• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Penelitian Biologi : Keanekaragaman Capung di Jogja Adventure Zone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Penelitian Biologi : Keanekaragaman Capung di Jogja Adventure Zone"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penelitian Biologi : Keanekaragaman Capung di Jogja Adventure Zone Dari hasil observasi keanekagaraman capung yang telah dilakukan di kawasan Jogja Adventure Zone pada bulan Maret-April 2015, telah ditemukan sebanyak 35 jenis capung yang terdiri dari 24 jenis capung biasa (Anisoptera) dan 11 jenis capung jarum (Zygoptera) dari 7 famili. Berikut ini merupakan data yang diperoleh di lapangan serta hasil perhitungan keanekaragaman capung di Jogja

Adventure Zone yang disajikan dalam bentuk tabel:

Tabel 1. Organisasi data pertemuan jenis capung di kawasan Jogja Adventure Zone, Banguntapan, Bantul, D.I. Yogyakarta.

No

Sub-Ordo Famili Jenis

Total spesies / famili Perjumpaan K.S K.U T1 T2 T3 T4 1 AN IS OPT E RA

Aeshnidae Anax guttatus 1 √ √ √ √ √

2 Cordullidae Ephopthalmia sp 1 √ √ 3 Gompidae Ictinogomphus decoratus 3 √ √ √ √ √ 4 Macrogomphus parallelogramma √ √ 5 Paragomphus reinwardtii √ √ √

6 Libellulidae Acisoma panorphoides

19 √ √ √ √ √ √ 7 Aethriamanta aethra √ √ √ 8 Brachidiplax chalybea √ √ √ √ √ √ 9 Brachythermis contaminata √ √ √ √ √ √ 10 Crocothermis servillia √ √ √ √ √ √ 11 Diplacodes trivialis √ √ √ √ √ √ 12 Hydrobasileus croceus √ √ √ √ 13 Macrodiplax cora √ √ 14 Neurothemis terminata √ √ √ √ √

(2)

48 15 Orthetrum sabina √ √ √ √ √ √ 16 Pantala flavencens √ √ √ √ √ √ 17 Potamarcha congener √ √ √ √ √ √ 18 Rhodothemis rufa √ √ √ √ √ √ 19 Rhyothemis phyllis √ √ √ √ √ 20 Rhyothemis variegata √ √ √ √ √ 21 Tholymis tillarga √ √ √ √ √ 22 Urothemis signata √ √ √ √ √ √ 23 Zyxomma obtusum √ √ √ √ √ 24 Zyxomma ptiolatum √ √ √ 25 Z YGOPT E RA Chlorocyphidae Libellago lineata 2 √ √ √ √ √ 26 Rhinocypha fenestrata √ √ √

27 Coenagrionidae Agriocnemis femina

7 √ √ √ √ √ √ 28 Agriocnemis pygmaea √ √ √ √ √ √ 29 Ischnura senegalensis √ √ √ √ √ √ 30 Pseudagrion microcephalum √ √ √ √ √ √ 31 Pseudagrion pruinosum √ √ √ √ √ 32 Pseudagrion rubriceps √ √ √ 33 Parasercion malayanum √ √ √ √ √ √

34 Platycnemididae Copera marginipes 1 √ √ √ √ 35

Protoneuridae Prodasineura

autumnalis 1 √ √ √ √

TOTAL JENIS CAPUNG 35 23 31 31 30 26 27

Keterangan:

K.S = Kolam Selatan K.U = Kolam Utara

T1 = Waktu ke-1 (06.01-09.00) T2 = Waktu ke-2 (09.01-12.00) T3 = Waktu ke-3 (12.01-15.00) T3 = Waktu ke-4 (15.01-17.30)

(3)

49

Tabel 2. Hasil Perhitungan Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominasi, Kelimpahan Relatif, dan Indeks Kemerataan jumlah jenis.

Penghitungan T1 T2 T3 T4 Jumlah Spesies 31 30 26 26 Jumlah Individu 3373 2612 2442 1717 Indeks Keanekaragaman (H) 1,914 2,178 2,063 2,197 Hmax 3,434 3,401 3,258 3,258 Indeks Dominasi (D) 0,242 0,166 0,178 0,172

Indeks Richnes/kekayaan jenis (R) 3,693 3,686 3,205 3,356 Indeks Eveness/Kemerataan jumlah

jenis (E) 0,557 0,640 0,633 0,674

Tabel 3. Pengukuran Faktor Abiotik dari Setiap Waktu Penelitian di Jogja

Adventure Zone

Komponen Faktor Abiotik T1 T2 T3 T4

Kelemban Udara (%) 82,5 64,75 53 59

Suhu Udara (oC) 26,5 28,5 33 32

Suhu Air (oC) 28 28 28 28

Intensitas Cahaya (Lux) 16.701 382.130 451.745 9.231

Kecepatan Angin (m/s) 0 0,8 1,5 0,6

(4)

50

Tabel 4. Foto, ciri morfologi, serta kebiasaan jenis-jenis capung yang ditemukan di Jogja Adventure Zone.

No. Foto Jenis Capung Ciri Morfologi dan kebiasaan 1.

Anax guttatus

Famili: Aeshnidae

Nama Indonesia : Capungbarong bercak biru

Mata majemuk menyatu dan berwarna hijau. Sintoraks berwarna hijau.

Abdomen : ruas 1 hijau, 2 dan 3 berwarna biru terang, 4-10 terdapat bintik kuning di setiap sisinya.

Sayap transparan dengan bercak coklat di tengah. Pterostigma hitam.

Embelan panjang berwarna coklat, tungkai berwarna hitam.

Capung jantan dan betina serupa.

Kebiasaan: aktif terbang di pagi hari menjelang siang untuk mencari makan, jarang ditemukan saat bertengger. Tidak pernah terlihat di sore hari.

2.

Ephophthalmia vittata

Famili : Cordullidae Nama Indonesia : -

Mata majemuk sangat besar dan menyatu, berwarna biru ke abu-abuan.

Toraks hitam dengan strip kuning.

Abdomen : ruas 1-2 hitam dan menggembung, ruas 3-9 hitam dengan garis melingkar oranye kekuningan di setiap ruas, ruas 10 hitam, ruas 8-10 menggembung, embelan merah tua kecoklatan. Betina serupa dengan jantan.

Kebiasaan : aktif di awal siang hingga siang hari, terbang dengan cepat mengitari perairan tenang. Jarang ditemukan dalam keadaan tengger.

(5)

51 3.

Ictinogomphus decoratus

Famili : Gomphidae

Nama Indonesia: Capungtombak loreng

Mata majemuk terpisah berwarna abu-abu kebiruan.

Tubuh besar berwarna loreng kuning hitam dari toraks hingga abdomen.

Abdomen: ruas 8-10 membesar berbentuk ekor gada, di ujung terdapat sepasang embelan berbentuk tombak berwarna hitam.

Sayap transparan, pterostigma hitam, tungkai hitam.

Betina mirip dengan jantan, namun ruas abdomen 8-1- lebih ramping dan diujung abdomen terdapat embelan berbentuk kait.

Sayap transparan, pterostigma hitam.

Kebiasaan: aktif di pagi menjelang siang hari. Sering terlihat bertengger di ujung dahan kering di atas permukaan air, sesekali terbang cepat di atas permukaan air untuk patroli atau mencari makan. Bersifat soliter dan sangat sensitif apabila didekati manusia atau capung lain.

4.

Macrogomphus parallelogramma

Famili : Gomphidae Nama Indonesia :

Mata majemuk terpisah berwarna biru

Tubuh besar, toraks dan abdomen berwarna lorang kuning-hitam

Abdomen: ruas 1-9 terdapat bercak kuning di bagian samping, ruas nomor 9 merupakan ruas terpanjang, ruas ke 0 berwarna hitam, embelan berwarna kuning.

Sayap transparan, pterostigma berwana hitam Jantan dan berina identik.

Kebiaaan: dijumpai pada saat bertengger dibawah naungan pohon, dan sangat sensitif dengan manusia.

5.

Paragomphus reinwardtii

Mata majemuk terpisah berwarna biru tua.

Gompidae berukuran kecil, tubuh berwana lorang hijau-kuning, terdapat garis hitam dan kuning di sisi samping toraks.

Abdomen : ramping, ruas 1-2 terdapat bercak kuning lebar, ruas 3-7 terdapat bercak tipis berbentuk cincin, ruas 8-10 terdapat garis kuning lebar. Ruas 8-9 melebar seperti sayap. Embelan atas panjang berbentuk melengkung berwarna hitam.

Sayap transparan, pterostigma hitam, tungkai hitam.

(6)

52 Famili : Gomphidae

Nama Indonesia : Capungpancing Jawa

Betina mirip dengan jantan namun abdomennya lebih gemuk dan bercak kuning lebih lebar, embelan lebih pendek.

Kebiasaan : bersifat soliter, aktif di pagi menjelang siang, sering ditemui saat bertengger dan berjemur di tempat yang tinggi. Sesekali terbang mencari mangsa. Jarang ditemui di sore hari

6.

Acisoma panorphoides

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungperut terompet

Jantan: Mata majemuk berwana biru terang. Warna tubuh dominan biru terang dan terdpat banyak bintik-bintik hitam

Betina: Mata majemuk berwana hijau pucat. Warna tubuh dominan hijau pucat dan terdapat banyak bintik-bintik hitam

Abdomen: ruas 2-6 menggembung, berbentuk menyerupai terompet, ruas ke 8-10 berwarna hitam, embelan berwarna biru muda

Sayap transparan, pterostigma kuning, tungkai berwarna hitam

Kebiasaan: biasa hinggap di rerumputan atau tanaman diatas air, ditemui tidak jauh dari perairan. 7.

