• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: NENENG ROHIMAH NPM Jurusan: Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: NENENG ROHIMAH NPM Jurusan: Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

NEGARA BATIN II KECAMATAN SUNGKAI UTARA

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh:

NENENG ROHIMAH

NPM.14114961

Jurusan: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1440 H/ 2019 M

(2)

ii

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NENENG ROHIMAH NPM. 14114961

Pembimbing I : Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd, Kons. Pembimbing II : Yuyun Yunarti, M.Si.

Jurusan: Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1440 H/ 2019 M

(3)
(4)
(5)
(6)

vi OLEH

NENENG ROHIMAH

Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan non formal yang berfungsi sebagai lembaga dakwah dan pendidikan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik dari segi usia, sosial, etnis dan pendidikan. Keterlibatan jamaah dalam kegiatan majelis taklim memang dirasa masih amat rendah bila dibandingkan dengan jumlah penduduk muslim sekitar.

Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah, 1) Bagaimana upaya Takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara? 2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam upaya Takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Islam di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara?. Tujuan dari penelitian ini adalah a) Untuk mengetahui apa saja upaya yang telah dilakukan Takmir masjid Sunana Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara. b) faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat bagi Takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif lapangan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dukumentasi dan observasi, teknik penjamin keabsahan menggunakan triangulasi.

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya takmir masjid dalam meningkatkan kegiatan majelis taklim di desa adalah dengan memberikan contoh secara langsung untuk ikut serta dalam setiap kegiatan yang diadakan, memberikan arahan, memberikan nasihat baik secara individu maupus secara umum. Dalam hal ini takmir masjid sebagai pengurus yang mengatur setiap kegiatan yang di adakan dan meningkatkan kegiatan majelis taklim yang sudah ada untuk menjadi lebih baik merupakan tugas dan tanggung jawab bagi seorang pengurus.

(7)

vii Nama : Neneng Rohimah NPM :14114961

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu dari sumbernya dan di sebutkan daftar pustaka.

Metro, 12 Juli 2019 Yang menyatakan

Neneng Rohimah

(8)

viii            Artinya:

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Surah At-Taubah: 18)

(9)

ix persembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta Bapak (H. Muslih) dan Ibu (Sri Muntamah) yang telah mengasuh, membimbing, mendidik, dan membesarkan dengan penuh rasa sabar, tabah, dan semangat, serta senantiasa mendo’akan demi keberhasilan Penulis dalam melaksanakan studi.

2. Kakak dan adik tercinta ( M Taufik A, Lina Marliani, M Syahrial I, Puji Nur R, Saipul Azhari, Imam Budiono, Firman Syururi, Albana Abdi P) serta keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan motivasi pantang menyerah demi keberhasilan Penulis.

3. Sahabat-sahabat seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini dari awal hingga ketahap akhir.

4. Ibu Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd, Kons. dan Ibu Yuyun Yunarti, M.Si yang senantiasa membimbing demi terselesaikannya tugas skripsi ini.

(10)

x

Alhamdulillahirabil’alamin puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan taufik dan inayah-Nya sehingga Penulis telah berhasil menyelesaikan penyusunan proposal sesuai waktu yang direncanakan, Proposal ini berjudul: “Upaya Takmir Masjid Sunan Kalijaga Dalam Meningkatkan Kegiatan Majelis Taklim di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara.”

Proposal ini Penulis susun untuk diajukan sebagai penulisan Skripsi, guna melengkapi salah satu syarat untuk gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.).

Dalam upaya penyelesaian Skripsi ini, Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yaitu:

1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag. selaku Rektor IAIN Metro. 2. Dra. Hj. Akla, M.Pd selaku Dekan IAIN Metro.

3. Muhammad Ali, M. Pd.I, selaku Ketua Jurusan PAI.

4. Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd., Kons. dan Yuyun Yunarti, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberi motivasi.

5. Desa Negara Batin II sebagai tempat Penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan saran prasaran selama Penulis menempuh pendidikan.

(11)

xi

Agama Islam. Untuk itu Penulis ucapkan banyak terimakasih dan syukur Alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan Skripsi ini.

Metro, 12 Juli 2019 Penulis:

Neneng Rohimah

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

NOTA DINAS ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ORISINALITAS PENELITIAN ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Penelitian Relevan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Majelis Taklim ... 11

1. Pengertian Kegiatan Majelis Taklim ... 11

2. Penyelenggaraan Majelis Taklim ... 13

3. Macam-macam Majelis Taklim ... 15

4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Majelis Taklim ... 18

(13)

xiii

B. Upaya Takmir Masjid ... 23

1. Pengertian Upaya Takmir Masjid ... 23

2. Fungsi Takmir Masjid ... 25

3. Tugas dan Tanggung Jawab Takmir Masjid ... 27

C. Upaya Takmir Masjid dalam Meningkatkan kegiatan Majelis Taklim ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 34

B. Sumber Data ... 35

1. Sumber Data Primer ... 35

2. Sumber Data Sekunder ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Wawancara ... 37

2. Observasi ... 38

3. Dokumentasi ... 38

D. Teknik Penjamin Keabsahaan Data ... 39

E. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum... 43

1. Sejarah Singkat Desa Negara Batin II ... 43

2. Nama-nama kepala desa/kelurahan yang pernah menjabat di Desa Negara Batin II ... 44

3. Luas dan Keadaan Wilayah Negara Batin II ... 44

4. Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 45

5. Gambaran Umum Rumah Ibadah desa Negara Batin II ... 46

6. Sarana Prasarana Masjid Sunan Kalijaga desa Negara Batin II 47 7. Struktur Pengurus Masjid Sunan Kalijaga Desa Negara Batin II 48 8. Jadwal Kegiatan Majelis Taklim di Desa Negara Batin II ... 49

(14)

xiv

B. Temuan Khusus ... 50 1. Upaya yang dilakukan oleh Takmir Masjid Sunan Kalijaga

dalam Meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di Desa

Negara Batin II ... 50 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi uapaya Takmir Masjid

Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis

Taklim Desa Negara Batin II ... 53 C. Pembahasan ... 57 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(15)

xv

DAFTAR TABEL

4.1. Tabel Nama-nama kepala desa Negara Batin II ... 44

4.2. Tabel Luas Wilayah desa Negara Batin II ... 44

4.3. Tabel Jumlah Penduduk desa Negara Batin II ... 45

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

4.1. Peta desa Negara Batin II ... 46 4.2. Struktur Pengurus Masjid Sunan Kalijaga ... 48

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2 Surat izin Pra-Survey Lampiran 3 Surat Izin Research Lampiran 4 Surat Balasan Research Lampiran 5 Surat Tugas

Lampiran 6 Surat Keterangan Bebas Jurusan Lampiran 7 Surat Keterangan Bebas Pustaka Lampiran 8 Outline

Lampiran 9 Alat Pengumpulan Data Lampiran 10 Koding Wawancara Lampiran 11 Hasil Wawancara

Lampiran 12 Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Majelis taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang berfungsi sebagai lembaga dakwah dan pendidikan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik dari segi usia, sosial, etnis dan pendidikan. Majelis taklim dapat dijadikan sarana silaturahmi dan dakwah, serta mempercepat ukhuwah Islamiyah.

