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus (LTOT / Long Tern NIPPV bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus (LTOT / Long Tern Oxygen Theraphy) akan memberikan perbaikan yang signifikan pada :
Oxygen Theraphy) akan memberikan perbaikan yang signifikan pada : -- Analisis gas darahAnalisis gas darah
-- Kualiti dan kuantiti tidurKualiti dan kuantiti tidur -- Kualiti hidupKualiti hidup
-- Analisis gas darahAnalisis gas darah Indikasi penggunaan NIPPV Indikasi penggunaan NIPPV
-- Sesak napas sedang sampai berat dengan penggunaan muskulus respirasi dan abdSesak napas sedang sampai berat dengan penggunaan muskulus respirasi dan abd ominalominal paradoksal
paradoksal
-- Asidosis sedang sampai berat pH < 7,30 - 7, 35Asidosis sedang sampai berat pH < 7,30 - 7, 35 -- Frekuensi napas > 25 kali per menitFrekuensi napas > 25 kali per menit
NPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
NPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas, disampingobstruksi saluran napas atas, disamping harus menggunakan perlengkapan yang tidak sederhana.
harus menggunakan perlengkapan yang tidak sederhana. Ventilasi mekanik dengan
Ventilasi mekanik dengan intubasiintubasi
Pasien PPOK dipertimbangkan untuk menggunakan ventilasi mekanik di rumah
Pasien PPOK dipertimbangkan untuk menggunakan ventilasi mekanik di rumah sakit bilasakit bila ditemukan keadaan sebagai berikut :
ditemukan keadaan sebagai berikut : -- Gagal napas yang pertama kaliGagal napas yang pertama kali
-- Perburukan yang belum lama terjadi dengan penyebab yang jelas dan dapat diperbaiki,Perburukan yang belum lama terjadi dengan penyebab yang jelas dan dapat diperbaiki, misalnya pneumonia
misalnya pneumonia
-- Aktiviti sebelumnya tidak terbatasAktiviti sebelumnya tidak terbatas
Indikasi penggunaan ventilasi mekanik invasif : Indikasi penggunaan ventilasi mekanik invasif :
-- Sesak napas berat dengan penggunaan muskulus respirasi tambahan dan pergerakanSesak napas berat dengan penggunaan muskulus respirasi tambahan dan pergerakan abdominal paradoksal
abdominal paradoksal
-- Frekuensi napas > 35 permenitFrekuensi napas > 35 permenit
-- Hipoksemia yang mengancam jiwa (PaoHipoksemia yang mengancam jiwa (Pao22< 40 mmHg)< 40 mmHg) -- Asidosis berat pH < 7,25 dan hiperkapni (PaoAsidosis berat pH < 7,25 dan hiperkapni (Pao22< 60 mmHg)< 60 mmHg) -- Henti napasHenti napas
-- Samnolen, gangguan kesadaranSamnolen, gangguan kesadaran
-- Komplikasi kardiovaskuler (hipotensi, syok, gagal jantung)Komplikasi kardiovaskuler (hipotensi, syok, gagal jantung)
-- Komplikasi lain (gangguan metabolisme, sepsis, pneumonia, emboli paru, barotrauma,Komplikasi lain (gangguan metabolisme, sepsis, pneumonia, emboli paru, barotrauma, efusi pleura masif)
efusi pleura masif)
-- Telah gagal dalam penggunaan NIPPVTelah gagal dalam penggunaan NIPPV
Ventilasi mekanik sebaiknya tidak diberikan pada pasien
Ventilasi mekanik sebaiknya tidak diberikan pada pasien PPOK dengan kondisi sebagai berikutPPOK dengan kondisi sebagai berikut ::
-- PPOK derajat berat yang telah mendapat PPOK derajat berat yang telah mendapat terapi maksimal sebelumnyaterapi maksimal sebelumnya -- Terdapat ko-morbid yang berat, misalnya edema Terdapat ko-morbid yang berat, misalnya edema paru, keganasanparu, keganasan -- Aktiviti sebelumnya terbatas meskipun terapi sudah maksimalAktiviti sebelumnya terbatas meskipun terapi sudah maksimal Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik
Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik -- VAP (ventilator acquired pneumonia)VAP (ventilator acquired pneumonia) -- BarotraumaBarotrauma
Kesukaran dalam proses
Kesukaran dalam proses weaning weaning dapat diatasi dengandapat diatasi dengan
-- Keseimbangan antara kebutuhan respirasi dan kapasiti muskulus Keseimbangan antara kebutuhan respirasi dan kapasiti muskulus respirasirespirasi -- Bronkodilator dan obat-obatan lain adekuatBronkodilator dan obat-obatan lain adekuat
-- Nutrisi seimbangNutrisi seimbang
-- Dibantu dengan NIPPVDibantu dengan NIPPV 5.
5. NutrisiNutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energienergi akibat kerja muskulus respirasi yang
akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapnimeningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah
penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan : -- Penurunan berat badanPenurunan berat badan
-- Kadar albumin darahKadar albumin darah -- AntropometriAntropometri
-- Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi)otot pipi) -- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi masalah,tidak akan mengatasi masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak
karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan COdapat mengeluarkan CO22yang terjadi akibatyang terjadi akibat metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagn metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalorikalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat
yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerusdiberikan secara terus menerus (nocturnal feedings)(nocturnal feedings) dengan pipa nasogaster.
dengan pipa nasogaster.
Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa
Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhantinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat
protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan ventilasi semenitmeningkatkan ventilasi semenit oxigen oxigen comsumption
comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOKdan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.
dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan. Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena
Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena berkurangnya fungsiberkurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari
muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi. Gangguan elektrolit yanggangguan ventilasi. Gangguan elektrolit yang terjadi adalah : terjadi adalah : -- HipofosfatemiHipofosfatemi -- HiperkalemiHiperkalemi -- HipokalsemiHipokalsemi -- HipomagnesemiHipomagnesemi
Gangguan ini dapat mengurangi fungsi
Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma. Dianjurkan pemberian nutrisi dengandiafragma. Dianjurkan pemberian nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu
komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih sering.pemberian yang lebih sering. 6.
6. Rehabilitasi PPOKRehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK
penderita PPOK
Penderita yang dimasukkan ke dalam
Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telahprogram rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai :
mendapatkan pengobatan optimal yang disertai : -- Simptom pernapasan beratSimptom pernapasan berat
-- Beberapa kali masuk ruang gawat daruratBeberapa kali masuk ruang gawat darurat -- Kualiti hidup yang menurunKualiti hidup yang menurun
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yangsakit oleh suatu tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan
terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog.psikolog. Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu :
Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihanlatihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.
pernapasan. 1.
1. Ditujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasiti sistem transportasi oksigen. LatihanDitujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasiti sistem transportasi oksigen. Latihan fisis yang baik akan menghasilkan :
fisis yang baik akan menghasilkan : -- Peningkatan VOPeningkatan VO22maxmax
-- Perbaikan kapasiti kerja aerobik maupun anaerobikPerbaikan kapasiti kerja aerobik maupun anaerobik -- PeningkatanPeningkatan cardiac output cardiac output dandan stroke volume stroke volume
-- Peningkatan efisiensi distribusi darahPeningkatan efisiensi distribusi darah
-- Pemendekkan waktu yang diperlukan untukPemendekkan waktu yang diperlukan untuk recovery recovery Latihan untuk meningkatkan kemapuan otot pernapasan Latihan untuk meningkatkan kemapuan otot pernapasan a.
a. Latihan untuk meningkatkan otot pernapasanLatihan untuk meningkatkan otot pernapasan b.
b. Endurance exercise Endurance exercise
Latihan untuk meningkatkan kemampuan otot pernapasan Latihan untuk meningkatkan kemampuan otot pernapasan Latihan ini diprogramkan bagi penderita PPOK yang
Latihan ini diprogramkan bagi penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada ototmengalami kelelahan pada otot pernapasannya sehingga tidak dapat menghasilkan tekanan insipirasi yang cukup untuk pernapasannya sehingga tidak dapat menghasilkan tekanan insipirasi yang cukup untuk melakukan ventilasi maksimum yang dibutuhkan. Latihan khusus pada otot pernapasam melakukan ventilasi maksimum yang dibutuhkan. Latihan khusus pada otot pernapasam akan mengakibatkan bertambahnya kemampuan ventilasi maksimum, memperbaiki kualiti akan mengakibatkan bertambahnya kemampuan ventilasi maksimum, memperbaiki kualiti hidup dan mengurangi sesak napas.
hidup dan mengurangi sesak napas.