Aethriamanta aethra

Famili: Libellulidae Nama Indonesia: -

Capung berukuran kecil, panjang tubuh 25-28 mm. Jantan: mata majemuk berwarna merah tua pada bagian atas dan hijau pucat pada bagian bawah, dada coklat, abdomen merah terang. Tungkai hitam, terdapat titik merah pada tungkai belakang. Betina: mata serupa dengan jantan, torak dan abdoen kuning kecoklatan, setiap ruas dipisahkan dengan garis hitam melingkar, terdapat garis hitam pada ruas 5-8, ruas 9-10 hitam. Tungkai hitam, terdapat titik kuning pada tungkai belakang. Sayap transparan, terdapat bercak coklat pada pangkal sayap. Protistigma kuning.

Kebiasaan: bertengger di ujung ranting atau tanaman di atas permukaan air.

8. Mata majemuk berwarna merah tua dibagian atas,

bagian bawah hijau dengan titik-titik kecil berwarna hitam.

Jantan: toraks bagian atas biru dengan serbuk putih, bagian samping coklat tua. Abdomen ruas ke 1-6 berwarna biru, ruas ke 7 – embelan berwarna hitam.

(7)

53

Brachidiplax chalybea

Famili : Libellulidae Nama Indonesia: -

Sayap transparan, pangkal sayap coklat tua, pterostigma hitam.

Betina: toraks dan abdomen berwarna kuning kecoklatan, bagian atas abdomen terdapat garis hitam pada ruas 4-8, ruas 9-10 hitam, embelan hitam. Sayap transparan, pterostigma coklat. Tungkai hitam.

Kebiasaan: lebih banyak menghabiskan waktu berdiam di tenggeran, menyukai daerah yang gelap. Sangat toleran terhadap gangguan.

9.

Brachythermis contaminata

Famili : Libellulidae Nama Indonesia : Capung sayaporanye

Mata majemuk coklat kekuningan di bagian atas dan hijau dibagian bawah.

Jantan: toraks, abdomen, dan sayap berwarna oranye, ujung sayap transparan, pterostigma oranye, embelan oranye.

Betina: toraks, abdomen, dan sayap berwarna kuning, ujung sayap transparan, pterostigma kuning, embelan kuning.

Sisi atas abdomen terdapat bercak-bercak hitam tipis, di ruas ke 8-9 terdapat bercak hitam tebal. Kebiasaan: lebis sering bertengger di tanaman diatas permukaan air. Jantan sesekali berpatroli di sekitar tenggeran.

10.

Crocothermis servillia

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungsambar garishitam

Jantan: Mata majemuk berwarna merah-oranye, toraks, abdomen, embelan, dan tungkai berwarna merah cerah.

Betina : Mata majemuk berwarna merah tua bagian atas dan hijau dibagian bawah, toraks, abdomen, embelan, dan tungkai berwarna kuning,

Terdapat garis hitam di bagian atas abdomen, sayap transparan, bagian atas berwarna kuning, pterostigma kuning, bagian pangkal sayap kuning oranye.

Kebiasaan: aktif di pagi hingga siang hari, sering terbang rendah di atas perairan atau rerumputan dekat perairan.

11. Jantan: Seluruh tubuhnya berwarna biru pucat,

mata majemuk bagian atas berwarna biru gelap dan biru terang di bagian bawah, embelan putih

Betina: seluruh tubuhnya berwana hijau kekuningan, mata majemuk bagian atas coklat kehijauan, bagian bawah hijau.

(8)

54 Jantan

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungtengger biru

Abdomen: ruas ke 4-6 ramping, ruas ke 7-9 membesar. Pada ruas ke 7 terdapat gasis hitam di atas, ruas ke 8-10 berwarna hitam.

Sayap transparan, pterostigma hitam, tungkai hitam.

Kebiasaan: aktif di pagi hingga siang hari, sering ditemukan bertengger di rerumputan atau batu di sekitar perairan.

12.

Hydrobasileus croceus

Famili: Libellulidae Nama Indonesia: -

Mata majemuk berwana coklat di bagian atas dan kuning di bagian bawah.

Toraks dan abdomen berwarna coklat-oranye. Abdomen: ruas ke 4-10 terdapat garis-garis hitam, pada jantan lebih tebal dari pada betina.

Sayap berwarna coklat kekuning-kuningan, bagian bawah sayap belakang terdapat bercak hitam yang lebar, dan menjadi ciri khas jenis ini, pterostigma coklat kekuningan.

Tungkai berwaena coklat kekuningan.

Kebiasaan: aktif di pagi hingga siang hari, terbang melayang-layang di atas permukaan perairan. Jarang dijumpai di sore hari.

13.

Macrodiplax cora

Famili: Libellulidae Nama Indonesia: -

Mata majemuk sangat besar jika dibandingkan jenis Libellulidae lainnya.

Jantan: Mata majemuk berwarna merah kecoklatan, toraks merah kecoklatan, abdomen berwarna merah, terdapat garis hitam tebal pada setiap ruas abdomen bagian atas, embelan merah.

Betina: Mata majemuk berwarna merah kecoklatan bagian atas dan putih kebiru-biruan bagian bawah. Toraks berwarna kuning kecoklatan. Abdomen kuning – oranye dan terdapat garis hitam tebal pada setiap ruas abdomen bagian atas, embelan kuning. Sayap transparan dengan bercak kuning – oranye dibagian pangkal sayap belakang, pterostigma oranye kecoklatan.

Tungkai berwarna hitam.

Kebiasan: sangat jarang ditemukan, biasanya betengger di ranting/tonggak yang tinggi dengan intensitas cahaya tinggi.

(9)

55 14.

Neurothemis terminata

Famili : Libellulidae Nama Indonesia : -

Jantan: mata majemuk berwarna merah tua, toraks merah kecoklatan. Abdomen merah tua, terdapat garis hitam di samping dan atas abdomen, semakin menebal keujung abdomen, ruas nomer 10 hitam, embelan merah. Sayap merah, pada ujung sayap transparan dengan garis batas lurus di sayap depan dan belakang, pterostigma merah. Tungkai merah. Betina: mata majemuk bagian atas coklat pucat, bagian bawah kuning. Toraks dan abdomen kuning kecoklatan, garis hitam seperti pada jantan, embelan kuning. Sayap transparan pada seluruh bagian kecuali ujung sayap berwarna kecoklatan, pterostigma coklat. Tungkai kuning.

Kebiasaan: biasa di temukan bertengger di ranting atau ujung daun Eceng gondok. Mudah terusik dan akan terbang jauh bila diganggu.

15.

Orthetrum sabina

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungsambar hijau / Capung tentara

Mata majemuk berwarna hijau pucat dengan bercak hitam.

Toraks hijau dengan garis-garis hitam di bagian samping.

Abdomen: ruas 1-3 membesar berwarna hijau kekuningan dan bergaris hitam, ruas 4-6 ramping berwarna hitam putih, ruas 7-10 membesar berwarna hitam, embelan berwarna putih.

Betina serupa dengan jantan.

Sayap transparan, pterostigma coklat-oranye. Tungkai hitam.

Kebiasan: mudah dijumpai di sepanjang hari, bersifat soliter, sering tengger di rerumputan, memakan sejenisnya atau capung lain.

16.

Pantala flavencens

Famili : Libellulidae Nama Indonesia : Capung kembara

Jantan: capung dewasa berwarna merah-oranye. Mata majemuk merah tua, toraks merah kecoklatan, abdomen merah-oranye, individu muda berwarna kuning, bagian atas abdomen terdapat garis hitam yang semakin melebar dan membentuk bercak pada ruas 8-9, embelan panjang, hitam. Sayap transparan, ujung sayap coklat, pterostigma merah-oranye.

Betina: mata majemuk berwarna merah muda bagian atas dan hijau kebiruan bagian bawah. toraks kuning kebiruan bagian samping dan kuning bagian atas, abdomen kuning-oranye , terdapat garis dan bercak hitam seperti pada jantan, embelan hitam. Sayap transparan, pterostigma kuning. Tungkai hitam.

(10)

56

Kebiasaan: sangat mudah dijumpai, umumnya dalam keadaan terbang yang berkelompok sangat banyak, menyukai area terbuka, jika bertengger memilih tempat yang sangat tinggi.

17.

Potamarcha congener

Famili : Libellulidae Nama Indonesia : -

Jantan: mata majemuk merah kecoklatan di bagian atas dan hijau keputihan di bagian bawah. Toraks dan abdomen ruas 1-4 berwarna biru dongker, ruas lainnya berwana hitam dengan garis kuning tebal di bagian samping, 2 ruas terakhir berwarna hitam, embelam hitam.

Betina: mata majemuk berwarna merah bagian atas dan hijau di bagian bawah dengan bercak hitam. Toraks berwarna hijau dengan garis hitam tebal pada bagian samping, abdomen berwarna dominan kuning pucat dengan garis hitam pada ruas 1-8, ruas 9-10 hitam, ruas 8 memiliki tonjolan di kanan dan kiri menyerpai sayap yang berfungsi untuk meletakkan telur.

Sayap transparan dengan pterostigma berwarna hitam. Tungkai berwarna hitam.