Majelis taklim sebagai salah satu lembaga dakwah yang memiliki peran dan strategi dalam memperkuat pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Pertumbuhan Majelis Taklim di kalangan masyarakat menunjukkan kebutuhan dan motivasi masyarakat untuk memperdalam pengetahuan agama. Majelis Taklim dapat dijadikan sarana dakwah Islam, dengan mengadakan kajian Islam, diskusi, dan bimbingan keagamaan yang dilakukan secara berkala.

Usaha seseorang yang dalam mencapai suatu tujuan dengan pemikiran, ikhtiar dan tenaga untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai. Hal-hal yang dilakukan untuk tujuan mengaktifkan pengajian majelis taklim dalam rangka meningkatkan pengetahuan Agama Islam jamaah majelis taklim masjid adalah:

1. Mengadakan kegiatan pengajian yang telah diprogramkan majelis taklim.

(19)

2. Anggota majelis taklim diharapkan mengikuti setiap kegiatan pengajian dengan baik, datang dan kembali sesuai dengan yang ditentukan.

3. Para ibu-ibu jamaan majelis taklim diharapkan dapat mempraktikkan ilmu yang didapatnya dari setiap pengajian dengan cara memberikan suatu pemahaman dan pengertian serta contoh yang baik sehingga pengetahuan Agama Islam akan bertambah. Keterlibatan jamaah dalam kegiatan masjid memang dirasakan masih amat rendah bila dibandingkan dengan jumlah penduduk muslim di sekitar masjid. Hal ini dirasakan oleh banyak pengurus masjid. Jika jamaahnya datang dalam jumlah yang banyak, biasanya hanya pada kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental seperti peringatan Maulid, Isra’ Mi’raj dan kegiatan-kegiatan ibadah tertentu dan itupun dengan kehadiran yang tidak maksimal. Sementara kegiatan yang bersifat rutin diikuti oleh jamaah dalam jumlah yang sedikit.

Dari hal-hal tersebut sebaiknya setiap pengurus dan anggota jamaah majelis taklim tersebut bisa menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dengan baik sesuai ketentuan yang sudah dibuat bersama agar tetap terjalin dengan baik. Namun hal ini belum berjalan dengan baik sesuai yang dinginkan, karena jamaahnya yang belum sepenuhnya menyadari karena masih sibuk dengan kegiatan masing-masing dan belum memahami akan pentingnya mengikuti kegiatan majelis taklim sebagai pengajaran dan pengetahuan bagi yang mengikutinya.

(20)

Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya. Istilah Takmir masjid sebenarnya tidak di kenal dalam ilmu fiqih. Secara bahasa takmir berarti meramaikan. Takmir masjid berarti meramaikan masjid.1

Istilah Takmir masjid yang popular di Indonesia ini bisa jadi merujuk pada ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

















































Artinya:

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Surah At-Taubah: 18)2

Pengurus Takmir masjid merupakan penggerak organisasi dalam beraktivitas mencapai tujuan. Gerak langkah Takmir masjid yang terarah, tersruktur serta memiliki metode dalam setiap tindakannya sangat diharapkan sekali agar menghasilkan kinerja jang harmonis dan bermutu. Untuk itu perlu di susun suatu pedoman kepengurusan yang memberi petunjuk secara umum dalam mengelola aktivitas pengurus. Keberadaan Takmir masjid ini akan

1 http://www.repository.ump.ac.id67063HARTOKO%20BAB%20II.pdf diunduh pada 2

Oktober 2018

(21)

sangat menentukan di dalam membawa jamaahnya kepada kehidupan yang lebih baik. Berfungsinya masjid sebagai tempat ibadah dan pusat pembinaan ummat sangat ditentukan oleh kreatifitas dan keihlasan takmir masjid dalam memenuhi amanahnya.

Ajaran Islam merupakan sistem cara hidup yang memastikan kita untuk dapat mengaplikasikannya didalam setiap aspek kehidupan. Ia merupakan agama terakhir dan penyempurna dari ajaran-ajaran wahyu terdahulu.3 Sedangkan menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Posisi nabi dalam agama Islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk menyebarkan agama Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, Nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh praktiknya. Namun keterlibatan ini masih dalam batas-batas yang dibolehkan Tuhan.4

Adanya majelis taklim ini diharapkan masyarakat desa Negara Batin II dapat mengikutinya dengan baik. Salah satunya dengan aktif dan giat serta bersungguh-sungguh dalam mengunjungi atau menghadiri kegiatan pengajian majelis taklim tersebut. Karena di majelis taklim inilah masyarakat akan memperoleh suatu materi yang nantinya akan dapat menambah pengetahuan Agama Islam. Adapun materi yang di sampaikan dalam majelis taklim adalah

3 Hamdani Bakran ADZ, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: DARISTY, 2005), h. 1-2 4 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 65

(22)

mencakup masalah keimanan, keislaman, akhlak dan pendidikan kemasyarakatan yang dijiwai oleh ajaran Islam.

Dari hasil observasi pada tanggal 07 Desember 2018 Desa Negara Batin II ini memiliki satu masjid dan lima mushola/surau. Masjid Sunan Kalijaga ini adalah satu-satunya masjid di Desa Negara Batin II yang digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan seperti shalat Jum’at berjama’ah, kegiatan ibu-ibu jama’ah majelis taklim Sunan Kalijaga yang dilaksanakan seminggu sekali pada hari Kamis yang sudah berjalan sejak tahun 2015, dan kegiatan ibu-ibu jama’ah pengajian dan pembacaan Alberjanji yang dilaksanakan seminggu sekali pada hari Rabu dan sudah berjalan sejak tahun 2016 hingga saat ini. Kegiatan majelis taklim ini didirikan dari hasil musyawarah bersama masyarakat dan takmir masjid Sunan Kalijaga yaitu Bpk Didik Karmadi.5

Dalam hal ini, sebagai pengurus masjid perlu melakukan upaya mengaktifkan jamaahnya dalam berbagai kegiatan. Salah satu pendekatan penting yang dilakukan adalah pendekatan secara individu. Maksudnya, pengurus takmir masjid bersilaturrahmi dengan jamaah, berbicara tentang kegiatan-kegiatan majelis taklim yang diadakan tersebut, meminta mereka memberikan evaluasi dan saran-saran bagi pengembangan jamaah agar menjadi lebih baik lagi. Dengan demikian diharapkan hubungan pengurus takmir masjid dengan jamaah dapat menyampaikan inspirasinya secara

5

Wawancara dengan Tokoh Masyarakat di Desa Negara Batin II, pada tanggal 07 Desembaer 2018

(23)

terbuka dan leluasa, dan pada akhirnya diharapkan para jamaah dapat menumbuhkan rasa saling memiliki dan dapat menjalankannya dengan baik.

Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di dalam masjid maupun diluar masjid, nantinya dapat menimbulkan rasa ketertarikan yang aktif didalamnya.6 Keaktifan itu ada dua macam, yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani atau keaktifan jiwa dan keaktifan raga. Dalam kenyataan kedua hal itu bekerjanya tidak dapat dipisahkan. Misalnya orang yang sedang berfikir, memikir adalah keaktifan jiwa tetapi itu tidak berarti bahwa dalam proses memikir itu raganya pasif sama sekali. Paling sedikitnya bagian raga yang dipergunakan selalu untuk memikir yaitu otak tentu juga ikut dalam bekerja.

Dalam penelitian ini Penulis memilih Desa Negara Batin II sebagai tempat penelitian karena desa ini memiliki satu masjid utama dan lima mushola/surau. Masjid Sunan Kalijaga ini memiliki beberapa kegiatan keagamaan seperti kegiatan ibu-ibu majelis taklim yang dilakukan di dalam masjid maupun di luar masjid, dan dalam hal ini Penulis ingin mengetahui upaya apa yang dilakukan takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan-kegiatan majelis taklim yang sudah ada tersebut menjadi kegiatan yang lebih baik dan lebih maju untuk membangun akhlak dan moral yang baik dalam masyarakat maupun kehidupan sehari-hari.

(24)

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, Penulis ingin mengetahui upaya yang akan dilakukan Takmir Masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim yang sekarang ini sudah berjalan. Maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya Takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam upaya Takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Islam di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Apa saja upaya yang telah dilakukan Takmir masjid Sunana Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara.

b. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat bagi Takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara.

(25)

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk memperkaya khasanah keilmuan terutama pengetahuan tentang bagaimana upaya takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim yang ada di masyarakat selama ini.

b. Bagi Penulis diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan memperluas wawasan berdasarkan pengalaman dari yang ditemui di lapangan.

c. Bagi masyarakat dapat saling memahami dan mempererat silaturahmi terhadap sesama warga Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara.

Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran mengenai upaya takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di masyarakat.

D. Penelitian Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini, telah di lakukan penulisan beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang telah lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu mencari tau tentang upaya takmir (pengurus) masjid dalam meningkatkan kegiatan Islam. Penelitian ini pernah dilakukan oleh beberapa karya ilmiah, diantaranya adalah :

1. Diana Pratiwi (2017). Dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Pengurus Masjid Al-Whustho dalam Pembangunan Bidang Agama di Desa Sukaraja Kecamatan Way Tenong Lampung Barat”

(26)

menyimpulkan bahwa upaya pengurus masjid dalam meningkatkan pembangunan bidang agama sangatlah penting dilakukan oleh pengurus masjid yang memiliki tugas rangka, dari segi budaya, dalam memahami arti dan fungsi masjid yang sebenarnya masyarakat desa masih memiliki pandangan bahwa masjid hanya sebagai tempat melakukan shalat Jum’at dan shalat hari raya saja. Penelitian ini berhasil dilaksanakan oleh Diana Pratiwi, maka peneliti pun tertarik meneliti penelitian ini.

2. Herri Nugroho (2011). Dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Takmir Masjid Jami dalam Memaksimalkan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam di Lingkungan Masyarakat Karangkajeng Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan upaya yang dilakukan oleh takmir masjid Jami di dalam memaksimalkan Masjid sebagai pusat pendidikan Islam secara tidak langsung mampu mempengaruhi respon masyarakat terhadap kegiatan di Masjid serta mampu mendekatkan masyarakat ke masjid Jami. Pengaruh yang muncul dalam masyarakat sekitar Masjid bersifat pelan namun pasti, tetapi masih banyak hal-hal yang harus diperhatikan.

Dari beberapa penelitian di atas, penulis tertarik meneliti penelitian ini karena memiliki persamaan dan perbedaan yang tidak jauh berbeda dari penelitian ini. Adapun perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah Upaya Takmir Masjid Sunan Kalijaga dalam Meningkatkan Kegiatan Majelis Taklim yang peneliti fokuskan pada takmir masjid/pengurus masjid Sunan Kalijaga,

(27)

masyarakat dan aparat Desa Negara Batin II untuk mendapatkan informasi terkait tentang kegiatan majelis taklim yang sudah ada untuk menjadi lebih baik seperti pada kegiatan majelis taklim ibu jamaah Al-berjanji dan ibu-ibu jamaah majelis taklim Sunan Kalijaga.

(28)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kegiatan Majelis Taklim

1. Pengertian Kegiatan Majelis Taklim

Kalau di lihat dari aspek sosiologi, kegiatan dapat diartikan dengan dorongan atau prilaku dan tujuan terorganisasikan atau hal-hal yang dilakukan oleh manusia.1 Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah atau di masjid, nantinya dapat menimbulkan rasa ketertarikan yang aktif didalamnya.2

Secara konsep majelis taklim juga berasal dari bahasa Arab jalasa, yajlisu, ijlis, majelisun, (isim makan) yang artinya tempat duduk atau suatu tempat duduk bersama dalam mengadu pendapat atau saling bertukar pikiran. Sedangkan taklim ialah ‘allama, yuallimu, I’lam, ta’liman (isim masdar) yang artinya belajar atau pembelajaran.3

Dalam Ensiklopedia Islam dijelaskan, bahwa kata majelis berasal dari bahasa Arab majelis, yang berarti tempat duduk atau sesi. Semula kata ini memiliki berbagai arti, antara lain pertemuan kalangan bangsawan di dalam tenda badui, pendengar dalam pengajaran seorang syaikh, pertemuan, dan badan penetap keputusan parlemen. Sedangkan kata taklim, juga berasal dari bahasa Arab ‘allama-yu’allimu-ta’lim, artinya kegiatan mengajar. Demikian

1

Sarjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali Perss, 2000), h. 9.

2

Zakiah Drajat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 240-241

3

Rosehan Anwar, dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Umat, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2002), h. 73

(29)

pula menurut Madjid, majelis taklim berasal dari bahasaa Arab, yaitu majelis (tempat duduk) dan ta’lim (pengajaran atau pengajian). Dengan demikian majelis taklim dapat diartikan sebagai tempat pertemuan atau tempat berkumpulnya orang-orang untuk mendengarkan pengajaran materi agama atau ilmu lainnya dari seorang pengajar, ustadz, atau syaikh yang menguasai ilmu tertentu.

Secara terminology pengertian majelis taklim adalah kumpulan orang banyak yang mengajarkan agama Islam. Majelis taklim juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat non-formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya, serta membrantas kebodohan umat Islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera dan diridhoi oleh Allah Swt.4

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat dijelaskan bahwa kegiatan majelis taklim adalah tempat penyampaian pelajaran agama Islam yang bersifat umum dan universal yang erat kaitannya dengan ibu-ibu sebagai anggota dari majelis taklim. Majelis taklim juga merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dakwah untuk menegakkan yang makruf dan meninggalkan yang mungkar, atau suatu kegiatan perjuangan untuk membangun kehidupan yang berdasarkan pada peraturan Allah Swt.

