• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GOOD GOVERNANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GOOD GOVERNANCE"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH

GOOD GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI PENELITIAN

PADA BADAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BKAD)

PROVINSI SULAWESI SELATAN)

SKRIPSI

Oleh

RUSLAN EFENDI

105731124516

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ii

HALAMAN JUDUL

PENGARUH

GOOD GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI PENELITIAN

PADA BADAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BKAD)

PROVINSI SULAWESI SELATAN)

SKRIPSI

Oleh

RUSLAN EFENDI

105731124516

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada:

1. Kedua orang tua saya, H. Rewa dan Hj. Niati yang telah memberikan

semangat, dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Nenek dan Saudara saya, Hj. Mantang, Rustam, Risna, Rina. yang telah

memberikan dukungan untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus

dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntun dan memberi arahan

dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Para sahabat sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi

semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

MOTTO HIDUP

“jadilah sebaik-baik manusia yang bermanfaat untuk orang lain.” (HR ath-tabari)

(4)
(5)
(6)

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat

beserta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW

beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang

tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Governance terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Penelitian pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi Selatan)”

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

kedua orang tua yaitu bapak H. Rewa dan ibu Hj. Niati yang senantiasa memberi

harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tampa pamrih. Dan

saudara saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan

semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala

pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah mereka berikan kepada

penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada

penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

(8)

viii

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan

dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag., Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program

Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Samsul Rizal S.E, MM selaku penasehat akademik yang senantiasa

memberikan bimbingan kepada peneliti.

5. Bapak Jamaluddin M, SE, M.SI selaku pembimbing I yang senantiasa

mengarahkan penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.

6. Bapak Syamsuddin, S.Pd, M.Ak, selaku pembimbing II yang senantiasa

memberikan saran, arahan dan perbaikan sehingga proses penelitian dan

penyusunan skripsi dapat selesai dengan baik.

7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

ilmu kepada penulis.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

9. Orang Tua penulis yang tidak pernah lelah dalam memberikan dukungan,

semangat dan doa kepada penulis.

10. Terima kasih kepada saudara, sepupu dan kerabat yang tidak dapat saya

sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan semangat dan

(9)

ix

11. Terima kasih kepada keluarga Baso Lantara’ yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis

12. Terima kasih kepada ketua tingkat Ak.G.16 dan rekan saya Andi Ahmad

Yani, Nuralamsyah, Mustari, Dedi Mulya, Muammar, Basri, yang telah

memberikan banyak kontribusi dan sumbangsi pemikiran kepada penulis

13. Terima kasih kepada Rekan-Rekan Akuntansi 2016. G. Khususnya Keluarga

Besar Sobat Ambyar dan Markas yang telah membantu peneliti dalam

proses berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar.

14. Terima kasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu

yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya

sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar,16 Januari 2021

(10)

x

ABSTRAK

Ruslan Efendi, 2021. “Pengaruh Penerapan Good Governance terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi Selatan”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dibimbing oleh Jamaluddin dan Syamsuddin.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Good Governance terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Skala pengukuran data dengan skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS versi 22.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Good Governance

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan BKAD dapat memaksimalkan penerapan Good Governance agar sumber daya yang di kelola dapat di manfaatkan sebaik-baiknya sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan aset milik daerah,

Kata Kunci: Penerapan Good Governance, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

(11)

xi

ABSTRACT

Ruslan Efendi, 2021. "The Effect of Good Governance Implementation on Regional Government Financial Performance in the Regional Financial Management Agency (BKAD) South Sulawesi Province". Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business. Supervised by Jamaluddin and Syamsuddin.

The purpose of this study was to see the effect of Good Governance Implementation on Regional Government Financial Performance in the Regional Financial Management Agency (BKAD) of South Sulawesi Province. In this study using a quantitative approach with data techniques using a questionnaire. Data measurement scale with Likert scale. Data were analyzed using multiple regression analysis with the help of the SPSS version 22.0 program.

The results showed that the implementation of good governance has a positive and significant effect on the financial performance of local governments. Based on the research results, it is hoped that BKAD can implement good governance so that managed resources can be utilized as well as possible as a form of accountability for the management of regional assets.

Keywords: Good Governance Implementation, Local Government Financial Performance

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PEGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR . ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Teori atribusi (Atribution Theory) ... 9

B. Good Governance ... 10

C. Kinerja ... 17

D. Penelitian Terdahulu... 21

(13)

xiii

F. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Rancangan Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27

D. Populasi dan Sampel ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

G. Uji Asumsi Klasik ... 38

H. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

2. Kedudukan dan Wewenang Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) ... 40

3. Kinerja Badan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan berdasarkan Laporan Akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintahan 2014-2019 (LAKIP)...43

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

1. Deskripsi Data ... 46

2. Hasil Uji Statistik Diskriptif ... 59

3. Uji Instrumen Penelitian ... 51

4. Uji Asumsi Klasik ... 53

5. Hasil Uji Hipotesis ... 55

(14)

xiv

BAB V PENUTUP ... 65 A. Kesimpulan Penelitian ... 65 B. Saran Penelitian ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 67

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Capaian Kinerja Kondisi Keuangan BKAD 2015-2019 Provinsi

Sul-Sel ... 3

Tabel 2.1.Penelitian Terdahulu ... 21

Tabel 3.1. Indikator Pengukuran... 32

Tabel 3.2 Skala Penilain Untuk Pernyataan Positif ... 36

Tabel 4.1 Indikator Kinerja SKPD berdasarkan tujuan dan sasaran RPJMD Badan Keuangan dan Aset daerah Provinsi Sulawesi Selatan. ... 43

Tabel 4.2 Data Penyebaran Kueisioner... 46

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja. ... 47

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 48

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 49

Tabel 4.8 Descriptive Statistics Variabel Penelitian ... 50

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas ... 51

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas ... 52

Tabel 4.11 Uji Normalitas Data ... 53

Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 56

Tabel 4.13 Uji Koefisien Korelasi Determinasi ... 57

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR / BAGAN

Gambar 2.1.Kerangka Konsep ... 25

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BKAD tahun 2020 ... 45

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Normal P-P Plot Regresi ... 54