Kebiasaan: aktif di siang hari, di waktu pagi dan sore lebih banyak bertenger di tempat yang tinggi, sangat sensitif terhadap gangguan.

18.

Rhodothemis rufa

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungmerah punggungmetalik

Jantan: Mata majemuk merah kecoklatan. Toraks merah kecoklatan , terdapat garis metalik dibagian dorsal hingga ke abdomen ruas 3. Abdomen berwarna merah tanpa garis hitam, embelan merah. Betina: mata majemuk coklat gelap. Toraks coklat gelap, abdomen coklat-oranye, terdapat garis metalik di toraks hingga ruas ke 3 abdomen bagian atas, embelan coklat-oranye.

Sayap transparan, pterostigma coklat, tungkai hitam.

Kebiasaan : aktif pada pagi hingga menjelang sore, tengger di tanaman air, semak-semak sekitar perairan. Pada sore hari tengger di bawah kanopi pohon.

19.

Rhyothemis phyllis

Mata majemuk berwarna merah tua bagian atas dan kuning coklat bagian bawah.

Toraks hitam metalik.

Abdomen hitam, embelan hitam.

Sayap depan transparan dengan ujung berwarna hitam.

Sayap belakang terdapat corak yang khas, bagian pangkal hitam-kuning-hitam bagian lain

(11)

57 Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : -

Tungkai hitam.

Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, terbang melayang-layang di bawah terik matahari. Sering terlihat bergerombol.

20.

Rhyothemis variegata

Famili : Libellulidae Nama Indonesia : -

Mata majemuk berwarna merah tua bagian atas dan kuning coklat bagian bawah.

Toraks, abdomen, dan embelan hitam.

Sayap terdapat banyak bercak hitam, bagian ujung sayap hitam, pangkal sayap belakang berwarna hitam, kuning, dan hitam, bagian lain coklat transparan, pterostigma hitam.

Tungkai hitam.

Betina identik dengan jantan.

Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, terbang melayang-layang di bawah terik matahari.

21.

Tholymis tillarga

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungsambar senja

Jantan : mata majemuk oranye kemerahan bagian atas dan hijau kekuningan bagian bawah. Toraks dan abdomen berwarna oranye pudar.

Sayap depan transparan, sayap belakang transparan dan terdapat warna khas coklat pudar dan putih di bagian tengan sayap, pterostigma hitam.

Betina : mata majemuk bagian atas merah, bagian bawah kuning pucat. Toraks dan abdomen coklat pucat, terdapat warna putih kekuningan di bagian atas toraks. Kedua sayap transparan, pterostigma kuning.

Kebiasaan : aktif di sore hari, terbang cepat di daerah teritorinya. Pagi dan siang bertengger di semak sekitar perairan di bawah kanopi pohon. 22.

Urothemis signata

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungjemur bercakhitam

Jantan: mata majemuk berwana merah. Toraks merah tua. Abdomen merah cerah, terdapat bercak hitam yang khas di ruas ke 8-9, embelan berwarna merah, embelan atas panjang. Sayap transparan dengan pangkal terdapat bercak merah kecoklatan, pterostigma hitma.

Betina: mata majemuk merah bagian atas dan hijau keabu-abuan bagian bawah. toraks, abdomen dan embelan oranye kekuningan, ruas 8-9 terdapat bercak hitam seperti pada jantan. Sayap transparan dengan pangkal terdapat bercak coklat kekuningan, pterostigma coklat.

Kebiasaan : aktif di pagi hingga menjelang sore. Sering terlihat bertengger di ujung ranting atau tonggakan di atas perairan dan sekitarnya.

(12)

58 23.

Zyxomma obtusum

Famili : Libellulidae

Nama Indonesia : Capungsambar putih

Jantan : seluruh tubuhnya berwarna putih, abdomen ruas 1-2 gemuk, ruas 3 ramping, dan ruas 4-10 membesar. Kedua sayap putih hingga sebelum pterostigma, ujung sayap hitam.

Betina : mata majemuk putih kehijauan, toraks, abdomen, dan tungkai berwarna coklat, terdapat garis hitiam di antara ruas-ruas abdomen. Sayap transparan, ujuang sayap coklat, pterostigma hitanm.

Kebiasaan : aktif di sore hari menjelang matahari tenggelam. Terbang mengitari perairan yang tenang dan jarang hinggap. Pada pagi dan siang hari bertengger di bawah kanopi pohon.

(Foto dari www.allodonata.com) 24.

Zyxomma ptiolatum

Famili : Libellulidae Nama Indonesia : -

Jantan : mata majemuk besar, berwarna hijau, toraks dan abdomen coklat gelap.

Betina : mata majemuk berwarna hijau kecoklatan, toraks dan abdomen coklat, lebih terang dari yang jantan.

Abdomen : ruas 1-3 menggembung, ruas 4-10 sangat ramping.

Sayap transparan, pterostigma hitam, tungkai coklat.

Kebiasaan : aktif di sore menjelang matahari terbenam, terbang dengan cepat mengitari perairan yang tenang. Pada pagi dan siang hari lebih banyak beristirahat di bawah kanopi pohon.

25.

Libellago lineata

Famili : Chlorocyphidae Nama Indonesia : Capungbatu kunig

Capung jarum bertubuh pendek, sayap lebih panjang daripada abdomen.

Jantan : warna dominan kuning, mata majemuk hitam kecoklatan. Toraks kuning kehijauan dengan strip hitam.

Abdomen kuning dari pangkal dang berangsur menyempit menuju ujung abdomen. Ruas 6-10 dan embelan berwarna hitam.

Betina : mata majemuk coklat muda, toraks dan abdomen coklat muda kehijauan dengan garis-garis hitam di sisi atas abdomen. Terdapat cupung di abdomen ruas 8-10.

Sayap transparan, pterostigma coklat kehitaman. Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, terbang melayang-layang sangat dekat dengan permukaan air, sesekali tengger di togakan atau tanaman air di

(13)

59

permukaan air. Sore hari beristirahat di bawah kanopi.

26.

Rhinocypha fenestrata

Famili : Chlorocypidae

Nama Indonesia : Capungbatu merahjambu

Jantan : secara keseluruhan capung ini berwarna hitam. Toraks berwarna hitam dengan pola garis-garis biru kehijauan di bagian samping dan bercak merah jambu di sisi atas toraks. Abdomen berwarna hitam, ruas 1-5 terdapat bercak biru kehijauan dibagian samping, embelan hitam. sayap hitam dengan refleksi warna merahjambu bila terkena sinar matahari, pangkal sayap coklat transparan. Betina : mata majemuk coklat gelap di bagian atas dan coklat pucat di bagian bawah. Toraks coklat gelap dengan garis hijau pucat. Abdomen coklat, ruas 1-5 terdapat bercak hijau pucat, terdapat cuping di ruas 8-10. Sayap coklat transparan, pterostigma coklat kehitaman.

Kebiasaan : sering terlihat bertengger di ranting atau togakan di atas perairan mengalir, sangat sensitif dengan gangguan.

27.

Agriocnemis femina

Famili : Coenagrionidae

Nama Indonesia : Capungjarum centil

Jantan : mata majemuk bagian atas hitam, bagian bawah hijau. Toraks hijau dengan garis hitam tebal di samping dan atas. Abdomen berwarna hitam di bagian atas dan hijau di bagian bawah, ruas 8-10 berwarna oranye dan sedikit menggembung. Embelan oranye, embelan atas lebih pendek dari pada embelan bawah. pada individu yang telah tua, toraks tertutupi serbuk putih.

Betina : muda, berwarna merah dengan garis hitam dibagian atas toraka dan abdomen ruas 6-10. Dewasa, mata majemuk coklat di bagian atas dan hijau di bagian bawah. Toraks hijau dengan garis hitam tebal di sisi atas. Abdomen, hijau kekuningan di sisi bawah dan hitam di bagian atas. Ruas ke 9-10 oranye.

Sayap transparan, pterostigma hitam.

Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, bertengger lalu menyambar mangsa dengan cepat dan bertengger lagi di tanaman air atau rerumputan sangat dekat dengan permukaan air.

(14)

60 28.

Agriocnemis pygmaea

Famili : Coenagrionidae

Nama Indonesia : Capungjarum kecil

Mata majemuk hitam bagian atas dan hijau bagian bawah. toraks hijau dengan garis hitam tebal dibagian samping dan atas. Abdomen hitam di bagian atas dan hijau di bagian bawah, ruas 8-10 osedikit membengkak berwarna oranye. Embelan oranye, bawah lebih pendek dari pada embelan atas.

Betina mirip dengan jantan, mata majemuk coklat bagian atas, warna oranye pada ujung abdomen lebih sedikit.

Sayap transparan, pterostigma hitam. Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, sering terlihat tengger dan mencari mangsa di tanaman air atau rerumputan dekat dengan perairan.

29.

Ischnura senegalensis

Famili : Coenagrionidae

Nama Indonesia : Capungjarum sawah

Mata majemuk bagian atas hitam, bagian bawah hijau.

Toraks hijau kebiru-biruan, dengan garis hitam tebal di sisi samping dan atas.

Abdomen : ruas 1-2 biru muda kehijauan bagian bawah, bagian atas hitam. ruas 3-6 coklat kekuningan di bagian bawah dan hitam dibagian atas, ruas 7 hitam, ruas 8 biru muda, ruas 9-10 biru muda bagian bawah dan hitam bagian atas.

