• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Nyamuk yang Ditemukan

Jenis nyamuk yang menggigit manusia di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng antara lain genus Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia. Nyamuk yang tertangkap dengan menggunakan light trap di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng hanya didapat genus Mansonia, dalam jumlah yang sedikit (tiga ekor). Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain kepadatan nyamuk, rancangan perangkap, kualitas cahaya serta jenis nyamuk yang bersangkutan (Service 1976).

Spesies nyamuk Aedes yang tertangkap di Kelurahan Tumbang Tahai adalah

Ae. aegypti. Spesies Culex adalah C. quenquefasciatus, C. gellidus, C. hutcinsoni dan C. whitmori. Spesies nyamuk Mansonia adalah M. uniformis, sedangkan spesies

nyamuk Anopheles adalah A. letifer dan A. umbrosus, ini merupakan 50% dari jumlah spesies yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (empat spesies). A. letifer dikonfirmasi sebagai vektor di Kalimantan Tengah (DEPKES 1987, Hadi 2006 dalam Sigit dan Hadi 2006, Subdit Pengendalian Vektor 2007), sedangkan A. umbrosus belum dinyatakan sebagai vektor. Keberadaan A. umbrosus cocok dengan wilayah penelitian, yaitu adanya hutan rawa-rawa (Collins 2003). A. umbrosus pernah tertangkap di tepi hutan dalam kegiatan entomologi di wilayah Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah (Dinkes Provinsi Kalteng 2008).

Spesies A. umbrosus tertangkap dengan jumlah sedikit (dua ekor), masing-masing satu ekor pada penangkapan dengan umpan orang di dalam dan luar rumah, sedangkan pada penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah dan kandang sapi tidak tertangkap. Oleh karena itu hasil ini tidak dapat menggambarkan kepadatan dan perilaku mengigigit A. umbrosus. Senada dengan penelitian pada hutan rawa di Kuala Lumpur, Malaysia dari hasil penangkapan nyamuk menggunakan perangkap / trap hanya A. letifer yang lebih banyak tertangkap dibandingkan A. umbrosus grup (Collins 2003).

Spesies A. letifer yang tertangkap (Gambar 7) pada Kelurahan Tumbang Tahai banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang ada. Lokasi sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng termasuk ke dalam tipe hutan tropika dataran rendah dengan

(2)

kondisi tanah berawa dan bergambut (BKSDA Kalteng 2000). Sementara itu, A. letifer dapat hidup di tempat yang asam atau pH rendah (DEPKES 2000). Selain itu, di daerah ini ditemukan adanya semak-semak dan pohon-pohon sebagai tempat beristirahat nyamuk, terdapat pula perkebunan masyarakat yang dekat dengan pemukiman sebagai mata pencaharian penduduk setempat.

Keadaan ini berbeda dengan di daerah lain. Keragaman Anopheles di daerah Bolapapu Sulawesi Tengah meliputi 10 spesies yaitu A. barbirostris, A. barbumbrosus,

A. leucosphyrus, A. kochi, A. vagus, A. indefinitus, A. tesselatus, A. seperatus, A. maculatus dan A. hyrcanus (Sulaeman 2004), sedangkan nyamuk Anopheles di Desa

Tongoa Kabupaten Donggala terdiri atas delapan spesies nyamuk Anopheles yakni

A. barbirostris, A. nigerrimus, A. barbumbrosus, A. tesselatus, A. vagus, A. kochi, A. punctulatus dan A. maculatus (Jastal 2005). Salam (2005) melaporkan bahwa di

Desa Alat Hantakan (Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) terdapat empat spesies yang menonjol yaitu A. kochi, A. letifer, A. nigerriumus, A. barbirostris dibandingkan dengan spesies lainnya seperti A. sinensis, A. vagus, A. aconitus, dan

A. maculatus. Sedangkan di Desa Ambutun (Kabupaten Hulu Sungai Selatan,

Kalimantan Selatan) dilaporkan terdapat delapan spesies yaitu A. nigerrimus,

A. aconitus, A. kochi, A. letifer, A. peditaeniatus, A. barbirostris dan A. tesselatus (Noor

2006).