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kueisioner ... 71

Lampiran 2 Data Responden ... 77

Lampiran 3 Hasil Ouput Spss ... 82

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ... 87

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya Undang-Undang (UU) No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan awal

mulanya otonomi daerah. Otonomi daerah adalah pemberian kewenangan

dalam pembuatan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola

sumber daya sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki. Untuk mendukung

penyelenggaraan ini otonomi daerah tersebut memerlukan kewenangan yang

luas, nyata serta bertanggung jawab secara berimbang antara keuangan

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Undang-Undang tersebut

merupakan wujud pemberian kewenangan yang lebih luas dari pemerintah pusat

ke pemerintah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan semua urusan

pemerintah daerah mulai dari perencanaan potensi sumber daya yang dimiliki

dalam rangka membangun, mengelola, mengendalikan dan mengevaluasi

segala sumber daya dalam rangka mendorong pemerintah daerah untuk lebih

memberdayakan semua daerahnya.

Sejalan dengan undang-undang yang berlaku diatas, kunci utama

keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik adalah good governance

(kepemerintahan yang baik). (Wasistiono, 2003) mengemukakan bahwa tuntutan

adanya good governance ini timbul karena adanya penyimpangan dalam penyelenggaraan demokratisasi sehingga mendorong kesadaran warga negara

(19)

pemerintahan agar tidak salah dari tujuan jalannya pemerintahan agar tidak

melenceng dari tujuan semula. Selanjutnya, (Purnomowati & Ismini, 2014) juga

menambahkan bahwa upaya mengikutsertakan masyarakat (stakeholders) dalam pelaksanaan pembangunan hanya dapat terwujud bila kehidupan

demokrasi berjalan dengan baik.

Good Governance, diungkapkan sebagai praktek penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis dengan kemampuan mengelola berbagai sumber

daya sosial dan ekonomi dengan baik untuk kepentingan rakyat Indonesia

berdasarkan asas musyawarah dan mufakat. Di dalam rumusan Pasal 3 UU.

Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme, telah secara tegas dan limitatif diatur

prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik atau lebih dikenal dengan istilah good governance. Prinsip-prinsip good governance dalam praktek penyelenggaraan negara dituangkan dalam 9 (sembilan) asas-asas umum penyelenggaraan

negara sebagaimana dimaksud dalam UU No.28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan

Nepotisme.

Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi selatan,

memiliki peran dalam mengatur kebijakan teknis fungsi penunjang bidang

keuangan, pelaksanaan tugas pemantauan evaluasi dan pelaporan fungsi

keuangan. Berdasarkan peraturan gubernur provinsi Sulawesi selatan no.98

tahun 2016, BKAD terdiri dari 12 kepala sub bidang salah satunya, bidang

anggaran yang berfungsi untuk memantau dan mengawasi serta mengevaluasi

pelaksanaan tugas pengelolaan anggaran maka dari itu good governance

(20)

3

Dan Aset Daerah (BKAD) diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan

cita-cita pemerintahan yang bersih dan bebas dari kasus korupsi, selain itu

Pemprov dalam hal ini BKAD dalam mengelola setiap program yang

menggunakan keuangan daerah juga dimandatkan untuk memperhatikan nilai

particiption, rule of law, transparancy, responsiveness, consensus orientation, equity, efficiency and effectiveness, accountability, dan strategic vision. Dari setiap anggaran atau aset daerah yang digunakan di mana hal tersebut biasa

disebut dengan pengukuran kinerja berdasarkan prinsip good governance. Hal ini menjadi bagian dalam perwujudan tata kelola pemerintahan (good governance) yang baik.

Tabel 1.1 Capaian Kinerja Kondisi Keuangan BKAD 2015-2019 Provinsi Sul-Sel

Indikator Kondisi Awal

Target capaian kinerja setiap tahun Kondisi Akhir 2015 2016 2017 2018 2019 Opini terhadap Laporan Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan dari BPK RI WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP

Sumber : Laporan Akuntabilitas Standar Akuntansi Pemerintah (LAKIP)

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa Badan Keuangan dan Aset

daerah Provinsi Sulawesi-Selatan memaksimalkan kinerja keuangan yang

dibuktikan dengan Opini WTP 5 tahun terakhir yang diraih BKAD dimana BKAD

terus meningkatkan kinerjanya dalam mencapai visi dan misi BKAD dan

(21)

Aset daerah BKAD Provinsi Sulawesi Selatan merupakan instansi yang memiliki

tugas strategis yaitu mengelola keuangan dan aset daerah yang dimiliki

Pemerintah Provinsi, sehingga BKAD dituntut agar menjujung tinggi prinsip

Akuntabilitas atau pertanggungjawaban baik kepada pimpinan ataupun

masyarakat. BKAD memiliki visi yaitu menjadi pengelola keuangan daerah yang

terpercaya dan membanggakan masyarakat sulawesi selatan, serta menjadi

instrumen simpul jejaring akselerasi kesejahteraan. Peningkatkan kualitas

pelaporan dan Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan daerah

berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan serta Kualitas Penganggaran

Keuangan daerah yang Transparan dan Akuntabel sesuai dengan Aturan

Perundang-Undangan yang berlaku menjadi hal yang perlu dicapai oleh BKAD,

sehingga dalam penelitian ini di harapkan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja keuangan daerah dapat miliki pengaruh dan

meningkatkan kualitas kinerja keuangan yang dimiliki dalam pengelolaan

keuangan dan aset milik daerah.