Betina mirip dengan jantan, namun warna biru muda tidak semua betina memiliki. Pada betina muda, toraks berwarna oranye.

Sayap transparan, pterostigma coklat abu-abu. Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, berterbangan di sekitar tanaman di sekitar perairan. 30.

Pseudagrion microcephalum

Famili : Coenagrionidae

Nama Indonesia : Capungjarum kepalakecil

Jantan : mata majemuk hitam bagian atas dan biru di bagian bawah.

Toraks biru muda terang, terdapat garis hitam tipis di bagian atas dan samping.

Abdomen : ruas 1, 8-9 biru muda terang, ruas 2 biru muda terang dan terdapat titik hitam di bagian atas, ruas 3-7, 10 biru muda terang bagian bawah dan hitam bagian atas.

Betina mirip dengan jantan namun warna tubuhnya lebih pucat.

Kebiasaan : aktif pada pagi hingga siang hari, tengger di atas tanaman air, sering terlihat kopulasi pada siang hingga menjelang sore.

(15)

61 31.

Pseudagrion pruinosum

Famili : Coenagrionidae

Nama Indonesia : Capungjarum metalik

Jantan : mata majemuk berwarna coklat kehitaman, toraks biru tua keabua-abuan, bagian atas hitam, individu tua terdapat serbuk putih. Abdomen : ruas 1-2 dan 8-10 hitam di sisi atas dan sering tertutup serbuk putih, ruas 3-7 hitam di bagian atas dan coklat kekuningan di bagian bawah.

Betina : sintoraks coklat kekuningan, abdomen hitam bagian atas dan coklat kekuningan dibagian bawah.

Sayap transparan, ppterostigma hitam.

Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, terngger di semak-semak di sekitar perairan, di bawah kanopi pepohonan.

32.

Pseudagrion rubriceps

Famili : Coenagrionidae

Nama Indonesia : Capungjarum kepalajingga

Mata majemuk hitam bagian atas, oranye kehijauan bagian bawah, muka berwarna oranye dan menjadi ciri khas jenis ini. Toraks biru muda terang, sisi ata berwarna hijau dan terdapat garis hitam tipis. Abdomen : ruas 1-2 dan 8-10 berwarna biru muda cerah, ruas 2 terdapat titik hitam di sisi atas, ruas 3-7 hitam di bagian atas dan biru muda di bagian bawah.

Betina : warna dominan hijau kecoklatan, tidak terdapat warna oranye di bagian muka.

Sayap transparan, pterostigma hitam.

Kebiasaan : atif di pagi hingga siang hari, sering terlihat tengger di tanaman air dekat permukaan air dengan intensitas cahaya tinggi. Pada siang hingga menjelang sore sering terlihat kopulasi.

33.

Parasercion malayanum

Famili : Coenagrionidar Nama Indonesia :

Warna dominan capung ini biru muda terang. Mata majemuk biru gelap, bagian atas hitam. Toraks biru muda terang dengan garis hitam di samping dan di atas.

Abdomen : ruas 1, 8-10, dan embelan berwarna biru muda terang tanpa garis hitam, ruas 2-7 berwarna biru muda terang pada bagian bawah dan terdapat garis hitam tebal di bagian atas.

Sayap transparan, pterostigma hitam, tungkai hitam.

Betina identik dengan jantan.

Kebiasaan : aktif di pagi hingga menjelang sore hari, terbang-terbang sangat dekat dengan permukaan air, bertengger di tanaman-tanaman air. Tidak sensitif dengan gangguan.

(16)

62 34.

Copera marginipes

Famili : Platycnemididae Nama Indonesia : Capunghantu kakikunig

Jantan : mata majemuk berwarna hitam di bagian atas dan kuning kehijauan dibagian bawah, terdapat garis tipis kuning di mata majemuk. Toraks hitam dengan garis-garis kuning yang tidak beraturan. Abdomen, ruas 1-7 berwarna hitam, ruas 8-10 putih di sisi atas dan hitam di bagian bawah. Tungka berwana kuning.

Betina : mata majemuk coklat muda, terdapat dua garis hitam. Toraks coklat, terdapat garis hitam tipis tidak beraturan. Abdomen hitam pada individu dewasa dn putih pada individu muda, ujung abdomen menggembung.

Sayap transparan, pterostigma hitam

Kebiasaan : aktif di pagi hingga siang hari, menyukai tempat di bawah kanopi pohon.

35.

Jantan

Famili : Protoneuridae

Nama Indonesia : Capungjarum gelap

Mata majemuk coklat kemerahan. Toraks hitam kebiruan. Abdomen panjang, ramping, dan berwarna hitam.

Betina : mata abu-abu, terdapat garis hitam. toraks hitam dengan garis putih di sisi samping. Abdomen hitam.

Sayap transparan, pterostigma hitam.

Kebiasaan : aktif pada pagi dan siang hari, tengger di ranting di tempat yang redup di atas perairan mengalir.

(17)

63

2. PenelitianPengembangan Sebagai Sumber Belajar Hasil Penelitian Berupa Produk

Tabel 5. Fakta dan konsep yang diperoleh dari hasil penelitian keanegaragaman capung di Jogja Adventure Zone

No Fakta Konsep

1.  Semua capung yang ditemui memiliki bentuk tubuh yang beruas-ruas.

 Semua capung yang ditemua memiliki bentuk tubuh simetris bilateral

 Semua capung yang ditemui memiliki tiga bagian tubuh yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen).

 Semua capung yang ditemukan memiliki sistem

reproduksi terpisah (terdapat hewan jantan dan betina).

Ciri umum Filum Arthropoda

2.  Semua capung yang ditemui memiliki kepala yang terdiri dari sepasang mata berukuran besar, sepasang antena berbentuk duri, dan sebuah mulut bertipe mulut pengunyah.

 Semua capung yang ditemui memiliki dada yang terdiri dari dua pasang sayap bertipe sayap membran, tiga pasang kaki bertipe kaki raptorial.

 Semua capung yang ditemui memiliki perut berbentuk silinder memanjang, beruas-ruas sebanyak sepuluh tuas, dan memiliki alat kelamin sekunder.

Ciri umum capung

3. Terdapat perbedaan ciri morfologik capung dalam hal ukuran, bentuk, dan warna pada tubuh capung yang ditemui.

Dasar klasifikasi capung

4.  Capung yang ditemui terbagi ke dalam 2 sub-ordo yang berbeda.

Pengklasifikasian ke dalam

(18)

64

 Capung yang ditemui terbagi ke dalam 8 suku yang berbeda.

lebih kecil dan spesifik

5. Dijumpai 35 macam capung dari jenis yang berbeda. Keanekaragaman tingkat jenis 6.  Semua capung biasa (Anisoptera) yang ditemui memiliki

bentuk pangkal sayap yang melebar.

 Semua capung biasa (Anisoptera) yang ditemui memiliki bentuk sayap depan berbeda dengan sayap belakang

 Semua capung biasa (Anisoptera) yang ditemui, posisi sayap pada saat istirahat dalam keadaan terbuka/horizontal.

Ciri umum Anisoptera

7.  Semua capung jarum (Zygoptera) yang ditemui memiliki bentuk sayap depan dan sayap belakang yang relatif sama.

 Semua capung jarum (Zygoptera) yang ditemui memiliki pangkal sayap yang menyempit.

 Semua capung jarum (Zygoptera) yang ditemui, posisi sayap pada saat istirahat dalam keadaan tertutup / tegak lurus dengan tubuh.

Ciri umum Zygoptera

8.  Semua capung jantan yang ditemui memiliki alat kelamin sekunder di ruas nomor 2 abdomen.

 Semua capung betina yang ditemui memiliki alat kelamin sekunder ujung abdomen.

 Capung jantan dan capung betina umumnya memiliki perbedaan warna. Perbedaan ciri morfologik capung jantan dan capung betina

9.  Beberapa capung yang dijumpai sedang memangsa lalat, belalang, dan capung lain.

 Beberapa capung yang dijumpai menjadi mangsa laba-laba, burung, dan capung lain.

Capung di Jogja Adventure Zone menjadi objek penelitian biologi.

Peran capung bagi kehidupan

(19)

65 Analisis Kompetensi/Kurikulum

Tabel 6 . Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pembelajaran. Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Indokator Pembelajaran

3. Memahami manfaat keanekaragam an hayati 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan 3.2 Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam

3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan

1. Merumuskan konsep kenekaragaman hayati melalui kegiatan pengamatan. 2. Merumuskan prinsip pengklasifikasian

makhluk hidup.

3. Membuat bagan dikotomi berdasarkan objek biologi yang diamati.

4. Mengenali berbagai tingkat

keanekaragaman di lingkungan sekitar. 5. Menjelaskan peran keanekaragaman

terhadap kestabilan lingkungan.

6. Menganalisis kemungkinan yang terjadi jika terjadi perubahan jumlah dan jenis keanekaragaman hayati terhadap keseimbangan lingkungan.

7. Memberikan contoh keanekaragaman hayati Indonesia.

8. Menjelaskan usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. 9. Mengidentifikasi anggota insecta

(20)

66 Validasi Tim Ahli Materi

Tabel 7. Koreksi Konsep oleh Tim Ahli Materi

No. Konsep Awal Koreksi Tim Ahli Materi

1. Capung jantan umumnya memiliki warna lebih mencolok dibandingkan dengan capung betina.

Capung jantan dan capung betina ummumnya memiliki perbedaan warna

2. Jumlah persamaan sifat dari capung yang satu kelompok lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah perbedaannya.