4.1.1 Kepadatan Nyamuk Anopheles

Tabel 1 menunjukkan rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer dan A. umbrosus dengan metode umpan orang baik di dalam maupun di luar rumah per minggu penangkapan selama bulan Januari hingga Maret. Nyamuk A. letifer adalah yang terbanyak tertangkap dibandingkan dengan A. umbrosus. A. letifer paling banyak ditemukan pada minggu ke enam di dalam maupun di luar rumah (bulan Februari) masing-masing 2,00 dan 2,33 ekor/orang/malam. Pada penelitian, ini A. letifer cenderung bersifat lebih antropofilik dan eksofagik. Keadaan ini berbeda dengan di Desa Alat Hantakan (Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) yaitu

A. kochi, A. letifer dan A. barbirostris dalam mencari darah lebih banyak di kandang

(3)

Gambar 7 Nyamuk Anopheles letifer (pada costa dan urat satu ada tiga atau kurang noda-noda pucat, palpi tanpa gelang-gelang pucat, sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri dari sisik yang gelap dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya)

Tabel 1 Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari- Maret 2008

Nyamuk Anopheles (ekor/orang/malam)

A. letifer A. umbrosus

Bulan Minggu

UOD UOL UOD UOL

Januari 1 0,33 1,00 0,00 0,00 2 1,33 1,00 0,00 0,00 3 1,33 2,00 0,00 0,33 4 1,67 1,33 0,00 0.00 Februari 5 0,67 0,00 0,00 0,00 6 2,00 2,33 0,33 0,00 7 0,00 0,67 0,00 0,00 8 1,33 0,67 0,00 0,00 Maret 9 0,00 0,00 0,00 0,00 10 0,00 0,33 0,00 0,00 11 0,00 0,00 0,00 0,00 12 0,00 0,00 0,00 0,00

(4)

Tabel 2 menunjukkan rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer dengan penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi per minggu penangkapan. Pada metode penangkapan ini tidak ditemukan nyamuk

A. umbrosus, sedangkan A. letifer paling banyak tertangkap istirahat di dinding dalam

rumah adalah minggu ke lima (awal Februari) yaitu 0,42 ekor/malam dan kandang sapi pada minggu ke enam dan delapan (Februari) yaitu 0,5 ekor/malam. Pada penelitian ini

A. letifer cenderung lebih bersifat eksofilik.

4.1.2 Perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Anopheles

Gambar 8 menunjukkan aktifitas A. letifer menggigit dimulai pada pukul 18.00 hingga 06.00 untuk semua metode penangkapan. Puncak kepadatan menggigit A. letifer terjadi pukul 19.00-20.00 baik di dalam maupun di luar rumah. Sementara itu, A. letifer di Desa Bukit Muara Bungo (Jambi) ditemukan aktif pada pukul 22.00 dan 03.00 dengan jumlah (1,1%) tiga ekor/orang/malam (Wahyu 2005). Noor (2006) melaporkan di Desa Ambutun (Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan) aktifitas nyamuk A. umbrosus di dalam rumah adalah pukul 24.00–01.00 dan di luar rumah pada pukul 03.00–04.00, sedangkan A. letifer banyak tertangkap di luar rumah pukul 20.00– 21.00.

Tabel 2 Rata-rata nyamuk A. letifer tertangkap yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008

Nyamuk A. letifer (per ekor/malam)

Bulan Minggu

Dinding Rumah Kandang

Januari 1 0,08 0,00 2 0,00 0,00 3 1,00 0,00 4 0,06 0,25 Februari 5 0,42 0,17 6 0,08 0,50 7 0,17 0,00 8 0,33 0,50 Maret 9 0,08 0,00 10 0,00 0,00 11 0,00 0,00 12 0,00 0,00

(5)

Perilaku nyamuk A. letifer yang antropofilik dengan puncak kepadatan menggigit pada jam tersebut memerlukan suatu upaya perlindungan individu kepada masyakarat. Hadi (2001a) melaporkan bahwa penggunaan kelambu di Jawa Tengah menurunkan kasus malaria, sedangkan penggunaan repellent mencegah infeksi malaria.

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 18.00-19.00 19.00-20.00 20.00-21.00 21.00-22.00 22.00-23.00 23.00-24.00 24.00-01.00 01.00-02.00 02.00-03.00 03.00-04.00 04.00-05.00 05.00-06.00 Jam penangkapan R at a-ra ta ny am uk te rt an gk ap (e ko r/ or g/ ja m )

UOD A. umbrosus UOL A. umbrosus UOD A. letifer UOL A. letifer

Gambar 8 Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 18.00-19.00 19.00-20.00 20.00-21.00 21.00-22.00 22.00-23.00 23.00-24.00 24.00-01.00 01.00-02.00 02.00-03.00 03.00-04.00 04.00-05.00 05.00-06.00 Jam penangkapan R at a-ra ta ny am u k A .l et if er te rt an gk ap (e ko r/ m al am ) Dinding Kandang

Gambar 9 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer tertangkap yang hinggap di dinding rumah dan kandang sapi per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008

(6)

Gambar 9 menunjukkan aktifitas A. letifer istirahat dimulai pada pukul 18.00-06.00. Pada beberapa periode waktu tidak terdapat kepadatan istirahat nyamuk pada dinding di dalam rumah yaitu pukul 20.00-21.00, 24.00-01.00 dan 03.00-00.00. Puncak kepadatan istirahat di dinding dalam rumah terjadi pada pukul 19.00-20.00 (1,08 ekor/orang/rumah), sedangkan puncak kepadatan istirahat di sekitar kandang sapi pada pukul 05.00–06.00 (0,5 ekor/kandang). Effendi (2002) melaporkan di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo puncak kepadatan A. maculatus, A. balabacensis dan A. vagus (Daerah Istimewa Yogyakarta) di dinding dalam rumah antara pukul 22.00–24.00, sedangkan A. maculatus dan A. balabacensis di kandang sapi pada pukul 20.00–22.00 dan A. vagus pada pukul 22.00.