Hambatan yang sering muncul menyangkut kinerja pengelolaan

keuangan adalah kurangnya pemahaman terkait tata cara penyusunan

anggaran yang baik dan benar. Penyusunan anggaran yang baik adalah yang

sesuai dengan peraturan dan standar akuntansi yang berlaku. Fungsi dari

adanya penyusunan anggaran yang menjaga tingkat pemakaian dana sehingga

dapat meminimalisir pemborosan dana yang tidak diperlukan dalam pemerintah

daerah. Hasil dari adanya penyusanan anggaran ini adalah laporan keuangan

yang diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dimana akan

memberikan opini yang memiliki pengaruh dalam berbagai entitas. Kelalaian

(22)

5

yang kurang baik. Jadi sudah sewajarnya jika pemerintah daerah harus

mengetahui cara pengelolaan keuangan yang baik dan benar lewat penyusunan

anggaran.

Pengukuran kinerja keuangan penting dilakukan untuk dapat menilai

akuntabilitas pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah dan

dituangkan kedalam bentuk laporan keuangan yang bertujuan untuk menyajikan

informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, serta kinerja keuangan

pemerintah daerah yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk

menunjukkan akuntabilitas pelaporan atas sumber daya yang dikelola

pemerintah. Salah satu bentuk dari penilaian kinerja tersebut berupa analisis

rasio keuangan yang berasal dari unsur laporan pertanggung jawaban kepala

daerah berupa perhitungan APBD (Puspitasari, 2013).

Keberhasilan suatu daerah dapat dilihat dari pencapaian hasil kerja atau

pengelolaan dibidang keuangan meliputi anggaran dan realisasi anggaran

dengan menggunakan indikator keuangan yang telah ditetapkan oleh kebijakan

atau perundang-undangan yang diukur selama periode anggaran. Kinerja

keuangan pemerintah daerah merupakan hasil ouput pencapaian kinerja dalam

mengelola sumber daya yang dimiliki dan digunakan untuk pembangunan

daerah yang dicantumkan dalam laporan anggaran dan realisasi dalam bentuk

nominal maupun realisasi pembangunan. Pengukuran kinerja sektor publik atau

pemerintah daerah bertujuan untuk menemukan pelayanan yang baik kepada

publik. (Mardiasmo, 2009).

Dari contoh kasus yang telah ada maka diperlukan adanya pengadaan

anggaran terhadap setiap instansi. Oleh karenanya, salah satu bentuk

(23)

pemerintah daerah merupakan komponen penting dalam upaya menciptakan

good governance. Besarnya tuntutan masyarakat terhadap akuntabilitas pemerintah daerah mengeluarkan implikasi bagi pemerintah daerah untuk

memberikan informasi kepada masyarakat, dan salah satu informasi akuntansi

tersebut tidak lain berupa laporan keuangan pemerintah daerah. Informasi

keuangan bukanlah merupakan tujuan akhir akuntansi pemerintah daerah,

melainkan informasi tersebut memiliki fungsi yang penting untuk pengguna

laporan dalam rangka pengambilan keputusan.

Terdapat beberapa penelitian mengenai Pengaruh Good Governance

Terhadap Kinerja Keuangan pemerintah daerah. Sebelumnya diantaranya

penelitian yang dilakukan oleh. Nasrun (2019) hasil penelitian ini, kinerja

keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep sangat berpengaruh dilihat

dari tingkat kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep. Dian

prasinta (2012) hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa implementasi good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja operasional, namun pencapaian laba perusahaan dan respon pasar atas implementasi good corporate governance masih kurang.Arif Cahyadi (2016) hasil penelitian ini, 1. Kecamatan sukolilo merupakan salah satu dari 31 kecamatan di kota surabaya,

kecamatan sukolilo masuk dalam wilayah surabaya timur dengan jumlah

penduduk 82.648 jiwa. Sarana dan prasarana yang dimiliki di wilayah kecamatan

sukolilo yaitu agama, pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan keuangan 2.

Penilaian masyarakat dikecamatan di sukolilo surabaya yang mengurus E-KTP

terhadap tingkat penerapan prinsip good governance dalam pelayanan E-KTP di kecamatan sukolilo surabaya dikategorikan cukup baik 3. Penilaian masyarakat

(24)

7

pelayanan E-KTP dikecamatan sukolilo surabaya dikategorikan cukup baik.

Trisusanti Lamangida (2018) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan prinsip Good Goveranance pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Bone Bolango sudah berjalan dengan baik tetapi belum maksimal. Masih

terdapat kelemahan dalam implementasi good governance yakni prinsip transparansi kelemahan informasi manajemen transparansi pemerintahan belum

berkembang dengan baik. Andhika T, Marlien L, Sofia P (2017) penelitian

disimpulkan secara umum pelayanan publik yang mengedepankan

prinsip-prinsip Good Governance yang ada di Kecamatan Wanea Kota Manado telah dilaksanakan dengan baik, walaupun belum sepenuhnya maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Good Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi

Sulawesi Selatan”. Dalam rangka menguji efektifitas penerapan praktik good governance terhadap badan pengelolaan keuangan daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah Penerapan Good Governance Berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan penelitian ini

yaitu, untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan Good Governance

(25)

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat, baik itu dari aspek

teori maupun aspek praktis, serta bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun

manfaat penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu, memberikan manfaat akademis

dalam bentuk sumban saran dalam perkembangan ilmu pemerintahan pada

umumnya. Dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dalam

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu, diharapkan dapat menjadi bahan

masukan kepada BKAD (Badan Keuangan Dan Aset Daerah) dan

memberikan landasan untuk peningkatan kinerja Keuangan dimasa yang

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori atribusi (Atribution Theory)

Teori atribusi akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana cara

menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Robbins (2006)

mengemukakan teori atribusi adalah perilaku seseorang yang disebabkan oleh

faktor internal atau faktor eksternal. Faktor internal adalah pemicu yang berada

di bawah kendali pribadi individu itu, sementara faktor eksternal dilihat sebagai

hasil dari sebab-sebab luar, yaitu individu dipandang terpaksa berperilaku

demikian karena situasi. Ikhsan dan Ishak (2008) menjelaskan bahwa teori

atribusi mempelajari tentang bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu

peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Apakah perilaku itu disebabkan oleh

faktor disposisional (faktor dalam/internal), ataukah disebabkan oleh keadaan

ekternal (Luthans, 2005).