Jumlah persamaan sifat dari capung yang satu kelompok dikotomi lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah perbedaannya.

3. Jumlah persamaan sifat dari capung yang berbeda kelompok lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah perbedaannya.

Jumlah persamaan sifat dari capung yang berbeda kelompok dikotomi lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah perbedaannya. 4. Spesies atau jenis adalah salah satu

unit dasar klasifikasi makhluk hidup, sekelompok organisme yang sama secara fisik yang mampu bertukar informasi genetik dan menghasilkan keturunan yang fertil/subur.

Spesies atau jenis adalah sekelompok organisme yang sama secara fisik yang mampu bertukar informasi genetik dan menghasilkan keturunan yang fertil/subur.

5. Habitat adalah tempat tinggal dan berkembangbiak suatu makhluk hidup.

Habitat adalah tempat tinggal, berkembang biak, dan mencari makan suatu makhluk hidup.

6. Komponen abiotik adalah komponen penyusun lingkungan yang berupa makhluk tak hidup.

Komponen abiotik adalah komponen penyusun lingkungan yang berupa benda mati.

(21)

67 7. Makanan capung adalah

serangga-serangga kecil lain antara lain : lalat, lebah, belalang, capung lain, dan sebagainya.

Makanan capung adalah serangga yang lebih kecil, antara lain : lalat, lebah, belalang, capung lain, dan sebagainya.

8. Proses moulting terakhir capung adalah ketika nimfa sudah siap moulting maka nimfa capung akan merangangkak keluar air baik melalui taaman air, pinggiran kolam, maupun yang lainnya

Proses moulting terakhir pada capung ditandai dengan nimfa capung keluar dari dalam air baik melalui tanamaan air, pinggiran kolam, maupun benda lainnya.

9. Konservasi adalah upaya untuk menjaga kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem.

Konservasi lingkungan adalah upaya untuk menjaga kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem.

10. Dimorfisme, yaitu individu jantan dan individu betina dapat dibedakan secara morfologi.

Dimorfisme, yaitu individu yang memiliki sifat jantan dan individu yang memiliki sifat betina dapat dibedakan secara morfologiknya.

Tabel 8. Saran dan Masukan dari Tim Ahli Materi No. Saran dan Masukan Tim Ahli Materi

1. Terdapat beberapa kata yang kurang tepat dan belum sesuai EYD, baik kesalahan penulisan maupun pemilihan diksi, dimohon untuk diperbaiki. 2. Kata “menunjang” dalam kalimat “peralatan yang menunjang” perlu

diganti dengan kata “dibutuhkan”. Hal.10

3. Akan lebih baik jika semua peralatan yang dibutuhkan ditampilkan gambarnya dalam LKS. Hal. 10

(22)

68 Validasi Tim Ahli Media

Tabel 9. Masukan dan Saran dari Tim Ahli Media No. Masukan dan Saran Tim Ahli Media

1. Huruf-huruf pada contoh tabel terlalu kecil. Tabel bisa dipecah menjadi 3 atau menampilkan tabel dalam orientasi kertas landscape.

2. Terdapat beberapa kata operasional dalam tujuan pembelajaran kurang tepat sehingga perlu diperbaiki. Hal. Xiii-xiv

3. Lebih baik jika ditambahi dengan ilustrasi/bagan daur hidup capung. Hal 5-6 4. Deskripsi ukuran tubuh harus jelas bisa dibedakan suatu ukuran standar

tertentu. Hal. 22.

5. Perlu ditambahkan ilustrai gambar capung jantan dan capung betina. Hal. 26.

Penilaian Dua Orang Guru Biologi SMAN 1 Banguntapan

Tabel 10. Penilaian dari dua orang Guru Biologi SMAN 1 Banguntapan

No. Indikator Penilaian

Aspek Materi Ya Tidak

1. Materi disajikan secara sistematis. √ √

2. Materi disajikan secara logis. √ √

3. Materi disajikan secara runtut. √ √

4. Materi disajikan secara sederhana. √ √

5. Materi disajikan secara jelas. √ √

6. Materi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. √ √ 7. Memiliki kejelasan tujuan pembelajaran. √ √ 4. Penggunaan kata binokuler akan lebih tepat jika diganti dengan kata

teropong binokuler.

5. Sebaiknya diberi penomoran pada alat-alat yang dibutuhkan. Hal 10-11. 6. Kata “morfologi” lebih tepat diganti dengan kata “morfologik”.

(23)

69 Aspek Penyajian

1. Kegiatan mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep dari objek yang dihadapi.

√ √

2. Mendorong peserta didik untuk memunculkan rasa ingin tahu.

√ √

3. Mendorong peserta didik untuk belajar secara mandiri. √ √ 4. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik

melalui kegiatan analisis kasus.

√ √

5. Mendorong peserta didik untuk mencari informasi lebih jauh.

√ √

6. Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang bermanfaat.

√ √

7. Keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari. √ √ 8. Setiap kegiatan berpusat pada peserta didik. √ √ 9. Kegiatan menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. √ √ 10. Kegiatan dilakukan secara berkelompok. √ √ Aspek Desain/Kegrafisan

1. Desain dan tatak letak (lay out) menarik. √ √ 2. Kejelasan petunjuk penggunaan LKS. √ √ 3. Kesesuaian pemilihan jenis huruf (font). √ √

4. Kesesuaian ukuran huruf (font). √ √

5. Kesesuaian tabel dengan konsep yang akan dituju. √ √ 6. Kesesuaian gambar dengan konsep yang akan dituju. √ √ 7. Kesesuaian bagan dengan konsep yang akan dituju. √ √

8. Kesesuaian identitas tabel. √ √

9. Kesesuaian identitas gambar. √ √

10. Kesesuaian identitas bagan. √ √

11. Kesesuaian penggunaan komposisi warna. √ √ 12. Ilustrasi disajikan secara jelas. √ √ 13. Ilustrasi disajikan secara menarik. √ √

14. Memiliki daftar isi yang tepat. √ √

15. Memiliki daftar gambar yang tepat. √ √ 16. Memiliki daftar tabel yang tepat. √ √ 17. Memiliki petunjuk penggunaan LKS yang jelas. √ √ 18. Memiliki lampiran yang sesuai dengan kebutuhan. √ √ 19. Memiliki daftar istilah / glosarium yang jelas. √ √

(24)

70 Aspek Bahasa/keterbacaan

1. Menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

√ √

2. Menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD) √ √

3. Bahasa yang digunakan efektif. √ √

4. Bahasa yang digunakan jelas. √ √

5. Bahasa yang digunakan sederhana. √ √

6. Bahasa yang digunakan komunikatif. √

7. Kalimat yang digunakan tidak memiliki makna ganda/ambigu.

√ √

8. Kesesuaian penggunaan tanda baca. √ √ 9. Kesesuaian pemilihan diksi dengan konsep yang menjadi

materi pembelajaran.

√ √

10. Menggunakan istilah-istilah yang sesuai dengan konsep yang menjadi pokok bahasan.

√ √

11. Kesesuaian antara istilah-istilah yang sulit atau tidak umum dengan penjelasannya.

√ √

Tabel 11. Masukan dan Saran dari dua orang Guru Biologi SMAN 1 Banguntapan

No Masukan dan Saran Aspek Materi

1. Sistematika materi harus disesuikan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah, karena ada perbedaan skruktur materi pada kurikulum KTSP dan Kurtilas.

2. Materi perlu disederhanakan, karena untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan prasyarat, yaitu pengetahuan tentang capung.

3. Materi yang disajikan masih terlalu kompleks untuk siswa SMA, tidak semua materi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan matapelajaran biologi SMA.

4. Terdapat kegiatan yang tidak sesuai dengan kompetensi dasar keanekaragaan hayati, misalnya metamorfosis yang masuk pada materi pertumbuhan dan perkembangan, komponen biotik-abiotik masuk pada materi ekosistem.

(25)

71

5. Sebaiknya LKS tidak digunakan dalam satu meteri namun menjadi panduan siswa dalam mempelajar beberama materi secara bersamaan

Aspek Penyajian

1. Karena keterbatasan waktu untuk siswa SMA, sebaiknya capung disediakan karena siswa memerlukan energi ekstra untuk memperoleh (menangkap) capung.

2. Sebaiknya siswa diberi kebebasan dalam mengakses materi dari sumber manapun.

3. Guru dan siswa sama-sama sedang belajar, sehingga referensi materi yang diberikan kepada guru dan siswa tidak perlu dibedakan. Tidak perlu takut siswa lebih pandai dari pada gurunya.

Aspek Desain

1. Ukuran huruf pada tabel terlalu kecil, meskipun siswa diminta membuat tabel sendiri, namun lebih baik tabel dalam LKS diperbesar agar lebih mudah dibaca.

2. Tabel kegiatan perlu disederhanakan agar siswa lebih mudah memperoleh konsep materi yang dituju.

Aspek Bahasa/Keterbacaan

1. Bahasa yang digunakan kurang sederhana untuk siswa SMA, masih terdapat beberapa istilah-istilah yang belum dipahami siswa.

2. Beberapa kalimat yang digunakan memungkinkan adanya makna ganda, sebaiknya kalimat tersebut disederhanakan lagi agar maksud kalimat dapat dipahami siswa.