Pada penderita yang tidak mampu melakukan latihan endurance, latihan otot pernapasan Pada penderita yang tidak mampu melakukan latihan endurance, latihan otot pernapasan ini akan besar manfaatnya. Apabila ke dua bentuk latihan tersebut bisa dilaksanakan oleh ini akan besar manfaatnya. Apabila ke dua bentuk latihan tersebut bisa dilaksanakan oleh penderita, hasilnya akan lebih baik. Oleh
penderita, hasilnya akan lebih baik. Oleh karena itu bentuk latihan pada karena itu bentuk latihan pada penderita PPOKpenderita PPOK bersifat individual. Apabila ditemukan kelelahan pada otot pernapasan, maka
bersifat individual. Apabila ditemukan kelelahan pada otot pernapasan, maka porsi latihanporsi latihan otot pernapasan diperbesar, sebaliknya apabila didapatkan CO
otot pernapasan diperbesar, sebaliknya apabila didapatkan CO22darah tinggi dandarah tinggi dan
peningkatan ventilasi pada waktu latihan maka latihan endurance yang diutamakan. peningkatan ventilasi pada waktu latihan maka latihan endurance yang diutamakan. Endurance exercise
Endurance exercise
Respons kardiovaskuler tidak seluruhnya dapat terjadi pada
Respons kardiovaskuler tidak seluruhnya dapat terjadi pada penderita PPOK.penderita PPOK. Bertambahnya
Bertambahnya cardiac output cardiac output maksimal dan transportasi oksigen tidak sebesar pada orangmaksimal dan transportasi oksigen tidak sebesar pada orang sehat.
sehat.
Latihan jasmani pada penderita PPOK akan
Latihan jasmani pada penderita PPOK akan berakibat meningkatnya toleransi latihanberakibat meningkatnya toleransi latihan karena meningkatnya toleransi karena meningkatnya kapasiti kerja maksimal dengan karena meningkatnya toleransi karena meningkatnya kapasiti kerja maksimal dengan rendahnya konsumsi oksigen. Perbaikan toleransi latihan merupakan resultante dari rendahnya konsumsi oksigen. Perbaikan toleransi latihan merupakan resultante dari efisiensinya pemakaian oksigen di jaringan dari toleransi terhadap
efisiensinya pemakaian oksigen di jaringan dari toleransi terhadap asam laktat.asam laktat. Sesak napas bukan satu-satunya keluhan yang menyebabkan penderita PPOMJ Sesak napas bukan satu-satunya keluhan yang menyebabkan penderita PPOMJ menghenikan latihannya, faktor lain yang mempengaruhi ialah kelelahan
menghenikan latihannya, faktor lain yang mempengaruhi ialah kelelahan otot kaki. Padaotot kaki. Pada penderita PPOK berat, kelelahan kaki mungkin merupakan faktor yang dominan untuk penderita PPOK berat, kelelahan kaki mungkin merupakan faktor yang dominan untuk menghentikan latihannya.
menghentikan latihannya.
Berkurangnya aktiviti kegiatan sehari-hari akan menyebabkan penurunan fungsi Berkurangnya aktiviti kegiatan sehari-hari akan menyebabkan penurunan fungsi otototot skeletal. Imobilitasasi selama 4 - 6 minggu akan menyebabkan penurunan kekuatan otot, skeletal. Imobilitasasi selama 4 - 6 minggu akan menyebabkan penurunan kekuatan otot, diameter serat otot, penyimpangan energi dan
diameter serat otot, penyimpangan energi dan activiti enzim metabolik. Berbaring ditempatactiviti enzim metabolik. Berbaring ditempat tidur dalam jangka waktu yang lama menyebabkan menurunnya
tidur dalam jangka waktu yang lama menyebabkan menurunnya oxygen uptake oxygen uptake dan kontroldan kontrol kardiovaskuler.
kardiovaskuler.
Latihan fisis bagi penderita PPOK dapat dilakukan di dua tempat : Latihan fisis bagi penderita PPOK dapat dilakukan di dua tempat : •• Di rumahDi rumah
-- Latihan dinamikLatihan dinamik
-- Menggunakan otot secara ritmis, misal : Menggunakan otot secara ritmis, misal : jalan, joging, sepedajalan, joging, sepeda
•• Rumah sakitRumah sakit
-- Program latihan setiap harinya 15-30 menit selama Program latihan setiap harinya 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu. Tipe4-7 hari per minggu. Tipe latihan diubah setiap hari. Pemeriksaan denyut nadi,
latihan diubah setiap hari. Pemeriksaan denyut nadi, lama latihan dan keluhanlama latihan dan keluhan subyektif dicatat. Pernyataan keberhasilan latihan oleh penderita lebih penting subyektif dicatat. Pernyataan keberhasilan latihan oleh penderita lebih penting daripada hasil pemeriksaan subyektif atau obyektif. Pemeriksaan ulang
daripada hasil pemeriksaan subyektif atau obyektif. Pemeriksaan ulang setelah 6-setelah 6-8 minggu di laboratorium dapat
8 minggu di laboratorium dapat memberikan informasi yang obyektif tentangmemberikan informasi yang obyektif tentang beban latihan yang sudah dilaksanakan.
beban latihan yang sudah dilaksanakan.