Teori atribusi membahas mengenai faktor-faktor yang mengakibatkan

suatu hal terjadi, apakah hal tersebut terjadi karena faktor internal atau

eksternal. Pada penelitian ini teori atribusi digunakan untuk menjelaskan

bagaimana pengaruh good governance sebagai faktor eksternal yaitu

accountability, transparency, participation, rule of law, effectiveness and efficiency, responsiveness, equity, consencus orientation, dan strategic vision

dapat mempengaruhi kinerja pegawai khususnya dalam pengelolaan keuangan

di pemerintahan daerah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori atribusi dapat

(27)

mempengaruhi kinerja pengelolaan keuangan di pemerintahan daerah

khususnya dilihat pada indikator good governance.

B. Good Governance

Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi governn yang berarti steer

(menyetir, mengendalikan), direct (menggerakkan), atau rule (memerintah), sering kali sebutan ini dalam bahasa inggris disebut to rule with autbority, dengan kata lain memerintah menggunakan kewenangan.

Pengertian good governance diatas merupakan suatu pemahaman atau pijakan dari akuntabilitas kinerja intansi pemerintah good governance

sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaannya atau

kepengarahannya yang baik bukan kepemerintahan yang baik. Memang

pemahaman ini mempunyai perbedaan dengan pemahaman dasar di lingkungan

kita selama ini, antara lain yang diperkenalkan oleh lembaga administrasi negara

dan badan pengawasan keuangan dan pembangunan.

World Bank dalam Mardiasmo (2009) memberikan definisi governance

sebagai “the way state power is used in managing economic and social resources for development of society”. Sedangkan United Nation Development Programme (UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the exercise of

political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan

masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi,

dan administratif dalam pengelolaan negara. Political governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada

(28)

11

masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Administrative governance mengacu pada sistem implementasi kebijakan.

Seiring dengan perjalanan waktu, konsep good governance diarahkan pada proses multiarah yang sebelumnya setelah tahun 1990-an pun masih pada

konsep yang lama hanya terpaku pada pemerintah, namun saat ini konsep

tersebut bersifat multiarah artinya tidak sebatas pada pemerintah namun juga

diluar dari pemerintah itu sendiri (masyarakat dan swasta).

Pengertian good governance menurut (Mardiasmo, 1998) adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh

pemerintah yang baik. Lebih lanjut menurut Bank Dunia yang dikutip (Wahab,

2002) menyebut good governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manejemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan

demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi

yang langka dan pencegahan yang korupsi baik secara politik maupun

administrative, menjalangkan disiplin anggaran serta penciptaan legal end political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan sinergis dan konstruksif diantara Negara, sektor dan masyarakat (effendi, 1996)

Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo (Tangkilisan, 2005) mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk

menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu

penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan

(29)

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat

dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang

dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi

penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

Kesimpulan dari governance tidak sekedar pemerintah atau pemerintahan yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan namun lebih dari

itu bagaimana kekuasaan dan kewenangan ini harus bersinergi dan berinteraksi

dengan aktor diluar dari pemerintahan. Artinya bagaimana pemerintah mampu

menjadi fasilitator demi kepentingan aktor-aktor tersebut dengan membuat

kebijakan dan lain sebagainya.

1. Pengertian good governance

Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance. Good governance dapat diartikan sebagai tata kelola pemerintahan yang baik. Lebih dalam, World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu bentuk penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan

dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi

dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun

administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political

framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha (Mardiasmo, 2009).

Disisi lain, menurut Batubara (2006) good governance dalam konteks ekonomi daerah merupakan bahasa strategi. Hal dikarenakan adanya relevansi

dengan berkembangnya operasionalisasi manajemen dan administrasi publik,

(30)

13

maupun skala internasional. Dalam good governance peran serta aktif masyarakat sangat mendominasi pembangunan.

Disisi lain, Lembaga Administrasi Negara (2000) mendefinisikan good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi

yang konstruktif antara negara, sektor swasta dan masyarakat. Mills dan

Seregeldin dalam Santosa (2008) mendefinisikan good governance sebagai penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi

pembangunan sosial ekonomi. Sedangkan Mas’oed dalam Santosa (2008) menegaskan bahwa good governance adalah cita-cita yang menjadi visi setiap penyelenggara negara, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai prinsip

dalam mengatur pemerintahan dengan sistem administrasi yang bertanggung

jawab kepada publik. Rochman dalam Widodo (2001) menegaskan bahwa

dalam konsep good governance tidak sekedar melibatkan pemerintah tetapi juga berbagai aktor di luar pemerintah.

Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah karakteristik

kebaikan dari suatu governance lebih banyak berkaitan dengan kinerja pemerintah. Pemerintah berkewajiban melakukan investasi untuk

mempromosikan tujuan ekonomi jangka panjang seperti pendidikan kesehatan

dan infrastuktur. Tetapi untuk mengimbangi negara, suatu masyarakat warga

yang kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya sistem demokrasi, rule of law, hak asasi manusia, dan dihargainya pluralisme. Good governance sangat terkait dengan dua hal yaitu (1) good governance tidak dapat dibatasi hanya pada

(31)

tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi pun tidak dapat dicapai tanpa prasyarat

politik tertentu.

2. Prinsip-prinsip good governance

UNDP dalam Supriadi (2012) sebagaimana Asian Development Bank

(1999) merekomendasikan beberapa karakteristik governance, yaitu legitimasi politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan

berpartisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial), manajemen

sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, sistem yudisial

yang adil dan dapat dipercaya. Sedangkan World Bank mengungkapkan sejumlah karakteristik good governance adalah masyarakat sipil yang kuat dan partisipatoris, terbuka, pembuatan kebijakan yang dapat diprediksi, eksekutif

yang bertanggung jawab, birokrasi yang profesional dan aturan hukum.