Pada penelitian ini puncak kepadatan nyamuk yang istirahat di dinding dalam rumah yang terjadi pada pukul 19.00-20.00. Hal ini merupakan waktu yang sama dengan puncak gigitan dengan umpan orang baik di dalam maupun di luar rumah. A. letifer tampaknya hinggap terlebih dahulu di dinding dalam rumah sebelum menggigit penghuni rumah sebab pada pengamatan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah tidak ditemukan perut nyamuk yang berisi darah (bloodfeed).

4.1.3 Pengaruh curah hujan, suhu dan kelembaban terhadap keberadaan nyamuk Anopheles

Data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Tengah tahun 2008 menunjukkan curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya selama tiga bulan (Januari-Maret) berkisar antara 1,0-97,9 mm, jumlah hari hujan pada bulan Januari, Februari dan Maret masing-masing adalah 20 hari hujan, 14 hari hujan dan 23 hari hujan. Indeks curah hujan selama tiga bulan yaitu bulan Januari 300,39 dan Februari 76,00 serta Maret 379,87 (Tabel 3).

Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan tempat perindukan (breeding places). Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles (DEPKES 2000). Di Desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo (Daerah Istimewa Yogyakarta) kepadatan nyamuk Anopheles berbanding terbalik yaitu curah hujan tinggi maka kepadatan nyamuk Anopheles menurun, sedangkan curah hujan rendah kepadatan

(7)

nyamuk Anopheles cenderung tinggi (Sukmono 2002). Effendi (2002) menyatakan 44,9% keragaman rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles yang tertangkap di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo dipengaruhi oleh keadaan curah hujan, sedangkan sisanya sebesar 55,1% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin.

Selama penelitian berlangsung (Januari-Maret) keadaan curah hujan dari awal sampai dengan akhir penelitian sangat fluktuatif. Indeks curah hujan tertinggi terdapat pada minggu ke lima penangkapan (65,03) dan terendah pada minggu ke enam (7,68) dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam penangkapan (4,92 ekor/malam) dan terendah pada minggu ke sembilan penangkapan (0,08 ekor/malam) (Gambar 10).

Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan dilaksanakan tiap jam pada saat penangkapan nyamuk dengan menggunakan alat thermohygrometer. Adanya curah hujan yang sangat fluktuatif mempengaruhi suhu dan kelembaban yang ada. Selama 12 kali penangkapan nyamuk didapatkan suhu rata-rata tercatat sebesar 23°C–26°C dan kelembaban rata-rata berkisar 80–87% (Gambar 11).

Tabel 3 Jumlah hari hujan, curah hujan dan indeks curah hujan per penangkapan di Kecamatan Bukit Batu bulan Januari-Maret 2008

Jlh Hari Curah Hujan Indeks Bulan Minggu

Hari Hujan (mm) Curah Hujan

Januari 1 7 6 146,5 33,08 2 7 5 88,6 20,01 3 7 0 0,0 0,00 4 7 4 92,7 20,93 Februari 5 7 7 260,1 65,03 6 7 3 30,7 7,68 7 7 0 0,0 0,00 8 7 2 5,2 1,30 Maret 9 7 7 81,4 20,35 10 7 6 137,3 34,33 11 7 4 59,0 14,75 12 7 6 164,7 41,18 Total 84 50 1.066,2 3.198,60

(8)

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu penangkapan R at a-ra ta n ya m u k te rt an gk ap (e k or /m al am ) 0 10 20 30 40 50 60 70

A. letifer Indeks curah hujan

Gambar 10 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer yang tertangkap per minggu penangkapan dan indeks curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu penangkapan R at a-ra ta n ya m u k te rt an gk ap (e k or /m al am ) 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0

A. letifer Suhu rata-rata Kelembaban rata-rata

Gambar 11 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer dan suhu serta kelembaban di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari– Maret 2008

Suhu rata-rata tertinggi adalah pada penangkapan minggu ke delapan/Maret (25,5oC), sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke lima/Februari (23,6oC). Kelembaban rata-rata tertinggi pada penangkapan minggu ke sebelas/Maret

(9)

(87,7%), sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke tujuh/Maret (80,3%) dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam penangkapan (3,28 ekor/malam) dan terendah pada minggu ke penangkapan (0,22 ekor/malam). Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga metabolisme dan siklus hidupnya tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Nyamuk dapat bertahan dalam suhu rendah, tetapi prosesnya metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai batas kritis. Tingkat kelembaban 63% merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan malaria di Punjab, India (DEPKES 2000).