-- Dua bentuk latihan dinamik yang tampaknya cocok untuk penderita di rumahDua bentuk latihan dinamik yang tampaknya cocok untuk penderita di rumah adalah ergometri dan
adalah ergometri dan walking-jogging walking-jogging . Ergometri lebih baik daripada. Ergometri lebih baik daripada walking- walking- ogging
ogging . Begitu jenis latihan sudah ditentukan, latihan dimulai selama . Begitu jenis latihan sudah ditentukan, latihan dimulai selama 2-3 menit,2-3 menit, yang cukup untuk menaikkan denyut nadi sebesar 40%
yang cukup untuk menaikkan denyut nadi sebesar 40% maksimal. Setelah itumaksimal. Setelah itu dapat ditingkatkan sampai mencapai denyut jantung
dapat ditingkatkan sampai mencapai denyut jantung 60%-70% maksimal selama60%-70% maksimal selama 10 menit. Selanjutnya diikuti dengan 2-4
maksimal adalah 220 - umur dalam tahun. maksimal adalah 220 - umur dalam tahun.
-- Apabila petunjuk umum sudah dilaksanakan, risiko untuk Apabila petunjuk umum sudah dilaksanakan, risiko untuk penderita dapatpenderita dapat diperkecil. walaupun demikan latihan jasmani secara potensial akan diperkecil. walaupun demikan latihan jasmani secara potensial akan dapatdapat berakibat kelainan fatal, dalam bentuk aritmia atau
berakibat kelainan fatal, dalam bentuk aritmia atau iskemi jantung.iskemi jantung. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum latihan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum latihan : -- Tidak boleh makan 2-3 jam sebelum latihanTidak boleh makan 2-3 jam sebelum latihan -- Berhenti merokok 2-3 jam sebelum latihanBerhenti merokok 2-3 jam sebelum latihan
-- Apabila selama latihan dijumpai angina, gangguan Apabila selama latihan dijumpai angina, gangguan mental, gangguan koordinasimental, gangguan koordinasi atau pusing latihan segera dihentikan
atau pusing latihan segera dihentikan -- Pakaian longgar dan ringanPakaian longgar dan ringan
2.
2. PsikososialPsikososial
Status psikososial penderita perlu diamati dengan cermat dan
Status psikososial penderita perlu diamati dengan cermat dan apabila diperlukan dapatapabila diperlukan dapat diberikan obat
diberikan obat 3.
3. Latihan PernapasanLatihan Pernapasan
Tujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas. Teknik latihan Tujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas. Teknik latihan meliputi pernapasan diafragma dan
meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips pursed lips guna memperbaiki ventilasi danguna memperbaiki ventilasi dan menyinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga untuk melatih menyinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga untuk melatih ekspektorasi dan memperkuat
ekspektorasi dan memperkuat otot ekstrimiti.otot ekstrimiti.
B.
B. Penatalaksanaan PPOK stabilPenatalaksanaan PPOK stabil Kriteria PPOK stabil adalah : Kriteria PPOK stabil adalah :
-- Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronikTidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
-- Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkanDapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkan PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg
PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg -- Dahak jernih tidak berwarnaDahak jernih tidak berwarna
-- Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)PPOK (hasil spirometri) -- Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatanPenggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
-- Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahanTidak ada penggunaan bronkodilator tambahan Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil : Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil : -- Mempertahankan fungsi paruMempertahankan fungsi paru
-- Meningkatkan kualiti hidupMeningkatkan kualiti hidup -- Mencegah eksaserbasiMencegah eksaserbasi
Penatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai evaluasi berkala atau
Penatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai evaluasi berkala atau dirumahdirumah untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan mencegah eksaserbasi
untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan mencegah eksaserbasi Penatalaksanaan di rumah
Penatalaksanaan di rumah
Penatalaksanaan di rumah ditujukan untuk
Penatalaksanaan di rumah ditujukan untuk mempertahankan PPOK yang stabil. Beberapa hal yangmempertahankan PPOK yang stabil. Beberapa hal yang harus diperhatikan selama di rumah, baik oleh pasien sendiri maupun oleh keluarganya.
harus diperhatikan selama di rumah, baik oleh pasien sendiri maupun oleh keluarganya.
