• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Didin Budiman 1. (FPOK Universitas Pendidikan Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 Didin Budiman 1. (FPOK Universitas Pendidikan Indonesia)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

56

Perbandingan Pengaruh Pemberian Umpan Balik Positif Dan Umpan Balik Netral Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap

Pembentukan Konsep Diri Yang Positif Siswa SD

1

Didin Budiman1

(FPOK Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak

Pengembangan konsep diri siswa sejak usia dini menjadi bagian dari pelaksanaan program pembelajaarn pendidikan jasmani pada aspek afektif. Penelitian ini memfokuskan pada upaya menumbuhkem-bangkan konsep diri yang positif pada siswa Sekolah Dasar melalui penerapan umpan balik positif dan umpan balik netral. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang diterap-kan pada 40 orang siswa Sekolah Dasar. Instrumen penelitian berupa angket dengan model skala Likert yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umpan balik positif lebih memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan konsep diri yang positif pada siswa Sekolah Dasar.

Kata kunci: Umpan balik positif, umpan balik netral, konsep

diri yang positif PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Proses pendidikannya dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. Aktivitas jasmaninya diupayakan untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif dan sosial (Cholik dan Lutan, 1996).

Program pembelajaran pendidikan jasmani memiliki tujuan dan fungsi untuk menumbuhkembangkan seluruh domain yang dimiliki oleh setiap siswa. Sedangkan pada aspek afektif, program pendidikan jasmani menitikberatkan kepada pembentukan sikap untuk membentuk kepri-badian yang baik yang sesuai dengan norma dan etika di masyarakat.

Program pendidikan jasmani yang baik, khususnya pada aspek afektif memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui aktivitas jasmani baik secara perorangan maupun berkelompok. Bila tujuan itu

1 Penulis adalah Dosen tetap di Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga

Universitas Pendidikan Indonesia. Saat ini sedang menyelesaikan program magister di Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. E -mail: ...

(2)

57

tercapai, hal itu memungkinkan siswa untuk memperoleh dan menerapkan pengetahuan tentang aktivitas jasmani, pertumbuhan dan perkembangan, perkembangan estetika dan sosial, mengembangkan sikap positif, mengembangkan keterampilan sosial untuk berkomunikasi dan bersosia-lisasi secara efektif dengan orang lain (Lutan, 1998).

Salah satu unsur yang menjadi tujuan perkembangan pribadi siswa adalah konsep diri. Menurut Lutan (2001), konsep diri adalah penilaian tentang kepatutan diri pribadi yang dinyatakan dalam sikap yang dimiliki seseorang mengenai dirinya. Konsep diri memiliki enam dimensi atau komponen yaitu (1) merasa diakui lingkungan sekitar, (2) merasa mampu, (3) merasa patut, (4) menerima keadaan diri sendiri, (5) menerima keterbatasan, dan (6) keunikan.

Pembinaan konsep diri sangatlah penting, melalui program pendidikan jasmani yang berkualitas, konsep diri dapat diajarkan atau dikembangkan. Beberapa cara mengajarkan konsep diri dalam pendidikan jasmani menurut Lutan (2001) adalah anak saling menghargai, guru dan anak saling menghargai, dan penetapan tujuan yang realistik. Berdasarkan pengertian tersebut maka salah satu cara mengembangkan konsep diri yang positif adalah melalui komunikasi yang efektif. Indikator terpenting dari komunikasi yang efektif adalah berterus terang, men-dengar, dan merasakan perasaan orang lain.

Dalam aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani, guru menghargai siswa dan berkomunikasi secara efektif yang diwujudkan dengan terjadinya proses umpan balik. Umpan balik merupakan salah satu upaya mengobservasi siswa berkaitan dengan bagaimana ia melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu (Suherman, 1998). Menurut Apruebo (2005), umpan balik adalah

information that athletes would receive from coach/trainer or environment regarding the level of their motor skill or performance. It serves as a groundwork for the athletes learning development. Pengertian ini lebih

menekankan kepada aktivitas latihan berkenaan dengan informasi dari pelatih terkait dengan tingkat keterampilan gerak atau penampilan atletnya sebagai dasar dalam mengembangkan penampilan atlet. Rink (1985) mendefinikan umpan balik lebih bersifat umum, menurutnya umpan balik adalah informasi sensoris yang diterima seseorang sebagai hasil meresponnya. Lutan (1988) lebih jelas mengatakan bahwa umpan balik adalah pengetahuan yang diperoleh berkenaan dengan sesuatu tugas, perbuatan atau respons yang telah diberikan. Dalam proses pembelajaran atau pelatihan, umpan balik berfungsi untuk memberikan motivasi dan penguatan (Harsono, 1988) atau hukuman (Lutan, 1988; Apruebo, 2005).