4.1.4 Larva Anopheles

Sebanyak 13 titik tempat perindukan larva nyamuk telah diamati, yaitu enam titik di lokasi genangan air sekindar kandang orangutan, empat titik di bekas galian pasir (Gambar 12), dan tiga titik di sekitar pemukiman penduduk. Namun demikian, larva

Anopheles tidak ditemukan pada titik potensial tersebut. Hal ini, kemungkinan

disebabkan oleh curah hujan yang tidak menentu, kurangnya sampel yang diambil, atau genangan air yang cenderung kering sebelum larva berkembangbiak. Di daerah Teluk Mata Ikan, Kodya Batam, Riau ditemukan A. letifer pada air tawar dengan salinitas 0%, hal ini berkaitan dengan pembangunan yang ada pada daerah tersebut (Soekirno 1993).

Gambar 12 Lokasi penambangan pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu

(10)

4.2 Angka Kesakitan Malaria pada Masyarakat

Kasus malaria di Kelurahan Tumbang Tahai berdasarkan laporan Puskesmas Tangkiling umumnya terjadi pada seluruh golongan umur dan jenis kelamin (Tabel 4). Kasus pada pria umumnya lebih banyak (54,55%) daripada wanita (45,55%). Adanya kasus malaria yang lebih besar pada pria biasanya dipengaruhi oleh pekerjaan dan aktivitas seseorang. Umumnya pria lebih cenderung sering keluar rumah dibandingkan wanita, sehingga peluang kontak dengan nyamuk vektor semakin besar. Di lokasi penelitian pria usia remaja sering berkumpul di luar rumah malam hari sampai larut malam, beberapa pedagang pria berbelanja untuk keperluan warungnya pada malam hari saat hari pasar dan para pekerja di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yang bekerja malam hari umumnya adalah pria. Kebiasaan masyarakat lainnya adalah pergi ke kebun pada saat subuh.

Kasus malaria pada anak-anak dibedakan berdasarkan usia yaitu 0-11 bulan, 12-23 bulan, 2-9 tahun dan 10-14 tahun. Kasus malaria pada bayi (0–11 bulan) selama tiga tahun berturut-turut yakni satu orang (5,88%) pada tahun 2005, tiga orang (8,11%) pada tahun 2006, dan satu orang (2,22%) pada tahun 2007. Adanya kasus pada bayi umumnya sebagai indikator penularan penyakit setempat sebab pada usia ini mereka jarang keluar rumah. Hal ini menggambarkan bahwa vektor mampu masuk ke dalam rumah untuk kontak dengan bayi. Keadaan ini didukung oleh adanya data penderita malaria selama tiga tahun berturut-turut. Kasus malaria mulai dilaporkan pada usia 12-23 bulan yaitu sebanyak tiga orang (8,11%) pada tahun 2006 dan empat orang (6,67%) pada tahun 2007. Peningkatan jumlah kasus terlihat pada usia 2-9 tahun terjadi selama tiga tahun berturut-turut yaitu satu orang (5,88%) pada tahun 2005, empat orang (10,81%) pada tahun 2006 dan delapan orang (17,78%) pada tahun 2007. Kasus rendah terlihat pada usia 12-23 bulan dibandingkan dengan usia 2-9 tahun, karena pada usia balita cenderung masih mempunyai kekebalan dari ibunya, sedangkan pada usia 2-9 tahun kekebalan yang diperoleh dari ibunya biasanya sudah tidak ada lagi sementara itu kekebalan alami belum terbentuk.

Situasi malaria di Kelurahan Tumbang Tahai selama tiga tahun berturut-turut (2005-2007) sangat bervariasi. Pada tahun 2005 puncak kasus terjadi pada bulan April dan Mei. Puncak kasus yang terjadi tahun 2006 dan 2007 lebih tinggi dibandingkan dengan 2005 yaitu bulan Juni dan Februari (Gambar 13). Hal ini memperlihatkan

(11)

bahwa waktu terjadinya puncak penularan malaria selalu berubah-ubah. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kepadatan nyamuk Anopheles dan kondisi lingkungan fisik, serta adanya penderita malaria sebagai sumber penularan. Epidemiologi malaria yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles sangat bervariasi dari tahun ke tahun dan dari daerah satu dengan daerah lainnya.

Selama penelitian berlangsung (Januari-Maret) terlihat bahwa peningkatan kepadatan vektor diikuti oleh peningkatan kasus malaria. Kepadatan nyamuk yang tertinggi terjadi pada bulan Januari (11,39 ekor/orang/malam), sedangkan jumlah kasus tertinggi pada bulan Februari (11 kasus). Kasus malaria pada umumnya meningkat setelah didahului oleh peningkatan kepadatan vektor. Pada bulan Maret kasus malaria cenderung menurun yang diiringi dengan menurunnya kepadatan nyamuk Anopheles (Tabel 5).