Adapun prinsip-prinsip good governance menurut United Nation Development Programme (UNDP) dalam Mardiasmo (2009) adalah sebagai berikut:

a. Partisipasi (Participation)

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat

menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar

kebebasan memperoleh informasi. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar

kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

b. Kepastian Hukum (Rules of law)

(32)

15

c. Transparansi (Transparency)

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Informasi

berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh

mereka yang membutuhkan.

d. Cepat dan Tanggap (Responsivenes)

Lembaga-lembaga dan proses harus ditujukan untuk melayani stakeholders.

e. Berorientasi pada Kepentingan (Consensus orientation)

Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

f. Keadilan (Equity)

Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh

kesejahteraan dan keadilan.

g. Efektifitas dan Efisiensi (Efficiency and Effectiveness)

Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien)

dan berhasil guna (efektif).

h. Akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.

i. Visi Kedepan (Strategic vision)

Penyelenggaraan pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi kedepan.

Jumlah komponen ataupun prinsip yang melandasi tata pemerintahan

yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke

pakar lainnya. Namun paling tidak, ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai

prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas (sedarmayanti, 2009).

(33)

a. Transparansi

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) dan Departemen

Dalam Negeri (2002), menyebutkan transparansi adalah prinsip yang

menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh

informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang

kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang

dicapai. Menurut Transparancy International, undang-undang Fredom of Information (FOI) bukan hanya mengatur tentang hak publik untuk mengakses informasi tetapi juga menekankan pada obligasi pemerintah

untuk memfasilitasi akses tersebut. Krina (2003).

b. Partisipasi

Partisipasi (melibatkan masyarakat terutama aspirasinya) dalam

pengambilan kebijakan atau formulasi rencana yang dibuat pemerintah, juga

dilihat pada keterlibatan masyarakat dalam implementasi berbagai kebijakan

dan rencana pemerintah, termasuk pengawasan dan evaluasi. Keterlibatan

dimaksud bukan dalam prinsip terwakilnya aspirasi masyarakat melalui wakil

di DPR, melainkan keterlibatan secara langsung. Partisipasi dalam arti

mendorong semua warga negara menggunakan haknya menyampaikan

secara langsung atau tidak, usulan dan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan. Terutama member kebebasankepada rakyat untuk

berkumpul, berorganisasi dan berpartisipasi aktif dalam menentukan masa

depan (Sedarmayanti, 2009).

c. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban

(34)

17

hukum dan pimpinan organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban

(Adisasmita, 2011). Selanjutnya, dalam Sedarmayanti (2009), akuntabilitas

yakni adanya pembatasan dan pertanggungjawaban tugas yang jelas.

C. Kinerja

1. Pengertian kinerja

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi

dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi (Bastian, 2006). Lebih lanjut, didalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan

bahwa kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah

dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan

kualitas yang terukur. Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu

pencapain hasil atas kegiatan yang telah dianggarkan dan dilaksanakan.

2. Pengertian kinerja keuangan

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan

efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

Efektifitas terjadi apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan

yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara

masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran

(35)

3. Pengertian Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

Ditinjau dari aspek administrasi atau manajemen yang dimaksud dengan

pengelolaan keuangan adalah proses pengurusan, penyelenggaraan,

penyediaan dan penggunaan uang dalam setiap usaha kerjasama sekelompok

orang untuk tercapainya suatu tujuan. Proses ini tersusun dari pelaksanaan

fungsi-fungsi penganggaran pembukuan dan pemeriksaan atau secara

operasional apabila dirangkaikan dengan daerah maka pengelolaan keuangan

daerah adalah yang pelaksanaannya meliputi penyusunan, penetapan,

pelaksanaan pengawasan dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja

daerah (Domai, 2002).

Sejalan dengan pengertian tersebut diatas Halim (2001) mengatakan,

membicarakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari pembahasan

anggaran pendapatan dan belanja daerah. Oleh karena itu anggaran

pendapatan dan belanja daerah adalah merupakan program kerja suatu daerah

dalam bentuk angka-angka selama satu tahun anggaran. Tuntutan mengenai

otonomi daerah dan kepemerintahan yang demokrasi di daerah sebagai

konsekuensi dan implikasi globalisasi. Otonomi selalu dikaitkan atau

disepadankan dengan pengertian kebebasan dan kemandirian. Sesuatu akan

dianggap otonomi jika ia menentukan diri sendiri, membuat aturan (hukum)

sendiri, mengatur diri sendiri, dan berjuang berdasarkan kewenangan kekuasaan

dan prakasa sendiri (Suryadi, 2000) dalam (Rohman, 2009).

Dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang

pemerintahan daerah, telah terjadi berbagai perubahan yang mendasar dalam

(36)

19

perlu dilakukan penataan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan

pemerintahan daerah sebagai manivestasi dari otonomi daerah.

Kinerja pengelolaan keuangan pemerintahan daerah adalah kemampuan

suatu daerah untuk menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli

daerah dalam memenuhi kebutuhannya guna mendukung berjalannya sistem

pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerahnya

dengan tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah pusat dan mempunyai

keleluasaan didalam menggunakan dana-dana untuk kepentingan masyarakat

daerah dalam batas-batas yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan

(Syamsi dalam Errni Tjan, 2014).

Secara umum kinerja pengelolaan daerah adalah kemampuan suatu

daerah untuk mengelola aset daerah dalam bentuk pencatatan transaksi yang

telah dilakukan selama tahun berjalan dan dirumuskan dalam bentuk laporan

keuangan setiap tahunnya. Pengelolaan keuangan yang baik adalah sesuai

dengan aturan dan standar yang sudah ada.

4. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber

daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa

baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh

pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang

diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002).

Sementara menurut Gazperz (2002), pengukuran kinerja merupakan

(37)

pengukuran dapat berupa indikator awal menuju akhir atau indikator hasil akhir.

Whittaker (dalam BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja

merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Simons (dalam BPKP, 2000) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja

membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara

membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Jadi

pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk

mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan,

sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

5. Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Pengukuran kinerja sangat dibutuhkan untuk menilai akuntabilitas

organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik. Menurut

Mardiasmo (2009) sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem

yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu

strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja

dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran

kinerja dapat diperkuat dengan menetapkan reward dan punishment system. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan.

Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki

kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu

pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada

akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik

(38)

21

digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan

pertanggung jawaban publik dan memperbaiki komunikasi pelanggan.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada

indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara

komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output dihasilkan

sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja

tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu

dikembangkan kinerja non-finansial.

Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006 ada 3 indikator dalam

pengukuran kinerja yaitu masukan (input), keluaran (output), dan hasil

(outcome). Indikator tersebut dapat dijabarkan dalam konsep pengukuran kinerja yang disebut value for money.

D. Penelitian terdahulu

Dari judul penelitian tentang Pengaruh good governance terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah pada provinsi Sul-Sel, peneliti menemukan

beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul tersebut yang disajikan

dibawah ini.

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No Nama

Peneliti/Tahun Judul penelitian

Variable penelitian Hasil 1 Juliana (2013) pengaruh pelaksana good governance terhadap kinerja organisasi pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Good governance (X), Kinerja organisasi(Y) Hasil yang didapatkan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan good governance dengan kinerja organisasi pada Dinas Pendidikan

(39)

Provinsi Sumatera Utara 2 Apriani (2015) pengaruh good governance dan pengendalian internal terhadap kinerja organisasi dilihat dari persepsi pegawai ( studi kasus pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman) Good governance (X1), pengendalian internal (X2), Kinerja organisasi (Y)

Hasil penelitian ini adalah good governance dan pengendalian internal mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman 3 Muhammad nasrun (2019) Pengaruh good governance terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkajene dan kepulauan Good governance (X), kinerja keuangan (Y),

Hasil teknik analisis data dengan rumus yang digunakan menghasilkan kesimpulan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep sangat berpengaruh dilihat dari tingkat kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep. 4 Indriana (2019) Pengaruh good

governance terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkajene dan kepulauan Good governance (X), kinerja keuangan (Y)

Good governance ini merupakan tata kelola pemerintahan yang baik didalamnya mencakup item-item diantaranya akuntabilitas, transparansi, keadilan, partisipasi 5 Hasanah, Anisya (2016) Pengaruh penerapan good goverment governance terhadap kinerja keuangan instansi pemerintah (studi kasus pada dinas pemerintah kota bandung) Good governance (X), Kinerja keuangan instansi pemerintah (Y) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penerapan good goverment governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan Instansi Pemerintah. Besar pengaruh good

(40)

23

goverment governance dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja keuangan Instansi Pemerintah sebesar 70,8%.

6 Nasrun (2019) Pengaruh Good Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan Good Governance (X) Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep sangat berpengaruh dilihat dari tingkat kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten pangkep. 7 Dian prasinta (2012) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Good Corporate Governance (X) Kinerja Keuangan (Y) menunjukkan bahwa implementasi good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja operasional, namun pencapaian laba perusahaan dan respon pasar atas implementasi good corporate governance masih kurang 8 Arif Cahyadi (2016) penerapan good governance dalam pelayanan publik (Study tentang kualitas pelayanan elektronika kartu tanda penduduk berbasis good governance dikecamatan sukolilo surabaya) good governance (X) pelayanan publik (Y) Penilaian masyarakat dikecamatan disukolilo surabaya yang mengurus E-KTP terhadap tingkat penerapan prinsip good governance dalam pelayanan E-KTP dikecamatan sukolilo surabaya dikategorikan cukup baik 9 Trisusanti Lamangida (2018) Studi Implementasi Good Governance Pemerintahan Daerah Kabupaten Bone Bolango Good Governance (X) Pemerintahan Daerah (Y)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip Good Goveranance pada

(41)

(Program Studi Administrasi Negara Universitas Muhammadiyah Gorontalo Gorontalo,Indonesia) Pemerintahan Daerah Kabupaten Bone Bolango sudah berjalan dengan baik tetapi belum maksimal. Masih terdapat kelemahan dalam implementasi good governance yakni prinsip transparansi kelemahan informasi manajemen transparansi pemerintahan belum berkembang dengan baik 10 Andhika T, Marlien L, Sofia P (2017) Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik Di Kecamatan Wanea Kota Manado Prinsip-Prinsip Good Governance (X) Pelayanan Publik (Y) penelitian disimpulkan secara umum pelayanan publik yang mengedepankan prinsip-prinsip Good Governance yang ada di Kecamatan Wanea Kota Manado telah dilaksanakan dengan baik, walaupun belum sepenuhnya maksimal. E. Kerangka Konsep

Dalam menyikapi kebijakan otonomi daerah dan implementasinya, perlu

dilakukan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan yang sesungguhnya adalah

terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat sebagaimana mestinya oleh

aparatur/birokrasi dalam suatu jaringan kelembagaan yang rasional, yang akan

dapat menjawab tantangan pelayanan masyarakat dalam penyelenggaraan

otonomi daerah serta mewujudkan good governance. Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) pada saat ini

(42)

25

merupakan prioritas utama dalam penegakan citra pemerintah yang sampai saat

ini dianggap masih sangat rendah. Dengan tingkat penerapan prinsip-prinsip

good governance yang dilaksanakan dengan baik, maka kinerja pemerintah daerah pun akan tercapai dengan baik.