3. Pennjelasan istilah sulit/asing dalam glosarium perlu diperbaiki agar siswa tidak salah memahami istilah tersebut

(26)

72 Tanggapan Siswa

Tabel 12. Tanggapan 12 orang siswa kelas X SMA N 1 Banguntapan, Bantul

No. Pernyataan Tanggapan (%)

Aspek Desain/Kegrafisan Setuju Tidak

Setuju

1. Desain sampul/cover LKS ini bagus, sehingga membuat

saya tertarik untuk mempelajarinya. 100 0

2. Pemilihan jenis huruf (font) sudah tepat sehingga

memudahkan saya dalam membacanya. 75 25

3. Pemilihan ukuran huruf sudah tepat sehingga

memudahkan saya dalam membacanya. 67 33

4. Penyajian tabel dalam LKS ini disertai dengan

keterangan yang jelas dan dapat saya pahami. 100 0 5. Penyajian gambar dalam LKS ini disertai dengan

keterangan yang jelas dan dapat saya pahami. 100 0 6. Tata letak (lay out) dalam LKS ini sangat menarik

sehingga membuat saya nyaman dalam mempelajarinya.

100 0

Aspek Bahasa

7. Bahasa yang digunakan dalam LKS ini jelas. 73 27 8. Bahasa yang digunakan dalam LKS ini sederhana. 92 8 9. Bahasa yang digunakan dalam LKS ini mudah saya

pahami. 100 0

10. Bahasa yang digunakan dalam LKS ini tidak bermakna

ganda / ambigu. 100 0

11. Bahasa yang digunakan dalam LKS ini tidak membuat

saya bingung dalam memaknai. 67 33

12. Istilah-istilah biologi dalam LKS ini memiliki penjelasan yang jelas sehingga tidak membuat saya bertanya-tanya.

92 8

Aspek Pelaksanaan

13. Kegiatan dalam LKS ini memberikan saya pengalaman

langsung belajar mengahadapi objek belajar. 100 0 14. Semua kegiatan dalam LKS ini mampu saya

laksanakan. 75 25

15. Peralatan yang digunakan dalam LKS ini semuanya

(27)

73

16. Peralatan yang digunakan dalam LKS ini semuanya

mudah untuk digunakan. 92 8

17. Persoalan diskusi dalam LKS ini mampu saya

selesaikan. 100 0

18. Persoalan tugas dalam LKS ini mampu saya selesaikan. 75 25 Aspek kemandirian

19. Petunjuk penggunaan LKS ini membuat saya paham

apa yang harus saya lakukan. 100 0

20. Prosedur kerja tiap kegiatan jelas sehingga saya paham dengan apa yang harus saya lakukan pada setiap kegiatan.

92 8

21. Prosedur kerja tiap kegiatan mudah dipahami sehingga saya paham dengan apa yang harus saya lakukan pada setiap kegiatan.

92 8

22. Kegiatan-kegiatan dalam LKS ini menuntut saya untuk

bekerja dengan kelompok. 100 0

23. Kegiatan-kegiatan dalam LKS ini menuntut saya untuk mencari informasi secara mandiri tanpa bergantung pada guru.

100 0

Aspek Manfaat

24. LKS ini memberikan gambaran kepada saya bahwa

belajar biolgi itu menyenangkan. 100 0

25. LKS ini menjadikan saya lebih mengenal lingkungan

sekitar. 100 0

26. LKS ini menjadikan saya lebih mencintai lingkungan

sekitar. 75 25

27. LKS ini menambah kesadaran saya tentang potensi

keberadaan capung di sekitar kita. 100 0

28. LKS ini menambah kesadaran saya tentang ancaman

keberadaan capung di sekitar kita. 55 45

29. LKS ini memotivasi saya untuk ikut serta dalam

(28)

74

Tabel 13. Masukan dan saran dari 12 orang siswa kelas X SMA N 1 Banguntapan, Bantul

NO. Masukan dan Saran

1. Semoga besok besok ngadain pengamatan lagi tapi dengan tema yang berbeda.

2. Istilah-istilah kata mohon diperbanyak dan diperjelas.

3. Gambar jenis-jenis capung mohon diperbanyak agar lebih menarik. 4. Keterangan capung dipertambah.

5. Semoga kita bisa melakukan pengamatan lagi dengan objek yang berbeda. 6. Dari pengamatan ini saya bisa mengetahui bahwa capung terdiri dari

banyak jenis.

7. Terdapat bebrapa kesalahan penulisan - Halaman 3 baris ke 3

- Halaman 7

- Halaman 12 baris ke 6

- Halaman 32 baris ke 5 bagian proedur kerja no 4 - Halaman 34 nomor 2 c

- Halaman 64 bagian prosedur kerja nomor 2 dan 6 - Halaman 65 pada penulisan kunci determinasi

8. Bukunya sudah bagus tetapi masih ada beberapa bagian yang harus diperbaiki.

(29)

75 B. Pembahasan

1. Keanekaragaman Capung di Jogja Adventure Zone

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis capung di Jogja Adventure Zone berdasarkan perbedaan waktu yang dibagi dalam 4 waktu selama 12 jam dalam sehari atau setiap 3 jam. Berdasarkan data yang tersaji pada tabel 3, menunjukkan adanya perbedaan faktor abiotik dari setiap waktu penelitian. Faktor abiotik yang diukur adalah kelembaban udara, suhu udara, suhu air, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan ph air. Menurut Martin R. Speight (2008 : 33), faktor abiotik ini memiliki pengaruh yang mendasar terhadap ekologi serangga mulai dari keberhasilan reproduksi, proses fisiologis, interaksi di dalam spesies, dan interaksi antar spesies.

a. Keanekaragaman Jenis Capung di Jogja Adventure Zone

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan sebanyak 35 jenis capung dan capung jarum yang terdiri 2 sub ordo dan 8 famili, yaitu sub ordo Anisoptera/Capung biasa yang terdiri dari famili Aeshnidae, Cordullidae,

Gompidae, dan Libellulidae, dan sub ordo Zygoptera/Capung jarum yang terdiri

dari famili Chlorocyphidae, Coenagrionidae, Platycnemidae, dan Protoneuridae sebagaimana yang tersaji pada tabel 1. Hasil eksplorasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa famili Libellulidae memiliki persentase tertinggi dalam hal jumlah spesies yaitu 19 spesies atau 54,3% dari total spesies yang ditemukan, diikuti oleh famili Coenagrionidae 7 spesies atau 20% dan spesies yang paling melimpah dari kedua famili tersebut adalah Crocothermis servilia dan Ishnura

(30)

76

spesies. Sedangkan 4 famili lainnya adalah Aeshnidae, Cordullidae,

Platycnemididae dan Protoneuridae, masing-masing hanya terdiri dari 1 spesies

saja atau sebesar 2,9% dari total spsesies yang ditemukan di Jogja Adventure Zone. Keempat jenis capung dari empat famili tersebut adalah Anax guttatus,

Epophthalmia vittata, Copera marginipes dan Prodasineura autumnalis (tabel 1).

Jumlah jenis dan jumlah individu pada tiap waktu pengamatan memiliki jumlah yang berbeda. Grafik 1 dan grafik 2 menunjukkan bahwa waktu pengamatan pertama memiliki jumlah jenis dan jumlah individu terbanyak yaitu 31 jenis dan 3373 jenis capung. Sedangkan jumlah jenis terendah 26 jenis ada di waktu pengamatan ke tiga dan jumlah individu terendah 1717 individu di waktu pengamatan ke empat. Jumlah individu capung menjunjukkan tren grafik yang menurun meskipun jumlah jenis mengalami kenaikan di waktu ke empat. Hal ini dikarenakan jenis capung yang memiliki jumlah individu melimpah yaitu

Crocothemis servilia dan Ischnura senegalenses mulai beristirahat dan tidak

menunjukkan aktivitas, sehingga julmah individu yang ditemui jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan waktu pengamatan sebelumnya. Adapun jumlah jenis mengalami kenaikan karena ada jenis capung yang hanya aktif di waktu senja yaitu

(31)

77

Gambar 3. Grafik jumlah jenis capung dan jumlah individu pada tiap waktu pengamatan.

Gambar 4. Grafik jumlah individu capung pada setiap waktu pengamatan. b. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (H’)

Indeks Keanekaragaan Shannon-Wiener (H’) digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis capung yang ada di Jogja Adventure Zone dikaitkan dengan kualitas habitatnya. Grafik 3 merupakan hasil perhitungan H’ dan H’max yang menunjukan bahwa indeks keanekaragama tertinggi terdapat di waktu ke empat, disusul oleh waktu ke dua, ke tiga, dan indeks keanekaragaman terendah terdapat di waktu pertama. Berdasakan kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Melati. 2007:96), keempat waktu tersebut memiliki tingkat keanekaragaman sedang karena nilai H’ berada di antara 1,0-3,0. Tingkat keanekaragaman jenis di

31 30 26 27 22 24 26 28 30 32 T1 T2 T3 T4 Ju m lah J en is Waktu Pengamatan

Jumlah jenis pada tiap waktu pengamatan

3373 2612 2442 1717 0 1000 2000 3000 4000 T1 T2 T3 T4 Ju m lah In d iv id u Waktu Pengamatan

(32)

78

Jogja Adventure Zone secara umum menunjukkan bahwa kondisi habitat hidup bagi

capung di Jogja Adventur Zone cukup baik, produktivitas baik, tekanan ekologis rendah, dan kondisi ekosistem cukup stabil. Artinya, faktor-faktor lingkungan yang ada di sana cukup mendukung bagi kehidupan capung dan gangguan yang mengancam kecil.