Tabel 4 Jumlah penderita Plasmodium vivax menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun 2005–2007

Jenis Kelamin Kel. Umur Jumlah Penderita P. vivax Total

2005 2006 2007 Pria 0 - 11 bln 1 1 0 2 12 - 23 bln 0 1 3 4 2 - 9 thn 1 1 5 7 10 - 14 thn 2 2 3 7 >15 thn 5 14 15 34 Jumlah Pria 9 19 26 54 % Pria 52,94 51,35 57,78 54,55 Wanita 0 - 11 bln 0 2 1 3 12 - 23 bln 0 2 1 3 2 - 9 thn 0 3 3 6 10 - 14 thn 0 0 2 2 >15 thn 8 11 12 31 Jumlah Wanita 8 18 19 45 % Wanita 47,06 48,65 42,22 45,45 TOTAL 17 37 45 99 Sumber data : Puskesmas Tangkiling

(12)

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Bulan Ju m la h k as us P .v iv ax 0 100 200 300 400 500 600 In d ek s cu ra h h u ja n (I C H )

P. vivax 2005 P. vivax 2006 P. vivax 2007 ICH 2005 ICH 2006 ICH 2007

Gambar 13 Situasi malaria di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun 2005–2007

Tabel 5 Kasus malaria per spesies dan jumlah nyamuk Anopheles letifer per bulan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari–Maret 2008 Jenis parasit Bulan P. vivax P. falciparum Jumlah Kasus Rata-Rata Kepadatan A. letifer (ekor/malam) Januari 7 0 7 11,39 Februari 10 1 11 9,83 Maret 5 0 5 0,42 Jumlah 22 1 23 21,64

Sumber data : Puskesmas Tangkiling

4.3 Hasil Pemeriksaan MBS (Mass Blood Survey) pada Masyarakat

Kegiatan MBS dilakukan terhadap 91 orang yang mempunyai risiko besar tertular penyakit malaria, yakni masyarakat sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng serta para pekerjanya. MBS dilakukan pada semua golongan umur. Namun demikian, semua sediaan darah yang diperiksa menunjukkan hasil negatif.

Jenis parasit di Kalimantan Tengah yang ditemukan selama ini adalah

P. falciparum, P. vivax dan P. mix, sedangkan P. malariae belum pernah ditemukan

pada manusia (Dinkes Provinsi Kalteng 2008). P. malariae secara normal dalam darah rendah dan tidak ada komplikasi secara klinis, maka mirip dengan P. knowlesi (Cox-Singh et al. 2007). Warren (1975) melaporkan darah yang disuntikkan kepada kera

(13)

rhesus yang bebas malaria didapat bahwa pasien tersebut lebih condong untuk

dikatakan terserang oleh P. knowlesi daripada P. malariae.

Penelitian yang dilakukan dilakukan mulai bulan Maret 2001 hingga Maret 2006 di Sarawak, Malaysia dari 960 sampel yang dianalisis secara PCR (Polymerase

Chain Reaction) dari pasien-pasien malaria menunjukkan bahwa sebanyak 266 (27,7%)

diinfeksi oleh P. knowlesi (Cox-Singh et al. 2007), ini menunjukkan bahwa penelitian untuk mencari parasit pada orangutan yang dapat menginfeksi manusia memerlukan suatu penelitian yang panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes R.I. di Kalimantan Barat di wilayah endemis malaria yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia juga belum menemukan P. knowlesi baik pada manusia maupun kera (Dewi 2008).

4.4 Angka Kesakitan Orangutan

Diagnosa malaria pada orangutan sebagian besar melalui pemeriksaan sediaan darah di klinik Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Selama tiga tahun berturut-turut (2005-2007) telah ditemukan orangutan yang menderita penyakit malaria yang disebabkan P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan campuran antara

P. falciparum dan P. vivax (mix). Kasus tertinggi pada tahun 2006 serta terjadi kematian

sebanyak dua ekor (CFR/Case Fatality Rate = 0,87%) disebabkan P. falciparum (Gambar 14). P. falcifarum penyebab malaria tropika, yang sering menyebabkan malaria berat / malaria otak yang fatal (BPVRP 2006). Umumnya simian malaria pada manusia menyebabkan perubahan klinis yang sama dengan infeksi ringan dengan spesies-spesies penyerang manusia. Jalannya infeksi pendek, adanya parasit dalam darah (parasitemia) sangat rendah dan bila ternyata diperlukan, pengobatan sangat efektif (Soejoedono 2004).