Islam merupakan syariat Allah bagi manusia yang dengan bekal syariat itu manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan

4

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 201

(30)

amanat besar itu, syariat itu membutuhkan pengamalan, pengembangan, dan pembinaan. Pengembangan dan pembinaan itulah yang di maksud dengan pendidikan Islam.5

Hal itu dapat dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan secara rutin dan serius akan mampu memunculkan motivasi belajar agama yang tinggi bagi seseorang baik di suaatu lembaga maupun di lingkungan masyarakat. Kegiatan-kegiatan keislaman yang di maksud sudah tidak asing lagi bagi seseorang, karena sedari awal memang telah ditanamkan nilai-nilai keagamaan tersebut kepada merekat.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka majelis taklim (pengajian) merupakan kelompok atau jama’ah yang berupaya untuk belajar tentang agama. Sebab pengajian merupakan kelompok dari masyarakat yang berarti milik masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu hakekat dari kegiatan atau aktivitas pengajian itu sendiri adalah pembangunan nilai-nilai agama. Kelompok belajar untuk mendalami ajaran agama Islam secara bersama. Kelompok ini biasanya menyelenggarakan kegiatan belajar rutin di bawah bimbingan orang yang dipandang lebih mengetahui tentang ajaran agama. Pembimbingnya disapa dengan gelar ustadz (ustadzah untuk perempuan), kyai, tuan guru, atau sapaan penghormatah lainnya.

2. Penyelenggaraan Majelis Taklim

Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan diniyah non-formal yang keberadaannya diakui dan diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan

5

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 25

(31)

Perundang-Undangan, di antaranya yaitu: Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 ayat 4 yang menyatakan “Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.”6

Berdasarkan penjelasan di atas, keberadaan majelis taklim diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan di Indonesia dalam kategori satuan pendidikan non formal. Pengakuan tersebut menjadi dasar bagi pelaksanaan dan pengembangan majelis taklim dalam upaya mengembangkan program, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan Islam.

Kegiatan majelis taklim berpusat pada kegiatan mengaji secara bersama-sama. Bentuk pengajian semacam ini telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw, yang menyampaikan ajaran Islam secara langsung kepada para sahabatnya. Hal yang sama juga dilakukan ketika para Walisanga berdakwah di Jawa, maupun ulama lain di luar Jawa. Saat ini, nama kelompok pengajian yang menggunakan istilah majelis taklim lebih umum dipakai masyarakat Betawi di Jakarta. Sementara, pada masyarakat lain, model pengajian semacam ini biasanya disebut pengajian saja.

Kini majelis taklim tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar mengaji, melainkan telah berkembang sebagai lembaga pendidikan Islam non-formal, yang memiliki kurikulum tersendiri. Majelis taklim bertujuan untuk membina dan membangun hubungan serasi antara manusia dan Allah Swt,

6

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 ayat 4

(32)

manusia dan sesama, serta manusia dan lingkungannya. Kegiatan majelis taklim tersebut diselenggarakan secara teratur dan berkala.

3. Macam-macam Majelis Taklim

Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan non-formal memiliki peranaan yang sangat penting bagi kehidupan para anggota majelis taklim dan masyarakat. Peranan majelis taklim antara lain:

a. Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan umat.7 Majelis taklim sebagai salah satu pendidikan agama yang diselenggarakan oleh masyarakat tidak terlepas dari peranan ini, karena memang majelis taklim mempunyai peranan sebagai lembaga pendidikan umat. Oleh karena itu, majelis taklim sebagai lembaga lembaga pendidikan non-formal yan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan cara-cara tertentu harus mampu menanamkan pada jiwa umat Islam akidah keimanan dan takwa.

b. Majelis taklim sebagai lembaga peningkatan ekonomi umat.8 Dengan adanya majelis taklim yang tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan umat, majelis taklim juga berperan sebagai lembaga pendidikan ekonomi umat. Agama Islam sebagai agama yang paling sempurna telah banyak menjelaskan dan menunjukan kepada kaum muslimin beberapa cara dan jalan agar mereka dapat mencapai serta memperoleh kehidupan yang layak, sejahtera dan bahagia lahir batin

7

Soepul Anwar, “Aktualisasi Peran Majelis Taklim dalam Meningkatkan Kualitas Umat”, dalam Jurnal Pendidikan Islam-Ta’lim, Vol. 10 No.1-2012, h. 46

8

(33)

bahkan dunia akhirat, yaitu dengan cara mencari ilmu yang tidak dibatasi oleh umur.

c. Majelis taklim sebagai lembaga kesehatan mental umat.9 Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan umat yang berfungsi sebagai media dakwah banyak memberikan dampak positif pada para jama’ahnya, sehingga mampu memberikan banyak manfaat terutama dalam hal kesehatan mental.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa peranan majelis taklim dapat mendorong masyarakat meningkatkan kualitas hidupnya baik dalam segi dunia maupun akhirat.

Majelis taklim yang berkembang luas di dalam masyarakat sangat bermacam-macam sesuai dengan keadaan dan kondisi lingkungan yang ada di dalam masyarakat tersebut, macam-macam majelis taklim yang berkembang di masyarakat dapat dikelompok-kelompokan, ada beberapa macam jenis majelis taklim di antaranya adalah sebagai berikut :

Majelis taklim dilihat dari jamaahnya, yaitu:

1) Majelis taklim kaum ibu/muslimah/perempuan. 2) Majelis taklim kaum bapak/muslimin/laki-laki. 3) Majelis taklim kaum remaja.

4) Majelis taklim kaum anak-anak.

5) Majelis taklim campuran laki-laki dan perempuan/kaum bapak dan ibu.

Dilihat dari organisasinya, majelis taklim ada beberapa macam, yaitu: 1) Majelis taklim biasa, dibentuk oleh masyarakat setempat tanpa

memiliki legalitas formal kecuali hanya memberi tahu kepada lembaga pemerintahan setempat.

2) Majelis taklim berbentuk yayasan, biasanya telah terdaftar dan memiliki akte notaris.

9

(34)

3) Majelis taklim berbentuk ormas. 4) Majelis taklim dibawah ormas. 5) Majelis taklim di bawah orsospol.

Dilihat dari tempatnya, majelis taklim terdiri dari: a) Majelis taklim masjid atau mushola

b) Majelis taklim perkantoran. c) Majelis taklim perhotelan.

d) Majelis taklim pabrik atau industry. e) Majelis taklim perumahan.10

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa jika di lihat dari jama’ahnya maka majelis taklim yang menjadi objek penelitian di Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara termasuk majelis taklim kaum ibu/muslimah/perempuan. Sedangkan jika di lihat dari organisasinya maka majelis taklim yang menjadi fokus penelitian ini yaitu termasuk majelis taklim biasa yang dibentuk oleh masyarakat setempat tanpa memiliki legalitas formal. Kecuali hanya memberi tahu kepada lembaga pemerintah setempat. Jika di lihat dari tempaatnya maka majelis taklim ini termasuk majelis taklim perumahan yang setiap minggunya berpindah tempat dari rumah satu kerumah yang lainnya.