(3)

58

Ditegaskan Apruebo (2005), bahwa reinforcement means any event that

increase the probability that a particular response will reoccur under similar consequences. Lebih rinci Suherman (1998) mengungkapkan

beberapa keuntungan pemberian umpan balik, yaitu untuk: (1) mendorong siswa untuk terus berlatih, (2) mencerminkan perilaku guru yang efektif, (3) membantu siswa untuk menilai penampilan (kemampuan) yang tidak bisa dilihat dan dirasakannya sendiri, (4) mendorong guru untuk menilai seberapa relevansi antara aspek-aspek pembelajaran dengan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai tugas gerak (bahan ajar) seperti yang diinginkan oleh gurunya.

Umpan balik dapat diberikan dalam beberapa jenis. Jenis umpan balik dikemukakan oleh Suherman (1998) yaitu umpan balik positif dan umpan balik netral. Pemberian jenis umpan balik harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa terkait dengan tingkat perkembangan psikososial siswa. Salah satu ciri perkembangan siswa pada kelompok anak besar (usia 10-12 tahun) adalah mereka sangat membutuhkan penguatan agar perubahan perilakunya yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tetap melekat. Dalam hal ini guru harus berhati-hati memberikan umpan balik untuk perbaikan atau koreksi atas kekeliruan yang dilakukan siswa. Kekurangsesuaian jenis umpan balik yang diberikan akan berdampak kepada perasaan tidak enak, pesimistis, tidak memiliki motivasi, atau tidak memiliki harga diri karena selalu mendapat teguran guru. Untuk itu karakteristik siswa harus mendapat perhatian penting ketika guru akan memberikan umpan balik

Mencermati kondisi yang sering ditemuai di lapangan, terjadinya ketidakjelasan konsep diri yang dimiliki siswa kerapkali disebabkan karena belum mampunya guru memberikan penghargaan dan pengakuan atas setiap upaya atau proses yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, juga kekurangpahaman guru terhadap kebermaknaan umpan balik dan kekeliruan memberikan umpan balik kepada siswa karena mengabaikan perbedaan tingkat kecepatan belajar setiap siswa seringkali mengganggu penampilan siswa pada saat belajar dan menem-patkan siswa pada posisi tidak berdaya, tidak mampu, dan gelisah sehingga minat dan motivasi belajar menjadi menurun. Pada gilirannya konsep diri siswa akan terganggu dan pembentukan konsep diri yang positif pada diri siswa menjadi kabur atau tidak jelas.

Berdasarkan semua uraian di atas, dapat dikatakan bahwa umpan balik dan kesesuaian pemberian jenis umpan balik memainkan peranan peranan penting dalam percepatan belajar, karena itu penelitian ini menjadi penting dalam kaitannya dengan pengaruh pemberian jenis umpan

(4)

59

balik terhadap konsep diri siswa. Diduga bahwa pemberian umpan balik positif memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap pengembangan konsep diri yang positif pada diri siswa sekoah dasar dibandingkan dengan pemberian umpan balik netral.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode ekspe-rimen, sebab penelitian dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh sebab akibat suatu variabel terhadap variabel lain, yaitu pengaruh pemberian umpan balik terhadap konsep diri yang positif siswa Sekolah Dasar.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan kelas VI Sekolah Dasar di Kecamatan Sumedang Utara. Sedangkan sampel penelitian dipilih 40 orang siwa laki-laki dan siswa perempuan di Sekolah Dasar Negeri Bendungan I Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang secara acak (random) yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok sehingga setiap kelompok terdiri atas 20 orang si swa. Kelompok A mendapatkan perlakuan pemberian umpan balik positif dan kelompok B mendapatkan perlakuan pemberian umpan balik netral.

Desain dan Prosedur

Desain penelitian yang dipilih oleh penulis adalah dua kelompok eksperimen dengan proses perlakuan kemudian tes akhir atau post test. Tidak adanya tes awal atau pre test karena pertimbangan bahwa instrumen penelitian yang dipakai adalah angket. Penulis asumsikan jika diadakan pre test maka sampel akan memiliki kesempatan untuk menghapal dan mendiskusikan butir soal dalam angket dengan sesama rekannya. Hal ini dimaksudkan agar tes yang diberikan bukanlah tes kognitif melainkan tes yang berkaitan langsung dengan persepsi dan sikap yang sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

Instrumen

Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket konsep diri dengan model skala Likert. Konsep diri yang positif yang dimaksud memiliki 6 dimensi konstruk, yaitu (1) merasa diakui lingkungan sekitar, (2) merasa mampu, (3) merasa patut, (4) menerima keadaan diri sendiri, (5) menerima keterbatasan, (6) keunikan. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua butir skor adalah

valid karena semua harga thitung lebih besar dari ttabel (1,9). Hasil uji

(5)

60

nilai rtabel pada product moment diketahui dengan n=15 (dk: n-2 = 13)

pada harga r 0.95 adalah 0,553. Ini berarti bahwa rhitung lebih besar

daripada rtabel, sehingga dapat dikatakan bahwa angket yang dijadikan

instrumen penelitian ini adalah reliabel.