Kasus malaria pada orangutan selama penelitian berlangsung tiga bulan berturut-turut (Januari-Maret) di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng cenderung fluktuatif. Pada bulan Januari kasus malaria sebanyak 20 (6,67%), bulan Februari sebanyak 16 (5,33%) meningkat pada bulan Maret sebanyak 30 (10%) dari jumlah orangutan yang ada sebanyak 300 ekor (Tabel 6).

(14)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

P. falciparum P. vivax P. malariae P. mix

Penyebab malaria Ju m la h ka su s 2005 2006 2007

Gambar 14 Situasi malaria pada orangutan per spesies per tahun di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun 2005-2007

Tabel 6 Kasus malaria pada orangutan per spesies dan rata-rata kepadatan Anopheles

letifer di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Kelurahan Tumbang

Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari–Maret 2008

Jenis parasit Bulan P. vivax P. falciparum Jumlah Kasus Rata-Rata Kepadatan A. letifer (ekor/malam) Januari 3 17 20 11,39 Februari 0 16 16 9,83 Maret 5 25 30 0,42 Jumlah 8 58 66 21,64

Sumber data : klinik Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng

Dari hasil pemeriksaan darah terhadap dua ekor orangutan yang menunjukkan gejala klinis ternyata keduanya positif malaria (100%) dengan satu ekor infeksi malaria

type P. vivax (P. cynomolgi) dan satu ekor lainnya infeksi campuran antara

(15)

Gambar 15 Sediaan darah orangutan yang terdapat Plasmodium bentuk ring (tropozoit muda)

4.5 Kebiasaan Masyarakat

Penelitian terhadap kebiasaan masyarakat di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng adalah meliputi pengetahuan, sikap serta pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat yang erat hubungannya dengan risiko penularan malaria. Karakteristik tingkat pendidikan responden yaitu tidak tamat SD (10,99%), tamat SD (19,77%), tamat SLTP (24,18%), tamat SLTA (43,96%) dan D1 (1,10%). Berdasarkan jawaban kuesioner yang ada, seluruh (100%) responden mengetahui nama penyakit malaria. Informasi tentang nama penyakit diketahui responden dari petugas kesehatan dan media elektronik seperti televisi dan radio. Sebanyak 35,16% responden menyatakan tidak mengetahui tanda-tanda malaria, sisanya (64,84%) menyatakan tanda malaria berupa pusing, demam menggigil, mual dan pegal-pegal.

Penyebab malaria sebagian besar responden menyatakan karena nyamuk (79,12%) sisanya menyatakan tidak mengetahui (20,88%). Hanya 3,30% responden menyatakan malaria menular lewat udara, 16,48% tidak mengetahui dan 80,22% malaria ditularkan oleh nyamuk. Dari 91 responden di lokasi penelitian 100% tidak mengetahui nama nyamuk penular malaria dan ciri-cirinya. Penyuluhan tentang penyakit demam berdarah cenderung menonjol dibandingkan dengan penyuluhan malaria, sehingga nyamuk penular demam berdarah sebagian besar dicampur adukkan dengan nyamuk penular malaria. Terbatasnya pengetahuan seseorang berhubungan dengan pendidikan, makin tinggi pendidikan seseorang maka akan makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

(16)

cenderung untuk mendapat informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat, termasuk pengetahuan tentang malaria.

Upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk Anopheles sebagian besar dengan obat nyamuk bakar dan kelambu (79,12%), obat nyamuk semprot (9,89%), repellen (5,49%) dan lain-lain (5,49%). Dalam melakukan pencarian pengobatan pertama kali saat timbul gejala malaria sebanyak 54,95% responden menyatakan berobat sendiri dengan membeli obat ke warung, 31,87% pergi ke puskesmas dan 13,19% pergi ke mantri. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 1993 dalam Hadi 2001b) termasuk diantaranya perilaku dalam upaya-upaya pencegahan dan pengobatan malaria. Persepsi yang keliru tentang penyebab dan cara penularan malaria dapat mengarahkan pada perilaku masyarakat yang tidak benar terutama dalam upaya-upaya pencegahan dan pengobatan malaria. Karena tidak mengetahui bahwa malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk Anopheles atau karena konsep tentang penyebab dan cara penularan malaria masih dicampuradukkan dengan hal lain seperti di kecamatan Prembun dan Sadang kabupaten Kebumen serta kecamatan Kandang Serang kabupaten Pekalongan masyarakat menyatakan malaria disebakan karena makan sekul wedang,

nasi dang atau penyakit keturunan dan ditularkan melalui udara, maka dapat dimegerti

kalau kesadaran masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan penyakit dengan mengurangi kontak nyamuk masih kurang (Hadi 2001b). Adanya konsep yang salah tentang cara penularan malaria dilaporkan erat kaitannya dengan rendahnya upaya perlindungan dari gigitan nyamuk dan kecenderungan masyarakat untuk melindungi diri dari nyamuk hanya dengan membakar rumput dan dedaunan (Ahorlu et al. 1997 dalam Hadi 2001b).