Majelis taklim telah berkembang luas di masyarakat Muslim di Indonesia. Mengingat banyaknya majelis taklim di Jakarta, pada tahun 1980 di bentuk wadah koordinasi yang dinamai Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Badan ini di bentuk sebagai hasil musyawarah Majelis Taklim se-DKI Jakarta yang diselenggarakan Koordinasi Dakwah Islam (Kodi) se-DKI Jakarta. Badan ini di bentuk sebagai wadah untuk mengkaji berbagai

10

Azizah Az-Zahra, Majelis Ta’lim Seputar Pengertian, Kedudukan, Fungsi dan Tujuan. dalam http://bintuahmad.worpress.com diunduh pada 12 Desember 2018

(35)

permasalahan yang muncul pada majelis taklim guna meningkatkan mutu kegiatannya sebagai sarana pengabdian kepada Allah Swt. Pada mulanya, BKMT ditunjukan untuk seluruh majelis taklim, tetapi lama kelamaan cenderung diikuti hanya oleh majelis kaum ibu.

Kegiatan majelis taklim kini kian beragam. Di samping pengajian, mereka juga melakukan kegiatan sosial, misalnya peringatan hari besar Islam (PHBI), pesantren kilat, dan kegiatan kajian Islam lainnya. Meskipun lebih banyak diikuti kaum perempuan, majelis taklim sebenarnya juga bisa diikuti kaum laki-laki. Karena itu, pengelompokan majelis taklim berdasarkan jenis kelamin terbagai atas (1) majelis taklim kaum bapak, (2) kaum ibu, (3) remaja, (4) campuran (laki-laki dan perempuan serta tua dan muda).

Majelis taklim tidak harus di bentuk oleh lembaga formal tertentu, melainkan bisa dibentuk di lingkungan masing-masing. Misalnya, di tingkat rukun tetangga (RT) maupun di dalam organisasi tertentu seperti di kantor-kantor, rumah sakit-rumah sakit, bank-bank pemerintaah dan swasta, BUMN-BUMN, serta organisasi profesi tertentu. Kegiatan majelis taklim tersebut, selain di lingkungan RT, umumnya dipusatkan dan dikoordinasikan dari majlis-majelis yang ada di lingkungan tersebut.

4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Majelis Taklim

Masyarakat melihat bahwa keberadaan majelis taklim merupakan salah satu alternative bagi pembinaan mental keagamaan, sesuatu yang selama ini kurang dapat diberikan oleh lembaga pendidikan formal melalui kurikulum yang bersifat intrakurikuler.

(36)

Dengan demikian, karakteristik agama Islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saaling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsut kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.11

Terdapat delapan hal yang perlu dipertimbangkan agar pembelajaran agama melalui program majelis taklim benar-benar dapat diterima dan diikuti masyarakat:

a. Dalam merencanakan program majelis taklim perlu disadari benar makna dan fungsi keberadaannya, yaitu sebagai sarana yang memberikan pembinaan dan penanaman sikap keagamaan dapat tercemin dalam tutur kata dan perbuatan sehari-hari sehingga timbul sikap Muslim yang berakhlak mulia.

b. Perlu dipertimbangkan untuk siapa program majelis taklim diadakan, apakah untuk masyarakat di lingkungan perkotaan atau pedesaan. Hal ini penting karena cara berpikir masyarakat yang berbeda latar belakang sosialnya tidak selalu sama sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda pula.

c. Perlu dipertimbangkan sasaran atau kelompok yang akan menerima materi pembinaan, yaitu apakah mereka termasuk kelompok masyarakat yang baru belajar Islam atau awam, kelompok yang telah berpikiran maju, ataukah kalangan akademik. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar materi yang disajikan benar-benar tepat sasaran.

(37)

d. Materi yang disajikan hendaknya komprehensif (luas), holistic (menyeluruh), dan actual serta berkaitan dengan problema yang dihadapi masyarakat.

e. Materi yang diberikan perlu dipahami dalam perspektif sebagai norma dan amalan, atau dalam konteks normatif dan historisnya.

f. Perlu mengaitkan pemahaman Islam dengan disiplin ilmu pengetahuan modern, terutama ilmu-ilmu sosial. Hal ini penting mengingat Islam pada mulanya turun bukan dalam ruang hampa, melainkan bersentuhan dan bersinggungan dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan lainnya.

g. Perlu menyertakan dukungan teknologi seperti televisi, radio, komputer, dan faksimile yang dapat membantu mempermudah mencapai tujuan pembelajaran dengan cepat dan efektif.

h. Perlu memperhatikan faktor kepribadian peserta dan pembimbing. Khusus untuk pembimbing, hendaknya selain menguasai ilmu agama dan ilmu-ilmu bantu lainnya, juga tangguh keimanan dan ketakwaannya. Misalnya, ajaran Islam bukan untuk konsumsi akal pikiran semata, melainkan juga konsumsi rasa dan perbuatan.12

Sebagai pengurus maupun anggota majelis taklim hendaknya dapat mengelola dan mempertimbangkan hal-hal yang perlu dijalankan agar

12 Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), h.

(38)

dapat terbentuklah suatu kegiatan yang membangun pengetahuan dan ilmu-ilmu sosial yang baik terhadap sesama. Terbentuknya suatu kegiatan majelis taklim dengan penuh pertimbangan yang matang mengenai materi-materi yang akan diberikan dan pemahaman Islam dengan baik maka akan sangat mudah dipahami dan di terima oleh jamaahnya.

5. Tujuan dan Fungsi Majelis Taklim

Majelis taklim sebagai salah satu tempat pendidikan Islam memiliki tujuan-tujuan dan mempunyai fungsi. Tentang tujuan dan fungsi majelis taklim, tidak lepas dari kedudukannya sebagai alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama.

Secara garis besar majelis taklim bertujuan menyampaikan dakwah Islam yang merupakan aktualisasi nilai-nilai Islam yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kemasyarakaatan, yang dilaksanakan secara teratur dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara-cara tertentu, sehingga terwujud tujuan Islam, yaitu Rahmatan Lil Alamin dapat tercapai.13

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan majelis taklim adalah untuk menciptakan masyarakat, atau umat Islam yang dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, dan diharapkan nantinya menjadi insan kamil. Oleh karena itu majelis taklim mengajak untuk berbuat kebajikan, melarang atau

13

Rosehan Anwar, dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Umat, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2002), h. 91

(39)

mencegah dan menghilangkan yang mungkar dari segala aspek kehidupan manusia dan masyarakat.

Majelis taklim mempunyai kedudukan dan ketentuan tersendiri dalam mengatur pelaksanaan pendidikan atau dakwah Islamiyah. Tentang fungsi majelis taklim tidak lepas dari kedudukan majelis taklim sebagai alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama. Fungsi majelis taklim diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Sarana untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan secara efisien dan efektif kepada pesertanya.

b) Sarana untuk melakukan tukar menukar pendapat dan pengalaman pesertanya, sarana membina silaturahmi yang akrab dalam koridor ukhwah Islamiyah.14

Fungsi majelis taklim menurut pendapat lain diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah Swt.

b) Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.

c) Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi masal yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhwah Islamiyah.

d) Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dan umara dengan ummat.