HASIL

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut:

Uji Prasarat

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebaran data untuk kelompok A dan B berdistribusi normal dan homogen. Seperti disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1: Hasil Pengolahan Data Uji Normalitas

Populasi N L hitung L tabel Kesimpulan

Kelompok A 20 0,0468 0,190 Normal

Kelompok B 20 0,1362 0,190 Normal

Tabel 2: Hasil Pengolahan Data Uji Homogenitas

Populasi N F hitung F tabel Kesimpulan

Kelompok A 20 1,34 2,15 Homogen

Kelompok B 20 1,46 2,15 Homogen

Uji Hipotesis

Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3: Hasil Analisis Data Uji-t

Kelompok dk (n1+n2-2) t hitung t tabel Hipotesis

Kelompok A (20+20-2)=38 3,39 2,68 Ho ditolak

Ha diterima

Kelompok B (20+20-2)=38 3,34 2,68 Ho ditolak

Ha diterima Gain skor kelompok A

dengan kelompok B

(20+20-2)=38 6,46 2,68 Ho ditolak Ha diterima

(6)

61

Sesuai dengan tabel di atas diketahui hasil analisis data sebagai berikut:

(1) Hasil analisis data kelompok A diketahui bahwa harga thitung lebih besar dari nilai ttabel. Ini mengandung arti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa pemberian umpan balik positif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan konsep diri yang positif pada siswa sekolah dasar diterima

(2) Hasil analisis data kelompok B diketahui bahwa harga thitung lebih besar dari nilai ttabel. Ini mengandung arti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa pemberian umpan balik netral memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan konsep diri yang positif pada siswa sekolah dasar diterima

(3) Hasil analisis data komparatif antar kelompok diketahui bahwa harga thitung dari gain skor antara kelompok A dengan kelompok B lebih besar dari harga ttabel, artinya hipotesis alternatif (Ha) yang menyataka bahwa pemberian umpan balik positif memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap pengembangan konsep diri yang positif pada diri siswa sekoah dasar dibandingkan dengan pemberian umpan balik netral diterima.

PEMBAHASAN

Temuan di lapangan selama proses penelitian adalah bahwa pemberian umpan balik pada hakikatnya merupakan salah satu cara dari proses penguatan terhadap perilaku belajar siswa (Weinberg dan Gould, 1995; Apruebo, 2005). Kesesuaian pemberian umpan balik dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan siswa akan membawa siswa ke dalam proses percepatan penguasaan bahan ajar. Kesulitan yang dihadapi oleh karena adanya penguatan hasil belajar akan diminimalisir.

Meski hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian umpan balik positif dan umpan balik netral tidak memberikan pengaruh yang signifikan, namun berdasarkan skor mentah telah terjadi adanya perubahan sikap dari hasil tes awal dan tes akhir. Perubahan sikap yang dimaksud adalah semakin meningkatnya persepsi dan pemahaman terhadap konsep diri yang positif pada siswa baik di kelompok A maupun siswa di kelompok B, hanya secara keseluruhan (totalitas) belum bisa terjadi ke arah peningkatan konsep diri yang positif.

Proses pengembangan konsep diri yang positif pada siswa sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, terutama lingkungan keluarga. Ini bisa dimaklumi sebab interaksi antara siswa dengan anggota

(7)

62

keluarga lebih lama dibandingkan dengan interaksi guru atau sesama siswa di lingkungan sekolah. Ketika ada perlakuan dari lingkungan sekolah terhadap sikap dan perilakunya maka perlakuan tersebut akan diperkuat atau diperlemah oleh perlakuan dari anggota keluarganya yang berada di rumah.

Komponen-komponen yang menjadi bagian dari sikap diri yang positif (a) Merasa diakui lingkungan sekitar, (b) Merasa mampu, (c) Merasa patut, (d) Menerima keadaan diri sendiri, (e) Menerima keterbatasan (f) Keunikan) hanya akan berhasil dikembangkan atau ditingkatkan apabila terjadinya kolaboratif antara pihak sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah berkepentingan untuk mengajarkan, membina konsep diri yang positif pada diri siswa meskipun dengan waktu yang sangat terbatas (misal melalui pelaksanaan program pendidikan jasmani, Rusli Lutan, 2001).