Gambar 5. Grafik hasil perhitungan Indeks Shannon-Wiener (H') dan H'max c. Indeks Dominasi dan Indeks Kemerataan Jumlah Jenis

Hasil perhitungan indeks dominasi Sampson dan indeks kemerataan jumlah jenis menunjukkan hasil yang serupa. Grafik 4 menunjukkan nilai indeks dominasi Sampson tertinggi terdapat pada waktu pertama, sedangkan nilai indeks kemerataan jumlah jenis terendah ada di waktu pertama. Melati (2007:96) mengatakan bahwa indeks dominasi Sampson digunakan untuk mengetahui adanya dominansi jenis tertentu pada suatu ekosistem , sedangkan indeks kemerataan jumlah jenis digunakan untuk mengetahui pola persebaran biota, yaitu merata atau tidak jumlah individu tiap spesiesnya.

1,914 2,178 2,063 2,197 3,401 3,401 3,258 3,296 0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 T1 T2 T3 T4 N ilai I n d eks Waktu Pengamatan

Indeks Shannon-Wiener (H') dan H'max

(33)

79

Hasil kedua indeks ini menunjukkan bahwa terdapat jenis yang mendominasi jenis lain. Di waktu pertama, nilai indeks dominasi Sampson cukup tinggi jika dibandingkan 3 waktu lainnya, yaitu 0,242 sedangkan ketiga waktu lain hanya berkisar antara 0,166-0,178. Nilai indeks dominasi Sampson semakin mendekati angka 1 artinya terdapat jenis yang mendominasi spesies lainnya. Di waktu yang sama nilai indeks kemerataan jumah jenis terendah terdapat di waktu pertama yaitu 0,557 sedangkan tiga waktu lain relatif lebih tinggi yaitu antara 0,633-0,74. Nilai indeks kemerataan jumlah jenis semakin mendekati angka 0 artinya kemerataan antar spesies rendah, kekayaan individu masing-masing spesies sangat jauh berbeda, dan terdapat jenis yang mendominasi. Hasil ini menunjukkan bahwa di waktu pengamapatn pertama terdadat jenis yang lebih mendominasi dibanding dengan tiga waktu yang lain.

Tingginya nilai indeks Dominasi Simpson dan rendahnya nilai indeks kemerataan jumlah jenis dikarenakan adanya perbedaan jumlah kumulatif individu antar jenis yang begitu besar. Terdapat jenis capung yang memiliki jumlah kumulatif yang begitu besar antara lain Crocothemis servilia 2242 individu,

Ischnura senegalensis 3259 individu, dan Paracercion malayanum 1383 individu

dan ada pula jenis capung yang memiliki jumlah kumulatif sangat kecil antara lain

Ephopthalmia sp, Macrogomphus parallelogramma, Paragomphus reinwardtii,

dan Pseudagrion rubriceps yang masing-masing hanya berjumlah 1 individu. Beberapa jenis yang lain memiliki jumlah individu antara 2 hingga ratusan individu.

(34)

80

Gambar 6. Grafik hasil perhitigan Indeks Dominasi Simpson dan Indeks Kemerataan Jumlah Jenis

d. Indeks Richness/Kekayaan Jenis (E)

Jogja Adventure Zone memiliki nilai indeks kekayaan jenis tertinggi 3,693

dan terendah 3,205, nilai tertinggi berada di waktu pertama sedangkan nilai terendah ada di waktu ke tiga (Grafik 5). Indeks kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis berdasarkan jumlah jenis pada suatu ekosistem, semakin besar nilai indeks maka semakin tinggi kekayaan jenis yang dimiliki ekosistem tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekayaan jenis suatu ekosistem antara lain: daya reproduksi, ketersediaan pakan, kemampuan beradaptasi, dan banyaknya pemangsa. Nilai indeks kekayaan jenis tertinggi ada di waktu pagi atau waktu pengamatan pertama. Di waktu pagi merupakan waktu aktif bagi hampir semua jenis capung di Jogja Adventure Zone untuk mencari akan dan melakukan reproduksi. Ketersediaan pakan di waktu pagi juga melimpah karena jenis-jenis serangga yang menjadi makanan capung juga aktif di pagi hari sehingga bagi capung akan lebih mudah menemukan mangsanya.

0,242 0,166 0,178 0,172 0,563 0,640 0,633 0,667 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 T1 T2 T3 T4 N ilai I n d eks Waktu

Grafik Indeks Dominasi Simpson dan Indeks Kemerataan Jumlah Jenis

(35)

81

Gambar 7. Grafik hasil perhitungan Indeks Kekayaan Jenis (R) e. Kelimpahan Relatif Capung di Jogja Adventure Zone

Kelimpahan Relatif menggambarkan jumlah individu dari suatu jenis dalam suatu komunitas. Grafik 6 menggambarkan nilai kelimpahan relatif masing-masing jenis capung di Jogja Adventure Zone menurut Lowen (1996 dalam Colin Bibby. 2000:109). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat 2 jenis capung yang masuk dalam kategori melimpah yaitu Crocothemis servilia dan Ischnura

senegalensis. Jenis capung lainnya sebanyak 3 jenis masuk dalam kategori umum,

8 jenis masuk dalam kategori sering, 14 jenis masuk dalam kategori tidak umum, dan 8 jenis masuk dalam kategori jarang.

Semakin melimpah suatu jenis maka jenis tersebut akan semakin mendominasi pada suatu habitat (Syaifudin, 20011:58). Crocothemis servilia dan

Ischnura senegalensis adalah jenis capung yang sangat mudah beradaptasi dan

toleran dengan perubahan lingkugan. Kedua jenis ini hampir mendominasi di seluruh area perairan-perairan terbuka.

3,693 3,686 3,205 3,491 2,800 3,000 3,200 3,400 3,600 3,800 T1 T2 T3 T4 N ilai In d eks Waktu Pengamatan

(36)

82

Gambar 8. Grafik Hasil perhitungan kategori kelimpahan relatif jenis-jenis capung di Jogja Adventure Zone

2,3 0,2 3,5 0,2 0,243,30,4 165,4 126,7 467,1 13,5 7,5 0,8 1,7 73,5 27,717,731,032,9 1,9 14,0 4,2 10,2 0,4 8,3 0,4 28,523,5 679,0 25,6 9,2 0,2 288,1 2,1 1,9 0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 800,0 N ilai Ke lipa h an Rel at if

Kategori Kelimpahan Relatif

(37)

83

Berikut ini adalah pemaknaan hasil penghitungan kategori kelimpahan relatif menurut Lowen (1996 dalam Colin Bibby 2000) dengan modifikasi sesuai dengan kondisi lapangan.

Tabel 14. Pemaknaan kategori kelimpahan relatif untuk melihat skala urutan kelimpahan sederhana

Nilai Kelimpahan Relatif Skala Urutan

< 1 Jarang

1-20 Tidak Umum

21-100 Sering

101-400 Umum

>400 Melimpah

f. Faktor Abiotik di Jogja Adventure Zone

Tabel 3 menggambarkan kondisi faktor-faktor abiotik di Jogja Adventure

Zone pada setiap waktu penelitian. Suhu udara berkisar antara 26,5 0C – 33 0C, suhu udara terendah ada di waktu pagi (waktu pertama) dan suhu udara tertinggi ada di waktu siang hari (waktu ke tiga) sedangkan suhu air rata-rata 28 0C di semua waktu. Clarke (2003) mengatakan bahwa temperatur lingkungan mempengaruhi segala aktivitas serangga, karena semua serangga adalah hewan poikiloterms yaitu suhu tubuhnya dipengaruhi oleh temperatur lingkungan (Martin R. Speight. 2008:33). Menurut Lyons (1944) telur serangga akan rusak (mati) apabila temperatur lingkungannya berada di bawah 5.8 0C atau diatas 30 0C, sedangkan Peat (2005) dan Omkar & Pervez (2004) mengatakan bahwa telur serangga akan berkembang dengan baik pada temperatur antara 25 0C – 30 0C dan temperatur optimalnya adalah 27 0C (Martin R. Speight. 2008:34). Sedangkan untuk serangga dewasa,

(38)

84

Jumar (2000) mengatakan bahwa serangga dapat bertahan hidup pada suhu antara 15 0C – 45 0C, sedangkan suhu optimal bagi serangga adalah 25 0C (Nuri Gustia. 2014 : 3).

Kelembaban udara berkisar antara 53 % - 82,5%. Kelembaban udara merupakan faktor penting yang mempengaruhi penyebaran, aktivitas, perkembangan serangga, kemampuan terbang, kemampuan bertelur, dan pertumbuhan serangga. Kisaran kelembaban udara optimum bagi serangga pada umumnya sekitar 73-100 %. Kelembaban optimum serangga berbeda menurut jenis dan stadium (tingkatan kehidupan) pada masing-masing perkembangan (Sunjaya 1970 dalam Sudarwati dkk, 2014 : 15). Kelembaban udara yang rendah akan mempercepat penguapan atau kehilangan air dari tubuh makhluk hidup (Agus Dharmawan, 2005:33). Saat kelemban udara menurun, beberapa jenis capung lebih memilih bertengger di bawah naungan, namun untuk jenis-jenis capung yang menyukai intensitas cahaya yang tinggi seperti Urothemis signata, Diplacodes

trivialis, dll tetap memilih bertengger di bawah terik matahari dengan

memposisikan tubuhnya dalam posisi obelix (abdomen diangkat keatas).