Karakteristik pekerjaan dari 91 responden adalah pelajar 12,09%, petani 43,96%, pegawai 1,10%, satpam dan tehnisi Nyaru Menteng masing-masing 1,10%, wiraswasta 32,97% dan tidak bekerja 7,69%. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 69,23% dan wanita 30,77%. Sebanyak 84,62% responden mengaku sering keluar pada malam hari, hal ini sesuai dengan pengamatan yang ada di lokasi penelitian dan masyarakat yang keluar pada malam hari. Laki-laki yang keluar rumah pada malam hari umumnya tidak menutup seluruh tubuh terutama tangan dan kaki. Kebiasaan keluar

(17)

malam mempunyai risiko kontak terhadap gigitan nyamuk Anopheles jika tidak memakai pakaian yang tertutup. Selama tiga tahun berturut-turut kasus malaria pada pria umumnya lebih banyak (55,67%) daripada wanita (44,33%). Hal ini didukung dengan perilaku A. letifer yang cenderung bersifat antropofilik dan eksofagik (2,33 ekor/malam), serta puncak menggigit nyamuk A. letifer terjadi pada pukul 19.00 hingga 20.00. Selain itu pada jam 18.00 hingga 20.00 pintu rumah masyarakat umumnya dibiarkan terbuka, sehingga memungkinkan nyamuk masuk ke dalam rumah. Keadaan ini didukung dengan konstruksi rumah yang umumnya tidak rapat nyamuk.

Sikap responden yaitu 100% menyatakan sikap setuju terhadap pengendalian malaria. Namun sikap ini sangat berbanding terbalik jika melihat kebiasaan masyarakat yang keluar pada malam hari tanpa pakaian yang tertutup. Sikap seseorang terhadap sesuatu cenderung menerima atau menolak suatu objek hanya berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila objek dinilai “baik untuk saya” dia mempunyai sikap positif. Bila objek di nilai “jelek untuk saya” dia mempunyai sikap negatif.

4.6 Pembahasan Umum

Penelitian di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng memperoleh gambaran jumlah dan fluktuasi nyamuk Anopheles yang tertangkap pada setiap minggu penangkapan per bulan. Pada penelitian ini tertangkap 1.237 spesimen dan teridentifikasi dua spesies Anopheles yaitu A. letifer dan A. umbrosus. Hanya A. letifer yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di Kalimantan Tengah dan di antara kedua spesies tersebut A. letifer (96,43%) yang paling dominan, sebab A. umbrosus hanya tertangkap dalam jumlah yang sedikit yaitu dua ekor (3,57%). Secara umum nyamuk

A. letifer banyak tertangkap dengan umpan orang (64,81%) sehingga lebih cenderung

bersifat antropofilik.

Nyamuk A. letifer tertangkap di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng dengan curah hujan berkisar 1,0-97,9 mm, suhu udara 23°C–26°C dan kelembaban rata-rata berkisar 80–87%. Faktor lingkungan terutama suhu sangat berperan bagi perkembangan parasit malaria dalam tubuh nyamuk. Suhu efektif untuk perkembangan sporogoni P. falciparum dalam tubuh nyamuk Anopheles adalah 22-30oC, dan bila terjadi peningkatan suhu dapat menyebabkan kematian parasit

(18)

(Verdrager 1964 dalam Wernsdorfer & Wernsdorfer 1988). Pada penelitian ini belum dapat menggambarkan pengaruh iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban) karena perlu

longitudinal study. Gambaran hubungan antara kepadatan A. letifer dengan iklim dapat

diperoleh bilamana waktu penangkapan diperpanjang dan jumlah rumah yang diteliti serta kolektor diperbanyak.

Malaria terjadi karena adanya interaksi dari tiga faktor yaitu adanya agen penyebab penyakit dengan inangnya, vektor dan lingkungan yang mendukung agen untuk hidup pada inangnya. Adanya kasus malaria di Kelurahan Tumbang Tahai selama tiga tahun berturut-turut (2005-2007) menunjukkan keberadaan agen malaria di wilayah tersebut. Adanya penderita dan vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles, memungkinkan parasit dapat berpindah dari orang yang sakit ke orang sehat. Kasus malaria lebih banyak diderita oleh pria karena kebiasaan pria yang sering keluar malam tanpa menggunakan pakaian tertutup terutama tangan dan kaki. Selama penelitian berlangsung (Januari-Maret) diketahui adanya keterkaitan antara kepadatan nyamuk dengan kasus malaria. Puncak rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer pada bulan Januari (11,39 ekor/orang/malam), sedangkan kasus tertinggi pada bulan Februari (11 kasus).

Hasil pemeriksaan darah jari pada masyarakat sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng seluruhnya negatif, walaupun kasus malaria selama penelitian di puskesmas selalu ada. Pada dasarnya kasus malaria cenderung tidak stabil, karena adanya tiga faktor di atas yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan penyakit ini. Kegiatan MBS ini dilakukan secara spot (sewaktu), oleh karena ituada kemungkinan pada saat pengambilan darah tidak terdapat kasus atau transmisi malaria. Hal ini diperkuat oleh kepadatan nyamuk Anopheles pada saat penelitian berlangsung yang cenderung fluktuatif, sehingga kasus juga kemungkinan tidak stabil.

Kasus malaria yang terdapat pada orangutan selama tiga tahun berturut-turut (2005-2007) dapat beresiko besar bagi masyarakat sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Pada penelitian ini belum ditemukan adanya parasit orangutan yang menginfeksi manusia. Tetapi hasil pemeriksaan darah terhadap dua orangutan menunjukkan positif malaria. Hal ini berarti bahwa selain manusia terdapat hospes lain di Kelurahan Tumbang Tahai yang dapat menjadi sumber penular. Berdasarkan data kasus malaria pada masyarakat selama tiga tahun berturut-turut terdapat penderita dari golongan umur 0-11 bulan, atau golongan usia yang tidak (jarang) keluar rumah

(19)

sehingga penularan kemungkinan terjadi setempat. Di Serawak Malaysia sudah ditemukan malaria pada primata yang menginfeksi manusia, karena malaria bersifat tidak stabil maka gambaran kasus malaria dapat diperjelas apabila penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lama (longitudinal study).

Uraian di atas memberikan pemikiran bahwa upaya pengendalian harus dilakukan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan/Kelurahan Tumbang Tahai. Dimulai dengan memperkaya pengetahuan tentang malaria pada masyarakat dengan fokus kepada bioekologi nyamuk Anopheles sehingga dapat ditingkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup di lingkungan sehat yaitu lingkungan yang tidak terprovokasi oleh nyamuk. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat maka kepadatan populasi nyamuk dapat ditekan, sehingga kontak terhadap nyamuk berkurang. Pemasangan kawat kasa merupakan satu cara yang dapat dilakukan dengan. Sementara itu, kebiasaan keluar malam bagi pria dapat dikurangi atau jika tidak dapat dihindari, mereka harus menggunakan pakaian yang menutupi tangan dan kaki, atau dengan penggunaan repellen.

Program pengendalian jangka panjang harus secepatnya dilakukan mengingat di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng terdapat tempat perindukan yang potensial bagi nyamuk yaitu adanya lahan-lahan bekas galian pasir, yang merupakan usaha perorangan dengan izin dari pemerintah kota Palangka Raya. Oleh karena itu, kerjasama lintas sektoral perlu dilakukan. Modifikasi lingkungan terhadap lokasi penambangan pasir perlu dilakukan untuk mencegah perkembangan stadium terlemah dari siklus hidup nyamuk. Penyemprotan rumah dengan insektisida terhadap nyamuk

Anopheles dewasa dapat dilakukan. Mengingat dampak negatif insektisida terhadap

lingkungan, maka seyogyanya penyemprotan memperhatikan waktu kepadatan tertinggi daripada nyamuk vektor malaria. Untuk itu kegiatan pemantauan terhadap nyamuk

Anopheles perlu dilakukan melalui survei entomologi secara longitudinal oleh petugas

Gambar

Tabel 1 Rata-rata nyamuk  Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang di  Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan  Januari- Maret  2008
Tabel 2 menunjukkan rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer dengan  penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi per  minggu   penangkapan
Gambar 8 Rata-rata nyamuk  Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang per  jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu  Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008
Gambar 11 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer dan suhu serta kelembaban di Kelurahan  Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu  Palangka Raya  bulan Januari–
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kung mahihirapang markahan ang lahat ng salita, gamitin ang tuldik upang maipatiyak ang wastong bigkas lalo na sa mga salitang magkakatulad ng baybay ngunit

Dari hasil penelitian tingkat kesulitan yang ada secara keseluruhan pada evaluasi input, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesulitan penerapan

c) Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

sebaya yang baru untuk dijadikan teman dekat semenjak berpengaruh pada well-being. mereka mengikuti home-schooling. Namun demikian Perdebatan yang pertama adalah terkait

Melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat Islam sekarang yang sebagaian masih melakukan ritual tersebut, tidak sejalan dengan syariat agama Islam, terutama yang

Dari berberapa nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Yusuf ayat 20-29, bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 sangat relevan untuk

Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang

Learning (Virtual-Class), Diskusi Kelompok, Tugas 2 4 Mahasiswa mengimplementa sikan Dependent dan Independent Clase Clausa - Dependent Clause - Independent clause -