Adanya keterikatan antara good governance dengan kinerja pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan teori atribusi yang dimana teori tersebut

menyatakan bahwa suatu perilaku dapat berubaha diakibatkan oleh faktor

internal ataupun faktor eksternal. Keterkaitan kedua variabel mengindikasikan

terkait faktor internal atau eksternal yang mempengaruhi suatu kinerja. Hal ini

dapat dikemukakan bahwa indikator good governance dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan keuangan pemerintahan daerah provinsi sulawesi selatan

seperti yang terlihat digambar berikut ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara atau teori yang

harus dibuktikan kebenarannya. (Sugiyono 2010) menjelaskan bahwa hipotesis

menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih

dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis menjadi Good

governance (X)

Kinerja keuangan (Y)

(43)

dasar untuk membuat kesimpulan penelitian. Adapun Hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

Bagaimana pengaruh penerapan good governance terhadap kinerja keuangan pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD)

United Nation Development Programme (UNDP) telah menjelaskan bahwa prinsip-prinsip good governance yaitu terdiri dari participation, rules of law, transparency, responsiveness, consensus orientation, equity, effectiveness and efficiency, accountability, dan strategic vision. Untuk dapat menjadi pemerintahan yang memiliki tata kelola yang baik, maka indikator – indikator

good governance harus dapat dilaksanakan dalam lingkup kinerja pemerintah daerah. Hal ini didukung pula oleh teori atribusi yang menyatakan bahwa

perilaku kinerja dapat berubah karena adanya faktor internal maupun eksternal

dan good governance adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah khususnya pengelolaan keuangan.

H1: Good Governance diduga berpengaruh positif terhadap Kinerja KeuanganPemerintah Daerah pada Badan Keuangan Dan Aset Daerah.

(44)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang sebagai penelitian kausal dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian kausal berguna untuk mengukur hubungan antara variabel

riset, atau untuk menganalisis bagiamana pengaruh suatu variabel terhadap

variabel lainnya (Umar, 2003). Peneliti menggunakan desain penelitian untuk

mengetahui apakah penerapan good governance sebagai variabel independen memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah sebagai

variabel dependen. Penelitian ini menekankan pada pengukuran variabel dengan

angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dengan

menggunakan analisis jalur analisis regresi, uji reliabilitas, uji validitas, uji t.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan.

Lokasi Penelitian : Badan Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi

Selatan

Alamat : Jl. Jend. Urip Sumoharjo No. 269 Makassar 90231

Lama Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2020.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi

pada suatu nilai (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, digunakan dua macam

(45)

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang menjadi

perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Pada penelitian yang menjadi

variabel independen adalah good governance

2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memengaruhi variabel lain baik secara positif maupun negatif (Sekaran, 2006). Adapun

yang menjadi variabel dependen yang mempunyai hubungan dengan

penerapan good governance yaitu kinerja keuangan pemerintah daerah pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Prov Sul-Sel

2. Devinisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas variabel yang

diamati. Secara tidak langsung, definisi operasional itu mengacu pada

bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional pada penelitian ini

terdiri dari sub variabel sebagai berikut:

1. Variabel penerapan good governance menurut (Mardiasmo, 2009) adalah konsep tata kelola pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab yang

sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien. Good governance

dalam penelitian ini menekankan pada faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi pemerintah daerah dalam hal ini kinerja pengelolaan

keuangan daerah. Good governance diukur berdasarkan indikatornya yaitu: a. Partisipasi (Participation)

Partisipasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengikutsertakan

(46)

29

masyarakat untuk ikut serta dalam pemerintahan sehingga dalam proses

pengelolaan keuangan daerah harus memperhatikan indikator tersebut.

b. Kepastian Hukum (Rule of law)

Rule of law yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah memberlakukan hukum yang telah dibuat kepada seluruh lapisan masyarakat dan

menegakkan hukum dengan baik. Pengelolaan keuangan daerah yang baik

adalah pengelolaan yang harus sesuai dengan hukum yang berlaku dan

memiliki informasi yang dapat diikuti seluruh lapisan masyarakat.

c. Transparansi (Transparency)

Transparansi dalam penelitian ini adalah mengembangkan sistem akuntansi

berdasarkan standar akuntansi dan praktek terbaik untuk memastikan

kualitas laporan keuangan mempublikasikan informasi keuangan dan

informasi lain yang material dan berdampak signifikan pada kinerja

pemerintah daerah khususnya kinerja pengelolaan keuangan daerah.

d. Cepat dan Tanggap (Responsiveness)

Responsiveness dalam penelitian ini adalah cepat dan tanggap serta memberikan pelayanan yang baik kepada pihak yang berkepentingan.

e. Berorientasi pada Kepentigan (Consensus orientation)

Consensus orientation dalam penelitian ini adalah membuat kebijakan dengan memperhatikan kepentingan bagi semua pihak yang memiliki

kepentingan. Informasi yang didapatkan dalam pengelolaan keuangan

daerah harus memperhatikan kepentingan orang lain.

f. Keadilan (Equity)

Equity dalam penelitian ini adalah memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk memperbaiki, dan mempertahankan kesejahteraan

(47)

mereka lewat informasi yang dihasilkan dari kinerja pengelolaan keuangan

tersebut.

g. Efektifitas dan Efisiensi (Efficiency and effectiveness)

Efisiensi dan efektifitas dalam penelitian ini adalah mengelola sumber daya

yang dimiliki secara efisien dan membuahkan hasil yang baik. Efektifitas

yang dimaksud adalah pencapaian tujuan tanpa mempedulikan biaya yang

akan dikeluarkan dan efisiensi adalah pencapaian target dengan

menggunakan input (biaya) untuk menghasilkan output yang besar. Laporan

keuangan yang dibuat harus memiliki prinsip efisien dan efektif sehingga

kualitas laporan itu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

h. Akuntabilitas (Accountanbility)

Akuntabilitas dalam penelitian ini adalah mempertanggungjawabkan semua

pekerjaan yang telah dilaksanakan kepada masyarakat dan pihak-pihak

yang berkepentingan termasuk dalam kinerja pengelolaan keuangan daerah.

i. Visi Kedepan (Strategic vision)

Strategic Vision dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memiliki visi misi jauh kedepan sehingga dalam melaksanakan kinerja

pengelolaan keuangan harus memiliki tujuan yang telah dibuat secara

mapan dan berguna untuk entitas terkait.