(40)

e) Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan ummat dan bangsa pada umumnya.15

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi majelis taklim yaitu sebagai media untuk dakwah Islam, dan diharapkan kegiatan di dalam majelis taklim dapat menyentuh segala aspek kehidupan agar dapat mendorong setiap orang agar menjauhkan diri dari berbagai kejahatan baik melalui tulisan maupun lisan, dan mencerminkan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-harinya, terutama dalam hal pengamalan ibadah shalat fardhu terutama bagi anggota majelis taklim sehingga akan tercipta keseimbangan hubungan yang baik antara sesama manusia dengan sang pencipta (Allah Swt) dan antara sesama manusia itu sendiri serta dengan alam sekitarnya.

B. Upaya Takmir Masjid

1. Pengertian Upaya Takmir Masjid

Upaya adalah usaha untuk menyampaikan maksud, akad atau ikhtiar.16 Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. Upaya di sini dimaksudkan sebagai usaha dari takmir masjid untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dalam meningkatkan kegiatan majelis taklim.

15

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 206

(41)

Dalam kamus Etismologi kata upaya memiliki arti yaitu didekati atau pendekatan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini takmir masjid melakukan pendekatan individu bersilaturrahmi dengan jamaah, berbicara tentang kegiatan-kegiatan majelis taklim yang diadakan, memberikan evaluasi dan saran-saran secara terbuka bagi pembangunan jamaahnya.

Dari hal tersebut adakah yang lebih mulia dari pekerjaan takmir masjid yang setiap hari membukakan pintu masjid, lalu mengumandangkan adzan dan iqamah, menyeru untuk shalat dan menggapai Al-Falaah atau kesuksesan hidup. Sungguh mulia orang yang memakmurkan masjid sembari mengajak dan memudahkan orang lain bersujud kepada Allah Swt.

Takmir Masjid adalah sekumpulan orang yang mempunyai kewajiban memakmurkan masjid. Takmir masjid sebenarnya telah bermakna kepengurusan masjid, namun tidak salah bila kita menyebut “Pengurus Takmir Masjid”.17

Pengurus masjid adalah orang yang menerima amanah jamaah untuk memimpin dan mengelolah masjid dengan baik, memakmurkan Baitullah (Rumah Allah Swt).18 Pengurus masjid juga sering di sebut takmir masjid, takmir masjid ialah orang yang memiliki peran penting dalam memakmurkan masjid.

Jabatan apapun memang bisa dijadikan sarana ibadah dan dakwah, tapi untuk merealisasikannya tidak mudah. Setiap jabatan, apa lagi yang disertai bayaran, tunjangan, aneka fasilitas, apalagi meraihnya masih perlu trik politik dan berbagai persoalan lainnya, maka amat sulit dijadikan sebagai sarana

17 Sigit Tri Atmo Yuwono, “Upaya Ta’mir Masjid Mengaktifkan Para Warga Aktif

Dalam Shalat Berjama’ah” dalam SKRIPSI, (Surakarta: Institut Agama Islam Negeri), h. 8.

(42)

untuk ibadah dan dakwah. Berbeda dengan takmir masjid yang pada umumnya tanpadisertai tunjangan alias gratis, maka dengan segala jerih payah dan pengapdiannya untuk mlayani para hamba Allah yang hendak bersujud, jelas pekerjaan itu amat mulia. Hal yang perlu dipahami adalah bahwa istilah Takmir Masjid tidak hanya sebatas pada ketua, bendahara, sekretaris, koordinator seksi-seksi dan semua jabatan yang biasanya terstruktur dalam organisasi ketakmiran. Namun takmir masjid merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia bila dikerjakan dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang muslim tanpa mengharapkan suatu imbalan tertentu.

2. Fungsi Takmir Masjid

Takmir masjid (pengurus masjid) adalah sekelompok orang yang mempunyai kewajiban memakmurkan masjid. Istilah yang populer di Indonesia ini adalah merujuk pada ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

















































Artinya:

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikanshalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepadasiapapun) kecuali kepada Allah, Maka merekalah termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah:18)19

(43)

Dalam hal ini seseorang yang akan menjadi takmir masjid itu harus memenuhi 2 syarat, yaitu:

a) Al-Adalah, yaitu: orang yang dapat dipercaya dan mempunyai prilaku baik.

b) Al-kifayah wal ihtidak ilattasaharruf, yaitu: orang yang memiliki kemampuan dalam mengelola harta waqof. (ini sesuai dengan keterangan dalam kitab hasiah As-Syirwani 6/288).20 Tugas-tugas takmir masjid secara umum adalah: Bertanggung jawab atas segala hal yang menyangkut pengelolaan, pemanfaatn, perawatan, dan pengembangan harta masjid, jadi takmir harus betul-betul siap dan bijaksana dalam menjalankan tugas yang ia sandang. Baik kepentingan itu bersifat pribadi atau bersifat umum.

Tugas takmir masjid dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Mengelola harta masjid: harta masjid adalah aset masjid yang berupa waqof yang diperoleh dari hasil hibah (pemberian) atau shodakoh.

b. Menyalurkan harta masjid secara proposional harta yang dimiliki masjid, harus disalurkan sesuai dengan keperuntukannya. Penggunaan harta masjid secara umum terbagi menjadi 2 macam, yaitu: Imaroh (segala kebutuhan masjid yang berkaitan dengan fisik masjid) dan Masholaeh (segala kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan masjid, baik untuk keperluan fisik masjid maupun sebagai keperluan lain).

20 Muhammad Idris, “Kesalahan Nadhir atau Takmir Masjid yang Banyak Terjadi” dalam

(44)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Takmir Masjid

Salah satu tugas utama Takmir adalah menjaga dan merawat masjid agar tetap terawat sehingga terasa nyaman bagi pengunjung. Di samping merawat kondisi masjid, takmir juga harus mengawasi penggunaan fungsi masjid dan segala aktifitas yang dimilikinya. Masjid dan fasilitas yang di miliki tetap harus terjaga dari penggunaan yang bukan semestinya.

Selain berfungsi sebagai tempat ibadah ritual, masjid menurut ulama terkemuka Syaikh Yusuf Qardhawi juga berfungsi sebagai tempat sosial kemasyarakatan seperti bersilaturahmi untuk memperkuat ikatan persaudaraan, tempat menimba ilmu, tempat pengumpulan dana zakat, infak, dan sedekah, tempat penyelesaian sengketa, lembaga solidaritas dan bantuan kemanusiaan, tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat, tempat membina keutuhan jamaah, dan tempat bergotong-royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.21

Seorang takmir masjid atau pengurus masjid memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelolah dan mengatur segala kegiatan yang diadakan di masjid, sebelum mencapai tujuan pemakmuran masjid maka pengurus masjid harus mempunyai metode-metode dan program-program termasuk didalamnya mencari dan mengalokasikan sumber daya yang di miliki dan mempunyai pimpinan yang bertanggung jawab atas keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(45)

Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan, tugas dan tanggung jawabnya sangatlah berat. Diantaranya tugas pengurus masjid dan tanggung jawabnya sebagai berikut:

a. Memelihara masjid

Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam perlu di pelihara dengan baik, bangunannya ruangannya agar tidak kotor dan rusak. Pengurus masjid memiliki kewajiban untuk membersihkan masjid dan memperbaiki setiap kerusakan pada peralatan yang ada di dalam masjid dipelihara sebaik mungkin.

b. Mengatur kegiatan

Segala kegiatan yang dilakukan di masjid menjadi tugas dan tanggung jawab pengurus masjid untuk mengaturnya baik kegiatan ibadah rutin ataupun kegiatan lainnya. Pengurus masjid harus memahari arti dan cara berorganisasi sehingga segala kegiatannya yang telah diprogram dapat berjalan secara teratur dan terarah. Dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan masjid, kejelian pengurus dalam membaca kebutuhan jamaah akan sangat membantu, dalam membuat program kegiatan masjid pengurus harus melibatkan jamaah, meminta masukan jamaah, baik jenis kegiatan, waktu pelaksanaan, penanggung jawab, tujuan dan target yang hendak di capai hingga perkiraan biaya yang diperlukan. 22

Oleh karena itu, suatu masjid hendaknya memiliki suatu perencanaan pada setiap kegiatan, dimana rencana itu harus dilakukan secara baik oleh

22

(46)

pengurus masjid dan jamaah tersebut. Sehingga kegiatannya berjalan dengan baik dan masjid dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

C. Upaya Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kegiatan Majelis Taklim

Upaya adalah suatu kegiatan dengan menggerakkan badan, tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar daya upaya) untuk mencapai sesuatu. Takmir masjid merupakan suatu organisasi yang mengurus segala kegiatan Islam di dalam masjid.

Di zaman Rasul, masjid dengan segala aktivitasnya menyatu dengan realitas kehidupan. Nilai-nilai kemasjidan seperti jujur, ikhlas, rendah hati, amanah, bertanggungjawab, berjamaah, dan tunduk patuh kepada ketentuan Allah diimplementasikan dalam kehidupan di luar masjid. Kepada pemakmur-pemakmur masjid demikianlah Allah memberikan pujian dan penghargaan yang tinggi sebagaimana dinyatakan oleh Allah.23





































































































Artinya:

“Bertasbih[1041] kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang (36) laki-laki yang tidak dilalaikan

(47)

oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang (37). (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas (38). (Surah An Nur: 36-38)24

Upaya memakmurkan masjid dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang. Organisasi Takmir masjid dapat di buat untuk usaha-usaha tersebut di atas. Struktur organisasinya paling tidak terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara serta bagian-bagian yang diperlukan. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi : Idaroh atau kegiatan administrasi, Imaroh atau kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pembinaan jamaah, serta Ri’ayah yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan pisik (sarana dan prasarana).

1. Pembangunan Bidang Idarah

Pembangunan bidang Idarah adalah pembinaan masjid yang meliputi administrasi dan manajemen masjid. Di dalam melakukan sesuatu hendaknya terlebih dahulu dilakukan sebuah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan. Hal ini merupakan empat fungsi manejemen. Di dalam bab II halaman 25 telah dijelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab pengurus masjid adalah memelihara dan mengatur kegiatan agar kegiatan yang dilaksanakan terarah dan sesuai tujuan.

24

(48)

2. Pembangunan Bidang Imarah

Pembangunan bidang Imarah adalah pembinaan yang meliputi kegiatan untuk memakmurkan masjid. Seperti pembinaan ibadah, pembinaan majelis taklim, pembinaan RISMA, perpus, dan peringatan hari besar Islam.

Adapun upaya yang dilakukan takmir masjid Sunan Kalijaga dalam memakmurkan Masjid adalah sebagai berikut :

a. Masjid dijadikan sebagai pusat Ibadah

b. Masjid dijadikan sebagai kegiatan keagamaan Islam

c. Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah Islam.

3. Pembangunan Bidang Ri’ayah

Bukan hanya melakukan kegiatan memakmurkan masjid saja akan tetapi pengurus masjid juga harus memperhatikan pemeliharaan masjid seperti kebersihan lingkungan masjid dan keindahan masjid serta sarana dan prasarana yang ada di Masjid.

Upaya menjadikan masjid sebagai kegiatan berimplikasi pada tiga hal berikut. Pertama, mendidik umat agar tetap beribadah kepada Allah. Kedua, menanamkan rasa cinta kepada kepada ilmu pengetahuan dan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban manusia sebagai insan pribadi dan sosial. Ketiga, memberikan ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi ruhaniah manusia melalui pendidikan kesabaran, keberanian, kesadaran, dan optimism.25

(49)

Hal-hal yang perlu dijalankan untuk memakmurkan dan mengembalikan masjid kepada fungsinya sebagai pusat pemberdayaan dan pengembangan kaum Muslim, antara lain:

a. Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang teratur dan terarah dalam rangka pembentukan pribadi Muslim, keluarga Muslim, dan masyarakat Muslim.

b. Memaksimalkan pelaksanaan khotbah jum’at, baik materi maupun khatibnya, sebagai media pembinaan jamaah yang cukup efektif. c. Melaksanakan diskusi, seminar, ataupun lokakarya tentang

masalah-masalah actual.

d. Membuat data jamaah, menyangkut usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lain-lain.

e. Mengefektifkan pelaksanaan zakat, infak, dan sedekah, dalam cara memungutnya maupun membagikannya.

f. Menyelenggarakaan pelatihan-pelatihan bertema keislaman, terutama untuk angkatan muda.

g. Melaksanakan dahwah bil lisan dan bil hall, termasuk memberikan santunan kepada jamaah yang membutuhkan (semisal orang sakit, kurang pangan, dan terkena musibah).

h. Melakukan dakwah melalui buku, brosur, dan majalah yang baik perlu mendapatkan perhatian, misalnya dengan mendirikan taman bacaan ataupun perpustakaan.

(50)

Menjadi seorang Takmir masjid bukanlah tugas dan tanggung jawab yang mudah dilakukan setiap orang karena menjadi Takmir harus memiliki sifat yang sabar dan amanah. Takmir masjid adalah pengurus masjid yang mengatur segala hal baik dalam menjaga dan merawat masjid, maupun mengatur segala kegiatan yang akan dilakukan karena itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya untuk bisa menjadi panutan bagi jamaahnya.

(51)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis dan sifat penelitian ini adalah kualitatif lapangan (Field Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan berperan serta. Penelitian lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan di analisis dengan berabagai cara.32

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, “Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai apa adanya”.33 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana upaya takmir masjid dalam meningkatkan kegiatan majelis taklim, sehingga penelitian ini bersifat deskriptif, dalam hal ini penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian-kejadian.

Berdasarkan uraian di atas penelitian deskriptif dalam Skripsi ini yaitu Penulis ingin menggambarkan bahwa bagaimanakah kondisi masyarakat Desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara tentang upaya takmir masjid dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim.

32 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. REMAJA

ROSDAKARYA, 2013), h. 26.

33

(52)

B. Sumber Data

Saat melakukan sebuah penelitian, tentu perlu sumber untuk mendapatkan informasi untuk mendukung penelitian. “Yang dimaksud dengan Sumber Data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh”.34

“Sumber data penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.”35

Adapun Sumber yang akan penulis gunakan dalam menyusun Skripsi ini dikelompokkan menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang langsung di dapat dari sumber pertama. Data primer adalah “data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari pertamanya” 36. Dari pengertian data primer tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber data yang peneliti dapatkan secara langsung yaitu dari informan yang nantinya akan di pakai yakni takmir masjid (pengurus masjid) sebagai subyek, aparat desa, serta warga masyarakat atau lingkungan disekitarnya, wawancara dan pengamatan (observasi). Daerah informasi yang penulis jadikan lokasi penelitian adalah masyarakat lingkungan desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara.

34

Suharsimi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 172

35 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2014), h. 137

36 Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Rajawali Pres, 2012), Cet ke-23,

(53)

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.37

Dalam hal ini peneliti menjadi intrumen kunci dalam pencapaian data penelitian. Sosial situasi yang penulis jadikan lokasi penelitian adalah desa Negara Batin II Kecamatan Sungakai Utara Kabupaten Lampung Utara, dan sebagai narasumbernya adalah pengurus masjid Sunan Kalijaga desa Negara Batin II. Dalam data kualitatif yang dijadikan sampel adalah data yang dapat memberikan informasi. Sampel juga sering di sebut narasumber yang dapat diwawancarai, dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah :

a. Takmir masjid, penulis sebagai intrumen kunci mengajukan pertanyaan baik secara langsung guna memperoleh data mengenai upaya takmir masjid Sunan Kalijaga dalam meningkatkan kegiatan Majelis Taklim di desa Negara Batin II Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara.

b. Masyarakat, dalam hal ini sebagai informan (responden) kaitannya dengan upaya takmir masjid pada saat meningkatkan kegiatan Majelis Taklim.

c. Aparat Desa, penulis jadikan informan kaitanya dengan keadaan sarana dan prasarana serta struktur organisasi yang menjadi lokasi penelitian.

37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

(54)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, pengumpulan data merupakan tahapan yang paling penting dalam penelitian ini, bila di lihat dari sumber datanya pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.38

Agar penelitian dapat berjalan dengan baik, maka penulis menentukan teknik pengumpulan data sesuai dengan rencana jenis data yang akan diambil, adapun metode-metodenya adalah sebagai berikut:

1. Wawancara/Interview

Teknik wawancara atau interview adalah, “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan”.39

Berdasarkan penjelasan di atas metode ini digunakan untuk memperoleh data sekunder adapun teknik interview yang dilakukan oleh penulis adalah (semiterstruktur) bebas tetapi tetap berpedoman pada satu kerangka pertanyaan yang telah dipersiapkan dan responden bebas untuk menjawabnya. Interview ini ditunjukkan pada takmir masjid, masyarakat dan aparat desa yang bersangkutan.

38Ibid., h. 224

39. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

(55)

2. Observasi

Metode observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tetang fenomena-fenomena yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung.40

Observasi adalah studi yang di sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis agar sedapat mungkin valid dan reliabel.41 Adapun hal-hal yang diobservasi oleh penulis adalah kondisi objektif takmir masjid dalam meningkatkan kegiatan majelis taklim, kondisi masjid, dan keadaan masyarakar desa Negara Batin II.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk lisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Pendapat diatas menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan data-data tertulis atau cetak, yang berbentuk tulisan, gambar dan catatan lain yang ada hubungannya dengan pokok persoalan yaitu dokumentasi hasil wawancara dan gambar atau foto-foto tentang hal yang sedang diteliti oleh peneliti yaitu tulisan wawancara dari narasumber yaitu takmir masjid, warga masyarakat lingkungan sekitar,

40

M. Mahbudi, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2012), h. 11

(56)

aparat desa yang bersangkutan. Foto-foto dari hasil observasi dapat didokumentasi untuk memperkuat hasil penelitian yang diperoleh, yaitu berupa foto-foto kegiatan majelis taklim yang dilakukan, foto pengurus masjid yang bersangkutan, dan beberapa warga masyarakat yang berada di lingkungan sekitarnya.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Teknik penjamin keabsahan data merupakan cara-cara yang dilakukan peneliti untuk mengukur derajat kepercayaan (credibility) dalam proses pengumpulan data penelitian42. Teknik penjamin keabsahan data merupakan hal yang sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Teknik yang peneliti gunakan dalam pengecekan data keabsahan data yaitu triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai waktu dengan demikian terdapat triangulasi sumber, teknik dan waktu.

Peneliti akan menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara peneliti akan melakukan cek ulang terhadap informasi yang di dapat, yang awalnya peneliti dapat dari hasil observasi, dan cek ulang dengan wawancara dan dokumentasi sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel.

Peneliti kualitatif harus memiliki kredibilitas sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Kredibilitas adalah keberhasilan mencapai masalah men geksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian.

42Zuhairi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Gambar

Table 4.2. Luas wilayah desa Negara Batin II
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk
Table 4.4. Sarana Prasarana Masjid Sunan Kalijaga
Foto kegiatan Ibu-ibu jamaah majelis taklim desa Negara Batin II.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, guru yang sudah senior enggan merubah pola pembelajaran klasik karena pola pembelajaran klasik dinilai sudah cukup menghantarkan siswa pada nilai yang harus

Keberhasilan pengembangan kluster bambu di Bali, dapat dibangun melalui tradisi kehutanan masyarakat yang dapat kita temukan dengan menggali kembali kearifan lokal.

Langkah penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesanggupan mendengarkan adalah dengan menginventarisir dan memperbaiki kebiasaan buruk di atas yang selama

Puskesmas memiliki fungsi utama untuk memberikan perawatan dan pengobatan kepada pasien baik pasien rawat inap, pasien rawat jalan maupun pasien gawat darurat.

wanita tersebut dapat digunakan untuk media pembelajaran di sekolah. Jumlah skor penilaian berdasarkan data uji coba lapangan kelompok besar yang melibatkan 35 siswa dengan

- Merupakan pengulangan pada bagian “A”, tonalitas di E mayor, dan bagian ini merupakan akhir penutup lagu serta ditutup dengan authentic cadence pada birama

Single linkage: fusi klaster dengan nilai similaritas tertinggi. Average linkage: fusi klaster

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa potensi lahan yang tersedia di Desa Sumberharjo untuk tanaman garut mencapai 57 ha, yang terletak di Dusun Bendungan, Pereng, Sengir, dan