Pemberian umpan balik pada hakikatnya merupakan salah satu cara dari proses penguatan terhadap perilaku belajar siswa (Weinberg dan Gould , 1995; Apruebo, 2005). Kesesuaian pemberian umpan balik dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan siswa akan membawa siswa ke dalam proses percepatan penguasaan bahan ajar. Kesulitan yang dihadapi oleh karena adanya penguatan hasil belajar akan diminimalisir. Hal ini bisa terjadi karena umpan balik merupakan bagian dari faktor stimulus yang bisa menjadi penyebab kesulitan belajar. Jika terjadi kesesuaian umpan balik dalam proses pembelajaran penjas maka faktor penyebab kesulitan belajar dapat dikurangi.

KESIMPULAN

Sesuai dengan hasil analisis data yang telah dilakukan, dua kesimpulan pokok dari penelitian ini adalah (1) pemberian umpan balik positif dan umpan balik netral memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan konsep diri yang positif pada siswa S ekolah Dasar; (2) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan umpan balik positif dengan umpan balik netral. Umpan balik positif berkontribusi lebih baik daripada umpan balik netral dalam mengem-bangkan konsep diri yang positif pada siswa kelas 5 dan 6 Sekolah Negeri Bendungan I Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

DAFTAR PUSTAKA

Apruebo, Roxel A. (2005). Sport Psychology. Manila: UST Publishing House.

(8)

63

Arikunto, Suharsimi (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Harsono (1988). Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. C.V. Tambak Kusuma.

Husdarta. M Saputra, Yudha (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Lutan, Rusli (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori Dan

Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Lutan, Rusli. (1998). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. PPGK-2536 (Modul 1 s/d 2). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru Penjaskes Setara D-II.

Lutan, Rusli. (2001). Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan

Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen

Dikdasmen Bekerja sama dengan Dirjen Olahraga.

Lutan, Rusli. (2003). Self Esteem: Landasan Kepribadian. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Organisasi dan Tenaga Keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.

Lutan Rusli. (2003). Self Esteem Yang Sehat: Teknik Pengembangan. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Organisasi dan Tenaga Keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.

Makmun, Abin S. (2004). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem

Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Rink, Judith E. (1985). Teaching Physical Education for Learning. ST. Louis: Times Mirror/Mosby.

Soesilowindradini. (ttn). Psikologi Perkembangan (Masa Remaja). Surabaya: Usaha Nasional.

(9)

64

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyanto dan Sudjarwo. (1992). Materi Pokok Perkembangan dan

Belajar Gerak Buku I Modul 1-6. Jakarta: Depdikbud Proyek

Penataran Guru SD Setara D-II.

Suherman, Adang (1998). Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: IKIP Bandung Press.

Weinberg, Roberts S, dan Gould, Daniel. (1995). Foundations of Sport

and Exercise Psychology. USA: Human Kinetics.

Wuest, Deborah. Bucher, Charles. (1995). Foundations of Physical

Education And Sport. St. Louis: Mpsby.

Korespondensi untuk artikel ini dapat dialamatkan ke Sekretariat Research Journal of Physical Education Departemen Pendidikan Olahraga FPOK UPI. Jln. Dr. Setiabudi Nomor 229 Bandung. Hp. 081321994631; 081395402906. e-mail: jurnal_por2009@yahoo.com atau ke Didin Budiman Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK Universitas Pendidikan Inonesia. Hp. 081322496171. e-mail: ………..

Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Referensi

Dokumen terkait

4. Apa yang dimaksud dengan pernyataan emas murni 24 karat dan 22 karat? Jelaskan!.. Satuan di bawah ini yang menyatakan satuan massa jenis adalah ….. Massa jenis sebuah kubus

Selepas tamat te mpoh 2 tahun daripada tarikh polisi mula dikuatkuasakan atau dikuatkuasakan se mula , tiada polisi yang bole h di per soalkan oleh pihak insurer atas alasan

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Utara maka BAPPEDA

Esensi dari magang kewirausahaan merupakan pengembangan pelatihan kewirausahaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan managerial skill (keterampilan mengelola); conceptual skill

Memberikan gambaran mengenai profil dan efektivitas pelatihan menjahit dalam meningkatkan kompetensi lulusan, sehingga untuk kedepannya dapat

Description of the Raw Data File PATIENTS.TXT 2 Using a DATA Step to Check for Invalid Values 7 Describing the VERIFY, TRIM, MISSING, and NOTDIGIT Functions 9 Using PROC PRINT with

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian

Hasil dibandingkan dengan kelompok pemberian serbuk akar pasak bumi dosis 100 mg/kgBB (150±5,099) dan 200 mg/kgBB (113,67±5,508) terhadap kelompok kontrol (129±6,055), curcumin