2. Variabel kinerja keuangan pemerintah daerah adalah kemampuan suatu

daerah untuk menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli daerah

dalam memenuhi kebutuhannya guna mendukung berjalannya sistem

pemerintahan. Kinerja pengelolaan keuangan daerah dalam penelitian ini

adalah semua aktivitas keuangan yang berhubungan dengan pencatatan

(48)

31

aktivitas keuangan tahun berikutnya. Variabel ini diukur dengan indikator

value for money terdiri dari: 1. Ekonomi

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa

dibeli pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang

dimungkinkan (Bastian 2006). Pengertian Ekonomi Menurut Mardiasmo

(2002) adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu

pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan

input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan

sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalkan input resources

dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Suatu

kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat menghilangkan atau

mengurangi biaya yang tidak perlu.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa

yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu

(Bastian 2006). Pengertian Efisiensi Menurut Mardiasmo (2002) merupakan

pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan

input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Proses kegiatan

operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja

tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang

serendah-rendahnya.

3. Efektivitas

Efektivitas adalah hubungan antara output dengan tujuan, di mana

(49)

prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Bastian 2006).

Dengan kata lain efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian Efektivitas Menurut

Mardiasmo (2002) adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target

yang ditetapkan. Efektivitas adalah hubungan antara keluaran dengan tujuan

atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif

apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

Tabel 3.1 Indikator pengukuran

Variabel Penelitian Indikator Pengukuran Skala

Good governance

Partisipasi (Participation)

1. Dalam memperoleh data dan informasi masyarakat dapat memberikan masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan keuangan daerah dari pemerintah daerah 2. Pihak SKPD berpartisipasi dalam proses

penyusunan anggaran mulai dari memberikan pendapat dan kritik

Likert

Kepastian Hukum (Rule Of Law)

1. Demi kepentingan masyarakat maka disusunlah Peraturan daerah dan kebijakan publik lainnya

2. Pemerintah daerah menjamin adanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan pemerintahan daerah dan telah dilaksanakan tanpa diskriminasi dan adanya benturan kepentingan

Likert

Transparansi (Transparancy)

1. Demi kepentingan bersama data dan informasi yang menyangkut pengelolaan keuangan dapat diperoleh oleh pengguna laporan tersebut

2. Demi kepentingan bersama data dan informasi yang menyangkut pengelolaan keuangan dapat diperoleh oleh pengguna laporan tersebut

(50)

33

Cepat dan Tanggap (Responsiveness)

1. Terdapat sistem pengaduan masyarakat yang telah disusun dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik khususnya dalam hal pengelolaan keuangan 2. Cepat dan tanggap menindak lanjuti kritik

dan saran atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Likert Berorientasi Pada Kepentingan Masyarakat (Consensuss Orientation)

1. Rencana kerja SKPD khusunya pengelolaan keuangan disusun berdasarkan program dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat

2. Memfasilitasi forum SKPD yang membahas prioritas program dan kegiatan sebagai upaya menyempurakan rancangan rencana kerja SKPD yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah

Likert

Keadilan (Equity)

1. Pemerintah daerah menyusun program yang berorientasi pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat

2. Dalam rangka meningkatkan kesejahteran masyarakat, dapat diperoleh Bantuan financial maupun non financial

Likert

Efektifitas dan Efisiensi

1. Tingkat keberhasilan pelaksanaan program telah sejalan dengan penyusunan anggaran dan target

2. Penggunaan anggaran pada SKPD telah sesuai dengan alokasinya

Likert

Akuntabilitas (Accountability)

1. Pertanggung jawaban dalam pengelolaan keuangan dilaksanakan secara periodik melalui laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dan disampaikan tepat pada waktunya

2. Penyelenggaraan pemrintahan daerah yang baik harus berorientasi pada prinsip-prinsip akuntabilitas dengan menerapkan prosedur operasional standar yang berlaku

(51)

Visi Kedepan (Strategi Vision)

1. Pemerintah daerah menyusun visi dan misi yang bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (sustainable development) 2. Anggaran yang disusun dalam pengelolan

keuangan SKPD telah ditetapkan sesuai target yang telah direncanakan

Sumber: Mardiasmo (2009) Likert Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 1. Ekonomis 2. Efesien 3. Efektifitas

1. APBD disusun di OPD harus menggunakan pendekatan kinerja.

2. Pemerintah harus menyampaikan rancangan APBD kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan.

3. Jika ada perubahan, APBD ditetapkan paling lambat 3 bulan sebelum tahun anggaran tertentu berakhir.

4. Pendapatan daerah harus disetor

sepenuhnya tepat pada waktunya ke kas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Tindakan yang mengakibatkan atas beban

APBD tidak akan dilakukan sebelum ditetapkan dalam peraturan

daerah tentang APBD.

6. Pelaporan keuangan daerah harus dibuat dalam bentuk laporan keuangan.

7. Laporan keuangan yang dibuat haruslah dapat dimengerti dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. 8. Setiap pejabat pengelola keuangan

daerah haruslah menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan secara periodik.

9. Financial audit terhadap laporan keuangan daerah.

10. Value for money audit terhadap laporan keuangan daerah. Sumber : Sedarmayanti (2017) Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert

Gambar

Tabel 1.1 Capaian Kinerja Kondisi Keuangan BKAD 2015-2019 Provinsi Sul- Sul-Sel
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Indikator pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEBIJAKAN MANAJEMEN KEUANGAN, DAN KINERJA KEUANGAN

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh good corporate governance yang diproksi dengan corporate governance perception index, kinerja keuangan yang diproksi

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh good corporate governance yang diproksi dengan corporate governance perception index , kinerja keuangan yang diproksi

Nilai t hitung pada variabel interaksi antara kinerja keuangan (X 1 ) dan Good Corporate Governance (X 2 ) sebesar -0,287 dengan tingkat signifikan sebesar 0,777 lebih

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Good Corporate governance terdapat banyak indikator yang berfungsi untuk melihat manakah yang memiliki pengaruh

Corporate Governance (GCG) dan kinerja keuangan terhadap volatilitas harga saham, serta pengaruh kinerja keuangan dalam memediasi pengaruh mekanisme.. Good Corporate

Tarumanegara Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2014 Regresi

Hudan Diandono 2012 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance GCG terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang masuk kelompok Jakarta Islamic Index JII Periode