Penatalaksanaan di rumah ditujukan juga bagi penderita PPOK berat yang harus menggunakan Penatalaksanaan di rumah ditujukan juga bagi penderita PPOK berat yang harus menggunakan oksigen atau ventilasi mekanik.
oksigen atau ventilasi mekanik. Tujuan penatalaksanaan di rumah : Tujuan penatalaksanaan di rumah : a.
a. Menjaga PPOK tetap stabilMenjaga PPOK tetap stabil b.
b. Melaksanakan pengobatan pemeliharaanMelaksanakan pengobatan pemeliharaan c.
d.
d. Mengevaluasi dan mengatasi efek samping pengobatanMengevaluasi dan mengatasi efek samping pengobatan e.
e. Menjaga penggunaan ventilasi mekanikMenjaga penggunaan ventilasi mekanik f.
f. Meningkatkan kualiti hidupMeningkatkan kualiti hidup Penatalaksanaan di rumah meliputi : Penatalaksanaan di rumah meliputi : 1.
1. Penggunakan obat-obatan dengan tepat.Penggunakan obat-obatan dengan tepat.
Obat-obatan sesuai klasifikasi (tabel 2). Pemilihan obat dalam bentuk
Obat-obatan sesuai klasifikasi (tabel 2). Pemilihan obat dalam bentuk dishaler, nebuhaler ataudishaler, nebuhaler atau tubuhaler karena penderita PPOK biasanya berusia lanjut, koordinasi
tubuhaler karena penderita PPOK biasanya berusia lanjut, koordinasi neurologis dan kekuatanneurologis dan kekuatan otot sudah berkurang. Penggunaan bentuk
otot sudah berkurang. Penggunaan bentuk MDI menjadi kurang efektif. Nebuliser sebaiknyaMDI menjadi kurang efektif. Nebuliser sebaiknya tidak digunakan secara terus menerus. Penggunaan nebuliser di rumah sebaiknya bila timbul tidak digunakan secara terus menerus. Penggunaan nebuliser di rumah sebaiknya bila timbul eksaserbasi, penggunaan terus menerus, hanya
eksaserbasi, penggunaan terus menerus, hanya jika timbul eksaserbasi.jika timbul eksaserbasi. 2.
2. Terapi oksigenTerapi oksigen
Dibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK derajat sedang oksigen hanya Dibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang
digunakan bila timbul sesak yang disebabkan pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat beratdisebabkan pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat berat yang terapi oksigen di rumah pada waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama yang terapi oksigen di rumah pada waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter
pada waktu tidur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter 3.
3. Penggunaan mesin bantu napas Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya. Beberapa penderita PPOKdan pemeliharaannya. Beberapa penderita PPOK dapat menggunakan mesin bantu napas di rumah (lihat hal 25)
dapat menggunakan mesin bantu napas di rumah (lihat hal 25) 4.
4. RehabilitasiRehabilitasi
-- Penyesuaian aktivitiPenyesuaian aktiviti
-- Latihan ekspektorasi atau batuk yang efektifLatihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)(huff cough) -- "Pursed-lips breathing" "Pursed-lips breathing"
-
- Latihan ekstremiti atas dan otot bantu napasLatihan ekstremiti atas dan otot bantu napas 5.
5. Evaluasi / monitor terutama ditujukan pada :Evaluasi / monitor terutama ditujukan pada : -- Tanda eksaserbasiTanda eksaserbasi
-- Efek samping obatEfek samping obat
Algoritme penanganan PPOK Algoritme penanganan PPOK
C.
C. Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi AkutPenatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisidibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor
sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara,lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi.
kelelahan atau timbulnya komplikasi. Gejala eksaserbasi :
Gejala eksaserbasi : -- Sesak bertambahSesak bertambah
-- Produksi sputum meningkatProduksi sputum meningkat -- Perubahan warna sputumPerubahan warna sputum
Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga : Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga : a.
a. Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atasTipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas b.
b. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atasatas c.
c. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas ditambah infeksi saluran napas atas lebihatas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan