• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Secara umum, antena merupakan transformator/struktur transmisi dari gelombang terbimbing menuju ke gelombang ruang bebas atau sebaliknya[6]. Ada beberapa jenis antena yang diketahui, sebagai salah satu contohnya yaitu antena mikrostrip. Antena mikrostrip merupakan jenis antena yang tercetak dengan dimensi yang lebih kecil dan bermassa ringan sehingga penggunaan antena mikrostrip sekarang ini lebih banyak digunakan dikarenakan faktor tersebut dan kemajuan teknologi dengan perangkatnya yang berukuran lebih kecil dan bermassa ringan.

Elemen dasar dari antena mikrostrip terdiri dari 3 bagian bahan, yaitu lapisan peradiasi, bahan dielektrik, dan ground plane sebagai tempat untuk menyangga lapisan konduktor dan bahan dielektrik[7]. Elemen dasar dari antena mikrostrip tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Antena Mikrostrip [2]

Lapisan peradiasi atau biasa disebut juga dengan patch biasanya terbuat dari tembaga dan memiliki berbagai bentuk seperti pada gambar 2.

                   

(2)

Gambar 2. Bentuk-bentuk Lapisan Peradiasi/Patch Antena Mikrostrip [2]

Sedangkan untuk bahan dielektrik yang digunakan biasanya memiliki harga permitivitas relatif ( ) sesuai dengan penggunaan dari antena mikrostrip tersebut. Dan ground plane yang berfungsi sebagai tempat untuk menyangga lapisan konduktor dan bahan dielektrik terbuat dari bahan tembaga, sama seperti bahan untuk patch.

Sama seperti beberapa jenis antena lainnya, antena mikrostrip juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Pada tabel 1 berikut tertulis beberapa keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada antena mikrostrip.

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Antena Mikrostrip [3] Keunggulan Antena Mikrostrip Kelemahan Antena Mikrostrip Bobot ringan dan dimensi kecil Bandwidth yang sempit Mudah dalam pemasangan Adanya loss pada antenna

Biaya pembuatan yang murah Karakter radiasi yang kurang baik

Aerodynamic/berukuran kecil Gain yang kecil dan terbatas

Berpolarisasi linear atau sirkular Interferensi tegangan permukaan

Multi frekuensi Tegangan arus balik yang rendah

Pada BAB II ini penulis akan memfokuskan pembahasan pada teori dasar antena mikrostrip lingkaran, microstripe transmission line, teknik pencatuan

proximity coupling, dan teori susunan antena.                    

(3)

2.2 Tinjauan Pustaka

Penulis berhasil menemukan dalam literatur (Tugas/Proyek Akhir) beberapa realisasi antena di dalam lingkungan Politeknik Negeri Bandung yang menjadi bahan-bahan acuan penulis untuk membuat tugas akhir terhadap pengembangan dalam perancangan dan realisasi antena mikrostrip. Berikut beberapa Tugas/Proyek Akhir yang menjadi bahan acuan penulis :

1. Yuliana Siahaan. 2011. Realisasi Antena Mikrostrip Susun 2 Elemen dengan Teknik Pencatuan Proximity Coupling untuk Range Frekuensi 2,3 – 2,4 GHz. 2. Krishna Pretty Ekarina. 2010. Realisasi Antena Mikrostrip dengan Teknik

Pencatuan Proximity Coupling untuk Aplikasi WiMAX.

3. Nur Aulianto Fauzi. 2008. Realisasi Susunan Planar Antena Mikrostrip Lingkaran untuk Aplikasi WLAN.

4. Muzaidi. 2008. Realisasi Antena Patch Sirkular dengan Pencatuan EMC untuk WLAN (2400-2483,5 MHz).

5. Aris Muhammad Masyour. 2008. Realisasi Antena Susun Planar Empat Elemen Mikrostrip Lingkaran dengan Segmen Berturbasi untuk Aplikasi WLAN.

Berikut jurnal yang diambil penulis sebagai salah satu literatur untuk mengembangkan tugas akhir penulis :

1. Verma Elka. 2012. Analysis And Design of Circular Microstrip Antenna in X

Band.

Adapun literature-literatur lain yang menjadi tambahan dalam pengembangan tugas akhir penulis diantaranya materi-materi mengenai pengembangan terhadap antena mikrostrip dengan patch berbentuk lingkaran yang disusun secara planar menggunakan teknik pencatuan

proximity coupling yang didapat melalui browsing di internet. Sehingga

dari literatur-literatur tersebut, didapatkan perbedaan yang menjadi kelebihan tersendiri sebagai bentuk pengembangan terhadap tugas akhir yang akan dirancang dan direalisasikan, diantaranya sebagai berikut :                    

(4)

1. Jumlah elemen yang disusun pada antena mikrostrip ini berjumlah empat dengan disusun planar.

2. Bentuk elemen yang digunakan berbentuk lingkaran.

3. Teknik pencatuan yang digunakan berupa teknik pencatuan proximity

coupling dengan tujuan untuk memperbesar bandwidth.

2.3 Teori Antena Mikrostrip Lingkaran

Pemodelan dengan menggunakan saluran transmisi sangat popular dan sederhana dalam perhitungannya, sehingga memberikan hasil perhitungan yang cukup akurat. Akan tetapi, penggunaan saluran transmisi hanya bisa digunakan pada patch mikrostrip berbentuk persegi saja. Jarangnya penggunaan teknik lain seperti penggunaan model rongga atau cavity model yang menganalogikan antena mikrostrip sebagai rongga. Pemodelan dengan menggunakan cavity model dapat digunakan dalam bentuk apapun dengan syarat bentuk elemen tersebut teratur, seperti persegi, lingkaran dan lain-lain. Dengan memperhatikan syarat elemen tersebut, penulis memilih patch berbentuk lingkaran yang dijadikan sebagai desain bentuk patch pada tugas akhir ini.

Pemodelan ini berasumsi bahwa dimensi dielektrik antara bidang patch dan bidang ground plane merupakan rongga resonan dengan dibatasi dinding magnetik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam menghitung distribusi medan di dalam rongga.

Rongga (cavity) merupakan wave guide atau bumbung gelombang yang ujungnya dihubung singkat sehingga terjadi gelombang berdiri di sepanjang saluran[7].

Pada geometri dari antena mikrostrip lingkaran yang diilustrasikan oleh gambar 3, berlaku anggapan bahwa[6] :

1. Medan listrik E terdiri dari komponen berarah z dan medan magnet H hanya komponen x dan y saja dalam rongga

2. Tebal dielektrik sangat kecil, sehingga medan-medan dalam rongga tidak bervariasi terhadap z.                    

(5)

3. Pada setiap sisi patch, komponen normal dan arus listrik terhadap dinding substrat adalah nol sehingga komponen tangensial dari medan magnet H adalah nol.

Gambar 3. Geometri dari Antena Mikrostrip Lingkaran [2]

2.3.1 Desain Antena Mikrostrip Lingkaran

Dalam perancangan dimensi antena mikrostrip lingkaran, perlu diketahui nilai konstanta dielektrik ( ) dalam satuan Hz, frekuensi resonansi ( ) dalam satuan Hz dan tinggi dari substrat (h) dalam satuan cm.

Dimensi antena mikrostrip lingkaran atau disimbolkan (a) merupakan suatu simbol radius/diameter dari dimensi antena mikrostrip lingkaran dengan persamaan sebagai berikut :

persamaan (2-1) dimana, persamaan (2-2) 2.3.2 Frekuensi Resonansi

Frekuensi resonansi didefinisikan sebagai frekuensi dimana impedansi tidak memiliki komponen reaktif, sehingga impedansi yang dirasakan adalah resistif[7].                    

(6)

Menurut K.F Lee et al[5], besarnya frekuensi resonansi antena mikrostrip lingkaran dipengaruhi oleh permitivitas relatif bahan dielektrik yang digunakan dan dimensi antena. Dalam bentuk persamaan matematis :

persamaan (2-3)

Ada empat mode yang dipakai dalam menghitung frekuensi resonansi pada antena mikrostrip berbentuk lingkaran. Mode dominan yang dipakai antena mikrostrip lingkaran adalah mode TM110, sehingga persamaan frekuensi resonansi yang didapat adalah sebagai berikut :

persamaan (2-4)

Lootfollah Shafai et al[4], merumuskan persamaan jari-jari efektif sebagai berikut[15] : persamaan (2-5) 2.3.3 Pola Radiasi

Pola radiasi antena didefinisikan sebagai representasi grafis sifat-sifat pemancaran antena sebagai fungsi dari koordinat ruang, atau merupakan distribusi daya yang diradiasikan suatu antena sebagai fungsi arah dalam ruang.[7].

Pola radiasi pada antena mikrostrip lingkaran diperoleh dengan memperhatikan antena mikrostrip sebagai sebuah rongga yang dibatasi dinding magnetik.

Pada umumnya, mode TM110 merupakan mode yang dapat digunakan pada patch berbentuk lingkaran. Persamaan (2-6) berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk memperoleh medan-medan dalam rongga :

persamaan (2-6)                    

(7)

persamaan (2-7)

persamaan (2-8)

Berikut persamaan pola radiasi antena mikrostrip lingkaran yang merupakan distribusi medan jauh pada koordinat bola :

persamaan (2-7)

persamaan (2-8)

dimana, merupakan tegangan tepi tempelan

persamaan (2-9)

2.4 Saluran Transmisi Mikrostrip

Berbeda dengan saluran strip, pada mikrostrip, saluran terdiri dari konduktor strip (line) dan sebuah konduktor bidang tanah yang dipisahkan oleh medium dielektrik dengan konstanta dielektrik r [12]. Jika antena mikrostrip

tidak dilapisi oleh pelindung, maka medan elektromagnetik saluran mikrostrip akan meradiasi ke udara dan sebagiannya masuk kedalam lapisan dielektrik. Ada dua dielektrik yang melapisi saluran mikrostrip, diantaranya udara dengan r = 1

dan lapisan dielektrik dengan r  1. Dengan demikian saluran mikrostrip, secara

keseluruhan, dapat kita pandang sebagai sebuah saluran dengan dielektrik homogen yang lebih besar dari satu tapi lebih kecil dari r, sehingga konstanta

dielektrik tersebut disebut konstanta dielektrik efektif (effective dielektric

constant)[12].

Pendekatan yang mudah untuk menganalisis karakteristik saluran adalah dengan menganggap medium yang memisahkan kedua konduktor adalah udara.                    

(8)

Pada kasus ini bidang tanah bertindak sebagai cermin sehingga terdapat saluran yang lebarnya sama dan berjarak 2d satu sama lain.

d

W

r

Gambar 4. Pola Medan Listrik pada Saluran Mikrostrip [2]

Dimensi saluran transmisi mikrostrip berpengaruh terhadap Return Loss, bandwidth, dan VSWR, baik pada dimensi panjang saluran transmisi mikrostrip maupun lebar saluran transmisi mikrostrip. Untuk dapat mengetahui nilai panjang dan lebar mikrostrip yang diperlukan, dibutuhkan persamaan untuk menghitung saluran transmisi mikrostrip tersebut, seperti pada persamaan berikut :

1. Untuk dapat mengetahui nilai konstanta dielektrik efektif ( dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :

                                          1 12 1 2 1 2 1 1 1 04 , 0 12 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 d W W d d W d W W d r r r r e      persamaan (2-10)

2. Sedangkan untuk dapat mengetahui nilai impedansi karakteristik dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :

                   1 ) 444 , 1 ln( 667 , 0 393 , 1 120 1 4 8 ln 60 0 d W d W d W d W d W W d Z e e    persamaan (2-11)                    

(9)

3. Untuk keperluan perancangan, bila diketahui impedansi karakteristik Z0 dan konstanta dielektrik , lebar saluran dapat dicari dengan persamaan berikut :

                               2 61 , 0 39 , 0 ) 1 ln( 2 1 ) 1 2 ln( 1 2 2 2 8 2 d W B B B d W e e d W r r r A A     persamaan (2-12)

4. Untuk mencari nilai A maupun B agar nilai lebar saluran dapat diketahui, maka nilai A dan B dapat diketahui dengan menggunakan persamaan berikut :

            r r r r Z A     0,11 23 , 0 1 1 2 1 60 0 persamaan (2-13) r Z B   0 2 377  persamaan (2-14)

5. Apabila ketebalan konduktor berpengaruh, maka lebar saluran seolah-olah akan bertambah lebar, karena adanya medan limpahan (fringing field) yang tidak dapat diabaikan, sehingga besaran diganti dengan lebar efektif seperti pada persamaan berikut :                               2 1 4 ln 1 25 , 1 2 1 2 ln 1 25 , 1 d W t W d t d W d W t d d t d W d We persamaan (2-15)

2.5 Teknik Susunan Antena Mikrostrip

Pada teknik susunan antena mikrostrip terdapat dua tujuan membuat susunan antena mikrostrip, diantaranya adalah sebagai berikut [8] :

                   

(10)

1. Mendapatkan diagram arah dengan pola tertentu (beam forming)

2. Mendapatkan diagram arah dengan pengendalian arah tertentu (beam

steering)

Dengan diketahuinya tujuan membuat susunan antena mikrostrip, pembahasan pada sub bab ini mempunyai konsep dasar mengenai susunan antena mikrostrip. Ada dua hal mengenai susunan antena [8] :

1. Konsep Dasar Susunan :

a. Susunan Dua Antena Isotropik untuk Berbagai Kasus

b. Prinsip Perkalian Diagram dan Sintesa pada Susunan Antena Sejenis 2. Susunan Linear dan Sumber Titik Isotropis

a. Distribusi Arus Uniform b. Distribusi Arus Nonuniform

2.5.1 Konsep Dasar Susunan

2.5.1.1 Susunan Dua Antena Isotropik untuk Berbagai Kasus

Pada susunan dua sumber isotropis dipisahkan oleh jarak d. Titik observasi dilakukan ke arah sudut Ø dari sumbu horisontal (sumbu-x). Garis orientasi dari sumber-sumber isotropis menuju titik observasi dianggap sejajar karena d lebih kecil dari jarak antena menuju titik observasi, dan nilai d merupakan jarak antar sumber isotropis. Sebagai ilustrasi dari penjelasan mengenai susunan dua antena isotropik untuk berbagai kasus, dapat dilihat pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Susunan Dua Antena Isotropik untuk Berbagai Kasus [8]                    

(11)

Untuk susunan dua antena isotropik meliputi beberapa kasus : 1) Susunan Isotropis Amplitudo dan Fasa Sama

Untuk referensi di titik 0, referensi tersebut dianggap sebagai referensi sebagai titik dengan fasa = 0, maka akan tertinggal sebesar :

persamaan (2-16)

dan mendahului sebesar :

persamaan (2-17)

sehingga dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :

persamaan (2-18)

dengan,

persamaan (2-19)

Untuk mencari medan maksimum dan minumum seperti pada gambar 6 dan gambar 7, maka diperlukan persamaan medan maksimum dan medan minimum. Persamaan medan maksimum dapat diketahui pada persamaan berikut :

persamaan (2-20)

sedangkan untuk persamaan medan minimun dapat diketahui pada persamaan berikut : persamaan (2-21)                    

(12)

Gambar 6. Susunan Isotropis untuk Amplituda dan Fasa Sama [8]

Gambar 7. Medan Maksimum dan Minimum untuk Amplituda dan Fasa Sama [8]

Untuk referensi di titik 1, referensi tersebut dianggap sebagai referensi sebagai titik dengan fasa = 0, maka akan mendahului sebesar :

persamaan (2-22)

sehingga dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :

persamaan (2-23)

atau persamaan dapat dituliskan dengan persamaan berikut : persamaan (2-24)                    

(13)

dengan,

persamaan (2-25)

Sedangkan, untuk mencari medan maksimum dan minumum dapat digunakan persamaan (2-23) dan (2-24). Adapun gambar 8 dan gambar 9 berikut menampilkan persamaan yang digunakan untuk mencari diagram arah medan dan diagram fasa yang ada pada susunan isotropis untuk amplituda dan fasa sama.

Gambar 8. Diagram Arah Medan untuk Amplituda dan Fasa Sama [8]

Gambar 9. Diagram Fasa untuk Amplituda dan Fasa Sama [8]

Sehingga dari keseluruhan persamaan tersebut, didapatkan bentuk diagram arah medan dan arah fasa untuk referensi titik 0 dan 1, seperti yang digambarkan pada gambar 10 dan gambar 11.

                   

(14)

Gambar 10. Diagram Arah Medan untuk Amplituda dan Fasa Sama [8]

Gambar 11. Diagram Arah Fasa untuk Amplituda dan Fasa Sama [8]

2) Susunan Isotropis Amplitudo Sama, Beda Fasa 180º

Perbedaan fasa pada medan-medan yang dihasilkan oleh dua antena yang dicatu dengan amplituda arus yang sama di titik jauh disebabkan karena jarak relatif antara dua antena tersebut dinyatakan dalam persamaan :

persamaan (2-26)

Akan tetapi, apabila kedua antena tersebut dicatu oleh arus dengan beda fasa, maka persamaan terhadap kondisi tersebut dinyatakan dengan persamaan (2-24) ditambah dengan delta fasa, seperti persamaan dibawah ini :

                   

(15)

persamaan (2-27)

Adapun terhadap referensi di titik 0 adalah sebagai berikut : |

persamaan (2-28)

sehingga,

persamaan (2-29)

Untuk harga maksimum dengan d= , didapatkan nilai delta fasa maksimum terhadap persamaan berikut :

persamaan (2-30)

Sedangkan untuk harga maksimum dengan d= , didapatkan nilai delta fasa minimum terhadap persamaan berikut :

persamaan (2-31)

Pada susunan isotropis untuk amplituda sama dengan beda fasa 180º, terdapat persamaan untuk menghitung nilai delta setengah fasa serta nilai HPBW dengan persamaan sebagai berikut :

persamaan (2-32)                    

(16)

persamaan (2-33)

Sehingga dari keselurahan persamaan tersebut, didapatkan bentuk diagram arah medan seperti yang digambarkan pada gambar 12.

Gambar 12. Diagram Arah Medan untuk Amplituda Sama, Beda Fasa 180º [8]

3) Susunan Isotropis Amplitudo Sama, Beda Fasa 90º

Sama halnya seperti teori susunan isotropis amplitudo sama, beda fasa 180º, teori susunan isotropis amplitudo sama, beda fasa 90º sedikit memiliki persamaan konsep. Hanya saja, untuk pada referensi titik 0 ada penambahan

, seperti pada persamaan berikut : | persamaan (2-34) sehingga, persamaan (2-35)                    

(17)

Dari keseluruhan persamaan tersebut, didapatkan bentuk diagram arah medan dan diagram arah medan seperti yang digambarkan pada gambar 13 dan gambar 14.

Gambar 13. Diagram Arah Medan [8]

Gambar 14. Diagram Arah Medan [8]

4) Susunan Isotropis Amplitudo Berbeda, Beda Fasa = δ

Untuk susunan isotropis amplitudo berbeda, beda fasa = δ, memiliki bentuk persamaan sebagai berikut :

persamaan (2-36)                    

(18)

dan,

persamaan (2-37)

sehingga dari persamaan tersebut didapatkan diagram arah medan seperti pada gambar 15 berikut.

Gambar 15. Diagram Arah Medan Susunan Isotropis Amplitudo Berbeda, Beda Fasa=δ [8]

2.5.1.2 Prinsip Perkalian Diagram dan Sintesa pada Susunan Antena Sejenis

Antena sejenis adalah antena yang memiliki diagram arah medan dan fasa yang sama, dan orinetasinya juga sama[4]. Biasanya, susunan antena terdiri dari antena-antena sejenis. Prinsip perkalian diagram hanya dapat dipakai pada susunan antena yang sejenis, dan tidak berlaku untuk susunan antena yang tidak sejenis. Maka, susunan sejumlah antena akan memiliki diagram arah sesuai dengan prinsip perkalian diagram seperti pada persamaan berikut :

persamaan (2-38)

Sintesa diagram bertujuan sebagai proses untuk mencari sumber atau susunan yang memberikan diagram arah sesuai keinginan perancang[11]. Salah satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam sistensa diagram yaitu dengan menggunakan prinsip perkalian diagram.

                   

(19)

2.5.2 Susunan Linear dan Sumber Titik Isotropis 2.4.2.1 Distribusi Arus Uniform

Untuk menurunkan persamaan yang dihasilkan oleh susunan sejumlah n antena isotropis maka digunakan persamaan-persamaan pada pembahasan sebelumnya,. Seperti pada Gambar 16 dengan referensi titik 1 dinormalisasikan terhadap Eo.    

         jn j tn j j tn j tn e e E e e e e e E e e e E n j j j n j j                1 1 -_____ __________ __________ ... ... 1 1 3 2 1 2 persamaan (2-39)

Gambar 16. Distribusi Arus Uniform [8]

sehingga didapatkan persamaan berikut :

persamaan (2-40)

kemudian didapatkan persamaan ternormalisasi untuk referensi pada titik 1 sebagai berikut : persamaan (2-41) persamaan (2-42)                    

(20)

dan

persamaan (2-43)

Konstanta d merupakan jarak spasi antar antena dan konstanta δ merupakan beda fasa antar saluran pencatu arus yang berdekatan. Untuk persamaan medan total ternormalisasi dengan referensi titik tengah, dimana diagram fasa persamaan berikut berupa step function yang diberikan dari polaritas (+/-) harga Etn.

persamaan (2-44) Medan maksimum : terjadi jika suku penyebut sama dengan atau mendekati nol.

Sin 2  = 0 atau 2 

= 0,  = 0. Jika tidak pernah mencapai harga nol maka medan maksimum terjadi jika  mencapai harga minimum.

Medan minimum : terjadi jika suku pembilang sama dengan nol. Sin = 0

atau = ±kπ (k= 0,1,2,….dst).

Jumlah antena yang ditujukan pada persamaan-persamaan di atas, sangat bervariasi dari dua dan seterusnya, sehingga banyaknya antena yang digunakan menggunakan array faktor. Array faktor adalah normalisasi medan total susunan antena terhadap nilai maksimum dari medan total susunan tersebut[8].

persamaan (2-45)

Jika

dan tercapai pada

                   

(21)

persamaan (2-46)

Sedangkan untuk faktor susunan (untuk beberapa sumber) dapat digambarkan sebagai fungsi φ. Jika φ merupakan fungsi , maka nilai dari faktor susunan dan pola medan akan dapat langsung diketahui pada gambar 17 dibawah ini :

Gambar 17. Grafik Faktor Susunan Dan Pola Medan [8]

Persamaan berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk mendapatkan nilai gain susunan :

Jika daya W masuk pada satu antena, maka |E| =

persamaan (2-47)

Jika daya W masuk pada n antena, maka

persamaan (2-48) Et max = n |E’| = persamaan (2-49) penguatan medan, GF = persamaan (2-50)                    

(22)

penguatan daya, G = (GF)2 = n

persamaan (2-51)

2.6 Teori Susunan Planar

Untuk menempatkan elemen sepanjang garis (untuk membentuk sebuah array linier), radiator individu dapat diposisikan bersama kotak persegi panjang untuk membentuk array persegi panjang atau planar. Array planar memberikan variabel tambahan yang dapat digunakan untuk mengontrol dan membentuk pola

array. Array planar lebih fleksibel dan dapat menyediakan lebih pola simetris

dengan lobus sisi bawah. Selain itu, array planar dapat digunakan untuk scan sebuah main beam dari antena menuju setiap titik dalam ruang. Aplikasi yang menggunakan array planar yaitu radar pelacakan, radar pencarian, penginderaan jauh, komunikasi, dan banyak lainnya.

Gambar 18. Geometri Linier dan Planar Array [2]                    

(23)

2.7 Teknik Pencatuan Proximity Coupling

Disamping kelebihannya, antena mikrostrip memiliki beberapa kekurangan, salah satu diantaranya adalah mempunyai kekurangan dalam hal lebar bandwidth yang sempit dan nilai gain yang kecil. Teknik proximity

coupling merupakan salah satu teknik pencatuan pada antena mikrostrip untuk

melebarkan bandwidth dan menaikkan nilai gain. Bentuk pencatuan proximity

coupling dapat dilihat pada gambar 18. berikut.

Gambar 19. Antena Mikrostrip dengan Teknik Pencatuan Proximity

Coupling[13]

Teknik pencatuan ini menggunakan elektromagnetik kopel dimana antara saluran dan elemen peradiasi secara fisik tidak terhubung langsung atau terhubung secara elektromagnetik dimana feedline pada layer pertama terdapat

groundplane, sedangkan pada layer kedua terdapat bagian patch-nya[13]. Pada

teknik pencatuan proximity coupling, bagian patch diletakkan pada layer atas (layer pertama), sedangkan bagian pencatunya pada layer bawah (layer kedua) sehingga antena mikrostrip dengan dua layer seperti ini tidak mengakibatkan munculnya radiasi tersendiri.

                   

Gambar

Gambar 1. Antena Mikrostrip [2]
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Antena Mikrostrip [3]
Gambar 3. Geometri dari Antena Mikrostrip Lingkaran [2]
Gambar 4. Pola Medan Listrik pada Saluran Mikrostrip [2]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk fajar sendiri, pemilihan gaya rambut ini karena membutuhkan perawatan yang jauh lebih mudah dan tidak merepotkan namun tetap terkesan rapi dan gagah bila harus

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas tentang ilmu sejarah yang semakin dilupakan remaja maupun masyarakat pada saat ini serta untuk meningkatkan efisiensi

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Uji toksisitas subkronis merupakan uji toksisitas yang dilakukan untuk mengevaluasi dan mengetahui karakteristik efek toksik suatu senyawa secara umum jika dipejankan kepada hewan

Hipotesis 2.2.1: Pengaruh laba akuntansi terhadap harga saham lebih besar pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi dibanding dengan perusahaan yang memiliki pertumbuhan

06/09/2016 Kuliah IV, Pengantar Ilmu Pertanian 17  Hasil pekarangan sumber uang tunai  Butuh sistem yang lebih mantap.

• Apa yang anda gunakan untuk berkoordinasi dengan antar Grapar tersebut dan bagian – bagian dalam proses bisnis perusahaan?.?. • Apa yang menjadikan kinerja dari antar bagian

Minat beli ulang konsumen Verde Resto And Lounge Bandung sudah dalam kategori baik, item pernyataan yang mendapatkan persentase tanggapan paling besar adalah saya