Kondisi lingkungan yang ideal bagi capung meliputi faktor biotik dan abiotik yang dapat mendukung kehidupan capung di suatu tempat, dan setiap hewan memiliki batas kisaran tertentu terhadap setiap faktor lingkungannya. Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Hukum Toleransi Shelford bahwa setiap organisme mempunyai batas minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor lingkungannya (Agus Dharmawan, 2005:38)

(39)

85

g. Karakteristik Habitat Capung di Jogja Adventure Zone

Jogja Adventure Zone merupakan kawasan wisata outbond yang memiliki dua kolam pancing yang mendukung habitat hidup capung. Kedua kolam tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sehingga jenis-jenis capung yang ditemukan di keduanya memiliki perbedaan jenis seperti yang tersaji pada tabel 1. kolam selatan memiliki jenis capung lebih sedikit dari pada kolam utara, yaitu 23 jenis capung sedangkan kolam utara terdapat 31 jenis capung. Hal ini dikarenakan, kolam selatan tidak terdapat pepohonan di sekitar kolam sehingga intensitas cahaya matahari sangat kuat, sedangkan di kolam utara terdapat banyak penutupan dari pepohonan terutama di sisi utara kolam, sehingga terdapat lokasi yang memiliki intensitas cahaya matahari kuat dan lemah. Tang Hung Bun (2010:18) mengatakan bahwa setiap jenis capung memiliki karakteristik habitat yang berbeda dari jenis lainnya, beberapa jenis capung membutuhkan tempat yang ternaungi pepohonan, jenis lainnya membutuhkan intensitas cahaya yang kuat. Semakin beragam kondisi klimatik suatu tempat maka jenis-jenis capung yang tinggal di dalamnya juga semakin banyak.

Kondisi habitat hidup capung Jogja Adventure Zone tergolong baik, terbukti

dengan tingginya keanekaragaman capung yang ada di sana. Hal ini dikarenakan kedua kolam di Jogja Adventure Zone memiliki substrat dasar berupa pasir, bebatuan, dan lumpur, terdapat aliran air masuk di sisi utara dan aliran air keluar di sisi selatan, dan sebagian besar dipenuhi oleh Eceng Gondok dan Hydrila. Sebagamana yang dikemukakan oleh Jill Silsby (2011 : 65) bahwa perairan yang mengalir merupakan kondisi yang bagus untuk perkembangbiakan capung. Nimfa

(40)

86

capung hidup di air selama beberapa minggu hingga tahunan (Susanti,1998 : 15), habitat yang disukai oleh nimfa capung adalah dasar perairan yang berpasir atau akar-akar tanaman air. Makanan utama nimfa capung adalah hawan-hewan kecil yang ada di air antara lain ikan, serangga air, berudu, dan udang (Wahyu Sigit, 2013 : 25) yang semua banyak terdapat di dalam kolam.

Capung dewasa memiliki karakteristik habitat hidup lebih beranekaragam. Zygoptera atau capung jarum pada umumnya hidup tidak jauh dari perairan dan daerah jelajahnya sangat kecil. Jenis capung Coenagrionidae banyak ditemui bertengger di rerumputan sekitar kolam atau di tanaman-tanaman air di permukaan perairan yang memimiliki intensitas cahaya matahari optimal, famili lain lebih menyukai tumbuhan perdu dan minim cahanya matahari. Makanan capung jarum adalah kecil seperti lalat buah, belalang, dan nyamuk, beberapa jenis lain ada yang kanibal misalnya jenis Ischnura senegalensis.

Anisoptera atau capung biasa memiliki daya jelajah lebih luas (Borror, 1992

: 244), famili Gomphidae umumnya memiliki daerah teritorial yang hanya dihuni oleh 2-3 individu jenis tersebut saja dan menyukai ranting-ranting kering di atas permukaan air. Jenis Libellulidae lebih bervariasi, Crocothemis servilia menyukai alang-alang atau rumput-rumput yang tinggi untuk beristirahat, sedangkan Pantala

flavecens menyukai pucuk-pucuk pohon yang sangat tinggi untuk beristirahat.

Makanan capung Anisoptera adalah serangga-serangga yang ukuranya tidak lebih besar dari ukuran mereka, antara lain belalang, ulat, kepik, dan beberapaa jenis capung seperti Orthetrum sabina dan Rhodothemis rufa merupakan capung kanibal yang memakan sejenisnya atau jenis capung lain (Wahyu Sigit, 2013 : 28).

(41)

87

2. Pengembangan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar

Penelitian ini merupakann penelitian Research and Development (R & D), yaitu penelitian dan pengembangan sumber belajar biologi yang menghasilkan produk akhir berupa prototype LKS. Prosedur penelitian mengacu pada tahapan penulisan bahan ajar yang diutarakan oleh Robert Maribe Branch 2009 (dalam Sugiyono. 2012) yaitu menggunakan tahapan analysis, design, development,

implementation, evaluation (ADDIE model). Namun dalam dalam penelitian ini

hanya menerapkan pada tahapan ADD (analysis/analisis, design/desain,

development/pengembangan) atau hanya sampai tahap pengembangan.

Berikut ini adalah langkah-langkah penulisan LKS keanekaragaman capung untuk mempelajari keanekaragaman hayati dengan menggunakan model ADD:

a. Tahap Analisis

1) Analisis Potensi Hasil Penelitian Sebagi Sumber Belajar

a) Identifikasi jenis-jenis capung yang ditemukan di kawasan Jogja Adventure Zone melalui penelitian tahap pertama.

Berdasarkan penelitian keanekagaraman capung yang telah dilakukan di kawasan Jogja Adventure Zone pada bulan Maret-April 2015, telah ditemukan sebanyak 35 jenis capung yang terdiri dari 24 jenis capung biasa (Anisoptera) dan 11 jenis capung jarum (Zygoptera) dari 7 famili.

b) Identifikasi proses dan produk penelitian sebagai sumber belajar. Hasil penelitian biologi dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi di SMA. Hasil penelitian biologi harus dikaji berdasarkan kurikulum

(42)

88

pendidikan biologi yang berlaku untuk dapat diangkat sebagai sumber belajar. Menurut Suhardi (2012 : 14) setidaknya terdapat enam persyaratan yang perlu dikaji agar suatu hasil penelitian dapat dikembangkan sebagai sumber belajar. Berikut ini merupakan panjabaran dari keeman syarat tersebut dalam rangka mengangkat hasil penelitian biologi keanekaragaman capung di Jogja Adventure

Zone sebagai LKS biologi bagi siswa kelas X SMA:

(1) Kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat Objek penelitian ini adalah hewan dari kelas Odonata atau Capung yang berada di kawasan Jogja Adventure Zone yang telah ditemukan dari hasil penelitian keankaragaman capung pada bulan Maret-Apri 2015 yaitu sebanyak 35 jenis. Adapun permasalahan yang diangkat adalah persamaan dan perbedaan ciri morfologik Odonata/capung jantan dewasa yang menjadi petunjuk adanya persamaan dan perbedaan jenis capung. Objek dan permasalahan tersebut dapat digunakan untuk menemukan fakta dan konsep sehingga hasil penelitian ini telah memenuhi syarat kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat.

(2) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

Pemanfaatan hasil penelitian ini sesuai dengan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat yaitu permasalahan biologi pada konsep keanekaragaman hayati tingkat jenis yang diperoleh dari hasil penelitian keanekaragaman capung di Jogja Adventure Zone. Potensi ketersediaan objek dan permasalahan ini sesuai dengan Standar Kompetensi

Gambar

Tabel 1. Organisasi data pertemuan jenis capung di kawasan Jogja Adventure Zone,  Banguntapan, Bantul, D.I
Tabel  3.  Pengukuran  Faktor  Abiotik  dari  Setiap  Waktu  Penelitian  di  Jogja  Adventure Zone
Tabel 4.  Foto, ciri morfologi, serta kebiasaan jenis-jenis capung yang ditemukan  di Jogja Adventure Zone
Tabel 5. Fakta dan konsep yang diperoleh dari hasil penelitian keanegaragaman  capung di Jogja Adventure Zone
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian berdasarkan referensi lokal yang diterima dari remote reference modul maka akan mengaktifkan method untuk berkomunikasi dengan object pada skeleton

Untuk dapat membuat ikan mendekat dengan baik maka alat tersebut harus memiliki sistem rangkaian dan rancangan yang baik pula, alat akan dilengkapi dengan pemancar

Masalah strategis dari reformasi pembiayaan kesehatan terutama meliputi: (a) Belum seluruh masyarakat terlindungi secara optimal terhadap beban pembiayaan kesehatan;

Merupakan wisata yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang memiliki aneka cita rasa.. disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi

Sebagai konsekuensinya, pada tingkat ini pendidikan bukan hanya sebagai hak tetapi juga sebagai kewajiban bagi setiap warga negara pada tingkat umur tertentu (di

Dari pertemuan pada dua siklus penelitian tindakan kelas ini yang bisa di ambil yang dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dua siklus dengan dua kali pertemuan (2

Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara berlebihan. Purin Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara berlebihan. Purin diolah tubuh

I-2 : Citra CP Prima yang sedang menurun memang membutuhkan proses atau waktu yang tidak singkat untuk mengembalikannya seperti sebelumnya tetapi saya sangat yakin bahwa